iii
INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN UNGGULAN DAERAH MENDUKUNG PENCAPAIAN
TARGET PRODUKSI NASIONAL
ISBN: 978-602-6954-00-8
Penanggung Jawab
Haris Syahbudin
Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Panitia Pelaksana:
Ketua : Dr. Conny N Manoppo
Sekretaris : Ir. Joula Sondakh, MSi
Bendahara : Laurencia Nagara, SAP
Anggota : J.B. Markus Rawung ; Fredy Lala; Meivie Meiske JT Lintang; Anita Winokan
Herlina Salamba; Olvi Tandi; Ratri Retno Ifada; Aldryanto Yanri Allan Assa
Arnold Turang; Janny Sumampow; Herry Kasim; Joly Lomboan, dan
Robby Pangemanan
Reviewer:
Jefny B. Markus Rawung; Charles Lodewijk Kaunang; Meldy L.A. Hosang
Lucia Cecilia Mandey; Jantje G. Kindangen; Paulus C. Paat
Gabriel H. Joseph; Payung Layuk; August L. Polakitan, dan
Rachmat Hendayana
Penyunting Pelaksana:
Louise A. Matindas; Joula O. M. Sondakh; Meivie Lintang
Victor D. Tutud; Herlina N. Salamba; Ratri Retno Ifada
Sudarti, dan Arnold C. Turang
Diterbitkan oleh:
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Jl. Tentara Pelajar No. 10. Kampus Penelitian Pertanian, Cimanggu, Bogor 16114
Telp. : +62 251 8351277 .
Faks. : +62 251 8350928
E-mail : bbp2tp@litbang.pertanian.go.id
Redaksi:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara
Jl. Kampus Pertanian Kalasey, Manado 95013
Telp : 0431 838637
Faks : 0431 838808
E-mail : bptp-sulut@litbang.pertanian.go.id
iv
KATA PENGANTAR
v
vi
RUMUSAN SEMINAR
Tantangan pertanian global bagi Indonesia adalah sebuah keniscayaan. Posisi Indonesia
sebagai warga dunia mengharuskan Indonesia siap menghadapi globalisasi ekonomi yang tidak hanya
berdampak pada sistem perdagangan, modal, dan investasi, namun juga pada sistem produksi
termasuk produksi pangan yang erat kaitannya dengan sektor pertanian. Dalam hal ini, daya saing
pertanian Indonesia harus mampu menjawab dimana posisi Indonesia dibandingkan negara lain.
Di antara negara-negara ASEAN, daya saing pertanian Indonesia jika dilihat dari neraca
perdagangan harus diakui masih kalah dari Thailand untuk produk komoditas hortikultura. Neraca
perdagangan Indonesia yang surplus hanya dari subsektor perkebunan. Meskipun demikian, daya
saing perekonomian Indonesia mengalami kenaikan ranking dari 50 ke 41 pada tahun 2016, namun
ternyata hal itu didorong dari sektor swasta dan bukan sektor publik.
Komoditas unggulan daerah merupakan salah satu faktor pengungkit dalam pengembangan
ekonomi daerah. Indikator yang digunakan untuk menentukan komoditas unggulan banyak aspek,
yaitu: produk khas, luas lahan, jumlah usaha, produktivitas komoditi, penyerapan tenaga kerja, aspek
pemasaran, keunggulan kualitas dan harga produk dan sebagainya. Unggulan di sektor pertanian
memiliki cakupan yang luas, meliputi unggulan di subsektor tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan dan peternakan. Keberadaan komoditas unggulan daerah tersebut perannya sangat besar
dalam mendukung peningkatan produksi pertanian nasional.
Berkenaan dengan hal tersebut, penyelenggaraan Seminar Nasional di Manado Sulawesi Utara
yang berlangsung dua hari, 18 – 19 November 2018 dengan topik Inovasi Teknologi Pertanian
Unggulan Daerah Mendukung Pencapaian Target Produksi Nasional memilki momentum yang tepat
untuk mengapresiasi eksistensi komoditas unggulan daerah yang tersebar di tiap wilayah seluruh
Indonesia. Seminar Nasional tersebut diinisiasi BBP2TP yang secara operasional dilakukan BPTP
Sulawesi Utara.
