Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

MANAJEMEN TERNAK POTONG DAN KERJA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Manajemen


Ternak Potong dan Kerja pada Jurusan Ilmu Peternakan
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar

Oleh:

PUTRI
60700121027

JURUSAN ILMU PETERNAKAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pertumbuhan sektor peternakan sapi potong di Indonesia meningkat setiap

tahunnya. Hal ini dikarenakan pertumbuhan penduduk, peningkatan penghasilan

masyarakat Indonesia serta kesadaran manfaat konsumsi protein hewani seperti

daging sapi. Produksi daging sapi di Indonesia banyak berasal dari peternak kecil

maupun sedang, sehingga memerlukan manejemen pemeliharaan yang

terkoordinasi untuk meningkatkan produksi daging sapi di Indonnesia.

Sapi potong merupakan sumber per hasil daging utama yang memiliki

nilai ekonomi tinggi. Daging dari aspek gizi berperan penting sebagai sumber

protein hewani, sehingga dapat disubstitusi dengan jenis daging dari komoditas

ternak potong yang lain, namun berdasarkan rasa dan budaya keberadaan daging

sapi tidak dapat tergantikan dengan daging lain. Produksi sapi potong mulai

populer di Indonesia dan negara-negara lain disebabkan karena agribisnis sapi

potong memiliki prospek yang sangat baik, yaitu permintaan terus meningkat

seimbang dengan pertumbuhan populasi penduduk dan pembangunan

ekonomi nasional (Mayulu, 2021).

Sapi potong mempunyai peranan penting dalam mendukung ketahanan

pangan nasional, termasuk menyediakan daging sebagai sumber protein hewani

bagi masyarakat Indonesia. Fenomena penyediaan daging sapi nasional masih


menjadi polemic yang sangat menarik untuk dikaji dalam dunia penelitian.

Permintaan daging sapi meningkat setiap tahunnya seiring dengan pertumbuhan

jumlah penduduk. Pengembangan sektor peternakan sapi potong merupakan

bagian integral dari upaya memajukan pertanian di wilayah pedesaan. Di banyak

negara, termasuk Indonesia, peternakan sapi potong memiliki peran strategis

dalam memperkuat ekonomi lokal, menyediakan lapangan pekerjaan, dan

memberikan kontribusi dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat.

Saat ini kebutuhan daging dalam negeri masih belum diimbangi dengan pasokan

yang mencukupi (Hastang et al., 2023).

Pertumbuhan dan perkembangan sapi potong yang baik dapat dilihat dari

sistem pemeliharaan yang sesuai dengan kebutuhan sapi potong. Manajemen

pemeliharaan sapi potong meliputi pemberian pakan, penyediaan pakan,

perkandangan, tenaga kerja, kesehatan dan obat-obatan. Pemeliharaan sapi potong

merupakan sektor peternakan yang sangat potensial sebagai penghasil daging.

Kebutuhan daging sapi semakin meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk

akibat peningkatan jumlah konsumsi. Peningkatan permintaan produk olahan

peternakan, membutuhkan daging sapi sebagai bahan utama. Pola manajemen

pemeliharaan sapi potong yang rendah, dan belum dikelolah optimal, serta

memperhatikan cara pemeliharaan yang efisien, belum mampu memperbaiki mutu

serta kualitas sapi potong. Pola pemeliharaan sapi potong di Indonesia didominasi

oleh penggemukan dan pembibitan dengan sistem tradsional melalui pemanfaatan

sumber daya manusia dan pakan yang tersedia (Aisah dan Haris, 2020).
Produktivitas sapi potong dipengaruhi oleh beberapa hal seperti

manajemen pakan¸ manajemen perkandangan¸ manajemen pemeliharaan dan

manajemen kesehatan. Kesehatan sapi potong yang terganggu di suatu feedlot

akan menurunkan produktivitasnya seperti konsumsi ransum menurun, penurunan

bobot badan, penurunan kualitas produksi, dan menyebabkan kematian pada

ternak. Kesehatan ternak merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

keberhasilan usaha peternakan sapi potong (Saputra, 2022).

Berdasarkan masalah diatas, maka hal inilah yang melatar belakangi

dilakukannya praktikum lapangan ini untuk mengetahui bagaimana cara

mengetahui atau memahami mengenai teknik dalam pendugaan umur, pendugaan

bobot badan, manajemen perkandangan, manajemen pemberian pakan dan

pengolahan limbah pada ternak potong dan kerja yang berada di Pusat Pelatihan

Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Terang-Terang, Desa Popo, Kecamatan

Galesong Selatan, Kabupaten Takalar.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada praktikum lapangan ini adalah bagaimana

cara mengetahui atau memahami mengenai teknik dalam pendugaan umur,

pendugaan bobot badan, manajemen perkandangan, manajemen pemberian pakan

dan pengolahan limbah pada ternak potong dan kerja?

