Anda di halaman 1dari 116

TEKNIK PERBIBITAN AYAM KUB-SENSI

Pengarah:

Amin Nur
(Kepala BPTP Gorontalo)

Tim Penyusun :

Soimah Munawaroh
Serli Anas
Andi Yulyani Fadwiwati
Ari Abdul Rouf

Layout/desain:
Tedy Wahyana Saleh

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN GORONTALO
2019

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi i


TEKNIK PERBIBITAN AYAM KUB - SENSI

Soimah Munawaroh
Serli Anas
Andi Yulyani Fadwiwati
Ari Abdul Rouf

Diterbitkan Oleh :

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Gorontalo


Jl. Moh. Van Gobel No.270
Tilongkabila, Bone Bolango, Gorontalo
Kode Pos 96183, (0435) 827627
www.gorontalo.litbang.pertanian.go.id
email : bptp_gtlo@yahoo.co.id
bptp_gorontalo@litbang.pertanian.go.id

ISBN : 978-602-9309-30-0
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara
apapun
Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi ii
KATA PENGANTAR

Salah satu usaha untuk meningkatkan pendapatan dan


kesejahteraan petani dan masyarakat adalah dengan memelihara
ayam. Ayam Kampung Unggul Badan Litbang Pertanian (KUB) adalah
Ayam KUB adalah ayam hasil riset dari Balai Penelitian Ternak
(Balitnak) Bogor yang dibuat untuk tujuan petelur, sedangkan ayam
Sensi adalah ayam lokal unggul tipe potong
Buku ini memaparkan teknik perbibitan ayam KUB dan Sensi,
sehingga bisa menghasilkan telur dan DOC yang berkualitas.
Buku ini ditulis untuk menjabarkan manajemen yang baik dalam
usaha perbibitan ayam KUB dan Sensi, selain itu juga untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama peternak perbibitan
ayam dalam hal memelihara ayam KUB dan Sensi dengan benar
Kami menyadari buku ini masih terdapat berbagai kekurangan.
Untuk itu, segala kritik dan saran sangat kami harapkan
untukpenyempurnaan buku ini. Akhir kata kami berharap buku ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Gorontalo, Oktober 2019


Kepala BPTP Gorontalo

Dr. Amin Nur, SP, M.Si

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi iii


DAFTAR ISI
Halaman

Kata Pengantar ....................................................................... iii


Daftar Isi ................................................................................ iv
I. PENDAHULUAN ............................................................ 1
A. Latar Belakang ...........................................................
B. Mengenal Ayam Kampung Unggul Balitbangtan
(KUB-1) dan Sentul Terseleksi (Sensi Agrinak-1) .............. 3
II. SARANA DAN PRASARANA ............................................. 7
A. Perkandangan .......................................................... 7
B. Sarana dan Prasarana .......................................... 7
III. SELEKSI BIBIT .............................................................21
IV. TATA LAKSANAN PEMELIHARAAN......................... 24
Pemeliharaan Starter ....................................................24
Manajemen Penerimaan DOC ........................................29
Periode Brooding (Indukan) ..................................... 31
Manajemen Brooding ....................................................31
Teknik Pelebaran Area Brooding pada Anak Ayam ........ 32
Manajemen Litter pada Masa Indukan ....................... 34
Kebutuhan Air Minum ...................................................35
Intensitas Cahaya untuk Pertumbuhan Ayam ............... 36
Program Pencahayaan untuk Ayam ........................... 37
Stress saat Cuaca Panas ............................................38
Manajemen Tirai Kandang .............................................39

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi iv


V. PAKAN .........................................................................45
VI. TEKNIK PERKAWINAN...................................................54
1. Teknik Kawin Alami ..................................................54
2. Teknik Inseminasi Buatan.........................................54
VII. MANAJEMEN PENETASAN ..............................................60
Telur Tetas ............................................................................61

A. Cara Penanganan Telur Tetas ...................................63


B. Proses Penetasan Telur ............................................65
C. Penyebab Kegagalan dan Mengatasi Masalah .......... 71
D. Hal-Hal Lain yang Mempengaruhi Tingkat Keberhasilan
Penetasan ........................................................... 85
VIII. PEMELIHARAAN KESEHATAN AYAM ...................... 89
IX. ANALISIS KELAYAKAN USAHA ............................ 102
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... iv

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi v


I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ayam kampung atau buras (bukan ras) sudah sangat akrab di


pedesaan dan tidak kalah potensinya dibanding ayam ras. Bahkan
usaha ayam kampung dapat menjadi kegiatan penting yang dapat
menggerakkan perekonomian pedesaan. Apabila tren usaha ayam
lokal terus meningkat dan bisa menjadi penyediaan pangan berbasis
sumberdaya lokal, dan mampu memenuhi kebutuhan konsumsi protein
hewani asal unggas maka ayam buras digadang akan dapat menjadi
raja di negeri sendiri, sekaligus pengembangan unggas lokal yang juga
menjaga kelestarian plasma nutfah. Dari tahun ke tahun populasi
ayam kampung lokal pun terus mengalami perkembangan. Ayam
kampung lokal saat ini diperkirakan telah mencapai ratusan juta
populasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Populasi ayam kampung
lokal tahun 2012, menurut Statistik Ditjen Peternakan dan Kesehatan
Hewan, mencapai 285,2 juta ekor. Angka ini meningkat 7,3% dari
populasi tahun 2011 (264,3 juta). Tahun 2017 menurut statistik
Peternakan dan Kesehatan hewan jumlah populasi ayam buras adalah
310.521.059 ekor. Sumbangan ayam lokal terhadap produksi daging
nasional sebesar 8,50% atau sebesar 284,9 ribu ton, dan terhadap
produksi daging unggas kontribusinya mencapai 12,86%. Begitu pula
produksi telur ayam lokal pada tahun 2017 sebanyak 196,7 ribu ton
atau 9,70% terhadap produksi telur secara keseluruhan (Statistik
Peternakan 2017).
Populasi ayam kampung/buras di Provinsi Gorontalo pada
tahun 2018 adalah 1.519.679 ekor mengalami peningkatan sekitar
0.54 % dari populasi pada tahun 2017. Produksi daging ayam buras di
Provinsi Gorontalo tahun 2018 sebanyak 1.638 ton dan produksi telur
ayam buras sebanyak 1.125 ton. (Statistik Ditjen PKH, 2018).

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 1


Keunggulan ayam kampung adalah mudah beradaptasi
dengan lingkungan dikarenakan sumberdaya genetika asli Indonesia,
pakannya mudah diperoleh dan lebih resisten terhadap flu burung
(Iskandar, 2010), pasar segmented (menengah ke atas), harga
premium karena permintaan lebih tinggi dari pasokan (hanya
terpenuhi 7% sampai 10%), pelaku usaha adalah peternakan rakyat,
peternak sebagai pemegang kendali harga, kandungan kolesterol dan
lemak rendah.
Kementerian Pertanian, melalui para peneliti di Badan Litbang
Pertanian, telah berhasil mengembangkan galur ayam kampung
unggul yaitu ayam kampung petelur yang dilakukan oleh Balai
Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi dengan nama Ayam Kampung
Unggul Balitbang (KUB) dan untuk ayam pedaging dengan nama ayam
Sensi, yang tahan terhadap penyakit, cepat tumbuh dan memiliki
produktivitas telur tinggi. Inovasi tersebut diharapkan mampu
membangkitkan kejayaan ayam kampung. Ayam KUB ini memiliki
beberapa keunggulan, yaitu dapat bertelur ratusan butir telur tiap
tahun sekitar 170-180 butir telur, ayam kampung biasa umumnya
bertelur hanya sekitar 70 butir per tahun. Postur tubuhnya pun di atas
rata-rata ayam kampung biasa, gagah, sehat, padat dan berisi.
Tingkat kematian sangat kecil atau kurang dari 1 persen. Selain itu,
tahan terhadap penyakit, produktivitas telur ayam KUB 50% lebih
tinggi. Mulai bertelur di usia 6 bulan, ayam KUB sudah produktif
bertelur sejak usia 7 bulan
Kini, ayam KUB sudah bisa dikatakan sebagai ayam ras lokal,
setara dengan rumpun ayam lokal lain seperti ayam Sentul, ayam
Kampung, ayam Kedu, ayam Merawang. Dalam pengembangan ayam
lokal, Kementerian Pertanian telah banyak bekerjasama dengan
pemerintah daerah, salah satunya Pemerintah Provinsi Gorontalo yang
sangat antusias mengembangkan ayam Kampung Unggul
Balitbangtan.
Usaha ternak ayam kampung memiliki prospek cukuo baik
mengingat konsumsi daging dan telur ayam kampung di Provinsi
Gorontalo dari tahun ketahun mengalami peningkatan, karena semakin

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 2


besar animo masyarakat Gorontalo yang memang secara tradisi juga
memiliki kuliner budaya asli Gorontalo yang berbahan baku ayam
kampung yaitu ayam iloni. Apalagi ditambah semakin berkembangnya
usaha kuliner berbahan baku ayam kampung, maka semakin besar
kebutuhan daging ayam kampung. Hal ini tentunya merupakan
prospek yang bagus bagi usaha ayam kampung.
Guna menunjang industri budidaya ayam kampung diperlukan
ketersediaan bibit dalam jumlah dan kualitas yang memadai. Dalam
rangka mendorong pemanfaatan dan pelestarian ayam kampung dan
lokal asli Indonesia, yang selama ini diusahakan oleh masyarakat
dalam skala kecil dan skala menengah. Untuk memberikan hasil yang
maksimal secara berkelanjutan dalam pelaksanaan pembibitan ayam
kampung maka diperlukan prasarana dan sarana yang memadai, cara
pembibitan yang diimbangi dengan pelayanan kesehatan hewan, serta
diperlukan sumber daya manusia yang mampu untuk melakukan
pembibitan tersebut. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas diperlukan
pedoman pembibitan ayam asli dan ayam lokal yang baik.
Melalui usaha pembibitan ayam Kampung Unggul Balitbangtan
ini yang merupakan hasil inovasi, diharapkan usaha peternakan ayam
nusantara kian cerah dan prospektif, serta tidak tergantung dengan
bibit hasiil import dari luar negeri. Pada gilirannya swasembada dan
ketersediaan pangan sumber protein hewani dapat terjamin secara
berkelanjutan, serta para peternak juga dapat meningkat
kesejahteraannya.

B. Mengenal Ayam Kampung Unggul Balitbangtan

Ayam Kampung merupakan salah satu rumpun ayam lokal di


Indonesia. Nataamijaya (2000) mengemukakan terdapat 31
Pengembangan 5 rumpun ayam lokal Indonesia yang mempunyai ciri-
ciri khas (spesifik daerah) yang berbeda, Sartika dan Iskandar (2007)
telah mengidentifikasi sebanyak 39 rumpun ayam lokal yang
mempunyai karakteristik spesifik dengan pemanfaatan yang berbeda-
beda. Berdasarkan taksonominya, ayam termasuk klas Aves, ordo

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 3


galliformes, dan famili phasianidae. Ayam mempunyai jengger (comb)
di atas kepala dan dua gelambir (wattles) di bawah dagu. Dalam
bahasa Latin, gallus artinya comb, jadi ayam hasil domestikasi
dinamakan Gallus gallus domesticus. Spesies lain yang masih hidup liar
di hutan dari genus Gallus adalah Gallus gallus (Red jungle fowl)
sebarannya meliputi China, India dan Asia Tenggara termasuk
Indonesia. Gallus varius (Green jungle fowl hanya terdapat di
Indonesia) distribusinya meliputi Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa,
Flores, dan pulau kecil di sekitarnya. Gallus lafayettii (Sri Lanka jungle
fowl) distribusinya hanya di Sri Lanka. Sementara itu Gallus sonneratii
(Grey jungle fowl) distribusinya meliputi India bagian Selatan dan
Barat (Sulandari et al. 2007).
Pada tahun 1997-1998 Balitnak berinisiasi melakukan
penelitian breeding ayam Kampung dengan mendatangkan indukan
ayam Kampung dari beberapa daerah di Jawa Barat yakni dari
Kecamatan Cipanas/Kabupaten Cianjur, Kecamatan
Jatiwangi/Kabupaten Majalengka, Kecamatan Pondok Rangon/ Kota
Depok, Kecamatan Ciawi/Kabupaten Bogor dan Kecamatan
Jasinga/Kabupaten Bogor). Karakterisasi sifat-sifat produktivitas
merupakan langkah awal dalam menentukan kriteria seleksi yang tepat
untuk pelaksanaan program seleksi/perbaikan mutu ayam Kampung
yang berkelanjutan.
Ayam KUB adalah ayam hasil riset dari Balai Penelitian Ternak
(Balitnak) Bogor yang dibuat untuk tujuan petelur dan berhasil dilepas
sebagai salah satu galur unggul nasional (Surat Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 698/Kpts/ PD.410/2/2013). Sartika et.al.(2013)
dalam bukunya KUB-1, menerangkan bahwa ayam KUB-1 merupakan
ayam Kampung murni hasil seleksi betina selama 6 (enam) generasi.
Warna bulu masih seperti ayam kampung pada umumnya yaitu
beragam, meskipun masih didominasi oleh warna hitam, campur coklat
dan kehitaman. Jengger berbentuk tunggal (single comb) dan
berbentuk pea. Ayam kampung ini dikembangkan untuk menghasilkan
telur yang produksinya tinggi mencapai 180 butir per tahun, 60%

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 4


henday dengan sifat mengeram yang sudah ditekan hingga 10% dari
total populasi, sehingga ayam bisa bertelur kembali.
Bahkan, melalui pemberian pakan yang tepat, ayam ini juga
bisa dipanen sebagai pedaging dalam waktu 70 hari dengan bobot
hampir1 kg/ekor dengan tingkat kematian 2,25%. Ayam yang sudah
dirilis sejak tahun 2009 ini mulai bertelur pada umur 22—24 minggu
dengan bobot telur fase pertama (telur muda) berkisar 35—45 g/butir.
Puncak produksi berkisar antara 65-70% pada umur antara 30-35
minggu. Ayam KUB sudah tersebar ke beberapa propinsi di Indonesia
seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB),
Banten, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur,
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Gorontalo.

Gambar 1. Ayam KUB (petelur) (koleksi D. Sudarman)

Perkembangan industri ayam lokal potong dalam waktu dua


epetelur, sehingga ketika ayam KUB-1 disebarkan di masyarakat, ayam
tipe petelur ini juga banyak dijadikansebagai ayam potong lokal untuk
memasok permintaan yang tinggi akan daging ayam lokal.
Mengantisipasi hal tersebut terhadap permintaan ayam local pedaging
unggul, maka Balitnak telah mengeluarkan produk baru ayam lokal
unggul tipe potong, yang dinamakan ayam SenSi-1 Agrinak. Ayam ini
telah dilepas sebagai galur baru ayam lokal unggul tipe pedaging
dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor:
39/KpTs/PK.020/1/2017 – tentang Pelepasan Galur Ayam Sensi-1
Agrinak Tanggal 20 Januari 2017. Hasnelly et al.(2017) menerangkan
bahwa ayam SenSi-1 Agrinak merupakan hasil seleksi untuk 6
generasi, berdasarkan bobot badan tertinggi ayam jantan umur 70 hari

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 5


dan berdasarkan warna bulu abu dan warna bulu pucak (putih bercak
hitam) untuk jantan dan betinanya. Sifat lain sebagai kriteria seleksi
adalah jengger yang berbentuk kacang ( pea) untuk ayam jantan.
Bobot hidup rata-rata umur satu hari untuk jantan dan betina sekitar
30,10 g/ekor. Pada umur 70 hari, bobot hidup jantan umur 70 hari
mencapai 1.066 g/ekor dan yang betina 745 g/ekor. Pada umur 20
minggu, bobot hidup ayam jantan dan betina masing-masing
mencapai 2.403 g/ekor dan 1.572 g/ekor.

Gambar 2. Ayam SenSi-1 Agrinak (pedaging) (Koleksi S.Iskandar)

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 6


II. SARANA DAN PRASARANA

A. Perkandangan

Pemeliharaan ayam kampung petelur maupun pedaging


dianjurkan dengan sistem intensif (ternak selalu dikandangkan).
Sistem pemeliharaan intensif memudahkan pelaku usaha dalam
melakukan manajemen pemeliharaan seperti pengaturan pemberian
pakan, waktu produksi dan mempermudah pemanenan baik telur
maupun ternak ayam potong.
Pada prinsipnya kandang harus dibuat senyaman mungkin untuk
ayam yang merupakan kunci utama untuk mendukung pertumbuhan
dan produktivitas yang optimal. Di dalam kandang ini, semua
kebutuhan untuk tumbuh harus tersedia, di antaranya ransum dan air
minum yang cukup serta berkualitas, sistem ventilasi udara yang baik,
serta suhu dan kelembaban udara yang optimal.

a. Lahan dan Lokasi Kandang


Pemilihan Lahan dan lokasi kandang yang tepat merupakan
pondasi awal untuk membangun peternakan yang baik dan
nyaman. Dalam pemilihan Lahan dan lokasi ini hendaknya
mempertimbangkan:
a. Letak ketinggian lahan memperhatikan wilayah sekitarnya,
topografi dan fungsi lingkungan;
b. Bebas dari agen penyakit yang membahayakan;
c. Kondisi suhu dan kelembaban lingkungan apakah sesuai untuk
karakter ayam yang mudah mengalami heat stress (stres panas)
d. Lahan diberi pagar keliling;
e. Sesuai dengan rencana Tata ruang wilayah Provinsi (rTrwP),
rencana Tata ruang wilayah Kabupaten/ Kota (rTrwK) atau
rencana Detail Tata ruang Daerah (rDTD),
f. Perizinan: Usahakan ada bukti resmi tentang pembangunan
peternakan untuk menghindari penggusuran atau penutupan

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 7


peternakan. Perizinan ini meliputi surat persetujuan dari
masyarakat sekitar, rekomendasi dari desa, izin pemerintah kota
atau kabupaten, izin mendirikan bangunan dan AMDAL, surat
izin usaha dan surat izin gangguan ( Hinder Ordo-nantie/HO).
g. Jarak dengan peternakan lain: Environmental Code of Practice
for Poultry Farm in Western Australia (2004) mempersyaratkan
jarak antar peternakan hendaknya minimal 500 m. Namun di
Indonesia, di mana kandang kebanyakan menggunakan sistem
open house (kandang terbuka), direkomendasikan jarak antar
peternakan minimal 1 km.
h. Jarak dengan pemukiman warga, baik saat ini maupun alokasi
wilayah tersebut di masa mendatang;
i. Mudah diakses atau terjangkau alat transportasi;
j. Upaya Pengelolaan Lingkungan hidup dan upaya Pemantauan
Lingkungan hidup (uKL-uPL).
k. Air dan Sumber energi tersedia cukup air bersih sesuai baku
mutu, dan sumber energi antara lain listrik sebagai sumber
penerangan, pemanas sesuai kebutuhan dan peruntukannya.
l. Luas lahan yang disesuaikan dengan target pengembangan
peternakan.

b. Tipe kandang

Berbagai tipe dan bentuk atap dapat mempengaruhi lancar


tidaknya sirkulasi udara dalam kandang. Untuk peternakan
komersial yang dipelihara di daerah tropis, sebaiknya peternak
memilih tipe atap monitor karena mempunyai kecepatan sirkulasi
udara lebih tinggi.

c. Konstruksi Atap

Berdasarkan konstruksi atapnya, kandang dibagi menjadi


beberapa tipe yaitu:

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 8


Gambar 3. Tipe atap kandang

d. Konstruksi Dinding
Jenis kandang berdasarkan konstruksi dinding dapat dibedakan
menjadi kandang terbuka (open house), kandang semi tertutup
(semi closed house) dan kandang tertutup (closed house).

Gambar 4. Kandang semi tertutup menggunakan teknologi modern

Kandang sistem terbuka merupakan kandang yang dindingnya


terbuka biasanya terbuat dari kayu atau bambu. Kandang
tipe closed house merupakan kandang dengan dinding
Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 9
tertutup dan biasanya terbuat dari bahan-bahan permanen
dan dengan sentuhan teknologi tinggi sehingga biaya
pembuatannya tidak murah. Sedangkan kandang semi closed
house adalah gabungan dari sistem open house dan closed
house. Dinding kandang tipe ini ditutupi oleh tirai yang bisa
dibuka, akan tetapi sudah menggunakan bahan-bahan
permanen dan peralatan berteknologi modern.

e. Konstruksi Lantai
Berdasarkan konstruksi/bentuk lantainya, tipe kandang dibedakan
menjadi 2 yaitu kandang lantai rapat dan kandang lantai
renggang.

e.1. Kandang lantai rapat


Kandang lantai rapat atau litter biasanya menggunakan tipe
postal merupakan kandang dengan ruangan yang luas tanpa
halaman (umbaran). Jadi aktivitas ayam lebih banyak
dihabiskan di dalam kandang.

Gambar 5. Kandang lantai rapat (liiter)

Kandang Postal Litter


Lantai kandang postal terbuat dari tanah atau dari semen
yang diplester. Pada bagian dinding menggunakan papan atau bambu

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 10


yang pada bagian atas dipasang kawat ram agar memudahkan udara
masuk ke dalam kandang.

Gambar 6. Kandang Postal

Kandang postal litter paling kecil hendaknya mempunyai lebar


6 – 8 meter dan tinggi kandang sekitar 2 – 3 meter pada bagian
samping dan tinggi tengah sekitar 5 – 6 meter. Tinggi kandang
mempunyai pengaruh terhadap sirkulasi udara di dalam kandang. Jika
sirkulasi udara di dalam kandang lancar maka suhu kandang akan
sejuk dan ayam tidak mengalami kepanasan. Kepanasan akan
menyebabkan ayam menjadi lemah, mudah terserang penyakit dan
bisa menyebabkan mortalitas (kematian). Tepi atap mempunyai lebar
1,25 – 1,40 m dari dinding kandang.
Luas kandang postal litter tergantung jumlah ayam yang
dipelihara. Untuk ayam dengan jumlah sekitar 500 ekor maka
dibutuhkan kandang dengan luas 50 m persegi dengan lebar kandang
6 m dan panjang kandang 8,5 m. Dengan demikian tingkat kepadatan
10 ekor/ m persegi.
Dari segi ekonomis lebih menguntungkan menggunakan
kandang litter karena hemat biaya. Peternak juga lebih mudah
membersihkan kandang, karenahanya dengan membuang litternya
saja menggunakan sekop. Keuntungan lain menggunakan kandang
postal yaitu ayam akan mempunyai bobot yang lebih tinggi dan karkas

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 11


yang dihasilkan lebih padat. Pada umumnya kandang postal litter
digunakan untuk memelihara Ayam untuk pedaging.

e.2. Kandang Lantai Renggang

Kandang lantai renggang adalah kandang tipe slat dapat


terbuat dari bamboo maupaun kawat. Tipe ini terdiri dari
beberapa model, yaitu :
 Cage/battery system atau kandang baterai yaitu kandang
berupa kotak sangkar yang terbuat dari kawat atau
anyaman bambu.
 Wire floor system yaitu lantai kandang terbuat dari
anyaman kawat ram
 Slat floor system atau kandang panggung (slat) yaitu lantai
kandang menggunakan bahan berupa bilah-bilah seperti
kayu, logam, bambu, atau plastik, yang disusun
memanjang sehingga lantai bercelah-celah. Lebar celah 2,5
cm dan lebar bilah 2,5 cm dengan ketebalan 2,5 cm.
Panjang disesuaikan dengan kebutuhan.

f. Beberapa Model Kandang

Kandang Postal Panggung


Kandang ayam dengan bentuk postal panggung mempunyai bentuk
yang berbeda dibandingkan kandang postal litter. Untuk kandang
postal panggung ada lantai yang berlubang yang terbuat dari bambu
atau kawat ram, pada bagian bawah kandang kotoran tersebut di
tampung sehingga ayam lebih bersih. Kandang Postal panggung
mempunyai ukuran yang kurang lebih sama. Perbedaannya terletak
pada tiang kandang. Kandang panggung mempunyai tiang pada
bagian sisinya dan bagian tengah kandang. Pada umumnya kandang
postal panggung digunakan untuk pembesaran ayam kampung petelur
agar hasil telur lebih bersih. Namun juga bisa digunakan untuk
pembesaran ayam kampung pedaging.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 12


Kandang battery
Kandang battery adalah kandang yang umumnya digunakan untuk
pemeliharaan ayam layer dewasa setelah sebelumnya ayam berada
pada kandang postal. Kandang battery berbentuk kotak atau sangkar
(cage) terbuat dari kawat atau bilah-bilah bambu, reng dan kayu
(kaso). Ukuran sangkar bervariasi yang ditata secara bersambungan
satu sama lain, sehingga membentuk unit-unit memanjang yang
mampu menampung ayam hingga ratusan dan bahkan ribuan ekor.
Kandang battery ini memiliki sistem ventilasi yang sangat baik, karena
udara leluasa masuk ke dalam setiap sangkar. Udara dapat bertiup
pada setiap ekor ayam, baik dari samping maupun bawah, karena
kandang battery ditempatkan minimal 40 cm dari permukaan lantai.
Kondisi ventilasi pada kandang battery yang baik, memungkinkan
kandang mampu menampung populasi ayam lebih banyak daripada
lantai litter dengan luas kandang yang sama. Disamping memiliki segi-
segi yang menguntungkan bagi peternak, kandang battery ini juga
memiliki kekurangan-kekurangan yang harus diantisipasi.