Seminar diikuti oleh 194 orang peserta dari kalangan pejabat Balitbangtan, Balitbangda
Sulawesi Utara, Perguruan Tinggi (Universitas Samratulangi), peneliti, penyuluh lingkup Balitbangtan,
penyuluh lingkuip Pemda Sulawesi Utara, Mahasiswa UNSRAT, dan unsur pemangku kepentingan
utusan dari berbagai wilayah di Indonesia.
Pada presentasi yang berlangsung dalam seminar tersebut berhasil diungkap eksistensi
beberapa komoditas unggulan, tidak hanya aspek jenis komoditasnya akan tetapi juga teknologi yang
terkait dengan komoditas unggulan tersebut.
Di subsektor tanaman pangan, ditampilkan komoditas padi, jagung dan kedelai. Di subsektor
hortikultura terungkap keberadaan cabe, tomat, jeruk, bawang merah, dan kecombrang, sirsak. Di
subsektor perkebunan ada kelapa sawit, kopi, aren, kelapa, dan cengkeh. Di subsektor peternakan
yang muncul adalah ternak sapi potong dan babi. Di luar jenis komoditas tersebut, teknologi yang
dibahas terdiri dari evaluasi lahan, teknik penggunaan laser di agroekosistem lahan pasang surut,
vii
hama penyakit, pestisida nabati, formula pakan ternak, integrasi tanaman-ternak, tepung mocaf,
kawasan rumah pangan lestari, pengelolaan tanaman terpadu, emisi gas rumah kaca.
Di luar materi tersebut, terungkap pula materi yang berhubungan erat dengan eksistensi
komoditas unggulan daerah yaitu tentang penguatan sistem inovasi daerah yang dikenal SIDA, yang
arahnya ditujukan pada upaya meningkatkan daya saing daerah yang disampaikan Balitbangda
Sulawesi Utara. Sementara itu Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi mengungkap
performa panen dan pasca panen komoditas unggulan tanaman pangan khususnya padi, jagung dan
kedelai. Sebagai bingkai dari materi yang dipresentasikan pada seminar ini disajikan materi: Dukungan
Hilirisasi Inovasi Balitbangtan Dalam Pembangunan Pertanian Nasional, oleh Kepala Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Dari seminas nasional ini disepakati adanya komitmen yang kuat untuk melakukan tindak
lanjut sebagai berikut:
1. Eksistensi komoditas ungulan daerah, menjadi modal dasar bagi setiap daerah untuk
meningkatkan daya saing ekonomi. Oleh karena itu upaya pemeliharaannya sejak budidaya
(on-farm) hingga panen dan pasca panen serta pemasarannya menjadi suatu keniscayaan.
2. Peningkatan kinerja komoditas unggulan di tiap daerah diyakini akan berkontribusi positif
pada peningkatan produksi pertanian nasional. Oleh karena itu dukungan teknologi dari
lembaga penelitian dan pengembangan pertanian, fasilitasi infrastruktur dari Pemerintah
Daerah, dan sentuhan permodalan menjadi agenda utama yang perlu dikawal kontribusinya.
Salah satu dukungan Badan Litbang Pertanian adalah inisiasi inovasi teknologi spesifik lokasi,
yaitu berupa teknologi yang layak secara teknis, diterima secara sosial dan layak secara
ekonomis
3. Dengan tercapainya peningkatan performa produksi komoditas unggulan daerah yang akan
berkontribusi pada peningkatan produksi nasional, akan memudahkan cita-cita nasional
mencapai kedaulatan pangan. Kedaulatan pangan merupakan suatu keniscayaan bagi
masyarakat Indonesia sebagai refleksi dari negara yang dikenal sebagai negara agraris, dan
tercapainya kedaulatan pangan akan menjadi modal dasar bagi pembangunan Indonesia
seutuhnya.
4. Dari aspek kebijakan pusat dan daerah kondisinya sudah kondusif untuk mendorong performa
komoditas unggulan tersebut. Kuncinya tinggal meningkatkan kolaborasi dan kemitraan antar
pemangku kepentingan di daerah.
