Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MANDIRI

PERUSAHAAN/INDUSTRI MAKANAN TERNAK

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

TOKSIKOLOGI INDUSTRI

Dosen Pengampu : Drs. Abdullah, MF , SKM.,M.Kes

Di Susun Oleh :

Nama : Karina Putri

NPM/NIM : 2007010324

Semester/Kelas : VII Nonreguler Banjarbaru

Nomor Absensi : 21 ( Dua Puluh Satu)

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN

MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

BANJARMASIN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah Toksikologi industri yang berjudul “ POTENSI PEMANFATAAN LIMBAH
INDUSTRI SAWIT TERHADAP PERTAMBAHAN BERAT BADAN SAPI ONGOLE”

Saya menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,oleh


Karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
menyempurnakan makalah ini.

Demikian yang dapat saya sampaikan,kurang lebihnya saya mohon maaf,Atas


perhatiannya saya ucapkan terima kasih

Banjarbaru, Oktober 2023

Karina Putri

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

PENDAHULUAN ....................................................................................... 4

A. Latar Belakang ....................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ................................................................. 5

PEMBAHASAN ......................................................................................... 6

A. Gambaran Umum Sapi Peranakan Ongole ............................ 6

B. Bahan Pakan Sapi Potong ...................................................... 7

C. Jenis Pakan Ternak dan pengolahannya................................. 7

D. Status Mutu Air Metode Indeks Pencemaran Industri ...... .. 13

PENUTUP ................................................................................................... 14

A. Kesimpulan ............................................................................ 14

B. Saran ...................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ternak potong adalah jenis ternak yang dipelihara untuk


menghasilkan daging sebagai produk utamanya. Tingginya permintaan
masyarakat atas kebutuhan daging membuat pemerintah harus melaksanakan
swasembada daging. Data Dirjen Peternakan (2008) pada tahun 2006-2007
menyatakan bahwa kebutuhan nasional daging sapi pada tahun 2006 adalah
395,80 ton. Hal ini juga terjadi pada tahun 2007 yaitu sebanyak 418,20 ton
akibatnya terjadi perlambatan peningkatan produksi daging. Daging merupakan
salah satu produk utama ternak di samping telur dan susu yang hampir tidak
dapat dipisahkan dari kehiupan manusia. Permintaan akan daging meningkat
seiring dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi yang baik dan
meningkatnya pendapatan masyarakat baik di negara yang sedang berkembang
maupun negara-negara maju. Salah satu jenis ternak di Indonesia yang
cukup populer untuk menghasilkan daging adalah Sapi Peranakan Ongole.
Permintaan daging sapi di Indonesia cenderung terus meningkat sejalan
dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan pertambahan
penduduk. Mulai akhir tahun 1980-an sampai tahun 2003 kesenjangan antara
permintaan dengan pasokan daging dalam negeri semakin besar yang
menyebabkan impor daging sapi bakalan meningkat terus menerus sekitar
500.000 ekor/tahun, bahkan diperkirakan telah mencapai 1.200.000 ekor yaitu
sapi bakalan 400.000 ekor tambah daging setara 400.000 ekor dan jeroan setara
400.000 ekor. Hal itu disebabkan karena sebagian besar usaha penggemukan
sapi yang dilakukan di peternakan rakyat hanya digunakan sebagai usaha
tradisional dengan pemberian Pakan merupakan salah satu faktor penentu
utama yang mempengaruhi keberhasilan suatu usaha peternakan. Salah satu
upaya untuk menyediakan pakan yang cukup bagi ternak adalah memanfaatkan
seoptimal mungkin lahan, serta pemanfaatan limbah dan produk samping
komoditi perkebunan dan pertanian, baik dengan pola integrasi maupun
dengan diversifikasi. Usaha ini sekaligus dapat memberi nilai tambah bagi
4
perkebunan, petani, dan peternak. Dari uraian tersebut di atas maka salah satu
langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah itu adalah dengan
melakukan penggemukan. Penggemukan untuk mendapatkan penambahan
bobot badan merupakan usaha terbaik dalam meningkatkan produktivitas dan
kualitas ternak sapi, karena pada usaha penggemukan dapat diberikan pakan
yang sesuai dengan kebutuhan, berenergi tinggi dan bermutu baik. Atas dasar
inilah dilakukan seminar pustaka tentang potensi pemanfaatan biomassa sawit
terhadap pertambahan berat badan Sapi Peranakan Ongole.