Keuntungan kandang battery:


1. Ventilasi alamiah berlangsung lancar, sehingga memungkinkan
ayam merasa lebih nyaman.
2. Kemungkinan terjadinya sifat kanibalis atau saling mematuk pada
ayam dapat dicegah.
3. Pengawasan terhadap ayam-ayam yang sakit mudah dilakukan.
4. Pencatatan dan pengontrolan terhadap produksi, demikian pula
dengan pakan yang dihabiskan mudah dilakukan.
5. Ayam tidak mudah kehilangan energi.
6. Produksi telur selalu dalam kondisi bersih (tidak terkena kotoran
ataupun sisa pakan)
Kekurangan kandang battery:
1. Investasi awal dalam pembuatan kandang lebih tinggi
2. Jika terlambat membersihkan kotoran, akan mengundang banyak
lalat dan bau yang tajam.
3. Jika penyusunan ransum kurang baik, ayam akan cepat menderita
penyakit defisiensi.
Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 13
4. Mudah terjadi kelumpuhan, jika ayam yang dimasukan dalam
kandang battery tersebut belum waktunya, karena uratnya masih
lemah.
Sebelum kandang battery dipasang, terlebih dahulu harus dibangun
kandang utama yang terdiri atas tiang dan atap, yang berfungsi
melindungi kandang battery tersebut. Kandang battery ini sebenarnya
termasuk kandang yang paling sederhana, karena yang diperlukan
hanyalah tiang-tiang dan atap. Lantai kandang cukuplah dari tanah
saja tanpa adukan pasir dan semen, sehingga mudah meresap kotoran
cair. Kandang bisa dibuat tanpa dinding, karena ayam berada di dalam
battery terus menerus. Untuk ayam pembibitan, reproduksi ayam bisa
diupayakan dengan kawin suntik/Inseminasi Buatan.

Gambar 7. Kandang battery (Sumber : https://www.pertanianku.com)

Berdasarkan jumlah ayam yang ditempatkan dalam kandang, sistem


perkandangan dibedakan menjadi 3, yaitu:
 Kandang tunggal atau single cage/battery: setiap sangkar berisi 1
ekor
 Kandang ganda atau multiple cages: setiap sangkar berisi 2-10
ekor
 Kandang koloni atau colony cages: setiap sangkar berisi satu
kelompok ayam dalam jumlah besar, lebih dari 20 ekor.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 14


Berdasarkan fase pemeliharaan ayam, kandang dibedakan menjadi 3
yaitu:
 Kandang indukan (brooder), untuk memelihara anak ayam umur
0-2 minggu (ayam pedaging) dan 0-3 minggu (ayam petelur).
 Kandang grower/pullet, untuk membesarkan anak ayam dan ayam
dara umur 4-16 minggu. Biasanya digunakan kandang lantai litter.
 Kandang layer, kandang prosuksi.

Kandang berpagar (ren)

Sistem pemeliharaan dalam kandang terbuka dalam lahan


berpagar biasanya dipraktekan di pedesaan oleh yang mempunyai
lahan pekarangan dengan luas minimum 150 m 2 untuk 100 ekor ayam
dewasa sebagai penghasil telur. Pemeliharaan dalam lahan berpagar
(kubengan) atau sistem ren pada lahan minimum 15m 2 (3m x 5m),
dapat dikatakan sebagai pemeliharaan semi intensif dengan pakan
hampir seluruhnya disediakan peternak, karena besar kemungkinan
kondisi lahan sudah terlalu gundul dan tidak menyediakan makanan
bagi ayam yang ada di atasnya
.

Gambar 8. Kandang Ren (berpagar)


Sumber gambar : http://blogternakayam.blogspot.com/

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 15


Sistem pemeliharaan dalam kandang ren ini biasanya banyak
dipraktekan pada pemeliharaan ayam pembibitan di pedesaan dengan
alasan untuk memberikan sedikit kebebasan kepada ayam, meskipun
secara ekonomis pemeliharaan seperti ini relatif kurang
menguntungkan, disebabkan oleh penggunaan lahan yang tidak
optimal. Lahan dalam hal ini lebih banyak berfungsi sebagai tempat
bermain, tidak sebagai sumber pakan. Oleh karena itu sistem
pemeliharaan harus intensif dengan seluruh pakan, minum, disediakan
dari luar. Untuk ayam kampung dengan sifat suka berlaga,
pemeliharaan secara ren ini akan terbatas pada jumlah ayam yang
bisa dijadikan satu kandang. Praktek di pedesaan biasanya
memasukan 2 ekor jago dewasa dengan 8 betina dewasa dalam
luasan 15m2.

Keuntungan pemeliharaan dengan sistem ren ini adalah ayam-


ayam relative tetap terkontrol tetapi ayam merasa lebih nyaman dan
masih memiliki kebebasan, sehingga untuk tujuan ayam petelur
diharapkan ayam akan lebih dapat berproduksi dengan optimal.

g. Volume Kandang

Kandang ayam dibuat dengan mengutamakan kenyamanan dan


keamanan. Hal ini akan mencegah ayam dari stress. Untuk itu
perlu pengaturan populasi dalam satu luasan kandang berdasarkan
jumlah dan tingkatan umur. Berdasarkan tingkatan umur dan
jumlah pengaturan pengandangan dapat dilakukan seperti berikut:

 Untuk ayam pada periode starter dapat ditempatkan sebanyak


30 ekor pada kandang dengan luas 100 cm x 100 cm x 40 cm.
 Untuk ayam pada periode grower dapat ditempatkan sebanyak
15 ekor pada kandang dengan ukuran 100 cm x 100 cm x 60
cm
 Untuk ayam pada periode layer atau produksi telurbisa
ditempatkan pada kandang dengan model Postal (liter)
dengan ukuran kandang 1m 3 untuk 1 ekor jantan (♂)6 ekor

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 16


betina (♀)atau sistem Battery dengan ukuran 1,4 m x 40cm x
35cm untuk 4 ekor.

Direkomendasikan juga untuk menurunkan kepadatan pada saat


temperatur tinggi.

Tabel 1. Daya Tampung kandang system litter :

No. Umur (minggu) Kepadatan


(ekor/ per m2)
1 0-6 30
2 6-12 20
3 12-18 10
4 >18 7

B. Sarana dan Prasarana

Sarana Sarana usaha pembibitan ayam asli dan ayam lokal yang baik
meliputi bangunan, alat dan mesin peternakan dan kesehatan hewan,
bibit, pakan, dan obat hewan.

1. Bangunan
Bangunan Bangunan untuk usaha pembibitan ayam kampong
unggul yang baik meliputi jenis bangunan, konstruksi bangunan,
dan tata letak bangunan.
a. Jenis Bangunan

Jenis bangunan terdiri dari:

1) kandang ayam;
2) kandang isolasi;
3) ruang penyimpanan pakan, obat dan peralatan;
4) ruang fumigasi;
5) ruang penyimpanan telur;
6) ruang penetasan;

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 17


7) ruang penanganan DOC (sexing, seleksi, vaksinasi dan
pengemasan);
8) unit penampungan dan pengolahan limbah (digester).

Selain jenis bangunan tersebut di atas hendaknya mempunyai


bangunan kantor untuk urusan administrasi dan mess bagi
karyawan perusahaan pembibitan.

b. Konstruksi Bangunan

Konstruksi bangunan harus:

1) menjamin sirkulasi udara dan menjaga kandang tidak


lembab serta dijaga alas kandang tetap kering;
2) memperhatikan faktor keselamatan kerja, keamanan,
kenyamanan dan kesehatan bagi peternak dan ternaknya;
dan daya tampung kandang

c. Tata Letak Bangunan


Tata letak bangunan kandang dan bangunan lainnya dalam
lokasi pembibitan ayam kampung unggul:
1) dikelilingi pagar yang dapat menjamin keamanan, dan pagar
pintu masuk dilengkapi desinfektan;
2) letak kandang dengan bangunan lain bukan kandang harus
terpisah;
3) posisi kandang membujur dari timur ke barat atau
sebaliknya;
4) kandang ayam untuk yang berbeda kelompok umur harus
terpisah atau disekat satu sama lain;
5) jarak antara tiap kandang minimal 1 kali lebar kandang
dihitung dari tepi atap kandang;
6) kandang dan ruang penetasan terpisah; dan
7) ruang kantor dan ruang karyawan harus terpisah dari
daerah perkandangan.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 18


2. Alat dan Mesin Peternakan dan Kesehatan hewan

Selain memperhatikan konstruksi, kandang juga perlu dilengkapi


dengan peralatan yang mempermudah pemeliharaan. Bahan-
bahan yang digunakan untuk perlengkapan kandang dapat
digunakan dengan pertimbangan ekonomis dan aman. Alat dan
mesin peternakan dan kesehatan hewan dalam pembibitan ayam
asli dan ayam lokal yang baik, antara lain:
a. Tempat pakan dan minum sesuai dengan umur;
Tempat pakan dan air minum dapat menggunakan dari bahan
plastik, kayu, bambu dan seng. Ayam kampung memiliki
kebiasaan alami yaitu bertengger dan mematuk ayam lainnya
(kanibal). Untuk itu di dalam kandang perlu disiapkan tempat
bertengger yang dapat dibuat dengan bahan kayu dan bambu.
Guna mencegah kebiasaan mematuk, di dalam kandang juga
dapat disediakan batang pisang yang digunakan sebagai
pengalihan.
b. sarang (nest);
Khusus untuk ayam dengan masa bertelur akan membutuhkan
sarang yang digunakan untuk mengeram. Bahan sarang dapat
dari kayu, bambu dan kotak bekas
c. tempat telur (egg tray);
d. alat penerangan;
e. induk buatan (brooder);
f. timbangan;
g. alat potong paruh (debeaker);
h. alat pengukur suhu (thermometer);
i. mesin tetas;
j. kemasan DOC;
k. alat peneropongan telur (candling);
l. alat sanitasi kandang (sprayer); dan
m. alat pembersih kandang

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 19


3. Bibit
a. Bibit Bibit ayam yang dipelihara harus bebas dari penyakit
ungags menular;
b. bibit ayam yang digunakan harus memenuhi persyaratan mutu;
dan
c. bibit diutamakan berasal dari pembibitan ayam.

4. Pakan
Pakan yang diberikan harus memenuhi kebutuhan nutrisi untuk
ayam kampong
5. Obat hewan
a. obat hewan yang dipergunakan harus memiliki nomor
pendaftaran obat hewan;
b. obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap
pakan meliputi premiks dan sediaan obat alami sesuai dengan
peruntukannya; dan
c. penggunaan obat hewan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang obat hewan.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 20


III. SELEKSI BIBIT

Pemilihan bibit atau seleksi betina (induk) dan pejantan perlu


dilakukan untuk mendapatkan indukan dan keturunan yang memiliki
produktivitas tinggi. Pemilihan bibit ini hanya bila pemeliharaan untuk
tujuan pembibitan atau ditetaskan. Apabila untuk penggemukan atau
dipotong maka tidak perlu dilakukan.

Secara umum kegiatan seleksi betina dan jantan yang baik harus
memenuhi syarat :
1. berasal dari tetua yang memiliki produktivitas, fertilitas, dan daya
tetas telur tinggi;
2. umur betina minimal 5 (lima) bulan dan jantan minimal 8
(delapan) bulan; dan
3. sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) atau Persyaratan Teknis
Secara teknis beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
bibit yaitu :
a. Bakal Pejantan (Jantan)
 Sehat dan tidak mempunyai cacat fisik
 Pergerakan lincah dan gesit
 Penampilan tegap, mata bening, bulu halus dan mengkilap, kaki
dan kuku bersih, sisik teratur,
 Memiliki nafsu kawin yang tinggi
 Umur minimal 8 bulan, namun yang baik adalah 1- 2,5 tahun,
bertaji
 Untuk sistem kawin IB pejantan yang digunakan mempunyai
hubungan yang jauh dengan indukyang akan diinseminasi
 Untuk sistem kawin IB dipilih pejantan yang sudah terlatih diambil
semennya

b. Bakal Induk (Betina)


 Sehat dan tidak cacat
 Berproduksi tinggi
 Pemeliharaan induk sebaiknya dalam kandang
 Postal atau liter dengan perbandingan jantan : betina 1 : 6 dalam
setiap flock (kelompok)
Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 21
 Karakter indukan berkualitas dengan keunggulan berikut :
1. Warna bulu beragam seperti ayam pada umumnya
2. Berat badan 1,2 hingga 1,6 kg
3. Bobot telur 35-45 gram
4. Umur pertama kali bertelur yaitu 20 - 22 minggu
5. Dapat menghasilkan telur sebanyak 130-160 butir per tahun
6. Lebih tahan penyakit (Sartika et al. 2017)
Untuk memperbaiki indukan sebagai petelur setidaknya dapat
mengimbangi ciri dari kriteria ayam KUB tersebut.Tips memilih induk
betina ayam kampung unggul untuk praktiknya adalah berikut ini :
1. Lihat beberapa ciri-ciri fisik seperti di jelaskan di atas.
2. Pegang tubuh ayam dengan kedua tangan dan bandingkan bila
ada beberapa pilihan
3. Untuk mengetahui masa produksi tekan di bawah dubur ayam, jika
terasa keras itu tanda ayam betina sudah tua.
4. Tanda ayam tidak mengeram dengan baik adalah bentuk jengger
yang kecil dan pesek.
5. Dari penampakan tubuh ayam betina terlihat panjang dan tidak
kerdil
6. Ciri lain ayam bertelur besar adalah paruh pendek dan kaki besar
serta ada ujung hitam di bulu ekor
7. Cari ayam betina bersih, jika ditemukan kotoran maka dipastikan
ayam betina tersebut sakit cirinya adalah hidung, mata tanpa air,
dubur bersih.
8. Saat di pegang mata tidak merem dan berusaha berontak.

Selain ciri-ciri fisik, peternak juga perlu mengetahui tingkatan umur


ayam. Tingkatan umur diperlukan dalam penghitungan pemberian
pakan dan pengaturan dalam pengandangan. Berdasarkan umur,
ayam dikelompokkan menjadi 4 bagian yaitu :
1. Kutuk (doc) 0-6 minggu (starter)
2. Anak ayam umur 6-12 minggu (grower)
3. Ayam muda umur 12-16 minggu (developer)
4. Ayam dewasa umur 18-68 minggu (layer/rooster)

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 22


Ayam Bibit

Ayam bibit adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk


menghasilkan keturunan yang mempunyai kualitas genetic yang sama
atau lebih unggul dari tetuanya. Garis keturunan dalam menghasilkan
final stock secara berurutan yaitu :

 Pure Line
 Great Grand Parent Stock
 Grand Parent Stock
 Parent Stock
 Final Stock

Final stock merupakan keturunan terakhir dari ayam bibit yang


ditujukan untuk produksi daging.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 23


IV. TATA LAKSANA PEMELIHARAAN

Manajemen pemeliharaan ternak ayam kampung untuk tujuan


pembibitan meliputipengelolaan kandang dari masa persiapan sebelum
DOC masuk sampai produksi, pemberian pakan, perkawinan,
penanganan telur tetas dan penetasan serta penanganan DOC, dan
pencatatan.

Pemeliharaan Starter

1. Persiapan Kandang dan Perlengkapannya


Persipan kandang DOC untuk ayam KUB hampir sama secara
umum dengan ayam tipe lainnya. Begitu pula perlengkapan
kandangnya, sampai mencapai pertumbuhan bulu yang sempurna.

Sebelum anak ayam datang, kandang harus dipersiapkan


meliputi: kebersihan dan sanitasi, penghangat kandang,
tempat pakan dan minum, pakan, serta lampu penerang.
Periode brooding adalah 4 minggu awal hidup DOC,
merupakan periode sangat penting karena merupakan
faktor awal untuk menghasilkan produksi yang bagus.

1. Sanitasi Kandang dan Lingkungan


Sanitasi kandang dan peralatannya sangat penting dilakukan,
langkah ini bertujuan untuk mencegah berkembangnya atau
memotong siklus hidup mikroorganisme yang merugikan
kesehatan ayam. Cara Sanitasi yaitu dengan menyapu,
menyiram/menyemprot dan menyikat. Bagian-bagian yang
dibersihkan : langit-langit, lantai dinding, lingkungan kandang
tempat makan dan minum serta tirai kandang. Kegiatan ini
untuk kandang yang sudah pernah diisi ayam, biasanya
diawali dengan mengangkut litter keluar kandang. Bahan-
bahan yang digunakan adalah air ditambah dengan bahan
sanitasi yang disebut dengan desinfektan, missal : lisol, karbol,
formalin, detergen, dan lainnya.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 24


2. Pengapuran Kandang
Pengapuran ini bertujuan untuk mencegah dan membunuh
mikroorganisme termasik jamur yang merugikan. Kapur
merupakan desinfektan yang murah, mudah didapat dan
mudah dalam aplikasi. Batu kapur aktif yang
dihancurkanterlebih dahulu dengan takaran ±0,4 kg/m2. Cara
pemakaian dengan diencerkan dengan air kemudian dioleskan
atau disemprotkan pada permukaan kandang (lantai, dinding
dan langit-langit kandang)
3. Pemasangan Litter
Setelah lantai kering, tebar litter/sekam dengan ketebalan
10 cm, kemudian disemprot desinfektan secukupnya.
Litter berguna sebagai : bantalan, penghangat tubuh , tempat
mengais ayam,menyerap kotoran dancairan serta
menghindarkan dari penyakit bubul pada kaki ayam serta
kerusakan dada.
Bahan litter bisa menggunakan : serutan kayu, sekam padi,
serbuk gergaji dan lain-lain. Syaratnya kering, tidak
menggumpal, murah dan mudah didapat. Tabur sekam (2,5 –
4 kg/m2) di dalam kandang dan semprot dengan desinfektan.
4. Pemasangan alat pemanas (induk buatan)
Alat pemanas berguna sebagai penyedia suhu yang diperlukan
oleh anak ayam. Alat pemanas diperlukan ketika ayam umur 1
-15 hari.Alat yang umum digunakan adalah pemanas
bertenaga listrik (Hover) atau bertenaga gas (brooder gas).
Kandang harus dipanasi 24 jam sebelum DOC tiba. Alat
pemanas dipasang dengan ketinggian 5 cm di atas kepala
ayam, di pinggir alat pemanas 35o C dan setelah seminggu
diturunkan 30oC, demikian seterusnya setiap minggu hingga 4
minggu.
Indukan dengan luas lantai 1 m × 1 m dapat menampung
sebanyak 50-60 ekor DOC sampai dengan umur 2
minggu, kemudian dipecah dua, tiga dan seterusnya
dengan melihat kenyamanan anak-anak ayam.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 25


5. Menempatkan tempat pakan dan minum
Jumlah Tempat pakan dan minum harus disesuaikan jumlah
populasi dan kepadatan ayam. Hal ini juga berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan kesehatan ayam.

Umur ayam Talang oto Kebutuhan tempat minum


(minggu) matis untuk 1.000ekor
atau biasa Talang yang Tipe nipple
(ekor/cm2) panjangnya (buah)
2,4 m (buah)
0-8 2,0 4 94
9-panen 2,8 6 138
Tabel 2. Kebutuhan Tempat Minum bentuk talang dan nipple

Sumber :North & Bell, “Commercial Production Manual”, New York,


1990

Apabila jumlahnya kurang akan mengakibatkan ayam saling


berebut, dan ayam yang besar saja yang mendapat pakan
cukup, akhirnya ayam tidak seragam pertumbuhannya.
a. Tempat minum 1 liter untuk 40 ekor DOC.
b. Chick feeder plate/tempat pakan 1 : 40 ekor DOC.

Tabel 3. Kebutuhan Tempat pakan dan tempat minum gantung


Jenis Umur Perbuah Untuk
0 – 3 hari 80 ekor
Feeder tray 4 – 7 hari 60 ekor
(nampan) 8 – 10 hari 40 ekor
Tempat pakan 11-15 hari 30 – 35 ekor
gantung 5 kg
Tempat pakan 11-15 hari 35 – 40 ekor
gantung 10 kg
Tempat pakan 16-panen 20 – 25 ekor
gantung 5 kg

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 26


Tempat pakan 16 – panen 30 - 35 ekor
gantung 10 kg
Tempat minum
otomatis 0 – 10 hari 100 – 120 ekor
Tempat minum 0 – 10 hari 60 – 80 ekor
manual
Tempat minum 11 - panen 60 – 80 ekor
otomatis
Tempat minum 11 - panen 30 – 35 ekor
manual
Sumber : http://dokterternak.com/

Tempat air minum harus selalu dicek ketinggiannya setiap


hari.
Pada umur 18 hari ketinggian bibir tempat air minum diatur sejajar
dengan punggung ayam. Kandang yang menggunakan nipple harus
disesuaikan ketinggiannya secara sentral menggunakan kerekan
(handwind) sehingga ayam dapat minum dengan mengangkat kepala
34O-45O terhadap nipple
Ayam umur kecil menggunakan box doc sebagai tempat pakan
sedangkan tempat minum menggunakan tempat minum dari plastik.
Air minum harus selalu tersedia setiap saat untuk ayam dengan
kualitas air minum yang baik dan bebas dari Salmonella, E.Colli dan
bakteria patogen lainnya. Kekurangan persediaan air minum, baik
dalam jumlah, penyebaran serta jumlah tempat minum dan
konsumsinya dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
Air harus selalu bersih dan segar dan dilakukan test secara teratur
terhadap kandungan zat kimia dan komposisi bakteriologi (6 bulan
sekali). Untuk menjaga air dalam kondisi normal, gunakan 3-5 ppm
chlorine untuk mengurangi masalah Salmonella, E.Colli dan bakteria
patogen lainnya.
Kualitas air sangat penting karena ayam minum 2-2,5 kali dari
jumlah pakan yang dikonsumsinya. Lakukan analisa kualitas air minum
dua kali setahun untuk memastikan bahwa air minum tersebut masih

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 27


layak dikonsumsi ditinjau dari kandungan mineral, bahan organic dan
bakteri.
Ketinggian air minum sebaiknya 0,6 cm di bawah tutup tempat minum
sampai dengan 7-10 hari dan harus ada air di dasar tempat minum
dengan ketinggian 0,6 cm sejak hari ke-10 dan selanjutnya.
Pengeluaran air dari nipple minimal 80 ml per menit dengan tekanan
30-40 cm water column.

