Anda di halaman 1dari 7

PENGKAJIAN PEMURNIAN BENIH JAGUNG PULUT DI PROVINSI GORONTALO1

Ari Abdul Rouf, Annas Zubair, Dahlan Walangadi, Muhammad Yusuf Antu dan Sukarto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Gorontalo Jl. Kopi No. 270 Kec. Tilong Kabila Kab. Bone Bolango Gorontalo 96183 E-mail : ariabdrouf@gmail.com

ABSTRAK Benih adalah faktor utama dalam menentukan keberhasilan usahatani jagung. Dalam upaya mendukung pemenuhan benih bermutu maka diperlukan kajian Penangkaran Jagung Pulut Lokal Gorontalo dengan tujuan melakukan pemurnian jagung pulut Lokal Gorontalo. Pengkajian dilakukan bulan September Desember 2009 di Desa Desa Hulawa, Kabupaten Gorontalo.Untuk pemurnian jagung lokal pulut maka dilakukan penyerbukan sendiri (selfing). Pada musim I ini dilakukan seleksi sejumlah tongkol tanaman terpilih, kemudian dilakukan penyerbukan sendiri. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa terdapat perbedaan warna bunga yaitu bunga merah dan kuning kemudian dilakukan penyerbukan sendiri masing-masing 150 tongkol. Potensi hasil pada kadar air 12% jagung lokal pulut bunga kuning adalah 4,26 ton/ha sedangkan bunga merah sebesar 3,58 ton/ha. ABTRACT Many varieties of maize cultivated at Gorontalo including local waxy maize. Seed is the main factor determining the success of maize farming. Mostly farmer use derevatives seed or buy from traditional market when they are plant waxy corn. In this situation, cross pollination with other varieties accured and it make low purity of seed. An assessment to purify waxy maize local Gorontalo was conducted during September Desember 2009 at Hulawa, Gorontalo district. Based on observation known that waxy maize local Gorontalo has two type of colour flower ie red and yellow. From both desirable flowers red and yellow selected as many as 150 plants to self pollination. Potential yield at 12% moisture content of waxy corn is 4.26 tonnes / ha (yellow flower) and the red flower 3.58 tonnes / ha

PENDAHULUAN

Perkembangan produksi dan produktivitas jagung di Provinsi Gorontalo setiap tahun semakin meningkat, berdasarkan data BPS (2009), tahun 2006 jagung yang

dihasilkan di Provinsi Gorontalo sebanyak 416.222 ton dengan produktivitas sebesar 3,79 ton/ha. Kemudian pada tahun 2008 produktivitasnya meningkat menjadi 4,82 ton/ha 1 Makalah disampaikan pada Seminar Tanaman Serialia Pekan Serelia Nasional I Maros, Sulsel 27-28 Juli 2010

dengan total produksi sebesar 753.598 ton. Selain produktivitas, luasan panen dari 20062008 terjadi peningkatan pula yakni dari 109.792 ha pada tahun 2006 menjadi 156.436 (42,48 %) di tahun 2008. Salah satu varietas jagung yang dibudidayakan di Provinsi Gorontalo adalah jagung pulut. Menurut Ohio State University Extension (2010), jagung pulut (waxy corn) adalah jagung normal yang memiliki 100% amilopektin sedangkan jagung normal mengandung amilopektin 75 % dan 25 % amilosa. Amilopektin adalah bentuk pati yang terdiri dari subunit glukosa bercabang sedangkan amilosa terdiri dari molekul glukosa tidak

