Anda di halaman 1dari 15

library.uns.ac.

id 4
digilib.uns.ac.id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Bangsa Sapi Potong dan Pemilihan Bakalan


Pemilihan sapi potong bibit dan bakalan yang dipelihara akan tergantung
pada selera peternak dan kemampuan modal yang dimiliki, namun secara umum
yang menjadi pilihan peternak adalah sapi potong yang pada umunya dipelihara
didaerah atau lokasi peternakan dan yang paling mudah pemasaranya. Di
Indonesia cukup banyak dikenal sapi potong lokal, jenis sapi potong impor,
maupun sapi peranakan atau hasil silangan yang dikembangkan lewat kawin
suntik. Penilaian keadaan individu sapi potong pada prinsipnya berdasarkan
pada umur, bentuk tubuh, daya perumbuhan dan tempramen (Murtidjo, 2012).
Bangsa sapi yang baik untuk digemukkan adalah bangsa sapi campuran
keturunan pertama (F1) yakni sapi hasil persilangan sapi lokal dengan sapi
impor. Umumnya bangsa sapi hasil persilangan keturunan pertama (crossbreed)
lebih bagus dibanding bangsa sapi lokal karena memilki performans produksi
lebih baik. Secara teoritis umur sapi bakalan yang baik untuk digemukkan adalah
1,5-2,5 tahun atau gigi seri tetap sudah 1-2 pasang (poel 1 dan 2) karena
umumnya sapi bakalan yang berumur demikian memiliki laju pertumbuhan yang
optimal, efisiensi pakan yang tinggi (Pawere, 2012)
Sapi jenis pedaging atau sapi potong produksinya diarahkan untuk
memproduksi daging, maka penggemukan untuk mencapai berat badan yang
maskismal sangat dipentingkan, dalam beberapa penelitian yang pernah
dilaporakan di Eropa Barat, beberapa bangsa anak sapi memiliki berat tertentu,
dan sangat tergantung pada daerah pemeliharaanya. Biasanya untuk setiap
bangsa sapi, berat anak yang lahir setelah umur 200 hari, paling tinggi terjadi
pada anak sapi yang dipelihara di dataran rendah. Perbedaan pertumbuhan anak
sapi ini dipengaruhi oleh ketersedianya kebutuhan makanan yang ada (Darmono,
1993)
Usaha sapi potong ada segmen usaha penggemukan sapi, pada ternak
tradisional atau ternak rakyat commit to user
biasanya sapi yang kurus digemukan terlebih

4
library.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

dahulu selama beberapa bulan sebelum dijual. Sapi diberi pakan yang baik
sehingga saat akan dijual tubuhnya sudah gemuk. Cara ini bertujuan agar
diperoleh harga yang cukup baik dibandingkan menjual pada saat masih kurus.
Namun, usaha penggemukan yang paling tepat yaitu upaya meningkatkan bobot
sapi pada fase pertumbuhan yang tepat pula. Jadi secara ekonomis akan terjadi
efesiensi pemeliharaan (Yulianto, 2010)
Banyak jenis sapi lokal Indonesia yang layak dijadikan sumber pedaging
diantaranya sapi bali, sapi PO (peranakan ongole), dan sapi Madura. Selain sapi-
sapi tersebut, di Sumatra terdapat sapi aceh yang berpotensi untuk
dikembangkan sebagai sapi potong. Populasi sapi potong yang ada di Indonesia
jenis sapi potong yang penyebaranya dianggap merata adalah sapi bali, sapi PO,
dan sapi Brahman. Berdasarkan penelitian jika tujuanya usaha penggemukan
sapi untuk memenuhi pasar tertentu seperti idul adha, maka jenis sapi yang
disarankan untuk dipelihara adalah sapi PO (Fikar, 2010)
B. Manajemen Pakan
Pakan merupakan faktor yang sangat penting pada usaha penggemukan
sapi, baik hijauan maupun konsentrat. Kontinuitas penyediaan pakan sangat
menentukan bagi keberhasilan usaha penggemukan sapi kereman. Karena
hampir sepanjang hidup sapi selalu berada di dalam kandang. Pemberian pakan
yang tidak kontinu dapat menimbulkan stres dan akan berakibat sapi menjadi
peka terhadap berbagai jenis penyakit dan terganggunya pertumbuhan. Bahan
pakan ternak rumiansia meliputi pakan dasar, pakan konsentrat dan pakan aditif.
Pakan dasar terdiri dari rumput, legum dan hijauan yang mengandung serat kasar
diatas 18 persen dan dinding sel di atas 35 persen. Pakan kosentrat merupakan
bahan pakan yang mengandung serat kasar dibawah 18 persen, bahan ekstrak
tanpa nitrogen (ETN) tinggi dan sangat mudah dicerna . Pakan aditif antara lain
bioplus, ditujukan untuk meningkatkan kualitas zat pakan yang dapat digunakan
oleh ternak serta meningkatkan efisiensi zat pakan dalam mencapai jaringan
produksi (Ahmad, 2004)
Pemberian pakan ada tiga cara, yaitu penggembalaan (Pasture fattening),
commit
kereman (dry lot fattening), dan to userantara keduanya. Penggembalaaan
kombinasi
library.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

