Oleh:
produksinya Ternak potong merupakan salah satu penghasil daging yang memiliki
nilai gizi dan ekonomi tinggi. Ternak potong adalah ternak yang dipelihara yang
dikembangkan.
dengan kambing Kacang dengan 50% lebih tinggi kambing Etawah. Kambing PE
periode yang ditentukan, meliputi litter size, bobot sapih, service per conception,
kambing yang dipelihara atau dijinakkan dari kambing liar Asia Barat Daya dan
Eropa Timur. Kambing merupakan anggota dari keluarga Bovidae dan bersaudara
dengan biri-biri karena keduanya tergolong dalam sub famili Caprinae. Terdapat
lebih 300 jenis kambing yang berbeda-beda. Kambing adalah salah satu di antara
spesies yang paling lama diternakkan, yaitu untuk susu, daging, bulu, dan kulit di
seluruh dunia.
Manajemen pemeliharaan merupakan tata cara yang umum digunakan para
baik dapat dilihat dari sistem pemeliharaan yang sesuai dengan kebutuhan ternak.
kambing etawa. Oleh karena itu,jenis kambing ini mempunyai sifat mendekati
kambing etawa dan sebagian lainnya mendekati sifat kambing kacang. Kambing
PE merupakan penghasil susu dan memiliki daya adaptasi yang baik terhadap
penghasil susu dan daging. Persilangan kambing perah lokal dengan kambing
perah eksotik yang memiliki produksi susu tinggi diharapkan dapat menghasilkan
ternak silangan (komposit) yang memiliki daya adaptasi tinggi dan produksi susu
otot, dan lambung. Disamping itu, susu kambing juga memiliki kandungan
nutrient atau gizi lengkap yang dibutuhkan oleh manusia untuk tumbuh kembang
Kacang lokal dengan kambing Etawa. Peranakan etawa memiliki ciri cirinya yaitu
bulu badannya belang karena hasil percampuran warna bulu kambing etawa dan
kacang. Selain itu, memiliki telinga panjang, antara 18-30 cm, lembek
menggantung dan ujungnya agak berlipat, ujung tanduk agak melengkung, tubuh
panjang di bagian leher, pundak, punggung dan paha, bulu paha panjang dan tebal
(Salman, 2019).
tradisional dapat diberikan secara langsung (cut and carrry) pada ternak kambing
tergantung musim, pada musim penghujan pakan masih dapat tercukupi namun
2018).
kebutuhan zat gizi lebih banyak sehingga kambing berusaha memenuhi kebutuhan
konsumsi bahan kering pakan pada kambing PE dapat dijadikan indikasi untuk
menentukan konsumsi nutrisi yang lain dari pakan tersebut, artinya bahwa
silase dan limbah serat tanaman. Pakan hijauan biasanya kandungan seratnya
untuk akan ruminansia biasanya adalah rumput, baik yang sengaja ditanam seperti
rumput gajah dan setaria maupun rumput lapangan, limbah pertanian seperti
jerami dan pucuk tebu. Pemberian pakan berupa hijauan saja tidak akan mampu
berbagai aktivitas dari ternak. Jenis kandang meliputi kandang individu, kandang
Kandang yang dibangun bukan saja sekedar melindungi ternak dari hujan,
panas, dingin dan angin kencang atau melindungi dari pencuri dan hewan
baik. Kandang yang baik yaitu jauh dari pemukiman penduduk, ventilasi dan suhu
udara kandang yang baik, efisien dalam pengelolaan, kuat dan tahan lama, tidak
baik dapat dilihat dari sistem pemeliharaan yang sesuai dengan kebutuhan ternak.
seadanya, sehingga produktivitas yang tinggi sulit dicapai dan salah satu sumber
ternak, memberi pakan dan menjual ternak jika perlu dijual. Hal tersebut belum
dan secara keilmuan, yaitu melalui tahap persiapan lokasi, persiapan kandang,
biosekuriti dengan higienitas dan sanitasi kandang, manajemen pakan yang baik
serta pemberian multivatamin dan obat cacing secara teratur. Dengan penerapan
salah satu kunci keberhasilan suatu usaha peternakan (Sukoco dkk,, 2023).
umur berahi pertama tertunda, daya reproduksi terganggu, efisiensi pakan rendah,
dan kematian terna. Ciri-ciri kambing sehat adalah lincah, aktif, rasa ingin tahu
terhadap lingkungannya dan kepala tegak, tubuh berdiri tegak dengan keempat
kaki, berespon terhadap lingkungannya. Selain itu, kambing sehat terlihat dari
bulu mengkilap, bercahaya, mata terang dan lubang hidung bersih dan suhu tubuh
normal berkisar antara 38,6OC hingga 40,6OC dengan rataan 39,3OC (Bambar,
2019).
penyakit. Ternak yang sakit atau kesehatannya yang buruk akan menyebabkan
terdapat beberapa penyakit pada ternak yang dapat menular ke manusia yang
Beberapa penyakit pada sapi dan kambing yang bersifat zoonosis seperti anthrax,
2020)
tempat tinggal ternak atau kandang dan lingkungannya dalam rangka untuk
dilakukan setiap hari dari kotoran feces dan urin. Jika ketersediaan air cukup
sebaiknya pembersihan kandang dilakukan menggunakan air. Kebersihan
yang tumbuh liar. Peternak melakukan pembersihan tempat pakan dan minum
pada saat kambing mau diberikan pakan dan minum (Yusriani, 2022).