B. Rumusan Masalah

Melihat penambahan bobot badan Sapi Peranakan Ongole yang diberi


konsumsi pakan hasil limbah perkebunan kelapa sawit.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Sapi Peranakan Ongole (PO)

Sapi Peranakan Ongole terbentuk sebagai Grading Up sapi jawa dengan sapi
Sumba Ongole (SO) disekitar tahun 1930. Sapi PO mempunyai warna kelabu
kehitam-hitaman, dengan bagian leher, kepala dan lutut berwarna gelap
sampai hitam. Bentuk tubuhnya besar dengan kepala relatif pendek, profil dahi
cembung, bertanduk pendek. Punuknya besar mengarah ke leher, mempunyai
gelambir dan lipatan-lipatan kulit di bawah perut dan leher (Hadjosubroto,
1994). Sapi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi Peranakan
Ongole (PO) karena sapi PO lebih banyak dijumpai di masyarakat. Menurut
Sarwono (2003), sapi Ongole adalah sapi keturunan sapi liar Bos indicus yang
berhasil dijinakkan di India. Di Indonesia, sapi ini dapat dibedakan menjadi 2
kelompok, yaitu Sumba Ongole (SO) dan Peranakan Ongole (PO).
Persilangan antara SO dengan sapi setempat di Jawa menghasilkan
anakan yang mirip sapi Ongole sehingga disebut dengan istilah Peranakan
Ongole (PO).Populasi sapi potong pada tahun 1991 adalah 10 juta dan dari
jumlah tersebut 46% (4,6 juta) adalah sapi PO. Dari jumlah ini 3,7 juta (80%)
sapi PO berada di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta. Pada tahun
2001 perkiraan jumlah sapi potong di Indonesia adalah 11,1 juta terdiri dari
5,4 juta sapi asli dan sapi lokal serta 5,7 juta bangsa sapi lainnya. Dari total
populasi tersebut 7,81% (874.000) berupa sapi PO dan 74,58% berada di Jawa
(Astuti, 2004).

Ciri khas sapi Ongole adalah berbadan besar, berpunuk besar, bergelambir
longgar dan berleher pendek. Kepala, leher, gelambir (gumba) dan lutut
berwarna hitam, terutama pada sapi jantan. Kulit berwarna kuning dengan
bulu putih atau putih kehitam-hitaman. Tanduk pendek dan tanduk pada sapi
betina berukuran lebih panjang dibandingkan sapi jantan. Telinganya panjang
dan menggantung (Astuti, 2004).

6
B. Bahan Pakan Sapi Potong

Pakan adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak, berupa
bahan organik maupun anorganik yang sebagian maupun seluruhnya
dapat dicerna serta tidak menganggu kesehatan ternak. Pakan yang baik
berpengaruh positif terhadap pertambahan bobot badan, selain itu pakan
merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan (Susetyo,
2001). Hal ini sejalan dengan pendapat Parakkasi (1995) yang menyatakan
bahwa pakan merupakan semua bahan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak serta tidak menimbulkan pengaruh negatif
terhadap tubuh ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi yaitu
mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak untuk kehidupannya
seperti air, karbohidrat, lemak, protein, dan mineral. Pakan merupakan sumber
zat gizi yang diperlukan untuk hidup pokok dan pertumbuhan.

7
erupakan sumber zat gizi, ternak sapi tidak saja perlu pakan dalam
jumlah yang cukup (kuantitasnya) namun juga diperlukan pakan yang
berkualitas. Kualitas dan kuantitas pakan dapat mempengaruhi pola
pertumbuhan ternak yang bersangkutan sehingga kombinasi keduanya akan
memberikan peluang kepada ternak untuk mendapatkan sejumlah zat gizi yang
dibutuhkan. Ternak yang mampu mengkonsumsi pakan yang lebih banyak maka
produksinya relatif tinggi. Kualitas pakan hijauan rumput dapat ditingkatkan
dengan penambahan konsentrat untuk memacu pertumbuhan pada
penggemukan ternak (Chalidjah, Sariubang, Pongsapan dan Prasowo, 2000).

Pakan yang diberikan jangan sekedar dimaksudkan untuk mengatasi lapar


atau sebagai pengisi perut saja melainkan harus benar-benar membentuk sel-sel
baru, menggantikan sel yang rusak dan untuk produksi (Widayawati dan
Widalestari, 1996).