C. Tujuan Praktikum Lapangan

Adapun tujuan pada praktikum lapangan ini adalah umtuk mengetahui

bagaimana cara mengetahui atau memahami mengenai teknik dalam pendugaan


umur, pendugaan bobot badan, manajemen perkandangan, manajemen pemberian

pakan dan pengolahan limbah pada ternak potong dan kerja.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Integrasi Al-Qur’an

Hewan ternak merupakan hewan yang banyak dibahas di dalam Al-Qur’an

misalnya sapi betina dibahas dalam surah Al-Baqarah, hewan ternak dibahas

dalam surah An-Nahl. Banyaknya manfaat yang bisa didapatkan dari hewan

ternak membuktikan bahwa hewan ternak merupakan sumber pelajaran yang

nyata juga sangat penting dan mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas segala

apa yang diciptakan oleh yang maha kuasa.

Sebagaimana Allah swt. berfirman dalam QS. An-Nahl/16:5

٥ ‫َو اَاْلْنَع اَم َخ َلَقَها َلُك ْم ِفْيَها ِد ْف ٌء َّو َم َناِفُع َو ِم ْنَها َتْأُك ُلْو َن‬

Terjemahnya:
“Dia telah menciptakan hewan ternak untukmu. Padanya (hewan
ternak itu) ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai manfaat, serta
sebagian (daging)-nya kamu makan” (Kementerian Agama RI, 2019).

Tafsir Al-Muyassar (2023), dijelaskan bahwa binatang-binatang ternak,

yaitu unta, sapi dan kambing, Allah menciptakannya bagi kalain (wahai sekalain

manusia), dan Dia menjadikan pada bulu domba dan bulu unta sumber kehangatan

dan manfaat-manfaat lainnya yang berasal dari air susu, kulit dan sebagi

tunggangan, dan sebagian kalian konsumsi.


Makna dari ayat diatas menjelaskan bahwa Allah menciptakan ternak

untuk manusia yang didalamnya terdapat banyak manfaat yang menguntungkan

untuk manusia, seperti bulu pada ternak yang dapat dijadikan sebagai pakaian dan

karpet yang dimana akan memberikan nilai ekonomi untuk manusia. Selain

memberikan ekonomi terhadap manusia, ternak juga dapat dikonsumsi dagingnya

yang memiliki berbagai manfaat untuk pertumbuhan dan kesehatan manusia.

B. Kajian Teoritis

1. Jenis-jenis Sapi Potong dan Kerja

a. Sapi Bali

Sapi bali merupakan sapi potong asli Indonesia dari hasil domestika

banteng (Bibos banteng). Sapi bali mempunyai persentase karkas tinggi,

daging tanpa lemak, heterosis positif tinggi pada persilangan, daya adaptasi

yang tinggi dan persentase kelahiran yang cukup berhasil. Sapi bali memiliki

pertumbuhan yang lambat sehingga memerlukan waktu lama untuk dapat

menghasilkan produk daging. Daging merupakan sumber protein hewani

yang menjadi kebutuhan konsumsi masyarakat. Daging yang tersedia tidak selalu

dapat mengimbangi peningkatan kebutuhan masyarakat untuk memenuhi

konsumsi domestik (Santi et al., 2021).

Sapi bali memiliki khas warna kulit merah bata, warna putih pada empat

kaki bagian bawah, dimulai dari tarsus atau carpus ke bawah. Pada bagian pantat

memiliki warna putih berbentuk oval dengan batas yang jelas, sedangkan pada

bagian punggung terdapat garis belut berwarna hitam. Bentuk tanduk meruncing,

melengkung ke arah tengah dengan warna hitam. Peternak menyukai sapi Bali
karena beberapa keunggulan karakteristiknya antara lain daya adaptasi terhadap

lingkungan yang sangat bagus, dapat memanfaatkan pakan dengan kualitas yang

rendah (Andoyo et al., 2023).

Sapi bali termasuk salah satu jenis sapi potong yang disukai oleh para

peternak karena berfungsi dwiguna, yakni sebagai sapi pekerja dan juga sapi

pedaging, serta mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan sapi jenis

lainnya. Bobot lahir anak sapi bali yaitu antara 10,5 kg sampai dengan 22 kg

dengan rata-rata 18,9±1,4 kg untuk anak sapi jantan. Sementara anak sapi betina

memiliki kisaran bobot lahir antara 13 kg sampai dengan 26 kg dengan rataan

17,9±1,6 kg (Fania et al., 2020).

b. Sapi Limosin

Sapi limosin (Bos taurus) merupakan sapi yang pertama kali

dikembangkan dinegara Prancis. Sapi ini merupakan tipe sapi potong atau ternak

pedaging memiliki perototan yang lebih baik dari jenis sapi lainnya, serta

memiliki bulu berwarna coklat tua kecuali pada bagian ambing berwarna putih

serta pada lutut kebawah dan sekitar mata berwarna lebih muda atau terang

dibandingkan warna kulitnya. Bentuk tubuh sapi limosin memiliki perawan besar,

padat dan memanjang serta tahan akan penyakit sehingga sapi ini dijadikan sapi

pedaging untuk memenuhi kebutuhan daging yang diindonesia (Veransyah, 2023).