dilakukan dengan melepas sapi-sapi dipadang rumput, yang biasanya dilakukan


didaerah yang cukup luas dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam perhari. Pakan
dapat diberikan dengan cara dijatah atau disuguhkan yang dikenal dengan istilah
kereman. Sapi dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah, atau
tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari
berat badan nya dan juga pakan tambahan 1%-2% dari berat badan. Ransum
tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu,
dan sebagainya yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput
ditempat pakan. Selain itu dapat ditambahkan mineral sebagai penguat berupa
garam dapur, kapur, dan sebagainya (Djarijah, 1996)
pemberian pakan harus diperhatikan baik kualitas maupun kuantitasnya
sehingga pertumbuhan tidak tergangggu. Kekurangan pakan sejak umur satu
tahun (yearling feed syindrome) yang akan berlanjut sampai ternak dewasa akan
menyebabkan rendahnya penampilan produksi seperti pertambahan bobot badan
dan gangguan reproduksi seperti lambat birahi, service per conception (S/C)
tinggi, dan kondisi tubuh terlihat kurus. Kualitas dan kuantitas pakan, dimana
umumnya semua pakan yang diberikan peternak tidak bersisa, artinya jumlah
pakan tersebut tidak memadai dan ternak sapi masih memungkinkan
mengkonsumsi pakan jika ditambahkan kembali (Wiyatna, 2012)
Secara manajemen pemberian pakan bahwa semakin mendekati fase
finisher pemberian konsentrat lebih banyak dari pada hijauan. Hal ini
dikarenakan di dalam rumen konsentrat diubah menjadi asam propionat yang
membentuk glukosa dan berperan dalam peningkatan bobot badan. Namun
jumlah pemberian konsentrat dan hijauan yang telah dilakukan perlu
ditingkatkan. Pemberian hijauan minimal 3% bobot badan. Berdasarkan analisis
kandungan bahan pakan konsentrat FN (finisher) memiliki kandungan protein
kasar yang lebih rendah dibandingkan Standart Nasional Indonesia yaitu
minimal 13% sedangkan konsentrat FN memiliki kandungan protein kasar
10,60%. Selain itu kandungan TDN konsentrat GR (grower) dan kandungan
konsentrat FN (finisher) lebih rendah disbanding standart Nasional Indonesia
commit to user
yaitu minimal 70% (Firdausi, 2012)
library.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