6. Memasang Tirai kandang


Tujuan tirai kandang adalah sebagai penyedia suasana
nyaman bagi ayam artinya merupakan alat untuk mengatur
suhu dan kelembaban kandang, mencegah terpaan angin,
sinar matahari dan hujan secara lansung. Pemasangan tirai
tidak permanen yaitu dapat dibuka dan ditutup sesuai dengan
kondisi lingkungan yang diperlukan oleh ayam. Bahan tirai bisa
dari plastik atau karung bekas pembungkus pakan.
Setelah tirai kandang dipasang maka kandang disemprot
dengan desinfektan lagi.
Penggunaan larutan desinfektan minimal 125 cc.
7. Sanitasi Ulang
Sanitasi ini dilakukan setelah semua langkah-langkah
persiapan kandang selesai, yaitu dengan menyemprot seluruh
kandang dan isinya dengan menggunakan desinfektan secara
merata. Bertujuan untuk membunuh dan mengurangi
mikroorganisme yang merugikan pada kesehatan ayam.

Aktifitas 7 hari pertama ayam panen (pembersihan kandang)

Cuci kandang dengan deterjen, disemua bagian kandang


(bagian luar, dalam, atas & bawah kandang/slat jika kandang
panggung
Penyemprotan insektisida dan soda api (terutama pada kandang bekas
ayam yang terinfeksi kasus cocci dan gumboro), khusus ayam yang
terkena penyakit perlu dilakukan penyemprotan sebelum litter keluar

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 28


kandang dengan menggunakan desinfektan dengan penyemprotan
insektisida.
Pemberian racun tikus, pengeluaran kotoran, pengeluaran peralatan
kandang dan pencucian diluar kandang, pembersihan lingkungan
sekitar kandang (rumput dan kotoran sisa)
Sebelum anak ayam tiba maka kandang harus sudah siap.
Manajemen Penerimaan DOC

Saat awal penerimaan DOC merupakan penanganan yang juga


sangat berpengaruh terhadap keberhasilan budiaya pembibitan ayam.
Untuk itu harus diupayakan komunikasi yang baik antara bagian
delivery hatchery, marketing DOC dan customer untuk menentukan
jadwal waktu pengiriman. Sebelum DOC datang, pakan dan air minum
harus tersedia. Pada kasus pengiriman jarak jauh, saat ayam tiba di
farm, dimana pada tahap awal pemberian air minum ditambahkan
dengan gula merah, jahe dan kunyit sebanyak 1-2% pada air minum
yang didistribusikan pertama kali untuk membantu memulihkan
energy. Selain itu air minum juga ditambahkan dengan vitamin dan
antibiotika, paling lama 2 – 3 jam pertama serta berikan antibiotik
pada hari ke-1 hingga ke-3 disaat pagi hari (paling lama 5 – 6 jam)
dan berikan vitamin pada saat sore hari.
Cek kondisi mobil pengangkut DOC meliputi: segel, kondisi
kipas, surat jalan dan cek sampel DOC 10% dari jumlah DOC yang
dikirim, disaksikan oleh supir pengirim, meliputi berat DOC, kelincahan
serta kondisi umum lainnya (mati di box, cacat dan lemah).
Pemeriksaan terhadap kualitas dan kuantitas DOC juga
dilakukan. Hal ini dilakukan agar mengetahui DOC yang sehat dan baik
kualitasnya. Kualitas DOC yang unggul memiliki ciri seperti bentuk
tubuh bulat dan cerah, rongga perut bersifat elastis dan pusar kering
terdapat bulu-bulu halus dan penuh serta baik pertumbuhannya.Selain
itu, bisa dilihat dari kotorannya, yakni, kotoran bertekstur kering, tidak
becek atau lengket di dubur. DOC yang bagus yakni yang memiliki
nafsu makan tinggi, aktif dan gerak-gerik lincah dan gesit.
Setelah DOC dicek, secepatnya disebar masing-masing
brooder yang telah disiapkan. Pastikan kesiapan perlengkapan area
Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 29
brooder meliputi area pemanas, lampu penerang, serta tempat pakan,
tempat minum yang telah terisi. Kandang sudah siap dan ditutup
rapat, 6 jam sebelum datang DOC, lampu penghangat dinyalakan
sampai mencapai suhu 32-33°C pada ketinggian DOC ±5 cm di atas
koran/sekam.
Tebar DOC sesegera mungkin pada brooder. Perhatikan
Kesehatan dan kualitas anak ayam secara intensif selama 6-8 jam
pertama untuk memastikan bahwa anak ayam tersebut cukup nyaman
berada di area brooder, termasuk check kondisi tembolok anak ayam
(minimal 85% DOC sudah makan dan minum). Area brooding
sebaiknya diberi alas koran, dan diganti secara rutin.
Pada 5 jam setelah DOC dimasukkan lingkaran, ambil
sampel 50-100 ekor untuk dicek pada kakinya, jika kakinyadingin
berarti pemanasnya tidak stabil/cukup, yang bagus pastikan kaki ayam
dalam keadaan hangat. Pada 24 jam setelah DOC masuk, harus dicek
dan ambil sampel juga sekitar 100 ekor per lingkaran, cek satu persatu
pada temboloknya: Tembolok penuh dengan campuran makanan dan
air (Kondisi bagus). Tembolok penuh tapi lembek hanya berisi air
bahkan ada yang kosong sama sekali, akan mengakibatkan
pertumbuhan ayam yang tidak normal, kerdil, bahkan juga mengalami
kematian, Tembolok penuh tapi keras akan mengakibatkankematian
pada umur 3-5 hari kemudian.
Pemberian pakan supaya diberikan sedikit demi sedikit untuk
menghindari tumpah/terbuang. Pakan dan air minum jangan sampai
kosong, harus selalu tersedia.
Penyebab utama kematian di minggu pertama adalah:
 Dehidrasi, pada saat pengiriman (transportasi tidak standart)
dan terlalu lama DOC di sebar ke area brooding
 Temperatur brooding terlalu tinggi atau rendah
 Air minum terlambat dan tempat minum kurang, sehingga
ayam mengalami kesulitan dalam mendapatkan air minum
pada 24 jam pertama.
 Jangan sekali-kali memberikan pakan terlebih dahulu sebelum
air minum sudah tersedia di dalam brooder. Hal ini akan

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 30


menyebabkan banyak kematian, karena pada saat DOC sudah
kenyang kemudian minum air maka pakan di dalam saluran
pencernaan akan mengembang dan dapat menyumbat saluran
pernapasan DOC. Hal ini dapat berakibat DOC mengalami
kekurangan oksigen, sehingga banyak yang mati.

Periode Brooding (Indukan)


Tujuan Brooding adalah untuk menyediakan lingkungan yang
nyaman dan sehat secara efisien dan ekonomis bagi anak ayam, untuk
pertumbuhan yang optimal.
Saat ayam berumur 2 minggu pertama, terjadi perbanyakan
sel (hiperplasia). Perbanyakan sel tersebut meliputi perkembangan
saluran pencernaan/gastrointerna.,
Manajemen Brooding

Terdapat dua sistem dasar yang diterapkan untuk brooder


pada broiler, yakni brooding (induk buatan menyeluruh)

Gambar 9. Induk buatan, radian untuk 500 ekor ayam

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 31


Teknik Pelebaraan Area Brooding Pada Anak Ayam

Mulai umur 3 hari dilakukan pelebaran secara bertahap mengikuti


kondisi ayam. Pelebaran harus diikuti dengan penambahan serta
pengaturan tempat pakan/minum. Posisi pemanas diatur sedemikian
rupa agar penyebaran panas bisa merata.

Sebagai acuan, pelebaran sekat diatur sebagai berikut :

Umur (Hari) Ekor/m2


1 60 – 65
3 40 – 45
6 25 – 30
8 20 – 25
10 15 – 20
14 10 – 15
18 8 – 10
>18 8 (full house)
 Umur 7 hari feeder tray mulai diganti secara bertahap dengan
alas tempat pakan tabung (1/3 jumlah)
 Umur 10 hari feeder tray sudah diangkat semua diganti dengan
alas tempat pakan tabung
 Hari ke-12 tempat pakan mulai digantung 25%, hari ke-14
harus digantung semua
 Sekam diturunkan (pada kandang panggung) hari ke-16
(25%), hari ke-17 (50%), sekam turun semua pada umur 18
hari. Sekam yang pertama kali diturunkan yang berada di
bawah tempat minum

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 32


Tabel 4. Lama Brooding berdasarkan Musim

Iklim Lama Brooding (hari)

Musim panas 8 – 12

Musim Hujan 10 – 14

Tabel 5.Kebutuhan Suhu Broodingdan Kelembaban untuk Ayam

Umur (hari) Suhu ('c) Kelembaban

1-2 32 50% - 70%


3-4 31 50% - 70%
5-7 30 50% - 70%
8 - 14 29 50% - 70%
15 - 21 28 50% - 70%
22 - 28 26 50% - 70%
29 - 35 23 50% - 70%
>36 22 50% - 70%

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 33


Gambar 10. Penyebaran Doc sesuai temperature
Sumber gambar : https://agroprobiotik.com/biotogold

Manajemen Litter Pada Masa Indukan


1. Siapkan litter saat docdatang. Desinfeksi sesuai prosedur dan
pastikan suhu litter 32◦c saat DOC datang
2. Lakukan pembalikan litter sejak umur 7 hari secara rutin untuk
menghindari penggumpalan
3. Sekam yang basah harus diganti dengan yang baru untuk
menghindari amoniak yang tinggi dalam kandang yang dapat
menyebabkan penyakit (CRD, Colli, Coccidiosis dan sebagainya)
4. Untuk kandang postal dengan lantai tanah maka pembalikan
sekam dilakukan lebih sering
5. Untuk kandang panggung turunkan litter secara berkala (sebagian
demi sebagian) sekitar umur 18 hari
Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 34
Kebutuhan Air Minum

Pada temperature normal, konsumsi air minum ayam adalah 2-2,5 kali
dari konsumsi pakan. Faktor ini sebaiknya digunakan sebagai pedoman
sehingga penyimpangan konsumsi air yang berkaitan dengan konsumsi
pakan, temperature atau kesehatan ayam dapat segera diketahui dan
diperbaiki. Di atas suhu 210C kebutuhan air minum rata-rata 6,5%
tiap kenaikan 10C

Tabel 6. Konsumsi Air untuk 1000 ekor/hari (pada suhu 21oC)

Umur (Minggu) Air Minum (liter)


1 58 – 65
2 102 – 115
3 149 – 167
4 192 – 216
5 232 – 261
6 274 – 308
7 309 – 347
>8 342 – 385

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 35


Tabel 7. Level Maksimal Mineral dan Bakteri pada Air Minum yang
dapat Ditolelir

Mineral Level
Total bahan padat terlarut 300 – 500 ppm
Khlorida 200 -mg/l
pH 6-8
Nitrat 45 - ppm
Sulfat 200 pp
Besi 1 mg/l
Kalsium 75 mg/l
Tembaga 0,05 mg/l
Magnesium 30 mg/l
Mangan 0,05 mg/l
Seng 5 mg/l
Fluorida 0,06 mg/l
Merkuri 0,002 mg/l
Timah 0,05 mg/l
Faecal Coliform 0 mg/l

Intensitas Cahaya Untuk Pertumbuhan Ayam


Pencahayaan secara tradisional hanya ada satu sistem, yaitu
pencahayaan secara terus menerus yang telah diterapkan oleh para
petrnak broiler. Hal ini dilaksanakan untuk memaksimalkan
pertumbuhan berat badan harian. namun penelitian menunjukkan
durasi dan intensitas pencahayaan yang lebih pendek justru sangat
berpengaruh positif terhadap performance ayam. Hal ini erat
hubungannya dengan imunitas ayam, karena pada fase gelap hormon
melatonin baru disekresikan. Hormon melatonin berfungsi untuk
meningkatkan imunitas.
Intensitas cahaya sebaiknya diturunkan secara bertahap sejak hari ke-
7 dari 20 lux menjadi 10 lux. Oleh karena itu intensitas cahaya harus
merata ke seluruh bagian kandang.
Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 36
Formula ini digunakan untuk ketinggian bola lampu 2 meter di atas
ayam. Perhitungan sederhana adalah : 1 watt/1,33 meter setara
dengan 10 lux
Intensitas cahaya = 2 x B x lum
WxLxH
Keterangan :
B = jumlah bola lampu (pijar/neon)
W = lebar kandang
L = panjang kandang
H = tinggi kandang
Untuk menghitung kebutuhan lampu di dalam kandang dapat
digunakan tabel di bawah ini :

Tabel 8. Konversi Daya Lampu terhadap intensitas cahaya

Daya Watt Lampu Pijar Lampu Neon


20 170 830
25 230 1000
40 430 2600
80 730
100 1600

Program Pencahayaan Untuk Ayam


Pencahayaan berfungsi untuk membantu memaksimalkan
pertambahan berat badan harian.Pencahayaan dalam kandang harus
merata keseluruh bagian kandang. Untuk anak ayam, berikan cahaya
terang sebesar 20 lux. Setelah satu mingggu intensitas cahaya
dikurangi secara bertahap menjadi 5-10 lux
Pencahayaan merupakan teknik manajemen yang penting
dalam pemeliharaan ayam untuk meningkatkan pertumbuhan dan
menekan kematian. Program pencahaayaan yang dimakssud terdiri
dari tiga aspek yaitu gelombang cahaya, intensitas cahaya, durasi dan

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 37


penyebaran cahaya.Ayam yang mendapat cahaya 17 sampai 20 jam
sehari semalam dengan intensitas sekitar 5 - 10 lux akan memberikan
efek performance yang lebih baik dibandingkan dengan 24 jam full
mendapat cahaya. Dengan catatan selama 7 hari pertama ayam tetap
mendapat cahaya selama 23 jam pada intensitas minimal 20 lux.
Teknis praktis program pencahayaan dapat dilakukan dengan kondisi
dan ketersediaan peralatan di kandang. Namun demikian program
pencahayaan ini harus konsisten dilakukan sejak awal masa
pemeliharaan.
Tabel 9. Contoh program pencahayaan untuk ayam :
Umur Terang (jam) Gelap (jam)
0 24 0
1-4 23 1
5-7 15 9
8 - 22 16 8
23 - 28 18 6
29 - panen 23 1

Catatan:
jika terdapat banyak kasus kelumpuhan maka program pencahayaan
disesuaikan dengan memperpendek masa gelap.

Stress saat Cuaca Panas


Stress akibat panas pada ayam broiler dapat menurunkan performance
ayam, kisaran temperatur netral untuk ayam menurun >30◦C pada
waktu menetas sampai sekitar 40◦C pada umur 4 minggu. Respon
alami ayam dalam menghadapi stres panas adalah penting,
mengurangi konsumsi pakan, sebagai upaya untuk menurunkan
produksi panas tubuhnya.
Stress panas dapat menurunkan konsumsi pakan dan bila suhu
lingkungan terus naik hingga mendekati suhu tubuh ayam, maka

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 38


kondisi ini akan menyebabkan kematian. Untuk mencegah hal tersebut
dapat dilakukan:
1. Menaikkan ketinggian tempat pakan selama 3 hari (pukul.11.00-
14.00) saat terjadinya stres panas agar floor space bertambah
2. Untuk ayam diatas umur 21 hari dapat dilakukan pengkabutan
(fogging) di dalam kandang untuk menurunkan suhu. Cara ini
dilakukan saat kondisi berangin agar tidak menambah kelembaban
dalam kandang
3. Pemberian vitamin C dengan dosis 1 gram vitamin C dicampur 4-
10 liter air minum
4. Pengaturan Ventilasi
Ventilasi adalah pergerakan udara yang memungkinkan terjadinya
pertukaran udara kotor dengan udara segar. Udara yang harus
dibuang mengandung CO, CO2, NH3, kelembaban tinggi dan
temperatur panas. Udara yang kotor harus diganti dengan udara
segar. Buruknya dengan kualitas udara dapat dilihat dari kondisi litter
dan pertumbuhan bulu ayam. Litter yang cepat menggumpal dan
pertumbuhan bulu yang kotor dan kusam menunjukkan kurang
baiknya manajemen ventilasi dan terlambatnya brooder.Pergerakan
udara dapat meningkatkan pengeluaran panas dalam kandang dengan
cara konduksi dan evapori. Efektifitass pergerakan udara dalam
kandang tergantung pada umur ayam dan bulu yang menutupi
tubuhnya. Apabila memungkinkan pergerakan udara dapat dibuat
dengan menggunakan kipas sirkulasi yang ditempatkan untuk
meningkatkan kecepatan angin sesuai dengan level yang dibutuhkan
oleh ayam.

Manajemen Tirai Kandang


Tujuan dari pengaturan buka tutup tirai kandang adalah
pengaturan sirkulasi udara yang baik akan membantu meningkatkan
kadar oksigen dan mengurangi bau amonia serta gas berbahaya lain
dari dalam kandang. Pengaturan sirkulasi udara ini pertama dilakukan
melalui pengaturan buka tutup tirai kandang. Pengaturan buka tutup
tirai ini sangat penting terutama saat masa brooding, untuk

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 39


mengoptimalkan suhu pemanas pada brooder sebagai suhu pengganti
karena sistem thermoregulasi (pengaturan suhu tubuh) anak ayam
belum berfungsi dengan baik.
Saat masa brooding, peternakan terutama dengan populasi
yang besar (kandang luas) atau farm di daerah dengan suhu yang
dingin/aliran angin tinggi, biasanya menggunakan dua sistem tirai,
yaitu tirai luar yang menutup seluruh lingkup kandang dan tirai
dalam/inner cotton yang terdapat di dalam kandang dan menutupi
chick guard.
1. Tirai dalam
Pemakaian tirai dalam atau inner cotton bertujuan untuk
mengoptimalkan panas dari brooderterutama pada pagi dan
malam hari sehingga anak ayam selalu mendapatkan suhu yang
nyaman untuk pertumbuhannya. Pada hari ke-1 sampai dengan
ke-3 selalu gunakan tirai dalam. Kemudian pada umur 4 hari tirai
dalam mulai dibuka dan pada umur 7 hari sudah dilepas.
Fungsinya digantikan tirai luar serta adanya pengaturan kepadatan
ayam.
2. Tirai luar
Pemakaian tirai luar bertujuan untuk menjaga atau mengontrol
temperatur dan kelembapan kandang serta aliran angin. Secara
umum tirai luar akan digunakan sesuai dengan kondisi suhu di
daerah masing-masing.
Saat ayam sudah berumur 15 hari dan ayam sudah menempati
seluruh kandang (chick guard) sudah dilepas, sehingga tidak perlu
adanya tirai dalam. Berdasarkan umur ayam tersebut sudah dapat
mengatur perubahan suhu tubuh dengan suhu lingkungan.
Mengenai pengaturan tirai luar, biasanya akan disesuaikan dengan
umur ayam dan kondisi lingkungan sekitar (suhu dan aliran angin).
Pada umur 0-1 minggu tirai ditutup penuh dengan tujuan agar panas
dari brooder terfokus sehingga tidak banyak panas yang hilang.
Dengan catatan, tetap diberi celah ventilasi pada dinding kandang
bagian atas dengan lebar 20 cm supaya tetap ada sirkulasi udara
dalam kandang. Apabila tirai tertutup penuh tanpa ada celah ventilasi,

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 40


akan menyebabkan kandungan O2 berkurang, sementara amonia dan
CO2 meningkat. Hal ini dapat mengganggu sistem pernapasan ayam.
Jangan sisakan celah sedikit pun pada bagian bawah tirai untuk
mencegah aliran udara dingin masuk dari bawah dan mengenai anak
ayam secara langsung. Kemudian pada minggu kedua pemeliharaan
ayam, tirai mulai dibuka 1/3 bagian dari atas. Pada minggu ketiga tirai
dibuka 2/3 bagian,
Kegiatan buka tutup tirai ini tetap membutuhkan insting
peternak, tentunya dengan melihat behaviour (tingkah laku) ayam dan
kondisi lingkungan. Ada kondisi-kondisi tertentu yang menjadi
pertimbangan seperti hujan dan arah angin. Contohnya jika angin
bertiup dari arah selatan, tirai selatan harus ditutup lebih tinggi dari
tirai utara untuk menghindari ayam terkena langsung oleh tiupan
angin dan sebaliknya.
Mengenai pengaturan berdasarkan waktu malam hari tirai
perlu dibuka atau ditutup, hal tersebut kembali disesuaikan dengan
kondisi lingkungan di wilayah peternakan. Jika pada malam hari suhu
dingin dan aliran angin kencang, dianjurkan tirai ditutup sebagian
terutama pada sisi aliran angin datang. Sehingga angin tidak langsung
mengenai anak ayam. Hal ini karena cekaman suhu yang fluktuatif
(panas ke dingin) dapat memicu stres yang dapat menyebabkan
imunosupresan (menekan sistem kekebalan) yang berakibat kondisi
tubuh ayam menjadi lemah dan mudah terinfeksi penyakit.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 41


Tabel 10. Pengaturan Tirai Kandang

Umur (Hari) Tirai Luar Tirai Dalam


Hari Siang Malam Siang Malam
Buka
1–2 Tertutup Tertutup Tertutup
Setengah
Buka Buka
3–4 Tertutup Tertutup
Seperempat Setengah
Buka Buka
5–6 Tertutup Terbuka
Setengah Setengah
Buka
7–8 Tertutup Terbuka Terbuka
Setengah
9 – 10 Terbuka Tertutup Terbuka Terbuka
11 – 12 Terbuka Tertutup Terbuka Terbuka
13 – 14 Terbuka Buka Setengah Terbuka Terbuka
15 – 20 Terbuka Buka Setengah Terbuka Terbuka
21 – Panen Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka

Keterangan : Untuk mengatur ventilasi atau sirkulasi udara, dilakukan


buka dan tutup tirai kandang harus disesuaikan dengan temperatur
dan sirkulasi udara dalam kandang. Jika anak ayam mulai kepanasan
di umur 2-3 hari, tirai bagian dalam mulai dapat dibuka.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Budidaya ayam


dengan sistem kandang ren :

- Lahan seluas 15m2 (3m x 5m) diberi pagar bambu keliling setinggi
minimal 2 m, yang dipersiapkan untuk diisi dengan 2 ekor jantan
dan 8 ekor betina dewasa. Didalam pagar harus disediakan
kandang berukuran 1 m – 1,5 m lebar dan 4 m – 5 m panjang
diberi dinding pada 3 sisi dan atap. Satu sisi kandang yang

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 42


menghadap ke halaman ren, terbuka. diberi tenggeran untuk
ayam-ayam beristirahat di malam hari. Tempat pakan dan minum
disediakan secukupnya di dalam pagar.
- Sarang berdiameter 40 cm, untuk setiap betina dewasa harus
disiapkan. Sistem ren ini tidak seperti sistem umbar di halaman,
yang induk-induk ayamnya dapat mengasuh anak-anaknya segera
setelah menetas sampai disapih. Pada sistem ren induk-induk yang
sedang mengasuh anaknya disediakan rumah-rumahan kecil untuk
berteduh pada waktu malam hari, saat hujan atau panas terik.
Induk-induk yang sedang mengasuh sebaiknya dipisahkan dari
induk-induk yang tidak mengasuh anaknya dan disediakan tempat
pakan khusus untuk anak ayam, yang tidak dapat disentuh oleh
ayam-ayam dewasa (creep feeding). Oleh karena itu sebuah box
ukuran 40 cm x 30 cm x 40 cm harus disiapkan lengkap dengan
pemanas lampu pijar 40 watt, tempat pakan dan minum untuk 20
ekor anak ayam umur sehari sampai berumur 3 minggu.
- Untuk pemeliharaan sistem ren, pakan dan air minum harus
disediakan dengan cukup. Adapun pakan yang disediakan harus
dapat menyediakan kebutuhan gizi cukup untuk hidup pokok,
produksi dan reproduksi.

