Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PEMELIHARAAN

MANAJEMEN TERNAK POTONG

PRAKTIKUM III
MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK SAPI POTONG

OLEH :

NAMA : DAYFAH DINASARKI


NIM : I011 18 1318
KELOMPOK : XXVI (DUA PULUH ENAM)
ASISTEN : ADE IRMA RUSIANA

LABORATORIUM ILMU TERNAK POTONG DAN KERJA


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan peternakan sapi potong diupayakan untuk meningkatkan

populasi dan produksi ternak, disamping meningkatkan pendapatan ternak.

Keberadaan peternakan ruminansia memberikan kontribusi yang besar dalam

persediaan pangan terutama dalam bentuk produksi hewani sumber protein,

daging dan susu. Peternakan sapi potong merupakan salah satu usaha yang

potensial untuk dikembangkan. Pengembangan usaha tersebut bergantung tiga

faktor yaitu feeding, breeding, dan manajemen. Sehubungan degan hal tersebut

potensi genetik ternak, sistem pemeliharaan dan ketersediaan pakan berkualitas

perlu mendapat perhatian (Nurfitri, 2008).

Pemeliharaan sapi tidak hanya bagaimana sapi-sapi yang dipelihara bisa

makan dan tumbuh besar begitu saja. Peternak harus memperhatikan aspek-aspek

terkait dalam hal pemeliharaan sapi. Aspek-aspek tersebut meliputi pakan yang

diberikan, perkandangan, penanganan kesehatan, perkawinan, pengelolaan

limbah, serta aspek terkait lainnya diharapkan akan menghasilkan produktivitas

yang tinggi. Kendala yang terdapat di dalam pemeliharaan sapi potong

diantaranya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap Good Farming

Practices dan penerapannya yang menyebabkan pemeliharaan sapi-sapi tersebut

kurang maksimal (Prasetya, 2011).

Sistem pemeliharaan ternak sapi potong dibagi menjadi tiga yaitu itensif,

semi intensif, dan ekstensif. Pemeliharaan sapi potong memiliki pola

pengembangan yaitu pengembangan sapi yang tidak dapat dipisahkan dari


pengembangan usaha pertanian, terutama sawah dan ladang. Pengembangan sapi

tidak terkait dengan pengembangan usaha pertanian. Pengembangan usaha

penggemukan sebagai usaha padat modal dan berskala besar (Yulianto dan

Saparinto, 2010). Hal inilah yang melatar belakangi dilakukannya Praktikum

Manajemen Ternak Potong.

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukannya Praktikum Manajemen Ternak Potong mengenai

Pemeliharaan Sapi Potong yaitu untuk mengetahui sistem pemeliharaan sapi

potong, sistem pemberian pakan sapi potong, sistem perkandangan dalam

penggemukan sapi potong, sanitasi ternak dan sanitasi kandang sapi potong.

Kegunaan dilakukannya Praktikum Manajemen Ternak Potong mengenai

Pemeliharaan Sapi Potong yaitu agar mahasiswa dapat memahami dan

mengimplementasikan manajemen pemeliharaan sapi potong yang baik dan benar.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Pemeliharaan Sapi Potong

Pemeliharaan sapi secara tradisional merupakan sistem yang dilaksanakan

oleh sebagian besar Peternak di Indonesia. Managemen merupakan salah satu

faktor produksi yang belum mendapat perhatian dalam usaha peternakan sapi

potong khususnya peternakan rakyat. Ada beberapa sistem pemeliharaan yang

digunakan untuk sapi. Pada prinsipnya perbedaan sistem pemeliharaan sapi

terletak pada teknik pemberian pakan atau ransum, luas lahan yang tersedia, umur

dan kondisi sapi (Dian, 2016).

Sistem pemeliharaan ternak sapi dibagi menjadi tiga yaitu intensif, ekstensif

dan semiintensif. Ekstensif adalah pola pengembangan yang masih dilakukan

secara sederhana, teknologi terbatas, dan kondisi sumber daya alam masih

memungkinkan. Pada pengembangan ekstensif, lahan yang belum termanfaatkan

dan beralih fungsi (untuk perumahan, industri, dan lain-lain) masih banyak. Pola

ini hampir hanya memanfaatkan faktor alam saja karena belum banyak campur

tangan dalam pengelolaannya. Kelebihan pola pengembangan ini yaitu tidak

membutuhkan banyak tenaga untuk pemeliharaan sapi potong dan tidak perlu

diberikan pakan karena sudah tersedia. Kekurangan pola pengembangan ini yaitu

memerlukan lahan pengembangan yang lebih luas, dan pertumbuhan sapi lambat

karena hanya diberi pakan hijauan (Yulianto dan Saparinto, 2010).