Peningkatan produktivitas sapi potong dipengaruhi dengan pemberian


pakan, karena pakan mempunyai pengaruh yang paling besar (60%). Besarnya
pengaruh pakan ini membuktikan bahwa produksi ternak yang tinggi tidak bisa
tercapai tanpa pemberian pakan yang memenuhi persyaratan kualitas dan
kuantitas. Kebutuhan zat pakan tergantung pada berat ternak, fase pertumbuhan
atau reproduksi dan laju pertumbuhan. trategi pemberian pakan pada ternak
terdiri dari dua, yaitu pertama pemberian konsentrat yang terbuat dari campuran
beberapa bahan pakan sumber energi (biji-bijian, sumber protein jenis bungkil,
kacang-kacangan, vitamin dan mineral) karena konsentrat mudah dicerna.
Kedua, yaitu manipulasi proses nutrisi dalam rumen dengan pemberian pakan
Urea Molases Blok (UMB) yaitu memberikan suplemen yang tersusun dari
kombinasi bahan ilmiah sumber protein dengan tingkatan jumlah tertentu yang
secara efisien dapat mendukung pertumbuhan, perkembangan dan kegiatan
mikroba secara efisien di dalam rumen (Nurwahidah, 2016)
C. Manajemen Perkandangan
Bentuk kandang memengaruhi nilai CR, kandang sapi yang baik adalah
kandang yang sesuai dan memenuhi persyaratan kebutuhan dan keselamatan
sapi. Apabila kedua hal tersebut tidak terpenuhi akan menyebabkan gangguan
fungsi fisiologis termasuk gangguan reproduksi. Bentuk kandang terbuka dan
luas yang memungkinkan untuk sirkulasi udara yang bagus sangat dibutuhkan
untuk menunjang efisiensi reproduksi yang baik. Kandang yang bersih
merupakan faktor penting untuk kesehatan ternak. Apabila kandang kotor akan
menyebabkan banyak kuman penyakit yang akan menginfeksi ternak . Ternak
yang sakit nafsu makan menjadi menurun, badan kurus, kondisi ini akan
menyebabkan gangguan fungsi fisiologis tubuh termasuk gangguan proses
reproduksinya (Suharyati, 2015)
Lokasi kandang pemeliharaan sapi dapat dilakukan didaerah dtaran
rendah (100-500m) hingga dataran tinggi (>500m). temperature ideal disekitar
kandang berkisar 25-33 derajat celcius dengan kelembapan 75%. Letak kandang
hendaknya tidak tertutup atau tidak terhalang bangunan, sehingga sinar matahari
commit to
dapat menembus pelataran kandang. user kandnag sapi ini bisa dilakukan
Letak
library.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

secara berkelompok ditengah sawah atau ladang. Kandnag juga sebaiknya


menghadap ketimur agar sapi mendapatkan sinar matahari pagi yang sehat.
Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan adalah 1,5m x 2m, sedangkan untuk
seekor sapi betina dewasa adalah 1,8m x 2m. sementara itu untuk ujuran kandnag
anak sapi yaitu cukup 1,5m x 1m. Biasanya, tinggi kandang untuk semua jenis
sapi sama yaitu sekitar 2m - 2,5m dari atas tanah (Astuti, 2009)
Terdapat dua tipe kandang yitu Kandang tipe tunggal, penempatan sapi
dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe
ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau
saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur
untuk jalan. Lantai kandang terbuat dari beton dan kemiringan lantai mencapai
4𝑜 dan kandang dapat disinari sinar matahari. Kandang juga memiliki ventilasi
yang baik sehingga adanya sirkulasi udara di dalam kandang lancar. Selokan
merupakan saluran pembuangan kotoran dan air kencing. Ukuran selokan
kandang disesuaikan dengan kondisi kandang dan tujuan pemeliharaan. Ukuran
selokan lebar 30 – 40 cm dan kedalaman 5 – 10 cm. (Makkan, 2014)
Dalam mendesain konstruksi kandang sapi potong harus didasarkan
agroekosistem wilayah setempat, tujuan pemeliharaan, dan status fisiologis
ternak. Model kandang sapi potong di dataran tinggi, diupayakan lebih tertutup
untuk melindungi ternak dari cuaca yang dingin, sedangkan untuk dataran
rendah kebalikannya yaitu bentuk kandang yang lebih terbuka sehingga hal ini
dapat meningkatka nilai CR. kandang yang baik harus memiliki sirkulasi udara
yang cukup dan mendapat sinar matahari serta tidak lembab (Febrianthoro,
2015)
prinsip-prinsi konstruksi kandang untuk pemeliharaan ternak sapi,
kandang yang dianjurkan adalah kandang koloni. Prinsip-prinsip tersebut antara
lain bentuk kandang, atap, kemiringan, ventilasi, drainase dan sanitasi lingungan
disekitar perkandangan. Kemiringan kandang dibuat 15 derajat, supaya air sisa
minum dan air kencing induknya langsung mengalir ke saluran drainase yang
telah disediakan. Lantai kandang selalu dibersihkan, apabila hal ini tidak
commit toyang
berjalan dengan baik, maka kandang userkotor mengakibatkan sapi rentan
library.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

