Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KELOMPOK

Makalah Pengantar Ilmu Peternakan

Dosen Pembimbing : Ir. Siti Nurachma, MS.

Untuk Memenuhi Tugas Kelompok dari Mata Kuliah Pengantar


Ilmu Peternakan

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Rupika Raynilda Darajat (200110190021)
2. Debi Nur Solehudin (200110190023)
3. Ayu Tabah Laseptiani (200110190025)
4. Fariz Sukmariyadi (200110190141)
5. Adinda Tri Asrini (200110190157)
6. Muhammad Aslam Fauzan (200110190160)
7. Muhammad Fatwa G. N. (200110190176)

Fakultas Peternakan

Universitas Padjadjaran

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Jatinangor, 10 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................................

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

BAB PENDAHULUAN .................................................................................

1.1 DESKRIPSI .............................................................................


1.2 MANFAAT BAGI KEHIDUPAN MANUSIA .......................

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................

2.1 PERKEMBANGBIAKKAN TERNAK .................................


2.2 CARA PEMBERIAN MAKANAN .........................................
2.3 CARA PEMELIHARAAN .....................................................

KESIMPULAN ................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Sapi Bali ………………………………………………..

Gambar 1.2 Sapi Ongole …………………………………………….

Gambar 1.3 Sapi FH …………………………………………………

Gambar 2.1 Hijauan …………………………………………………

Gambar 2.2 Konsentrat ……………………………………………..

Gambar 2.3 Fermentasi ……………………………………………..

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. DESKRIPSI

Sejak zaman colonial Belanda, terutama sejak didirikan pabrik-pabrik gula


(1830-1835), telah dilakukan pemeliharaan sapi yang tujuan utamanya sebagai
sumber tenaga kerja untuk menggarap lahan pertanian dan penarik kendaraan
pengangkut tebu. Sapi-sapi lokal di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara yang berpostur
kecil dan berwarna merah diganti dengan sapi-sapi impor yang berpostur besar
dan berwarna putih. Percobaan penggantian jenis sapi ini dikenal dengan program
ongolisasi karena sapi-sapi yang di impor dari India itu dikenal sebagai sapi
ongole. Meskipun ditujukan untuk menggantiksn keberadaan sapi-sapi lokal,,
akhirmya dilakukan upaya perkawinan antara sapi-sapi impor dan sapi-sappi
lokal, sehingga kini dikenal sapi Peranakan Ongole (PO) di Jawa. Sementara itu,
sapi Sumba Ongole (SO) merupakan sapi ongole yang berkembang secara murni
di Pulau Sumba.

Beberapa jenis sapi yang biasa digunakan untuk bakalan dalam usaha
penggemukan sapi potong di Indonesia sebagai berikut :

1) Sapi Bali

Gambar 1.1 Sapi Bali

1
2

Sapi Bali merupakan sapi lokal dengan penampilan produksi yang


cukup tinggi. Populasinya pada tahun 1999 mencapai 27% dari seluruh
sapi potong yang ada di Tanah air. Asal usul Sapi Bali adalah banteng
(Bos sondai-cus) yang telah mengalami penjinakan atau dosmetikasi
selama bertahun-tahun. Sapi Bali jantan dan betina dilahirkan dengan
warna bulu merah bata dengan garis hitam disepanjang punggung yang
disebut garis belut. Setelah dewasa, warna sapi jantan berubah menjadi
kehitam-hitaman, sedangkan warna sapi betina relatif tetap. Sapi Bali tidak
berpunuk. Umumnya, keempat kaki dan bagian pantatnya berwarna putih.

