Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH LIMBAH SAYURAN DENGAN DAUN JAMBU BIJI (Psidium

guajava) SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF DALAM BENTUK WAFER


TERHADAP PRODUKTIVITAS KELINCI

Disusun Oleh :
Kakarai Khairunisya
1635120002

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS INSAN CENDEKIA MANDIRI BANDUNG
2023
BAB 1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Usaha Peternakan adalah sebuah usaha dalam suatu kegiatan yang bertujuan untuk
membudidayakan hewan ternak secara terus menerus sehingga dapat menghasilkan produk
yang dapat dipasarkan, seperti dagingnya, kulitnya, bahkan tubuhnya sendiri untuk
dipasarkan sebagai hewan peiharaan.
Kelinci merupakan hewan ternak yang memiliki keragaman yang unik yaitu dapat
menghasilkan 5 jenis ‘produk’ dari tubuhnya yang dapat dimanfaatkan, yaitu daging , kulit
bulu , kelinci hias , pupuk dan juga dapat digunakan sebagai hewan percobaan pada sebuah
penelitian . Kemampuan biologis kelinci sangatlah tinggi, karena ia mampu melahirkan 10
kali per tahun dengan jumlah anak ± 6 per kelahiran dan mencapai berat 2–3 kg saat umur
4,5–6 bulan. Kelinci dapat dipelihara pada skala kecil maupun besar, dari pemberian pakan
yang sederhana (hijauan dan limbah pertanian/ pangan) maupun pakan komersial.
Usaha ternak kelinci merupakan usaha yang sederhana, mudah dilaksanakan dan
diharapkan dapat memenuhi sebagian kebutuhan protein hewani masyarakat. Ternak kelinci
adalah salah satu komoditas peternakan yang dapat menghasilkan daging berkualitas tinggi,
dimana kandungan protein daging kelinci 18,7%, kadar lemak lebih rendah (6,2%), jika
dibandingkan dengan lemak daging sapi yang dapat mencapai 18,3% sedang lemak domba
17,5 % (Rukmana, 2005). Keunggulan dari daging kelinci yaitu memiliki struktur yang lebih
halus, sedangkan warna dan bentuk daging menyerupai daging ayam sehingga dapat
dijadikan sebagai peluang alternatif untuk kebutuhan sebagai protein hewani (Wibowo dkk,
2016).
Keberhasilan dalam manajemen memproduksi peternakan kelinci dipengaruhi oleh
berbagai faktor, salah satunya yaitu pakan. Faktor pakan ini termasuk kedalam hal yang
sangat penting dalam kegiatan usaha meningkatkan suatu produktivitas hewan ternak. Pakan
merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha peternakan, karena memiliki kontribusi
sebesar 70-80% terhadap keseluruhan biaya produksi peternakan (Direktorat Pakan Ternak,
2012).
Pakan yang berkualitas baik akan dapat menghasilkan kelinci dengan produksi yang
baik dan daging yang berkualitas. Pakan dalam jumlah cukup yang mengandung karbohidrat,
protein, lemak, mineral, vitamin dan air sangat diperlukan. Pakan biasa dihasilkan dari hasil
pertanian, perikanan, bahkan hasil dari peternakan tersebut. Bahan Pakan bisa berasal dari
limbah pertanian hingga limbah sayuran pasar.
Salah satu pakan alternatif yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan kelinci yaitu
campuran berbagai limbah pertanian, dengan menumpuknya limbah sayur mayur yang ada di
pasar dan disekitaran rumah penduduk dapat di adopsikan sebagai pakan ternak kelinci yang
dapat diolah menjadi bentuk wafer. Pakan ternak berbentuk wafer adalah suatu bahan yang
mempunyai dimensi (panjang, lebar, dan tinggi) dengan komposisi terdiri dari beberapa serat
yang sama atau seragam (DitJen Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2012).
Wafer adalah salah satu pakan ternak yang merupakan modifikasi bentuk cube, dalam
proses pembuatannya mengalami proses pencampuran (homogenisasi), pemadatan dengan
tekanan dan pemanasan dalam suhu tertentu. Bahan baku yang digunakan terdiri dari sumber
serat yaitu hijauan dan konsentrat dengan komposisi yang disusun berdasarkan kebutuhan
nutrisi ternak dan dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan dengan tekanan 12
kg/cm2 dan pemanasan pada suhu 120C selama 10 menit (Noviagama, 2002).
Dalam menjaga kesehatan tubuh, Jambu biji adalah salah satu buah yang daunnya
bisa memberikan manfaat kepada makhluk hidup khusunya kelinci. Manfaat daun jambu biji
untuk kelinci sangat banyak sekali. Kesehatan suatu ternak juga dapat diberikan asupan
pakan herbal atau pakan aditif yang bisa menjaga kesehatan ternak kelinci tersebut. Namun,
jarang sekali dalam kehidupan sehari-hari, daun ini dijadikan pakan kelinci.
Oleh sebab itu, daun jambu biji dapat dijadikan sebagai salah satu pakan alternatif.
Dengan caram memberikan selingan daun jambu biji di samping makanan-makanan harian
ternak tersebut, dengan begitu daun jambu biji ini akan menyehatkan bagi tubuh kelinci.
Upaya pengembangan ternak kelinci cukup menjanjikan karena pemeliharaan ternak
kelinci bisa dimulai dengan modal yang tidak terlalu besar. Dari sisi investasi, pemeliharaan
ternak kelinci lebih cepat memberikan hasil karena lebih cepat berkembang biak. Dari sisi
bisnis, ternak kelinci mendorong kita untuk lebih kreatif.