terserang penyakit. Kebersihan kandang akan memberi lingkungan yang sehat


baik bagi ternak maupun pemeliharanya. Lingkungan yang sehat akan mencegah
berjangkitnya penyakit dan pertumbuhan ternak yang lebih baik (Suwiti, 2016)
D. Manajemen Kesehatan dan Penyakit
Kesehatan adalah suatu keadaan fisik ternak yang mengalami rasa aman
dari gangguan penyakit. Kesehatan ternak dapat berpengaruh terhadap fisik dan
perkembangannya terutama dalam peningkatan produksi dan
produktivitas/jumlah. Hal-hal yang dilakukan dalam penanganan kesehatan
ternak meliputi pemberian kekebalan tubuh (vaksinasi) dan pengobatan.
Kegiatan ini sudah menjadi terbiasa dalam menjaga kondisi kesehatan hewan.
Pemberian kekebalan tubuh terhadap ternak dapat dilakukan setiap enam bulan
sekali, dengan tujuan agar terhindar dari penyakit maupun gangguan fisik
lainnya. Jenis – jenis obat yang digunakan untuk vaksinasi adalah SE, dengan
penggunaan dosis adalah untuk ternak sapi umur 3 bulan ke atas 3 cc/ekor, untuk
pengobatan karena penyakit, (mengorok, muka bengkak, gementar, keluar cairan
putih lewat mulut dan hidung, berak darah) obat yang digunakan teramycin,
medosi, sulfastrong, vitovyt dengan dosis yang digunakan untuk sapi umur 3-18
bulan 5cc/ekor sedangkan umur 18 bulan ke atas 6 – 10 cc/ekor, dan kegiatan
vaksin dan pengobatan ini dapat dilakukan oleh petugas teknis dinas peternakan
bersama anggota kelompok yang sudah terlatih terhadap cara vaksin dan
melakukan pengobatan (Falo, 2016)
manajemen kesehatan yang dilakukan adalah melalui pencegahan dan
pengobatan. Upaya pencegahan dilakukan dengan cara pembersihan kandang
dan ternak secara berkala, pemberian vitamin dan obat cacing setiap tiga bulan
sekali serta memisahkan domba yang sakit di kandang tersendiri. Sedangkan
upaya pengobatan penyakit dilakukan dengan mengobati ternak yang sakit
sesuai dengan penyakit yang diderita. Manajemen kesehatan pada hakekatnya
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi produksi sehingga proses produksi
berlangsung optimal dan pada akhirnya keuntungan dapat dimaksimalkan.
Manajemen kesehatan dapat dilakukan melalui usaha pencegahan penyakit dan
commit
atau penanganan pada ternak yang sakitto(Badriyah,
user 2011)
library.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

Kebersihan kandang memengaruhi nilai CR. Kandang yang bersih


merupakan faktor penting untuk kesehatan ternak. Apabila kandang kotor akan
menyebabkan banyak kuman penyakit yang akan menginfeksi ternak . Ternak
yang sakit nafsu makan menjadi menurun, badan kurus, kondisi ini akan
menyebabkan gangguan fungsi fisiologis tubuh termasuk gangguan proses
reproduksinya. Sanitasi lingkungan khususnya kandang sangat menentukan
tingkat pencemaran organ reproduksi yang dapat berakibat timbulnya infeksi
pada uterus dan menyebabkan kejadian kawin berulang. Sanitasi kandang
dilakukan untuk menjaga kesehatan ternak sapi melalui kebersihan. Oleh karena
itu, frekuensi sanitasi kandang yang semakin sering dalam sehari semakin baik.
Selain itu, untuk menjaga kesehatan, sapi juga perlu untuk dimandikan agar
kotoran yang menempel pada tubuh hilang (Suharyati, 2015)
Sanitasi kandang dapat mencegah timbulnya penyakit pada ternak.
Tindakan pencegahan penyakit yang dilakukan peternak biasanya hanya sebatas
sanitasi kandang dan lingkungan disekitar kandang, seharusnya tidakan
pencegahan juga bisa dengan melakukan vaksinasi terhadap ternak.
Pemberian vaksinasi sebaiknya dilakukan setiap 2 – 3 bulan sekali yang berguna
sebagai pencegahan terhadap penyakit menular. Pencegahan yang dilakukan
peternak hanya dengan sanitasi kandang yang dilakukan 1 minggu 2 kali, sanitasi
sendiri baiknya dilakukan setiap hari untuk mencegah terjadinya perkembangan
penyakit (Mulyo, 2012)
Penerapan manajemen peternakan berorientasi pada pencegahan
penyakit dengan melakukan vaksinasi SE dan Jembrana, karena terhadap kedua
penyakit tersebut sapi potong dianggap masih rentan. Mengingat tindakan
preventif dan promotif akan lebih menguntungkan dibandingkan tindakan
kuratif (pengobatan). Selain kebersihan kandang, tindakan untuk pencegahan
penyakit melalui penyemprotan (spraying) insektisida dan vaksinasi terhadap
beberapa penyakit yang sering menyerang sapi. Faktor utama yang
mengakibatkan penyakit pada sapi potonng adalah kesederhanaan dalam
pemeliharaan, keadaan ini merupakan faktor predisposisi bagi kuman untuk
commit to user
library.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