Tatalaksana pemeliharaan ayam dalam kandang ren sebagai berikut:


 Induk dan ayam Jago sebanyak 8 ekor betina dewasa dan 2 ekor
jago dimasukan dalam kandang, namun perlu diperhatikan 2 jago
akan terus menerus berkelahi apabila salah satu tidak ada yang
kalah. Begitu juga dengan yang betina, namun biasanya lebih jinak
dibanding ayam jago. Kandang peneduh, sarang, tempat minum
dan pakan sudah tersedia. Selalu membersihkan tempat pakan
dan minum setiap akan memberi pakan dan minum. Pakan
diberikan dalam bentuk kering agar apabila tersisa tidak menjadi
busuk atau dapat diberikan dalam bentuk seduhan dengan air
hangat, tetapi harus habis dalam sehari. Banyaknya ransum
diberikan adalah 100 gram/ekor/hari. Jadi untuk satu kandang ren
berisi 10 ekor, maka perlu 1 kg perhari diberikan dua kali pagi dan
petang. Air minum bersih sebaiknya disediakan setiap hari
Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 43
secukupnya minimal 2 liter sehari untuk 10 ekor dalam satu
kandang ren. Sarang harus sering diperiksa, karena sering dipakai
tenggeran diwaktu malam hari sambil mengeluarkan kotoran.
Telur-telur yang berada di dalam sarang sebaiknya dijaga jangan
sampai kena kotoran, bahkan dianjurkan untuk diambil setiap hari
diberi tanda pensil dengan tanggal ditelurkan, dan disimpan dalam
ruangan dengan udara sejuk. Dikembalikan lagi pada saat ayam
mulai mengeram dengan telur-telur dengan tanggal termuda,
sebanyak 7 butir persarang. Sering terjadi penggunaan sarang
oleh lebih dari satu ekor ayam, oleh karena itu perlu adanya
tempat khusus untuk ayam-ayam mengeram terpisah dari ayam-
ayam yang produktif. Perhatikan berbagai tingkah laku ayam
dalam kandang ren, apabila ada yang sakit, segera diberi obat
sesuai dengan penyakit yang dideritanya. Ayam sakit sebaiknya
dipisahkan dari kelompoknya dalam suatu kandang khusus
kandang karantina. Ayam-ayam yang mengeram segera
dimandikan lalu disatukan kembali dengan kelompoknya untuk
segera bertelur kembali, sementara anak-anak ayam yang baru
menetas dipisahkan dalam kandang indukan, kemudian dipelihara
sebagai mana mestinya.
 Anak Ayam, Dalam kandang induk buatan, anak ayam umur sehari
diberi minum dan diberi vitamin dengan dosis sesuai dengan
tertera pada kemasan. DOC untuk tujuan pembibitan dilakukan
vaksinasi Mareks. Setelah umur 4 hari kemudian diimunisasi
terhadap penyakit tetelo (ND) sistem tetes mata dengan vaksin
aktif yang dapat diperoleh di toko unggas.
 Pada minggu keempat anak-anak ayam kembali divaksin ND aktif
biasanya dengan sistem tetes mata sesuai dosis yang tertera
dalam kemasan. Kemudian ayam-ayam betina muda umur 4 bulan
kembali dilakukan vaksinasi terhadap ND dengan vaksin inaktif
dengan cara suntikan di bawah kulit atau pada otot. Air minum
bersih secukupnya (dianjurkan berlebih ditandai dengan adanya
sisa air minum dihari berikutnya yang disajikan dalam cangkir
plastik ditempatkan di dalam kandang indukan.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 44


V. PAKAN

Pemberian pakan dilakukan sesegera mungkin setelah DOC


datang, pola pemberian pakan yang baik akan membantu
meningkatkan konsumsi pakan minggu pertama. Pemberian pakan
sedikit demi sedikit tetapi sering mungkin saangat dianjurkan.
Pemberian pakan berdasarkan:

1. Umur ayam
Kebutuhan pakan Ayam KUB sesuai umur dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 10. Kebutuhan pakan ayam KUB berdasarkan tingkatan umur


Umur (minggu) Kebutuhan Pakan (g/e/hari)
0-1 05-10
1-2 10-15
2-3 15-20
3-4 20-25
4-5 25-30
5-6 30-40
6-7 40-50
7-8 50-70
Menjelang bertelur 80-90
Periode bertelur 90-100

2. Bangsa ayam (tingkat produktifitas, ukuran tubuh, perilaku)


Untuk ayam petelur pada masa bertelur membutuhkan pakan lebih
banyak (Lihat Tabel 10 ).
3. Kualitas bahan pakan (kadar serat kasar)
4. Bentuk ransum
- Mash atau tepung + biji pecah lembut, kasar
- Crumble/butiran atau pelet pecah, granul
- Pelet

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 45


5. Pemberian secara ad libitum (tidak terbatas)
- Pasta (semi basah)

Tabel 12. Hasil Analisis Proksimat Bahan Pakan Lokal Provinsi


Gorontalo

Bahan Air Protein Lemak Serat BETN Abu CA PA


(%) (%) (%) kasar (%) (%) (%) (%)
(%)

Konsentrat 10,30 36,26 3,24 6,63 40,26 13,61 3,62 0,65

Dedak 8,09 7,48 6,56 31,03 39,30 15,63 0,35 0,53

Jagung 9,26 8,34 4,21 6,23 79,51 1,71 0,16 0,37


Giling

Tepung 14,24 64,83 10,35 0,31 8,31 16,20 3,82 2,10


Ikan

Ampas 6,64 26,09 14,36 20,15 36,24 3,16 0,73 0,39


tahu

Sumber : Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas


Peternakan, Universitas Hasanuddin, 2014.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 46


Tabel 13. Hasil Analisis van Soest Bahan Pakan Lokal Provinsi
Gorontalo

No Bahan ADF NDF Hemiselulosa Lignin Abu Selulosa


(%) (% ) (% ) (%) Tak (% )
Larut
(% )

1 Konsentrat 10,58 20,53 9,95 6,51 2,21 1,86

2 Dedak 41,10 56,41 15,31 14,02 13,09 13,99

3 Jagung 5,94 20,09 14,15 4,71 1,13 0,1


Giling

4 Tepung 10,95 28,49 17,54 4,72 3,41 2,82


Ikan

5 Ampas 24,63 43,36 18,73 6,43 0,48 17,72


tahu

Sumber : Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas


Peternakan, Universitas Hasanuddin, 2014.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 47


Tabel 14. Komposisi Ransum dan Kadar Gizi Ransum Pertumbuhan
Ayam KUB dan Sensi Commented [W81]: diketik kembali

Ransum Pertumbuhan 0-22


Bahan Pakan
minggu
Ransum komersial grower (%) 59,00
Dedak padi halus (%) 19,00
Jagung giling (%) 15,00
Bungkil Kedele (%) 5,00
Top mix (vitamin mineral (%) 2,00
Total (%) 100,00
Kadar gizi terhitung :
Protein kasar (%) 17,50
Energi metabolis (kkal ME/kg) 2800,00
Kalsium (%) 0,90
Fosfor (%) 0,50
Asam amino I-lisin (%) 0,90
Asam amino methionine (%) 0,40

Banyaknya ransum yang dimakan setiap hari oleh seekor


ayam pada umur 0-20 minggu selalu berfluktuasi tergantung
dari suhu dan kelembapan. Apabila suhu dan kelembapan
tinggi, ayam mengurangi konsumsi, sebaliknya apabila suhu
rendah ayam akan meningkatkan konsumsi sesuai kapasitas
saluran pencernaannya. Pada pemeliharaan dalam kandang
dengan suhu harian rata-rata minimum 20,38°C dan maksimum
30,89°C dengan rata-rata kelembapan udara 78,54% (diolah
dari Sinurat 1988), dan diasumsikan tidak terjadi perubahan
suhu dan kelembaban ekstrim, maka estimasi konsumsi
ransum harian dalam setiap minggu pertambahan umur untuk
ayam KUB-1 dan SenSi-1 Agrinak berkisar dengan kelipatan
antara 5-7 g/ekor per hari. Ilustrasi jumlah prakiraan pakan
yang dikonsumsi ayam lokal, disajikan pada Tabel 10.
Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 48
Pada Tabel 10 terlihat bahwa keperluan pakan untuk ayam
pada umur 10 minggu berkisar antara 50-70 g/ekor/hari atau
sekitar 350-490 g/ekor/minggu, sehingga pakan kumulatif yang
dikonsumsi sampai umur 10 minggu berkisar antara 1960-2695
g/ekor, dengan bobot hidup mencapai berkisar antara 320
(betina) – 1300 (jantan) g/ekor (Hasnelly et al. 2017).
Tabel 10 ini dapat dijadikan acuan dalam mempersiapkan
jumlah pakan sebelum ayam dimasukkan ke dalam kandang,
sehingga penyimpanan pakan tidak terlalu lama dari 8 minggu,
meskipun lama penyimpanan ini akan tergantung juga pada
tingkat kelembapan untuk menghindari terjadinya kerusakan
pada pakan.
Tabel 14. Frekuensi Pemberian Pakan
Umur (hari) Frekuensi Pemberian
1–4 8
5 – 10 6
11 – 14 3
>15 2

Ketinggian Tempat Pakan


Ketinggian Bibir feeder pan (feeder tube) harus sedikit lebih rendah
daripada tembolok ayam jika ayam berdiri tegak.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 49


Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Unggas
Tabel 15. Komposisi Bahan Pakan untuk Unggas
Bahan
Harga EM PK LK SK CA P Lis Met
Pakan
Bekatul 1000 2860 10,2 7 3 0,04 0,16 0,71 0,27
Jagung
2800 3370 8,6 3,9 2 0,02 0,1 0,2 0,18
kuning
Manir 800 3390 8,9 4 1 0,03 0,4 0 0,27
Pollard 1800 1300 15 4 10 0,114 0,32 0,3 0,17
Sorgum 900 3250 10 2,8 2 0,03 0,1 0,2 0,13
Tetes
500 1960 3 0,1 0 0,9 0,1 0 0
(tebu)
Bungkil
4000 2240 42 0,9 6 0,29 0,65 2,9 0,65
Kedele
Bungkil
2100 2200 18,5 2,5 15 0,2 0,57 0,64 0,29
kelapa
Bungkil
kacang 3700 2200 42 1,9 17 0,2 0,2 1,8 0,5
tanah
Tepung
ikan 6500 2640 72 10 1 2 1,5 6,4 2
(herring)
Tepung
5000 2650 58 9 1 5,5 2,8 5 1,8
ikan lokal
Tepung
1500 828 18,9 5,9 16,3 0,05 0 0 0,55
lamtoro
Minyak
8000 8600 0 100 0 0 0 0 0
kelapa
Premix 5000 0 0 0 0 25 0 0 0

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 50


Tabel 16. Maksimum Penggunaan Bahan Pakan Ternak Unggas
Petelur Pedaging
Bahan Pakan
Starter Grower Layer Starter Finisher
Jagung 60 60 70 60 70
Sorgum 25 40 40 25 40
Bekatul 10 15 30 10 10
Menir 40 40 40 40 40
Tepung gaplek 8 10 10 8 10
Pollard 5 15 30 15 20
Gandum 10 20 40 10 30
Lemak/minyak 5 6 7 5 7
Tetes 2 2 2 2 2
Tepung daun
5 5 5 5 5
lamtoro
Kapur 5 5 5 5 5
Limbah udang 5 5 8 5 5
Bungkil kedele 30 30 40 30 30
Bungkil kacang 5 7,5 15 5 7,5
Bungkil kelapa 10 15 25 15 15
Bungkil biji kapas 5 5 10 2,5 5
Teoung ikan 7 8 10 7 10
Tepung daging 7 7 7 7 7

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 51


Tabel 17. Bahan Pakan Unggas dari Limbah Industri Pertanian

BK PK LK SK TDN
No Jenis Bahan
(%) (%) (%) (%) (%)
1 Ampas tahu 10,788 25,651 5,317 14,527 76,00
2 Ampas kecap 85,43 36,381 17,257 17,816 89,553
3 Ampas gula cair 34,314 5,106 6,237 8,014 54,956
4 Bungkil kedelai 89,413 52,075 1,011 25,528 40,265
Bungkil kelapa
5 92,524 14,112 11,903 10,722 67,435
sawit
bungkil kacang
6 91,447 36,397 17,242 0,895 71,721
tanah
7 dedak padi 91,267 9,96 2,32 18,523 55,521
8 pollard 89,567 16,412 4,007 5,862 74,828
9 Onggok kering 90,17 2,839 0,676 8,264 77,249
10 Molasses 30,22 8,3 0 0 63,000
11 Tumpi kedelai 91,417 21,314 3,029 23,172 69,425
12 Tumpi jagung 87,385 8,657 0,532 21,297 48,475
13 Kedelai BS 85,43 38,38 4,84 17,81 69,93

Tabel 18. Kebutuhan Gizi Ayam Kampung


Umur (minggu)
Gizi
Starter 0 - 12 Grower 12 - 22 Layer 22
Protein (%) 15,00 - 17,00 14,00 14,00
Energi (Kkal 2400 -
2600 2400
EM/kg) 2600
Lisin (%) 0,87 0,45 0,68
Metionin (%) 0,37 0,21 0,22 - 0,30
Ca (%) 0,90 1,00 3,4
P tersedia (%) 0,45 0,40 0,34

Analisis kekurangan dan kelebihan gizi pada ternak unggas sangat


berpengaruh terhadap produksi, kekurangan dan kelebihan akan akan
menyebabkan produksi menurun, kelebihan pakan juga berpengaruh
terhadap efisiensi biaya pakan. Sebaiknya penggunaan pakan
Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 52
disesuaikan dengan pedoman kebutuhan pakan baik tingkat konsumsi
pakan maupun satuan berat gizi/ekor/hari.
Air minum juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ayam, dimana
ayam lebih mampu bertahan hidup apabila tanpa pakan dibandingkan
ayam tanpa minum, karena sekitar 58% dari tubuh ayam dan 66 %
dari telur adalah air. Air juga berfungsi sebagai sumber dari berbagai
mineral seperti Na, Mg dan Sulfur. Sehingga, mutu air juga
menentukan tingkat kesehatan ternak ayam. Pada tahap awal
pemberian air minum ditambahkan dengan gula merah, jahe dan
kunyit. Selain itu air minum juga ditambahkan dengan vitamin dan
antibiotika.
Tabel 19.Prakiraan Konsumsi pakan lengkap ayam kampung
Konsumsi
Konsumsi
pakan lengkap Kumulatif
Umur (minggu) pakan lengkap
harian pakan (g/ekor)
mingguan
(g/ekor/hari)
1 5-7 35-49 35-49
2 10-14 70-98 105-147
3 15-21 140-147 210-291
4 20-28 140-196 350-490
5 25-35 175-245 525-735
6 30-42 210-294 735-1029
7 35-49 245-343 980-1372
8 40-56 280-392 1295-1764
9 45-63 315-441 1610-2205
10 50-70 350-490 1960-2695
11 55-77 385-539 2345-3234
12 60-84 420-588 2765-3822
13 65-91 455-637 3220-4459
14 70-98 490-686 3710-5145
15 75-105 525-735 4235-5880
16 80-112 560-784 4795-6664
17 85-119 595-833 5390-7497
18 90-126 630-882 6020-8379
19 95-133 665-931 6685-9310
20 100-140 700-980 7395-10290
> 20 100-140 700-980 7395-10290

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 53


VI. TEKNIK PERKAWINAN

Perkawinan merupakan suatu proses untuk menghasilkan


keturunan. Hal ini merupakan hal penting dan harus disiasati dengan
baik, sehingga untuk menghasilkan keturunan yang efektif, efisien
serta sesuai dengan demand. Maka harus dianalisa metode
perkawinan yang tepat.
Teknik perkawinan pada ayam ada 2 :
1. Teknik Kawin Alami
2. Teknik Inseminasi Buatan (IB)

1. Teknik Kawin Alami

Teknik perkawinan alami yaitu perkawinan pada ayam tanpa


bantuan manusia. Dimana system pemeliharaanya bisa secara Flock
matting, pens matting maupun stud matting.
 Flock Matting merupakan metode perkawinan dengan
menggunakan pejanta lebih dari atau sama dengan 2 ekor dan
menggunakan betina lebih dari atau sama dengan 2 ekor.
Metode ini umumnya digunakan oleh peternak. karena efisien
dari segi waktu, tenaga, tempat dan biaya.
 Pens Matting merupakan metode perkawinan dengan
menggunakan 1 ekor pejantan untuk betina sama dengan atau
lebih dari 2 ekor. Metode ini cenderung menghasilkan fertilitas
yang rendah.
 Stud Matting merupakan metode perkawainan dengan
menggunakan 1 ekor pejantan dan 1 ekor betina.

2. Teknik Inseminasi Buatan

Inovasi teknologi IB merupakan alternatif pemecahan masalah tentang


pengadaan bibit dalam waktu relatif singkat.
Inseminasi Buatan adalah suatu teknik mengawinkan secara buatan
dengan memasukkan semen yang telah diencerkan dengan

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 54


pengenceran tertentu ke dalam saluran reproduksi ayam betina yang
sedang bertelur.
Keuntungan Pemanfaatan Teknik IB

Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan jantan,

 Untuk menanggulangi rendahnya fertilitas akibat kawin alam,


 Untuk mengetahui dengan jelas dan pasti asal usul tertuanya
(induk dan pejantan),
 meningkatkan jumlah produksi telur tetas,
 Upaya pengadaan anak ayam (DOC) dalam jumlah banyak,
 Umur seragam dan waktu yang singkat.

Metode Teknik IB ada 2 yaitu:

1. Metode deposisi semen intra vaginal > pen deposisi an sperma


disuntikan ke dalam vagina dengan kedalaman + 3 cm. Metode
deposisi semen intra uterine> pendeposisian sperma disuntikan
ke dalam daerah perbatasan antara vagina dengan bagian uterus
yang dikenal dengan Utero Vaginal Junction (UVJ) dengan
kedalaman + 7-8 cm.
2. Dengan metode deposisi semen intra vaginal, dosis IB yang
disuntikkan kemungkinan dapat keluar kembali karena adanya
gerak kontraksi dari vagina ke arah luar. Selain itu peluang stres
pada induk akan lebih besar pada metode deposisi intra vaginal,
jika dibandingkan dengan metode deposisi semen intra uterine.

Keuntungan IB dengan metode deposisi intra uterine adalah selain


mengurangi stres, sperma langsung didepositkan ke daerah UVJ.
Setelah dikondisikan spermatozoa yang normal dan memiliki motilitas
yang progresif akan bergerak cepat dengan bantuan rheotaksis yaitu
pergerakan yang berlawanan dengan aliran cairan menuju
infundibulum dan disimpan dalam sperm net untuk menunggu proses
pembuahan (fertilisasi).

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 55


Waktu yang dibutuhkan untuk transportasi spermatozoa sampai
infundibulum berlangsung selama 1 jam, untuk fertilisasi diperlukan
waktu ± 15 menit

Keberhasilan IB

 ditunjukkan oleh daya tunas telur (%fertilitas) hasil IB. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kondisi pejantan,
kondisi betina (induk), bahan pengencer semen, metode IB,
waktu dan dosis IB serta gizi pakan.
 Penghitungan jumlah spermatozoa yang tepat , karna untuk
pembuahan / fertilisasi diperlukan 100 – 200 juta spermatozoa.