1.2. Rumusan Masalah


1. Pengaruh pemberian wafer limbah sayuran terhadap produktivitas kelinci
2. Berapa jumlah pemberian wafer limbah sayuran dengan daun jambu biji yang baik diberikan
untuk meningkatkan produktivitas kelinci

1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh pemberian wafer limbah sayuran dengan daun jambu biji
terhadap produktivitas kelinci
2. Mengetahui jumlah pemberian wafer limbah sayuran dengan daun jambu biji yang
baik diberikan untuk meningkatkan produktivitas kelinci
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi terbaru dibidang Peternakan tentan
pengaruh pemberian wafer limbah sayuran dengan jambu biji terhadap produktivitas kelinci.
1. 5. Kerangka Pemikiran

Produktivitas Kelinci

Memenuhi kecukupan nutrisi

Pemberian pakan hijauan dari limbah sayuran pasar yang


mengandung bahan organik, yang tersedia menumpuk yang
borpotensi baik untuk dijadikan sebagai pakan alternatif.

Limbah sayuran merupakan pakan sumber serat yang


memiliki kandungan air yang tinggi akan lebih mudah
membusuk

Mengonsumsi terlalu banyak pakan


Pengolahan limbah sayuran serat akan mengakibatkan kelinci
pasar dengan cara dibuat mengalami kaget dan kembung serta
wafer mengkibatkan diare

Penambahan pemberian Daun Jambu Biji untuk menjaga


kesehatan organ pencernaan seperti lambung dan usus,
serta meningkatkan produktivitas kelinci

Pemberian wafer pakan komplit menghasilkan


pertambahan bobot badan

1.6. Hipotesis
Pemberian pakan alternatif berupa wafer limbah sayuran dengan daun jambu biji dapat
meningkatkan produktivitas (pertambahan bobot & konsumsi pakan) serta menjaga
kestabilan kesehatan tubuh kelinci agar terhindar dari diare.
BAB 2. Tinjauan Pustaka

