Anda di halaman 1dari 36

INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN UNGGULAN

DAERAH MENDUKUNG PENCAPAIAN TARGET


PRODUKSI NASIONAL
ii
INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN UNGGULAN
DAERAH MENDUKUNG PENCAPAIAN TARGET
PRODUKSI NASIONAL

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian


Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian
2019

iii
INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN UNGGULAN DAERAH MENDUKUNG PENCAPAIAN
TARGET PRODUKSI NASIONAL

ISBN: 978-602-6954-00-8

Penanggung Jawab
Haris Syahbudin
Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Panitia Pelaksana:
Ketua : Dr. Conny N Manoppo
Sekretaris : Ir. Joula Sondakh, MSi
Bendahara : Laurencia Nagara, SAP
Anggota : J.B. Markus Rawung ; Fredy Lala; Meivie Meiske JT Lintang; Anita Winokan
Herlina Salamba; Olvi Tandi; Ratri Retno Ifada; Aldryanto Yanri Allan Assa
Arnold Turang; Janny Sumampow; Herry Kasim; Joly Lomboan, dan
Robby Pangemanan
Reviewer:
Jefny B. Markus Rawung; Charles Lodewijk Kaunang; Meldy L.A. Hosang
Lucia Cecilia Mandey; Jantje G. Kindangen; Paulus C. Paat
Gabriel H. Joseph; Payung Layuk; August L. Polakitan, dan
Rachmat Hendayana
Penyunting Pelaksana:
Louise A. Matindas; Joula O. M. Sondakh; Meivie Lintang
Victor D. Tutud; Herlina N. Salamba; Ratri Retno Ifada
Sudarti, dan Arnold C. Turang

Diterbitkan oleh:
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Jl. Tentara Pelajar No. 10. Kampus Penelitian Pertanian, Cimanggu, Bogor 16114
Telp. : +62 251 8351277 .
Faks. : +62 251 8350928
E-mail : bbp2tp@litbang.pertanian.go.id

Redaksi:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara
Jl. Kampus Pertanian Kalasey, Manado 95013
Telp : 0431 838637
Faks : 0431 838808
E-mail : bptp-sulut@litbang.pertanian.go.id

Hak cipta dilindungi undang-undang.


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara
apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

iv
KATA PENGANTAR

Seminar Nasional yang berlangsung di Manado Sulawesi Utara pada tanggal 18 - 19


November 2018 dengan topik Inovasi Teknologi Pertanian Unggulan Daerah Mendukung
Pencapaian Target Produksi Nasional diselenggarakan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Sulawesi Utara sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
(Balitbangtan) di bawah Koordinasi Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
(BBP2TP). Pemilihan topik seminar “Inovasi Teknologi Pertanian Unggulan Daerah Mendukung
Pencapaian Target Produksi Nasional” merupakan refleksi dukungan terhadap Program Peningkatan
Produksi Pertanian Berbasis Kawasan.
Seminar diikuti 194 orang peserta dari kalangan pejabat Balitbangtan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah (Balitbangda) Sulawesi Utara, Perguruan Tinggi (Universitas Samratulangi),
peneliti, penyuluh lingkup Balitbangtan, penyuluh lingkup Pemda Sulawesi Utara, Mahasiswa UNSRAT,
dan unsur pemangku kepentingan utusan dari berbagai wilayah di Indonesia. Pada presentasi yang
berhasil diungkap eksistensi beberapa komoditas unggulan, tidak terbatas pada aspek jenis
komoditasnya akan tetapi juga introduksi teknologi yang terkait dengan komoditas unggulan tersebut.
Prosiding ini memuat kumpulan 75 makalah yang dipresentasikan secara oral dan poster
dalam seminar. Makalah yang dipresentasikan tersebut sebelumnya telah melewati tahapan seleksi
dari aspek kesesuaian materi dengan tema seminar. Setelah dipresentasikan naskah tersebut di
review melalui proses penyuntingan oleh Tim Editor yang kompeten di bidangnya. Tim penyunting
naskah selain dilakukan tim dari BPTP Sulawesi Utara juga melibatkan utusan peneliti dari LPPM
Universitas Sam Ratulangi, Peneliti senior dari Balai Penelitian Palma, dan Peneliti senior dari Balai
Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor.
Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelenggaraan Seminar Nasional mulai
dari perencanaan, pelaksanaan seminar hingga terbitnya publikasi dalam wujud Prosiding Nasional,
kami ucapkan terimakasih.
Semoga materi yang dirangkum dalam prosiding ini dapat menjadi titik ungkit dalam mencapai
target produksi pertanian nasional

Bogor, April 2019


Kepala Balai Besar,

Dr. Ir. Haris Syahbudin, DEA

v
vi
RUMUSAN SEMINAR

Inovasi Teknologi Pertanian Unggulan Daerah Mendukung


Pencapaian Target Produksi Nasional
Manado, 18 – 19 November 2018

Tantangan pertanian global bagi Indonesia adalah sebuah keniscayaan. Posisi Indonesia
sebagai warga dunia mengharuskan Indonesia siap menghadapi globalisasi ekonomi yang tidak hanya
berdampak pada sistem perdagangan, modal, dan investasi, namun juga pada sistem produksi
termasuk produksi pangan yang erat kaitannya dengan sektor pertanian. Dalam hal ini, daya saing
pertanian Indonesia harus mampu menjawab dimana posisi Indonesia dibandingkan negara lain.
Di antara negara-negara ASEAN, daya saing pertanian Indonesia jika dilihat dari neraca
perdagangan harus diakui masih kalah dari Thailand untuk produk komoditas hortikultura. Neraca
perdagangan Indonesia yang surplus hanya dari subsektor perkebunan. Meskipun demikian, daya
saing perekonomian Indonesia mengalami kenaikan ranking dari 50 ke 41 pada tahun 2016, namun
ternyata hal itu didorong dari sektor swasta dan bukan sektor publik.
Komoditas unggulan daerah merupakan salah satu faktor pengungkit dalam pengembangan
ekonomi daerah. Indikator yang digunakan untuk menentukan komoditas unggulan banyak aspek,
yaitu: produk khas, luas lahan, jumlah usaha, produktivitas komoditi, penyerapan tenaga kerja, aspek
pemasaran, keunggulan kualitas dan harga produk dan sebagainya. Unggulan di sektor pertanian
memiliki cakupan yang luas, meliputi unggulan di subsektor tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan dan peternakan. Keberadaan komoditas unggulan daerah tersebut perannya sangat besar
dalam mendukung peningkatan produksi pertanian nasional.
Berkenaan dengan hal tersebut, penyelenggaraan Seminar Nasional di Manado Sulawesi Utara
yang berlangsung dua hari, 18 – 19 November 2018 dengan topik Inovasi Teknologi Pertanian
Unggulan Daerah Mendukung Pencapaian Target Produksi Nasional memilki momentum yang tepat
untuk mengapresiasi eksistensi komoditas unggulan daerah yang tersebar di tiap wilayah seluruh
Indonesia. Seminar Nasional tersebut diinisiasi BBP2TP yang secara operasional dilakukan BPTP
Sulawesi Utara.
Seminar diikuti oleh 194 orang peserta dari kalangan pejabat Balitbangtan, Balitbangda
Sulawesi Utara, Perguruan Tinggi (Universitas Samratulangi), peneliti, penyuluh lingkup Balitbangtan,
penyuluh lingkuip Pemda Sulawesi Utara, Mahasiswa UNSRAT, dan unsur pemangku kepentingan
utusan dari berbagai wilayah di Indonesia.
Pada presentasi yang berlangsung dalam seminar tersebut berhasil diungkap eksistensi
beberapa komoditas unggulan, tidak hanya aspek jenis komoditasnya akan tetapi juga teknologi yang
terkait dengan komoditas unggulan tersebut.
Di subsektor tanaman pangan, ditampilkan komoditas padi, jagung dan kedelai. Di subsektor
hortikultura terungkap keberadaan cabe, tomat, jeruk, bawang merah, dan kecombrang, sirsak. Di
subsektor perkebunan ada kelapa sawit, kopi, aren, kelapa, dan cengkeh. Di subsektor peternakan
yang muncul adalah ternak sapi potong dan babi. Di luar jenis komoditas tersebut, teknologi yang
dibahas terdiri dari evaluasi lahan, teknik penggunaan laser di agroekosistem lahan pasang surut,

vii
hama penyakit, pestisida nabati, formula pakan ternak, integrasi tanaman-ternak, tepung mocaf,
kawasan rumah pangan lestari, pengelolaan tanaman terpadu, emisi gas rumah kaca.
Di luar materi tersebut, terungkap pula materi yang berhubungan erat dengan eksistensi
komoditas unggulan daerah yaitu tentang penguatan sistem inovasi daerah yang dikenal SIDA, yang
arahnya ditujukan pada upaya meningkatkan daya saing daerah yang disampaikan Balitbangda
Sulawesi Utara. Sementara itu Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi mengungkap
performa panen dan pasca panen komoditas unggulan tanaman pangan khususnya padi, jagung dan
kedelai. Sebagai bingkai dari materi yang dipresentasikan pada seminar ini disajikan materi: Dukungan
Hilirisasi Inovasi Balitbangtan Dalam Pembangunan Pertanian Nasional, oleh Kepala Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Dari seminas nasional ini disepakati adanya komitmen yang kuat untuk melakukan tindak
lanjut sebagai berikut:
1. Eksistensi komoditas ungulan daerah, menjadi modal dasar bagi setiap daerah untuk
meningkatkan daya saing ekonomi. Oleh karena itu upaya pemeliharaannya sejak budidaya
(on-farm) hingga panen dan pasca panen serta pemasarannya menjadi suatu keniscayaan.
2. Peningkatan kinerja komoditas unggulan di tiap daerah diyakini akan berkontribusi positif
pada peningkatan produksi pertanian nasional. Oleh karena itu dukungan teknologi dari
lembaga penelitian dan pengembangan pertanian, fasilitasi infrastruktur dari Pemerintah
Daerah, dan sentuhan permodalan menjadi agenda utama yang perlu dikawal kontribusinya.
Salah satu dukungan Badan Litbang Pertanian adalah inisiasi inovasi teknologi spesifik lokasi,
yaitu berupa teknologi yang layak secara teknis, diterima secara sosial dan layak secara
ekonomis
3. Dengan tercapainya peningkatan performa produksi komoditas unggulan daerah yang akan
berkontribusi pada peningkatan produksi nasional, akan memudahkan cita-cita nasional
mencapai kedaulatan pangan. Kedaulatan pangan merupakan suatu keniscayaan bagi
masyarakat Indonesia sebagai refleksi dari negara yang dikenal sebagai negara agraris, dan
tercapainya kedaulatan pangan akan menjadi modal dasar bagi pembangunan Indonesia
seutuhnya.
4. Dari aspek kebijakan pusat dan daerah kondisinya sudah kondusif untuk mendorong performa
komoditas unggulan tersebut. Kuncinya tinggal meningkatkan kolaborasi dan kemitraan antar
pemangku kepentingan di daerah.
5. Hilirisasi inovasi pertanian, sebagai upaya memasyarakatkan komodits unggulan yang menjadi
daya saing masing-masing daerah di Indonesia menjadi suatu keharusan yang perlu dirancang
dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Untuk itu pendampingan teknologi inovasi
pertanian masih relevan dilakukan bahkan intensitasnya perlu terus ditingkatkan.
Rumusan hasil seminar ini akan bermanfaat sebagai acuan pengembangan komoditas
unggulan daerah, untuk mendorong peningkatan daya saing dan meningkatkan kontribusi terhadap
peningkatan produksi pertanian nasional .