Tahapan Kegiatan IB
1. Pemilihan Bibit
Syarat memilih induk untuk bibit
 Sehat dan tidak cacat
 Berproduksi tinggi
 Minimal sudah mengalami periode peneluran pertama, umur
7-8 bulan
 Induk sedang bertelur
 Pemeliharaan induk sebaiknya dalam kandang baterei individu

Syarat memilih pejantan untuk bibit

 Sehat, tidak cacat, lincah dan memiliki nafsu kawin yang tinggi
 Umur 1-3 tahun, bertaji dengan panjang 0,50-1,50 cm
 Memiliki mutu genetik yang tinggi
 Mempunyai hubungan yang jauh dengan induk yang akan
diinseminasi
 Kandang pemeliharaan pejantan harus terpisah dengan induk

2. Persiapan Induk dan Pejantan


 Pakan untuk pejantan harus yang baik mutunya dengan kadar
protein minimal 17% dan dengan tambahan pemberian 1 butir
telur fertil yang sudah masuk mesin + 5 hari. Telur dikocok
Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 56
hingga rata kemudian diberikan kepada 3 ekor pejantan,
tambahkan OSTELLIN 1 kapsul dan madu .
 Pemberian anti stres juga dapat diberikan kepada induk dan
pejantan
 Untuk merangsang banyaknya telur, dapat juga digunakan
rajangan daun mengkudu/pace atau vitamin perangsang telur
untuk dicampurkan pada pakan (10gram/ekor) atau air
minum.
 Untuk memudahkan dalam melaksanakan IB, bulu di sekitar
kloaka harus digunting
3. Persiapan Alat dan Bahan
Alat KONVENSIONAL yang dibutuhkan adalah :
 alat suntik Tuberculin Syringe ukuran 1 ml, •
 abung penampung sperma,
 gunting,
 kertas tissue
 bahan pengencer yang diperlukan NaCl fisiologis 0,90%

Teknik Pengambilan/Pemerahan Semen

a. Sebelum pengambilan sperma, ayam jantan sebaiknya dipuasakan


terlebih dahulu beberapa jam.
b. Pengambilan/pemerahan sperma dilakukan 1 (satu) orang, cara :
1. Posisi si pemerah duduk pada kursi atau apa saja.
2. Kedua kaki ayam dihimpit menggunakan kedua paha.
3. Posisi ayam pejantan boleh menghadap kekiri atau kekanan.
Jika posisi ayam menghadap kanan maka tangan kanan yang
mengelus-elus punggung ayam sampai ke pangkal ekor dan
memerah/memijit dengan lembut pangkal ekor, sedangkan
tangan kiri memegang botol AKSOFA dengan menempelkan
pada phalus ayam sebagai penampung semen, tanda spesifik
dari pejantan yang terangsang adalah ekor akan naik ke atas
dan keluarlah phalus-nya.
4. Jika pejantan sudah benar-benar terangsang, maka dengan jari
telunjuk dan jempol langsung menekan kloaka hingga phalusnya

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 57


keluar sampai terjadi ejakulasi, kemudian segera tampung ke
alat penampung.
5. sperma yang sudah ditampung kalau memungkinkan di evaluasi
secara macroskovis dan microskovis.
c. Pengambilan/ pemerahan sperma dilakukan 2 orang dengan cara :

1. Orang pertama memegang ayam jantan dengan tangan kanan


memegang kaki bagian taji dan tangan kiri memegang bulu ekor
dengan lembut kearah punggung sehingga kloaka menonjol keluar.
Orang kedua bertugas memerah / memijit dengan lembut dari arah
punggung ke pangkal ekor. Tanda spesifik dari pejantan yang
terangsang adalah ekor akan naik keatas dan keluarlah phalusnya.
2. Jika pejantan benar-benar sudah terangsang, maka jari telunjuk
dan jempol langsung menekan kloaka hingga phalusnya keluar sampai
terjadi ejakulasi kemudian segera tampung spermanya ke alat
penampung.
Evaluasi Semen
1. Tujuan untuk mengetahui kualitas semen pejantan dan untuk
menentukan penambahan bahan pengencer
2. Pemeriksaan semen secara makroskopis meliputi : volume semen,
warna, bau, pH dan kekentalan
3. Pemeriksaan mikroskopik meliputi : gerakan massa, konsentrasi,
motilitas dan persentase hidup/mati (dikerjakan di laboratorium)
4. Untuk di lapangan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
makroskpik, sehingga kualitas semen tidak diketahui secara pasti
Proses Pengenceran Semen

1. Pengenceran sperma diperlukan untuk memperbanyak volume


(dapat meng IB betina lebih banyak).
2. Bahan pengencer larutan NaCl Fisiologis 0,90% (memiliki tekanan
osmotik yang hampir sama dengan spermatozoa)
3. Dosis pengenceran adalah 1 : 2-3, yaitu 1 bagian sperma dan 2-3
bagian bahan pengencer lalu dikocok secara perlahan, sehingga
homogen. Campuran sperma ini dapat bertahan selama 30 menit.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 58


Teknik IB Metode Deposisi Intra Uterine

1. Pelaksanaan IB dilakukan sendiri, posisi ayam betina tetap


didalam kandang batere.
2. Kemudian AKSOFA K 200 E yang sudah berisi sperma tadi
dimasukkan ke dalam saluran vagina betina yang letaknya di
sebelah kiri sedalam + 3 cm, semprotkan sebanyak 2X,
semprotan pertama tekanan pada AKSOFA jangan dilepas didalam
vagina tetapi dilepas diluar Vagina, lakukan 2 kali/ ekor betina.
3. Waktu yang paling tepat untuk melakukan IB adalah pada siang
hari di atas jam 14 WIB. Karena pada saat itu diperkirakan ayam
telah bertelur sehingga gerakan sperma tidak mengalami
hambatan dan pada saat itu belum terjadi peletakan telur (Ovi
posisi).
4. Dosis sperma untuk setiap betina adalah 0,1-0,2 ml dengan
konsentrasi sperma 100-200 juta, guna menghasilkan fertilitas
yang tinggi sebaiknya IB dilaksanakan 3-4 hari 1 kali/2x
seminggu.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 59


VII. MANAJEMEN PENETASAN

Manajemen adalah pengetahuan yang meliputi seluruh faktor


manusia untuk mendapatkan cara yang optimal untuk mencapai
produksi secara efisien, baik efisiensi fisik dari produksi ataupun
efisiensi keuangan, dengan demikian manajemen penetasan adalah
suatu cara pengelolaan usaha ternak unggas dibidang penetasan telur
untuk meningkatkan produksi anak ayam (DOC) melalui produksi dan
efisiensi sehingga diperoleh keuntungan yang maksimal.
Beberapa istilah dalam penetasan:
1. Penetasan Alamiah adalah: Suatu proses menetaskan telur fertil
(Blastoderm) yang dierami oleh seekor induk ayam (selama 21
hari) sampai menetas menjadi anak ayam.
2. Penetasan Buatan/artificial adalah : Suatu usaha menetaskan telur
dengan bantuan alat yang dibuat dengan fungsi menyerupai
induk alami sehingga dapat menetaskan telur secara bersamaan
dengan jumlah yang banyak.
3. Telur fertil : telur yang telah ditunasi dimana perkembangan sel
telur pada saat oviposition telah mencapai stadium balstoderm.
Telur fertil diperoleh dari induk yang dikawinkan dengan pejantan
30 jam setelah perkawinan (fertilitas Max : 2-6 hari setelah
perkawinan),spermatozoa tahan hidup di oviduct 11-14 hari, 6-10
setelahl perkawinan telur masih fertil)
4. Telur infertil : telur yang tidak ditunasi dan digunakan sebagai
telur konsumsi
 Mesin tetas : Incubator
 Setter : mesin tetas yang digunakan khusus untuk
pengeraman telur selama 18 hari (telur ayam)
 Hatcher : mesin tetas yang digunakan khusus untuk penetasan
telur yaitu hari ke 19-21 (telur ayam)
 Regulator : Alat pengatur suhu incubator yang cara kerjanya
secara otomatis.
Penetasan telur dapat dilakukan secara alamiah yaitu dengan
dierami oleh induknya dan dapat pula dilakukan dengan inkubator. Jika
penetasan telur dilakukan pada induknya, jumlah telur yang dapat
Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 60
ditetaskan terbatas, yaitu paling banyak 15 – 7 butir. Tetapi,
penetasan telur dengan inkubator dapat mencapai ratusan bahkan
hingga ribuan butir telur dalam sekali penetasan. (Sudrajat, 2003)

A. Telur Tetas
Telur-telur yang dihasilkan oleh induk unggas tidak seluruhnya
berkualitas baik. Beberapa kriteria telur tetas baik untuk
ditetaskandiantaranya :
1. Bentuk Telur
Bentuk telur yang baik berbentuk normal yaitu telur yang berbentuk
sedikit agak lonjong. Bagian atas agak besar dan bawahnya lebih kecil
dan tumpul. Indeks telur sebaiknya oval. dapat dibedakan menjadi 3
macam, yaitu :
Lonjong >74%
Oval 72%-74%
Bulat <72%
Cara mengukur indeks telur adalah = sumbu pendek telur : sumbu
pendek telur x 100%
2. Keadaan Kulit Telur
Kulit yang permukannya halus dan merata.
3. Umur Telur
Umur telur yang ditetaskan sebaiknya telur yang umurnya dibawah
dari 7 hari

B. Inkubator Telur

Inkubator telur adalah ruangan tertutup yg dipanasi dengan


aliran listrik atau pemanas buatan lainnya yang dipakai untuk
mengerami dan menetaskan telur.
Pengeraman dengan inkubator dilakukan oleh peternak biasanya
karena telur yang ditetaskan relatif banyak. Peternak yang bermodal
besar biasanya lebih memilih menggunakan inkubator karena lebih
efektif dan efisien. Biasanya inkubator telur dilengkapi dengan
pemanas, pemutar telur, dan sensor suhu sehingga suhu yang

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 61


terdapat pada alat penetas telur dapat distabilkan. Suhu yang
diperlukan pada inkubator ini adalah 380 C – 400 C.

Suhu dan Kelembaban


Dalam proses penetasan telur, suhu dan kelembaban merupakan
variabel terpenting yang sangat menentukan keberhasilan proses
penetasan. Suhu yang diperlukan alat penetas harus memiliki
kesamaan dengan kondisi suhu induk unggas pada saat mengeram.
Adapun keadaan suhu yang perlu diperhatikan pada penetasan telur
ayam berkisar 37-38oC, lamanya penetasan 21 hari untuk telur ayam
(Sudrajat, 2003)
Kelembaban adalah perbandingan antara tekanan parsial uap air yang
ada di dalam udara dan tekanan jenuh uap air pada temperatur air
yang sama. Ketika proses penetasan, kelembaban dalam penetasan
telur ayam berkisar 50% – 60%.
Pemberian kelembaban ini dilakukan dengan cara memberikan tempat
air di dasar tempat peletakkan telur.

C. Cara Penanganan Telur Tetas


Penanganan persiapan telur yang akan digunakan merupakan
salah satu faktor yang juga penting pada proses penetasan telur.Hal
ini jarang diperhatikan dan tak jarang pula menjadi salah satu
penyebab gagalnya proses penetasan telur ayam dengan
menggunakan mesin tetas telur. Telur tetas harus diperlakukan
dengan sangat hati-hati, dijaga dari goncangan. Telur yang
diperlakukan dengan kasar seperti sering dikocok-kocok serta
digoyang dapat menyebabkan terjadinya kematian embrio atau
kegagalan.
a. Proses Persiapan Telur Tetas
1. Pemilihan Telur
Di dalam pemilihan telur tetas harus memperhatikan hal
sebagai berikut :
 Umur telur paling lama 7 hari.
Telur yang disimpan antara 3-10 hari daya tetasnya akan
turun 1%/hari. Dan telur yang disimpan >10 hari daya
tetasnya akan turun 3%/hari.
Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 62
 Mempunyai ukuran yang seragam.
 Ukuran tidak terlalu besar atau terlalu kecil (30-50 gram)
 Bentuknya tidak terlalu lonjong atau terlalu bulat
mempunyai indeks oval, tidak cacat atau abnormal, tidak
retak.
 Mempunyai permukaan paling tidak agak halus atau
tidak terlalu kasar, kulit agak tebal, warna agak
terang.
Biasanya telur-telur yang tidak memenuhi syarat ini tidak
akan menetas pada akhirnya atau kalaupun menetas
biasanya anak ayam yang ada akan lemah.
Telur yang retak akan busuk saat ditetaskan, telur yang
berkerabang tebal akan sulit menetas dan lebih sulit
dicandling /diteropong, serta telur yang berkerabang
tipis akan menetas premature.

2. Permbersihan/Pencucian Telur

Telur dapat dicuci bila diperlukan, misalkan agak kotor


yaitu dengan menggunakan kapas atau lap lembut yang
dibasahi dengan air hangat. Untuk telur tetas yang terlalu
kotor sebaiknya disingkirkan dan jangan ditetaskan. Jadi
hanya pilih telur dengan kualitas bagus.
Fumigasi telur dapat dilakukan ataupun tidak.
Fumigasi menggunakan air hangat (43o-51,7o C) dan ditambah
iodine/bethadine. Fumigasi cukup dengan cara mengelap telur
dengan kain basah secara searah dan bagian telur yang
tumpul pastikan selalu di atas, karena terdapat rongga udara.

3. Penyimpanan Telur Tetas Yang tepat


Setelah dibersihkan telur disimpan terlebih dahulu
pada suhu penyimpanan antara 12—15° C (55—60° F) dengan
kelembapan sekitar 75 – 80% sembari jumlah telur cukup
untuk di tetaskan menggunakan mesin penetas telur. Namun
jangan simpan pada suhu di bawah 40oCatau 4,5oC seperti
pada lemari es.
Kombinasi suhu dan kelembaban yang baik untuk
penyimpanan adalah sebagai berikut :
Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 63
Suhu Untuk penyimpanan Telur Skala Celcius

Temperatur/suhu (oC)
Kelembaban
Relatif 12.77 15.55 18.33 21.11

55 % 8.44 10.77 13.055 15.55


60 % 8.94 11.33 13.72 16.22
65% 9.44 11.88 14.33 16.83
70% 10.00 12.50 15.00 17.50
75% 10.50 13.00 15.55 18.11
80% 10.94 13.55 16.11 18.77

Sumber : Department of Animal Science, the University of


Minnesota Extension Service

Telur hendaknya disimpan di tempat yang terhindar/terlindung


dari panas dan angin, bersih, serta tidak berbau.
Setelah telur-telur cukup jumlahnya sesuai kapasitas mesin
tetas atau keinginan kita maka telur harus segera dimasukkan
kedalam mesin tetas. Kemampuan daya tetas telur
fertile/subur maksimum 10 hari. Selebihnya daya tetas telur
akan menurun dan setelah 3 minggu telurtidak ada yang bisa
menetas atau daya tetasnya 0%.
Telur sebaiknya disimpan selama <7 hari pada suhu <18oC,
dan saat mau ditetaskan dilletakkan pada suhu ruang selama
6 jam agar telur tidak shock.

D. PROSES PENETASAN TELUR


1. Penempatan Telur
Ini menjadi sangat penting karena penempatan telur
yang diletakkan tidak benar atau terbalik dapat menyebabkan
posisi embrio menjadi tidak normal atau bahkan mati setelah
kerabang telur retak. Posisi telur bagian tumpul di sebelah
atas. Apabila bagian telur yang tumpul berada di bawah, hal
ini dapat menyebabkan kantung udara pecah dan embrio mati.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 64


2. Peneropongan Telur
Proses peneropongan biasa disebut juga dengan
candling. Cara ini dilakukan dengan menyinari telur dengan
cahaya terang sehingga bagian isi telur bisa terlihat dengan
jelas. Cara meneropong telur bisa dilakukan menggunakan
lampu sederhana atau menggunakan alat teropong telur yang
saat ini sudah banyak di jual.
Meneropong telur dilakukan ditempat yang gelap supaya
isi telur bisa terlihat dengan jelas. Pada dasarnya, ciri dari telur
semua unggas memiliki embrio atau tidak adalah sama. Yaitu
adanya titik hitam gelap didalam isi telur. Jika embrio tersebut
telah tumbuh, maka akan mulai terlihat semburat-semburat
merah disekitar titik tersebut dan akan semakin banyak seiring
berjalannya waktu.
Selama masa inkubasi tidak ada ketentuan khusus harus
berapa kali bisa dilakukan candling atau peneropongan.
Bahkan salah satu sumber kami mengatakan, peneropongan
bisa dilakukan setiap hari. Tapi cara meneropong telur seperti
ini bisa kurang efektif, karena ketika telur keluar dari mesin
maka akan mendapatkan suhu yang berbeda. Perubahan suhu
yang drastis bisa menyebabkan kerusakan pada telur. Untuk
menghindari hal ini, maka disarankan candling bisa dilakukan
3-4 kali selama masa inkubasi.
Waktu peneropongan pertama yang paling ideal
dilakukan pada hari ke-3 sampai ke-5 inkubasi. Hal ini karena
minggu pertama masa inkubasi, adalah masa paling kritis
perkembangan embrio. Jika ternyata ditemukan telur yang
tidak fertil, maka telur bisa diambil. Telur yang tidak fertil pada
jagka waktu ini masih bisa dikosumsi, sehingga peternak tidak
akan mengalami kerugian.
Tujuan utama peneropongan adalah melihat ada atau
tidaknya embrio didalam telur. Embrio ini yang nantinya akan
tumbuh menjadi anak ayam.
Selain itu, manfaat meneropong telur juga untuk
mengetahui apakah embrio tersebut tetap berkembang
dengan baik atau tidak. Embrio yang tidak tumbuh, bisa
disebabkan karena tidak adanya pembuahan dari unggas
jantan sebelumnya. Embrio yang tidak tumbuh ini disebut
dengan telur infertil. Sedangkan telur yang embrionya bisa

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 65


tumbuh, disebut dengan telur fertil yang layak untuk
ditetaskan.
Selama masa inkubasi, embrio yang sudah terbentukpun
bisa saja mati secara tiba-tiba. Kematian embrio ini bisa
disebabkan oleh banyak hal. Itulah sebabnya tetap lakukan
peneropongan selama masa inkubasi.
Cara meneropong telur selanjutnya, bisa dilakukan
secara acak 2-3 kali sampai terakhir 3 hari sebelum telur
dijadwalkan menetas. Akan dapat dilihat banyak perubahan
yang terjadi pada embrio telur. Jika pada peneropongan
terakhirditemukan telur yang infertil (kosong), maka telur bisa
dibuang. Telur tersebut sudah tidak bisa diselamatkan, baik
untuk dijual atau dikonsumsi.
Telur infertil harus segera diambil dengan alasan selain
untuk memberikan ruang pada telur yang lain, tujuannya
supaya telur tidak busuk dan meledak didalam mesin. Bakteri
dari telur yang busuk, dapat menganggu pertumbuhan telur
yang lainnya juga. Setelah mendekati 2 atau 3 hari sebelum
waktu telur menetas, peneropongan sudah tidak perlu
dilakukan lagi. Karena pada masa tersebut embrio sudah
terbetuk hampir sempurna dan sudah memposisikan diri untuk
menetas.

Cara Meneropong Telur Yang Benar


Ada beberapa langkah yang harus diikuti dan harus
diingat selama melakukan peneropongan pada telur
diantaranya :
1. Ambil telur dari inkubator, kemudian letakan didepan
cahaya dan lihat isi telurnya.
2. Pastikan tangan dalam keadaan bersih dan kering.
Karena tangan yang lembap, akibat minyak, air, atau
keringat bisa meyebabkan pori-pori telur tertutup.
3. Sebaiknya, telur dibawa keluar dari mesin maksimal
30 menit saja. Tapi jika sebelum 30 menit sudah
selesai, bisa langsung dikembalikan. Tujuannya agar
telur tidak menjadi dingin dan rusak.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 66


Hasil Peneropongan Telur
Hasil peneropongan telur akan sangat beragam karena telur
terus tumbuh setiap hari. Beberapa kondisi yang akan bisa
ditemukan diantaranya :
1. Embrio hidup
Embrio terbuahi dengan atau secara sempurna dan mampu
tumbuh dengan baik. Telur dengan embrio hidup memiliki
kemungkinan besar bisa menetas.
2. Embrio mati di awal
Embrio sudah terbuahi dengan sempurna dan mulai tumbuh,
tapi tiba-tiba mati dalam jangka waktu yang sebentar. Embrio
yang sudah mati bisa dipastikan tidak akan perah bisa
menetas.
3. Telur infertil
Telur infertil adalah telur yang embrionya tidak dibuahi oleh
jantan dengan sempurna. Telur yang seperti ini sudah tidak
bisa menetas, tapi
masih bisa untuk
dikonsumsi.
4. Embrio mati di
akhir
Embrio terbuahi
dengan sempurna
dan tumbuh
dengan baik. Tapi
ketika mendekati
waktu menetas,
embrio tiba-tiba
saja mati.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 67


Sumber gambar :
https://www.penetasan.com/cara-meneropong-telur-yang-benar/

3. Proses Pemutaran/Pembalikan Telur

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 68


Sumber gambar :
http://pesona-unggas.blogspot.com/2016/05/candling.html

Masa kritis pertama


Dalam proses penetasan telur terdapat 2 masa kritis, yaitu
masa kritis pertama dan kedua. Pada saat memasuki masa
kritis ini telur tidak boleh dibalik dan mesin tetas harus tetutup
terus. Masa kritis pertama adalah 3hari pertama setelah telur
dimasukkan mesin tetas, pada masa kritis pertama ini telur
mengalami pembentukan organ vital seperti jantung.
Masa kritis kedua
Masa kritis kedua adalah masa dimana embrio mengalami
/melakukan persiapan untuk piping/ memecahkan kerabang
telur untuk menetas. Masa kritis kedua terjadi saat 3 hari
sebelum telur menetas, yaitu untuk ayam pada hari ke 18 -20.
Masa pembalikan telur
Pembalikan telur bertujuan agar embrio tidak menempel dan
lengket pada satu sisi dan meratakan suhu pada semua bagian
telur. Pembalikan minimal dilakukan 3 kali/hari, yaitu pagi,
siang, dan sore. Saat pembalikan pastikan tangan kita steril,
dengan cara membersihkan tangan dengan alcohol. Usahakan
waktu pembalikan selalu sama dari hari-kehari, misalnya pagi
jam 07:00, siang jam 12:00, dan sore jam 16:00. Namun bila
menggunakan mesin tetas otomatis, pembalikan telur dapat
setiap 1 jam sekali. Masa pembalikan telur dapat dilakukan
diluar masa kritis, yaitu untuk telur ayam pada hari ke-4 – 17.

Metode pembalikan ada dua macam, yaitu:


a) Jika posisi telur pada mesin tetas horizontal, maka
pembalikan dapat dilakukan dengan cara membaliknya
180o, yaitu sisi yang semula dibawah diputar keatas.
Untuk memudahkan pembalikan sebaiknya telur di beri
tanda pada dua sisi yang berlainan agar nantinya dapat
diketahui telur tersebut sudah diputar atau belum.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 69


b) Jika posisi telur pada mesin tetas vertikal, maka
pembalikan cukup dilakukan dengan cara
mencondongkan telur ke kanan /kiri 45o, jangan memutar
telur sampai 180 derajat.
c) menyebabkan bagian telur yang tumpul berada di bawah,
sehingga bisa membuat kantung udara pecah dan embrio
mati.
4. Pembukaan ventilasi mesin tetas
Pembukaan ventilasi pada mesin tetas pengaturan manual
dimulai pada:
a) hari ke-4 dibuka ¼ bagian
b) hari ke-5 dibuka ½ bagian
c) hari ke-6 dibuka ¾ bagian
d) >hari ke-7 dibuka total
Selalu lakukan proses pembersihan cangkang telur yang
sudah menetas dari mesin penetas ayang anda gunakan.
Sebab sisa cangkang telur yang tidak dibersihkan dapat
menyebabkan mesin penetas anda menjadi sarang bakteri
yang dapat menyebabkan kegagalan proses penetas anda
berikutnya.

Masa menetas
Masa menetas adalah masa dimana calon anakan (kuri) keluar
dari telur. Pada saat mulai menetas, sebaiknya anakan unggas
tersebut menetas sendiri tidak dibantu manusia dan anak
ayam atau kuri dikeluarkan dari mesin tetas setelah bulunya
kering. Sementara telur yang belum menetas biarkan sampai
2x24 jam dan apabila tidak juga menetas, telur tersebut bisa
dibuat pakan ikan.

E. Penyebab Kegagalan & Mengatasi Masalah

Tingkat keberhasilan penetasan dengan menggunakan mesin


penetas telur yang baik adalah berkisar antara 80% hingga 90%. Akan
ada sekitar 10-20% telur yang tidak menetas.Penyebab telur tidak
menetas ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti keadaan

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 70


telur yang akan ditetaskan dan cara penetasannya. Gagalnya embrio
untuk berkembang dengan baik merupakan hal yang sering menjadi
penyebabnya, padahal perkembangan embrio merupakan hal yang
sangat mempengaruhi berhasil tidaknya penetasan telur.

Sebenarnya kegagalan penetasan dapat diatasi apabila gejala


atau ciri-cirinya diketahui sejak dini. Gejala ini harus dapat dideteksi
baik dengan mata telanjang atau dengan menggunakan alat khusus
tanpa merusak telur. Informasi dibawah ini merupakan gambaran
mengenai gejala atau ciri-ciri yang dapat membuat penetasan tidak
berhasil (gagal) dan cara mengatasinya.

1. Telur tampak terang saat diteropong

Telur yang tampak jernih ketika dites dengan memegangnya


menghadap ke cahaya (candled) bisa jadi merupakan telur
tidak subur (infertile) atau subur fertile) namun gagal
berkembang dengan baik. Jika terdapat lebih dari 10 persen
telur jernih ketika di candled setelah seminggu mengalami
proses inkubasi, maka belajar untuk membedakan antara telur
yang subur (fertile) dan tidak subur (infertile) menjadi
keterampilan penting yang akan membantu Anda untuk
menentukan apakah masalahnya terletak pada indukan atau
teknik inkubasi Anda.