berkembangbiak dan rentan terhadap penyakit. Hal ini diatasi dengan cara
memanfaatkan/mengolah limbah atau kotoran yang dihasilkan (Suwiti, 2016)
E. Pengolahan Limbah
Jumlah feses yang dihasilkan sapi potong berkisar antara 10- 30
kg/ekor/hari, Pengelolaan limbah ternak menjadi penting mengingat dampaknya
pada lingkungan cukup besar. Melalui pengelolaan limbah ternak yang baik,
usaha peternakan sapi potong dapat mendukung konsep pembangunan
berkelanjutan. Keberhasilan pengelolaan limbah peternakan sangat dipengaruhi
oleh teknik penanganan yang dilakukan, yang meliputi teknik pengumpulan
(collections), pengangkutan (transport), pemisahan (separation) dan
penyimpanan (storage) atau pembuangan (disposal). Demikian pula
pemanfaatannya baik sebagai pupuk organik, bahan bakar biogas maupun pakan
ternak. Penanganan dan pemanfaatan limbah ternak merupakan inovasi dalam
pengelolaan limbah ternak. Suatu inovasi tidak akan berguna tanpa adanya
adopsi. Adopsi menyangkut proses pengambilan keputusan (Setiawan, 2013)
Feses sapi potong masih mengandung nutrien atau bahan organik yang
potensial untuk mendorong kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan. Berkenaan dengan hal tersebut, maka upaya
mengatasi limbah feses ternak yang selama ini dianggap mengganggu perlu
ditangani dengan cara yang tepat. Salah satu solusi untuk mengatasi
pencemaran lingkungan akibat limbah feses sapi potong adalah dengan
mengubahnya menjadi biogas. Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas
mikroorganisme melalui fermentasi secara anaerob dari bahan- bahan organik
diantaranya limbah feses sapi potong. Feses sapi potong yang digunakan
sebagai bahan baku pembuatan biogas dapat mengandung mikroorganisme
endoparasit seperti cacing yang dapat menyebabkan gangguan sistem ekologis
diantaranya penyebaran penyakit terhadap ternak maupun manusia (Nugraheni,
2015)
Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu
alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi naiknya harga pupuk dan
commit
kelangkaan bahan bakar minyak. to user
Apalagi pemanfaatan kotoran ternak sebagai
library.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

sumber bahan bakar dalam bentuk biogas. Teknologi dan produk tersebut
merupakan hal baru bagi masyarakat petani dan peternak. Pemanfaatan kotoran
ternak sebagai sumber energi, tidak mengurangi jumlah pupuk organik yang
bersumber dari kotoran ternak. Hal ini karena pada pembuatan biogas kotoran
ternak yang sudah diproses dikembalikan ke kondisi semula yang diambil
hanya gas metana (CH4) yang digunakan sebagai bahan bakar. Kotoran ternak
yang sudah diproses pada pembuatan biogas dipindahkan ke tempat lebih
kering, dan bila sudah kering dapat disimpan dalam karung untuk penggunaan
selanjutnya (Rahayu, 2009)
Pemanfaatan limbah kotoran sapi yang dikelola menjadi pupuk organik
pada aspek ekonomi tentu sangat bermanfaat bagi penambahan pendapatan
petani ternak sehinggi dapat membantu memenuhi kebutuhan ekonominya
sehingga harapan terbesar dari proses ini adalah petani ternak sejahtera dan
mandiri secara ekonomi. analisa usaha dari pemanfaan limbah kotoran sapi
menjadi pupuk organic sangat potensial baik pendapatan maupun pasarnya. Hal
itu di sebabkan bahan baku yang tersedia (teletong) tidak beli dan proses
pembuatannya tidak membutuhkan bahan yang mahal sehingga menekan biaya
produksi, sementara pangsa pasar potensial dikarenakan sebagian basar petani
mulai beralih menggunakan pupuk organic karena selain lebih murah juga
muda di dapatkan dari pada pupuk kimia harga mahal sulit didapat (Huda,
2017)
Limbah peternakan yang dihasilkan tidak lagi menjadi beban biaya
usaha akan tetapi menjadi hasil ikutan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan
bila mungkin setara dengan nilai ekonomi produk utama (daging). Dengan
begitu, usaha peternakan ke depan harus dapat dibangun secara
berkesinambungan sehingga dapat memberikan kontribusi pendapatan yang
besar dan berkelanjutan, penerapan teknologi budidaya ternak yang ramah
lingkungan dapat dilakukan melalui pemanfaatan limbah pertanian yang
diperkaya nutrisinya serta pemanfaatan kotoran ternak menjadi pupuk organik
dan biogas dapat meningkatkan produktivitas ternak, peternak dan perbaikan
lingkungan (Kasworo, 2013) commit to user
library.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