Manado, 19 November 2018

Tim Perumus,

viii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. v

RUMUSAN SEMINAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

1. DUKUNGAN HILIRISASI INOVASI TEKNOLOGI BALITBANGTAN


DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL
Haris Syahbuddin dan Vyta W. Hanifah .................................................. 1

2. KAJIAN ROADMAP PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH


KABUPATEN/KOTA DI SULAWESI UTARA
Deny Ramon Tatuwo ............................................................................ 13

3. PANEN DAN PASCA PANEN PADI, JAGUNG DAN KEDELAI


Robert Molenaar ................................................................................... 23

4. PENGARUH JARAK TANAM DAN DIAMETER UMBI TERHADAP


PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH LOKAL
TOPO
Bayu Suwitono, Sugiono, Ratri Retno Ifada .......................................... 37

5. PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA PADI TANAM


BENIH LANGSUNG DI KABUPATEN BONE SULAWESI SELATAN
Sahardi, Abdul Wahid, Idaryani, Suryani, Repelita, Kartika,
Nurlaila dan Janne H. W. Rambang ...................................................... 45

6. OPTIMALISASI PENGELOLAAN LAHAN RAWA LEBAK DI


KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR SUMATERA SELATAN
Waluyo, Suparwoto dan Yustisia ........................................................... 53

7. POTENSI JAGUNG SEBAGAI SUMBER PANGAN LOKAL DI NUSA


TENGGARA TIMUR
Nelson H. Kario .................................................................................... 65

8. SIKAP PETANI TERHADAP TRUE SHALLOT SEED DI KULON


PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Rahima Kaliky, Sutardi, dan Nur Hidayat .............................................. 75

ix
9. EFEKTIVITAS BEBERAPA PESTISIDA NABATI UNTUK
MENGENDALIKAN HAMA WALANG SANGIT PADA TANAMAN
PADI
Midy San Lebang, Jeaneke Wowiling, Rita Novarianto, James
Mokoagow ............................................................................................ 83

10. INTRODUKSI TEKNOLOGI PENANGANAN PASCAPANEN BAWANG


MERAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS DAN NILAI TAMBAH
Payung Layuk ....................................................................................... 97

11. PENGOLAHAN BAWANG GORENG KRISPY DAN KELAYAKAN


EKONOMINYA
Payung Layuk, Sunarti D, Olvie Tandi, Louise Matindas ...................... 115

12. TEKNOLOGI PAKAN TERNAK SAPI RENDAH EMISI GAS METAN


Paulus C. Paat .................................................................................... 125

13. STRATEGI MENEKAN EMISI GAS METAN PADA SAPI YANG


DIBERI PAKAN BERBASIS JERAMI PADI
Paulus C. Paat .................................................................................... 135

14. POTENSI PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK KECOMBRANG


SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL
Yennita Sihombing dan Sudarti........................................................... 145

15. KERAGAAN SOSIAL EKONOMI PETANI PADI SAWAH DI DESA


TUMPILING
Religius Haryanto, Marwayanti Nas, dan Chicilia Iriani Rayo ............... 157

16. PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUH MELALUI PELATIHAN


APLIKASI INFORMASI PERTANIAN BERBASIS ANDROID DI
PASANGKAYU SULAWESI BARAT
Religius Heryanto, Nini Kusrini dan Marwayanti Nas ........................... 163

17. PERANAN DEMFARM DAN PELATIHAN TEKNOLOGI TERHADAP


PENINGKATAN PENGETAHUAN PENANGKAR BENIH PADI DI
MAMUJU TENGAH SULAWESI BARAT
Religius Heryanto, Marthen P. Sirappa, Marwayanti Nas, dan
Chicilia Iriani Rayo .............................................................................. 169

18. PROSPEK KEBERLANJUTAN DESA MANDIRI BENIH DALAM


MEMPRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA DI SULAWESI
SELATAN
Suriany, Farida Arief, Bahtiar, dan Abdul Wahid ................................. 175

x
19. KARAKTERISTIK SIFAT FISIK, KIMIA TERHADAP BERAS MERAH
INPARI 24 PADA BEBERAPA DERAJAT SOSOH DI KABUPATEN
SOPPENG, SULAWESI SELATAN
Suriany, Sahardi dan Abdul Wahid ...................................................... 181

20. EFEKTIVITAS FUNGSI KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI PADI


SAWAH DI KECAMATAN RATAHAN KABUPATEN MINAHASA
TENGGARA
Suratini dan Sudarti ............................................................................ 187

21. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI


KABUPATEN MERAUKE
Fransiskus Palobo, Septi Wulandari Siska Tirajoh ................................ 197

22. TINGKAT KETAHANAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI


TERHADAP HAMA DI KABUPATEN BONE BOLANGO
Ernawati Djaya, Ria Fauriah Makmur dan Serli Anas ........................... 205

23. PENGEMBANGAN PERKEBUNAN MBHUK, WOWOL DAN


KINOWAKAN SEBAGAI KAWASAN AGROWISATA RIMBA LAMET
DI KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
Ronny Soputan , Yani E.B. Kamagi dan Djoni Kaunang ........................ 213

24. PERBAIKAN PAKET TEKNOLOGI KEDELAI DI MINAHASA


SULAWESI UTARA
August Polakitan Herlina Salamba ...................................................... 221

25. PEMANFAATAN HASIL SAMPING JAGUNG SEBAGAI BAHAN


KEMASAN DAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF
Meivie Lintang .................................................................................... 227

26. APLIKASI PUPUK NASA DAN LIMBAH KOPI TERHADAP


PERTUMBUHAN VEGETATIF BIBIT KOPI ARABIKA DI WAMENA,
PAPUA
Adnan, Muhammad Nur, dan Septi Wulandari .................................... 239

27. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PETANI


CABE DI KABUPATEN GORONTALO
Ari Widya Handayani , Muhammad Yusuf Antu , Dedy Hertanto ......... 245

28. PENGARUH FREKUENSI PENGECORAN PUPUK ORGANIK LIMBAH


BIOGAS PADA PRODUKSI TOMAT DI PANGALENGAN,
KABUPATEN BANDUNG
Atin Yulyatin, Nanang Buri, Meksy Dianawati ...................................... 255

xi
29. PENINGKATAN PRODUKSI BAWANG MERAH MELALUI SELEKSI
VARIETAS UNGGUL DI GORONTALO
Erwin Najamuddin, Erna Retnawati, dan Dedi Hertanto ...................... 265

30. PEMANFAATAN LAHAN DENGAN SISTEM TEKNOLOGI


POLIKULTUR KELAPA SAWIT DENGAN JAGUNG
Muhammad Nur ................................................................................. 273

31. PENGARUH TEKNOLOGI PEMECAHAN DORMANSI JENIS


PEMANASAN TERHADAP VIABILITAS BENIH AREN
Muhammad Nur dan Novalisa Lumentut ............................................. 287

32. PEMANFAATAN TANAMAN SIRSAK SEBAGAI PESTISIDA NABATI


Muainah Hasibuan .............................................................................. 295

33. DAYA HASIL KEDELAI VARIETAS DENA 1 DAN ANJASMORO DI


BAWAH TEGAKAN KELAPA DALAM DAN KELAPA GENJAH YANG
TELAH MENGHASILKAN
Farida Oktavia dan Alfred Pahala Panambangtua ............................... 303

34. USAHA TANI BAWANG MERAH DENGAN PENGENDALIAN


ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN RAMAH LINGKUNGAN
Irma Mardian, Muji Rahayu, Eka Widiastuti dan Baiq Nurul
Hidayah .............................................................................................. 311

35. SISTEM USAHA TANI VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI PADA


KONDISI IKLIM KERING KABUPATEN BIMA
Irma Mardian, Awaludin Hipi, Darwis, Nurjahratullailah, dan Eka
Widyastuti .......................................................................................... 319

36. KEANEKARAGAMAN SERANGGA PADA AREAL TANAMAN


CENGKEH Di MALUKU
Rein E. Senewe, M. Pesireron, VF. Hihola, Yusuf dan JV. Hasinu ........ 325

37. KAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN TERPADU HAMA


PENGGEREK BATANG CENGKEH DI MALUKU
Rein E. Senewe, M. Pesireron, VF. Hihola, Yusuf dan JV. Hasinu ....... 337

38. KAJIAN KERAGAAN AGRONOMIS DAN HASIL TIGA VARIETAS


UNGGUL KEDELAI DI LAHAN SAWAH KABUPATEN LOMBOK
TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT
Nani Herawati, Ai Rosah Aisiah dan Awaludin Hipi .............................. 347

39. POTENSI PENGEMBANGAN PADI LADANG AMFIBI MENDUKUNG


KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN MANOKWARI
Sostenes Konyep dan Galih Wahyu Hidayat ........................................ 355

xii
40. KAJIAN BUDIDAYA BAWANG MERAH RAMAH LINGKUNGAN
MENEKAN RESIDU PESTISIDA
Sutardi, Sugeng Widodo dan Arlyna Budi Pustika .............................. 365

41. PENGARUH REKOMENDASI PEMUPUKAN DAN VARIETAS


TERHADAP PRODUKTIVITAS JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN
SAWAH
Yanti Triguna dan Bq. Tri Ratna Erawati ............................................. 379

42. PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELALUI PENDAMPINGAN


BIOINDUSTRI PADI - SAPI DI SULAWESI SELATAN
Andi Faisal Suddin, Kartika Fauziah dan Sahardi ................................. 387

43. KERAGAAN AGRONOMI DUA VUB PADI SAWAH IRIGASI DAN


ANALISIS USAHATANI PADI DI KABUPATEN TELUK BENTUNI
PAPUA BARAT
Apresus Sinaga, Herman R.Tata, dan Andi Faisal Suddin .................... 397

44. KELAYAKAN DAN PRODUKTIVITAS USAHATANI PADI GOGO


VARIETAS UNGGUL BARU DI KABUPATEN GORONTALO UTARA
Ari Abdul Rouf, Awaludin Hipi, dan Ari Widya Handayani .................... 405

45. RESPON PETANI TERHADAP PELAKSANAAN KASTRASI BABI DI


KABUPATEN MINAHASA PROVINSI SULAWESI UTARA
Jan James Mokoagow dan Jandry Assa .............................................. 411

46. KAJIAN TINGKAT PENGETAHUAN PETANI DAN PRODUKTIVITAS


KARET DI KABUPATEN BANYUASIN PROVINSI SUMATERA
SELATAN
Johanes Amirullah dan Yanter Hutapea ............................................... 421

47. SIKAP PETANI TERHADAP BEBERAPA VARIETAS UNGGUL


BAWANG MERAH DI KECAMATAN TOLANGOHULA KABUAPTEN
GORONTALO
Dedy Hertanto, Erna Retnawati, Erwin Najamuddin ............................ 431

48. PERILAKU PETANI DALAM PENERAPAN PTT PADI SAWAH


IRIGASI DI KABUPATEN BURU MALUKU
Ismatul Hidayah ................................................................................. 439

49. TINGKAT PENGETAHUAN PENYULUH TERHADAP TEKNOLOGI


PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI PAKAN SAPI
POTONG DI KABUPATEN SELUMA
Siswani Dwi Daliani, Erpan Ramon dan Rahmat Oktavia ..................... 451

xiii
50. DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI PROVINSI
GORONTALO
Soimah Munawaroh dan Ari Abdul Rouf .............................................. 459