1. Telur Tidak Subur (Infertile Egg)


Telur tidak subur yang telah diinkubasi memiliki
piringan embrio atau blastodisc (lapisan jaringan embrio),
tanpa tanda-tanda adanya darah.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 71


Sumber gambar :
http://pesona-unggas.blogspot.com/2016/05/candling.html

Blastodisc: Pada permukaan kuning telur terdapat


bercak (bintik) putih melingkar kecil dengan diameter 2
sampai 3 milimeter dan biasanya terlihat di bagian atas
kuning telur saat Anda memecahkan telur ke dalam
mangkuk. Bintik ini adalah tempat di mana sperma
bergabung dengan telur. Pada telur yang belum dibuahi,
bintik ini dikenal sebagai disc germinal atau blastodisc.
Dalam telur yang subur bintik itu disebut blastoderm dan
berisi semua materi genetik yang disumbangkan oleh
kedua orang tua yang diperlukan untuk menghasilkan anak
ayam.
Ketika telur diinkubasi, embrio berkembang dari
blastoderm tersebut. Seiring berkembangnya embrio,
secara bertahap ia akan mengirim sistem pembuluh darah
ke selaput kuning telur. Pembuluh darah ini berfungsi
membawa nutrisi dari kuning telur ke embrio yang sedang
berkembang.
Tidak semua telur akan menjadi telur yang subur
(fertile egg), namun tingkat infertilitas yang tinggi menjadi
pertanda buruk. Infertilitas (tidak subur) memiliki banyak
penyebab. Salah satunya, tentu saja, tidak adanya
pejantan. Penyebab lainnya adalah kemungkinan karena

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 72


rasio yang salah antara ayam pejantan dengan ayam
betina (indukan).
Ketika ayam pejantan diharapkan melayani terlalu
banyak ayam betina, dia mungkin saja tidak bisa melayani
semua ayam betina yang ada atau mungkin juga kehabisan
sperma sebelum ia selesai melayani semua ayam betina.
Pada kasus lain, bila terlalu banyak ayam pejantan, mereka
mungkin akan menghabiskan terlalu banyak waktu untuk
bertempur (bertarung) di antara mereka sendiri dan
menyebabkan mereka memiliki sedikit waktu yang tersisa
untuk mendatangi semua ayam betina, atau para pejantan
itu akan mengganggu upaya masing-masing pejantan
untuk kawin.
Bahkan jika rasio kawin optimal, kesuburan akan
tetap rendah jika kawanan pejantan dan betina ini di
tempatkan pada tempat yang terbatas (sempit); tempat
yang terlalu kecil dapat mengakibatkan berkurangnya
frekuensi kawin. Dalam kawanan pejantan dan betina yang
jumlahnya kecil dengan hanya satu pejantan, dia mungkin
hanya akan menyukai beberapa ayam betina dan
mengabaikan yang lain.
Ayam betina yang suka mematuk cenderung kurang
diminati oleh ayam pejantan untuk dikawin dibandingkan
dengan ayam betina yang tidak suka (jarang) mematuk;
karena ayam betina seperti ini mengharapkan untuk dipilih
oleh ayam pejantan, dengan demikian membuat ayam
seperti ini menjadi target yang mudah untuk dijadikan
sebagai pasangan kawin.
Umur dapat mempengaruhi kesuburan. Infertilitas
dapat terjadi jika ayam pejantan dan betina belum cukup
dewasa secara seksual untuk memproduksi sperma yang
layak (ayam jantan) atau telur (betina). Infertilitas mungkin
juga hasil dari ayam-ayam yang terlalu tua, terutama ayam
pejantan. Untuk sebagian besar spesies, kesuburan akan
menurun tajam setelah sekitar tahun ketiga, dan usia lima
tahun bagi pejantan.
Seekor ayam betina yang terlalu gemuk atau terlalu
kurus atau seekor ayam jantan yang terlalu gemuk memiliki
kemungkinan untuk mengalami masalah kesuburan. Seekor

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 73


ayam jantan dengan kaki atau telapak kaki yang cedera
mungkin akan mengalami kesulitan untuk berkembang
biak. Terlalu sering berkumpul/bertemu, antara pejantan
dan betina, juga dapat menyebabkan stres yang mengarah
ke infertilitas.
Nutrisi dapat mempengaruhi kesuburan, begitu juga
dengan penyakit. Masalah parasit, internal atau eksternal,
dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang cukup
mengganggu kesuburan karena dapat mengurangi
frekuensi kawin. Paparan pestisida dan bahan kimia
beracun lainnya, atau, beberapa obat dapat juga
mengurangi kesuburan. Cuaca yang sangat panas atau
dingin dapat mempengaruhi kesuburan, suhu terpanas
adalah antara 55 ° F dan 80 ° F (13-27 ° C).

2. Telur Subur (Fertile) namun tidak ada embrio


Sebuah telur yang telah dibuahi, atau disebut
zigot, mengandung semua elemen penting untuk
penciptaan anak ayam, tetapi mereka akan tetap
sebagai zigot sampai mereka melalui proses inkubasi
yang memungkinkan embrio untuk mulai berkembang.
Sebuah zigot akan bisa mati diantara waktu telur
meninggalkan ovarium ayam dan waktu inkubasi
dimulai – sebuah fenomena yang dikenal sebagai
kesuburan lemah. Telur subur yang telah diinkubasi
mengandung blastoderm yang telah diperbesar tapi
tidak ada darah yang merupakan tanda bahwa
perkembangan embrio tidak terjadi.
Penyebab kesuburan namun tanpa embrio meliputi
sebagai hal-hal berikut ini:
 Telur terlalu lama di sarang sebelum dikumpulkan
untuk penetasan
 Telur yang ditangani secara kasar (kurang hati-
hati), seperti misalnya terguncang saat
pengumpulan atau pemindahan
 Telur kotor dicuci dengan air yang terlalu panas
 Telur dicuci di tempat yang tidak bersih (kotor)
 Telur disimpan terlalu lama sebelum inkubasi

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 74


 Telur disimpan dalam kondisi yang tidak tepat
sebelum inkubasi
 Telur mengalami perubahan suhu yang terlalu
besar
 Suhu Inkubator terlalu tinggi saat memulai proses
inkubasi
 Indukan terlalu muda atau terlalu tua
 Indukan terlalu inbrid
 Indukan sakit
 Indukan memiliki masalah keturunan
 ndukan atau telur terpapar pestisida atau bahan
kimia beracun lainnya
3. Telur tampak gumpalan darah berbentuk cincin
saat diteropong
Sebuah telur subur (fertil) yang sudah memiliki
embrio yang berkembang namun mati setelah 3 hari
pertama masa inkubasi (untuk ayam) biasanya
memiliki lingkaran (cincin) darah tanpa ada embrio
atau embrio yang berkembang namun ukurannya
sangat kecil dari seharusnya dan embrio mati sebelum
mata terbentuk. Telur dalam kategori seperti dibawah
ini presentase-nya sangat besar untuk masuk dalam
katagori telur tidak subur (infertil):
 Telur disimpan terlalu lama sebelum inkubasi
 Telur disimpan dalam kondisi tidak tepat sebelum
inkubasi
 Suhu Inkubator saat mulai terlalu tinggi atau
terlalu rendah
 Telur yang penanganannya kasar (tidak hati-hati)
selama pengumpulan atau transportasi
 Telur mengalami perubahan suhu terlalu ekstrem
sebelum inkubasi
 Telur terpapar pestisida atau bahan kimia beracun
lainnya

2. Kematian Awal Embrio


Embrio yang mati antara hari ke-3 dan ke-6 saat
dalam masa inkubasi (untuk ayam, dan 4-8 hari untuk
spesies lain) sudah memiliki sistem kantung kuning telur

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 75


yang berkembang, berada di sisi kiri, mata yang sudah
mulai terlihat, namun belum memiliki telur gigi. Penyebab
kematian awal embrio diantaranya adalah:
 ventilasi tidak cukup, menyebabkan konsentrasi
karbon dioksida terlalu tinggi
 pembalikan telur kurang
 sudut balik tidak benar
 Kekurangan vitamin
 Jamur atau kontaminasi lainnya dalam inkubator

3. Kematian Embrio Ditengah Periode Pengeraman


Kematian pada embrio paling sedikit terjadi di masa
pertengahan , yaitu di antara hari ke- 7 dan ke-17 untuk
ayam, dan hari ke-9 dan ke-23 untuk spesies lain. Selama
periode ini embrio mulai menampakan (mengembangkan)
cakar dan gigi, dan menjelang akhir periode ini, bulu
mulai muncul. Penyebab kematian pada tengah semester
ini antara lain:
 Pengoperasian alat inkubator tidak benar, yang
melibatkan suhu, kelembaban, pemutaran
(pembalikan), ventilasi, atau kesemua empat
parameter tersebut.
 Kontaminanisi inkubator
 Induk kekurangan gizi
 Telur meledak

4. Gagal Menetas
Salah satu hal yang paling menyedihkan selama
masa inkubasi adalah mendapatkan embrio mati sebelum
waktunya mereka menetas. Beberapa keturunan terkenal
sulit untuk menetas. Sebrights, misalnya, sulit untuk
menetas, dan anak-anak ayamnya umumnya kurang tahan
banting. Bantams cenderung bertelur yang berbentuk
bulat, sehingga sulit untuk menentukan di mana sel
(kantung) udara berada. Beberapa telur memiliki beberapa
embrio genetik yang abnormal, akan tetapi apabila jumlah
embrio yang mati cukup tinggi atau tanpa penetasan sama
sekali, itu merupakan pertanda buruk.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 76


Sebagian besar alasan mengapa embrio mati pada
pertengahan periode inkubasi juga terkait dengan
kematian embrio pada tahap akhir inkubasi. Penyebab
umum kematian embrio selama periode akhir meliputi:
 Telur disimpan terlalu lama sebelum inkubasi
 Telur didinginkan (kedinginan) selama pemindahan
dari inkubator ke penetasan
 Telur dibalik terlalu lama atau terlambat dipindahkan
ke penetasan
 Inkubator atau mesin penetas dibuka terlalu sering
selama masa penetasa
 Peletakan Embrio tidak benar selama masa penetasan
(malpositioning)
 Terjadinya kembar dalam telur (kuning telur dobel)
 Kualitas cangkang buruk, yang mungkin disebabkan
oleh usia telur, penyakit, atau defisiensi diet
 Telur tidak mengandung nutrisi yang cukup karena
dihasilkan dari indukan yang kurang gizi
 Kelainan genetik

5. Kegagalan anak ayam mematuk cangkang untuk


menetas (pipping)
Sebuah embrio yang sudah tumbuh penuh
(sempurna) namun gagal melakukan pippng mungkin
disebabkan karena telur masih memiliki kantung kuning
telur yang besar atau perut membesar yang belum
sepenuhnya tertutup. Penyebab kegagalan pipping
meliputi:
 Pembalikan yang kurang (tidak memadai), sehingga
pengembangan membran embrio menurun dan
penyerapan nutrisi menjadi buruk
 Kelembaban terlalu tinggi selama inkubasi atau
menetas
 Suhu terlalu rendah selama inkubasi
 Suhu terlalu tinggi selama masa penetasan
 Ventilasi tidak memadai selama masa penetasan

6. Mati dalam Cangkang (Dead in Cell)

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 77


Dead in shell adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan embrio yang sudah sepenuhnya
terbentuk yang berusaha mematuk cangkang (pipping)
tapi mati setelah tidak mampu membebaskan diri dari
cangkan (kerabang). Penyebab kematian ini meliputi:
 Kelembaban terlalu rendah untuk waktu yang lama
selama inkubasi
 Kelembaban terlalu rendah selama masa penetasan
 Suhu terlalu rendah untuk waktu yang lama selama
inkubasi
 Suhu terlalu tinggi selama masa penetasan
 Kurangnya ventilasi selama masa inkubasi atau
menetas
 Pembalikan yang tidak memadai selama 12 hari
pertama masa inkubasi
 Goncangan pada telur selama proses transfer ke
penetas
 Terlalu sering membuka inkobator selama masa
penetasan
Sebagian besar kematian dalam kategori ini terjadi
karena kelelahan atau kekurangan oksigen. Embrio yang
melakukan pipping dan tetap hidup tanpa bisa keluar dari
cangkang pada dasarnya adalah sebuah embrio mati
dalam cangkang yang belum mati.

7. Ketika sebuah Embrio Salah Posisi (malposisi)


Kegagalan untuk menetas sering terjadi karena
embrio salah posisi, yang berarti untuk beberapa alasan
embrio tidak bergerak ke posisi penetasan yang tepat
selama minggu terakhir masa inkubasi. Posisi normal
untuk embrio selama 2 hari terakhir masa inkubasi harus
berorientasi memanjang mengikuti bentung panjang telur,
dengan kaki yang terletak ke arah kepalanya. kepala harus
pada akhir bagian tumpul dari telur, berpaling ke kanan,
dan terselip di bawah sayap kanan dengan paruh
menunjuk ke arah kantung udara.
Kemungkinan terjadinya maloisisi, dimulai dengan
yang paling umum, yang salah satunya adalah letak paruh
diatas atas sayap kanan; kaki diatas kepala; kepala di

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 78


antara paha; kepala di bawah sayap kiri; kepala di ujung
kecil telur; kepala tidak mengarah pada kantung udara.
Beberapa variasi faktor tersebut bisa mematikan; yang lain
tidak.
Gagal menetas karena malposisi jumlahnya kurang
dari 2% dari telur yang ada dalam masa inkubasi.
Persentase lebih besar bisa terjadi bila terjadi masalah
seperti:
 Telur berbentuk bulat
 Telur ukurannya lebih besar dari normal
 Telur dengan ujung runcing ke atas
 Pengoperasian inkubator yang tidak benar (suhu,
kelembaban, ventilasi), yang mengakibatkan
perkembangan kantung udara yang tidak memadai
 Suhu terlalu rendah selama masa penetasan
 Induk ayam sudah tua, sehingga kualitas shell yang
buruk
 Ayam indukan kekurangan gizi (vitamin), terutama
vitamin A dan B12

8. Menetas Terlalu Awal


Unggas yang menetas lebih cepat dari jadwal
cenderung kurus dan berisik. Penyebab terjadinya
penetasan dini meliputi:
 Telur kecil
 Selisih masa inkubasi antara indukan
 Suhu terlalu tinggi selama masa inkubasi
 Kelembaban terlalu rendah selama masa inkubasi
 Ketika anak unggas yang terlalu dini menetas memiliki
pusar berdarah, penyebab yang paling mungkin
adalah terlalu tinggi suhu selama masa inkubasi atau
penetasan.

9. Terlambat Menetas
Embrio sehat yang diinkubasi dalam kondisi ideal
umumnya menetas sesuai jadwal, atau kadang-kadang
sedikit lebih cepat dari jadwal. Ketika waktu menetas-nya
sangat terlambat, Anda akan langsung mengira bahwa

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 79


Anda telah kehilangan semuanya, tapi sesungguhnya
belum tentu demikian. Serangkaian masalah saat listrik
mati juga bisa membuat telur menetas tertunda beberapa
hari; namun ternyata hal yang luar biasa terjadi dan anak
ayam tetap bisa menetas dan hadir ke dunia. Penyebab
terjadinya leterlambatan menetas meliputi:
 Ukuran telur besar
 Telur disimpan terlalu lama sebelum di inkubasi
 Suhu terlalu rendah selama masa inkubasi
 Kelembaban terlalu tinggi selama masa inkubasi
 Embrio lemah, yang dapat memiliki berbagai
penyebab termasuk masalah gizi
 Indukan terlalu tua

10. Mati di Ruang Penetasan

Kadang-kadang semuanya berjalan dengan mulus


selama masa inkubasi dan menetas, tetapi ketika Anda
membuka mesin inkubator, Anda menemukan beberapa
atau semua Kuri mati. Penyebab paling umum dari Kuri
mati dalam inkubator atau mesin penetas adalah:
 Suhu terlalu tinggi selama masa penetasan
 ventilasi tidak cukup, menyebabkan oksigen terlalu
sedikit
 Kuri terlalu lama di dalam inkubator sehingga mereka
mengalami dehidrasi

11. Anak Ayam Lengket & Basah

Kuri (anak ayam yang baru menetas) lengket


ditutupi dengan lendir pekat yang basah atau kering, yang
merupakan limbah embrio. Alasan paling umum adanya
lendir tersebut adalah kelembaban yang terlalu rendah,
menyebabkan Kuri mengering sebelum dapat menendang
cangkang dan residu penetasan. Pada akhirnya nanti,
lendir pekat ini akan terkelupas, tetapi Anda bisa
membantu mengelupasnya dengan menggunakan tangan
Anda sendiri.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 80


Lakukan dengan lembut tapi cepat, bilas burung
dengan air keran hangat. Beberapa orang
menenggelamkan burung sampai ke leher di wastafel atau
mangkuk. Sebaiknya gunakan air hangat suam-suam kuku
dari aliran keran. Waktu untuk membersihkan masing-
masing Kuri tidak boleh lebih lama dari waktu normal yang
Anda butuhkan untuk mencuci tangan.
Setelah lendir pekat telah dibersihkan dari tubuh
bayi ayam (Kuri), bungkus bayi tersebut dengan handuk
penyerap yang bersih hingga kering. Lalu kembalikan bayi
ayam ke dalam incubator untuk menghindari dari dingin
sementara mengeringkan tubuh.
Penyebab Kuri (bayi ayam yang baru menetas) lengket
diantaranya adalah:
 Telur disimpan terlalu lama sebelum inkubasi
 Ukuran telur lebih besar dari normal untuk
berkembang biak
 Suhu terlalu rendah selama inkubasi
 Kelembaban terlalu rendah selama inkubasi atau masa
menetas
 Ventilasi tidak memadai selama masa menetas

12. Cangkang Menempel ke Anak Ayam


Kadang-kadang Kuri mematuk cangkang (pipping)
sekuat tenaganya dan berhasil membebaskan diri
(menetas) akan tetapi tetap tidak bisa terbebas dari
bagian atas atau bawah kulit cangkang atau tetap memiliki
potongan (pecahan) cangkang yang menempel setelah
mengering. Biasanya, pecahan cangkang ini dapat dengan
mudah diambil dengan tangan saja. Namun biasanya
potongan-potongan kecil dari cangkang akhirnya akan
lepas dengan sendirinya tanpa bantuan Anda. Penyebab
menempel pecahan cangkang salah satunya faktornya
adalah sama yang menyebabkan Kuri lengket. Penyebab
lainnya adalah kelembaban yang terlalu rendah selama
penyimpanan telur dan kualitas telur yang buruk, dan
keduanya dapat mengakibatkan membran cangkang
menjadi kering.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 81


13. Mata Anak Ayam Tertutup
Kuri dengan mata yang masih menutup kemungkinan besar
mengalami dehidrasi. Penyebabnya meliputi:
 Suhu terlalu tinggi selama masa menetas
 Kelembaban terlalu rendah selama masa menetas
 Terlalu banyak ventilasi selama masa menetas
 Meninggalkan Kuri di inkubator terlalu lama setelah
menetas
Kelopak mata tetap mungkin untuk dibuka dengan
meneteskan setetes pencuci mata, seperti Systane. Jika
mata tetap tertutup ,rendam cotton bud dengan air
hangat dan oleskan ujung cotton bud (tidak menekan atau
menggosok mata) pada pertemuan 2 kelopak mata yang
menempel untuk melembabkan dan membuka kelopak
mata.

14. Ukuran Anak Ayam Kecil


Telur yang menetas berasal dari indukan yang
berbeda-beda. Jika berasal dari indukan yang berbeda
ukuran atau termasuk varietas besar dan sedang, maka
akan menghasilkan Kuri dengan berbagai ukuran. Telur
menetas yang berasal dari indukan yang Anda ternakan
langsung biasanya akan menghasilkan Kuri dengan ukuran
yang cukup seragam. Kuri yang berukuran lebih kecil dari
normal bukanlah masalah serius kecuali mereka lemah
atau memiliki masalah lain selain dari masalah ukuran.
Ketika terdapat banyak Kuri yang lebih kecil dari normal,
penyebabnya antara lain sebagai berikut:
 Kelembaban terlalu rendah selama penyimpanan telur
 Kelembaban terlalu rendah selama inkubasi
 Inkubator telur kecil
 Suhu terlalu tinggi selama inkubasi
 Kulit telur (cangkang) tipis, berpori
 Inkubasi terletak pada ketinggian yang lebih tinggi
dari 5.000 kaki (1.500 m), yang menyebabkan
tingkat kehilangan air dari telur menjadi lebih tinggi,
memperlambat tingkat metabolisme embrio ‘, dan
mengurangi laju pertumbuhan

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 82


15. Kondisi Anak Ayam Lemah
Kuri yang lemah yang tidak aktif seperti Kuri normal,
yang biasanya mulai bergerak sekitar segera setelah
mereka kering. Kuri yang lemah tidak bergerak banyak
pada baki menetas, mungkin tidak secara aktif mencari
pakan dan air dalam brooder, dan karena itu meninggal.
Penyebab Kuri yang lemah antara lain:
 Suhu terlalu tinggi selama masa penetasan
 Ventilasi yang kurang selama masa penetasan
 Kontaminasi dalam inkubator atau pada induk ayam
 Indukan dalam kondisi yang buruk
 Indukan kekurangan gizi, terutama vitamin
 Indukan sakit

16. Pusar Tidak Menutup, Basah dan bau


Kuri dengan pusar yang masih kasar atau berdarah
kemungkinan juga memiliki tubuh yang kering, kasar atau
lembab, dan tubuh lembek. Meskipun kondisi Kuri dapat
berbeda-beda, dan umumnya memiliki penyebab yang
berbeda, namun penyebab untuk kondisi yang berbeda
terutama disebabkan oleh kelembaban terlalu tinggi
selama masa menetas. Se-ekor Kuri dengan pusar yang
sakit memilkiki kemungkinan untuk sembuh, atau mungkin
juga mati jika pusar pecah. Bila anak ayam bau,
pemusnahan adalah jalan keluar yang terbaik, karena
mereka mungkin akan mati juga.

17. Kering, kasar


Penyebab pusar tidak sembuh dan juga kering,
kasar meliputi:
 Suhu terlalu tinggi selama inkubasi
 Fluktuasi suhu besar selama inkubasi
 Suhu terlalu rendah selama masa menetas
 Kelembaban terlalu tinggi selama masa menetas
 Indukan kekurangan gizi

18. Kuri lembek


Seekor Kuri yang lembek biasanya memiliki tubuh
yang besar, lembab, dan halus; memiliki perut yang besar

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 83


dengan pusar yang belum sembuh; dan biasanya lesu.
Jika baunya juga buruk, itu berarti ia memiliki infeksi
bakteri omphalitis, atau penyakit ayam lembek.
Penyebab Kuri lembek meliputi:
 Suhu terlalu rendah selama inkubasi
 Kelembaban terlalu tinggi selama inkubasi atau
menetas
 Ventilasi yang kurang
 Kontaminasi dalam inkubator dari telur kotor atau
karena tidak membersihkan dan mensterilkan
incubator setelah penetasan sebelumnya.

19. Jari-jari kaki tidak bisa lurus, menekuk ke bawah


Disebut Clubbed down karena setiap bulu halusnya
membentuk tongkat, yang dihasilkan dari kegagalan
selubung bawah untuk pecah, sehingga bulu menonjol
(menggumpal) di dasar poros. Kuriyang mengalami
Clubbed down penyebabnya adalah kekurangan riboflavin
(vitamin B2) dan lebih sering terlihat pada jenis hitam
karena produksi melanin pigmen hitam akan
membutuhkan riboflavin. Namun, ayam yg mengalami
clubbed down kadang-kadang dikaitkan dengan cara
menetas normal atau persentase rendah (kerang mati)
tidak selalu merupakan tanda kekurangan riboflavin.