Ciri-ciri sapi limosin diantaranya memiliki tubuh yang besar panjang

kompak dan juga padat. Sapi limosin memiliki corak warna tubuh yaitu coklat

muda kuning hingga kelabu. Potensi kenaikan berat badan harian sapi limosin

yaitu 1,2 - 1,4 kg per hari. Lama penggemukan sapi limosin 3 sampai 4 bulan.
Pertumbuhan badan sapi limosin sangat cepat, sapi limosin jantan dewasa bisa

lebih dari 1000 kg. Sapi limosin murni sulit ditemukan di Indonesia, sapi limosin

yang biasanya dipelihara oleh peternak di Indonesia merupakan sapi persilangan

antara sapi limosin dengan sapi lokal. Sapi limosin biasanya disilangkan dengan

sapi ongol dan dikenal dengan nama sapi limpo (Majid, 2022).

c. Sapi Angus

Sapi Aberdeen Angus berasal dari daerah dataran tinggi Abardeen Shire

dan Aungushire di Skotlandia, kemudian popular dengan sebutan Aberdeen

Angus. Ciri khas sapi ini berkulit hitam pekat sehingga namanya mudah diingat

dengan sebutan sapi angus karena dalam bahasa Indonesia Angus berarti hangus,

gosong. Bangsa sapi ini banyak digunakan pada Cros sbreeding dan Grading up

untuk menghasilkan sapi potong yang baik (Ramadhani, 2023).

Ciri khas dari sapi angus yaitu berwarna hitam, telinga pendek, leher

pendek, berpunggung lurus, badan padat dan kompak, kepala besar, dan kaki-kaki

kuat dan kekar. Bobot sapi jantan mencapai 800-1.000 kg. Daging sapi angus ini

dipercaya mempunyai kandungan rendah lemak, serta serat yang padat, sehingga

jenis sapi satu ini sangat populer sebagai sapi potong yang banyak dimanfaatkan

untuk hidangan steak. Keunggulan sapi ini yaitu memiliki daya tahan tubuh yang

tinggi sehingga mampu beradaptasi dengan baik (Yurike, 2022).

d. Sapi PO (Peranakan Ongole)

Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan hasil persilangan antara pejantan

Ongole dengan sapi lokal Indonesia dan mulai banyak dibudidayakan di

Indonesia. Sapi PO selain dipelihara untuk tujuan penghasil daging dan juga
digunakan sebagai sapi kerja. Keunggulan sapi PO yaitu mampu beradaptasi

terhadap kondisi lingkungan, memiliki sifat reproduksi yang baik karena mampu

bereproduksi dengan cepat, serta persentase karkas dan kualitas daging yang baik

(Nugraha et al., 2023).

Sapi PO (Peranakan Ongole) mempunyai ciri khas yaitu tahan terhadap

udara panas, gigitan caplak dan ciri-ciri fisiknya yaitu tubuh besar, kaki panjang

dan kuat, tanduk pendek tumpul, telinga panjang menggantung, gelambir

lebar bergantung, memiliki gumba dan berwarna kelabu hingga putih

(Sumiyanti et al., 2023).

2. Metode Pendugaan Umur

a. Berdasarkan Jumlah Gigi

Gigi ternak mengalami pergantian dan mengalami kuatnya keterasahan

secara kontinyu. Pola pergantian gigi pada ternak memiliki karakteristik tertentu

sehingga dapat digunakan untuk menduga umur ternak. Kondisi gigi seri sudah

tumbuh, kecuali gigi seri luar berumur 15 hari. Gigi seri susu sudah tumbuh

semuanya berumur 1 bulan. Gigi seri susu dalam sudah tajam sebagian berumur 6

bulan. Gigi seri susu dalam sudah tajam seluruhnya berumur 10-12 bulan. Gigi

seri luar sudah tajam seluruhnya berumur 16-18 bulan. Gigi seri susu dalam sudah

berganti dengan gigi tetap berumur 1,5-2 tahun. Gigi seri susu tengah dalam sudah

berganti dengan gigi tetap berumur 2,5 tahun. Gigi seri susu tengah luar sudah

berganti menjadi gigi tetap berumur 3 tahun dan gigi seri susu luar sudah berganti

menjadi gigi tetap berumur 3,5 tahun (Meutiya, 2022).


Gigi seri susu tumbuh dan digantikan oleh gigi seri permanen terjadi pada

umur tertentu, maka hal tersebut merupakan pedoman yang banyak digunakan di

lapangan untuk menentukan umur kambing. Selain itu, gigi seri permanen

mengalami keterasahan yang bentuknya dipengaruhi oleh jenis pakan yang

dikonsumsi (Sulastri, 2019).

b. Berdasarkan Lingkar Tanduk

Menurut Sulastri (2019) menyatakan bahwa keadaan cincin tanduk dapat

digunakan untuk menafsirkan umur sapi. Perkiraan umur sapi juga bisa dilihat

dari jumlah cincin pada tanduknya. Namun demikian cara pendugaan ini kurang

akurat karena didasarkan dari pengaruh pakan atau musim. Cincin pada tanduk

juga bisa dikaitkan dengan kebuntingan. Pedoman penentuan umur berdasarkan

kondisi tanduk dan cincin pada tanduk adalah sebagai berikut:

1. Jika bakal tanduk terasa agak menyembul dan keras saat diraba, umur pedet

diperkirakan sekitar 1 bulan.

2. Jika tanduk sudah mulai tumbuh sekitar 3 cm, diperkirakan umur pedet

sekitar 5 bulan.

3. Jika tanduk sapi tumbuh sekitar 10 cm diperkirakan umur sapi sekitar 1

tahun.