bercabang. Jagung pulut ditemukan di Cina pada tahun 1908. Lebih lanjut sifat lilin (waxy) dikendalikan oleh gen resesif tunggal, gen wx. Menurut Iriani et al 2005, jagung pulut merupakan jagung lokal yang mempunyai potensi hasil rendah yaitu kurang dari 2 ton /ha, tongkol berukuran kecil dengan diameter 10-12 mm dan sangat peka penyakit bulai serta jagung yang ada di petani merupakan jagung lokal yang bebas menyerbuk antar tanaman. Benih adalah faktor utama dalam menentukan keberhasilan usahatani jagung. Dalam pemenuhan benih jagung pulut petani menggunakan benih yang berasal dari hasil tanaman sebelumnya, tetangga atau dibeli dari pasar. Kondisi ini memungkinkan terjadinya pencampuran benih yang menyebabkan benih menjadi tidak murni lagi. Padminingsih (2005) menyatakan keunggulan varietas dapat dinikmati konsumen bila benih yang ditanam bermutu (asli, murni, vigor, bersih dan sehat). Dalam upaya mendukung pemenuhan benih bermutu maka perlu dilakukan kajian Penangkaran Jagung Pulut Lokal Gorontalo dengan tujuan pemurnian jagung pulut Lokal Gorontalo.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan selama bulan September-Desember 2009 dilahan petani kooperator Desa Hulawa, Kabupaten Gorontalo. Benih yang digunakan berasal dari Desa yaitu Desa Lamahu Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo. Tahapan Kegiatan Melakukan survey ke beberapa lokasi yang berdasarkan informasi merupakan sentra jenis jagung pulut lokal manis yang kemudian akan digunakan sebagai benih nantinya. 1 Makalah disampaikan pada Seminar Tanaman Serialia Pekan Serelia Nasional I Maros, Sulsel 27-28 Juli 2010

Persiapan benih kebutuhan benih per hektar sekitar 20 kg. Sebelum tanam, benih diberi perlakuan dengan saromil dengan dosis 25g/5kg benih dan marshal 100g/5kg benih. Benih ditanam satu biji per lubang dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm kemudian dilakukan pemupukan. Pemupukan tanaman dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pemupukan dasar pada umur 7 HST dengan dosis 250 kg phonska/ha dan urea 100 kg/ ha sedangkan pemupukan ke-2 pada umur 35 HST dengan dosis 100 kg/ha urea. Untuk menghindari penyerbukan dengan jagung lain maka dilakukan isolasi jarak 200 meter. Pemeliharaan yang dilakukan antara lain 1) pada masa pertumbuhan, diberikan carbofuran 3G pada pucuk daun. Setiap lubang tanm diberikan Furadan 3G sekitar 5-7 butir per lubang, 2)penyiangan I segera dilakukan jika ada gulma setelah tanaman tumbuh, 3) penyiangan kedua dilakukan saat tanaman berumur 30 hst, 3) pembumbunan dilakukan setelah pemupukan kedua pada umur 35 hst, 4) Pengaturan tata air dilakukan sesuai dengan anjuran budidaya setempat. Fase yang paling kritis adalah diawal pertumbuhan, saat tanaman berbunga dan selama fase pengisian biji dan 5) Sebelum tanaman berbunga, lakukan seleksi terutama tanaman yang berpenyakit segera dibuang. Seleksi yang dilakukan adalah 1) mengeliminasi tipe-tipe tanaman yang menyimpang dari tipe rata-rata dan yang berpenyakit berdasarkan hasil pengamatan secara visual, 2) pada perkembangan vegetatif di lakukan roging tipe tanaman yang menyimpang dari rata-rata genotipe yang dapat dilihat dari perkembangan akar dan batang, figmentasi, bentuk daun, tanaman yang berpenyakit dan sebagainya, 3) setelah fase pembungaan dilakukan rouging selama periode pengisian biji dimaksudkan untuk membersihkan tanaman dari tipe yang menyimpang terutama reaksinya terhadap hama dan penyakit, 4) sebelum panen yang merupakan fase akhir dari kegiatan rouging dilakukan untuk mengeliminasi tanaman yang berpenyakit dan yang memperlihatkan karakteristlk menyimpang dari tipe rata-rata vegetatif dan reproduksi. Panen dilakukan setelah biji mengering dan telah muncul black layer, yaitu warna hitam pada titik tumbuhnya. Variabel yang diamati adalah keragaan agronomis komponen produksi yang meliputi panjang tongkol (cm), diameter (cm), jumlah baris (unit), jumlah biji per baris (butir), jumlah biji per tongkol (butir), berat tongkol (gram), berat biji (gram) dan berat 1000 butir (gram) Potensi Hasil dihitung berdasarkan contoh tongkol yaitu

1 Makalah disampaikan pada Seminar Tanaman Serialia Pekan Serelia Nasional I Maros, Sulsel 27-28 Juli 2010

Berat Hasil pada kadar air 12 % dhitung dengan cara (Nazir, 2003)

Dimana : M = Kadar air dari biji saat ditimbang B = Berat Biji yang ditimbang W= Berat Biji pada kadar air 12 %