5. Hilirisasi inovasi pertanian, sebagai upaya memasyarakatkan komodits unggulan yang menjadi
daya saing masing-masing daerah di Indonesia menjadi suatu keharusan yang perlu dirancang
dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Untuk itu pendampingan teknologi inovasi
pertanian masih relevan dilakukan bahkan intensitasnya perlu terus ditingkatkan.
Rumusan hasil seminar ini akan bermanfaat sebagai acuan pengembangan komoditas
unggulan daerah, untuk mendorong peningkatan daya saing dan meningkatkan kontribusi terhadap
peningkatan produksi pertanian nasional .
Tim Perumus,
viii
DAFTAR ISI
ix
9. EFEKTIVITAS BEBERAPA PESTISIDA NABATI UNTUK
MENGENDALIKAN HAMA WALANG SANGIT PADA TANAMAN
PADI
Midy San Lebang, Jeaneke Wowiling, Rita Novarianto, James
Mokoagow ............................................................................................ 83
x
19. KARAKTERISTIK SIFAT FISIK, KIMIA TERHADAP BERAS MERAH
INPARI 24 PADA BEBERAPA DERAJAT SOSOH DI KABUPATEN
SOPPENG, SULAWESI SELATAN
Suriany, Sahardi dan Abdul Wahid ...................................................... 181
xi
29. PENINGKATAN PRODUKSI BAWANG MERAH MELALUI SELEKSI
VARIETAS UNGGUL DI GORONTALO
Erwin Najamuddin, Erna Retnawati, dan Dedi Hertanto ...................... 265
xii
40. KAJIAN BUDIDAYA BAWANG MERAH RAMAH LINGKUNGAN
MENEKAN RESIDU PESTISIDA
Sutardi, Sugeng Widodo dan Arlyna Budi Pustika .............................. 365
xiii
50. DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI PROVINSI
GORONTALO
Soimah Munawaroh dan Ari Abdul Rouf .............................................. 459
xiv
61. KAJIAN KOMPOSISI DAN DOMINANSI GULMA PADA TANAMAN
KARET DAN KELAPA SAWIT BELUM MENGHASILKAN
Araz Meilin ......................................................................................... 565
xv
72. PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH KEDELAI
MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERKUALITAS DI SULAWESI
UTARA
Jefny B. Markus Rawung dan Rita Indrasti ......................................... 671
xvi
KELAYAKAN DAN PRODUKTIVITAS USAHATANI PADI GOGO VARIETAS
UNGGUL BARU DI KABUPATEN GORONTALO UTARA
ABSTRACT
Rice production currently mainly comes from irrigated rice fields and dry land. Irrigation rice
production itself faces several obstacles such as land conversion to non-agriculture, limited
water resources and supporting facilities. Meanwhile Indonesian land is dominated by dry land
that can be used for upland rice farming. This is supported by upland rice cultivation technology
produced by Indonesian agency for agricultural research and development. This study was
conducted to determine the productivity of upland rice by applying new superior varieties and
legowo row planting system. The study was conducted in Bohusami Village, Gentuma Raya
District, North Gorontalo District on November 2017-February 2018. The study was designed as
an on-farm research involving cooperative farmers. The results of the study showed that the
productivity obtained by applying new superior varieties and in upland rice farming was 4.16-
6.08 t / ha or 0.96-2.88 t / ha higher than the farmers' method. Meanwhile, the profits
obtained amounted to Rp. 8.9-17.7 million / ha / season. Therefore, the use of new superior
variety technology components and legowo row planting systems are feasible to apply, this is
indicated by the RC ratio of 1.91-2.79.
Keywords: dry land, legowo row, new superior varieties, upland rice
PENDAHULUAN
Beras merupakan komoditas strategis yang menjadi perhatian utama pemerintah.