Pemeliharaan ternak secara intensif adalah sistem pemeliharaan tenak sapi

dengan cara dikandangkan secara terus menerus dengan sistem pemberian pakan
secara cat and curry. Sistem ini dilakukan karena lahan untuk pemeliharaan

secara esktensif sudah mulai berkurang. Keuntungan sistem ini adalah

penggunaan bahan pakan hasil ikutan dari beberapa industri lebih intensif

dibandingkan dengan sistem ekstensif. Kelemahannya modal yang digunakan

lebih tinggi, masalah penyakit dan limbah peternakannya. Semi intensif adalah

perpaduan pengembangan esktensif dan intensif. Pola ini dilakukan dengan sapi

digembalakan pada siang hari dan pada malam hari diberi pakan di dalam

kandang (Nurfitri, 2008).

Sistem Pemberian Pakan dan Kebutuhan Pakan Sapi Potong

Pakan dapat didefnisikan sebagai semua yang bisa dimakan oleh ternak dan

tidak mengganggu kesehatannya atau pakan adalah segala sesuatu yang dapat

diberikan sebagai sumber energi dan zat-zat gizi kepada ternak. Jenis-jenis pakan

ternak secara garis besar dapat dikelompokkan kedalam tiga golongan yaitu pakan

hijauan berupa semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuh-

tumbuhan berupa daun-daunan, terkadang termasuk batang, ranting dan bunga.

Pakan penguat (konsentrat) adalah pakan yang konsentrasi gizinya tinggi dengan

kadar serat kasar yang relatif rendah dan mudah dicerna, karena terbuat dari

campuran dari beberapa bahan pakan sumber energi (biji-bijian, sumber protein

jenis bungkil, kacang-kacangan, vitamin dan mineral). Pakan tambahan

bagiternak dapat berupa vitamin, mineral, urea bahkan terkadang dilakukan

pemberian hormon kedalam pakan (Amir, 2017).

Pemberian pakan dengan cara dibatasi adalah yang cukup baik, tetapi

kuantitas dan kualitasnya harus diperhitungkan agar mencukupi kebutuhan ternak.

Perlu dilakukan penyusunan ransum yang didasarkan kepada kelas, jenis kelamin,
keadaan fisiologis dan prestasi produksi ternak bersangkutan. Pakan tersebut

digunakan untuk kebutuhan harian hidup pokok untuk menjalani hidup, untuk

produksi dan untuk bereproduksi. Sapi membutuhkan pakan berupa hijauan 10%

dari berat badan dan pakan tambahan berupa konsentrat 1-2% dari berat badan

berupa dedak halus, bungkil kelapa, gaplek atau ampas tahu (Delfia, 2011).

Teknik pemberian pakan yang baik adalah mengatur jarak waktu antara

pemberian konsentrat dan hijauan. Pemberian konsentrat dapat dilakukan dua kali

dalam sehari atau tiga kali dalam semalam. Pemberian konsentrat dua kali dalam

sehari semalam dapat dilakukan di pagi hari sekitar pukul 8.00 dan sekitar pukul

15.00. Lain lagi dengan pemberian konsentrat yang dilakukan tiga kali dalam

sehari semalam. Hal ini dapat dilakukan saat pukul 8, sekitar pukul 12dan sekitar

pukul 16. Cara pemberian hijauan pada sapi sebaiknya dihindari pemberian yang

sekaligus dan dalam jumlah yang banyak. Pemberian pakan hijauan yang

demikian ini akan berakibat pada banyaknya hijauan yang terbuang dan yang

tidak dimakan oleh sapi. Teknik pemberian pakan yang baik terdiri daei ransum

dan hijauan(Badri, 2016).

Menurut Haza (2016) teknik pemberian pakan pada sapi dikenal dengan

sistem pasture fattening, dry lot fattening, dan kombinasi keduanya.