4. Jika tanduk tumbuh sekitar 15 cm, diperkirakan umur sapi sekitar 1,5 tahun.

5. Jika muncul 1 cincin pada tanduk diperkirakan umur sapi sekitar 3 tahun

diatas usia 3 tahun akan terbentuk satu cincin setiap tahunnya, misalnya sapi

dengan 6 cincin pada tanduk diperkirakan berumur 8 tahun.

3. Metode Pendugaan Berat Badan


Pendugaan bobot badan sapi dilakukan secara manual oleh pembeli atau

peternak sendiri dengan cara mengamati postur tubuh sapi, namun secara

sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan alat pita ukur atau rumus. Pita

ukur yang biasa digunakan untuk menduga bobot badan yaitu pita ukur merek

Rondo. Rumus yang sering digunakan untuk menduga bobot badan adalah

Denmark dan di Indonesia telah banyak dikembangkan rumus modifikasi

diantaranya adalah rumus Lambourne. Selain itu, prediksi bobot badan juga dapat

dilakukan secara otomatis dan visualisasi citra digital. Kedua alat untuk menduga

bobot badan tersebut masih memiliki kekurangan yaitu selisih cukup tinggi dan

bervariasi untuk jenis sapi di Indonesia (Alhamal et al., 2021).

Menurut Nurcholis et al., (2023) menyatakan bahwa pendugaan bobot

badan sapi menggunakan pita ukur dan rumus. Ukuran tubuh memiliki hubungan

yang positif terhadap bobot badan sapi, panjang badan dan tinggi badan, juga

dapat digunakan dalam pendugaan bobot hidup sapi. Beberapa rumus yang

digunakan untuk menduga bobot badan sapi di Indonesia diantaranya yaitu

sebagai berikut:

Denmark : BB = (LD+18)²/100

Lambourne : BB = (PB)×(LD)²/10840

Schroll : BB = (LD+22)²/100

Cross Cholis : BB = −50+3,15×LD

Keterangan:

BB : Bobot badan (cm)

PB : Panjang badan (cm)


LD : Lingkar dada (cm).

4. Manajemen Perkandangan

Kandang merupakan salah satu faktor lingkungan hidup ternak, harus bisa

memberikan jaminan untuk hidup yang sehat dan nyaman sesuai dengan tuntutan

hidup ternak dan bangunan kandang diupayakan harus mampu untuk melindungi

ternak dari gangguan yang berasal dari luar seperti sinar matahari, cuaca buruk

serta serangan dari hewan buas. Secara umum kontruksi kandang harus kuat,

mudah dibersihkan, bersikulasi udara baik. Oleh karena itu, sehubungan dengan

kontruksi ini yang perlu mendapat perhatian terutama mengenai arah (Putra,

2021).

Manajemen perkandangan merupakan salah satu bentuk pengelolaan

perkandangan yang meliputi fungsi kandang, jenis-jenis kandang dan tipe-tipe

kandang. Kandang yang baik yaitu jauh dari pemukiman penduduk, ventilasi dan

suhu udara kandang yang baik, efisien dalam pengelolaan, kuat dan tahan lama,

tidak berdampak pada lingkungan sekitar serta memudahkan petugas dalam proses

produksi seperti pemberian pakan, pembersihan kandang dan penanganan

kesehatan (Zaenal, 2020).

Kandang memiliki fungsi yang sangat penting dalam usaha sapi potong

untuk melindungi ternak dari perubahan cuaca atau iklim yang buruk,

pencurian dan mencegah ternak terjangkit penyakit. Lokasi kandang yang harus

dekat sumber air terutama untuk minum, dekat dengan sumber pakan, tersedia
sarana transportasi yang memadai, hal ini terutama untuk pengangkutan bahan

pakan dan pemasaran, areal yang tersedia dapat diperluas (Santi et al., 2021).

Jenis kendang dan tipe kandang terdiri dari kandang individu, kandang

koloni/kelompok, kandang pejantan, kandang beranak, kandang jepit dan kandang

karantina. Perlengkapan kandang yang harus disediakan adalah palungan pakan

dan minum, selain palungan pakan dan minum kandang harus dilengkapi dengan

peralatan kebersihan seperti sekop, sapu lidi, sikat, selang air dan ember

(Noviyanti, 2023).

Terdapat 2 tipe kandang yaitu kepala saling berhadapan (Head to head)

dan saling membelakangi (Tail to tail). Pada kandang dua baris, lorong kandang

merupakan sekat antara baris satu dengan lainnya. lorong kandang ini dibuat agak

lebar agar mempermudah mengangkut pakan untuk kandang kepala saling

berhadapan (Head to head) dan memudahkan pembersihan untuk kandang yang

saling membelakangi (Tail to tail). Tipe kandang Head to head dirancang dengan

satu gang dengan tujuan agar mempermudah saat memberi pakan dan efesiensi

waktu (Jaya, 2022).

Bentuk dan model atap kandang hendaknya menghasilkan sirkulasi udara

yang baik di dalam kandang, sehingga lingkungan dalam kandang memberikan

kenyamanan. Berdasarkan modelnya, atap kandang terdiri dari beberapa model

atap Monitor, Semi monitor, Gable dan Shade. Kerangka kandang dapat terbuat

dari bahan besi, besi beton, kayu dan bambu disesuaikan dengan tujuan dan

kondisi yang ada. Akan tetapi, kandang yang sederhana dapat menggunakan

bahan bambu yang benar-benar tua atau dikombinasikan dengan kayu. Tempat
pakan dan tempat minum sebaiknya mudah dibersihkan, konstruksinya dijaga agar

ternak tidak mudah masuk dan menginjak-injak pakan atau tempat air minum.