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada musim I ini dilakukan seleksi sejumlah tongkol yang diingikan yang kemudian dilakukan penyerbukan sendiri. Sebagai langkah dalam pelaksanaan penelitian penangkaran jagung lokal pulut manis adalah melakukan eksplorasi mengenai lokasi sumber benih jagung lokal pulut putih, eksplorasi dilakukan ke 2 kabupaten yaitu kabupaten Gorontalo dan Boalemo alasannya kedua kabupaten tersebut dikenal sebagai penghasil jagung lokal pulut manis. Setelah dilakukan penelusuran ke beberapa lokasi maka diperoleh benih dari Desa Lamahu Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo. Sebelum dilakukan penanaman dilakukan uji daya tumbuh dan hasilnya sebesar 96%. Sebelum penanaman maka tanah diolah terlebih dahulu kemudian dilakukan penentuan jarak tanam (plotting) dengan ukuran 70 x 20 cm. Jumlah biji per lubang sebanyak 1 butir. Sebelum dilakukan penanaman maka dilakukan perlakuan benih yaitu zat metalaksil dan karbofuran kedua zat ini akan memberikan perlindungan dan pencegahan penyakit sehingga mencegah terhadap penyakit bulai dan serangan dari semut / ulat penggerek. Untuk mengantisipasi terjadinya penyerbukan dengan jagung yang ada disekitar lokasi maka dilakukan pemilihan lokasi yang jauh dari jagung lain (isolasi tempat sekitar 200 m). Untuk bisa bertahan dan berproduksi maka tanaman perlu dilakukan pemupukan. Pemupukan tanaman dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pemupukan dasar pada umur 7 HST dengan dosis 250 kg phonska/ha dan urea 100 kg/ ha sedangkan pemupukan ke-2 pada umur 35 HST dengan dosis 100 kg/ha urea. Untuk membantu pelarutan unsur hara dalam tanah agar dapat diserap tanaman maka perlu adanya air. Mengingat kegiatan dilaksanakan pada musim kemarau sehingga

1 Makalah disampaikan pada Seminar Tanaman Serialia Pekan Serelia Nasional I Maros, Sulsel 27-28 Juli 2010

diperlukan pengairan / penyiraman (6 kali penyiraman) yang dimulai sebelum tanam sampai pada saat pengisian biji. Agar pertumbuhan optimal maka dilakukan penyiangan / pembumbunan serta pemberian furadan pada pucuk tanaman. Untuk menyeleksi tanaman yang memiliki penampilan berbeda dilakukan melalui rouging. Rouging merupakan proses yang diperlukan agar kemurnian tanaman terjaga. Tanaman yang dirouging biasanya mudah diidentifikasi yaitu, yang berbeda dalam ukuran rata-rata dan posisinya berada diluar baris tanaman. Rouging dilakukan pada tahap setiap perkembangan tanaman awal pertumbuhan, perkembangan vegetatif, berbunga dan setelah berbunga. Untuk mencegah / memastikan tidak terjadi perkawinan silang jagung disekitar tanaman maka dilakukan pembungkusan bunga jantan dan betina, pembungkusan dimulai ketika rambut belum keluar dari tongkol dan bunga jantan belum yaitu pada umur 35-45 HST. Setelah 2-3 hari dibungkus lalu dilakukan pengecekan terhadap rambut tongkol. Selama sekitar 1-2 minggu dilakukan penyerbukan bunga jantan dan betina pada tanaman yang sama dengan syarat rambut tongkol sudah terlihat, kemudian dilakukan pembungkusan tongkol kembali. Adanya perbedaan warna bunga yaitu bunga warna merah dan kuning maka dilakukan penutupan bunga merah dan kuning masing-masing sebanyak 150 tongkol. Menurut Mangoendidjojo (2003), keanekaragaman pada populasi tanaman mempunyai arti sangat penting karena besar kecilnya variabilitas dan tinggi rendahnya rata-rata populasi menentukan keberhasilan pemuliaan. Lebih lanjut keanekaragaman yang dapat dilihat langsung adalah warna bunga, daun dan bentuk biji sedangkan keragaman yang memerlukan pengamatan seperti tingkat produksi, jumlah anakan dan tinggi tanaman. Keragaan agronomis komponen produksi jagung pulut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan Keragaan Agronomis Komponen Produksi Jagung Pulut Desa Lamahu
Warna Bunga Jantan Merah SD Kuning Panjang Tongkol (cm) 12,62 1,37 11,89 Diameter (cm) 3,48 0,34 3,55 Jumlah biji /tongkol 284,40 71,94 292,27 66,27 Berat Tongkol (g) 11,87 5,11 13,60 4,47 Berat Biji (g) 60,60 15,37 69,73 19,71 Berat tongkol + biji (g) 72,47 18,29 83,33 22,43 Berat 1000 Butir (g) 234 ,67 48,68 278,57 35,32