Pasture Fattening

Pasture fattenign merupakan suatu sitem penggemukan sapi yang dilakukan

dengan cara menggembalakan sapu di padang penggembalaan. Metode

penggemukan ini umumnya dilakukan di lahan yang cuku luas. Sapi bakalan

dilepskan di padang penggembalaan selama beberapa hari, kemudian dipindahkan


ke padang penggembalaan lainnya. Demikian dilakukan terus-menerus sampai

sapi tersebut layak jual.

Dry lot fattening

Sistem dry lot fettening merupakan ssitem penggemukan sapi dengan

pemberian ransum atau pakan yang mengutamakan biji-bijian seperti jagung,

sorgum, atau kacang-kacangan. Ssitem ini dilakukan dimana sapi digemukkan di

dalam kandang sederhana selama periode tertentu dan pakan diberikan berupa

hijauan dan konsentrat.

Sistem kombinasi

Ssitem ini merupakan perpaduan antara pasture fattening dan dry lot

fattening. Biasanya banyak dilakukan di daerah tropis dan sub tropis dengan

pertimbangan musim dan ketersediaan pakan. penggemukan dengan sistem ini

dapat pula diartikan dengan menggembalakan sapi pada siang hari di padang

penggembalaan, sedangkan pada malam hari sapi di kandangkan dan diberikan

konsentrat.

Sistem Perkandangan dalam Penggemukan Ternak Sapi Potong

Kandang merupakan tempat berlindung ternak dari hujan, terik matahari,

pengamanan ternak terhadap binatang buas, pencuri, dan sarana untuk menjaga

kesehatan Kandang memiliki beberapa fungsi penting dalam suatu usaha sapi

potong yaitu melindungi sapi potong dari gangguan cuaca, tempat sapi beristirahat

dengan nyaman, mengontrol sapi agar tidak merusak tanaman di sekitar lokasi

peternakan, tempat pengumpulan kotoran sapi, melindungi sapi dari hewan

pengganggu, memudahkan pemeliharaan, terutama dalam pemberian pakan,

minum dan mempermudah pengawasan kesehatan (Dian, 2016).


Dalam sistem penggemukan sapi dikenal beberapa bentuk kandang antara

lain tipe kandang tunggal (individual) dan tipe kandang ganda (Prayudi, 2007):

1. Tipe Tunggal : terdiri dari satu baris sapi dengan posisi kepala satu arah

yang cocok digunakan untuk menggemukan sapi sebanyak 1 – 5 ekor.

2. Tipe Ganda : terdiri dari dua baris sapi yang saling berhadapan atau bertolak

belakang, diantara kedua barisan sapi dibatasi atau dibuat gang selebar 1,5

meter sebagai jalan untuk memberi makanan/air minum danmembersihkan

kandang. Kandang tipe ini cocok untuk menggemukkan sapi dengan jumlah

besar (lebih 5 ekor).

Kandang individu atau kandang tunggal, merupakan model kandang satu

ternak satu kandang. Pada bagian depan ternak merupakan tempat palungan

(tempat pakan dan air minum), sedangkan bagian belakang adalah selokan

pembuangan kotoran. Sekat pemisah pada kandang tipe ini lebih diutamakan pada

bagian depan ternak mulai palungan sampai bagian badan ternak atau mulai

palungan sampai batas pinggul ternak Tinggi sekat pemisah sekat sekitar 1 m atau

setinggi badan sapi. Sapi di kandang ndividu diikat dengan tali tampar pada lantai

depan guna menghindari perkelahian sesamanya Luas kandang individu

disesuaikan dengan ukuran tubuh sapi yaitu sekitar panjang 2,5 meter dan lebar

1,5 meter (Rasyid dan Hartati., 2007).

kandang koloni (komunal) atau kandang kelompok merupakan model

kandang dalam suatu ruangan kandang yang didalamnya ditempatkan beberapa

ekor ternak, secara bebas tanpa diikat, berfungsi sebagai tempat perkawinan dan

pembesaran anak sampai disapih, atau digunakan sebagai kandang pembesaran

maupun penggemukan. Perkandangan model kelompok atau koloni diharapkan


dapat meningkatkan keberhasilan reproduksi dan efisiensi penggunaan tenaga

kerja. Pembangunan kandang berkelompok atau yang biasa juga disebut sebagai

kandang kelompok ini, memudahkan transfer teknologi karena komunikasi tidak

perlu dilakukan dengan menemui petani satu persatu di rumahnya, melainkan

cukup dilakukan di lokasi kandang kelompok, juga tersedia satu bangunan khusus

yang digunakan untuk sebagai kepentingan anggota kelompok tani, termasuk

untuk pertemuan-pertemuan kelompok (Hanafi, 2016).