20. Lahir dengan bentuk fisik tidak normal


Dua cacat Kuri yang paling umum adalah jari-jari
kaki bengkok dan kaki terentang. Sejumlah kelainan
bentuk lainnya, beberapa di antaranya tercantum di
bawah ini, dan biasanya hanya sesekali terjadi.
Penyebab umum dari kelainan diantaranya adalah
kesalahan penanganan telur tetas selama penyimpanan,
menyimpannya pada suhu dan kelembaban yang tidak
tepat; menyimpannya terlalu lama; atau membiarkan
mereka kedinginan sebelum memulai inkubasi. Cara
pengoperasioan mesin inkubator tentu saja dapat
mempengaruhi pertumbuhan. Suhu yang terlalu tinggi
mempercepat pertumbuhan dan dapat mengakibatkan
masalah pada otak, serta satu atau kedua mata hilang.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 84


Suhu terlalu rendah, atau pendinginan telur unggas terlalu
lama, juga dapat menghambat pertumbuhan.
Deformitas atau cacat mungkin saja timbul akibat
dari indukan yang mungkin usianya terlalu tua, faktor
keturunan dalam berkembang biak atau regangan,
penyakit, atau diet. Embrio memperoleh nutrisi yang
diperlukan dari seluruh bagian telur: kuning, putih, dan
cangkangl. Bila terjadi kekurangan protein, vitamin, dan
mineral pada makanan yang dimakan oleh indukan nutrisi
yang tersedia dari telur mereka tidak cukup untuk embrio
tumbuh dengan tepat, sehingga menyebabkan cacat gizi.

F. Hal-Hal Lain Yang Mempengaruhi Tingkat Keberhasilan


Penetasan
Hanya karena telur yang subur mengandung sel sperma,
sehingga berpotensi mampu berkembang selama inkubasi, tidak
berarti telur akan bertahan hidup selama masa inkubasi dan menetas
menjadi seekor unggas yang sehat. Bahkan prosentase menetas pada
ayam hanya 89% dari telur suburnya. Untuk inkubasi buatan dalam
unit yang dirancang dengan baik dan benar cara menjalankannya,
rata-rata tingkat keberhasilan menetasnya adalah 85 persen untuk
unggas daratan.
Definisi konvensional apapun apabila lebih dari 75% dari telur
yang subur bisa menetas maka dianggap tingkat yang baik; kurang
dari 50% adalah rendah. Jika tingkat menetas telur yang dilakukan
berada di pertengahan sampai kisaran tinggi, maka bisa mencoba
meningkatkan tingkat keberhasilan menetaskan dengan memperbaiki
cara pengoperasian mesin incubator dengan cara yang lebih baik
(benar). Maka tingkat keberhasilan menetas sangat dipengaruhi juga
oleh variable cara pengoperasion incubator yang benar – suhu,
kelembaban, ventilasi, membalik, dan letak telur.
Jika tingkat keberhasilan menetas secara konsisten jatuh
dalam kisaran rendah, cari penyebab lain. Sanitasi inkubator yang baik
adalah juga penting untuk keberhasilan penetasan, serta untuk
memberikan Kuri awal yang sehat dalam hidup. Karena penetasan
adalah sumber utama kontaminasi pada inkubator, luangkan waktu
untuk membersihkan inkubator secara menyeluruh setelah setiap
menetas.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 85


Pada akhir setiap musim menetas, lakukan pembersihan
menyeluruh pada mesin inkubator. Pembersihan dan disinfeksi tidak
akan menghancurkan semua organisme penyebab penyakit tapi akan
membuat lingkungan yang baik bagi telur dan Kuri berikutnya yang
akan hadir pada incubator. Jika menunda pembersihan, maka mesin
inkubator akan memiliki lebih banyak mikroba yang bercampur dengan
bulu dan kotoran lainnya.

1. Masalah Kesehatan Pada Indukan

Sebuah indikasi yang baik tentang adanya penyakit


adalah penampilan telur dengan cangkang kasar, cacat, atau tipis
dengan tingkat daya tetas yang rendah dan tingkat kematian
embrio dan Kuri yang tinggi. Penyakit dapat ditularkan dari
indukan yang terinfeksi kepada keturunannya melalui telur yang
menetas dengan salah satu dari dua cara berikut ini: Organisme
yang menularkan penyakit mungkin (jarang) masuk ke dalam saat
telur sedang terbentuk dalam ayam betina yang terinfeksi, atau
mungkin masuk melalui cangkang telur saat telur sedang di erami
atau saat telur di erami dalam sarang yang terkontaminasi.
Bakteri kemudian masuk kedalam telur melalui cangkang, dan
akan lebih mudah terjadi bila cangkang retak atau basah
(misalnya, karena pembersihan yang tidak benar).
Penyakit juga dapat ditularkan melalui Kuri yang terinfeksi
kepada Kuri yang sehat dalam inkubator (seringkali karena
menghirup bulu dari Kuri yang sakit) atau dalam brooder
(ruangan yang dihangatkan untuk Kuri/anak ayam yang baru
lahir)-biasanya melalui kotoran dalam pakan atau air yang
tertelan.
Bakteri salmonella cukup umum pada unggas dan dapat
menyebabkan rendahnya tingkat daya tetas dan tingginya tingkat
kematian Kuri. Penyakit yang paling umum yang disebabkan oleh
Salmonella adalah pullorum dan tipus unggas, yang keduanya
dapat dihilangkan dari indukan melalui tes darah untuk
mengidentifikasi dan membuang (menyisihkan) indukan yang
sakit. Paratifoid, adalah penyakit lain yang disebabkan oleh
Salmonella, namun jenis yang satu ini lebih sulit untuk dideteksi.
Selain itu, telur dari indukan yang telah sembuh dari
penyakit tetap mungkin menjadi telur yang tidak subur (infertile),

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 86


karena beberapa penyakit dapat menyebabkan kerusakan
permanen pada ovarium. Penyakit yang menyebabkan ketidak
suburban telur diantaranya adalah penyakit kronis pernapasan,
coryza menular, bronkitis menular, penyakit Marek, dan penyakit
endemik Newcastle (ringan). Tetapi untuk membuat kita sadar
adanya kemungkinan penyebab-penyebab yang harus diketahui
agar tidak mengalami tingkat kematian yang tinggi pada embrio
atau Kuri. Untungnya, penyakit ini tidak menjadi masalah pada
peternakan berskala kecil. Penyebab dari daya tetas yang rendah
pada peternakan macam ini lebih mungkin karena gizi buruk.

2. Kurangnya nutrisi pada pakan indukan


Kekurangan gizi merupakan salah satu penyebab paling
umum dari daya tetas yang rendah. Suplai protein, vitamin, dan
mineral untuk memberikan nutrisi yang memadai dalam telur
menetas terlalu sedikit, sehingga merugikan perkembangan
embrio. Semakin tua indukan, semakin mereka membutuhkan
tingkat nutrisi yang lebih tinggi.
Tampilan embrio, dikombinasikan dengan hari di mana
embrio itu mati, memberikan petunjuk mengenai kurangnya
nutrisi. Dalam hal kekurangan riboflavin, misalnya, puncak
kematian ada di tiga titik: yaitu pada hari keempat, kesepuluh,
dan empat belas masa inkubasi. Embrio dapat menjadi kerdil,
memiliki paruh yang terlihat seperti nuri, memiliki sayap dan kaki
yang sangat pendek.
Spesies lain memiliki manifestasi yang sama, muncul pada
tahap perkembangan yang sama; misalnya, hari ke-10 adalah
hampir pertengahan masa inkubasi bagi ayam, dan hari ke-14
bagi jenis unggas lainnya. Bagaimana kemungkinan kelainan ini
terjadi, begitu pula tentang kapan puncak kematian bisa terjadi,
tergantung pada seberapa serius kekurangan gizi ini atau
bagaimana cara mengkoreksi cara pengumpulan (pemilihan)
telur.

3. Masalah Bawaan Turunan/ Hereditary


Setiap unggas (ayam) memiliki kombinasi gen dominan
dan resesif. Ketika gen dominan dipasangkan dengan gen resesif,
gen dominan membayangi atau memodifikasi gen resesif, dan
sifat dominan berlaku. Cacat herediter (bawaan) disebabkan oleh
Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 87
gen resesif yang menjadi kuat saat dua ayam yang membawa
gen resesif yang sama dikawinkan.
Memunculkan sifat resesif dapat menjadi hal yang baik
atau buruk. Jika sifat resesif yang diinginkan, maka ini yang akan
mendorong kita untuk meperolehnya. Jika itu bukan yang
diinginkan, kita akan menyingkirkannya. Hal yang paling mungkin
untuk dilakukan adalah dengan mempertahankan keragaman
genetik yang cukup untuk mencegah konsentrasi resesif yang
tidak diinginkan pada indukan kita.
Tidak semua sifat dikendalikan oleh gen dominan atau
resesif melainkan dengan kombinasi gen. Contohnya adalah
rumplessness, fitur genetik kompleks yang khas dari Araucanas
tapi kadang-kadang muncul pada jenis ayam lainnya.
Rumplessness ditentukan oleh interaksi antara banyak gen yang
berbeda. Semakin inbrida indukan, semakin besar kemungkinan
untuk memunculkan sifat resesif.

4. Kawin sedarah
Perkawinan sedarah yang terus menerus atau dalam jarak
waktu yang dekat menyebabkan fenomena yang dikenal sebagai
perkawinan sedarah depresi, dan daya tetas rendah biasanya
merupakan tanda awalnya. Kemudian tanda-tanda lainnya adalah
lebih sedikit telur ditetaskan dan Kuri yang mungkin atau mungkin
saja tidak mati segera setelah ditetaskan.

VIII. PEMELIHARAAN KESEHATAN AYAM

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 88


Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Oleh karena itu
berbagai hal yang berhubungan dengan penyakit dan cara-cara
pencegahannya perlu diketahui.

Tabel 20.Perbedaan antara ayam sehat dan sakit


Karakteristik Ayam sehat Ayam sakit
Terlihat redup,
Kondisi tampilan
Terlihat hidup, lincah bergerak lamban, diam
secara umum
saja
bobot badan Normal, baik Ringan
Lamban, bahkan
Pertumbuhan Normal
kuntet
Mengkerut, agak
Mata Hidup, berbinar
mengeras, pucat
Besar, lembut,
Kloaka, dubur
memerah dan lembap
Kulit Lembut dan segar Keriput dan kering
Jengger Merah Pucat

Pencegahan penyakit terdiri dari dua aspek penting


yaitu sanitasi (biosecurity) dan vaksinasi. Namun
untuk sistem pemeliharaan diumbar, untuk mencegah
tertularnya penyakit agak sulit karena sehari-hari ayam dilepas
bersama-sama ayam tetangga lain. Sementara itu untuk sistem
pemeliharaan ren (ranch) dan batere, sanitasi dan vaksinasi
dapat terkontrol dengan baik.
1. Vaksinasi
Merupakan upaya untuk meningkatkan ketahanan
tubuh ayam terhadap penyakit, yang umum menyerang
ayam. Adapun pelaksanaannya kita memberikan ke dalam
tubuh ayam berupa vaksin yaitu bahan
biologis yang dapat menyebabkan ketahanan tubuh
(imunitas) terhadap penyakit tertentu.
Vaksinasi yang biasa dilakukan untuk ayam lokal adalah
seperti tertera pada Tabel 21, yaitu vaksinasi Marek’s

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 89


terhadap virus Marek’s, vaksinasi ND-IB untuk menangkal
penyakit tetelo dan infeksi saluran pernafasan dan vaksinasi
IBD untuk menangkal penyakit gumboro.

Tabel 21. Program vaksinasi ayam KUB-Sensi


Jenis Vaksin Umur Ayam (hari)
Mareks 1
ND-IB 4
IBD (gumboro)-1 7
IBD (gumboro)-2 21
ND 28
Coryza HMVC 77
ND-IB-EDS Kill 112

a. Pemberian Vaksin Untuk Ayam Kampung

Sering terjadi peternak sudah memberikan vaksin namun


masih terjangkit penyakit. Kasus inidapat terjadi kemungkinan
peternak tidak mengetahui secara pasti vaksin apa yang harus
diberikan. Adalah kesalahan besar apabila salah dalam
memberikan vaksin.Tujuan pemberian vaksin adalah untuk
menambah kekebalan tubuh justru menimbulkan dampak dari
virus yang dapat merugikan. Untuk itu perlu diketahui tata cara
pemberian vaksin pada ayam khususnya ayam kampung. Seperti
halnya langkah-langkah pengobatan ayam pemberian vaksin untuk
ayam kampung harus memperhatikan 3 langkah vaksinasi.
Langkah tersebut adalah ketepatan pemberian vaksin,
waktu pemberian vaksin, dan cara tepat pemberian vaksin
menurut jenis dan fungsinya.

1) Ketepatan pemberian vaksin

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 90


Pemberian vaksin dilakukan dengan cara suntik, tetes
mata atau hidung serta dengan cara memberikan pada air
minum ayam. Pemberian vaksin dapat dilakukan juga dengan
cara menyemprot dengan alat semprot agar terhirup oleh
ayam. Namun tidak semua vaksin untuk ayam baik untuk
ayam (jenis dan fungsinya) maka dari itu kita harus teliti
mengenai jenis dan vaksin apa yang harus diberikan untuk
ayam kita.
Vaksin diberikan agar masuk ke dalam tubuh ayam.
Jika kondisi vaksin tersebut rusak maka tindakan vaksinasi
adalah sia-sia dan terlebih lagi jangan sampai ayam tidak
kebal tetapi malah akan menjadi pembawa penyakit baru dan
bahkan mati. Jadi pastikan kondisi vaksin dalam keadaan steril
dan masih baik.
2) Waktu pemberian vaksin ayam
Waktu pemberian vaksin sesuai dengan jadwal yang tertera di
table dan caranya juga sesuai rekomendasi.
3) Cara Tepat memberikan vaksin
Jangka waktu pemberian vaksin diberikan paling lama
setelah 2 jam diencerkan.Setelah 2 jam vaksin sudah tidak
efektif. Apabila dalam pemberian vaksin mengalami kejadian
air pengencer vaksin kurang atau tumpah, bisa diganti dengan
air kelapa muda, dosis disesuaikan.

2. Penyakit-penyakit ayam
Walaupun upaya pencegahan terhadap masuknya penyakit
dilakukan, namun ada perlu juga kita mengenal berbagai ciri atau
gejala penyakit-penyakit, baik itu penyebab danupaya pengobatannya.
Berbagai obat kimiawi diperkenalkan dan diaplikasikandengan
menunjukkan kesembuhan ternak dari berbagai seranganpenyakit.
Namun tentunya banyak juga dipraktekkanpenggunaan obat-obat
tradisional di pedesaan untuk mencegah bahkanmenyembuhkan dari
serangan penyakit-penyakit tertentu.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 91


Apabila gejala salah satu atau beberapa penyakit ini timbul terus
setelah diupayakan diobati, maka sangat dianjurkan untuk
berkonsultasi dengan mantri kesehatan atau bila perlu dokter hewan
atau bisa juga berkorespondensi denganlembaga-lembaga yang
bekerja di bidang kesehatan ternakatau hewan.

a. Penyakit tetelo

Dikenal juga sebagai penyakit ND


(Newcastledisease).
Sifat penyakit ini mudah sekali menular dari
satu ayam ke ayamlainnya pada segala
umur. Penularannya bisa melalui
udara,kontak langsung dengan ayam yang
sakit, makanan yangtercemar atau bisa juga
dibawa oleh binatang liar seperti
burung yang masuk kandang.
Gejala:Ayam terlihat lemah, pucat, malas, bulu kusam dan
nafsu makan kurang. Hidung, paruh dan tenggorokannya
berlendir. Kotoran mencret, berwarna kehijauan, kekuningan
atau hijau putih. Kematian ayam yang terserang ND sangat
tinggi.
Penyebabpenyakit tetelo adalah virus Tortor Vurens. Untuk penyakit ini
tidak bisa diobati kecuali dengan pencegahan melalui vaksinasi
ND yang teratur, namun apabila ragu-ragu dengan gejala yang
sama terserang penyakit selain ND, maka ayam bisa diber vitamin.
Seandainya ada ayam yang bertahan tidak sampai
mati, biasanya ayam mempunyai kerusakan pada syaraf untuk
koordinasi pergerakan tubuh. Ayam yang terserang sebaiknya
dipotong untuk dikonsumsi, sementara sisa tubuh seperti bulu,
darah atau jaringan tubuh yang lain yang tidak termanfaatkan
dikubur atau dibakar.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 92


b. Penyakit pilek (coryza)
Penyakit pilek ini biasa disebut penyakit snot. Penyakitdapat
menyerang semua umur dan cepat menular denganganas melalui
udara, kontak langsung dengan ayam terserangpenyakit, binatang lain
sebagai carrieryang datang singgah dikandang, dan bisa melalui
makanan dan minuman.

Gejala: Ayam terlihat lesu, lemah, sesak nafas, ngorok,


batuk-batuk dan bersin. Paruh dan hidung berlendir, kadangmata
bengkak dan berair. Jengger dan pial
kadang-kadangbengkak.
Penyebabpenyakit ini adalah bakteri
Haemophilus galinariumyangsemakin
aktif pada cuaca dingin dan lembap.
Pencegahanterhadap serangan penyakit ini
adalahdengan sanitasi yangbaik dengan
mengupayakan agar kandangtetap kering
hangatdan terlindung dari hempasan angin
dan tampias hujan.
Vaksinasi terhadap penyakit ini sudah ada dan biasa dilakukan
sesuai dengan dosis yang dianjurkan; biasanya setiap 3 bulan
sekali pada saat cuaca dingin. Ayam sebaiknya diberi vitaminantistress
untuk menjaga kondisi badannya. Jika terlihat adasatu atau dua ekor
ayam sakit, segera dipisahkan dari ayamyang sehat. Ayam sakit dapat
diobati dengan obat antisnotberturut-turut selama 5 hari bahkan bisa
juga disuntik denganantibiotika seperti penicillin, streptomycin dan
sebagainya.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 93


C. Penyakit pernafasan (CRD = cronic respiratory disease)

Sifat penyakit ini sangat mirip sekali


dengan penyakit pilekatau snot, yang
dapat menular, menyebar lewat udara,
kontakdengan penderita, dibawa
binatang lain ke kandang ataumakanan
dan minumanyang terkontaminasi.
Gejala penyakit ini mirip dengan
penyakit pilek atau snot, namun
sifatnya kronis atau menahun, yang lambatpengaruhnya, sehingga
yang terserang akan cacat seumurhidup dengan produktifitas rendah.
Kepala sering digelenggelengkan untuk mengatasi sesak nafas
terutama di malamhari. Cairan lendir biasanya menetes dari hidung
dan paruh bila ayam menunduk.
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Mycoplasma gallisepticum.
Biasamenyerang pada saat kondisi dingin dan lembap.
Pencegahandiupayakan dengan sanitai kandang. Ayam sakit
dipisahkan dari yang sehat. Ayam sehat diberi vitamin antistress dan
pakan yang cukup gizi. Bagi induk-induk yang terkenaserangan
penyakit ini sebaiknya dipotong dan dikonsumsi,jangan dijadikan
induk, karena produktifitasnya akan terganggu.Sementara untuk ayam
yang sakit dapat diobati denganantisnot dikandangkan dalam kandang
yang lebih hangat.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 94


d. Flu burung
Flu burung atau Avian Influenza
(AI)adalah suatu penyakitmenular
disebabkan oleh virus H5N1.
Penyakit ini dapatmenyebabkan
kematian unggas secara mendadak
danmenyebar dengan cepat. Ayam,
itik, kalkun, burung-burung liardan
sebagainya beberapa binatang lain
termasuk manusiadapat terkena
infeksi dan menyebabkan kematian.
Karakteristik virus flu burung adalah dapat bertahan dalam
kotoran unggas dan lingkungan (air dan tanah) dalam waktu beberapa
minggu dan lebih lama lagi pada suhu dingin, namunmati segera
setelah dipanaskan.
Gejala klinis yang sering ditemukan pada ayam/unggas yang terjangkit
flu burung, antara lain:
 Jengger dan pial membengkak dengan warna kebiruan;
 Perdarahan merata pada kaki yang berupa bintik-bintik
merah(ptekhi) atau ada sering disebut juga ”kaki kerokan”;
 Adanyacairan pada mata dan hidung (gangguan pernapasan);
 Keluar cairan eksudat jernih hingga kental dari rongga mulut;
 Diare; Haus berlebihan; Kerabang telur lembek;
 Tingkat kematian sangat tinggi mendekati 100% (kematian
dalam waktu 2 hari, maksimal 1 minggu).
 Media penyebarandan penularan dapat melalui: (a) Kotoran
unggas; (b) Saranatransportasi ternak; (c) Peralatan kandang
yang tercemar; (d)Pakan dan minum unggas yang tercemar; (e)
Pekerja dipeternakan; (f) Burung.
Penyebabpenyakit ini adalah virus H5N1, yang dapat ditemukan
dalamlendir, dan kotoran ayam. Prinsip dasar yang diterapkan dalam
pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan Avian Influenza
atau flu burung ini, adalah: (a) Mencegah kontak antara hewan
peka dengan virus AI, (b) Menghentikan produksi virus AI olehunggas

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 95


tertular (menghilangkan virus AI dengan dekontaminasi/
disinfeksi), (c) Meningkatkan resistensi (pengebalan) denganvaksinasi,
(d) Menghilangkan sumber penularan virus, dan (e)Peningkatan
kesadaran masyarakat (public awareness).
Dalam pelaksanaannya, dapat dilakukan melalui 9
tindakanyangmerupakan satu kesatuan satu sama lainnya yang
tidakdapat dipisahkan, yaitu: (a) Peningkatan biosekuriti; (b)Vaksinasi;
(c) Depopulasi; (d) (pemusnahan terbatas atauselektif) di daerah
tertular; (e) Pengendalian lalulintas keluarmasuk unggas; (f)
Surveillans dan penelusuran (tracking back);(g) Pengisian kandang
kembali (restocking); (h) Stamping out(pemusnahan menyeluruh) di
daerah tertular baru; (i)Peningkatan kesadaran masyarakat (public
awereness); (j)Monitoring dan evaluasi; (k) Jagalah agar ternak
unggas dalamkondisi baik, antara lain, mempunyai akses ke air bersih
danmakanan yang memadai, kandang yang memadai,
menerimaproduk-produk yang bebas cacing dan sudah divaksinasi; (l)
Jagalah ternak agar selalu berada di lingkungan yangterlindung; (m)
Periksalah barang-barang yang masuk ke dalam
peternakan.
Yang harus dilakukan untuk melindungi peternakan pada
saat terjadi wabah AI di sekitar peternakan: (a) Peliharalah
ternak ditempat yang terlindungi; (b) Jangan membeli ataumenerima
hewan baru ke dalam peternakan; (c) Batasi dankendalikan orang
yang masuk ke peternakan; (d) Sapu pekarangan, bersihkan kandang,
peralatan, sepeda motorsecara berkala; (e) Simpan pupuk kandang
(jauhkan darikolam, sumur dan lain-lain).

e. Penyakit cacingan
Ayam-ayam kampung yang diumbar dan dipelihara dalam
kandang dengan lantai tanah bukan panggung, sangat mudah
terkena penyakit cacingan. Telur cacing dapat mudah termakan
oleh ayam pada waktu mencari makan di halaman ataupun di
kandang, sehingga untuk sistem pemeliharaan diumbar atau

