Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum Ilmu Ternak Potong

MANAJEMEN PEMILIHARAAN TERNAK POTONG KAMBING

ETAWA (CAPRA AEGAGRUS HIRCUS)

Oleh:

NAMA : PUTRI RAHAYU FADILA


STAMBUK : L1A1 21240
KELAS : E
KELOMPOK : IIII (TIGA)
ASISTEN : LA ODE MAULID

LAB. UNIT TERNAK POTONG, KERJA, DAN SATWA HARAPAN


JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ternak adalah hewan yang sengaja dipelihara manusia untuk diambil

produksinya Ternak potong merupakan salah satu penghasil daging yang memiliki

nilai gizi dan ekonomi tinggi. Ternak potong adalah ternak yang dipelihara yang

kemudian dipotong untuk diambil dagingnya. Disamping itu, produksi ternak

potong di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan permintaan daging

sehingga usaha penggemukanternak potong mempunyai potensi yang baik untuk

dikembangkan.

Kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing Etawah dari India

dengan kambing Kacang dengan 50% lebih tinggi kambing Etawah. Kambing PE

cukup potensial dikembangkan sebagai penyedia daging dan susu. Kambing PE

yang disilangkan dengan kambing lokal mempunyai produktivitas dan beberapa

sifat unggul yaitu mudah beradaptasi dengan lingkungan tropis. Produktivitas

merupakan kemampuan ternak kambing untuk menghasilkan produksi dari tiap

periode yang ditentukan, meliputi litter size, bobot sapih, service per conception,

umur pertama dikawinkan, kidding interval, periode kosong

Kambing etawa (Capra aegagrus hircus) merupakan salah satu subspesies

kambing yang dipelihara atau dijinakkan dari kambing liar Asia Barat Daya dan

Eropa Timur. Kambing merupakan anggota dari keluarga Bovidae dan bersaudara

dengan biri-biri karena keduanya tergolong dalam sub famili Caprinae. Terdapat

lebih 300 jenis kambing yang berbeda-beda. Kambing adalah salah satu di antara

spesies yang paling lama diternakkan, yaitu untuk susu, daging, bulu, dan kulit di

seluruh dunia.
Manajemen pemeliharaan merupakan tata cara yang umum digunakan para

peternak dalam memelihara ternak. Pertumbuhan dan perkembangan ternak yang

baik dapat dilihat dari sistem pemeliharaan yang sesuai dengan kebutuhan ternak.

Manajemen pemeliharaan ternak meliputi pemberian pakan, penyediaan pakan,

perkandangan, tenaga kerja, kesehatan dan obat-obatan.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan Manajemen Pemiliharaan

Ternak Potong Kambing Etawa (Capra Aegagrus Hircus).

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan dilakukan praktikum Manajemen Pemiliharaan Ternak Potong

Kambing Etawa (Capra Aegagrus Hircus) yaitu dapat mengetahui pertambahan

PBBH, konversi pakan serta konversi BK.

1.3. Manfaat Praktikum

Manfaat praktikum Manajemen Pemiliharaan Ternak Potong Kambing Etawa

(Capra Aegagrus Hircus) yaitu untuk mengetahui pertambahan PBBH, konversi

pakan serta konversi BK.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kambing Etawa (Capra Aegagrus Hircus)

Kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing kacang dengan

kambing etawa. Oleh karena itu,jenis kambing ini mempunyai sifat mendekati

kambing etawa dan sebagian lainnya mendekati sifat kambing kacang. Kambing

PE merupakan penghasil susu dan memiliki daya adaptasi yang baik terhadap

kondisi lingkungan panas (tropis) sehingga cocok dikembangkan di Indonesia.

Kambing PE disukai peternak karena memiliki fungsi dwiguna, yaitu sebagai

penghasil susu dan daging. Persilangan kambing perah lokal dengan kambing

perah eksotik yang memiliki produksi susu tinggi diharapkan dapat menghasilkan

ternak silangan (komposit) yang memiliki daya adaptasi tinggi dan produksi susu

tinggi (Rusdiana, 2015).