51. KAJIAN KINERJA PEMBIBITAN SAPI POTONG DALAM


MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN SUMATERA UTARA
Sri Haryani Sitindaon, T Sahril dan Ratri Retno Ifada ......................... 469

52. PERANAN PENDAMPINGAN TEKNOLOGI TERHADAP


PENINGKATAN PENGETAHUAN PETANI JERUK DI KABUPATEN
KEPAHIANG
Sri Suryani M. Rambe, Kusmea Dinata dan Robiyanto ........................ 477

53. ANALISIS PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI DALAM PEMBUATAN


TEPUNG MOKAF DI KECAMATAN SINDANGKERTA, KABUPATEN
BANDUNG BARAT
Wa Hamsia dan Ismatul Hidayah ........................................................ 487

54. MOTIVASI KELOMPOKTANI DALAM BUDIDAYA TERNAK BABI DI


KABUPATEN MINAHASA PROVINSI SULAWESI UTARA
Aldryanto Yanri Allan Assa .................................................................. 499

55. PERSEPSI PETANI TERHADAP INOVASI VARIETAS UNGGUL BARU


PADI DI KABUPATEN OKU SUMATERA SELATAN
Yanter Hutapea dan Waluyo ............................................................... 507

56. TINGKAT ADOPSI KOMPONEN TEKNOLOGI PTT SEBELUM DAN


SESUDAH PENDAMPINGAN DI KABUPATEN SUMBAWA
Yuliana Susanti, M. Yasin dan M. Yasin ............................................... 517

57. TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN TERHADAP TEMPE DARI


BEBERAPA VARIETAS KEDELAI BALITBANGTAN
Renny Utami Somantri, Syahri, Tumarlan Thamrin ............................. 525

58. POTENSI DAN ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN DI WILAYAH


PERBATASAN KEPULAUAN MARORE KABUPATEN KEPULAUAN
SANGIHE
Agustinus N. Kairupan, Meivie Lintang, G.H. Joseph ........................... 535

59. PENERAPAN SISTEM INTEGRASI TANAMAN–TERNAK BERBASIS


KELAPA
Agustinus N. Kairupan ........................................................................ 543

60. PROFIL PEMELIHARAAN TERNAK BABI DI WILAYAH


PERBATASAN PULAU MIANGAS KEPULAUAN TALAUD
Agustinus N. Kairupan ........................................................................ 559

xiv
61. KAJIAN KOMPOSISI DAN DOMINANSI GULMA PADA TANAMAN
KARET DAN KELAPA SAWIT BELUM MENGHASILKAN
Araz Meilin ......................................................................................... 565

62. DEMONSTRASI TEKNOLOGI PERATAAN LAHAN DIPANDU LASER


DI LAHAN PASANG SURUT SUMATERA SELATAN
Budi Raharjo, Syahri, Renny Utami Somantri ...................................... 571

63. STRATEGI PENGEMBANGAN PEMANFAATAN PEKARANGAN


MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN
Conny Naomi Manoppo dan Olga Mangare ......................................... 581

64. PERAN KELOMPOK TERHADAP PEMANFAATAN PEKARANGAN


MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN
Conny N Manoppo dan Rensina R.Ticoalu ........................................... 593

65. KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KOMODITAS


JAGUNG DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN
Herlina N. Salamba dan Agustinus N. Kairupan ................................... 605

66. KAJIAN AGROEKOSISTEM DAN LINGKUNGAN SOSIAL EKONOMI


PERKEBUNAN KOPI ARABIKA DI WAMENA JAYAWIJAYA, PAPUA
Junita Br Nambela dan Galih Wahyu Hidayat ...................................... 613

67. PERTUMBUHAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI


DI LAHAN KERING MASAM SUMATERA SELATAN
Tumarlan Thamrin, Syahri, Renny Utami Somantri ............................. 621

68. INTRODUKSI TEKNOLOGI PENGELOLAAN TERPADU KEBUN


JERUK SEHAT DALAM PERSPEKTIF KELEMBAGAAN KELOMPOK
TANI DI GARUT
Rita Indrasti dan Jefny B. Markus Rawung ......................................... 629

69. PEMANFAATAN HASIL SAMPING JAGUNG SEBAGAI BAHAN


KEMASAN DAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF
Meivie Lintang .................................................................................... 637

70. POTENSI DAN PERMASALAHAN SUMBER DAYA HAYATI KERBAU


DI INDONESIA
Yennita Sihombing dan Hasrianti Silondae .......................................... 651

71. PEMANFAATAN PAKAN LOKAL TERAMONIASI DAN


SUPLEMENTASI UGB TERHADAP PERFORMANS KAMBING
C.L. Kaunang dan S. Sane dan E. Pudjihastuti .................................... 663

xv
72. PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH KEDELAI
MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERKUALITAS DI SULAWESI
UTARA
Jefny B. Markus Rawung dan Rita Indrasti ......................................... 671

73. KARAKTERISTIK TANAMAN PISANG DAN LEMON CUI DI


KEPULAUAN TERLUAR KABUPATEN TALAUD
Olvie Grietjie Tandi dan Meivie Lintang ............................................... 683

74. PENGEMBANGAN BENIH SUMBER TRUE SHALLOT SEED


BAWANG MERAH VARIETAS BIMA BREBES DI KOTA TOMOHON
Olvie Grietjie Tandi, Herlina Salamba, dan Bonny Mongan ................. 689

75. STRATEGI OPTIMALISASI PEMANFAATAN EMBUNG DI NUSA


TENGGARA TIMUR
Nelson H. Kario, Syamsuddin .............................................................. 695

DAFTAR HADIR SEMINAR NASIONAL ............................................................. 705

xvi
KELAYAKAN DAN PRODUKTIVITAS USAHATANI PADI GOGO VARIETAS
UNGGUL BARU DI KABUPATEN GORONTALO UTARA

Ari Abdul Rouf, Awaludin Hipi, dan Ari Widya Handayani


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Gorontalo
Jl. Muh Van Gobel No. 270, Ds Iloheluma, Tilongkabila, Bone Bolango, Gorontalo
E-mail : ariabdrouf@gmail.com

ABSTRACT
Rice production currently mainly comes from irrigated rice fields and dry land. Irrigation rice
production itself faces several obstacles such as land conversion to non-agriculture, limited
water resources and supporting facilities. Meanwhile Indonesian land is dominated by dry land
that can be used for upland rice farming. This is supported by upland rice cultivation technology
produced by Indonesian agency for agricultural research and development. This study was
conducted to determine the productivity of upland rice by applying new superior varieties and
legowo row planting system. The study was conducted in Bohusami Village, Gentuma Raya
District, North Gorontalo District on November 2017-February 2018. The study was designed as
an on-farm research involving cooperative farmers. The results of the study showed that the
productivity obtained by applying new superior varieties and in upland rice farming was 4.16-
6.08 t / ha or 0.96-2.88 t / ha higher than the farmers' method. Meanwhile, the profits
obtained amounted to Rp. 8.9-17.7 million / ha / season. Therefore, the use of new superior
variety technology components and legowo row planting systems are feasible to apply, this is
indicated by the RC ratio of 1.91-2.79.
Keywords: dry land, legowo row, new superior varieties, upland rice

PENDAHULUAN
Beras merupakan komoditas strategis yang menjadi perhatian utama pemerintah.
Pemerintah senantiasa mencapai swasembada beras sehingga pemenuhan pangan utamanya
bersumber dari dalam negeri. Produksi beras saat ini utamanya berasal dari lahan sawah irigasi dan
sisanya berasal dari lahan kering. Indonesia memiliki potensi lahan kering yang cukup tinggi dan
berpeluang sebagai lahan pengembangan padi gogo. Sukarman et al (2013) menyatakan bahwa
luasan areal untuk pengembangan tanaman pangan lahan kering di Indonesia mencapai 25,09 juta ha
dimana jika dipilah berdasarkan iklimnya maka terbagi menjadi lahan kering iklim basah sebesar
22,86 juta Ha dan lahan kering iklim kering sebanyak 2,23 juta Ha.
Sementara itu, BPS Provinsi Gorontalo (2017) menyebutkan bahwa wilayah Provinsi
Gorontalo memiliki potensi lahan kering sebanyak 285.449 Ha, dimana yang terluas terdapat di
Kabupaten Pohuwato 76.998 Ha (27 %) menyusul Kabupaten Gorontalo 66.348 Ha (24 %), Kabupaten
Boalemo 64.655 (23 %) dan Kabupaten Gorontalo Utara 42.557 (15 %). Pemanfaatan lahan kering
untuk tanaman pangan merupakan hal umum bagi masyarakat Gorontalo, khususnya komoditas
jagung yang menjadi brand dari Provinsi Gorontalo. Adapun tren luas tanam jagung menunjukan
peningkatan, dimana tahun 2012 mencapai 135.543 Ha kemudian meningkat menjadi 195.606 Ha di
tahun 2016 (BPS Prov Gorontalo, 2017).
Adapun luas tanam jagung tertinggi berada di Kabupaten Pohuwato mencapai 67.469 (34,5%)
Ha dan Kabupaten Gorontalo 60.897 Ha (31.13%). Produksi jagung Provinsi Gorontalo juga
menunjukan hasil yang signifikan dimana mencapai 644.755 ton (2012) dan meningkat menjadi

Seminar Nasional: Peran Komoditas Unggulan Daerah Mendukung


Pencapaian Target Produksi Nasional. | 405
1.477.222 ton (2017). Demikian pula produksi padi ladang menunjukan trend positif dari 120 ton
(2012) menjadi 7.836 ton (2015). Adapun untuk penanaman padi gogo terkonsentrasi di Kabupaten
Gorontalo Utara dengan luas mencapai 2.858 Ha (95 % dari total padi gogo di Provinsi Gorontalo)
sisanya 143 Ha di Kabupaten Bone Bolango.
Alternatif penambahan produksi beras selain dari padi irigasi salah satunya dengan
mengembangkan padi gogo. Hal tersebut mempertimbangkan produksi sawah irigasi memiliki
beberapa kendala seperti adanya konversi lahan ke non pertanian yang mencapai 1,6 juta ha,
penurunan kesuburan tanah yang menyebabkan produktivitas padi sawah cenderung melandai,
keterbatasan sumber air dan sarana penunjang (Deptan, 2008).
Selanjutnya, Deptan (2008) menyatakan bahwa pengembangan lahan kering untuk padi gogo
memiliki keunggulan yaitu biaya yang dibutuhkan jauh lebih murah dibandingkan denga
pembangunan sawah irigasi disebabkan lebih sedikit pembangunan infrastruktur jaringannya serta
pengembangannya dapat diintegrasikan dengan tanaman perkebunan. Toha (2013) menyatakan
bahwa pengembangan penanaman padi gogo dapat dilakukan dibeberapa lokasi diantaranya: 1)
Lahan datar dibantaran sungai dengan pertimbangan dekat dengan sumber air dan biasanya
tanahnya relatif subur, 2) kawasan perbukitan daerah aliran sungai (DAS) dengan tingkat tingkat
kemiringan dibawah 15% dengan memperhatikan konsep konservasi seperti pembuatan teras bangku
pada lahan yang memiliki solum yang dalam dan sebaliknya jika solumnya dangkal maka perlu dibuat
sistem budidaya lorong, 3) Tumpangsari dengan tanaman perkebunan berumur muda atau dengan
naungan maksimal mencapai 50%.
Toha (2013) menyatakan bahwa sumbangan padi gogo terhadap produksi beras nasional baru
mencapai 5,2 persen atau 2,7 juta ton. Hal ini disebabka produktivitas padi gogo sebesar 2,56 t/ha
dibawah produktivitas padi sawah yang mencapai 4,78 t/ha. Zaini et al (2004) dalam Sujitno dan
Kurnia (2014) menyebutkan bahwa penggunaan varietas unggul baru (berkarakter berdaya hasil
tinggi, tanaman pendek, daun tegak, jumlah anakan setidaknya sedang, tahan rebah, tahan hama dan
penyakit, ujur genjah dan rasa nasi enak) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
produktivitas padi gogo. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan kajian budidaya padi
gogo berbasis varietas unggul baru dengan harapan akan diperoleh rekomendasi komponen
teknologi yang dapat diterapkan dipetani.