C . Jenis Pakan Ternak dan Pengolahannya

Pakan ternak adalah segala sesuatu yang dapat diberikan secara langsung
pada ternak untuk dikonsumsi (baik berupa bahan organik maupun anorganik)
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, pertumbuhan, reproduksi serta
laktasi. Pakan dalam hal ini sering diasumsikan sebagai bahan baku pakan yang
telah diolah menjadi pellet, crumble atau mash. Dalam manajemen/tata laksana
pemeliharaan ternak, pakan mempunyai peran yang sangat penting, karena
merupakan komponen biaya terbesar yaitu sekitar 70 % dari total biaya
produksi. Pakan mempunyai peran yang sangat penting bagi ternak, baik
ruminansia, non ruminansia maupun unggas untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya, pertumbuhan, reproduksi, produksi hingga untuk kepentingan
kesehatan ternak. Karena ternak jika diberi pakan yang kurang baik bisa saja
menimbulkan penyakit yang nantinya akan dapat merugikan peternak secara
ekonomi. Pakan yang baik dapat mencukupi seluruh kebutuhan nutrisi yang
diperlukan ternak. Jumlah kebutuhan nutrisi ternak tergantung kepada jenis ternak,
umur, fase pertumbuhan, reproduksi, kondisi tubuh, bobot badan dan kondisi
lingkungan. Sehingga kebutuhan pakan masing-masing ternak tidak sama sesuai
dengan kondisi tersebut. Keterbatasan ketersediaan pakan dapat menyebabkan
8
daya tampung ternak pada suatu daerah menurun atau dapat juga menyebabkan
gangguan produksi dan reproduksi yang normal. Kendala utama dalam
penyediaan pakan hijauan yaitu produksinya yang tidak tetap sepanjang tahun.
Oleh karena itu, untuk mengatasi kendala ini perlu dilakukan penerapan teknologi
tepat guna dalam mengolah pakan. Pengolahan dan pengawetan bahan pakan
dapat dilakukan dengan cara fisik atau mekanik, kimiawi, biologis dan
kombinasinya ( Mulyanto,2007).

Pakan suplemen adalah pakan yang diberikan pada ternak yang banyak
mengandung vitamin, mineral yang fungsinya untuk memperkaya kandungan
nutrisi ransum terutama mineral dan vitamin. Pemberian pakan suplemen dalam
bentuk premik.Pakan konsentrat merupakan bahan makanan yang konsentrasi
gizinya tinggi tetap, kandungan serat kasarnya relative rendah dan mudah
dicerna. Konsentrat ini mudah dicerna karena terdiri dari beberapa campuran
bahan pakan yang bersumber dari biji-bijian atau kacang-kacangan, hasil olahan
bahan pangan, limbah pertanian dan limbah industri yang banyak mengandung
protein, vitamin dan mineral. Pakan konsentrat diberikan dalam beberapa bentuk
yaitu bentuk tepung (mash), bentuk pellet, crumble dan kibble. Amoniasi adalah
cara pengolahan kimia menggunakan amonia (NH3) sebagai bahan kimia yang
berfungsi untuk meningkatkan daya cerna bahan pakan berserat sekaigus
meningkatkan kadar N. Untuk mengolah jerami dengan amoniak ada 3 (tiga)
sumber yang dapat digunakan yaitu : NH3 dalam bentuk gas cair, NH4OH dalam
bentuk larutan dan Urea dalam bentuk padat. Teknik amoniasi ini bisa dilakukan
dengan menggunakan kantong plastik, drum atau silo untuk kapasitas besar.
Proses pembuatan amoniasi ada dua cara, yaitu cara kering ataupun basah.
Perbedaannya hanya terletak pada urea yang dilarutkan atau tidak dalam air.

Jika disimpan dalam jangka panjang, maka jerami amoniasi tersebut harus dijemur
dan dikeringkan di panas matahari selama kurang lebih satu minggu hingga kadar
air mencapai 20%.Siase adalah hijauan pakan ternak ataupun limbah pertanian
yang disimpan dalam keadaan segar (dengan kadar air 60-70%), melalui proses
fermentasi dalam suatu silo. HPT segar memiliki kadar air 75-85%, sehingga
sebelumnya harus dilayukan 2-4 jam. Silo adalah tempat untuk menyimpan pakan

9
ternak yang ada di dalam tanah atau di atas tanah. Tujuan pembuatan silase adalah
sebagai cadangan pakan pada musim kemarau dan untuk menampung/menyimpan
kelebihan produksi serta mendayagunakan sisa pertanian.