F. Pemasaran
Pemasaran pada prinsipnya merupakan proses kegiatan penyaluran
produk yang dihasilkan oleh produsen agar dapat sampai kepada konsumen.
Bagi produsen sapi potong, baik perusahaan peternakan maupun peternakan
rakyat pemasaran mempunyai peran yang penting. Setelah produk dalam hal ini
ternak dihasilkan peternak pasti menginginkan ternaknya cepat sampai dan
diterima oleh konsumen. peternak harus melewati beberapa kegiatan
pemasaran antara lain pengumpulan informasi pasar, penyimpanan,
pengangkutan dan penjualan produk. Pemasaran ternak dimulai dari peternak
sampai konsumen akhir dan pergerakannya melalui saluran pemasaran yang
terdiri dari pedagang desa, pedagang besar dan jagal. Saluran I merupakan
saluran pemasaran yang paling banyak dilalui dalam jual beli ternak sapi
(88,33%), karena saluran ini sudah lama terbangun secara alami dan sudah
mengakar di kalangan peternak (Sumitra, 2013)
Jumlah pelaku yang terlibat dalam pemasaran ternak dan daging sapi
bervariasi antar daerah. Dari berbagai studi yang pernah dilakukan, pelaku yang
terlibat adalah: peternak/feedloter, pedagang pengumpul desa, makelar di pasar
hewan tertentu, pedagang antar provinsi (antar pulau), importir daging,
distributor daging/pedagang pejagal, pengecer wetmarket, supermarket,
meatshop, dan pedagang keliling. Beberapa hasil penelitian memperlihatkan
pola saluran tataniga di daerah sentra produksi sapi potong relatif lebih banyak
melibatkan pedagang ternak sapi. Sebaliknya di daerah sentra konsumsi lebih
banyak melibatkan pedagang daging sapi. Rantai tataniaga yang panjang sejak
dari daerah produsen menyebabkan jalur tataniaga ternak sapi di daerah sentra
konsumsi menjadi relatif pendek, namun rantai tataniaga produk daging menjadi
relatif panjang. Apalagi sudah ada jaringan kerja antar pedagang yang didukung
dengan alat komunikasi seluler, pejagal sapi (distributor daging) di sentra
konsumsi dapat langsung memesan sapi dengan pedagang di sentra produksi
(Ilham, 2009)
pemasaran daging sapi sebagian besar didominasi oleh perusahaan
commit
peternakan. Perusahaan tersebut to user
membantu petani dengan pemasaran ternaknya
library.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