Tepian tempat minum dan tempat pakan harus dibuat agak bulat sehingga tidak

tajam dan dasarnya cekung. Bagian dalamnya dibuat cekung supaya mudah

dibersihkan. Lantai kandang dapat berupa tanah yang dipadatkan, beton atau pasir

semen dan kayu yang kedap air. Lantai kandang harus dibuat agak miring, sekitar

5-10% agar mudah dibersihkan, harus kuat, tahan lama, tidak licin, dan tidak

terlalu kasar dan mampu menahan beban yang ada diatasnya (Tiara, 2021).

5. Manajemen Pakan dan Minum

Manajemen pakan ternak merupakan hal yang menunjang berkembang

atau tidaknya suatu peternakan, jika semakin baik manajemen pakan, maka akan

semakin baik pula produktivitas ternak tersebut. Pakan yang diberikan kepada

sapi potong pada umumnya terdiri dari hijauan dan konsentrat. Pakan memiliki

peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk

mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (Susu, Anak, Daging), serta

tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya

tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan,

jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah

cukup (R. Anwar et al., 2021).

Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha peternakan.

manajeme pakan diperlukan untuk meningkatkan produktivitas ternak. Biaya yang

harus dikeluarkan untuk pengadaan ransum dapat mencapai 60-70% dari seluruh

biaya operasional bahkan dapat lebih besar, tergantung dari efisiensi


penyusunannya. Perlu diperhatikan bahwa dalam manajemen pemberian pakan

hendaknya dilakukan beberapa hal sebagai berikut (Widyaiswara, 2021).

Sumber pakan sapi dapat disediakan dalam bentuk hijauan dan

konsentrat, dan yang terpenting adalah pakan harus memenuhi kebutuhan

protein, karbohidrat, lemak dan vitamin serta mineral. Dalam pemberian pakan

dikandang atau di palungan, yang perlu diperhatikan adalah mengetahui

berapa jumlah pakan dan bagaimana ransum yang diberikan pada ternak sapi

(Wahyuni dan Amin, 2020).

Pemberian pakan dilakukan setiap pagi, siang dan sore hari. Jarak

pemberian konsentrat dan hijauan harus diperhatikan. Pada metode pemberian

pakan seperti ini proses pemberian air diberikan pada wadah yang berbeda

dikarenakan sistem pemberian pakan adalah kering, pakan harus diuraikan setiap

1 jam sekali agar sapi bisa mengkonsumsi secara maksimal serta dapat

menghasilkan pertambahan bobot badan secara optimal (Afrizal, 2021).

6. Manajemen Pengelolaan Limbah

Beberapa hal yang dapat dilakukan terhadap limbah peternakan sapi

pedaging antara lain adalah penggunaan feses sapi sebagai pupuk alami dengan

pengolahan yang sederhana menjadi pupuk kandang memiliki nilai jual yang

tinggi serta kualitas yang baik. Pemanfaatan feses menjadi pupuk organik dapat

meningkatkan kesuburan tanah dan menyediakan unsur hara yang cukup bagi

tanaman, pupuk menjadi kebutuhan utama para petani untuk mengelola tanaman

seperti padi, jagung, kacang dan tanaman lain. Masyarakat perkotaan yang
memanfaatkan pekarangan di sekitar rumahnya juga cenderung memilih pupuk

berlabel organik sebagai penyubur tanamannya karena dinilai lebih sustainable

dan tidak mencemari lingkungan (Prambudi, 2020).

Pengolahan limbah sapi potong hampir dapat ditangani sesuai dengan

standar dan dapat dibuang ke sungai sebab sudah tidak mencemari lingkungan.

Bentuk pemanfaatan limbah yang dilakukan yaitu dengan mengubah kotoran

ternak menjadi pupuk kompos dan biogas. Sedangkan untuk Urine sapi digunakan

sebagai Biourine (Jannah, 2022).

Limbah kotoran ternak merupakan bahan organik yang berkualitas

untuk dapat dijadikan sebagai pupuk. Pupuk organic dapat diolah dari

tanaman maupun hewan menjadi harayaitu C-Organik yang bermanfaat dalam

pembenahan tanah. Terdapat dua jenis pupuk organik berdasarkan bentuknya

yaitu pupuk padat dan pupuk cair. Pupuk organik memiliki fungsi sebagai

penyubur tanaman dan juga menyediakan nutrisi bagi tanaman (Purnamasari

et al., 2022).

Limbah Feses dapat dikumpulkan dibawa langsung Dump truck menuju

tempat penampungan limbah atau diangkut langsung menggunakkan angkong

(kereta sorong). Limbah diolah menjadi pupuk kandang tanpa penambahan bahan

apapun dengan teknik pembuatan pupuk kandang secara terbuka yaitu dengan

cara pengeringan menggunakan matahari selama 3 sampai 7 hari hingga tekstur,

warna dan aromanya berubah (Daulay, 2021).