2) Sapi Ongole

Gambar 1.2 Sapi Ongole

Sapi Ongole merupakan keturunan sapi zebu dari India. Berwarna


dominan putih dengan warna hitam dibeberapa bagian tubuh, bergelambir
dibawah leher, dan berpunuk. Persilangan antara sapi jawa asli (Madura)
dan sapi ongole grading up (keturunan hasil persilangan dikawinkan
kembali dengan sapi ongole) menghasilkan sapi yang disebut sapi
Peranakan Ongole (PO). Penyebaran sapi PO ini hampir merata di Pulau
Jawa. Secara umum, sapi PO posturnya menyerupai sapi ongole.
Perbedaannya hanya terletak pada kemampuan produksinya yang sedikit
lebih rendah.
3

3) Sapi Fries Holstein (FH)

Gambar 1.3 Sapi FH

Sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan susu ini


diintroduksi dari negeri Belanda. Warnanya belang hitam dan putih
dengan ciri khusus segitiga pada bagian dahi. Sapi yang tidak berpunuk ini
memiliki pertumbuhan yang cukup tinggi, sehingga sapi-sapi jantannya
sering dipelihara untuk digemukan dan dijadikan sapi potong. Dibeberapa
daerah juga dilakukan persilangan antara sapi jawa asli dan sapi FH
dengan pola grading up. Keturunannya lazim disebut Peranakan Fries
Holstein (PFH). Pertambahan berat badan sapi FH jantan bisa mencapai
1,1 kg per hari.

1.2. MANFAAT BAGI KEHIDUPAN MANUSIA

Ternak sapi potong memiliki peranan yang penting bagi manusia. Hal itu
karena ternak sapi potong memiliki manfaat yang sangat besar dan meliputi
berbagai bidang kehidupan manusia. Bukan hanya sebagai bahan makanan,
namun juga sebagai sumber usaha. Ternak sapi potong sangat mendukung dan
mampu menutupi kebutuhan pasar jika pengelolaan atau manajemen sistemnya itu
baik. Sapi potong memiliki fungsi dan manfaat yang cukup banyak bagi manusia
seperti dibawah ini:

1) Sebagai sumber protein berkualitas tinggi

Daging sapi memiliki komoditi kalori dan protein lebih tinggi dari
pada ternak-ternak ruminansia lainnya seperti ternak kerbau dan kambing
serta ternak lain seperti unggas dan kelinci. Setiap 100 gram daging sapi
4

mengandung protein 18,8 gram. Daging sapi mengandung gizi yang cukup
banyak dan bermanfaat bagi tubuh manusia, seperti :
 Zat Besi, penting untuk perkembangan otak maksimal, membuat
anak lebih cerdas.
 Zinc atau Seng, diperluan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
 Vitamin B, memperkuat fungsi saraf, daya ingat dan konsentrasi.
 Protein, penting untuk membentuk dan mempertahankan otot,
darah, kulit dan jaringan tubuh lainnya.
 Omega 3, sangat berguna untuk kesehatan saraf dan jantung.
 Selenium, bermanfaat untuk menambah kekebalan tubuh.
 Vitamin D, vitamin esensial, bermanfaat untuk kesehatan tulang.

2) Sebagai penunjang ekonomi keluarga


Sapi potong selain sebagai sumber protein juga sebagai penunjang atau
sumber pendapatan keluarga. Peternak yang lebih maju menjadikan usaha
peternakan sebagi sumber pendapatan utama, dan biasanya menjadi
sumber pendapatan keluarga. Mulai dari hasil penjualan dagingnya, yang
memang dibutuhkan di pasaran, sampai dengan kotorannya pun bernilai
ekonomis. Selain dapat memberikan keuntungan material, usaha sapi
potong juga dapat membuka lapangan pekerjaan untuk tenaga kerja
terutama pada usaha peternakan yang semi-komersial dan peternak
komersial.

3) Sebagai sumber pupuk kandang

Usaha peternakan sapi potong dapat juga memberikan keuntungan bagi


peternak dalam hal kotorannya yang bisa dijadikan pupuk kandang.
Pengelolaan yang baik dan terpadu dalam hal pengelolaan limbah ternak,
dapat menjadikan limbah ternak bermanfaat bagi manusia bukan
sebaliknya yang merusak alam. Limbah ternak seperti kotoran sapi kering
bisa dijadikan sebagai pupuk yang bermanfaat dalam bidang pertanian
5

yang dapat meningkatkan usaha pertanian. Selain itu juga pupuk tersebut
dapat bernilai ekonomis jika dijual di pasaran.