METODOLOGI
Penelitian dilakukan di Desa Bohusami, Kecamatan Gentuma Raya, kabupaten Gorontalo
Utara. Kabupaten Gorontalo Utara dipilih dikarenakan merupakan sentra produksi padi gogo di
Provinsi Gorontalo. Penelitian dilaksanakan dari November 2017-Februari 2018. Penelitian dirancang
dengan pendekatan on farm research sehingga petani ikut terlibat dalam pelaksanaan teknologi yang
dikaji. Lahan yang digunakan sekitar 1,5 Ha. Komponen teknologi yang kaji meliputi varietas unggul
baru Situ Bagendit dan Inpago 10 yang ditanam sebanyak 5 butir/lubang.
Kedua varietas telah direkomendasi sebagai varietas yang memiliki toleransi terhadap
kekeringan. Sistem tanam yang digunakan adalah sistem tanam 2:1 (25x12,5) x 50 cm. Pemupukan
dilakukan berdasarkan status hara tanah (analisis PUTK) yaitu 300 kg phonska dan 150 kg urea.
Pengendalian hama dilakukan secara terpadu dan panen dilakukan setelah tanaman masak fisiologis
dilakukan dengan tenaga tanam. Parameter yang diamati adalah tinggi dan jumlah anakan pada saat
sebelum panen dan produktivitas berdasarkan hasil ubinan.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan


406 | Teknologi Pertanian
Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani
Pendapatan usahatani dianalisis berdasarkan pendapatan atas biaya total. Dihitung
berdasarkan rumus (Soekartawi, 2003), yaitu:
𝜋𝑡𝑙 = 𝑁𝑃 − 𝐵𝑡𝑙
Dala hal ini :
πtl = Pendapatan atas biaya total (Rp)
NP = Penerimaan (Rp)
Btl = Biaya total (Rp) = (Btn + BD )
BD = Biaya yang diperhitungkan (Rp)

Revenue Cost Ratio ( R/C Ratio) dihitung dengan membagi penerimaan dengan biaya yang
dikeluarkan. Biaya yang dihitung meliputi 1) Biaya tunai merupakan biaya yang riil dikeluarkan oleh
petani dan 2) Biaya yang diperhitungkan yaitu biaya yang sesungguhnya tidak dikeluarkan oleh petani
namun diperhitungkan sebagai biaya contohnya tenaga kerja. Selanjutnya, untuk menentukan tingkat
kelayakan usahatani digunakan nilai imbangan penerimaan dan biaya atau R/C dengan kriteria: R/C >
1 : Layak untuk diusahakan; R/C <1 : Tidak layak (rugi)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi lokasi pengkajian


Kabupaten Gorontalo Utara adalah salah satu wilayah di Provinsi Gorontalo dengan luas
wilayah mencapai 2.141,86 km2 atau 17,22% dari luas wilayah provinsi (BPS Provinsi Gorontalo,
2017). Ketinggian rata-rata mencapai 15 mdpl. Suhu udara di wilayah ini antara 26-28,40C sedangkan
kelembaban udaranya antara 73-85%. Tahun 2016, curah hujan tertinggi mencapai 323 mm dibulan
Oktober dan terendah dibulan Maret sebanyak 7 mm.
Berkenaan dengan pertanian, diketahui bahwa luas lahan sawah irigasi yang dimiliki
mencapai 5.381 ha sedangkan sawah non irigasi mencapai 861 ha. Luas panen padi sawah mencapai
11.037,4 Ha sedangkan padi ladang mencapai 2.858 Ha. Produktivitas untuk tanaman jagung
mencapai 4,9 t/ha sedangkan padi sawah mencapai 5,1 t/ha. Adapun komoditas palawija lainnya
yang ditanam adalah tanaman jagung dengan luas panen mencapai 28.607 ha, kedalai 37 ha dan
kacang tanah 182 ha. Komoditas tanaman perkebunan yang banyak diusahakan adalah kelapa dalam
dengan luas mencapai 6.186 ha, diikuti cengkeh sebanyak 429 ha, kelapa hibrida 338 ha. Pada
subsektor peternakan, ternak yang dipelihara oleh masyarakat adalah sapi potong sebanyak 29.893
ekor, kambing 6.527 ekor dan babi 1.084 ekor (BPS Kab Gorontalo Utara, 2017).

Keragaan Pertanaman
Pengamatan pertumbuhan pertanaman yang dilakukan meliputi tinggi tanaman dan jumlah
anakan pada saat panen. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Keragaan tinggi dan jumlah anakan padi gogo varietas unggul baru
Varietas Tinggi tanaman (cm) Jumlah Anakan (rumpun)
Inpago 10 127 37
Situ Bagendit 95 23

Seminar Nasional: Peran Komoditas Unggulan Daerah Mendukung


Pencapaian Target Produksi Nasional. | 407
Tabel 1 menunjukan bahwa tinggi varietas Inpago 10 lebih tinggi dibandingkan Situ Bagendit
dengan selisih 32 cm. Tinggi pertanaman varietas situ Bagendit tersebut sesuai dengan kajian
Suhendrata dan Budiyanto (2012) yang menyimpulkan tinggi varietas Situ Bagendit adalah 95-97 cm.
Hasil ini lebih rendah dengan laporan Sujitno dan Kurnia (2014) dan Bakhtiar et al (2013) yang
menyatakan Situ Bagendit memiliki tinggi 103-104 cm namun lebih tinggi dari kajian Syahputra et al
(2016) dan Sujitno et al (2011) yang menyatakan tinggi situ bagendit adalah 56 cm dan 87 cm.
Berkenaan dengan jumlah anakan, bahwa Inpago 10 memiliki jumlah anakan sebanyak 37
rumpun lebih tinggi dibandingkan Situ Bagendit yang sebanyak 23 rumpun. Jumlah anakan situ
bagendit tersebut lebih tinggi dibandingkan kajian-kajian sebelumnya yang menyatakan bahwa
anakan situ bagendit antara 7-14 rumpun (Syahputra et al 2016; Sujitno dan Kurnia 2014; Bakhtiar et
al 2013; Suhendrata dan Budiyanto 2012). Jumlah anakan situ bagendit yang relatif tinggi ini
dimungkinkan karena ketika saat penanaman petani menabur benih yang relatif banyak sekitar 10
butir/lubang sehingga menghasilkan jumlah anakan yang relatif tinggi. Demikian halnya untuk jumlah
anakan Inpago 10 yang tinggi ini diduga karena petani mengisi lubang benih diluar rekomendasi.
Jumlah anakan tersebut lebih tinggi dibandingkan anakan varietas inpago 4,5,6 dan 8 yang dilaporkan
sebelumnya yaitu sebanyak 5-11 (Bakhtiar et al 2013; Suhendrata dan Budiyanto 2012). Jumlah
anakan merupakan salah satu indikator penting yang perlu diamati sebab dapat dijadikan indikator
untuk tingkat produktivitas yang dapat dicapai.
Keragaan Produktivitas
Produksi atau produktivitas merupakan hasil akhir yang hendak dioptimalkan oleh seluruh
petani. Tabel 2 memperlihatkan bahwa produktivitas Situ Bagendit (6,08 t/ha) lebih tinggi
dibandingkan Inpago 10 (4,16 t/ha). Hasil ini masih lebih tinggi dibandingkan produktivitas rata-rata
di Kabupaten Gorontalo Utara yang sebesar 3,2 t/ha (BPS Prov Gorontalo, 2018). Dengan demikian
penggunaan varietas unggul baru dan penerapan jajar legowo dapat meningkatkan hasil sebanyak
0,96-2,88 t/ha. Hasil produktivitas ini masih lebih rendah dengan capaian penerapan teknologi largo
legowo super di Kecamatan Puring, Kebumen, Jawa Tengah yang mencapai 5-7,9 t/ha (Anonimus,
2018). Adapun teknologi largo super yang diterapkan pada demfarm tersebut meliputi penggunaan
varietas unggul padi gogo potensi hasil tinggi, sistem tanam larikan 2:1, pengolahan dan pembenahan
tanah dengan biodekomposer, penggunaan pupuk hayati, dan penggunaan alsintan dari tanam
hingga panen. Namun demikian, produktivitas situ bagendit tersebut lebih tinggi dibandingkan
beberapa laporan sebelumnya yang melaporkan produktivitas situ bagendit sebesar 2,04-3,9 t/ha
(Sujitno dan Kurnia 2014; Bakhtiar et al 2013; Suhendrata dan Budiyanto 2012). Sementara untuk
produktivitas inpago 10 telah sejalan dengan rata-rata produktivitas yang biasa diperoleh yaitu 4 t/ha
(Wahab et al, 2017).

Tabel 2. Produktivitas usahatani padi gogo berbasis vub dan jajar legowo
Varietas Produktivitas (t/ha)
Inpago 10 4,16
Situ Bagendit 6,08

Kelayakan Usahatani
Pendapatan usahatani yang memperoleh keuntungan adalah kondisi optimal yang diharapkan
oleh petani. Guna mengetahui selisih pengeluaran dengan penerimaan yang diperoleh petani maka
dilakukan analisis usahatani.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan


408 | Teknologi Pertanian
Tabel 2. Penerimaan dan biaya usahatani padi gogo di Kabupaten Gorut
Inpago 10 Situ Bagendit
Uraian
Nilai (Rp) Persentase (%) Nilai (Rp) Persentase (%)
Penerimaan
Beras 18,858,000 27,560,400
Pengeluaran
Saprodi 3,085,000 31.21 3,085,000 31.21
Benih 350000 3.54 350000 3.54
Pupuk 0.00 0.00
Phonska 690,000 6.98 690,000 6.98
Urea 180,000 1.82 180,000 1.82
Herbisida 695,000 7.03 695,000 7.03
Pestisida 1,170,000 11.84 1,170,000 11.84
0.00 0.00
Tenaga Kerja 6,800,000 68.79 6,800,000 68.79
Pengolahan 1,200,000 12.14 1,200,000 12.14
Penanaman 640,000 6.47 640,000 6.47
Pemupukan 480,000 4.86 480,000 4.86
Penyiangan 2,400,000 24.28 2,400,000 24.28
HPT 480,000 4.86 480,000 4.86
Panen 1,600,000 16.19 1,600,000 16.19
Total Biaya 9,885,000 100 9,885,000 100
Pendapatan 8,973,000 17,675,400
RC Rasio 1.91 2.79

Tabel 3 menunjukan bahwa perbedaan penerimaan disebabkan oleh perbedaan produktivitas


yang dapat dicapai oleh masing-masing varietas. Sementara untuk biaya yang dikeluarkan juga relatif
sama mengingat pengelolaan pertanaman dilakukan pada hamparan yang sama. Biaya sarana
produksi mencakup kurang lebih 31 persen dari total biaya atau sekitar Rp 3,085 juta. Pada biaya
produksi, pengeluaran petani didominasi untuk pembelian pestisida yang digunakan untuk
menanggulangi hama yang menyerang seperti orong-orong, penggerek batang, kresek dan walang
sangit.
Biaya tenaga kerja merupakan biaya terbesar dari usahatani yaitu mencapai 69% atau senilai
Rp 6,8 juta, pengeluaran terbesar dikeluarkan untuk penyiangan lahan, penyiangan yang dilakukan
selain menggunakan herbisida juga dilakukan secara manual. Penyiangan yang dilakukan oleh petani
cukup lama dan intensif. Hasil tersebut sejalan penelitian sebelumnya yang melaporkan biaya tenaga
kerja usahatani padi gogo lebih tinggi dibandingkan biaya saprodi (Prasetyo dan Setiani 2018; Fitria
dan Ali 2014).
Adapun keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 8,9-17,7 juta/ha/musim. Hasil ini mendukung
penelitian sebelumnya bahwa keuntungan usahatani padi gogo sebesar Rp 5,5-17,51 juta/ha/musim
(Prasetyo dan Setiani 2018; Berdasarkan analisis RC rasio sebesar 1,91- 2,79 maka usahatani padi
gogo layak diusahakan sebab nilai RC rasio diatas 1. Hal ini setiap 1 satuan biaya produksi yang
dikeluarkan akan memberikan pendapatan sebesar 1.91-2,79 satuan. Kesimpulan ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang melaporkan usahatani padi gogo memiliki RC rasio 1,85-2,97 (Prasetyo
dan Setiani 2018; Sujitno dan Kurnia 2014; Fitria dan Ali 2014).