dan membuatnya mudah bagi petani untuk mendapatkan uang tunai ketika
membutuhkannya. Pemasaran sapi potong melalui saluran pemasaran yang tepat
dapat membuat komoditas tersebut mencapai konsumen. Namun saluran tidak
efisien atau relatif panjang pemasaran dapat menyebabkan kerugian bagi
peternak dan konsumen, yaitu konsumen menanggung tingginya biaya
pemasaran, sehingga membayar harga yang lebih tinggi, peternak mendapatkan
penghasilan lebih rendah, karena harga jual lebih rendah. Profil kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman ini diperoleh melalui identifikasi terhadap
berbagai faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran sapi potong (Kusuma,
2013)
Pemasaran biasanya dilakukan melalui : 1) pedagang pengumpul (80%),
dan 2) bantuan kelompok tani-ternak (20%). Pemasaran melalui pedagang
pengumpul dilakukan dengan cara : pedagang langsung mendatangi peternak
kekandang, pembayaran umumnya dilakukan secara tidak tunai (61,61%),
dilunasi 1-2 bulan kemudian, dan pembayaran secara tunai (38,39%), namun
harga tidak terlalu rendah dari harga pasar (selisih 100 ribuan per ekor), ini
menggambarkan posisi tawar menawar peternak tidaklah lemah, Produk yang
dihasilkan berupa sapi bibit, sapi bakalan dan ternak sapi yang siap potong. Pada
umumnya peternak menjual anak sapi pada umur ≤ 1 tahun, dengan
pertimbangan supaya segera memberikan penghasilan (Suresti, 2012)
Usaha pemasaran atau tataniaga sapi potong lebih banyak di kuasai oleh
lembaga - lembaga pemasaran yang membentuk suatu jaringan, mata rantainya
terbentuk mulai dari tingkat peternak, blantik, pedagang pengumpul, jagal
sampai konsumen. Masing-masing lembaga pemasaran mempunyai peran dan
fungsi tersendiri dalam proses saluran pemasaran. Saluran pemasaran dapat
dikatakan sebagi saluran atau jalur yang digunakan baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk memudahkan pemindahan suatu produk itu bergerak dari
produsen sampai berada di tangan konsumen. pemasaran ternak sapi pada
umumnya proses pembentukan atau penentuan harga selalu dikaitkan dengan
urgensi kebutuhan uang tunai dari petani peternak; bila petani peternak sangat
membutuhkan uang tunai, ia commit to user sebagai price taker (penerima
hanya bertindak
library.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

harga) saja, karena bargaining position (posisi dalam tawar menawar) lemah,
bahkan tidak jarang terjadi praktekpraktek pemasaran yang merugikan petani
peternak oleh para pedagang perantara atau blantik (Heryadi, 2011)
G. Analisis Usaha
Analisis usaha ternak sapi potong secara operasionalnya dapat dilakukan
dengan menghitung semua biaya dikeluarkan, diantaranya dalah biaya variabel
dan biaya produksi. Usaha peternakan pada dasarnya merupakan kegiatan utama
bagi peternak di perdesaan, dimana hasil produksinya sepenuhnya di arahkan ke
pasar, dan jarang sekali ditemui bahwa peternak langsung mengkonsumsi sendiri
hasil ternak dalam pemeliharaan atau hasil dibudidaya sendiri. Usaha ternak sapi
potong dengan cara penggemukkan merupakan hal yang sangat baik, dan sebagai
pendukung ekonomi peternak, terutama yang berkaitan dengan salah satu untuk
memperoleh keuntungan yang optimal, dengan prinsip dasar usaha secara
komersial. Keuntungan yang diperoleh petani merupakan hasil dari penjualan
ternak sapi potong dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa
produksi, pada setiap akhir panen petani akan menghitung hasil bruto yang
diperolehnya. Biaya produksi adalah sebagai komponen biaya yang dikeluarkan
selama usaha berlangsung, kemudian hasil penjuaan yang diterima, faktor-faktor
produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan peternak dalam proses produksi baik
secara tunai maupun tidak tunai (Rusdiana, 2016)
Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara pengeluaran dan
pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan Social Opportunity Cost
of Capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang
diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskontokan pada saat ini.
Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi,
biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan manfaat/benefit dari proyek
yang direncanakan. Jadi perhitungan NPV mengandalkan pada teknik arus kas
yang didiskontokan (Maulana et al., 2014).
n At
NPV = ∑t=0
(1+k)t
commit to user
library.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

Keterangan :
k = Discount rate
At = Cashflow w pada periode t
n = Periode Terakhir dimana cashflow diharapkan.
Kriteria NPV sebagai berikut :
- Jika NPV positif maka proyek investasi layak
- Jika NPV negatif maka proyek investasi tidak layak
Benefit cost ratio (BCR) digunakan pada tahap awal evaluasi
perencanaan investasi sebagai analisis tambahan dalam rangka validasi hasil
evaluasi yang telah dilakukan dengan metode lain. Metode ini sangat
bermanfaat untuk evaluasi proyek pemerintah yang berdampak langsung
kepada masyarakat banyak (public government project), baik dampak positif
maupun dampak negatif. Metode ini memberi penekanan terhadap ratio antara
aspek manfaat (benefit) dengan aspek biaya (cost) yang ditanggung akibat
adanya investasi tersebut, Rumus BCR adalah penerimaan dibagi dengan total
biaya produksi (Zacoeb, 2014).
Bt −Ct
∑n
t =1(1+i)t
BCR = Ct −Bt
∑n
t=1 (1+i)t