4) Sebagai sumber bahan baku industri

Ternak sapi potong memiliki peranan dalam bidang industri, baik itu
industri kecil maupun industri besar. Seluruh komponen yang terdapat
dalam tubuh sapi dapat dijadikan bahan bahan baku industri seperti:

 Daging sapi potong dibutuhkan sebagai bahan baku industri daging


kaleng, industri makanan ringan, industri restoran atau rumah
makan, dan sebagai bahan baku pembuatan bakso.
 Isi perut sapi potong dibutuhkan sebagai bahan baku dalam
industry bakso dan rumah makan.
 Tulang sapi potong dapat dijadikan bahan baku dibidang industri
tekstil yaitu dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan
kancing baju dan lain-lain.
 Kulit sapi berguna sebagai bahan baku pembuatan beduk dan
gendang.
 Tanduk sapi dapat dijadikan sebagai ornament atau koleksi.

5) Sebagai pelengkap acara adat dan keagamaan

Sapi sering digunakan oleh masyarakat adat dalam upacara adat


tertentu. Kadang juga bagi penganut agama non-islam, mereka
menggunakan sapi sebagai persembahan dan rasa syukur mereka terhadap
tuhan. Banyak sekali acara-acara adat yang menggunakan sapi potong
sebagai bagian dari acara tersebut diantaranya acara perkawinan suku adat
tertentu, acara akikah, acara adat tahunan dan acara adat lainnya. Sapi
potong juga sering digunakan dalam acara keagamaan seperti dalam islam,
menggunakan sapi potong sebagai hewan kurban.
6

6) Sebagai tenaga kerja

Selain kerbau, sapi juga sering digunakan sebagai tenaga kerja dalam
menggarap sawah tanpa mesti menggunakan traktor yang memang
harganya mahal. Sehingga sapi potong dapat mengefisienkan dana dan
tenaga petani. Selain sebagai tenaga penggarap sawah, sapi potong juga
bisa digunakan sebagai kendaraan pengangkut hasil pertanian, dan mampu
melewati medan yang memang tidak bisa di lewati oleh kendaraan beroda
seperti medan persawahan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERKEMBANGBIAKAN TERNAK


 Pertumbuhan di dalam kandungan

Pada awal kebuntingan pertumbuhan foetus berjalan dengan sangat


lambat. Foetus ini terbungkus oleh suatu cairan dan jaringan yang
terdapat di dalam uterus. Cairan ini merupakan tilam yang berfungsi
untuk melindungi foetus terhadap bahaya dari luar berupa benturan atau
pukulan. Pada akhir kebuntingan pertumbuhan foetus berlangsung sangat
cepat. Proses pertumbuhan terakhir menjelang kelahiran ini hampir 2/3
bagian pertumbuhan hanay berlangsunng selama 1/3 dari seluruh waktu
yang digunakan di dalam kebuntingan.

 Pertumbuhan saat pedet lahir

Pada saat pedet lahir pencapaian berat badan baru sekitar 8%. Berat
pedet waktu lahir sangat bervariasi. Hal ini terutama secara umum
tergantung dari jenis atau bangsa sapi yang bersangkutan. Misalnya berat
lahir rata-rata sapi arbedeen angus 30 kg, simental dan limousine 35 kg,
brahman 30 kg, sapi bali dan madura 12-15 kg, dan peranakan ongole 20-25 kg.

 Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan

Suhu yang tinggi dan musim panas yang panjang mempengaruhi


pertumbuhan. Salah satu penghalang bagi produksi daging di daerah
tropis ialah suhu tinggi dan musim panass yang panjang. Sebab suhu
udara yang tinggi akan memperlambat proses metabolism (pertukaran zat)
di dalam tubuh sehingga mengganggu pertambahan berat atau
pertumbuhan.

7
8

 Pertumbuhan tubuh dan karkas

Penimbunan lemak terjadi sesudah hewan mencapai kedewasaan


tubuh, yakni sesudah pertumbuhan jaringan tulang dan otot selesai.
Kemudian diikuti pembentukan lemak. Oleh karena itu, sapi yang
dipotong pada usia 1,5 – 2,5 tahun persentase dagingnya lebih tinggi
sebab belum banyak tertimbun lemak.