SD 2,0 0,54 Sumber : Data Primer diolah (2009)

Tabel 1 memperlihatkan secara numerik rata-rata keragaan agronomis komponen produksi dari jagung pulut lokal gorontalo bunga berwarna merah lebih rendah 1 Makalah disampaikan pada Seminar Tanaman Serialia Pekan Serelia Nasional I Maros, Sulsel 27-28 Juli 2010

dibandingkan jagung pulut warna kuning pada komponen diameter tongkol, jumlah biji per tongkol, berat tongkol, berat biji, berat tongkol dan biji dan berat 1000 biji dengan nilai 1,97%, 2,69%, 12,72%, 13,09%, 13,03% dan 15,76%. Sebaliknya rataan panjang tongkol jagung lokal pulut dengan warna bunga merah lebih tinggi 6,14% dibandingkan panjang tongkol jagung lokal pulut dengan warna bunga kuning. Menurut Saharuddin dan Nirwana (2008), jagung pulut diantaranya memiliki karakteristik berumur 50-80 hari, tinggi tanaman 135-150 cm, tongkol kecil dan pendek, warna biji putih dan biji berbentuk semi mutiara.

Potensi Produksi Berdasarkan perhitungan maka diperoleh bahwa potensi hasil hasil jagung lokal pulut (bunga kuning) adalah 4,26 ton/ha sedangkan bunga merah sebesar 3,58 ton/ha. Penelitian Dahlan dan Arya (2008), menunjukan terdapat perbedaan hasil produksi jagung antara sistem tegel (75 x 25 cm) dengan hasil sebesar 2,97 ton/ha dibandingkan sistem legowo (60 x 20 x 120 cm) yang memberikan hasil 4,45 ton/ha.

KESIMPULAN Jagung pulut Gorontalo memiliki perbedaan warna bunga yaitu kuning dan merah dengan potensi hasil biji masing-masing adalah 4,26 ton/ha dan 3,58 ton/ha.

UCAPAN TERIMAKSIH Penulis mengucapkan terimaksih atas terlaksanannya kegiatan ini sebagai bagian dari kegiatan yang didanai oleh program Sinergi Penelitian dan Pengembangan Bidang Pertanian dengan Perguruan Tinggi, LPND dan LPD (SINTA) TA 2009 yang merupakan kerjasama antara Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional dengan Kementerian Negara Riset dan Teknologi dan Badan Litbang Pertanian.

DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik.2009. Gorontalo dalam Angka. BPS, Gorontalo. Dahlan dan Arya Zaqi Prayogi. 2008. Pengaruh Jarak Tanam Pagar Berganda Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung. Jurnal Agrisistem 4 (2) : 101108Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta. Nazir, Mohamad. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. 1 Makalah disampaikan pada Seminar Tanaman Serialia Pekan Serelia Nasional I Maros, Sulsel 27-28 Juli 2010

Neni Iriany, Andi Takdir M, Nuning AS, Musdalifah Isanaini dan Marsum Dahlan. 2006. Perbaikan Potensi Hasil Populasi Jagung Pulut. Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung 2005. Makassar 29-30 September 2005. P41-45 Ohio State University Extension.2010. Specialty Corns: Waxy, High-Aiamylose, High-Oil, and High-Lysine Corn. http://ohioline.osu.edu/agf-fact/0112.html. Diakses tanggal 5 Juli 2010. Padminingsih, S.P., 2005. Metode Pengemabilan Sampel dan Cara Pengujian Viabilitas. Bahan disampaikan pada Pelatihan Sistem Produksi dan Pengolahan Benih Sumber. Maros, Sulsel 19-23 November 2005. Saharuddin dan Nirwana. 2008. Jagung PUMA Silangan Jagung Pulut dan Jagung Manis. Diakses http://ketahananpangannunukan.blogspot.com/2009/09/jagung-pumasilangan-jagung-pulut-dan.html. diakses tanggal 7 Juli 2010.

1 Makalah disampaikan pada Seminar Tanaman Serialia Pekan Serelia Nasional I Maros, Sulsel 27-28 Juli 2010

Anda mungkin juga menyukai