Kambing perah peranakan etawa merupakan jenis tipe ternak dwiguna

dimana menghasilkan produk utama susu kemudian daging. Kambing PE dapat

menghasilkan susu berkisar 0,5-1 liter/hari/ekor. Keistimewaan susu kambing ini

dibandingkan dengan susu sapi sangat banyak khasiatnya diantaranya

menyembuhkan berbagai macam penyakit asma, hepatitis, TBC, anemia, masalah

otot, dan lambung. Disamping itu, susu kambing juga memiliki kandungan

nutrient atau gizi lengkap yang dibutuhkan oleh manusia untuk tumbuh kembang

seperti lemak, laktosa, protein, dan mineral (Salman, 2019).

Kambing jenis peranakan Etawa merupakan hasil persilangan kambing

Kacang lokal dengan kambing Etawa. Peranakan etawa memiliki ciri cirinya yaitu

bulu badannya belang karena hasil percampuran warna bulu kambing etawa dan

kacang. Selain itu, memiliki telinga panjang, antara 18-30 cm, lembek
menggantung dan ujungnya agak berlipat, ujung tanduk agak melengkung, tubuh

tinggi, pipih, bentuk garis punggung mengombak ke belakang, bulu tumbuh

panjang di bagian leher, pundak, punggung dan paha, bulu paha panjang dan tebal

(Salman, 2019).

2.2. Manajemen Pemberian Pakan

Manajemen pemberian pakan pada ternak kambing yang dilakuan secara

tradisional dapat diberikan secara langsung (cut and carrry) pada ternak kambing

yang dikandangkan. Permasalahan pada ternak kambing di daerah ini adalah

ketersedian pakan tergantung musim dan bersifat fluktuatif. Ternak kambing

memanfaatkan pakan alami seadanya dengan ketersediaan pakan alami yang

tergantung musim, pada musim penghujan pakan masih dapat tercukupi namun

pada musim kemarau ternak kambing terjadi kekurangan pakan (Riswandi,

2018).

Manajemen pemberian pakan dengan mengatur jarak waktu antara pemberian

konsentrat dan hijauan termasuk frekuensi pemberian pakannya sehingga dapat

meningkatkan produktivitas kambing perah. Peningkatan konsumsi bahan kering

pada kambing disebabkan oleh tingkat palatabilitas kambing dan tingkat

kebutuhan zat gizi lebih banyak sehingga kambing berusaha memenuhi kebutuhan

tersebut dengan mengkonsumsi lebih banyak pakan yang tersedia. Tingkat

konsumsi bahan kering pakan pada kambing PE dapat dijadikan indikasi untuk

menentukan konsumsi nutrisi yang lain dari pakan tersebut, artinya bahwa

konsumsi bahan kering berkorelasi positif dengan konsumsi bahan organik,

protein kasar dan energi bruto (Amrudin, 2014).


Pakan ternak ruminansia adalah hijauan dan konsentrat. Pakan hijauan adalah

pakan yang termasuk jenis rumput-rumputan, tanaman leguminosa, aneka jerami,

silase dan limbah serat tanaman. Pakan hijauan biasanya kandungan seratnya

tinggi sehingga cenderung memiliki kecernaan yang rendah. Sumber hijauan

untuk akan ruminansia biasanya adalah rumput, baik yang sengaja ditanam seperti

rumput gajah dan setaria maupun rumput lapangan, limbah pertanian seperti

jerami dan pucuk tebu. Pemberian pakan berupa hijauan saja tidak akan mampu

meningkatkan atau memaksimalkan produksi ternak sehingga perlu suplemen atau

pakan tambahan (Fridarti, 2018).

2.4. Manajemen Perkadangan

Manajemen perkandangan merupakan salah satu bentuk pengelolaan

perkandangan yang meliputi fungsi kandang, jenis-jenis kandang dan tipe-tipe

kandang. Fungsi kandang sebagai tempat berlindung sekaligus berlangsungnya

berbagai aktivitas dari ternak. Jenis kandang meliputi kandang individu, kandang

kelompok, kandang pejantan, kandang beranak, kandang karantina. Manajemen

perkandangan yang belum sesuai dengan persyaratan dapat mengganggu

produktivitas ternak dan berdampak pada lingkungan sekitar (Zaenal, 2020).