Pemerintah senantiasa mencapai swasembada beras sehingga pemenuhan pangan utamanya
bersumber dari dalam negeri. Produksi beras saat ini utamanya berasal dari lahan sawah irigasi dan
sisanya berasal dari lahan kering. Indonesia memiliki potensi lahan kering yang cukup tinggi dan
berpeluang sebagai lahan pengembangan padi gogo. Sukarman et al (2013) menyatakan bahwa
luasan areal untuk pengembangan tanaman pangan lahan kering di Indonesia mencapai 25,09 juta ha
dimana jika dipilah berdasarkan iklimnya maka terbagi menjadi lahan kering iklim basah sebesar
22,86 juta Ha dan lahan kering iklim kering sebanyak 2,23 juta Ha.
Sementara itu, BPS Provinsi Gorontalo (2017) menyebutkan bahwa wilayah Provinsi
Gorontalo memiliki potensi lahan kering sebanyak 285.449 Ha, dimana yang terluas terdapat di
Kabupaten Pohuwato 76.998 Ha (27 %) menyusul Kabupaten Gorontalo 66.348 Ha (24 %), Kabupaten
Boalemo 64.655 (23 %) dan Kabupaten Gorontalo Utara 42.557 (15 %). Pemanfaatan lahan kering
untuk tanaman pangan merupakan hal umum bagi masyarakat Gorontalo, khususnya komoditas
jagung yang menjadi brand dari Provinsi Gorontalo. Adapun tren luas tanam jagung menunjukan
peningkatan, dimana tahun 2012 mencapai 135.543 Ha kemudian meningkat menjadi 195.606 Ha di
tahun 2016 (BPS Prov Gorontalo, 2017).
Adapun luas tanam jagung tertinggi berada di Kabupaten Pohuwato mencapai 67.469 (34,5%)
Ha dan Kabupaten Gorontalo 60.897 Ha (31.13%). Produksi jagung Provinsi Gorontalo juga
menunjukan hasil yang signifikan dimana mencapai 644.755 ton (2012) dan meningkat menjadi
METODOLOGI
Penelitian dilakukan di Desa Bohusami, Kecamatan Gentuma Raya, kabupaten Gorontalo
Utara. Kabupaten Gorontalo Utara dipilih dikarenakan merupakan sentra produksi padi gogo di
Provinsi Gorontalo. Penelitian dilaksanakan dari November 2017-Februari 2018. Penelitian dirancang
dengan pendekatan on farm research sehingga petani ikut terlibat dalam pelaksanaan teknologi yang
dikaji. Lahan yang digunakan sekitar 1,5 Ha. Komponen teknologi yang kaji meliputi varietas unggul
baru Situ Bagendit dan Inpago 10 yang ditanam sebanyak 5 butir/lubang.
Kedua varietas telah direkomendasi sebagai varietas yang memiliki toleransi terhadap
kekeringan. Sistem tanam yang digunakan adalah sistem tanam 2:1 (25x12,5) x 50 cm. Pemupukan
dilakukan berdasarkan status hara tanah (analisis PUTK) yaitu 300 kg phonska dan 150 kg urea.
Pengendalian hama dilakukan secara terpadu dan panen dilakukan setelah tanaman masak fisiologis
dilakukan dengan tenaga tanam. Parameter yang diamati adalah tinggi dan jumlah anakan pada saat
sebelum panen dan produktivitas berdasarkan hasil ubinan.