 Pakan, air dan pertumbuhan

Faktor pakan sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan


pertumbuhan. Kekurangan pakan merupakan kendala besar dalam proses
pertumbuhan. Terlebih apabila dalam pakan tersebut banyak zat-zat pakan
untuk pertumbuhan tersedia sangat kurang seperti protein, mineral, dan
vitamin.

2.2 CARA PEMBERIAN MAKANAN

Pakan ternak sapi merupakan hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam
usaha ternak sapi. Karena pakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan sapi. Sapi yang biasa dijadikan hewan ternak yaitu jenis sapi
pedaging dan sapi perah. Kedua jenis sapi ini sangat membutuhkan pakan ternak
yang baik agar bisa menopang pertumbuhannya. Umumnya para peternak sapi
memberikan rumput sebagai pakan utama ternaknya,namun ada baiknya di
imbangi dengan pakan ternak fermentasi dan juga pakan ternak konsentrat.

A. Syarat pakan yang baik

1. Pakan yang diberikan harus bersih dan tidak tercemar oleh kotoran
yang nantinya dapat mengganggu kesehatan hewan ternak tersebut.
2. Pakan tersebut dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang diperlukan
oleh tubuh sapi.
3. Hindari pemberian makanan yang berembun atau basah karena dapat
memicu kembung perut pada sapi.
9

B. Jenis pakan sapi potong

Secara garis besar pakan ternak sapi potong terbagi atas pakan utama
yaitu; hijauan, pakan konsentrat, dan pakan fermentasi.
 Hijauan

Gambar 2.1 Hijauan

Hijauan merupakan bahan pakan utama dari ternak sapi potong.


Jenis hijauan yang dapat diberikan diantaranya rumput unggul, rumput
lokal, leguminosa, limbah pertanian, agroindustry. Pakan ini biasanya
diberikan sebnayak 10% dari berat badan sapi diberikan pada sapi 3-4x
sehari.

 Konsentrat

Gambar 2.2 Konsentrat

Pakan konsentrat merupakan pakan yang mengandung serat kasar


yang rendah yaitu 18%. Dinamakan konsentrat karena didalam pakan
ini mengandung nutrisi tertentu yang sangat tinggi, selain itu pakan ini
disebut sebagai bahan penguat karena diberikan bersamaan dengan
10

bahan lainnya. Pakan ini biasa diberikan sebanyak 1-3% dari berat
badan sapi dan diberikan dua jam setelah pemberian pakan hijauan.
Pakan ini sebaiknya diberikan secara bertahap

 Fermentasi

Gambar 2.3 Fermentasi

Pakan fermentasi adalah pakan yang dibuat melalui proses


amoniasi, atau sering disebut peragian. Pakan fermentasi dibutuhkan
untuk mengawetkan kandungan gizi pada pakan lainnya sehingga
pakan bisa disimpan dalam waktu yang lama tanpa merusak
kandungan nutrisinya

C. Cara pemberian pakan pada ternak sapi potong

1. Metode penggembalaan (Pasture Fattening)

Pada metode ini sapi akan digembalakan di padang rumput sepanjang


hari. Sapi baru dimasukan ke dalam kandang pada saat malam hari. Pada
metode ini sapi tidak diberikan pakan konsentrat atau tambahan apapun
melainkan hanya diberi pakan hijauan berupa rumput. Dalam metode ini
biaya yang dibutuhkan relatif sedikit untuk pakan dan tenaga kerja lebih
rendah, namun metode ini memiliki kekurangan, yaitu pertambahan berat
badan harian yang kecil
11

2. Metode kareman/dikandangkan (Dry Lot Fattening)

Pada metode ini sapi hanya dikandangkan saja dan tidak


digembalakan, metode ini banyak dilakukan di Indonesia yang
menggemukan sapinya secara intensif. Tujuannya agar sapi memperoleh
pertambahan bobot harian yang tinggi. Pakan yang digunakan merupakan
pakan hijauan yang ditambah dengan pakan konsentrat.