7. Manajemen Reproduksi
Dalam upaya peningkatan tingkat reproduksi dari ternak sapi potong

dibutuhkan pengelolaan atau manajemen kesehatan reproduksi yang baik.

Manajemen kesehatan reproduksi ternak merupakan proses perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian faktor-faktor reproduksi melalui

optimalisasi sumber daya yang tersedia agar produktivitas ternak dapat maksimal,

kesehatan ternak dapat dioptimalkan dan kualitas reproduksi ternak dapat

ditingkatkan sesuai dengan standar yang diinginkan (Unsunnidhal et al., 2021).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen reproduksi sapi

potong adalah deteksi estrus atau pengamatan birahi, waktu perkawinan yang

tepat, serta jarak antara kelahiran dan kawin kembali. Sebagian besar peternak

sudah mengetahui ciri sapi betina birahi tetapi belum memahami waktu terbaik

dilakukan inseminasi buatan sehingga pemberian pemahaman kepada peternak

terkait rekording kebuntingan dan kelahiran, gejala birahi, pelaksanaan inseminasi

buatan, dan pemantauan gangguan reproduksi, sehingga dengan adanya

peningkatan manajemen reproduksi sapi potong dapat menurunkan kejadian

gangguan reproduksi. Tampilan reproduksi sapi dapat dicapai dengan

mempertahankan skor kondisi tubuh induk >3, deteksi birahi yang tepat, waktu

perkawinan 60-90 hari pada sapi induk terutama sapi jenis Peranakan Ongole

setelah beranak dan penyapihan pedet pada umur 5-6 bulan (Qisthon, 2023).

Faktor penyebab rendahnya perkembangan populasi sapi potong adalah

teknik manajemen reproduksi yang kurang tepat, yakni manajemen perkawinan

yang kurang tepat, pengamatan birahi dan waktu kawin tidak tepat, rendahnya

kualitas atau kurang tepatnya pemanfaatan pejantan pada sistem kawin alam,
keterampilan mengawinkan ternak rendah, rendahnya pengetahuan peternak

tentang kawin suntik/IB serta pemanfaatan hormon rerpoduksi yang kurang

optimal. Pada pola perkawinan yang menggunakan pejantan alam, biasanya

peternak mengalami kesulitan memperoleh pejantan yang berkualitas, sehingga

pedet yang dihasilkan mutunya rendah, bahkan berindikasi adanya perkawinan

sedarah (Inbreeding). Penurunan efisiensi reproduksi dipengaruhi juga oleh faktor

manajemen perkawinan yang tidak sesuai dengan kondisi dan lingkungan

sekitarnya (Sirat et al., 2022).

Perbaikan program perkawinan sapi potong dengan serius dan efektif

harus diperlukan untuk meningkatkan angaka kebuntingan dan kelahiran pada sapi

potong. Inseminasi buatan sebagai salah satu teknologi yang diperkenalkan

kepada peternak merupakan suatu program yang ditujukan untuk meningkatkan

produksi ternak. Teknologi inseminasi buatan pada ternak sapi potong, memberi

peluang pada peternak untuk meningkatkan populasi sapi potong yang

dipeliharanya dan meningkatkan pendapatan peternak (Anwar et al., 2022).

8. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah pedoman wajib untuk

diketahui dan diimplementasikan oleh setiap pelaku kerja pada industri

diberbagai bidang seperti bidang peternakan. Undang-Undang Keselamatan

Kerja No.1 Tahun 1970, Peraturan Menteri Tenaga Kerja Per.05/MEN/1996

tentang Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja telah mengatur

program K3. Kegiatan produksi pada industri bidang peternakan merupakan

salah satu kegiatan yang paling berbahaya bagi pekerjanya. Pekerjaan diindustri
peternakan memiliki risiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi (Atmoko dan

Budisatria, 2021).

Perlindungan tenaga kerja memiliki beberapa aspek salah satunya adalah

perlindungan terhadap keselamatan saat bekerja. Perlindungan terhadap

keselamatan pekerja dimaksudkan agar pekerja dapat merasa aman dan nyaman

saat melakukan pekerjaannya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan

produktivitas pekerja keselamatan kerja menunjuk pada perlindungan

kesejahteraan fisik dengan tujuan mencegah terjadinya kecelakaan cedera terkait

dengan pekerjaan, keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan

mesin, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. terdapat tiga alasan

keselamatan kerja merupakan keharusan bagi setiap perusahaan untuk

melaksanakannya, antara lain alasan moral, hukum dan ekonomi (Dewi dan

Wahyuningsih, 2023).

Adapun indikator-indikator keselamatan dan kesehatan kerja yaitu keadaan

lingkuan tempat kerja, penyusunana dan penyimpanan barang-barang yang

berbahaya kurang di perhitungkan keamanannya. Ruang kerja yang terlalu padat

dan sesak. Pengaturan udara, pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik

(ruang kerja kotor, berdebu, dan berbau tidak sedap) dan suhu udara yang tidak

dikondisikan. Pengaturan penerangan, pengaturan dan penggunaan sumber cahaya

yang tidak tepat. Ruang kerja yang kurang cahaya atau remang-remang.

Pemakaian peralatan kerja, pengamanan peralatan kerja yang sudah using atau
rusak. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan yang baik

(Vernando, 2022).