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 96


kandang ren pecegahan sepenuhnya terhadap penyakit cacing
ini kemungkinan besar tidak akan tercapai.
Gejala penyakit terlihatAyam lesu, tidak bergairah, mencret berlendir,
induk-induk berhenti produksi. Nafas terengah-engah padaayam yang
terserang cacing saluran pernafasan. Gejala di atasbisa terjadi pada
semua umur ayam.
Penyebab, pencegahan dan pengobatan.
Dua jeniscacing yang sering ditemukan, yaitu cacing bulat-
panjang,dinamakan Ascaris galli, yang dewasa panjangnya sekitar 5-
11cm berwarna putih kekuningan. Cacing Ascaris ini tinggaldalam usus
ayam mencuri zat-zat makanan. Kedua adalahcacing saluran
pernafasanSyngamus trachea. Cacing yangselalu berdempetan yang
jantan dan betinanya, berukurandewasa 2 cm untuk yang betina, si
jantan berukuran lebih kecil.Cacing ini berwarna merah. Cacing
Syngamus ini mencuri zatzat makanan dari saluran pernafasan dan
menyebabkan lukaluka berlendir pada saluran pernafasan.
Pencegahan yang utama adalah sanitasi kandang
denganmembersihkan sesering mungkin kotoran, kotoran ayam,karena
mekanisme penularannya melalui telur-telur cacingyang keluar
bersama kotoran, kemudian termakan oleh ayamlain. Penyemprotan
kandang dengan desinfektan secara teratursangat dianjurkan. Program
pemberantasan dapat dilakukandengan memberikan obat cacing
Peperazin secara teratur,sesuai saran yang dianjurkan.
Pengobatan untuk ayam yang terserang dilakukan denganmemberikan
obat cacing dengan dosis pengobatan. Ayamterserang penyakit cacing
ini sebaiknya dipisahkan dari ayamayam yang sehat. Pemberian
suplemen vitamin untuk ayamterserang dianjurkan untuk memperkuat
tubuh.
f. Penyakit cholera
Penyakit ini dikenal juga dengan penyakit berak hijau dan
menyerang semua umur ayam. Penyakit cukup berbahaya
karena dalam waktu singkat dapat memusnahkan semua ayam
yang dipelihara.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 97


Gejala : Ayam lesu, nafsu makan berkurang, bobot ayammerosot
drastis, sesak nafas dan kadang-kadang ngorok,terdapat lendir kental
keluar dari paruh dan hidung. Jenggerdan pialnya biru kadang-kadang
membengkak. Kotorannyamula-mula encer berwarna putih, kemudian
kekuningan danakhirnya berwarna hijau. Induk-induk ayam berhenti
berproduksi telur.
Penyebab, pencegahan dan pengobatan

Penyebabpenyakit ini adalah bakteri


Pasteurella multocida yangditularkan
melalui kontak langsungdengan ayam
terserang,melalui kotoran dan air liur
ayamterserang dan melaluimakanan,
minuman dan peralatan yangtercemar
bibit kholera.
Pencegahan pada umumnya dilakukan dengan menjagasanitasi atau
kebersihan kandang. Lakukan isolasi ayam-ayamyang terserang
kemudian dapat diobati dengan obat-obatantibiotika yang tersedia di
toko unggas. Pemberian dilakukansesuai dengan saran. Biasanya
dalam
3 hari ayam akansembuh, tapi jika tidak dapat diulang, dan
seandainya tidakterlalu merugikan, ayam terserang sebaiknya
dimusnahkandengan membakar agar tidak terjadi penularan yang
berkelanjutan.
g. Penyakit pullorum

Penyakit ini dikenal juga sebagai


penyakit berak kapur.Biasanya ayam
sakit yang kena pullorum,
meskipunkelihatannya sudah sembuh,
sesungguhnya masih
mengidappenyakit yang dapat
ditularkan pada ayam lain
atauketurunannya.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 98


Gejala. Nafsu makan berkurang, tubuh ayam lemah, bulukusam
sayap menggantung, kotoran mencret berwarna putihdan lengket,
banyak melekat pada bulu-bulu sekitar dubur.Penyerangan pada anak
ayam menyebabkan kematian tinggi.Pada pemeriksaan bedah bangkai
terlihat peradangan padasaluran percernaan, hati bengkak, jantung
bercak-bercak putih.
Penyebab, pencegahan dan pengobatan.
Sanitasikandang dan peralatan dengan membersihkan sesering
mungkinkotoran dari kandang dan mencuci tempat minum pakan, di
samping secara teratur dilakukan penyemprotan kandang.
h. Penyakit coccidiois (berak darah)
Penyakit dikenal dengan penyakit
berak darah. Penyakit ini sangat
dikenal di peternak-peternak ayam
karena kejadiannyasering dan sering
memakan korban banyak anak-anak
ayamdibawah umur 2 bulan,
meskipunpenyakit ini dapat
jugamenyerang ayam-ayam dewasa.
Gejala. : Ayam lemah, lesu, nafsu makan berkurang. Bulukusam,
sayap menggantung bahkan bulu-bulu berdiri sepertikedinginan. Posisi
ayam berdiri sering membungkuk sepertimenahan sakit perut. Kotoran
encer berwarna merah, kemudianmenjadi merah kehitaman.
Pengamatan bedah bangkai terlihatradang usus halus atau usus buntu
dengan pendarahan yangjelas terlihat.
Penyebab, pencegahan dan pengobatan.
Penyebab penyakit ini adalah protozoa coccidian, yang cepat menular
terutama pada kondisi cuaca basah atau lembap. Protozoa ini
menyerang sel-sel mukosa usus dan menimbulkan peradangan dan
pendarahan.
Pencegahan dilakukan terutama dengan sanitasi kandang,dijaga agar
kotoran tidak mencemari pakan dan air minum.Pemberian suplemen
vitamin pada cuaca lembap dapatmeningkatkan ketahanan tubuh
ayam. Pemberian obat antikoksidiosis pada anak-anak ayam umur 7

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 99


hari dapatmengurangi serangan penyakit kemudian diulang lagi
dandiwaktu terjadi wabah, seluruh ayam dapat diberi
obatkoksidiosistat sesuai dosis yang dianjurkan.Pengobatan pada
ayam-ayam yang terserang dapatdilakukan dengan memakai obat-
obat tersedia di toko ungags dengan dosis dan pemberian sesuai
anjuran. Ayam-ayam sakittersebut diisolir dari ayam sehat, kandang
ayam yang sakitsebaiknya setiap hari dibersihkan. Pemberian pakan
dengangizi baik pada ayam-ayam sakit dapat memperkuat tubuh.

i. Penyakit cacar unggas


Penyakit cacar ayam pada ayam kampung masih seringterjadi, tidak
merupakan penyakit pembunuh tapi menggangu keindahan tampilan
ayam.
Gejala. Disekitar paruh, mata jengger, pial dan pada bagiantubuh lain
yang tertutup bulu, awalnya terlihat bintik-bintik kecil
merah, kemudian bintik ini membesar berwrna kekuningan dan
selanjutnya berubah menjadi merah kehitaman. Luka-luka
cacar tersebut kemudian akan tertutup oleh selaput berwarna
keputihan. Nafsu makan berkurang diikuti dengan kondisi
badan turun, kadangkala keluar cairan dari lubang hidung dan
mata.
Penyebab, pencegahan dan pengobatan.
Penyebab penyakit ini adalah virus Borreliota avium yang menular
secara kontak langsung dengan ayam terserang penyakit, melalui
gigitan nyamuk, kutu, binatang lain, bulu unggas terserang yang lepas
kemudian terbawa angin masuk ke kandang dan makanan serta
minumam tercemar.
Pencegahan utama adalah dengan vaksinasi cacar unggas
kemudian diikuti dengan sanitasi kandang dan peralatan.
Cegah adanya burung yang berusaha masuk ke dalam
kandang dan tidak mencampurkan ayam yang sakit dengan
yang sehat.
Pengobatan pada ayam-ayam yang terserang bisa
dilakukan dengan membersihkan bungkul-bungkul luka dan

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 100


membubuhkan iodium. Ayam sakit kemudian diberi pakan yang
baik cukup gizi. Pengobatan dilakukan sampai sembuh dan
baru boleh dicampur dengan ayam-ayam yang sehat.

j. Penyakit kutu dan gurem


kutu dan gurem ini sering terdapat pada tubuh ayam. Kutu
dan gurem merupakan parasit yang menggangu ayam dengan
mengisap darah sehingga menimbulkan gatal-gatal. Kutu ayam
tinggal pada tubuh ayam, melekat pada pangkal bulu, dan kulit
ayam. Gurem biasanya pada siang hari bersembunyi pada
tempat-tempat yang gelap, lipatan kayu kandang dan di bawah
sarang.
Gejala :Ayam yang terkena kutu dan gurem terlihat tidak
tenang, selalu gelisah karena terganggu oleh gigitan kutu dan
gurem, sehingga nafsu makan berkurang diikuti dengan
pertumbuhan, produksi telur yang menurun
Penyebab, pencegahan dan pengobatan.
Penyebab penyakit ini adalah kutu dan gurem (lice, flea dan bug).
Mereka termasuk kelas insekta. Berbagai jenis kutu yang
teridentifikasi, di antaranya adalah Cuclotogaster heterographa (kutu
kepala ayam), Lipeurus caponis (kutu sayap ayam) dan sebagainya,
berukuran sekitar 1-6 mm. Kutu benbentuk bulat pipih berkaki 3
pasang. Jenis gurem sarang (Cimex lectularius) merupakan
gurem umum sering ditemukan berukuran 2-5 mm panjang dan
1.5-3 mm lebar mempunyai kaki 3 pasang.
Sanitasi kandang dan penyemprotan kandang dengan
insektisida secara teratur dapat mengusir dan memusnahkan
kutu dan gurem.
Pengobatan pada ayam yang terserang kutu atau gurem
dapat dilakukan dengan pemberian bedak khusus, yang biasa
dipergunakan untuk mengusir kutu hewan piara seperti anjing
atau kucing. Pemberian daun jeruk atau daun sereh dalam
sarang, menurut pengalaman di masyarakat pedesaan, dapat
mengusir gurem. Memandikannya dengan campuran air sabun dan
belerang.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 101


IX. ANALISIS KELAYAKAN USAHATERNAK PERBIBITAN

Perbibitan Grand Parent Stock (GPS)

Tujuan dilakukannya usaha ternak adalah untuk memperoleh


pendapatan yang dapat menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan atau
diperolehnya keuntungan. Usaha pembibitan ayam bukanlah usaha
yang cukup dilakukan satu musim saja, mengingat cukup banyak
investasi awal yang perlu ditanggung peternak atau pengusaha.
Berikut disajikan analisis kelayakan usaha pembibitan dengan
hasil produksi yaitu DOC Parent Stock. Beberapa asumsi yang
digunakan dalam analisis usaha ini diantaranya adalah:
I. Asumsi Teknis dan Ekonomi
a. Populasi ayam sebanyak 800 ekor (jantan 160 ekor dan
betina 640 ekor)
b. Produksi DOC sebanyak 3500 ekor/bulan
c. Jumlah telur afkir sebanyak 10%
d. Masa produksi telur selama 1,5 tahun
e. Kepadatan kandang 8 ekor/m2
f. Kebutuhan pakan fase layer 130 gr/ekor/hari
g. Penyusutan gedung, mesin dan peralatan menggunakan
metode garis lurus
h. Harga jual DOC parent stock Rp 12.000/ekor
i. Harga pakan layer Rp 5.037/kg
j. Jumlah tenaga kandang 3 orang
k. Tingkat suku bunga 6% /tahun (KUR)
l. Periode analisis selama 10 tahun.
II. Kebutuhan biaya investasi
Sebelum memulai usaha ternak maka peternak atau
pengusaha perlu mempersiapkan lahan, kandang, mesin dan
peralatan yang dapat menunjang usaha ternak ayam
kampung. Beberapa hal diantaranya:

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 102


Tabel 22. Kebutuhan investasi dan perhitungan nilai penyusutan
Harga Jumlah Umur Nilai Nilai
Jumlah
No Komponen Satuan per Satuan Biaya Ekonomis Penyusutan Sisa Proyek
Fisik
Rp Rp (tahun) Rp Rp
1 Bangunan m2
Kandang layer m2 1 579,006,009 579,006,009 25 22,160,240 25,000,000
Kandang broder 1 353,016,443 353,016,443 25 13,320,658 20,000,000
2 Tanah Unit 0 - 0
3 Alat dan Mesin Unit 0 - 0
Setter Unit 1 40,000,000 40,000,000 10 3,800,000 2,000,000
Hatcher Unit 1 40,000,000 40,000,000 10 3,800,000 2,000,000
4 Egg Tray Unit 50 50,000 2,500,000 2 1,250,000 0
5 Timbangan pakan Unit 1 2,500,000 2,500,000 5 500,000 0
6 Timbangan telur Unit 1 500,000 500,000 5 100,000 0
7 Rak panen Unit 50 100,000 5,000,000 3 1,666,667 0
8 Pemanas Unit 1 1,000,000 1,000,000 3 333,333 0
9 Tempat Pakan Unit 8 50,000 400,000 2 200,000 0
10 Tempat Minum Unit 8 50,000 400,000 2 200,000 0
11 Meubel Unit 1 1,500,000 1,500,000 5 300,000 0
12 Cangkul Unit 2 100,000 200,000 2 100,000 0
13 Sekop Unit 2 100,000 200,000 2 100,000 0
14 Selang Unit 1 200,000 200,000 2 100,000 0
15 Ember Unit 2 50,000 100,000 1 100,000 0
16 Pompa 1 650,000 650,000 3 216,667 0
17 Toren 1 1,500,000 1,500,000 5 300,000 0
18 Argo 1 750,000 750,000 3 250,000 0

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 103


Tabel 23. Analisis Kelayakan Usaha PerbibitanAyam KUB-Sensi

Tahun
No Uraian
0 1 2 3 4 5
A Arus Masuk

1. Total Penjualan 252,350,000 520,700,000 504,700,000 520,700,000 520,700,000


3. Modal Sendiri

a. Investasi 1,029,422,453

b. Modal Kerja 107,918,076


4. Nilai Sisa Proyek

Total Arus Masuk 1,029,422,453 360,268,076 520,700,000 504,700,000 520,700,000 520,700,000


Arus Masuk unt
Menghitung IRR - 360,268,076 520,700,000 504,700,000 520,700,000 520,700,000

B Arus Keluar

1. Biaya Investasi 1,029,422,453 - 9,700,000 2,050,000 12,166,667 11,650,000

2. Biaya Variabel 220,445,544 317,681,736 265,272,384 317,681,736 317,681,736

3. Biaya Tetap 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000

6. Pajak (5,118,966) 20,548,105 26,009,508 20,548,105 20,548,105

Total Arus Keluar 1,029,422,453 233,326,578 365,929,841 311,331,892 368,396,508 367,879,841


Arus Keluar unt
Menghitung IRR 1,029,422,453 233,326,578 365,929,841 311,331,892 368,396,508 367,879,841

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 104


C Arus Bersih (NCF) - 126,941,498 154,770,159 193,368,108 152,303,492 152,820,159
CASH FLOW UNTUK
D MENGHITUNG IRR (1,029,422,453) 126,941,498 154,770,159 193,368,108 152,303,492 152,820,159

Discount Factor (14%) 1.0000 0.9434 0.8900 0.8396 0.7921 0.7473

Present Value (1,029,422,453) 119,756,130 137,744,891 162,355,592 120,638,631 114,196,113

E CUMMULATIVE (1,029,422,453) (909,666,322) (771,921,431) (609,565,839) (488,927,208) (374,731,095)

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 105


Lanjutan

Tahun
No Uraian
6 7 8 9 10
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 504,700,000 520,700,000 520,700,000 504,700,000 520,700,000
3. Modal Sendiri
a. Investasi
b. Modal Kerja
4. Nilai Sisa Proyek
Total Arus Masuk 520,700,000 520,700,000 504,700,000 520,700,000 520,700,000
Arus Masuk perhitungan IRR 520,700,000 520,700,000 504,700,000 520,700,000 520,700,000

B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 12,166,667 11,650,000 1,300,000 14,116,667 9,700,000
2. Biaya Variabel 317,681,736 317,681,736 265,272,384 317,681,736 317,681,736
3. Biaya Tetap 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000
6. Pajak 26,009,508 20,548,105 20,548,105 26,009,508 20,548,105
Total Arus Keluar 310,581,892 370,346,508 365,929,841 311,331,892 368,396,508
Arus Keluar perhitungan IRR 310,581,892 370,346,508 365,929,841 311,331,892 368,396,508

C Arus Bersih (NCF) 194,118,108 150,353,492 154,770,159 193,368,108 152,303,492


CASH FLOW UNTUK 194,118,108 150,353,492 154,770,159 193,368,108 152,303,492
D MENGHITUNG IRR
Discount Factor (6%) 0.7050 0.6651 0.6274 0.5919 0.5584
Present Value 136,845,607 99,993,660 97,104,713 114,454,286 85,045,475
E CUMMULATIVE (237,885,488) (137,891,829) (40,787,116) 73,667,170 158,712,645

F ANALISIS KELAYAKAN USAHA


NPV (Rp) 158,712,645

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 106


IRR (%) 9.06
Net B/C (unit) 1.15
PBP (tahun) 8.4

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 107


Usaha ternak perbibitan ayam KUB memiliki dua sumber
pendapatan yaitu penerimaan utama dari penjualan DOC dan
penerimaan sampingan. Penerimaan sampingan berasal dari penjulan
telur yang tidak lolos seleksi untuk ditetaskan dan penjualan ayam
afkir. Jumlah penerimaan utama berasal dari penjualan DOC PS KUB
sebanyak 3500 ekor/bulan dengan nilai jual sebesar Rp 12.000/ekor.
Penjualan dilakukan langsung dikandang sehingga peternak tidak
mengeluarkan biaya transportasi untuk pengiriman DOC hingga ke
konsumen. Olehkarena itu peternak akan memperoleh penerimaan
sebesar Rp 42 juta/bulan atau Rp 504 juta/tahun.
Selain memperoleh penerimaan penjualan maka peternak juga
harus mengeluarkan biaya produksi DOC yang terdiri dari biaya
variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yang
pengeluarannya berbanding lurus dengan jumlah populasi ayam
seperti biaya pakan, vitamin, obat-obatan, vaksin dan tenaga kandang.
Adapun biaya tetap adalah biaya yang pada jangka pendek, jumlah
yag dikeluarkan tetap sama berapapun jumlah populasi ayam yang
dipelihara. Berdasarkan kebutuhan pakan 130gr/ekor/hari maka
dibutuhkan pakan sebanyak 3.136 kg/bulan dengan nilai sebesar Rp
15.7 juta atau setara Rp 185 juta/tahun dan apabila dijumlahkan
dengan biaya variabel lainya maka dapat mencapai Rp 317 juta/tahun.
Disisi lain peternak juga harus menanggung biaya tetap yang meliputi
nilai penyusutan bangunan, mesin, peralatan dan listrik dengan nilai
sebesar Rp 66 juta/tahun. Dengan demikian total biaya yang
dikeluarkan dapat mencapai Rp 383 juta/tahun.
Tabel 23 menunjukan bahwa berdasarkan analisis laba/rugi
maka usahaternak perbibitan ayam KUB layak diusahakan karena pada
tahun ke-1 usahaternak perbibitan memiliki nilai positif yaitu mencapai
Rp 126 juta. Demikian halnya, analisis kelayakan usaha menunjukan
bahwa NPV yang diperoleh pada masa analisis periode 10 tahun
menunjukan nilai positif yaitu sebesar Rp 158,712,645 dengan nilai
IRR sebesar 9.06%, dimana nilai ini lebih tinggi dibandingkan tingkat
suku bunga KUR 6%. Adapun pay back period dari usahaternak

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 108


menunjukan nilai 8.4 tahun sehingga pada jangka waktu tersebut
biaya investasi yang dikeluarkan telah kembali kepada peternak.
Hasil analisis kelayakan usaha menunjukan usaha perbibitan
ayam KUB layak diusahakan karena memiliki indikator kelayakan yang
positif sehingga patut dilakukan oleh calon peternak.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 109


DAFTAR PUSTAKA

Anang A. 2017. Memaksimalkan Potensi Ayam Kampung


Indonesia. http://www.trobos.com/detail-berita/2016/05/01/
68/7442/asep-anang-memaksimalkan-potensi-
ayamkampung-indonesia. [disitasi 07 juli 2017].

Direktorat Perbibitan Ternak. 2014. Pedoman Pembibitan Ayam Asli


dan Ayam Lokal Yang Baik. Direktorat Jenderal peternakan
danKesehatan Hewan. Kementerian Pertanian.

Ditjen PKH. 2014. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan.


Jakarta (Indonesia): Direktorat Jenderal peternakan dan
Kesehatan Hewan.

Hasnelly Z, Iskandar S, Sartika T. 2017. Qualitative and


quantitative characteristic of SenSi-1 Agrinak chicken. JITV.
(inpress).

https://agroprobiotik.com/biotogold-panduan-cara-ternak-ayam-
broiler-2/diakses 10 Mei 2018

http://blogternakayam.blogspot.com/2014/09/cara-budidaya-ayam-
dengan-sistem.html. Diakses tanggal 1 Mei 2018.
https:// tetasan.com/penyebab-kegagalan/ diakses pada tanggal 28
oktober 2019
http://rulidomot.blogspot.com/2013/02/menetaskan-telur-
unggas.html/ diakses pada tanggal 25 Oktober 2019

Iskandar S, Sartika T. 2015. Selection for 10 weeks old bodyweight on


Sentul chicken. Proceedings of The 6th ISTAP, International
Seminar on Topical Animal Production.
Yogyakarta (Indonesia): Universitas Gadjah Mada. p. 387-
390.

Iskandar S. 2010. Usaha tani ayam kampung. Bogor (Indonesia): Balai


Penelitian Ternak Ciawi. Parkhurst CR, Mountney GJ. 1988.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 110


Poultry meat and egg
production. New York (USA): AVI Book.

Sartika T, Desmayati, Iskandar S, Resnawati H, Setioko AR,


Sumanto, Sinurat AP, Isbandi, Tiesnamurti B, Romjali E.
2013. Ayam KUB-1. Jakarta (Indonesia): IAARD Press.
Sartika T, Iskandar S, Tiessnamurti B. 2017. Sumberdaya
genetik ayam lokal Indonesia dan prospek
pengembangannya. Jakarta (Indonesia): IAARD Press.

Sartika T, Sopiyana S, Iskandar S. 2010. Performans ayam


sentul koleksi ex-situ di Balai Peneltian Ternak. Dalam:
Prosiding Seminar Nasional Peternakan berkelanjutan 2010.
”Sistem Produksi berbasis ekosistem Lokal”. Jatinangor
(Indonesia): Universitas Padjadjaran. hlm. 39-51.
Sinurat AP. 1988. Produktifitas unggas pada suhu lingkungan
yang panas. Prosiding Symposium II Meteorologi Pertanian.
Bogor 27-28 Juli 1988. Perhimpi. hlm. 563-574.
44

Sulandari S, Zein MSA, Paryanti S, Sartika T, Sidadolog JHP,


Astuti M, Widjastuti T, Sujana E, Darana S, Setiawan I,
Garnida D, Iskandar S, Zainuddin D, Herwati T, dan
Wibawan IWT. 2007. Keanekaragaman sumber hayati ayam
lokal Indonesia: Manfaat dan Potensi. Bogor (Indonesia):
Pusat Penelitian Biologi LIPI.

Teknik Perbibitan Ayam Kub-Sensi 111

Anda mungkin juga menyukai