Revenue Cost Ratio ( R/C Ratio) dihitung dengan membagi penerimaan dengan biaya yang
dikeluarkan. Biaya yang dihitung meliputi 1) Biaya tunai merupakan biaya yang riil dikeluarkan oleh
petani dan 2) Biaya yang diperhitungkan yaitu biaya yang sesungguhnya tidak dikeluarkan oleh petani
namun diperhitungkan sebagai biaya contohnya tenaga kerja. Selanjutnya, untuk menentukan tingkat
kelayakan usahatani digunakan nilai imbangan penerimaan dan biaya atau R/C dengan kriteria: R/C >
1 : Layak untuk diusahakan; R/C <1 : Tidak layak (rugi)
Keragaan Pertanaman
Pengamatan pertumbuhan pertanaman yang dilakukan meliputi tinggi tanaman dan jumlah
anakan pada saat panen. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Keragaan tinggi dan jumlah anakan padi gogo varietas unggul baru
Varietas Tinggi tanaman (cm) Jumlah Anakan (rumpun)
Inpago 10 127 37
Situ Bagendit 95 23
Tabel 2. Produktivitas usahatani padi gogo berbasis vub dan jajar legowo
Varietas Produktivitas (t/ha)
Inpago 10 4,16
Situ Bagendit 6,08
Kelayakan Usahatani
Pendapatan usahatani yang memperoleh keuntungan adalah kondisi optimal yang diharapkan
oleh petani. Guna mengetahui selisih pengeluaran dengan penerimaan yang diperoleh petani maka
dilakukan analisis usahatani.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2018. Largo, Panen Padi di Lahan Kebun. Tersedia pada https://tabloidsinartani.com/
detail/indeks/inovasi-teknologi/6116-largo-panen-padi-di-lahan-kebun.
Bakhtiar, Hasanudin, Hidayat, T. 2013. Identifikasi beberapa varietas unggul padi gogo di Aceh Besar.
Agrista 17(2):49-54.
BPS Kab Gorontalo Utara. 2017. Gorontalo Utara dalam Angka 2017. BPS Kabupaten Gorontalo Utara,
Gorontalo.
BPS Prov Gorontalo. 2017. Gorontalo dalam Angka 2017. BPS Provinsi Gorontalo, Gorontalo.
Departemen Pertanian. 2008. Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Gogo. Departemen Pertanian,
Jakarta.
Fitria E dan Ali MN. 2014. Kelayakan Usaha Tani Padi Gogo Dengan Pola Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT) di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Widyariset 17(3):425-434.
Prasetyo T dan Setiyani C. 2018. Analisis tingkat Efisiensi Paket Teknologi Usahatani Padi Gogo di
Lahan Tadah Hujan. Jurnal RISET Agribisnis dan Peternakan 3(1):56-66.
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Suhendrata, T dan Budiyanto, S. 2012. Peningkatan produktivitas padi gogo dan pendapatan petani
lahan kering melalui perubahan sistem tanam di Kabupaten Banjarnegara. Seminar nasional
kedaulatan pangan dan energi. Universitas trunojoyo Madura, Madura.
Sujitno E, Fahmi T dan Teddy S. 2011. Kajian adaptasi beberapa varietas unggul padi gogo pada lahan
kering dataran rendah di Kabupaten Garut. JPPTP 14(1):62-69.
Sujitno, E. dan Kurnia. 2014. Potensi hasil varietas unggul baru padi gogo pada lahan kering
menunjang peningkatan produksi beras nasional di Kabupaten Garut. Agrotop 4(2):133-138.
Sukarman, Subiksa IGM, Ritung S. 2013. Identifikasi lahan kering potensial untuk pengembangan
tanaman pangan. Dalam Prospek Pertanian Lahan Kering Dalam Mendukung Ketahanan
Pangan. Badan Litbang Pertanian, Jakarta.
Syahputra, Idwar, Tabrani, G. 2016. Respon beberapa varietas padi gogo yang ditanam di tanah ultisol
terhadap amelioran. JOM 3(1):1-11
Toha, HM. 2013. Pengembangan Padi Gogo Mengatasi Rawan Pangan Wilayah Marginal. Dalam
Prospek Pertanian Lahan Kering Dalam Mendukung Ketahanan Pangan. Badan Litbang
Pertanian, Jakarta.
Wahab MI, Satoto, Rachmat R, Guswara A, Suharna. 2017. Deskripsi varietas unggul padi. Badan
Litbang Pertanian, Jakarta.
ABSTRAK
Pembangunan pertanian dilakukan meliputi pembangunan fisik dan sumber daya manusia.