Seminar Nasional: Peran Komoditas Unggulan Daerah Mendukung


Pencapaian Target Produksi Nasional. | 409
KESIMPULAN
Produktivitas yang diperoleh dengan menerapkan varietas unggul baru dan pada usahatani
padi gogo sebesar 4,16-6,08 t/ha atau lebih tinggi 0,96-2,88 t/ha dibandingkan cara petani.
Sementara itu keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 8,9-17,7 juta/ha/musim. Oleh karena itu,
penggunaan komponen teknologi varietas unggul baru dan sistem tanam jajar legowo layak
diterapkan, hal ini ditunjukan dengan nilai RC rasio sebesar 1,91- 2,79.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2018. Largo, Panen Padi di Lahan Kebun. Tersedia pada https://tabloidsinartani.com/
detail/indeks/inovasi-teknologi/6116-largo-panen-padi-di-lahan-kebun.
Bakhtiar, Hasanudin, Hidayat, T. 2013. Identifikasi beberapa varietas unggul padi gogo di Aceh Besar.
Agrista 17(2):49-54.
BPS Kab Gorontalo Utara. 2017. Gorontalo Utara dalam Angka 2017. BPS Kabupaten Gorontalo Utara,
Gorontalo.
BPS Prov Gorontalo. 2017. Gorontalo dalam Angka 2017. BPS Provinsi Gorontalo, Gorontalo.
Departemen Pertanian. 2008. Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Gogo. Departemen Pertanian,
Jakarta.
Fitria E dan Ali MN. 2014. Kelayakan Usaha Tani Padi Gogo Dengan Pola Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT) di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Widyariset 17(3):425-434.
Prasetyo T dan Setiyani C. 2018. Analisis tingkat Efisiensi Paket Teknologi Usahatani Padi Gogo di
Lahan Tadah Hujan. Jurnal RISET Agribisnis dan Peternakan 3(1):56-66.
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Suhendrata, T dan Budiyanto, S. 2012. Peningkatan produktivitas padi gogo dan pendapatan petani
lahan kering melalui perubahan sistem tanam di Kabupaten Banjarnegara. Seminar nasional
kedaulatan pangan dan energi. Universitas trunojoyo Madura, Madura.
Sujitno E, Fahmi T dan Teddy S. 2011. Kajian adaptasi beberapa varietas unggul padi gogo pada lahan
kering dataran rendah di Kabupaten Garut. JPPTP 14(1):62-69.
Sujitno, E. dan Kurnia. 2014. Potensi hasil varietas unggul baru padi gogo pada lahan kering
menunjang peningkatan produksi beras nasional di Kabupaten Garut. Agrotop 4(2):133-138.
Sukarman, Subiksa IGM, Ritung S. 2013. Identifikasi lahan kering potensial untuk pengembangan
tanaman pangan. Dalam Prospek Pertanian Lahan Kering Dalam Mendukung Ketahanan
Pangan. Badan Litbang Pertanian, Jakarta.
Syahputra, Idwar, Tabrani, G. 2016. Respon beberapa varietas padi gogo yang ditanam di tanah ultisol
terhadap amelioran. JOM 3(1):1-11
Toha, HM. 2013. Pengembangan Padi Gogo Mengatasi Rawan Pangan Wilayah Marginal. Dalam
Prospek Pertanian Lahan Kering Dalam Mendukung Ketahanan Pangan. Badan Litbang
Pertanian, Jakarta.
Wahab MI, Satoto, Rachmat R, Guswara A, Suharna. 2017. Deskripsi varietas unggul padi. Badan
Litbang Pertanian, Jakarta.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan


410 | Teknologi Pertanian
DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN
DI PROVINSI GORONTALO

Soimah Munawaroh dan Ari Abdul Rouf


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Gorontalo
Jl. Muh. Van Gobel No. 270 Tilong Kabila, Bone Bolango Gorontalo
Email: ima_munawaroh@yahoo.com

ABSTRAK
Pembangunan pertanian dilakukan meliputi pembangunan fisik dan sumber daya manusia.
Salah satunya dengan diseminasi inovasi pertanian secara berkesinambungan dan efektif
kepada pengguna atau petani guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui inovasi teknologi yang telah didiseminasikan beserta
responnya. Penelitian dilaksanakan di Provinsi Gorontalo dengan melibatkan 30 responden
yang dpilih secara accidental sampling. Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara
deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan media informasi teknologi
pertanian Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian mendapat
persepsi yang positif dari pengguna. Media bentuk buku mendapat respon yang paling baik dari
segi kemasan isi maupun judul. Peringkat kesukaan pertama yaitu terhadap media buku 36,67
persen, berturut-turut poster 26,67 persen leaflet 23,33 persen, dan DVD yang paling terendah
13,33 persen. Sedangkan materi teknologi yang dibutuhkan oleh pengguna sebagian besar
mencakup komoditas tanaman pangan yaitu padi dan jagung dengan persentase masing-
masing sebesar 40,63 persen dan 37,50 persen dan sisanya tersebar terhadap komoditas cabai ,
sapi, ayam, dan kedelai. Olehkarena itu, diseminasi inovasi teknologi pertanian kedepan
diarahkan pada komoditas tersebut dengan diiringi peningkatan judul dan jumlah publikasinya.
Kata Kunci: Diseminasi, persepsi, preferensi, pertanian, teknologi

ABSTRACT
Agricultural development is carried out covering physical and human resource development.
One of them is the continuous and effective dissemination of agricultural innovations to users
or farmers in order to increase knowledge, attitudes and skills. This study aims to determine
the technological innovations that have been disseminated and the responses. The study was
conducted in Gorontalo Province by involving 30 respondents selected by accidental sampling.
The collected data is analyzed descriptively. The results showed that overall information
technology of agricultural research and development, the Ministry of Agriculture received a
positive perception from users. The book form media received the best response in terms of
content and title packaging. The first favorite rating was the book media 36.67 percent, posters
26.67 percent, leaflets 23.33 percent and DVDs the lowest 13.33 percent. While the technology
required by the user mostly covers food crops, namely rice and corn with a percentage of 40.63
percent and 37.50 percent, respectively, and the remainder is distributed to chili, beef, chicken
and soybean. Therefore, the dissemination of innovations in agricultural technology in the
future is directed to these commodities accompanied by an increase in the title and number of
publications.
Keywords: Dissemination, perception, preference, agriculture, technology

Seminar Nasional: Peran Komoditas Unggulan Daerah Mendukung


Pencapaian Target Produksi Nasional. | 459
PENDAHULUAN
Salah satu syarat utama akselerasi pembangunan pertanian adalah tersedianya inovasi
pertanian secara berkesinambungan dan efektif yang mengalir dari sumbernya menuju ke berbagai
calon pengguna potensial sepert petani atau penyuluh. Sejalan dengan hal tersebut, Badan Litbang
Pertanian membentuk Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di setiap provinsi yang memiliki
tugas dan fungsi pengkajian atau perakitan teknologi pertanian spesifik lokasi dan diseminasi
teknologi kepada pengguna. Terkait dengan penyebarluasan informasi maka Lionberger (1982) dalam
Jani (1988) menyatakan saluran komunikasi merupakan alat, melalui mana sumber komunikasi
menyampaikan pesan-pesan kepada penerima, atau sebagai tempat terbaik yang dipilih sebagai
wahana yang akan dilalui stimulus/pesan. Saluran komunikasi sangat bervariasi dari yang tak
kelihatan seperti udara (komunikasi tatap muka) sampai pada bentuk yang terproyeksi seperti media
elektronik (audio dan atau visual) dan media cetak serta media dalam bentuk kegiatan seperti
pengkajian, gelar teknologi dan lainnya yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
Jenis dan media diseminasi teknologi akan sangat bergantung kepada kebutuhan petani
dengan dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi, sosial budaya. Namun demikian, dalam
proses pembuatannya maka perlu dilakukan pemeringkatan teknologi yang akan didiseminasikan dan
jenis media serta jumlahnya. Tingkat pemanfaatan inovasi teknologi oleh pengguna sasaran akan
semakin meluas bila pengguna atau sasaran memiliki kesamaan karakteristik sosial budaya dan
agroekologi. Peningkatan kualitas dan optimalisasi diseminasi hasil litkaji penting dillakukan dengan tujuan
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani yang berdampak pada kenaikan produktivitas
dan pendapatan petani. Dengan demikian diharapkan dapat mendorong pembangunan pertanian di
daerah sehingga sektor pertanian mampu berfungsi sebagai mesin penggerak perekonomian nasional.
Schramm (1973) menyatakan terdapat empat syarat pesan yang harus dipenuhi agar komunikasi menjadi
efektif, yaitu : 1) pesan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan perhatian, 2) pesan
harus dibuat sedemikian rupa sehingga sasaran/ audience dapat mengerti pesan yang disampaikan tersebut.
3) pesan harus sesuai kebutuhan dan menyarankan bagaimana kebutuhan itu dapat dipenuhi, 4) pesan harus
sesuai dengan situasi penerima. Kualitas kredibilitas sumber informasi mengarah pada kepercayaan dan
penilaian yang baik dan kemampuan sumber informasi dalam mengkaji dan mengaplikasikan manfaat
informasi pada kondisi petani lokal (Lionberger and Gwin, 1982). Kajian dilaksanakan untuk
mendeskripsikan diseminasi inovasi teknologi pertanian yang telah dilaksanakan dan menjaring
umpan balik terhadap perbaikan model diseminasi yang telah dilakukan.

METODOLOGI
Lokasi dilaksanakan di Provinsi Gorontalo pada kurun waktu Februari-Desember 2017. Data
yang digunakan utamanya adalah data primer yang diperoleh melalui survei. Pemilihan responden
menggunakan metode accidental sampling yaitu dipilih berdasarkan pertimbangan responden adalah
petani atau petugas yang telah memperoleh informasi teknologi pertanian yang disampaikan oleh
BPTP Balitbangtan Gorontalo tahun 2017. Jumlah responden yang dipilih sebanyak 30 orang. Data
yang dikumpulkan melalui wawancara dan kuesioner yang kemudian dianalisis secara deskriptif.