2.1. Kelinci

Kelinci adalah hewan mamalia dari famili Leporidae. Kelinci merupakan hewan yang
berkembangbiak dengan cara beranak yang disebut vivipar. Kelinci memiliki potensi yang
baik untuk dikembangkan pada skala kecil maupun besar. Beternak kelinci dapat untuk
dijadikan usaha yang prospektif dengan keuntungan yang dapat menutup biaya produksi
karena kelinci mampu melahirkan 10–11 kali per tahun dengan rataan 6–7 anak per kelahiran,
oleh sebab itu kelinci mudah berkembang biak dan tumbuh (Iskandar, 2005).
Kelinci merupakan jenis ternak pseudo-ruminasi yaitu herbivora yang tidak dapat mencerna
serat secara baik . Sistematika klasifikasi ternak kelinci sebagai berikut:
Klasifikasi : Ordo : Lagomorpha
Famili : Leporidae
Sub famili : Leporine
Genus : Orictolagus
Spesies : Orictolagus cuniculus. (Sarwono, 2010).
Hampir setiap negara di dunia memiliki ternak kelinci karena kelinci mempunyai daya
adaptasi tubuh yang relatif tinggi sehingga mampu hidup di hampir seluruh dunia. Selain
mudah beradaptasi, kelinci juga sangat gampang dijinakan. Selain itu, kelinci biasanya
dibudidayakan untuk dikonsumsi dagingnya. Ciri-ciri dari kelinci pedaging sendiri yaitu
berbadan lebar dan mudah dikembangbiakan.
Menurut Kartadisastra (1997), Produk yang dihasilkan dari pemeliharaan kelinci adalah
daging, kulit, bulu dan kotoran. Kelinci mempunyai kapasitas reproduksi dan tingkat
pertumbuhan cepat serta mempunyai potensi yang tinggi sebagai penghasil daging dan dapat
dipelihara dengan mudah dan murah (Sitorus et al. 1982). Daging kelinci bila dibandingkan
dengan semua jenis daging ternak dan unggas merupakan daging yang mempunyai kualitas
paling baik, sebab daging kelinci mengandung protein yang paling tinggi dan mempunyai
kadar lemak paling rendah Nugroho (1982) dan Kartadisastra (1997) menjelaskan bahwa
struktur daging kelinci lebih halus dengan warna dan bentuk fisik yang menyerupai daging
ayam.
Dalam upaya mendukung kecukupan nutrisi yang seimbang bagi kelinci, hendaknya
memberikan pakan dedaunan atau hijauan yang berserat halus. Pakan kelinci terdiri dari
rumput atau hijauan, sayuran, dan umbi-umbian serta konsentrat. Jumlah pakan yang
diberikan harus memenuhi kebutuhan kelinci, hal tersebut akan mempengaruhi produktivitas
kelinci. Apabila jumlah energi yang 5 dikonsumsi kelinci melebihi kebutuhan energi maka
akan disimpan sebagai lemak tubuh termasuk lemak daging (Ali dan Wadjdi, 2015).
2.2. Pakan
Pakan ternak dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu hijauan dan konsentrat.
Hijauan ditandai dengan jumlah serat kasar relatif banyak pada bahan keringnya sedangkan
secara umum konsentrat mengandung serat kasar lebih sedikit daripada hijauan tetapi
mengandung karbohidrat, protein dan lemak yang relatif banyak yang jumlahnya bervariasi
dengan jumlah air relatif sedikit (Williamsom dan Payne, 1993). Pakan kelinci yang baik
adalah yang terdiri dari sayuran hijau, jerami, biji-bijian, umbi dan konsentrat.
Hijauan yang diberikan antara lain semacam rumput lapang, limbah sayuran seperti kangkung
dan wortel, daun pepaya, daun talas dan lain-lain. Sedangkan untuk makanan jenis umbi-