2.3 CARA PEMELIHARAAN

Untuk menjaga kelangsungan hidup ternak sapi yang sehat dan


berpertumbuhan dengan baik, tahap-tahap perawatan semenjak baru lahir atau
masih pedet hingga menjadi sapi dewasa harus diperhitungkan. Sebab hanya sapi
yang sehatlah yang bisa mempertahankan kelangsungan pertumbuhan. Kesehatan
sapi bisa dicapai dengan tindakan hygiene, sanitasi lingkungan, vaksinasi,
pemberian pakan, dan teknis yang tepat.

A. Pemeliharaan dan perawatan pedet

Yang dimaksud dengan pedet adalah anak sapi umur 0 - 8 bulan. Pada fase
ini, pedet memerlukan pemeliharaan dan perawatan khusus. Pemeliharaan
dapat dilakukan secara alami ataupun buatan.

Pada pemeliharaan alami, pedet dibiarkan selalu bersama induk sampai


pedet disapih, yakni umur 6 – 8 bulan, baik saat digembalakan ataupun
dikandang. Pemeliharaan semacam ini umumnya lebih menguntungkan karena
lebih menjamin pertumbuhan dan kesehatan, serta lebih ekonomis terutama
dalam penggunaan tenaga.

 Pemberian pakan

Pada periode awal pertumbuhan, terutama sampai dengan umur 6 –


8 bulan, tubuhnya cenderung membutuhkan tulang untuk pembentukan
kerangka yang kuat dalam penimbunan daging. Pada 3 bulan pertama,
pertumbuhan tubuh hanya bisa tercapai dengan pemberian pakan halus,
12

lunak, berserat kasar rendah misalnya susu, konsentrat, dan hijauan


muda.

 Pengendalian penyakit

Pedet berumur 3 minggu umumnya sangat peka terhadap infeksi


penyakit, terutama terhadap penyakit scours, pneumonia, dan infeksi
tali pusar.

Scours (diare) diakibatkan oleh pemberian pakan yang tidak benar


dan perawatan yang jelek. Pneumonia merupakan infeksi paru-paru
akibat udara sekitar sangat lembap, kedinginan dan sebagainya.
Sedangkan infeksi tali pusar di akibatkan oleh kurangnya higienisnya
kita sewaktu pemotongan.

 Penimbangan

Untuk mengetahui laju pertumbuhan pedet dalam pemeliharaan,


perlu dilakukan penimbangan secara rutin, yaitu seminggu sekali.
Penimbangan seminggu sekali ini khusus dilakukan bagi pedet yang
belum disapih. Sedangkan bagi pedet yang telah mengalami
penyampihan, penimbangan tersebut cukup dilakukan sebulan sekali.

 Kastrasi (pengembirian)

Kastrasi adalah usaha memtikan sel-sel kelamin jantan/betina


dengan jalan mengikat, mengoperasikan, ataupun memasukkan bahan
kimia ke dalam organ tubuh tertentu.

Kastrasi terhadap sapi potong bertujuan untuk memperoleh mutu


daging yang lebih bagus, penimbunan yang lebih cepatdan membuat
sapi menjadi lebih jinak.
13

 Menghilangkan tanduk (dehorning)

Penghilangan tanduk (dehorning) pada ternak sapi potong


dimaksudkan agar terhindar dari bahaya penandukan terhadap
kawanan ternak dataupun peternak dan mengurangi volume sehingga
kandang lebih bisa digunakan secara efisien.

Usaha penghilangan tanduk ini bisa dilakukan dengan brbagai


macam cara, antara lain dengan bahan kimia dan besi panas.

 Penyediaan tilam

Tilam (bedding) memang bisa memberikan beberapa keuntungan


bagi sapi yang dipelihara. Sapi atau pedet akan bisa lebih nyaman
beristirahat. Badannya tidak cepat kotoran sendiri yang bercampur air
kencing dan sisa-sisa pakan penguat yang terhambur. Dengan
demikian tilam berfungsi untuk menyerap kotoran, terutama dalam
bentuk cair, mempermudah dalam mengumpulkan kotoran dan
pengangkutan ke bak penampungan, dan lain sebagainya.