Analisis Data
Analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif dengan menggambarkan data dalam
bentuk tabel atau diagram serta pengukuran distribusi data dengan persentase.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan


460 | Teknologi Pertanian
HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden
Analisis karakteristik responden dapat memberikan informasi berkenaan ciri-ciri penting
reponden sehingga kita dapat menyusun strategi untuk menentukan inovasi teknologi yang
diperlukan dan cara diseminasi yang perlu dilakukan. Analisis gender menunjukan bahwa pengguna
materi diseminasi sebagian besar adalah perempuan dengan persentase mencapai 63.34 persen dan
sisanya adalah laki-laki. Berdasarkan usia diketahui bahwa pengguna berusia 41 - 50 tahun sebesar
43.33 persen, selanjutnya pengguna berusia 31-40 tahun sebesar 30 persen, usia 21-30 tahun sebesar
16.67 persen dan usia diatas 50 tahun sebesar 6.67 persen dan yang paling sedikit usia dibawah 20
tahun sebesar 6.63 persen. Dengan demikian umumnya para pengguna materi diseminasi dapat
dikategorikan pada usia produktif dan memiliki pengalaman petani yang cukup lama karena sebagian
besar berumur anatara 41-50 tahun.
Berkenaan dengan tingkat pendidikan, responden umumnya lulusan SMA/ sederajat
sebanyak 43.33 persen, peringkat kedua terbanyak adalah lulusan S1 sebanyak 36.67 persen,
selanjutnya secara berurutan adalah SD sebanyak 13,33 persen dan D3 serta SD dengan jumlah yang
sama sebanyak 3.33 persen. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan dari para pengguna sangat
baik karena memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi yaitu SMA dan sarjana sehingga
harapannya adopsi dari inovasi teknologi pertanian dapat lebih mudah diterapkan mengingat
kemampuan analisisnya cukup tinggi.

Penyusunan dan Pencetakan Media Publikasi


Proses awal dalam menentukan materi publikasi dengan melakukan identifikasi kebutuhan
teknologi di lapangan yang berasal dari masukan atau informasi dari para penyuluh pertanian
lapangan di seluruh Provinsi Gorontalo. Selanjutnya disusun daftar kebutuhan teknologi dan
pemeringkatan teknologi yang akan dipublikasi (teknologi yang pernah dikaji oleh BPTP Gorontalo
dan atau Badan Litbang Pertanian) yang bisa memecahkan permasalahan teknologi tersebut.
Tahapan selanjutnya adalah melakukan penyusunan informasi inovasi teknologi pertanian lewat
media cetak atau lewat media elektronik. Selanjutnya melakukan distribusi/penyebaran materi
teknologi yang digabungkan dengan kegiatan Mobile Disemination langsung kepada stakeholder
(penyuluh, petani, pelajar. Adapun judul teknologi yang dipublikasi oleh BPTP Balitbangtan Gorontalo
tahun 2017, yaitu: 1) Hama dan Penyakit Tanaman Cabai serta Pengendaliannya, 2) Budidaya cabai di
pekarangan, 3) Budidaya Cabai di Polibag, 4) Deskripsi Varietas Unggul Jagung, 5) Melirik Peluang
Bioslurry dan Biourne dari Limbah Ternak Sapi, 6) Silase Kulit Buah Kakao, 7) Varietas Unggul Baru
Inpari 30 dan Inpari 32, 8) Jajar Legowo Super dan 9) Manajemen Ayam KUB. Berdasarkan
komoditasnya maka materi yang dicetak meliputi komoditas padi, jagung, cabai, kakao dan ayam.
Sementara materi yang dibuat umumnya masih berkenaan dengan budidaya. Adapun sebaran
diseminasi inovasi teknologi berdasarkan jenis media dapat dilihat pada diagram 1.
Diagram 1 memperlihatkan bahwa jenis media yang banyak dicetak adalah berbentuk leaflet
dan poster hal ini dengan pertimbangan bahwa biaya produksi per satuan unit dari kedua media
tersebut relatif lebih murah dibandingkan media lainnya sehingga jumlah unit yang dapat dicetak
lebih banyak sehingga penyebarannya dapat lebih luas. Sebaliknya, media buku dan DVD merupakan
media yang lebih sedikit diproduksi karena biaya produksi per satuan unit lebih tinggi. Namun
demikian secara isi materi, buku dan DVD ini lebih unggul yaitu 1) memiliki materi yang lebih lengkap,
2) Khususnya DVD memiliki aspek suara dan gambar yang lebih menonjol sehingga penyampaian
materi diharapkan akan lebih mudah diterima oleh pengguna.

Seminar Nasional: Peran Komoditas Unggulan Daerah Mendukung


Pencapaian Target Produksi Nasional. | 461
Diagram 1. Sebaran diseminasi inovasi teknologi berdasarkan jenis media

Penyebaran Publikasi Tercetak


Penyebarluasan semua media cetak tersebut baik secara mandiri maupun ecara terpadu.
Penyebaran publikasi tercetak dengan beberapa metode yaitu :1) Penyebaran dengan melakukan
kunjungan langsung ke BPP, 2) Mobile Library dengan kegiatan Pameran, 3) Berintegrasi dengan
kegiatan pertemuan atau pelatihan, 4) Pengiriman publikasi via pos.

Diagram 2. Publikasi Tercetak yang telah tersebar

Evaluasi Persepsi Pengguna terhadap Media Informasi


Untuk menjaring umpan balik dari pengguna agar publikasi dapat lebih efektif dan lebih
sesuai dengan keinginan dan harapan penguna maka dillaksanakan kegiatan evaluasi dengan metode
survey menggunakan kuisioner, dimana variable yang diukur adalah tingkat ketertarikan terhadap
aspek dari media publikasi tercetak yaitu tentang judul, kemasan dan isi dari media publikasi.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan


462 | Teknologi Pertanian
Keefektifan suatu media informasi ditentukan berdasarkan diterima atau tidaknya oleh
responden/pengguna. Pendapat atau opini dari responden sangat penting untuk mengevaluasi
suatu media informasi cetak agar edisi cetakan selanjutnya lebih baik. Jika suatu cara
tersebut berhasil memperoleh tingkat nilai yang tinggi berarti media informasi tersebut berhasil
atau mampu menarik/mengambil hati penggunanya. Dengan demikian, bagus atau tidaknya mutu
suatu media informasi cetak tergantung pada penilaian dan persepsi dari khalayak yang telah
menggunakan media informasi tersebut.
Mulyana (2001) dalam Sari (2009) mendefinisikan persepsi adalah proses internal yang
memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan
kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Persepsi disebut juga sebagai inti
komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat tidak mungkin kita berkomunikasi dengan
efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain .
Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan semakin sering
kita berkomunikasi dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok
identitas.
Persepsi adalah suatu proses yang didasari oleh penginderaan terhadap suatu obyek yang
diorganisasikan, diinterpretasikan dan diberi kesan atau arti sehingga individu dapat menentukan
reaksi terhadap obyek. Menurut King (2010) dalam Putri (2014) apa yang kita persepsikan
tergantung dari sebagian pada rangsangan mana yang terlihat dalam atensi kita dan pada
kecenderungan mana kita mempersepsi berbagai hal yang menurut keyakinan dan pengharapan
kita. Menurut Rakhmat (2001) dalam Puspitasari (2009) persepsi dapat diartikan adalah
merupakan pengalaman mengenai objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan yang melibatkan sensasi, atensi, ekspetasi, motivasi
dan memori. Persepsi dapat disebut sebagai inti komunikasi, karena jika persepsi tidak akurat
tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif.
Tentang faktor- faktor yang berpengaruh terhadap persepsi menurut Rakhmat (2000) dalam
Puspitasari (2009) terdapat dua faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu: 1) Faktor Fungsional.
Faktor ini berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain (faktor personal).
Dalam hal ini yang membentuk persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli itu. Faktor-faktor fungsional
pembentuk persepsi lazim disebut sebagai kerangka rujukan. Dalam kegiatan komunikasi, kerangka
rujukan mempengaruhi bagaimana orang memberi makna pada pesan yang diterimanya; 2) Faktor
Struktural. Faktor ini berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek saraf individu. Jenis-jenis
persepsi pada manusia dasarnya terbagi dua, yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan
persepsi terhadap manusia (persepsi sosial).
Merujuk pada deskripsi tersebut, media informasi yang menjadi pilihan responden atau
pengguna dapat dianalisis dengan melihat pengaruh dan bagaimana persepsi mereka. Faktor faktor
yang mampu mempengaruhi persepsi setiap individu dapat dilihat dari karakteristik individu
internal seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan karakteristik individu eksternal seperti
frekuensi atau intensitas dalam menggunakan media informasi tersebut.

Persepsi penerima terhadap media publikasi teknologi pertanian


Respon penerima teknologi terpublikasi menunjukan bahwa media leaflet teknologi pertanian
dari segi judul dianggap sangat menarik 46,67 % dan selebihnya beranggapan menarik dengan
persentase 53,33 %, dari segi kemasan dengan presentase sangat menarik 56,67 % dan menarik
43,33 persen, sedangkan dari isi materi yang beranggapan sangat menarik sebesar 46,67 % dan

Seminar Nasional: Peran Komoditas Unggulan Daerah Mendukung


Pencapaian Target Produksi Nasional. | 463
menarik 53,33 %. Secara keseluruhan para pengguna media informasi seperti petani, penyuluh atau
stakeholders beranggapan bahwa leaflet dari aspek judul, kemasan dan materi dianggap sudah baik
sehingga hal tersebut kedepan perlu terus dipertahankan bahkan ditingkatkan sehingga diseminasi
teknologi berjalan dengan efektif dan efisien. Gambaran respon penerima dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Persepsi penerima terhadap media leaflet teknologi pertanian.


Persepsi Judul Kemasan Materi
Sangat menarik/ mudah dipahami 46,67 56,67 46,67
Menarik/ mudah dipahami 53,33 43,33 53,33
Sedang 0,0 0,0 0,0
Tidak menarik/ tidak mudah 0,0 0,0 0,0
dipahami
Sangat tidak menarik/ tidak 0,0 0,0 0,0
mudah dipahami
Total 100,00 100,00 100,00

Tabel 2 menunjukan bahwa media poster teknologi pertanian dari segi judul dianggap
menarik 63.33 % dan selebihnya beranggapan sangat menarik. Dari segi kemasan dianggap menarik
dengan presentase 60 % dan sisanya sangat menarik 40 persen, sedangkan dari isi materi yang
beranggapan menarik sebesar 56,67 % dan sangat menarik 43,33 %.

Tabel 2. Persepsi penerima terhadap media poster teknologi pertanian


Persepsi Judul Kemasan Materi
Sangat menarik 36,67 40 43,33
Menarik 63,33 60 56,67
Sedang 0,0 0,0 0,0
Tidak menarik 0,0 0,0 0,0
Sangat tidak menarik 0,0 0,0 0,0
Total 100,00 100,00 100,00

Tabel 3 menunjukan bahwa media buku teknologi pertanian dari segi judul dianggap menarik
63,33 % dan selebihnya beranggapan sangat menarik. Dari segi kemasan dianggap menarik dengan
presentase 56,67 % dan sisanya sangat menarik 43,33 persen, sedangkan dari isi materi yang
beranggapan menarik sebesar 56,67 % dan sangat menarik 43,33 %.