Sanitasi Kandang dan Sanitasi Ternak

Sanitasi dilakukan sebagai upaya untuk menjaga kebersihan lingkungan,

agar ternak terbebas dari serangan penyakit.sanitasi lingkungan dilakukan untuk

menciptakan rasa aman dan nyaman, bagi peternak maupun ternak yang

dipelihara, serta bebas dari gangguan infeksi penyakit yang dapat merugikan

ternak. Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi

dengan tindakan pencegahan guna mencegah timbulnya penyakit yangdapat

mengakibatkan kerugian (Sugeng, 2006).

Manfaat dari sanitasi yaitu dilakukan secara menyeluruh, yakni terhadap

lingkungan sekitar dan terhadap peralatan yang berhubungan dengan ternak.

Lingkungan yang kotor dan tidak terurus merupakan media yang baik bagi

berbagai jenis serangga penyebar penyakit. dan caplak penghisap darah dapat

bersarang dicelah-celah kandang sehingga merupakan sasaran utama dalam

melakukan sanitasi (Myzha, 2010).

Jenis jenis sanitasi dapat dibagi menjadi tiga yaitu sanitasi kandang, sanitasi

ternka, dan sanitasi peternak. Sanitasi kandang adalah suatu kegiatan yang

dilakukan oleh peternak untuk kebersihan kandang dan lingkungannya. Sanitasi


ternak yaitu menjaga kebersihan badan sapi, salah satunya dengan cara

memandikan sapi. Badan sapi terutama pada bagian kulit, seringkali kotor akibat

kulit ari yang mengelupas atau debu/ lumpur yang melekat bersama dengan

keringat dan lemak sapi. Sanitasi peternak dilakukan dengan menjaga kebersihan

petugas/ pekerja kandang, untuk menghindari penyebarluasan kuman dengan cara

selalu membersihkan anggota badan dengan air hangat dan sabun ataupun

disinfektan (Retno, 2002)

Secara umum sanitasi kandang dilakukan dengan pembersihan lantai

kandang, pembersihan bak makanan dan bak minum, memandikan sapi,

pemotongan kuku dan pelepasan sapi di lapangan untuk exercise. Sanitasi

kandang dilakukan 2 kali setiap hari oleh petugas kandang yaitu pada pagi dan

sore hari. Membersihkan kotoran/feces yang kemudian di tampung di dalam drum

untuk kemudian dijadikan pupuk organik. Membersihkan sisa pakan ternak

kemudian dibuang. Menyemprot dan menyikat lantai kandang sampai bersih

dengan menggunakan sikat dan air. Melakukan pembersihan bak pakan dan air

minum dengan menggunakan sikat sampai bersih kemudian membersihka dan

mengganti air desinfektan di sekitar kandang. Membersihkan langit-langit dan

tembok di sekitar lingkungan kandang (Rudi, 2012)


BAB III
METODE PRAKTIKUM

Waktu Dan Tempat Praktikum

Praktikum Manajemen Ternak Potong dilakukan pada Jumat, 04

Desember 2020, pukul 06.00 WITA dan 16.00 WITA sampai selesai

dan bertempat di Laboratorium Ilmu Ternak Pototng, Fakultas Peternakan,

Universitas Hasanuddin, Makassar.

Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan dalam Praktikum Manajemen Ternak Potong

mengenai Pemeliharaan Sapi Potong adalah sapu lidi, skop, gerobak, timbangan

pakan, karung, ember, timbangan digital, mesin copper, motor viar, keranjang

pakan dan tempat sampah.

Bahan yang digunakan dalam praktikum Manajemen Ternak Potong

mengenai Pemeliharaan Sapi Potong adalah ternak sapi potong, konsentrat, dan

hijauan.