Salah satunya dengan diseminasi inovasi pertanian secara berkesinambungan dan efektif
kepada pengguna atau petani guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui inovasi teknologi yang telah didiseminasikan beserta
responnya. Penelitian dilaksanakan di Provinsi Gorontalo dengan melibatkan 30 responden
yang dpilih secara accidental sampling. Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara
deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan media informasi teknologi
pertanian Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian mendapat
persepsi yang positif dari pengguna. Media bentuk buku mendapat respon yang paling baik dari
segi kemasan isi maupun judul. Peringkat kesukaan pertama yaitu terhadap media buku 36,67
persen, berturut-turut poster 26,67 persen leaflet 23,33 persen, dan DVD yang paling terendah
13,33 persen. Sedangkan materi teknologi yang dibutuhkan oleh pengguna sebagian besar
mencakup komoditas tanaman pangan yaitu padi dan jagung dengan persentase masing-
masing sebesar 40,63 persen dan 37,50 persen dan sisanya tersebar terhadap komoditas cabai ,
sapi, ayam, dan kedelai. Olehkarena itu, diseminasi inovasi teknologi pertanian kedepan
diarahkan pada komoditas tersebut dengan diiringi peningkatan judul dan jumlah publikasinya.
Kata Kunci: Diseminasi, persepsi, preferensi, pertanian, teknologi
ABSTRACT
Agricultural development is carried out covering physical and human resource development.
One of them is the continuous and effective dissemination of agricultural innovations to users
or farmers in order to increase knowledge, attitudes and skills. This study aims to determine
the technological innovations that have been disseminated and the responses. The study was
conducted in Gorontalo Province by involving 30 respondents selected by accidental sampling.
The collected data is analyzed descriptively. The results showed that overall information
technology of agricultural research and development, the Ministry of Agriculture received a
positive perception from users. The book form media received the best response in terms of
content and title packaging. The first favorite rating was the book media 36.67 percent, posters
26.67 percent, leaflets 23.33 percent and DVDs the lowest 13.33 percent. While the technology
required by the user mostly covers food crops, namely rice and corn with a percentage of 40.63
percent and 37.50 percent, respectively, and the remainder is distributed to chili, beef, chicken
and soybean. Therefore, the dissemination of innovations in agricultural technology in the
future is directed to these commodities accompanied by an increase in the title and number of
publications.
Keywords: Dissemination, perception, preference, agriculture, technology
METODOLOGI
Lokasi dilaksanakan di Provinsi Gorontalo pada kurun waktu Februari-Desember 2017. Data
yang digunakan utamanya adalah data primer yang diperoleh melalui survei. Pemilihan responden
menggunakan metode accidental sampling yaitu dipilih berdasarkan pertimbangan responden adalah
petani atau petugas yang telah memperoleh informasi teknologi pertanian yang disampaikan oleh
BPTP Balitbangtan Gorontalo tahun 2017. Jumlah responden yang dipilih sebanyak 30 orang. Data
yang dikumpulkan melalui wawancara dan kuesioner yang kemudian dianalisis secara deskriptif.
Analisis Data
Analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif dengan menggambarkan data dalam
bentuk tabel atau diagram serta pengukuran distribusi data dengan persentase.
Karakteristik Responden
Analisis karakteristik responden dapat memberikan informasi berkenaan ciri-ciri penting
reponden sehingga kita dapat menyusun strategi untuk menentukan inovasi teknologi yang
diperlukan dan cara diseminasi yang perlu dilakukan. Analisis gender menunjukan bahwa pengguna
materi diseminasi sebagian besar adalah perempuan dengan persentase mencapai 63.34 persen dan
sisanya adalah laki-laki. Berdasarkan usia diketahui bahwa pengguna berusia 41 - 50 tahun sebesar
43.33 persen, selanjutnya pengguna berusia 31-40 tahun sebesar 30 persen, usia 21-30 tahun sebesar
16.67 persen dan usia diatas 50 tahun sebesar 6.67 persen dan yang paling sedikit usia dibawah 20
tahun sebesar 6.63 persen. Dengan demikian umumnya para pengguna materi diseminasi dapat
dikategorikan pada usia produktif dan memiliki pengalaman petani yang cukup lama karena sebagian
besar berumur anatara 41-50 tahun.