Kandang yang dibangun bukan saja sekedar melindungi ternak dari hujan,

panas, dingin dan angin kencang atau melindungi dari pencuri dan hewan

pemangsa tetapi kandang dibangun harus memenuhi persyaratan kandang yang

baik. Kandang yang baik yaitu jauh dari pemukiman penduduk, ventilasi dan suhu

udara kandang yang baik, efisien dalam pengelolaan, kuat dan tahan lama, tidak

berdampak pada lingkungan sekitar serta memudahkan petugas dalam proses


produksi seperti pemberian pakan, pembersihan kandang dan penanganan

kesehatan (Zaenal, 2020).

2.5. Manajemen Pemeliharaan

Manajemen pemeliharaan merupakan tata cara yang umum digunakan para

peternak dalam memelihara ternak. Pertumbuhan dan perkembangan ternak yang

baik dapat dilihat dari sistem pemeliharaan yang sesuai dengan kebutuhan ternak.

Manajemen pemeliharaan ternak meliputi pemberian pakan, penyediaan pakan,

perkandangan, tenaga kerja, kesehatan dan obat-obatan. Umumnya peternakan

kambing menggunakan sistem pemeliharaan tradisional, pakan yang diberikan

seadanya, sehingga produktivitas yang tinggi sulit dicapai dan salah satu sumber

peningkatan ekonomi keluarga. Peningkatan produksi kambing harus dibarengi

dengan sistem pemeliharaan yang baik (Purbowati et al., 2015)

Manajemen pemeliharaan ternak dilakukan secara sederhana, yaitu dengan

memelihara ternaksecara tradisional, yaitu membuatkan kandang, memasukkan

ternak, memberi pakan dan menjual ternak jika perlu dijual. Hal tersebut belum

dapat memenuhi standar dari manajemen pemeliharaan secara berkesinambungan

dan secara keilmuan, yaitu melalui tahap persiapan lokasi, persiapan kandang,

persiapan sapronak, manajemen produksi, manajemen kesehatan dan manajemen

pemasaran. Keberhasilan manajemen pemeliharaan ternak kambing sangat

dipengaruhi oleh kualitas SDM sebagai pelaksananya. Kemampuan peternak

dalam mengelola ternak yang konsisten mendapatkan hasil secara maksimal

(Zulfikar dkk,, 2020).


2.6. Manajemen Kesehatan

Manajemen kesehatan ternak dapat diartikan sebagai proses perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian faktor-faktor produksi melalui

optimalisasi sumberdaya yang dimilikinya agar produktivitas ternak dapat

dimaksimalkan, kesehatan ternak dapat dioptimalkan dan kesehatan produk hasil

ternak. Manajemen kesehatan ternak sangat berhubungan dengan upaya

pencegahan infeksi oleh agen-agen penyebab penyakit melalui upaya menjaga

biosekuriti dengan higienitas dan sanitasi kandang, manajemen pakan yang baik

serta pemberian multivatamin dan obat cacing secara teratur. Dengan penerapan

manajemen kesehatan ternak secara konsisten dan berkelanjutan, diharapkan dapat

meminimalkan dampak negatif penyakit ternak. Kesehatan ternak merupakan

salah satu kunci keberhasilan suatu usaha peternakan (Sukoco dkk,, 2023).

Kesehatan kambing sangat penting, karena bila tatalaksana kesehatan

kambing diabaikan akanmenyebabkan rendahnya produktivitas kambing sekaligus

kerugian sepertipertambahan berat badan harian rendah,dewasa kelamin atau

umur berahi pertama tertunda, daya reproduksi terganggu, efisiensi pakan rendah,

dan kematian terna. Ciri-ciri kambing sehat adalah lincah, aktif, rasa ingin tahu

terhadap lingkungannya dan kepala tegak, tubuh berdiri tegak dengan keempat

kaki, berespon terhadap lingkungannya. Selain itu, kambing sehat terlihat dari

bulu mengkilap, bercahaya, mata terang dan lubang hidung bersih dan suhu tubuh

normal berkisar antara 38,6OC hingga 40,6OC dengan rataan 39,3OC (Bambar,

2019).

Penyakit merupakan kendala utama bagi pengembangan ternak di Indonesia,

terutama peternakan rakyat, sehingga perlu diatasi untuk meningkatkan


produksinya secara maksimal. Selain itu, masih rendahnya pengetahuan peternak

terkait penyakit pada ternak sehingga kurang memperhatikan dalam memelihara

ternaknya, terutama berkaitan dengan pencegahan dan pengendalian suatu

penyakit. Ternak yang sakit atau kesehatannya yang buruk akan menyebabkan

kerugian bagi peternaknya seperti kematian, produksinya menurun dan

mengeluarkan biaya untuk pengobatan dan sebagainya. Selain kerugian tersebut,

terdapat beberapa penyakit pada ternak yang dapat menular ke manusia yang

disebut dengan zoonosis, sehingga akan membahayakan bagi peternaknya.