Metode Praktikum

Mekanisme kerja dalam praktikum Manajemen Ternak Potong adalah

melakukan pembersihan atau sanitasi selama 4 hari setiap pagi dan sore hari, yaitu

pagi pada pukul 06.15-7.30 WITA dan sore pukul 16.15-17.30 WITA. Setiap pagi

dan sore hari membersihkan kandang dari kotoran yang umumnya sisa bahan

pakan yang bercampur dengan kotoran sapi itu sendiri, selokan, palungan (tempat

makan dan air minum), gang tengah dan lantai. Memimbang sisa pakan yang ada
dan mencatatnya. Kemudian mengambil pakan berupa rumput gajah di kebun

rumput fakultas peternakan menggunakan motor viar, setelah itu pakan yang

syfah diambil kemudian di cacah menggunakan mesin copper kemudian

menimbang pakan lalu diberika kepada ternak sapi.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Ternak Sapi di Kandang Sapi Potong Fakultas Peternakan


Universitas Hasanuddin

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa

keadaan khusus untuk ternak potong yang ada di kandang dalam kondisi yang

sehat. Jumlah sapi yang dipelihara berjumlah 4 ekor, terdiri atas 3 jantan dan 1

betina. Sapi yang ada di kandang dipelihara untuk penggemukan karena jenis

kandang yang ditempati oleh ternak potong yaitu jenis kandang tunggal karena

terdiri dari satu baris dengan posisi kepala satu arah. Hal ini sesuai dengan

pendapat Prayudi (2007) yang menyatakan bahwa kandang tipe tunggal terdiri

dari satu baris sapi dengan posisi kepala satu arah yang cocok digunakan untuk

menggemukan sapi sebanyak 1 – 5 ekor.

Selain itu, kebutuhan nutrisi dari masing-masing ternak berbeda-beda

karena kebutuhan hidup dan produksi dari masing-masing ternak juga berbeda-

beda. Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Hal ini

sesuai dengan pendapat Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak Bekasi (2011) yang

menyatakan bahwa setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan seperti sapi

dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak jenuh memerlukan

pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Pemberian pakan

dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening), kereman

(dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan kedua.

Pemberian pakan sapi yang dilakukan yaitu dengan cara kereman, yaitu

ternak didalam kandang dan diberikan pakan. Pemberian pakan dengan cara ini
merupakan pemberian pakan yang terbaik. Hal ini sesuai dengan pendapat Balai

Pengujian Mutu Pakan Ternak Bekasi (2011) yang menyatakan bahwa pemberian

pakan dengan kereman adalah pemberian pakan yang terbaik.

Sistem Pemeliharaan Ternak Sapi di Kandang Sapi Potong Fakultas


Peternakan Universitas Hasanuddin

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa

sistem pemeliharaan ternak sapi di kandang sapi potong Fakultas Peternakan

dilakukan dengan sistem pemeliharaan intensif yaitu ternak dikandangkan. Hal ini

sesuai pendapat Suryana (2009) yang menyatakan bahwa sistem pemeliharaan

sapi potong dikategorikan dalam tiga yaitu sistem pemeliharaan intensif yaitu

ternak dikandangkan, sistem pemeliharaan semi intensif yaitu ternak

dikandangkan pada malam hari dan dilepas di padang penggembalaan pada pagi

hari dan sistem pemeliharaan ekstensif yaitu ternak dilepas di padang

penggembalaan.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa

sistem pemeliharaan ternak sapi di kandang sapi potong Fakultas Peternakan

dilakukan dengan system kandang tunggal dimana satu sapi satu kandang dimana

bagian depannya tempat pakan dan minum sedangkan bagian belakannya berupa

selokan tempat pembuangan kotoran. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyid dan

Hartati (2007) yang mengemukakan kandang individu atau kandang tunggal,

merupakan model kandang satu ternak satu kandang. Pada bagian depan ternak

merupakan tempat palungan (tempat pakan dan air minum), sedangkan bagian

belakang adalah selokan pembuangan kotoran. Sekat pemisah pada kandang tipe

ini lebih diutamakan pada bagian depan ternak mulai palungan sampai bagian
badan ternak atau mulai palungan sampai batas pinggul ternak Tinggi sekat

pemisah sekat sekitar 1 m atau setinggi badan sapi.