Berkenaan dengan tingkat pendidikan, responden umumnya lulusan SMA/ sederajat
sebanyak 43.33 persen, peringkat kedua terbanyak adalah lulusan S1 sebanyak 36.67 persen,
selanjutnya secara berurutan adalah SD sebanyak 13,33 persen dan D3 serta SD dengan jumlah yang
sama sebanyak 3.33 persen. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan dari para pengguna sangat
baik karena memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi yaitu SMA dan sarjana sehingga
harapannya adopsi dari inovasi teknologi pertanian dapat lebih mudah diterapkan mengingat
kemampuan analisisnya cukup tinggi.
Tabel 2 menunjukan bahwa media poster teknologi pertanian dari segi judul dianggap
menarik 63.33 % dan selebihnya beranggapan sangat menarik. Dari segi kemasan dianggap menarik
dengan presentase 60 % dan sisanya sangat menarik 40 persen, sedangkan dari isi materi yang
beranggapan menarik sebesar 56,67 % dan sangat menarik 43,33 %.
Tabel 3 menunjukan bahwa media buku teknologi pertanian dari segi judul dianggap menarik
63,33 % dan selebihnya beranggapan sangat menarik. Dari segi kemasan dianggap menarik dengan
presentase 56,67 % dan sisanya sangat menarik 43,33 persen, sedangkan dari isi materi yang
beranggapan menarik sebesar 56,67 % dan sangat menarik 43,33 %.
Persepsi media informasi tercetak perlu melihat hal-hal seperti sensasi (penginderaan),
attention (perhatian), ekspektasi, motivasi dan memori. Pertama dari aspek sensasi, bahwa
responden pernah melihat rupa atau bentuk dari media cetak tersebut. Kedua dari aspek attention,
KESIMPULAN
Secara keseluruhan media informasi teknologi Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Kementerian Pertanian yang dicetak oleh BPTP Gorontalo mendapat persepsi yang positif dari
responden atau pengguna. Media bentuk buku mendapat respon yang paling baik dari segi kemasan
isi maupun judul. Peringkat kesukaan pertama yaitu terhadap media buku 36,67 %, berturut-turut
poster 26,67 %, leaflet 23,33 persen, dan DVD yang paling terendah 13,33%.
Sedangkan materi teknologi yang dibutuhkan oleh para pengguna sebagian besar mencakup
komoditas tanaman pangan yaitu padi dan jagung dengan persentase masing-masing sebesar 40,63
persen dan 37, 50 persen dan sisanya tersebar terhadap komoditas cabai (9,37%), sapi (6,25%), ayam
(3,13%) dan kedelai (3,13%). Oleh karena itu penyusunan materi teknologi pertanian kedepan
utamanya dibuat untuk komoditas-komoditas tersebut karena dianggap masih dibutuhkan oleh para
pengguna. Adapun untuk komponen teknologi yang dibutuhkan urutan pertama yang masih paling
banyak dibutuhkan adalah budidaya prospek usaha dan selanjutnya pasca panen.
Secara keseluruhan responden menyatakan puas dan sangat puas atas
media yang dicetak dan disebar oleh BPTP Balitbangtan Gorontalo. Meskipun demikian ada
hal-hal yang perlu ditingkatkan yaitu perlu diperbanyak judul dan tema, serta lebih
dimutakhirkan lagi data dan informasi sesuai dengan kebutuhan pengguna dan
perkembangan zaman.
Kegiatan publikasi hasil pengkajian kepada pengguna masih sangat dibutuhkan oleh
pengguna terutama unsur pelaksana pertanian, untuk itu BPTP Balitbangtan Gorontalo berupaya
mengembangkan publikasi tercetak sebagai salah satu saluran media dalam rangka akselerasi adopsi
teknologi pertanian Badan Litbang Pertanian kepada pengguna maupun stakeholder.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2004. Panduan Pelaksanaan Pengkajian Serata
Program Informasi, Komunikasi dan Diseminasi di BPTP. Jakarta.
Jahi, A. 1996. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-negara Dunia Ketiga : Suatu
Pengantar. Jakarta: Gramedia.
Lionberger H.F. and Gwin, P.H. 1982. Communication Strategies: A Guide For Agricultural Change
Agents. Danville-Illinois: Interstate Printers and Publishers.