umbian seperti ubi jalar, singkong dan lainnya dapat diberikan kepada kelinci sebagai
makanan tambahan. Konsentrat juga diperlukan dalam tambahan makanan kelinci, berfungsi
untuk meningkatkan nilai gizi yang diberikan dan mempermudah penyediaan makanan
(BPPT, 2007)
Menurut Sarwono (2008), jenis pakan yang dipakai tidak bersaing dengan kepentingan
manusia atau ternak industri intensif seperti ayam. Pendayagunaan bahan pakan yang tidak
berasal dari bahan makanan manusia sangat diutamakan dalam peternakan kelinci.
Ditambahkan pula perhari kelinci lokal dapat mengkonsumsi 1kg hijauan yang berasal dari
limbah sayuran atau daun-daunan.
Menurut (Rasyaf 1996) Pakan merupakan faktor terpenting dalam usaha peternakan yang
menentukan produktivitas ternak. Untuk menjamin supaya kelinci dapat berproduksi
dengan baik,sangat dibutuhkan pakan dalam jumlah cukup yang mengandung
karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin dan air.Pakan yang akan diberikan harus
baik dan jelas kualitasnya serta dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dari kelinci. Kelinci pada
masa pertumbuhan membutuhkan Digestible Energy (DE) 2500kkal/kg, TDN 65%,
serat kasar 10=12%, protein kasar 16% dan lemak2% (NRC, 1977). Kelinci dapat
menggunakan protein hijauan secara efesien, reproduksi tinggi, efesien si pakan
yang tinggi dan hanya membutuhkan pakandalam jumlah sedikit (Farel dan
Raharjo,1984).
2.3. Limbah Sayuran
Potensi limbah sayuran jika dikelola dengan baik ternyata cukup besar karena hampir
setiap hari berkilo-kilo limbah sayuran dari pasar yang terbuang. Dengan sedikit pengolahan
atau sekedar dipisahkan dari limbah atau sampah berbahaya maka limbah sayuran ini sudah
bisa dijadikan sebagai bahan pakan ternak alternatif.
Potensi besar limbah sayuran sebagai sumber pakan ternak. Setiap tahun para
peternak kerap kali menghadapi dua situasi yang memerlukan penanganan yang cermat. Pada
musim kemarau mereka sulit memperoleh hijauan pakan ternak dengan jumlah dan mutu
yang memadai. Sementara pada hari-hari biasa mereka kerap menyaksikan begitu banyak
limbah sayuran, terutama dari kegiatan pasar, namun sulit dimanfaatkan untuk pakan ternak,
karena adanya beberapa kelemahan. Limbah sayuran amat mudah busuk, memerlukan tempat
penyimpanan yang luas (bulky), dan ketersediaannya berfluktuasi. Namun selain beberapa
kelemahan tersebut, limbah sayuran sesungguhnya mempunyai potensi yang baik untuk
dijadikan sebagai pakan alternatif. Limbah sayuran banyak mengandung bahan organik.
Menurut (Saenab, 2010), bahwa limbah sayuran berpotensi sebagai bahan pakan
ternak yang memiliki beberapa keuntungan yaitu memiliki nilai ekonomis karena dapat
menghasilkan berbagai produk pakan yang berguna dan harganya yang murah, mudah di
didapat, dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Banyaknya potensi yang dapat
dimanfaatkan dari limbah pertanian, juga terdapat kelemahan yang dimiliki dari limbah
pertanian. Hal ini karena limbah sayuran merupakan bahan organik dan memiliki kandungan
air yang tinggi, sehingga limbah tersebut sebagian besar mudah mengalami pembusukan dan
kerusakan. Maka dari itu, perlu dilakukan pengolahan untuk memperpanjang masa simpan.