Sistem Pemberian Pakan Ternak Sapi di Kandang Sapi Potong Fakultas


Peternakan Universitas Hasanuddin

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa

pemberian pakan dan minum dilakukan dengan memberikan pakan dengan cara

dijatahkan atau disuguhkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Balai Pengujian Mutu

Pakan Ternak Bekasi (2011) yang menyatakan bahwa pemberian pakan dapat

dilakukan dengan cara salah satunya yaitu dengan sistem kereman (dry lot

fattening) adalah sistem yang menggembalakan ternak di dalam kandang, ternak

tidak dilepas, pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan. Sapi yang

dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari

sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga

pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus

atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu yang diberikan dengan cara

dicampurkan dalam rumput di tempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral

sebagai penguat berupa garam dapur, kapur. Pakan sapi dalam bentuk campuran

dengan jumlah dan perbandingan tertentu.

Pemberian pakan sapi yang dilakukan yaitu dengan cara kereman, yaitu

ternak didalam kandang dan diberikan pakan. Pemberian pakan dengan cara ini

merupakan pemberian pakan yang terbaik. Hal ini sesuai dengan pendapat Balai

Pengujian Mutu Pakan Ternak Bekasi (2011) yang menyatakan bahwa pemberian

pakan dengan kereman adalah pemberian pakan yang terbaik.


Sistem Perkandangan Ternak Sapi di Kandang Sapi Potong Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa

Sistem perkandangan ternak sapi di kandang sapi potong Fakultas Peternakan

mengunakan jenis kandang kelompok, yaitu model kandang dimana dalam suatu

ruangan kandang ditempatkan beberapa ekor ternak, secara bebas tanpa diikat,

dan jenis kandang tunggal, yaitu terdiri dari satu baris sapi dengan posisi kepala

satu arahyang cocok digunakan untuk menggemukan sapi sebanyak 1 – 5 ekor.

Hal ini sesuai pendapat Prayudi (2007) yang menyatakan bahwa dalam sistem

penggemukan sapi dikenal beberapa bentuk kandangantara lain tipe kandang

tunggal (individual) dan tipe kandang ganda yaitu Tipe Tunggal terdiri dari satu

baris sapi dengan posisi kepala satu arahyang cocok digunakan untuk

menggemukan sapi sebanyak 1 – 5 ekor.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa

sistem pemeliharaan ternak sapi di kandang sapi potong Fakultas Peternakan

dilakukan dengan system kandang tunggal dimana satu sapi satu kandang dimana

bagian depannya tempat pakan dan minum sedangkan bagian belakannya berupa

selokan tempat pembuangan kotoran. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyid dan

Hartati (2007) yang mengemukakan kandang individu atau kandang tunggal,

merupakan model kandang satu ternak satu kandang. Pada bagian depan ternak

merupakan tempat palungan (tempat pakan dan air minum), sedangkan bagian

belakang adalah selokan pembuangan kotoran. Sekat pemisah pada kandang tipe

ini lebih diutamakan pada bagian depan ternak mulai palungan sampai bagian
badan ternak atau mulai palungan sampai batas pinggul ternak Tinggi sekat

pemisah sekat sekitar 1 m atau setinggi badan sapi.

Sanitasi Ternak Sapi Potong dan Sanitasi Kandang Sapi Potong Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa

sanitasi ternak sapi potong dan sanitasi kandang sapi potong Fakultas Peternakan

dilakukan 2 kali sehari yaitu setiap pagi dan sore. Dimana sanitasi ternak

dilakukan dengan membersihkan sisa kotoran atau feses yang menempel pada

tubuh ternak dengan cara memandikan dan menyikat tubuh ternak mulai dari

badan hingga kaki/kuku ternak. Hal ini sesuai pendapat Rudi (2012) yang

menyatakan bahwa petugas kandang pada pagi dan sore hari. Pertama,

membersihkan sisa kotoran/feces yang menempel pada tubuh ternak dengan cara

menyemprot dan menyikat tubuh ternak mulai dari badan hingga kaki/kuku

ternak. Tujuannya yaitu agar pada saat akan dilakukan program kondisi ternak

dalam keadaan bersih. Pekerjaan memandikan dilakukan 2 kali setiap harinya,

sedangkan pembersihan lantai kandang juga minimal 2 kali setiap harinya.Namun

demikian apabila terdapat kotoran sapi maupun rumput sisa yang berserakan di

lantai kandang di luar pembersihan rutin, maka perlu dilakukan pembersihan

secepatnya. Kotoran tersebut dimasukan ke dalam selokan atau tempat

penampungan kotoran (drum plastik) yang disediakan.