III. METODELOGI PRAKTIKUM
Aegagrus Hircus) dilaksanakan pada hari Minggu, 7 Mei – 28 Mei 2023 pukul 06-
00 WITA dan 16.00 WITA, bertempat di Laboratorium Ilmu Ternak Potong Kerja
3.2.1. Alat
Kambing Etawa (Capra Aegagrus Hircus) yaitu dapat dilihat pada Tabel 1.
3.2.2. Bahan
Potong Kambing Etawa (Capra Aegagrus Hircus) yaitu dapat dilihat pada Tabel
2.
1. Asistensi
4. Menimbang kambing pada hari pertama dan pada hari terakhir praktikum
8. Membuat laporan
33−31
PBBH = =0 , 09 Kg
21
Konsumsi Bahan Kering Pakan dapat dihitung dengan rumus di bawah ini
Konsumsi BK =( Jml pakanyangdiberikan – Jml pakansisa ) x %BK pakan
Konsumsi BK harian
Kon versi pakan=
PBB
2 ,3
Konversi pakan= =25 ,5
0 , 09
4.2. Pembahasan
ternak potong kambing etawa (capra aegagrus hircus) yang mulanya memiliki
hari memperoleh PBBH 0,09 kg. Hal ini sesuai dengan pendapat (Rostini, 2017)
yang menyatakan kambing jenis etawa lebih efisien dalam penyerapan protein
yaitu protein yang diserap oleh tubuh ternak dalam bentuk asam amino dan
badan di sebabkan pakan hijauan yang berprotein tinggi karena rotein pakan yang
lebih tinggimenyebabkan PBBH kambing lebih besar. Hal ini disebabkan karena
menjadi daging.
bahan kering yang cukup rendah yaitu sebesar 2,3% dari hasil pemeliharaan
selama 21 hari. Hal ini sesuai dengan pendapat (Suparma dkk,, 2016) yang
dan lignin pada hijauan. Bahan pakan yang mengandung serat kasar yang tinggi
(Suparjo, 2013) yang menyatakan bahwa konsumsi bahan kering di bawah standar
kebutuhan ternak sering terjadi karena pakan lebih tahan terhadap pemecahan
dan kecernaan mempunyai hubungan yang erat dengan konsumsi bahan kering.
pakan sebesar 25,5% dari hasil pemeliharaan selama 21 hari. Hal ini sesuai
dengan pendapat (Alwi, 2015) menyatakan bahwa semakin tinggi nilai konversi
pakan berarti pakan yang digunakan untuk menaikkan bobot badan persatuan
berat semakin banyak atau efisiensi pakan rendah. Hal juga dinyatakan oleh
(Hakim, 2019) yang menyatakan bahwa konversi pakan merupakan jumlah pakan
kandungan serat kasar pakan. Serat kasar yang tinggi dalam pakan akan
5.1. Kesimpula
Berdasarkan uraian pembahasan mengenai praktikum manajemen
nilai PBBH sekitar 0,09 kg, konsumsi bahan kering 2,5% dan konfersi pakannya
5.2. Saran
diharapkan kedepannya kakak bisa menjadi lebih ramah kepada semua peserta
pratikum.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Arfan. 2015. Pertambahan Bobot Badan dan Konversi Pakan Ternak
Kambing Peranakan Etawa yang Diberi Pakan Silase Jerami Padi dan
Daun Gamal (Gliricidia sepium). Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Aisah dan MI Haris. 2020. Pengaruh Manajemen Pemeliharaan terhadap
Penerimaan Peternakan Sapi Potong Rakyat Kutai Barat. Jurnal
Peternakan Lingkungan Tropis. 3(2): 56-63
Amrudin R, P Sambodho dan TH Suprayogi. 2014. Pengaruh Frekuensi
Pemberian Hijauan Tang Berbeda Terhadap Produksi Dan Bahan Kering
Susu Kambing Perah. Animal Agriculture Journal. Vol 3(2): 242-248.
Bambar MM, L Doloksaribu dan IGAA Putra. 2019. Profil Kesehatan Kambing
Peternakan Etawa yang diberi Probiotik pada Peternakan Rakyat di
Kampung Bugis Desa Sarangan Bali. Jurnal Peternakan Tropika.
Purbowati E,I Rahmawati I dan E Rianto. 2015. Jenis hijauan pakan dan
kecukupan nutrien kambing Jawarandu di Kabupaten Brebes Jawa
Tengah.Jurnal Pastura 5(1): 10-14.
Rostini T dan I Zakir. 2017. Pervormans Produksi Jumlah Nematode Usus dan
Profil Metabolic Darah Kambing yang Diberi Pakan Hijauan Rawa
Kalimantan. Jurnal Veteriner. Vol. 18(3): 467-477.
Rusdiana S, I Praharani dan Sumanto. 2015. Kualitas dan produksi susu kambing
perah persilangan di Indonesia. Jurnal Litbang Peternakan. Vol. 34(2): 79-
86.