Salah satu cara pengolahan limbah sayuran adalah dengan cara pembuatan wafer.
2.4. Wafer
Wafer merupakan pakan sumber serat alami yang dalam proses pembuatannya
mengalami pemadatan dengan tekanan dan pemanasan sehingga mempunyai bentuk ukuran
panjang dan lebar yang sama (Retnani, 2009). Keuntungan wafer menurut Solihin (2015),
adalah kualitas nutrisi lengkap (wafer ransum komplit), mempunyai bahan baku tidak saja
dari hijauan makanan ternak seperti rumput dan legum, tetapi juga dapat memanfaatkan
limbah pertanian dan perkebunan, dan tidak mudah rusak oleh faktor biologis karena
mempunyai kadar air kurang dari 14%, ketersediaannya berkesinambungan karena sifatnya
yang awet dapat bertahan cukup lama sehingga dapat mengantisipasi ketersediaan pakan pada
musim kemarau.
Wafer pakan sebagai sumber hijauan pakan dapat diberikan kepada ternak yang
dikombinasikan dengan pemberian konsentrat. Bila kita memberikan pakan kepada ternak 2
kali sehari, maka berikanlah wafer pakan pada pagi hari, sekitar pukul 06.00. Pada siang hari,
sekitar pukul 12.00, berikan konsentrat. Perbandingan antara wafer pakan dan konsentrat
adalah 50% : 50%.
Pemberian wafer limbah sayuran pasar ini mampu meningkatkan pertambahan bobot
badan domba 24 persen lebih tinggi dibandingkan pakan konvensional. Wafer dari limbah ini
juga aman dikonsumsi ternak karena kandungan logam beratnya masih dalam ambang batas
yang diperbolehkan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI).
Formulasi wafer limbah sayuran dengan komposisi sebagai berikut limbah sayuran
(sawi 15%, wortel 10%, daun kembang kol 20%, kubis 15% dan kentang 5%), molases 5%,
konsentrat 35%, dan garam 0,05%.
2.5. DAUN JAMBU BIJI
Pakan aditif yang dapat digunakan dengan aman dalam diet kelinci untuk
meningkatkan kinerja produktivitasnya adalah Daun Jambu Biji. Pemberian pakan aditif
digunakan dalam jumlah yang sangat kecil dengan tujuan mendapatkan beberapa efek
khusus.Daun Jambu biji (Psidium guajava) adalah pohon tropis kecil yang tumbuh setinggi
35 kaki itu banyak ditanam untuk buahnya di daerah tropis. Daun dan kulit pohon Psidium
guajava memiliki sejarah panjang penggunaan obat-obatan yang masih digunakan sampai
sekarang (Nwinyi et al., 2008).
Hal ini mendukung penggunaan Psidium guajava yang dilaporkan di banyak negara
sebagai obat herbal tradisional. Dalam hal ini, Richard et al. (2013) menunjukkan bahwa
larutan daun tanaman P. guajava efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri (S. aureus
dan S. epidermidis), dan jamur (M. gypseum dan T. mentagrophytes).
Daun jambu biji memiliki kandungan likopen, kuersetin dan vitamin C tinggi yang
mampu menjaga kesehatan organ pencernaan seperti lambung dan usus. Oleh karena itu,
kesehatan saluran cerna secara keseluruhan akan terjaga. Selain itu daun jambu biji juga
dipercaya dapat membantu mengatasi berbagai masalah kesehatan yang mungkin dialami
oleh kelinci. Rasa daun jambu biji memang pahit. Namun , kandungan nutrisinya tidak perlu
dipertanyakan lagi. Daun jambu biji mengandung senyawa seperti flavanoid, tanin, karotein
dan polifenol yang sangat bagus untuk kesehatan kelinci.