Sanitasi kandang dilakukan dengan kandang dibersihkan dari kotoran yang

umumnya sisa bahan pakan yang bercampur dengan kotoran sapi itu sendiri,

selokan, palungan (tempat makan dan air minum), gang tengah dan lantai.Hal ini

sesuai pendapat Rudi (2012) yang menyatakan bahwa secara umum sanitasi
kandang dilakukan dengan permbersihan lantai kandang, pembersihan bak

makanan dan bak minum, memandikan sapi, pemotongan kuku dan pelepasan sapi

di lapangan untuk exercise. Sanitasi kandang dilakukan 2 kali setiap hari oleh

petugas kandang yaitu pada pagi dan sore hari.Pertama, membersihkan

kotoran/feses yang kemudian di tampung di dalam drum untuk kemudian

dijadikan pupuk organik.Kedua, membersihkan sisa pakan ternak kemudian

dibuang. Ketiga, menyemprot dan menyikat lantai kandang sampai bersih dengan

menggunakan sikat dan air.Keempat, melakukan pembersihan bak pakan dan air

minum dengan menggunakan sikat sampai bersih kemudian membersihkan dan

mengganti air desinfektan di sekitar kandang.Kelima, membersihkan langit-langit

dan tembok di sekitar lingkungan kandang.


PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa untuk

mendapatkan kondisi tanah yang optimal sesuai untuk pertumbuhan tanaman,

perlu mempersiapkan tanah sebagai lahan atau tempat budidaya dengan sebaik-

baiknya dan melalui tahap memperhatikan beberapa faktor, yaitu kedalaman

tanah, kemiringan lahan atau kelerengan dan tenaga kerja yang digunakan. Proses

pengolahan lahan ada 3 yaitu membersihkan areal, pembajakan, dan penggaruan.

Saran

Sebaiknya pada saat dilakukan praktikum pengolahan lahan dilapangan

praktikan serius dan berhati-hati, agar tidak memakan waktu yang lama dan hasil

yang diperoleh juga maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, W.C, Suryadiputra, I.N, Saharjo, B.H, Siboro, Labueni. 2005.


Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut. Bogor.
Wetlands International

Adnyana, I. M. 2011. Peningkatan Kualitas Tanah Dalam Mewujudkan


Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan. Jurnal Bumi Lestari
Vol. 11 No. 1 131-137

Agroteknologi. 2017. Teknik Konservasi Secara Kimia. Pusat Info Pertanian:


Agroteknologi.info.web.id dpa diakses pada 24 September 2017.

Direktorat. 2013. Pengolahan Lahan Pertanian. Direktorat Pembinaan Sekolah


Menengah Kejuruan : Jakarta.

Fatma, Desi. 2016. Tanah Isotol: Pengertian Karakteristik Dan Pemanfaatannya.


Pusat Studi Umum Geografi Indonesia. (Online).
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/tanah-litosol diakses pada 24
September 2016.

Juhadi. 2007. Pola-Pola Pemanfaatan Lahan Dan Degradasi Lingkungan Pada


Kawasan Perbukitan. Jurnal Geografi Vo. 4 No. 1

Nurullita, U., Budiyono. 2012. Lama Waktu Pengomposan Sampah Rumah


Tangga Berdasarkan Jenis Mikro Organisme Lokal (Mol) Dan Teknik
Pengomposan. Seminar Hasil-Hasil Penelitian ISBN : 978-602-18809-0-6

Purwanto, I. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae Cetakan ke-1. Kanisius,


Yogyakarta

Robbani, I. H., E. Triswanti, R. Noviyanti, A. Rivaldi, F. P. Cahyani, F.


Untaminungrum. 2016. Aplikasi Mobile Scotect: Aplikasi Deteksi Warna
Tanah Dengan Teknologi Citra Digital Pada Android. Jurnal
TeknologiMaretInformasi dan Ilmu Komputer (JTIIK). Vol.3 No. 1 Hal 19-
26.

User, S. 2017. Karakteristik Rumput Kolonjo. BPTU-HPT INDAHPURI.


(Online) http://bptu-hptindrapuri.com/site/index.php/media-top/artikel-
top/157-karakteristik-rumput-kolonjono diakses pada 24 September 2017.

Utomo, Pontjo. 2014. Daya Dukung Ultimate Pondasi Dangkal Di Atas Tanah
Pasir Yang Diperkuat Geogrid. Palu: Universitas Tadulako. 6(1). 15- 16.

Anda mungkin juga menyukai