Prinsip pembuatan silase yaitu usaha untu mencapai dan mempercepat keadaan
hampa udara dan terbentuknya suasana asam dalam penyimpanan. Jenis hijauan
yang dapat dibuat silase yaitu rumput, sorghum, jagung dan biji-bijian kecil.
Kualitas silase yang baik yaitu : pH sekitar 4, kandungan air 60-70%, bau segar
(tidak berbau busuk), warna hijau masih jelas, tidak berlendir, tidak berbau tengik.
Hay adalah hijauan pakan ternak yang diawetkan dengan cara dikeringkan di
bawah sinar matahari kemudian disimpan dalam bentuk kering dengan kadar air
sekitar 15-20%. (Prahutama,2013).

D.Limbah Pakan Ternak Industri

Limbah cair dapat diartikan sebegai suatu peristiwa masuknya atau


dimasukannya benda padat, cair dan gas ke dalam air dengan sifatnya berupa
padat atau endapan, padat tersuspensi, terlarut, sebagai koloid sehingga air
harus dibuang. Maka air yang dibuang tersebut menjadi limbah secara fisik,
biologis dan kimia. Limbah buangan dari proses pengolahan disebut dengan
efluen (Tjokrokusumo, 1998).Kandungan limbah cair pada industri peternakan
berupa nutrien seperti nitrogen dan fosfat. Kandungan nitrogen dan fosfat
yang tinggi pada suatu perairan dapat mengakibatkan eutrofikasi yang dapat
membahayakan biota air. Kandungan limbah cair pada industri peternakan
juga menghasilkan patogen berupa bakteri, jamur, virus, dan protozoa yang
dapat menyebabkan infeksi pada kesehatan manusia. Patogen yang terlarut
dalam limbah cair industri memiliki potensi besar dalam perkembangannya
pada kondisi saluran dan badan air terbuka seperti sungai.Limbah cair yang
merupakan air buangan yang berasal dari kegiatan manusia yang fungsi dari
air tersebut tidak dapat digunakan kembali sehingga harus dikeluarkan, dan
memiliki efek yang membahayakan apabila dibuangan tanpa melalakukan
pengolahan limbah yang baik (Olivianti, 2016).

Air buangan pabrik, yaitu air buangan yang berasal dari air sisa pada
proses kegiatan pabrik. Air buangan berasal dari air bekas cuci, bahan pelarut
10
ataupun air pendingin dari industri yang umumnya air buangan indsutri lebih
sulit dalam pengolahannya karena kandungan di dalamnya berupazat pelarut,
logam berat, zat organik, lemak, garam, zat warna, nitrogen, sulfida, amoniak
dan lain lain yang bersifat toksik.Pengolahan limbah sebagai konsep teknologi
bersih untuk menurunkan dampak negatif pada unsur yang polutan. Zat yang
terdapat pada limbah di antaranya unsur organik tersuspensi, unsur anorganik
serta mikroorganisme. Unsur tersebut dapat dijadikan parameter kualitas air
buangan dalam sifat (Metcalf dan Eddy, 2003).

Merupakan limbah padat hasil samping prosesing pengolahan tandan


buah segar (TBS) kelapa sawit menjadi minyak mentah kelapa sawit atau Crude
Palm Oil (CPO) bentuk dan konsistensinya seperti ampas tahu namun berwarna
coklat gelap, berbau asam-asam manis, masih mengandung minyak CPO sekitar
1,5%. Limbah tersebut merupakan limbah pabrik pengolahan kelapa sawit.
Solid dalam bahasa Jawa disebut “Blondho Sawit”. Tujuan pemanfaatan solid
adalah untuk mengatasi masalah ketersediaan pakan terutama pada saat
musim kemarau (Utomo et al., 1999).

Di Sumatera, solid dikenal sebagai lumpur sawit, namun solid biasanya


sudah dipisahkan dengan cairannya sehingga merupakan limbah padat. Ada dua
macam limbah yang dihasilkan pada produksi CPO, yaitu limbah padat
dan limbah cair. Persentase limbah padat dan cair yang dihasilkan berdasarkan
jumlah tandan buah segar (TBS) yang diolah. Saat sekarang ini produksi limbah
solid di dua pabrik pengolahan CPO di Kabupaten Kotawaringin Barat
sekitar 36−42 t/hari (rata-rata 20 t/pabrik/hari). Jumlah limbah solid yang
dihasilkan bergantung pada TBS yang diolah. Sejauh ini solid masih belum
dimanfaatkan oleh pihak pabrik, tetapi hanya dibuang begitu saja sehingga
dapat mencemari lingkungan. Pihak pabrik memerlukan dana yang relatif besar
untuk membuang limbah tersebut, yaitu dengan membuatkan Hal ini
disebabkan kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan, dalam hal ini rumput
alam, relatif rendah. Sapi hanya dilepas di padang penggembalaan yang
umumnya hanya ditumbuhi alang-alang tanpa diberi pakan tambahan
(konsentrat). Solid sangat berpotensi sebagai sumber pakan lokal mengingat