 Pemberian kaling

Sapi calon penggemukan yang telah berumur 6 – 8 bulan atau sehabis


disapih harus dipasangkan kaling pada hidungnya. Maksud pemberian
kaling terhadap setiap sapi yang telah menginjak dewasa ialah untuk
menolong peternak dalam mengendalikan sapi yang bersangkutan.
Sehingga sapi yang dipelihara itu akan mudah diatur/dikendalikan.

 Pemberian tanda pengenal

Tujuan pemberian tanda pengenal pada pedet adalah untuk


mempermudah tata laksana lebih lanjut, seperti membedakan anatara
sapi satu dengan yang lain ataupun antara kelompok satu dengan
kelompok lainnya.
14

B. Pemeliharaan sapi muda dan dewasa


 Pemelliharaan ekstensif

Daerah-daerah seperti di luar Jawa yang lahannya masih cukup luas


dan tidak dapat dipakai sebagai usaha pertanian sangat cocok sebagai
padang penggembalaan sapi yang dipelihara secara ekstensif. Sapi;sapi
tersebut dilepaskan di padang penggembalaan dan digembalakan
sepanjang hari, mulai pagi sampai sore hari.

 Pemeliharaan semiintensif

Di daerah pertanian/daerah yang penduduknya padat seperti Jawa,


Madura dan Bali, sapi-sapi dipelihara semiintensif. Pada siang hari
sapi-sapi diikat dan ditambatkan di ladang, kebun atau pekarangan
yang rumputnya subur. Kemudian sore harinya sapi-sapi tadi
dimasukkan kedalam kandang sederhana yang dibuat dari bambu,
kayu, rumbia dan sebagainya.

 Pemeliharaan intensif

Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif hampir


sepanjang haru berada didalam kandang. Mereka diberi pakan
sebanyak dan sebaik mungkin sehingga cepat menjadi gemuk dan
kotorannya pun cepat bisa terkumpul dalam jumlah yang lebih banyak
sebagai pupuk.

C. Pemeliharaan induk bunting dan perawatan anak yang baru lahir


 Pemeliharaan induk bunting

Sapi betina yang sedang bunting harus dipisahkan dengan kelompok


sapi yang tidak bunting dan pejantan. Sapi bunting yang sudah dekat
masa melahirkan harus dipisahkan di kandang tersendiri yang bersih,
kering dan terang. Induk bunting yang akan melahirkan
memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut.
15

a) Ambing membesar, membengkak, dan mengeras


b) Urat daging disekitar pelvis mengendor dan disekeliling
pangkal ekor cekung
c) Vulva membengkak dan mengeluarkan lendir
d) Nafsu makan menurun
e) Sapi tampak gelisah yang sebentar-sebentar berdiri/berbaring
dan berputar-putar
f) Sapi sering kencing

 Perawatan anak yang baru lahir

Bilamana pedet telah lahir, semua lendir yang menyelubungi


tubuh, apalagi yang menutup lubang hidung dan mulut, harus segera
dibersihkan. Sewaktu membersihkan lendir pada tubuh ini, hendaknya
menekan-nekan dadanya guna merangksang pernapasan. Kemudian
tali pusar dipotong, disisakan sepanjang 10 cm dan didesinfektan
dengan yodium tincture 10%. 30 menit sesudah lahir, pedet biasanya
mulai bisa berjalan dan menyusu pada putting induk. Maka saat itu
pula agar diupayakan pedet segera bisa menyusu sendiri, tetapi ambing
dan puting harus bersih. Tempat dimana pedet itu berbaring harus
diberi alas jerami atau rumput kering yang bersih dan hangat.
KESIMPULAN

16
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 2008. Penggemukan Sapi Potong. Jakarta : PT. Agro Media
Pustaka

Sugeng, Y. Bambang. 2005. Sapi Potong. Jakarta : Penebar Swadaya

http://adhyn-unhalu-kuliahq.blogspot.com/2013/01/manfaat-sapi-potong.html

https://www.academia.edu/9951195/Pemeliharaan_Sapi_Potong

http://budidayaternak.fapet.ugm.ac.id/2017/11/19/sistem-perkandangan-ternak-
sapi-potong/

https://ramesia.com/pakan-ternak/

17

Anda mungkin juga menyukai