BAB III

METODE PRAKTIKUM LAPANGAN

A. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum lapangan ini yaitu

pada hari Sabtu tanggal 2 Desember 2023 pukul 06.00-12.00 WITA yang

bertempat di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Terang-

terang, Desa Popo, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum lapangan ini

yaitu sebagai berikut:

1. Alat

Alat yang digunakan dalam praktek lapang adalah alat tulis, Handphone,

pita ukur, sekop, sapu, Chopper, sepatu Boot, tempat pakan dan minum.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktek lapang adalah air, pakan ampas

tahu, pakan hijauan dan sapi.


C. Prosedur kerja

1. Pendugaan umur

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Memasukkan sapi ke dalam kandang jepit

c. Membuka mulut sapi

d. Mengamati susunan gigi pada sapi

e. Mencatat hasil pengamatan

f. Mengambil dokumentasi

2. Pendugaan bobot badan

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Memasukkan sapi ke dalam kandang jepit

c. Mengukur lingkar dada dan panjang badan pada sapi

d. Mencatat hasil pengamatan

e. Mengambil gambar hasil pengamatan

3. Manajemen Perkandangan

a. Menyediakan lahan kandang yang mudah didapatkan pakan untuk ternak


b. Memperhatikan kebersihan kandang
4. Manajemen Pemberian Pakan

a. Menyediakan pakan untuk ternak berupa hijauan


b. Menyediakan pakan konsentrat
c. Memberikan pakan sesuai kebutuhan ternak
5. Pengolahan Limbah

a. Mengumpulkan limbah ternak berupa kotoran ternak dan urine


b. Mengolah limbah ternak berupa biogas pupuk kompos.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil praktek lapangan sebagai berikut

Tabel 1. Hasil penentuan umur berdasarkan susunan gigi sapi.


No Kode Umur Gambar
Ternak (Dugaan)
1 Sapi 1 4,5 tahun

2 Sapi 2 1,5 tahun

3 Sapi 3 1,5 tahun

4 Sapi 4 2 tahun

5 Sapi 5 5 tahun
6 Sapi 6 3,5 tahun

7 Sapi 7 2 tahun

8 Sapi 8 6 tahun

Sumber: Pusat Pelatihan Pertanian Dan Pederaan Swadaya (P4S) Terang-Teran


Desa Popo, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, 2023.

Jenis ternak : Sapi Bali, Angus, Limosin dan Peranakan Ongol

Nama Peternak : H. A. Haris Nai

Data ukuran tubuh ternak

Tabel 2. Hasil pengukuran tubuh Ternak.


No Kode Lingkar Panjang Dugaan Bobot
Ternak dada (cm) Badan (cm) badan (kg)
1 Sapi 4 190 134 446

2 Sapi 5 132 115 184

3 Sapi 6 180 112 334

4 Sapi 7 130 147 229

5 Sapi 8 129 94 114

Sumber: Pusat Pelatihan Pertanian Dan Pederaan Swadaya (P4S) Terang-Terang,


Desa Popo, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, 2023.
 Sapi 4

BB = LD2 x PB
10840
= 1902 x 134
10840
= 36.100 x 134
10840
= 446
 Sapi 5

BB = LD2 x PB
10840
= 1322 x 115
10840
= 17. 424 x 115
10840
= 184
 Sapi 6

BB = LD2 x PB
10840
= 1802 x 112
10840
= 32. 400 x 112
10840
= 334
 Sapi 7

BB = LD2 x PB
10840
= 1302 x 147
10840
= 16.900 x 147
10840
= 229
 Sapi 8

BB = LD2 x PB
10840
= 1292 x 94
10840
= 16. 641 x 94
10840
= 114
Nama Peternak/Peternakan : H. A. Haris Nai
Alamat : Pusat Pelatihan Pertanian Dan Pederaan Swadaya
(P4S) Trang-Terang Desa Popo Kecamatan Galesong
Selatan Kabupaten Takalar.
Jenis ternak yang dipelihara : Sapi Bali, Angus, Limosin dan Peranakan Ongol

Jumlah ternak : 15
Luas kandang : 9 m2
Tabel 3. Hasil pengamatan Kondisi Kandang Peternakan.
No Variabel yang Diamati Hasil Pengamatan

1 Kondisi umum kandang Kondisi kandang dekat dari


(lokasi,tata letak dll). pemukiman dan dekat jalan raya.
2 Konstruksi kandang (permanan, Permanen.
semi Permanen dll).
3 Model kandang Individu dan koloni, head to head
(individu/koloni), posisi ternak
(tail to tail /head to head/koloni
dll).
4 Luas Kandang dibanding jumlah 3 m/ekor untuk sapi dewasa dan 1,5
ternak yang dipelihara (m2/ekor) m/ekor untuk sapi dara jadi total luas
kandang untuk sapi dewasa 9 m2.
5 Kondisi lantai (bahan, Menggunakan beton dengan
kemiringan, dll). kemiringan 5o
6 Kondisi dinding (bahan, Bambu dan beton
konstruksi dll).
7 Kondisi atap (bahan, konstruksi Seng
dll).
8 Kondisi sirkulasi udarah. Baik karena kandang yang digunakan
kandang terbuka
9 Tempat pakan dan minum Lengkap dan layak
(letak,bahan, ketinggian,system
pemberian pakan dan cara
membersihkan).
10 Peralatan kandang. Skop, coper, gerobak, selang, baskom
dan ember
11 Jumlah tenaga kerja. 3 orang