11
kandungan nutrisinya cukup memadai, jumlahnya melimpah, kontinuitas
terjamin, terpusat pada satu tempat, murah karena dapat diminta secara
cuma-cuma, dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, solid memungkinkan untuk menjadi titik tolak
agroindustri pakan. PBB terjadi cepat sekali pada fase-fase sebelum dewasa
tubuh, setelah itu kecepatan pertumbuhan berkurang terus hingga pada ahirnya
akan tetap setalah ternak mencapai dewasa (Tulloh, 1978). Pertumbuhan yang
cepat pada ternak muda dapat dipacu dengan pemberian pakan yang berkualitas
tinggi dan dalam jumlah yang cukup, tetapi untuk ternak dewasa
peningkatan BB yang terjadi sebagai akibat penimbunan lemak (Reddy, 1982).

12
berwarna keputihan. Namun dari hasil pemeriksaan di laboratorium,
kapang tersebut tidak bersifat patogen (Utomo et al. 2002).

Solid dapat tahan lama apabila disimpan dalam tempat tertutup,


misalnya dalam kantong plastik hitam dengan meminimumkan jumlah oksigen
yang masuk. Teknologi sederhana ini terinspirasi oleh teknologi “silo”.
Kantong plastik hitam akan menggantikan fungsi bangunan silo. Jumlah
oksigen dalam kantong plastik diminimumkan dengan cara mengisap udara
memakai pompa sepeda. Kantong plastik dibuat rangkap tiga. Kantong plastik
pertama diisi dengan solid kemudian udaranya diisap dan ujungnya diikat.
Selanjutnya bungkusan plastik dimasukkan ke dalam kantong plastik kedua
dan sebelum diikat, udara yang ada di dalamnya diisap terlebih dahulu.
Setelah diikat, bungkusan dimasukkan ke dalam kantong plastik ketiga,
dikeluarkan udaranya kemudian diikat. Daya simpan solid sangat bergantung
pada tempat penyimpanan (kualitas kantong plastik). Dengan cara ini solid
tahan disimpan lebih dari 1 bulan dengan warna relatif tidak berubah, yaitu
cokelat muda. Solid yang disimpan di tempat terbuka menjadi tengik (busuk)
dan warnanya menjadi kehitaman. Walaupun permukaan solid sudah berubah
warna (busuk), bagian dalamnya memiliki konsistensi dan warna yang tidak
berubah (Utomo et al. 2002).

E. Status Mutu Air dengan Metode Indeks Pencemaran Industri

Status mutu air adalah kondisi mutu air pada tingkatan tertentu dengan
menunjukan kondisi perairan tercemar atau kondisi perairan baik dengan
sumber perairan yang telah diuji dan diukur berdasarkan parameter-parameter
pencemaran dan metode tertentu dalam waktu tertentu dan membandingkan
hasil uji dengan baku mutu air yang telah ditetapkan. Sumitomo dan Nemerow
(1970) dalam lampiran II Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
(Nomor 115 Tahun 2003) mengusulkan suatu indeks yang berkaitan dengan
senyawa pencemar yang bermakna untuk suatu peruntukan. Indeks ini
dinyatakan sebagai Indeks Pencemaran (Pollution index). Berdasarkan Kep-
MENLH No. 115 tahun 2003 pasal 2 bahwa penentuan status mutu air dapat

13
menggunakan Metoda STORET atau Metoda Indeks Pencemaran (IP). Indeks
Pencemaran (IP) ditentukan untuk suatu peruntukan, kemudian dapat
dikembangkan menjadi peruntukan bagi seluruh badan air atau sebagian dari
suatu sungai. Penentuan status mutu air dengan menggunakan Indeks
Pencemaran (IP) dapat memberikan penilaian dalam keputusan status mutu
badan air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki
kualitas jika penurunan kualitas akibat adanya senyawa pencemar. Indeks
Pencemaran mencakup berbagai parameter kualitas yang independen dan
bermakna (Sheftiana, 2017).