Tabel 3. Persepsi responden terhadap media buku teknologi pertanian


Persepsi Judul Kemasan Materi

Sangat menarik 36,67 43,33 43,33


Menarik 63,33 56,67 56,67
Sedang 0,0 0,0 0,0
Tidak menarik 0,0 0,0 0,0
Sangat tidak menarik 0,0 0,0 0,0
Total 100,00 100,00 100,00

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan


464 | Teknologi Pertanian
Tabel 4 menunjukan bahwa media DVD teknologi pertanian dari segi judul dianggap menarik
60 % dan selebihnya beranggapan sangat menarik. Dari segi kemasan dianggap menarik dengan
presentase 63,33 % dan sisanya sangat menarik 36,67 persen, sedangkan dari isi materi yang
beranggapan menarik sebesar 63,33 % dan sangat menarik 36,37 %.

Tabel 4. Persepsi responden terhadap media DVD teknologi pertanian


Persepsi Kemasan (%) Judul (%) Materi (%)
Sangat menarik 36,67 30,00 36,67
Menarik 63,33 60,00 63,33
Sedang 0,0 0,0 0,0
Tidak menarik 0,0 0,0 0,0
Sangat tidak menarik 0,0 0,0 0,0
Total 100,00 100,00 100,00

Preferensi pengguna terhadap jenis media diseminasi


Tingkat kesukaan pengguna terhadap media informasi teknologi pertanian dapat dilihat pada
Grafik 2. Peringkat kesukaan pertama yaitu terhadap media buku 36,67 %, berturut-turut poster
26,67 %, leaflet 23,33 persen, dan DVD yang paling terendah 13,33%. Hal ini dimungkinkan buku
merupakan media yang komplek memuat banyak informasi dengan lengkap. Sedangkan DVD
merupakan peringkat terendah karena informasi DVD dianggap agak merepotkan kurang praktis bagi
responden karena harus tersdia DVD player. Berdasarkan tingkat pendidikannya maka reponden
berpendidikan S1 lebih memilih cenderung media informasi pertanian dalam bentuk buku sebanyak
36,36 %, folder dengan jumlah yang sama 36,36% dan DVD 27,27%. Hal ini dimungkinkan karena
reponden menginginkan informasi yang lebih lengkap dan terperinci sehingga mereka dapat
mengetahui inovasi teknlogi dengan lebih baik. Terlebih lagi jika responden seorang penyuluh maka
informasi tersebut akan mendukung kegiatan penyuluhan guna meningkatkan pengetahuan petani.
Folder yang berbentuk lembaran tetapi memuat informasi yang cukup lengkap sangat mudah
dibawa kemana-mana dan ringan tidak membutuhkan ruang dan tenaga yang banyak, sedangkan
dalam bentuk DVD sangat bagus bila digunakan untuk kegiatan menyuluh. Karena DVD dapat
memuat konten yang lengkap, dengan kemasan gambar hidup dan dapatmerupakan peragaan yang
nyata sehingga audience petani akan lebih tertarik dan lebih jelas daripada penyuluhan yang hanya
dalam bentuk ceramah apabila tidak diikuti peragaan atau demo. Sedangkan media dalam bentuk
poster tidak dipilih oleh responden dengan tingkat pendidikan tersebut. Poster yang sifatnya hanya
memuat informasi yang sedikit, mungkin dianggap kurang sesuai bila dijadikan pegangan oleh
penyuluh. Poster lebih banyak dipilih oleh responden dengan tingkat pendidikan SLTA 87,5% dan 12,5
% dan tingkat pendidikan SD. Berdasarkan profesinya, poster paling banyak dipilih oleh petani
sebanyak 87,5 persen dan 12,5 persen penyuluh lapang dengan tingkat pendidikan SLTA. Tingkat
kesukaan pengguna terhadap media informasi teknologi pertanian dapat dilihat pada Grafik 2.

Seminar Nasional: Peran Komoditas Unggulan Daerah Mendukung


Pencapaian Target Produksi Nasional. | 465
40 36,67
35
30 26,67
23,33
25
20
13,33
15
10
5
0
Buku Leaflet Poster DVD

Grafik 2. Preferensi pengguna terhadap media informasi teknologi pertanian

Kebutuhan inovasi teknologi pertanian


Penyusunan materi teknologi pertanian haruslah dibuat berdasarkan kebutuhan oleh para
pengguna seperti petani, penyuluh dan stakeholders. Diagram memperlihatkan bahwa berdasarkan
survei diketahui bahwa materi teknologi yang dibutuhkan oleh para pengguna sebagian besar
mencakup komoditas tanaman pangan yaitu padi dan jagung dengan persentase masing-masing
sebesar 40,63 persen dan 37, 50 persen dan sisanya tersebar terhadap komodita cabai (9,37%), sapi
(6,25%), ayam (3,13%) dan kedelai (3,13%). Oleh karena itu penyusunan materi teknologi pertanian
kedepan utamanya dibuat untuk komoditas-komoditas tersebut karena dianggap masih dibutuhkan
oleh para pengguna. Adapun untuk komponen teknologi yang dibutuhkan urutan pertama yang
masih paling banyak dibutuhkan adalah budidaya, prospek usaha dan pasca panen. Sebaran inovasi
teknologi berdasarkan komoditasnya dapat dilihat Grafik 3.

Grafik 3. Sebaran inovasi teknologi berdasarkan komoditas.

Persepsi media informasi tercetak perlu melihat hal-hal seperti sensasi (penginderaan),
attention (perhatian), ekspektasi, motivasi dan memori. Pertama dari aspek sensasi, bahwa
responden pernah melihat rupa atau bentuk dari media cetak tersebut. Kedua dari aspek attention,

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan


466 | Teknologi Pertanian
perhatian disini merupakan proses pemusatan pada responden terhadap suatu objek yang mereka
lihat dalam media cetak tersebut. Ketiga dari aspek ekspektasi, bahwa isi atau content dalam media
informasi cetak ini dapat memberikan makna yang positif dengan memberikan sejumlah
informasi tentang apa yang mereka butuhkan. Keempat dilihat dari motivasi menunjukkan bahwa
setelah membaca atau menonton media informasi ini, mereka terkesan dan memiliki dorongan yang
kuat dalam individu responden untuk berubah dalam pola pikir dan sikapnya kearah yang positif
sesuai yang termaksud dalam media informasi tersebut. Kelima dilihat dari memori yang
menunjukan bahwa dalam mempersepsikan sesuatu atau menanggapi sesuatu, kita harus
melihat media informasi ini bukan hanya sekali tetapi perlu adanya perulangan sehingga mereka
dapat memahami apa yang dimaksud atau ditunjukkan dalam media informasi tersebut.
Berdasarkan teori perbedaan individual (individual differences theory), menunjukkan bahwa secara
keseluruhan media informasi tersebut masih dan sangat dibutuhkan oleh responden.

KESIMPULAN
Secara keseluruhan media informasi teknologi Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Kementerian Pertanian yang dicetak oleh BPTP Gorontalo mendapat persepsi yang positif dari
responden atau pengguna. Media bentuk buku mendapat respon yang paling baik dari segi kemasan
isi maupun judul. Peringkat kesukaan pertama yaitu terhadap media buku 36,67 %, berturut-turut
poster 26,67 %, leaflet 23,33 persen, dan DVD yang paling terendah 13,33%.
Sedangkan materi teknologi yang dibutuhkan oleh para pengguna sebagian besar mencakup
komoditas tanaman pangan yaitu padi dan jagung dengan persentase masing-masing sebesar 40,63
persen dan 37, 50 persen dan sisanya tersebar terhadap komoditas cabai (9,37%), sapi (6,25%), ayam
(3,13%) dan kedelai (3,13%). Oleh karena itu penyusunan materi teknologi pertanian kedepan
utamanya dibuat untuk komoditas-komoditas tersebut karena dianggap masih dibutuhkan oleh para
pengguna. Adapun untuk komponen teknologi yang dibutuhkan urutan pertama yang masih paling
banyak dibutuhkan adalah budidaya prospek usaha dan selanjutnya pasca panen.
Secara keseluruhan responden menyatakan puas dan sangat puas atas
media yang dicetak dan disebar oleh BPTP Balitbangtan Gorontalo. Meskipun demikian ada
hal-hal yang perlu ditingkatkan yaitu perlu diperbanyak judul dan tema, serta lebih
dimutakhirkan lagi data dan informasi sesuai dengan kebutuhan pengguna dan
perkembangan zaman.
Kegiatan publikasi hasil pengkajian kepada pengguna masih sangat dibutuhkan oleh
pengguna terutama unsur pelaksana pertanian, untuk itu BPTP Balitbangtan Gorontalo berupaya
mengembangkan publikasi tercetak sebagai salah satu saluran media dalam rangka akselerasi adopsi
teknologi pertanian Badan Litbang Pertanian kepada pengguna maupun stakeholder.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2004. Panduan Pelaksanaan Pengkajian Serata
Program Informasi, Komunikasi dan Diseminasi di BPTP. Jakarta.
Jahi, A. 1996. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-negara Dunia Ketiga : Suatu
Pengantar. Jakarta: Gramedia.
Lionberger H.F. and Gwin, P.H. 1982. Communication Strategies: A Guide For Agricultural Change
Agents. Danville-Illinois: Interstate Printers and Publishers.

Seminar Nasional: Peran Komoditas Unggulan Daerah Mendukung


Pencapaian Target Produksi Nasional. | 467
https://nanopdf.com/download/pengaruh-program-hiburan-televisi-terhadap-persepsi_pdf
Rakhmat, J. 1999. Psikologi Komunikasi. Ed Revisi. Bandung: Remaja Roda karya.
Rogers, E. 1983. Diffusion of Inovations. Third Edition. New York: Macmillan
Schramm, W. 1973. Men, Messages, and Media: A Look at Human Communications. New York:
Harper and Row.
Bungin B. 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di
Masyarakat . Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Mugniesyah SS. 2010. Media Komunikasi dan Komunikasi Massa. Dalam: Aida Vitalaya
S. Hubies, editor. Dasar - dasar komunikasi. Bogor (ID) : Sains KPM IPB Press.
Singarimbun M, Effendi S. 2006. Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID): Pustaka LP3ES. 336
hal. Vivian J. 2008. Teori komunikasi massa. Edisi ke -8. Jakarta ID). Prenada Media Group.
678 hal.
Wiryanto. 2006. Teori komunikasi massa. Dalam: Hervan JD, editor. Jakarta (ID): PT Gramedia.
95 hal.
Hadi IP. 2009. Cultivation Theory : Sebuah Prespektif Teoritik dalam Analaisis Televisi. Jurnal Ilmiah
Scriputra. [internet]. [dikutip tanggal 30 September 2014]. 01(01)
Putri YP. 2014. Terpaan Program Berita Reportase Investigasi di Trans TV terhadap Persepsi Ibu
Rumah Tangga. Jurnal Ilmu Komunikasi. [internet]. [dikutip tanggal 28 september 2014].
02(03): 109 - 119. Dapat diunduh dari: http://ejournal.ilkom. fisipunmul.
ac.id/site/wpcontent/uploads/2014/08/e- journal%20(08-14-14-01-59-30).pdf
Yulianti S. 2013. Persepsi Masyarakat Tentang Proram Acara Reality Show ”Catatan Si Olga”.
Jurnal Ilmu Komunikasi. [internet]. [dikutip tanggal 29 September 2014]. 01(01). Dapat
diunduh dari: http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/ 2013/02/01
_format_artikel_ejournal_mulai_hlm_ganjil%20(2-27-13-12-37-05).doc
Puspitasari Mayang Anggun. 2009. Persepsi Masyarakat terhadap Efektifitas program Acara
“Charity Show” (Program Acara Televisi “Bedah Rumah” dan“Uang Kaget”)(Studi Kasus:
RT 04 RW 04 Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi
Jawa Barat). [skripsi]. Bogor (ID): Insitut Pertanian Bogor. 145 hal.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan


468 | Teknologi Pertanian
DAFTAR HADIR SEMINAR NASIONAL

INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN UNGGULAN DAERAH MENDUKUNG


PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI NASIONAL
Manado, 18 - 19 November 2018
No Nama Instansi
1 Abdul Wahid BPTP Sulawesi Selatan
2 Adhitya Yudha Pradhana Balitpalma
3 Adnan BPTP Papua
4 Agustinus Kairupan BPTP Sulawesi Utara
5 Ai Rosah Aisiah BPTP Nusa Tenggara Barat
6 Aldryanto Yanri Allan Asssa BPTP Sulawesi Utara
7 Alfred Pahala Panambangtua Balit Palma
8 Andi Faisal Suddin BPTP Papua Barat
9 Andi Faisal Suddin BPTP Sulawesi Selatan
10 Andri BPTP Jambi
11 Aneke Poli, SP Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
12 Anita Winokan BPTP Sulawesi Utara
13 Anita T Net TV
14 Apresus Sinaga BPTP Papua Barat
15 Araz Meilin BPTP Jambi
16 Ari Abdul Rouf BPTP Gorontalo
17 Ari Widya Handayani BPTP Gorontalo
18 Arlyna Budi Pustika BPTP Yogyakarta
19 Arnold C. Turang BPTP Sulawesi Utara
20 August Polakitan BPTP Sulawesi Utara
21 Awaludin Hipi BPTP Gorontalo
22 Awan Manado
23 Baiq Nurul Hidayah BPTP Nusa Tenggara Barat
24 Baiq Tri Ratna BPTP Nusa Tenggara Barat
25 Bayu Suwiton BPTP Maluku
26 Boni Mongan BPTP Sulawesi Utara
27 Budi Raharjo BPTP Sumatera Selatan
28 Budi Sanose Balitpalma
29 Charles L. Kaunang LemlitUnsrat
30 Chicilia Iriani Rayi BPTP Sulawesi Barat
31 Conny N. Manoppo BPTP Sulawesi Utara
32 Darwis BPTP Nusa Tenggara Barat
33 Dedi Hertanto BPTP Gorontalo
34 Dedy Hertanto BPTP Gorontalo
35 Denny Mamesah BPTP Sulawesi Utara
36 Denny Ramon Tatuwo Balitbangda Prov. Sulawesi Utara
37 Derek Polakitan BPTP Sulawesi Utara
38 Dina Sulistyo Wibowo BPTP Sulawesi Utara
39 Dintje Kantohe BPTP Sulawesi Utara
40 Djanly Pantow Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
41 Djoni Kaunang Fakultas Pertanian Unsrat
42 Donata P Balitpalma
43 Dwi Pristiani, SST Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
44 Eka Widiastuti BPTP Nusa Tenggara Barat

Seminar Nasional: Peran Komoditas Unggulan Daerah Mendukung


Pencapaian Target Produksi Nasional. | 705
No Nama Instansi
46 Erik Malia BPTP Sulawesi Utara
47 Erna Retnawati BPTP Gorontalo
48 Erna Minarti BPTP Yogyakarta
49 Ernawaty Djaya BPTP Gorontalo
50 Erpan Ramon BPTP Bengkulu
51 Erwin Najamuddin BPTP Gorontalo
52 Farida Oktavia Balit Palma
53 Fatmah Sari Indah Hola BPTP Gorontalo
54 Femmie Mande Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
55 Fidelia Mangkey, SP Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
56 Fietje Langitan, SP Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
57 Firdaus BPTP Jambi
58 Fonny J. Warey, SP Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
59 Fransiska Palopo BPTP Papua
60 Fredy Lala BPTP Sulawesi Utara
61 G. H. Joseph BPTP Sulawesi Utara
62 Galih Wahyu Hidayat BPTP Papua Barat
63 Haris Syahbudin BB Pengkajian Balitbantan
64 Hasrianti Silondae BPTP Sulawesi Utara
65 Herlina Salamba BPTP Sulawesi Utara
66 Herman R. Tata BPTP Papua Barat
67 Hetty Tumengkol, SP Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
68 Irma Mardian BPTP Nusa Tenggara Barat
69 Ismail Maksromo Balitpalma
70 Ismatul Hidayah BPTP Maluku
71 Iwan Wangko BPTP Sulawesi Utara
72 Jacqueline Malonda, SP Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
73 James Mokoagow BPTP Sulawesi Utara
74 Janne H.W. Rembang BPTP Sulawesi Utara
75 Janny Tambahani Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
76 Jantje G. Kindangen BPTP Sulawesi Utara
77 Jany Sumampouw BPTP Sulawesi Utara
78 Jeaneke Wowiling BPTP Sulawesi Utara
79 Jefny B. Markus Rawung BPTP Sulawesi Utara
80 Jemmy L. Wenas BPTP Sulawesi Utara
81 Jemy M. Wuisan, SP Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
82 Jimry Ngantung, SP Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
83 Johanes Amirullah BPTP SumateraSelatan
84 Joly Lomboan BPTP Sulawesi Utara
85 Jouke G. Bororing, ST Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
86 Joula R. Kalalo BPSB Kabupaten Minahasa
87 Joula Sondakh BPTP Sulawesi Utara
88 Julian Kaeng, SP Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
89 Junita BR Nambela BPTP Papua Barat
90 JV Hasinu BPTP Maluku
91 Kartika Fauziah BPTP Sulawesi Selatan
92 Kusmea Dinata BPTP Bengkulu
93 L.B. Limpong Universitas Halmahera
94 Laurencia Nagara BPTP Sulawesi Utara
95 Linda Trivana Balitpalma
96 Louise Matindas BPTP Sulawesi Utara

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan


706 | Teknologi Pertanian
No Nama Instansi
97 M. Yasin BPTP Nusa Tenggara Barat
98 M. Yusuf Antu BPTP Gorontalo
99 Mardiana BPTP Sulawesi Utara
100 Marhen P. Sirappa BPTP Sulawesi Barat
101 Marietje Pesireron BPTP Maluku
102 Maritji Tambani, SP Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
103 Marwayanti Nas BPTP Sulawesi Barat
104 Masniah BPTP Nusa Tenggara Timur
105 Max D. Sampul, SP Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
106 Meity Tulalo Balitpalma
107 Meivie Lintang BPTP Sulawesi Utara
108 Meydi Rindengan, SP Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
109 Meynarti Sari Devi Ibrahim Balittri
110 Midy Lebang BPTP Sulawesi Utara
111 Miftahorrachman Balitpalma
112 Mira Smart FM
113 Muainah Hasibuan BPTP Sumatera Utara
114 Muhammad Nur Balitpalma
115 Muji Rahayu BPTP Nusa Tenggara Barat
116 Nanang Buri BPTP Gorontalo
117 Nani Herawati BPTP Nusa Tenggara Barat
118 Nelson Kario BPTP Nusa Tenggara Timur
119 Nevi Watuseke, SP Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
120 Nini Kusrini BPTP Sulawesi Barat
121 Novalisa Lumentut Balitpalma
122 Nugroho Utomo Balitpalma
123 Nur Hidayat BPTP Yogyakarta
124 Nurjahratullailah BPTP Nusa Tenggara Barat
125 Nurjanani BPTP Sulawesi Selatan
126 Nurlaila BPTP Sulawesi Selatan
127 Olga Mangare Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
128 Olvie Tandi BPTP Sulawesi Utara
129 Osvianeode F La Putju, SP DinasPertanian
130 Paulus Paat BPTP Sulawesi Utara
131 Payung Layuk BPTP Sulawesi Utara
132 Procula R. Matitaputty BPTP Maluku
133 Pujiastuti BPTP Sulawesi Utara
134 Rahima Kaliki BPTP Yogyakarta
135 Rahmat Oktavia BPTP Bengkulu
136 Ratri Retno Ifada BPTP Sulawesi Utara
137 Rein E. Senewe BPTP Maluku
138 Religius Heryanto BPTP Sulawesi Barat
139 Renny Utami Somantri BPTP Sumatera Selatan
140 Rensina R. Ticoalu, SP Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
141 Repelita BPTP Sulawesi Selatan
142 Ria Fauriah Makmur BPTP Gorontalo
143 Rindengan Berlina Balitpalma
144 Rita Indrasti BBP2TP
145 Rita Novarianto BPTP Sulawesi Utara
146 Robert Molenaar Fakultas Pertanian Unsrat
147 Robiyanto BPTP Bengkulu

Seminar Nasional: Peran Komoditas Unggulan Daerah Mendukung


Pencapaian Target Produksi Nasional. | 707
No Nama Instansi
148 Ronald Hutapea Puslitbangtan
149 Ronny Soputan FakultasPertanianUnsrat
150 Ronny M. Pangkey Balitpalma
151 Rusiadi Djuri BPTP Sulawesi Utara
152 Rustam BPTP Jambi
153 Sahardi BPTP Sulawesi Selatan
154 Septi Wulandari BPTP Papua
155 Serli Anas BPTP Gorontalo
156 Siska Tirajoh BPTP Papua
157 Siswani Dwi Daliani BPTP Bengkulu
158 Soimah Munawaroh BPTP Gorontalo
159 Sostenes Konyep BPTP Papua Barat
160 Sri Haryani Sitindaon BPTP Sumatera Utara
161 Sri Suryani M. Rambe BPTP Bengkulu
162 St. Najmah BPTP Sulawesi Selatan
163 Steiview Karouw Balitpalma
164 Stevia N. Kaparang, SST Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
165 Sudarti BPTP Sulawesi Utara
166 Sugiono BPTP Maluku
167 Sunarti Datundugon BPTP Sulawesi Utara
168 Suparwoto BPTP Sumatera Selatan
169 Supratman Sirih BPTP Sulawesi Utara
170 Suriany BPTP Sulawesi Selatan
171 Sutardi Sugeng Widodo BPTP Yogyakarta
172 Syahri BPTP Sumatera Selatan
173 Syanneth Manus Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
174 Syeri M. Tulangow, SP Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
175 T Sahril BPTP Sumatera Utara
176 Toni Surya Hidayat Balitpalma
177 Tumarlan Thamrin BPTP Sumatera Selatan
178 Verra Piai BPTP Sulawesi Utara
179 Veya Ngantung, SP Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
180 VF. Hihola BPTP Maluku
181 Victor Tutud BPTP Sulawesi Utara
182 Virlianti Dady, SP Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
183 Vivi Warouw, SP Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa
184 Wa Hamsia BPTP Maluku
185 Waluyo BPTP Sumatera Selatan
186 Yani E.B. Kamagi Fakultas Pertanian Unsrat
187 Yanter Hutapea BPTP Sumatera Selatan
188 Yanti Triguna BPTP Nusa Tenggara Barat
189 Yardha BPTP Jambi
190 Yennita Sihombing BBP2TP
191 Yoyke Kompas TV
192 Yuliana Susanti BPTP Nusa Tenggara Barat
193 Yustisia BPTP Sumatera Selatan
194 Yusuf BPTP Sulawesi Utara

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan


708 | Teknologi Pertanian

Anda mungkin juga menyukai