12 Sistem pemeliharaan (dry lot/ Kombinasi


pasture/ kombinasi).
Sumber: Pusat Pelatihan Pertanian Dan Pederaan Swadaya (P4S) Terang-Terang,
Desa Popo, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, 2023.
Tabel 4. Hasil evaluasi manajemen perkandangan
No Variabel yang Diamati Hasil Evaluasi

1 Kondisi umum kandang (lokasi,tata Kondisi kandang dekat dari


letak dll). pemukiman dan dekat jalan raya
2 Konstruksi kandang (permanan, Permanen
semi Permanen dll).
3 Model kandang (individu/koloni), Individu dan koloni, head to head
posisi ternak (tail to tail /head to
head/koloni dll).
4 Luas Kandang dibanding jumlah 3 m/ekor untuk sapi dewasa dan 1,5
ternak yang dipelihara (m2/ekor) m/ekor untuk sapi dara jadi total
luas kandang untuk sapi dewasa 9
m2 dengan total 3 sapi.
5 Kondisi lantai (bahan, kemiringan, Layak (bahan kontruksi dari beton
dll). dengan kemiringan 5o).
6 Kelayakan dinding (bahan, Kurang layak karena menggunakan
konstruksi dll). bambu yang mulai rapu.
7 Kelayakan atap (bahan, konstruksi Layak menggunakan seng
dll).
8 Kelayakan sirkulasi udarah. Layak karena kandang yang
digunakan kandang terbuka
9 Kelayakan tempat pakan dan Lengkap dan layak
minum (letak,bahan,
ketinggian,system pemberian pakan
dan cara membersihkan)
10 Kelayakan peralatan kendang Skop, coper, gerobak, selang,
baskom dan ember (layak dan
lengkap)
11 Jumlah tenaga kerja 3 orang

12 Sistem pemeliharaan (dry lot/ Kombinasi


pasture/ kombinasi)
Sumber: Pusat Pelatihan Pertanian Dan Pederaan Swadaya (P4S) Terang-Terang,
Desa Popo, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, 2023.
Nama Peternak : H. A. Haris Nai
Alamat : Pusat Pelatihan Pertanian Dan Pederaan Swadaya (P4S) Trang
Terang Desa Popo Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten
Takalar

Jumlah Ternak : 15
Tabel 5. Hasil manajemen pakan peternakan
No Variabel yang Diamati Hasil Pengamatan/

Wawancara

1 Jenis pakan Hijauan, ampas tahu dan air cuka


2 Hijauan a. Rumput gajah
b. Jerami jagung
3 Kosentrat a. Ampas tahu
b. Dedak
4 Metode pemberian pakan Combinasi
(dibawah ke kandang/di
gembalakan).
5 Frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari (pagi dan sore).
6 Jumlah pakan yang diberikan Dedak 2-5 kg, hijauan dan ampas tahu
(kg/ekor/hari) tidak dibatasi
7 Pemberian pakan fregmentasi Tidak ada
(ada/tidak ada) jika ada tuliskan
jenisnya
8 Kondisi dan konstruksi tempat Baik dan layak
pakan
9 Kondisi dan konstruksi tempat Baik dan layak
minum
Sumber: Pusat Pelatihan Pertanian Dan Pederaan Swadaya (P4S) Terang-Terang,
Desa Popo, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, 2023.

Nama Peternak : H. A. Haris Nai


Umur : 65 tahun
Alamat : Pusat Pelatihan Pertanian Dan Pederaan Swadaya (P4S) Trang
Terang Desa Popo Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten
Takalar.
Tabel 6. Hasil kuesioner wawancara pengolahan Limbah
No Variabel yang Sering Akdang - Tidak

Diamati Kadang Prnah

1. Melaksanakan ✔
pengumpulan
limbah
Jika ya, bagaimana Limbah di kumpulkan di teng
metodenya
2. Mengangkut limbah ✔
di bawah ke tempat
lain/di buang
Jika ya, bagaimana Limbah di angkut ke teng di olah jadi biogas
metodenya kemudian di teruskan ke lahan pertanian jadi
pupuk organik
3. Melakukan ✔
pemisahan jenis
limbah
Jika ya, bagaimana Limbah langsung di angku ke teng
metodenya
4. Meyimpan limbah ✔
ternak
Jika ya, bagaimana Limbah di kumpulkan di teng di olah jadi biogas
metodenya dan pupuk organik
5. Manfaat limbah ✔
sebagai pupuk
kendang
Jika ya, bagaimana Setelah limbah diolah jadi biogas dijadikan pupuk
metodenya organik.
6. Manfaat Limbah ✔
sebagai biogas
Jika ya, bagaimana Limbah di kumpulkan teng kemudian di olah jadi
metodenya biogas.
7. Manfaat limbah ✔
sebagai pakan ternak
Jika ya, bagaimana Limbah limbah pertanian di olah dan di jadikan
metodenya pakan di berikan ke ternak.
Sumber: Pusat Pelatihan Pertanian Dan Pederaan Swadaya (P4S) Terang-Terang,
Desa Popo, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, 2023.

Anda mungkin juga menyukai