14
PENUTUP

A.Kesimpulan

Ternak potong adalah jenis ternak yang dipelihara untuk menghasilkan


daging sebagai produk utamanya. Tingginya permintaan masyarakat
atas kebutuhan daging membuat pemerintah Salah satu upaya untuk
menyediakan pakan yang cukup bagi ternak adalah memanfaatkan seoptimal
mungkin lahan, serta pemanfaatan limbah dan produk samping komoditi
perkebunan dan pertanian, baik dengan pola integrasi maupun dengan
diversifikasi. Usaha ini sekaligus dapat memberi nilai tambah bagi
perkebunan, petani, dan peternak. Pakan adalah segala sesuatu yang dapat
diberikan kepada ternak, berupa bahan organik maupun anorganik yang
sebagian maupun seluruhnya dapat dicerna serta tidak menganggu
kesehatan ternak. Pakan yang baik berpengaruh positif terhadap pertambahan
bobot badan, selain itu pakan merupakan faktor terpenting yang
mempengaruhi .Kandungan limbah cair pada industri peternakan berupa
nutrien seperti nitrogen dan fosfat. Kandungan nitrogen dan fosfat yang tinggi
pada suatu perairan dapat mengakibatkan eutrofikasi yang dapat
membahayakan biota air.

B.Saran

Untuk peningkatan mutu kualitas pakan ternak di Indonesia lebih di


prioritaskan lagi perihal pengolahan dan distribusinya,serta pengelolaan
limbah pakan ternak terhadap lingkungan sekitar termasuk kualitas air
dilingkungan sekitar.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia Pustaka


Utama. Jakarta.

Anonimous. 2005. Botani Aren. http//ftp.ui.edu/v12/artikel/ttg-


tanamanobat/ depkes/buku1/1033.pdf.Tanggal akses29 mei 2007.

Anonimous. 2007. Potensi Sapi Peranakan Ongole. Pusat


Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

Astuti, M. 2004. Potensi dan Keragaman Sumber Daya Genetik Sapi


Peranakan Ongole (PO).
http://72.14.253.104/search?q=cache:bPGsomKEca8J:
peternakan.litbang.deptan.go.id/download/sapipotong/sapo04-
6.pdf+sapi+ potong+ peranakan+
ongole&hl=id&ct=clnk&cd=3&gl=id diakses tanggal 18 juli 2007.

Balai Penelitian Ternak. 2003. Warta Penelitian dan Pengembangan


Pertanian. Vol 25 No 5, Ciawi, Bogor.
http://www.balitnak@indo.net.co.id(2003)

Bambang. N. U. dan Widjaja, Ermin. 2004. Limbah Padat Pengolahan


Minyak Sawit sebagai Sumber Nutrisi Ternak Ruminansia. Jurnal
Litbang Penelitian, 23 (1). Palangkaraya.

Batubara, L.P., M. Boer dan S. Eliesar, 1993. Pemberian BIS/Moleses


dengan atau tanpa Mineral Dalam Ransum Kerbau. Jurnal
Penelitian Peternakan Sungai Putih, Vol 1 Nomor 3, Hal 11.

Blakely, J dan D. H. Bade.1985. Ilmu Peternakan. Edisi IV.


Penerjemah B. Srigandono. Penyunting Sudarsono. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.

16
Chalidjah, M. Sariubang, P. Pongsapan, dan Prasowo. 2000. Dampak
seleksi pejantan dan perbaikan pakan terhadap bobot lahir anak
sapi Bali di padang pengembalaan. Jurnal Ilmiah Penelitian
Ternak Gowa. 3 (1):7-10.

Cole, H.H. 1966. Introduction to Livestock Production. 2nd. Ed. W. H.


Foreman and Company, San Fransisco. P. 432-449 dalam Pengaruh
Kombinasi Pemberian Pakan Silase Jerami Padi Cairan Rumen
Kerbau dan Molasee Terhadap Pertambahan Bobot Badan Sapi
Peranakan Ongole.

Davis, H. L. 1983. A Course Manual in Nutrition and Growth. The


Australian University International Development Program
(AUIDP). Melbourne. Devendra, C. 1977. Utilization of
Feedingstuff from Palm Oil. P.16. Malaysian Agricultural Research
and Development Institute Serdang, Malaysia.

Edey, T. N. 1983. A Course Manual in Tropical Sheep and Goat


Production.

Australian Universities International Development Program


(AUIDP). Melbourne.

17
18

Anda mungkin juga menyukai