Beberapa penyakit pada sapi dan kambing yang bersifat zoonosis seperti anthrax,

brucellosis, tuberkulosis, skabies, Q fever dan lain sebagainya (Pratama dkk.,

2020)

2.7. Sanitasi Kandang

Sanitasi kandang adalah kegiatan pencegahan termasuk kebersihan bangunan

tempat tinggal ternak atau kandang dan lingkungannya dalam rangka untuk

menjaga kesehatan ternak sekaligus pemiliknya. Hal-hal yang dapat berpengaruh

terhadap sanitasi kandang, yaitu konstruksi bangunan kandang, lokasi kandang,

kebersihan kandang dan kepadatan parasit. Lokasi kandang seharusnya terpisah

dengan tempat pembuangan feses atau urine (Sirat, 2021).

Tumpukan feses pada kandang dapat membuat lalat berdatangan, sehingga

kambing akan terganggu kenyamanannya dan dapat mengakibatkan stress jika

berlangsung dalam waktu lama. Upaya sanitasi kandang berupa pembersihan

sudah dilakukan peternak tetapi belum rutin dilakukan sehingga dapat

menimbulkan masalah kesehatan. Pembersihan kandang kambing sebaiknya

dilakukan setiap hari dari kotoran feces dan urin. Jika ketersediaan air cukup
sebaiknya pembersihan kandang dilakukan menggunakan air. Kebersihan

lingkungan kandang tidak luput untuk dibersihkan misalnya seperti semak-semak

yang tumbuh liar. Peternak melakukan pembersihan tempat pakan dan minum

pada saat kambing mau diberikan pakan dan minum (Yusriani, 2022).
III. METODELOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Manajemen Pemiliharaan Ternak Potong Kambing Etawa (Capra

Aegagrus Hircus) dilaksanakan pada hari Minggu, 7 Mei – 28 Mei 2023 pukul 06-

00 WITA dan 16.00 WITA, bertempat di Laboratorium Ilmu Ternak Potong Kerja

dan Satwa Harapan, Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Alat yang digunakan pada Manajemen Pemiliharaan Ternak Potong

Kambing Etawa (Capra Aegagrus Hircus) yaitu dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan Kegunaan


No Alat Kegunaan
1. Kamera Mengambil dokumentasi
2. Alat tulis Untuk menulis hasil pengamatan
3. Timbangan Untuk mengukur berat
4. Ember Sebagai wadah penyimpanan makan ternak
5. Sapu lidi Untuk menyapu kotoran ternak
6. Arko Sebagai wadah penampungan kotoran ternak
7. Selang air Untuk memberihkan kandang
8. Karung Sebagai wadah penyimpan makanan

3.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum Manajemen Pemiliharaan Ternak

Potong Kambing Etawa (Capra Aegagrus Hircus) yaitu dapat dilihat pada Tabel

2.

Tabel 2.2.2. Bahan dan Kegunaan


No Bahan Kegunaan
1. Konsentrat Sebagai pakan ternak
2. Pakan hijauan Sebagai pakan ternak
3. Air Sebagai minuman ternak
4. Kambing etawa (Capra aegagrus Sebagai bahan praktikum
hircus)

3.3. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada pratikum Manajemen Pemiliharaan Ternak

Potong Kambing Etawa (Capra Aegagrus Hircus) sebagai berikut:

1. Asistensi

2. Kegiatan dimulai pada pagi hari 06.00-08.00 dan 16.00-17.00

3. Membersihkan kandang, tempat pakan dan tempat minum

4. Menimbang kambing pada hari pertama dan pada hari terakhir praktikum

5. Memberikan pakan 2 kali sehari pada 06.00 dan 16.00

6. Timbang sisa pakan pagi dan sore

7. Melakukan olah data

8. Membuat laporan

3.4. Analisis Data

Adapun analisis dari pratikum Manajemen Pemiliharaan Ternak Potong

Kambing Etawa (Capra Aegagrus Hircus) sebagai berikut:

1. Pertambahan Berat Badan Harian (PBBH) Ternak dihitung dengan rumus :

Berat Badan Akhir – Berat Badan Awal


PBBH =
Lama Pemeliharaan

33−31
PBBH = =0 , 09 Kg
21

Konsumsi Bahan Kering Pakan dapat dihitung dengan rumus di bawah ini
Konsumsi BK =( Jml pakanyangdiberikan – Jml pakansisa ) x %BK pakan

Konsumsi BK =( 105−25 , 4 ) x 3 %=2 , 3 %

2. Konversi Pakan dihitung dengan rumus di bawah ini

Konsumsi BK harian
Kon versi pakan=
PBB

2 ,3
Konversi pakan= =25 ,5
0 , 09

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum Manajemen Pemiliharaan Ternak Potong

Kambing Etawa (Capra Aegagrus Hircus)dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengamatan


No PBBH BK Konversi Pakan
1. 0,09 2,3 25,5

4.2. Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dalam manajemen pemiliharaan

ternak potong kambing etawa (capra aegagrus hircus) yang mulanya memiliki

bobot badan 31 kg dan bertambah menjadi 32 kg dengan waktu pemeliharaan 21

hari memperoleh PBBH 0,09 kg. Hal ini sesuai dengan pendapat (Rostini, 2017)

yang menyatakan kambing jenis etawa lebih efisien dalam penyerapan protein

yaitu protein yang diserap oleh tubuh ternak dalam bentuk asam amino dan

ketersediaan protein yang cukup akan meningkatkan aktivitas pertumbuhan

mikoorganisme sehingga proses pencernaan dan konsumsi serta berat badan

meningkat. Menurut (Hidayat, 2016) menyatakan bahwa pertambahan bobot

badan di sebabkan pakan hijauan yang berprotein tinggi karena rotein pakan yang

lebih tinggimenyebabkan PBBH kambing lebih besar. Hal ini disebabkan karena

protein merupakan zatmakanan yang berfungsi untuk efesiensi penggunaan energi

menjadi daging.

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dalam manajemen pemiliharaan

ternak potong kambing etawa (capra aegagrus hircus) memperoleh konsumsi

bahan kering yang cukup rendah yaitu sebesar 2,3% dari hasil pemeliharaan

selama 21 hari. Hal ini sesuai dengan pendapat (Suparma dkk,, 2016) yang

menyatakan bahwa rendahnya persentasekecernaan BK tersebut akibat dari


tinggat degradasi pakan yang berbeda yang disebabkan oleh kandungan seratkasar

dan lignin pada hijauan. Bahan pakan yang mengandung serat kasar yang tinggi

akan menurunkan nilai kecernaan zat-zat makanan lainnya. Menurut pendapat

(Suparjo, 2013) yang menyatakan bahwa konsumsi bahan kering di bawah standar

kebutuhan ternak sering terjadi karena pakan lebih tahan terhadap pemecahan

selama pengunyahan (chewing) yang akan menurunkan kecernaan bahan kering

dan kecernaan mempunyai hubungan yang erat dengan konsumsi bahan kering.

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dalam manajemen pemiliharaan

ternak potong kambing etawa (capra aegagrus hircus) memperoleh konfersi

pakan sebesar 25,5% dari hasil pemeliharaan selama 21 hari. Hal ini sesuai

dengan pendapat (Alwi, 2015) menyatakan bahwa semakin tinggi nilai konversi

pakan berarti pakan yang digunakan untuk menaikkan bobot badan persatuan

berat semakin banyak atau efisiensi pakan rendah. Hal juga dinyatakan oleh

(Hakim, 2019) yang menyatakan bahwa konversi pakan merupakan jumlah pakan

yang dikonsumsi untuk mendapatkan kenaikan satu satuan bobot hidup.

Kemudian dikatakan bahwa tingginya konversi pakan dapat terkait dengan

kandungan serat kasar pakan. Serat kasar yang tinggi dalam pakan akan

menyebabkan daya cerna menjadi kecil, sehingga konversi pakan merupakan

integrasi dari daya cerna.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpula
Berdasarkan uraian pembahasan mengenai praktikum manajemen

pemiliharaan ternak potong kambing etawa (capra aegagrus hircus) memperoleh

nilai PBBH sekitar 0,09 kg, konsumsi bahan kering 2,5% dan konfersi pakannya

25,5% dalam pemeliharaan 21 hari.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat saya berikan adalah sebagai berikut:

5.2.1. Untuk Laboratorium

Sebaiknya labolatorium ini lebih lengkap alat-alatnya dan tersusun rapi

5.2.2. Untuk Asisten

Secara keseluruhan konsep yang dijelaskan sangat muda dimengerti,

diharapkan kedepannya kakak bisa menjadi lebih ramah kepada semua peserta

pratikum.

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Arfan. 2015. Pertambahan Bobot Badan dan Konversi Pakan Ternak
Kambing Peranakan Etawa yang Diberi Pakan Silase Jerami Padi dan
Daun Gamal (Gliricidia sepium). Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Aisah dan MI Haris. 2020. Pengaruh Manajemen Pemeliharaan terhadap
Penerimaan Peternakan Sapi Potong Rakyat Kutai Barat. Jurnal
Peternakan Lingkungan Tropis. 3(2): 56-63
Amrudin R, P Sambodho dan TH Suprayogi. 2014. Pengaruh Frekuensi
Pemberian Hijauan Tang Berbeda Terhadap Produksi Dan Bahan Kering
Susu Kambing Perah. Animal Agriculture Journal. Vol 3(2): 242-248.

Bambar MM, L Doloksaribu dan IGAA Putra. 2019. Profil Kesehatan Kambing
Peternakan Etawa yang diberi Probiotik pada Peternakan Rakyat di
Kampung Bugis Desa Sarangan Bali. Jurnal Peternakan Tropika.

Hakim L, AA Hertanto dan E Susanto. 2019. Pengaruh Penambahan Rendeng


Kedelai dalam Ransum Terhadap Pertambahan Bobot Badan Kambing
Peternakan Etatawa Jantan. Jurnal Ternak. 10(1).

Hidayah N. 2016. Pemanfaatan Senyawa Metabolit Sekunder Tanaman (Tanin


dan Saponin) dalamMengurangi Emisi MetanTernak Ruminansia. Jurnal
Sains Peternakan. 11(2): 89-98.

Purbowati E,I Rahmawati I dan E Rianto. 2015. Jenis hijauan pakan dan
kecukupan nutrien kambing Jawarandu di Kabupaten Brebes Jawa
Tengah.Jurnal Pastura 5(1): 10-14.

Riswandi dan RA Muslima. 2013. Manajemen Pemberian Pakan Ternak Kambing


di Desa Sukamulya Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal
Peternakan Sriwijaya. Vol. 7(2): 21-32.

Rostini T dan I Zakir. 2017. Pervormans Produksi Jumlah Nematode Usus dan
Profil Metabolic Darah Kambing yang Diberi Pakan Hijauan Rawa
Kalimantan. Jurnal Veteriner. Vol. 18(3): 467-477.

Rusdiana S, I Praharani dan Sumanto. 2015. Kualitas dan produksi susu kambing
perah persilangan di Indonesia. Jurnal Litbang Peternakan. Vol. 34(2): 79-
86.

Sukoco H, I Susanti, S Nuraliyah, Marsudi, Agustina, M Irfan dan E Susanti.


2023. Sosialisasi Manajemen Kesetan Ternak Sebagai Upaya Peingkatan
Ketahanan Panga di Desa Tangan Baru Kecamatan Limboro Polewali
Mandar. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 7(1).

Suparman, Hafid H dan LD Baa. 2016. Kajian Pertumbuhan dan Produksi


Kambing Peternakan Etawa Jantan yang diberi Pakan Berbeda. Jitro. 3(3)
Zaenal HM dan M Khairi. 2020. Sistem Manajemen Kandang91 pada Peternakan
Sapi Bali di Cv Enhal Farm. Jurnal Peternakan Lokal. 2(1).

Zulfikar, Hambali, Syarkawi, S Hurri dan A Malik. Pelatihan Manajemen


Pemeliharaan Ternak Kambing Berbasis Lingkungan di Desa Gampong
Raya Dagang Kecamatan Peusang Kabupaten Bireun Provinci Aceh.
Jurnal Pengabdian Kepada Masyrakat. 3(3): 37-40.

Anda mungkin juga menyukai