Keterangan :
BCR = Benefit Cost Ratio
Bt = Benefit kotor pada tahun ke - t (Rp)
Ct = Biaya kotor pada tahun ke - t (Rp)
i = Tingkat bunga (discount rate) (%)
t = Umur ekonomis (tahun)
Kriteria BCR sebagai berikut
- BCR > 1, berarti usahatani menguntungkan
- BCR < 1, berarti usahatani tidak menguntungkan
- BCR = 1, berarti usahatani berada pada titik impas

commit to user
library.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

IRR adalah suatu tingkat bunga yang menunjukkan bahwa jumlah nilai
sekarang netto (NPV) sama dengan jumlah seluruh ongkos investasi proyek
/usaha ternak. IRR adalah suatu tingkat bunga dengan seluruh net cash flow
sesudah dipresent-value-kan sama jumlahnya dengan “Investment Cost”. Di
dalam analisis IRR, akan dicari pada tingkat bunga beberapa (“Discount Rate”)
serta akan dihasilkan NPV = 0. Menentukan tepatnya tingkat bunga yang ideal,
dilakukan interpolasi penyisipan di antara bunga yang lebih rendah (yang
menghasilkan NPV negatif) yang dapat dituangkan dalam rumus (Zulkarnain,
1993).
NPVrr
IRR = rr + TPVrr-TPVrt x ( rt-rr )

Keterangan :
rr = Tingkat discount rate (r) lebih rendah
rt = Tingkat discount rate (r) lebih tinggi
TPV = Total present value
NPV = Net Present Value
Kriteria IRR sebagai berikut :
- Jika IRR > dari tingkat bungan yang disyaratkan, maka proyek
investasi layak
- Jika IRR < dari tingkat bunga yang disyaratkan, maka proyek
investasi kurang layak
. Payback period of credit (PPC) menunjukkan jangka waktu yang
diperlukan untuk mengembalikan seluruh modal yang digunakan pada investasi
awal. Payback period tersebut lebih pendek dari umur investasi, maka usaha
tersebut menguntungkan sehingga layak untuk dijalankan, namun apabila
payback period tersebut lebih panjang dari umur investasi maka usaha tersebut
tidak layak dijalankan. PPC dapat dihitung dengan rumus PPC =
Investasi/Keuntungan X 1thn (Husnan dan Suwarsono, 2005).
- Rumus PPC jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda
a-b
Payback Period = n + × 1 tahun
c-b
commit to user
Keterangan :
library.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup
investasi mula-mula.
a = Jumlah investasi mula-mula.
b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n
c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1
- Rumus PPC jika arus kas per tahun jumlahnya sama
Investasi
Payback Period = × 1 tahun
Cashflow
Kriteria PPC sebagai berikut :
- PPC > Umur Ekonomis = tidak layak
- PPC < Umur Ekonomis = layak
Analisis break even point (BEP) adalah suatu alat atau teknik yang
digunakan oleh manajemen untuk mengetahui tingkat penjualan tertentu
perusahaan sehingga tidak mengalami laba dan tidak pula mengalami kerugian.
Keadaaan impas perusahaan dapat terjadi apabila hasil penjualan hanya cukup
untuk menutupi biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan ketika
memproduksi suatu produk.. Mengetahui informasi besarnya hasil titik impas
yang dicapai, maka industri dapat melakukan kebijakan. Kebijakan yang
dilakukan yaitu menentukan berapa jumlah produk yang harus dijual (budget
sales), harga jualnya (sales price) apabila indutri menginginkan laba tertentu
dan dapat meminimalkan kerugian yang akan terjadi (Supriyono, 2000).
- BEP dalam unit
FC
BEP unit =
P - VC
- BEP dalam rupiah
FC
BEP rupiah = VC
1- S

Keterangan :
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC = Variabel Cost (Biaya Variabel)
P = Price per Unit
S = Sales Volume
commit to user

Anda mungkin juga menyukai