BAB 3 Bahan dan Metode Penelitian


3.1. Bahan Percobaan
3.1.1. Bahan Percobaan
1. Ternak
Penelitian akan dilakukan kepada 6 ekor kelinci berumur 2 bulan dengan bobot awal
rataan 1 kg dengan lama pemeliharaan 8 minggu.
2. Pakan
Limbah sayuran seperti limbah Touge, Sayur Kol, Wortel , Jagung. Selain Limbah
Sayuran, kelinci pun diberi pakan lain seperti Rumput, konsentrat, air minum untuk
memenuhi kebutuhan nutrisinya.
3.1.2. Peralatan Percobaan
1. Kandang
2. Alat sanitasi
3. Timbangan,
4. Thermometer,
5. Tempat pakan dan minum,
6. Ember,
7. Sekop,
8. Neraca digital
9. Oven
3.2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah exsperimen dengan pengamatan langsung
pada obyek yang diteliti dengan tahapan sebagai berikut
3.2.1. Pembuatan Wafer Limbah Sayuran Pasar
Limbah pasar (Sayur Touge, Sayur Kol, Wortel) dipotong-potong menggunakan
mesin forage chopper dengan ukuran 2-3 cm. Limbah dikeringkan, setelah kadar airnya
mencapai 15-17% proses selanjutnya adalah penggilingan dengan mesin hammer mill.
Kemudian hasil gilingan limbah sayuran ditimbang sebanyak 400 g dan dicampur
dengan tetes sebanyak 5% (20 g) dari bahan baku yang dipergunakan hingga bahan-
bahan tersebut tercampur dengan rata (homogen). Pencetakan wafer dengan
menggunakan mesin wafer yang memiliki ukuran wafer sebesar 5 x 5 x 5 cm dan
dilakukan pengempaan panas selama 10 menit dengan suhu 120ºC.
3.2.2 Pemeliharaan Kelinci
Persiapan awal yaitu sanitasi kandang serta pemeriksaan instalasi kandang agar kelinci
merasa nyaman.Selain itu, sebelum diberikan perlakuan, kelinci diberikan masa adaptasi
(preliminary periode) selama 2 minggu untuk beradaptasi dengan pakan dan lingkungan.Pada
akhir periode persiapan, dilakukan penimbangan bobot badan kelinci untuk mengetahui
keseragaman bobot badan kelinci. Kelinci diberikan pakan dua kali sehari yaitu pada pagi
hari (06.30-07.00 WIB) dan sore hari (15.30-16.00 WIB).Sebelum diberikan, pakan
ditimbang terlebih dahulu. Pakan diberikan berdasarkan kebutuhan total bahan kering yaitu
5% dari bobot badan. Sisa pakan ditimbang keesokan harinya.Pemberian air minum
dilakukan secara ad libitum.
3.2.3. Perubah yang Diamati
1. Uji Sifat Fisik Wafer Limbah Sayuran Pasar meliputi: Pengukuran daya
serapair, penetapan aktivitas air dan kerapatan wafer.
2. Pengujian palatabilitas wafer limbah sayuran pasar.
3. Performa kelinci meliputi: BB (Bobot Badan), PBB, konversi pakan,
a. Konsumsi pakan
Konsumsi pakan kumulatif diperoleh dengan melakukan penimbangan sisa
pakan setiap minggu selama 8 minggu (g/e).
b. Bobot Badan Hidup (BBH)
Untuk mengetahui BBH kelinci, dilakukan penimbangan pada saat kelinci
berumur 8 minggu (g/e).
c. Pertambahan Bobot Badan
Untuk memperoleh data PBB kelinci ditimbang setiap minggu hingga seluruh
kelinci mencapai umur 8 minggu (g/e).
d. Konversi Pakan(Feed Convertion Ratio)
Konversi pakan diperoleh dengan menghitung perbandingan antara jumlah
pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan selama 8 minggu.

3.3. Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik


Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan.
Perlakuan yang digunakan adalah :
R1 = Pakan rumput dan konsentrat + Daun Jambu Biji 10%
R2 = Pakan limbah sayuran Tauge dan konsentrat + Daun Jambu Biji 10%
R3 = Pakan limbah sayuran Kol dan konsentrat + Daun Jambu Biji 10%
R4 = Pakan limbah sayuran Wortel dan konsentrat + Daun Jambu Biji 10%
Model Matematika yang digunakan pada penelitian ini adalah:
Yij = μ + Pi + εij
Keterangan : µ = Rataan
Pi = pengaruhpemberianperlakuan
εij = Error perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Data diolah dengan analisis ragam (Analysis of Variance = ANOVA). Jika pada
analisis ragam didapatkan hasil yang berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji
Polinomial Ortogonal (Steel dan Torrie, 1995).

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan di kendang Peternakan Kelinci, Laboratorium Industri
Pakan, Laboratorium Universitas Insan Cendekia Mandiri Bandung. Penelitian akan
dilaksanakan selama 4 bulan.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai