id 4
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
library.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
dahulu selama beberapa bulan sebelum dijual. Sapi diberi pakan yang baik
sehingga saat akan dijual tubuhnya sudah gemuk. Cara ini bertujuan agar
diperoleh harga yang cukup baik dibandingkan menjual pada saat masih kurus.
Namun, usaha penggemukan yang paling tepat yaitu upaya meningkatkan bobot
sapi pada fase pertumbuhan yang tepat pula. Jadi secara ekonomis akan terjadi
efesiensi pemeliharaan (Yulianto, 2010)
Banyak jenis sapi lokal Indonesia yang layak dijadikan sumber pedaging
diantaranya sapi bali, sapi PO (peranakan ongole), dan sapi Madura. Selain sapi-
sapi tersebut, di Sumatra terdapat sapi aceh yang berpotensi untuk
dikembangkan sebagai sapi potong. Populasi sapi potong yang ada di Indonesia
jenis sapi potong yang penyebaranya dianggap merata adalah sapi bali, sapi PO,
dan sapi Brahman. Berdasarkan penelitian jika tujuanya usaha penggemukan
sapi untuk memenuhi pasar tertentu seperti idul adha, maka jenis sapi yang
disarankan untuk dipelihara adalah sapi PO (Fikar, 2010)
B. Manajemen Pakan
Pakan merupakan faktor yang sangat penting pada usaha penggemukan
sapi, baik hijauan maupun konsentrat. Kontinuitas penyediaan pakan sangat
menentukan bagi keberhasilan usaha penggemukan sapi kereman. Karena
hampir sepanjang hidup sapi selalu berada di dalam kandang. Pemberian pakan
yang tidak kontinu dapat menimbulkan stres dan akan berakibat sapi menjadi
peka terhadap berbagai jenis penyakit dan terganggunya pertumbuhan. Bahan
pakan ternak rumiansia meliputi pakan dasar, pakan konsentrat dan pakan aditif.
Pakan dasar terdiri dari rumput, legum dan hijauan yang mengandung serat kasar
diatas 18 persen dan dinding sel di atas 35 persen. Pakan kosentrat merupakan
bahan pakan yang mengandung serat kasar dibawah 18 persen, bahan ekstrak
tanpa nitrogen (ETN) tinggi dan sangat mudah dicerna . Pakan aditif antara lain
bioplus, ditujukan untuk meningkatkan kualitas zat pakan yang dapat digunakan
oleh ternak serta meningkatkan efisiensi zat pakan dalam mencapai jaringan
produksi (Ahmad, 2004)
Pemberian pakan ada tiga cara, yaitu penggembalaan (Pasture fattening),
commit
kereman (dry lot fattening), dan to userantara keduanya. Penggembalaaan
kombinasi
library.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
berkembangbiak dan rentan terhadap penyakit. Hal ini diatasi dengan cara
memanfaatkan/mengolah limbah atau kotoran yang dihasilkan (Suwiti, 2016)
E. Pengolahan Limbah
Jumlah feses yang dihasilkan sapi potong berkisar antara 10- 30
kg/ekor/hari, Pengelolaan limbah ternak menjadi penting mengingat dampaknya
pada lingkungan cukup besar. Melalui pengelolaan limbah ternak yang baik,
usaha peternakan sapi potong dapat mendukung konsep pembangunan
berkelanjutan. Keberhasilan pengelolaan limbah peternakan sangat dipengaruhi
oleh teknik penanganan yang dilakukan, yang meliputi teknik pengumpulan
(collections), pengangkutan (transport), pemisahan (separation) dan
penyimpanan (storage) atau pembuangan (disposal). Demikian pula
pemanfaatannya baik sebagai pupuk organik, bahan bakar biogas maupun pakan
ternak. Penanganan dan pemanfaatan limbah ternak merupakan inovasi dalam
pengelolaan limbah ternak. Suatu inovasi tidak akan berguna tanpa adanya
adopsi. Adopsi menyangkut proses pengambilan keputusan (Setiawan, 2013)
Feses sapi potong masih mengandung nutrien atau bahan organik yang
potensial untuk mendorong kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan. Berkenaan dengan hal tersebut, maka upaya
mengatasi limbah feses ternak yang selama ini dianggap mengganggu perlu
ditangani dengan cara yang tepat. Salah satu solusi untuk mengatasi
pencemaran lingkungan akibat limbah feses sapi potong adalah dengan
mengubahnya menjadi biogas. Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas
mikroorganisme melalui fermentasi secara anaerob dari bahan- bahan organik
diantaranya limbah feses sapi potong. Feses sapi potong yang digunakan
sebagai bahan baku pembuatan biogas dapat mengandung mikroorganisme
endoparasit seperti cacing yang dapat menyebabkan gangguan sistem ekologis
diantaranya penyebaran penyakit terhadap ternak maupun manusia (Nugraheni,
2015)
Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu
alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi naiknya harga pupuk dan
commit
kelangkaan bahan bakar minyak. to user
Apalagi pemanfaatan kotoran ternak sebagai
library.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
sumber bahan bakar dalam bentuk biogas. Teknologi dan produk tersebut
merupakan hal baru bagi masyarakat petani dan peternak. Pemanfaatan kotoran
ternak sebagai sumber energi, tidak mengurangi jumlah pupuk organik yang
bersumber dari kotoran ternak. Hal ini karena pada pembuatan biogas kotoran
ternak yang sudah diproses dikembalikan ke kondisi semula yang diambil
hanya gas metana (CH4) yang digunakan sebagai bahan bakar. Kotoran ternak
yang sudah diproses pada pembuatan biogas dipindahkan ke tempat lebih
kering, dan bila sudah kering dapat disimpan dalam karung untuk penggunaan
selanjutnya (Rahayu, 2009)
Pemanfaatan limbah kotoran sapi yang dikelola menjadi pupuk organik
pada aspek ekonomi tentu sangat bermanfaat bagi penambahan pendapatan
petani ternak sehinggi dapat membantu memenuhi kebutuhan ekonominya
sehingga harapan terbesar dari proses ini adalah petani ternak sejahtera dan
mandiri secara ekonomi. analisa usaha dari pemanfaan limbah kotoran sapi
menjadi pupuk organic sangat potensial baik pendapatan maupun pasarnya. Hal
itu di sebabkan bahan baku yang tersedia (teletong) tidak beli dan proses
pembuatannya tidak membutuhkan bahan yang mahal sehingga menekan biaya
produksi, sementara pangsa pasar potensial dikarenakan sebagian basar petani
mulai beralih menggunakan pupuk organic karena selain lebih murah juga
muda di dapatkan dari pada pupuk kimia harga mahal sulit didapat (Huda,
2017)
Limbah peternakan yang dihasilkan tidak lagi menjadi beban biaya
usaha akan tetapi menjadi hasil ikutan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan
bila mungkin setara dengan nilai ekonomi produk utama (daging). Dengan
begitu, usaha peternakan ke depan harus dapat dibangun secara
berkesinambungan sehingga dapat memberikan kontribusi pendapatan yang
besar dan berkelanjutan, penerapan teknologi budidaya ternak yang ramah
lingkungan dapat dilakukan melalui pemanfaatan limbah pertanian yang
diperkaya nutrisinya serta pemanfaatan kotoran ternak menjadi pupuk organik
dan biogas dapat meningkatkan produktivitas ternak, peternak dan perbaikan
lingkungan (Kasworo, 2013) commit to user
library.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
F. Pemasaran
Pemasaran pada prinsipnya merupakan proses kegiatan penyaluran
produk yang dihasilkan oleh produsen agar dapat sampai kepada konsumen.
Bagi produsen sapi potong, baik perusahaan peternakan maupun peternakan
rakyat pemasaran mempunyai peran yang penting. Setelah produk dalam hal ini
ternak dihasilkan peternak pasti menginginkan ternaknya cepat sampai dan
diterima oleh konsumen. peternak harus melewati beberapa kegiatan
pemasaran antara lain pengumpulan informasi pasar, penyimpanan,
pengangkutan dan penjualan produk. Pemasaran ternak dimulai dari peternak
sampai konsumen akhir dan pergerakannya melalui saluran pemasaran yang
terdiri dari pedagang desa, pedagang besar dan jagal. Saluran I merupakan
saluran pemasaran yang paling banyak dilalui dalam jual beli ternak sapi
(88,33%), karena saluran ini sudah lama terbangun secara alami dan sudah
mengakar di kalangan peternak (Sumitra, 2013)
Jumlah pelaku yang terlibat dalam pemasaran ternak dan daging sapi
bervariasi antar daerah. Dari berbagai studi yang pernah dilakukan, pelaku yang
terlibat adalah: peternak/feedloter, pedagang pengumpul desa, makelar di pasar
hewan tertentu, pedagang antar provinsi (antar pulau), importir daging,
distributor daging/pedagang pejagal, pengecer wetmarket, supermarket,
meatshop, dan pedagang keliling. Beberapa hasil penelitian memperlihatkan
pola saluran tataniga di daerah sentra produksi sapi potong relatif lebih banyak
melibatkan pedagang ternak sapi. Sebaliknya di daerah sentra konsumsi lebih
banyak melibatkan pedagang daging sapi. Rantai tataniaga yang panjang sejak
dari daerah produsen menyebabkan jalur tataniaga ternak sapi di daerah sentra
konsumsi menjadi relatif pendek, namun rantai tataniaga produk daging menjadi
relatif panjang. Apalagi sudah ada jaringan kerja antar pedagang yang didukung
dengan alat komunikasi seluler, pejagal sapi (distributor daging) di sentra
konsumsi dapat langsung memesan sapi dengan pedagang di sentra produksi
(Ilham, 2009)
pemasaran daging sapi sebagian besar didominasi oleh perusahaan
commit
peternakan. Perusahaan tersebut to user
membantu petani dengan pemasaran ternaknya
library.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
dan membuatnya mudah bagi petani untuk mendapatkan uang tunai ketika
membutuhkannya. Pemasaran sapi potong melalui saluran pemasaran yang tepat
dapat membuat komoditas tersebut mencapai konsumen. Namun saluran tidak
efisien atau relatif panjang pemasaran dapat menyebabkan kerugian bagi
peternak dan konsumen, yaitu konsumen menanggung tingginya biaya
pemasaran, sehingga membayar harga yang lebih tinggi, peternak mendapatkan
penghasilan lebih rendah, karena harga jual lebih rendah. Profil kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman ini diperoleh melalui identifikasi terhadap
berbagai faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran sapi potong (Kusuma,
2013)
Pemasaran biasanya dilakukan melalui : 1) pedagang pengumpul (80%),
dan 2) bantuan kelompok tani-ternak (20%). Pemasaran melalui pedagang
pengumpul dilakukan dengan cara : pedagang langsung mendatangi peternak
kekandang, pembayaran umumnya dilakukan secara tidak tunai (61,61%),
dilunasi 1-2 bulan kemudian, dan pembayaran secara tunai (38,39%), namun
harga tidak terlalu rendah dari harga pasar (selisih 100 ribuan per ekor), ini
menggambarkan posisi tawar menawar peternak tidaklah lemah, Produk yang
dihasilkan berupa sapi bibit, sapi bakalan dan ternak sapi yang siap potong. Pada
umumnya peternak menjual anak sapi pada umur ≤ 1 tahun, dengan
pertimbangan supaya segera memberikan penghasilan (Suresti, 2012)
Usaha pemasaran atau tataniaga sapi potong lebih banyak di kuasai oleh
lembaga - lembaga pemasaran yang membentuk suatu jaringan, mata rantainya
terbentuk mulai dari tingkat peternak, blantik, pedagang pengumpul, jagal
sampai konsumen. Masing-masing lembaga pemasaran mempunyai peran dan
fungsi tersendiri dalam proses saluran pemasaran. Saluran pemasaran dapat
dikatakan sebagi saluran atau jalur yang digunakan baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk memudahkan pemindahan suatu produk itu bergerak dari
produsen sampai berada di tangan konsumen. pemasaran ternak sapi pada
umumnya proses pembentukan atau penentuan harga selalu dikaitkan dengan
urgensi kebutuhan uang tunai dari petani peternak; bila petani peternak sangat
membutuhkan uang tunai, ia commit to user sebagai price taker (penerima
hanya bertindak
library.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
harga) saja, karena bargaining position (posisi dalam tawar menawar) lemah,
bahkan tidak jarang terjadi praktekpraktek pemasaran yang merugikan petani
peternak oleh para pedagang perantara atau blantik (Heryadi, 2011)
G. Analisis Usaha
Analisis usaha ternak sapi potong secara operasionalnya dapat dilakukan
dengan menghitung semua biaya dikeluarkan, diantaranya dalah biaya variabel
dan biaya produksi. Usaha peternakan pada dasarnya merupakan kegiatan utama
bagi peternak di perdesaan, dimana hasil produksinya sepenuhnya di arahkan ke
pasar, dan jarang sekali ditemui bahwa peternak langsung mengkonsumsi sendiri
hasil ternak dalam pemeliharaan atau hasil dibudidaya sendiri. Usaha ternak sapi
potong dengan cara penggemukkan merupakan hal yang sangat baik, dan sebagai
pendukung ekonomi peternak, terutama yang berkaitan dengan salah satu untuk
memperoleh keuntungan yang optimal, dengan prinsip dasar usaha secara
komersial. Keuntungan yang diperoleh petani merupakan hasil dari penjualan
ternak sapi potong dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa
produksi, pada setiap akhir panen petani akan menghitung hasil bruto yang
diperolehnya. Biaya produksi adalah sebagai komponen biaya yang dikeluarkan
selama usaha berlangsung, kemudian hasil penjuaan yang diterima, faktor-faktor
produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan peternak dalam proses produksi baik
secara tunai maupun tidak tunai (Rusdiana, 2016)
Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara pengeluaran dan
pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan Social Opportunity Cost
of Capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang
diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskontokan pada saat ini.
Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi,
biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan manfaat/benefit dari proyek
yang direncanakan. Jadi perhitungan NPV mengandalkan pada teknik arus kas
yang didiskontokan (Maulana et al., 2014).
n At
NPV = ∑t=0
(1+k)t
commit to user
library.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
Keterangan :
k = Discount rate
At = Cashflow w pada periode t
n = Periode Terakhir dimana cashflow diharapkan.
Kriteria NPV sebagai berikut :
- Jika NPV positif maka proyek investasi layak
- Jika NPV negatif maka proyek investasi tidak layak
Benefit cost ratio (BCR) digunakan pada tahap awal evaluasi
perencanaan investasi sebagai analisis tambahan dalam rangka validasi hasil
evaluasi yang telah dilakukan dengan metode lain. Metode ini sangat
bermanfaat untuk evaluasi proyek pemerintah yang berdampak langsung
kepada masyarakat banyak (public government project), baik dampak positif
maupun dampak negatif. Metode ini memberi penekanan terhadap ratio antara
aspek manfaat (benefit) dengan aspek biaya (cost) yang ditanggung akibat
adanya investasi tersebut, Rumus BCR adalah penerimaan dibagi dengan total
biaya produksi (Zacoeb, 2014).
Bt −Ct
∑n
t =1(1+i)t
BCR = Ct −Bt
∑n
t=1 (1+i)t
Keterangan :
BCR = Benefit Cost Ratio
Bt = Benefit kotor pada tahun ke - t (Rp)
Ct = Biaya kotor pada tahun ke - t (Rp)
i = Tingkat bunga (discount rate) (%)
t = Umur ekonomis (tahun)
Kriteria BCR sebagai berikut
- BCR > 1, berarti usahatani menguntungkan
- BCR < 1, berarti usahatani tidak menguntungkan
- BCR = 1, berarti usahatani berada pada titik impas
commit to user
library.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
IRR adalah suatu tingkat bunga yang menunjukkan bahwa jumlah nilai
sekarang netto (NPV) sama dengan jumlah seluruh ongkos investasi proyek
/usaha ternak. IRR adalah suatu tingkat bunga dengan seluruh net cash flow
sesudah dipresent-value-kan sama jumlahnya dengan “Investment Cost”. Di
dalam analisis IRR, akan dicari pada tingkat bunga beberapa (“Discount Rate”)
serta akan dihasilkan NPV = 0. Menentukan tepatnya tingkat bunga yang ideal,
dilakukan interpolasi penyisipan di antara bunga yang lebih rendah (yang
menghasilkan NPV negatif) yang dapat dituangkan dalam rumus (Zulkarnain,
1993).
NPVrr
IRR = rr + TPVrr-TPVrt x ( rt-rr )
Keterangan :
rr = Tingkat discount rate (r) lebih rendah
rt = Tingkat discount rate (r) lebih tinggi
TPV = Total present value
NPV = Net Present Value
Kriteria IRR sebagai berikut :
- Jika IRR > dari tingkat bungan yang disyaratkan, maka proyek
investasi layak
- Jika IRR < dari tingkat bunga yang disyaratkan, maka proyek
investasi kurang layak
. Payback period of credit (PPC) menunjukkan jangka waktu yang
diperlukan untuk mengembalikan seluruh modal yang digunakan pada investasi
awal. Payback period tersebut lebih pendek dari umur investasi, maka usaha
tersebut menguntungkan sehingga layak untuk dijalankan, namun apabila
payback period tersebut lebih panjang dari umur investasi maka usaha tersebut
tidak layak dijalankan. PPC dapat dihitung dengan rumus PPC =
Investasi/Keuntungan X 1thn (Husnan dan Suwarsono, 2005).
- Rumus PPC jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda
a-b
Payback Period = n + × 1 tahun
c-b
commit to user
Keterangan :
library.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup
investasi mula-mula.
a = Jumlah investasi mula-mula.
b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n
c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1
- Rumus PPC jika arus kas per tahun jumlahnya sama
Investasi
Payback Period = × 1 tahun
Cashflow
Kriteria PPC sebagai berikut :
- PPC > Umur Ekonomis = tidak layak
- PPC < Umur Ekonomis = layak
Analisis break even point (BEP) adalah suatu alat atau teknik yang
digunakan oleh manajemen untuk mengetahui tingkat penjualan tertentu
perusahaan sehingga tidak mengalami laba dan tidak pula mengalami kerugian.
Keadaaan impas perusahaan dapat terjadi apabila hasil penjualan hanya cukup
untuk menutupi biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan ketika
memproduksi suatu produk.. Mengetahui informasi besarnya hasil titik impas
yang dicapai, maka industri dapat melakukan kebijakan. Kebijakan yang
dilakukan yaitu menentukan berapa jumlah produk yang harus dijual (budget
sales), harga jualnya (sales price) apabila indutri menginginkan laba tertentu
dan dapat meminimalkan kerugian yang akan terjadi (Supriyono, 2000).
- BEP dalam unit
FC
BEP unit =
P - VC
- BEP dalam rupiah
FC
BEP rupiah = VC
1- S
Keterangan :
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC = Variabel Cost (Biaya Variabel)
P = Price per Unit
S = Sales Volume
commit to user