Anda di halaman 1dari 11

RENCANA KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN II

TATALAKSANA PENANGANAN KESEHATAN SAPI


BRAHMAN CROSS DI FEEDLOT PT RUMPINARY AGRO
INDUSTRI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

NURAISYAH

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN TERNAK


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
Judul : Tatalaksana Penanganan Kesehatan Sapi Brahman
Cross di Feedlot PT Rumpinary Agro Industry Kabupaten
Bogor Jawa Barat.
Nama : Nuraisyah
NIM : J3I117018
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Ternak

Diketahui Oleh, Disetujui Oleh,

Yuni Resti, SPt, MSc Fariz Am Kurniawan, SPt, MSi


Ketua Program Studi Dosen Pembimbing
PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan Proposal
Praktik Kerja Lapangan dengan judul “Tatalaksana Penanganan Kesehatan Sapi
Brahman Cross di Feedlot PT Rumpinary Agro Industry Kabupaten Bogor Jawa
Barat”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ketua Program Keahlian Teknologi
dan Manajemen Ternak dan dosen pembimbing yang memberikan pengarahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini,
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pimpinan PT Rumpinnary Agro
Industry yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan Praktik Kerja
Lapangan.

Bogor, 17 Desember 2019

Nuraisyah
DAFTAR ISI
1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan sapi pedaging di Indonesia, dari tahun ke tahun terus meningkat


seiring dengan laju pertambahan penduduk dan semakin membaiknya tingkat
kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data dari Kementrian Pertanian, perkiraan
produksi sapi potong di dalam negeri pada tahun 2018 sebesar 403.668 ton dengan
total kebutuhan mencapai 663.290 ton. Pemenuhan kebutuhan daging sapi masyarakat
baru 60.9% yang mampu dipenuhi dari peternak sapi lokal. Usaha untuk meningkatkan
pengadaan daging sapi dapat dilakukan dalam usaha feedlot. Feedlot adalah
pemeliharaan sapi di dalam kandang tertentu, tidak diperkerjakan tetapi hanya diberi
pakan dengan nutrien yang optimal untuk menaikkan berat badan dan kesehatan sapi
(Darmono, 1993).
Perkembangan usaha penggemukan sapi didorong oleh adanya kecendrungan
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan permintaan daging yang terus-menerus.
Sementara di sisi lain, tuntutan masyarakat akan ke amanan, kesehatan, dan
keselamatan semakin meningkat pula. Hal ini di tunjang karena kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) di segala bidang (Muctar, 2009). Salah satu faktor
penunjang dalam keberhasilan usaha peternakan yaitu dapat dilihat dari manajemen
penanganan kesehatannya. Penyakit merupakan penyimpangan terhadap ststus
kesehatan ternak yang disebabkan oleh organisme hidup, kelainan bawaan, trauma
fisik, keracunan makanan, ataupun perubahan cuaca.
Dengan melakukan penanganan kesehatan ternak yang baik diharapkan akan
mampu menghasilkan produk peternakan yang ASUH (aman, sehat, utuh dan halal)
sehingga tujuan dari terciptanya keamanan pangan dapat terwujud. Selain itu, dengan
manajemen kesehatan ternak dapat dilakukan pencegahan penyakit sehingga akan
mengurangi biaya produksi akibat dari biaya pengobatan terhadap ternak yang
terserang penyakit.
PT Rumpinary Agro Industry merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang penggemukan sapi potong. Bangsa sapi yang dipelihara yaitu sapi Brahman
Cross (BX) yang diimpor dari Australia baik steer, bull dan heifer.

1.2 Tujuan

Tujuan Praktik Kerja lapangan (PKL) yang dilaksanakan adalah


mengaplikasikan keterampilan dan ilmu yang diperoleh selama kuliah, menambah
wawasan dan informasi serta pengetahuan baru yang tidak didapatkan melalui dunia
perkuliahan, mendekatkan diri dengan lapangan kerja. PKL juga bertujuan untuk
menambah kepercayaan diri, keberanian, tanggung jawab dalam melaksanakan tugas
yang dipercayakan oleh instansi atau perusahaan kepada mahasiswa. Selain itu
mahasiswa juga dapat mengetahui kegiatan tatalaksana penanganan kesehatan yang
diterapkan di PT Rumpinary Agro Industri Bogor.
2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi Brahman Cross

Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai
penghasil daging. Sapi potong biasa disebut sebagai sapi tipe pedaging. Sapi pedaging
memilki ciri tubuh besar, kualitas daging maksimum dan mudah dipasarkan, laju
pertumbuhan cepat, jumlah karkas tinggi dan kualitas daging baik (Salim, 2013). Sapi
pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos
sondaicus/Bos javanicus), sapi Zebu (Bos indicus), dan sapi Eropa (Bos taurus).
Bangsa-bangsa sapi yang ada saat ini berasal dari ketiga kelompok sapi tersebut dan
terdapat bangsa-bangsa sapi baru hasil persilangan antara bangsa yang merupakan
bangsa ketiga sapi tersebut (Fikar dan Ruhyadi, 2012).
Indonesia merupakan negara beriklim tropis, sehingga sapi pedaging yang
dipelihara merupakan jenis bangsa sapi tropis ataupun persilangan. Salah satu jenis sapi
pedaging yang biasa digemukan di Indonesia yaitu Brahman Cross (BX). Sapi
Brahman Cross berasal dari Australia yang merupakan keturunan sapi Zebu (Bos
indicus). Keunggulan sapi Brahman Cross diantaranya tahan terhadap panas dan tahan
terhadap endoparasit dan ektoparasit seperti caplak sehingga sapi ini mudah dipelihara
(Fikar dan Ruhyadi, 2012).

2.2 Sistem Perkandangan

Kandang merupakan tempat tinggal ternak sepanjang waktu, sehingga


pembangunan kandang sebagai salah satu faktor lingkungan hidup ternak, harus bisa
menjamin hidup yang sehat dan nyaman. Fungsi kandang menurut Sukmawati et al
(2010) yaitu melindungi ternak dari perubahan cuaca atau iklim yang ekstrim
(panas,hujan, dan angin), mencegah dan melindungin ternak dari penyakit, menjaga
keamanan ternak dari pencurian, memudahkan pengelolaan ternak dalam proses
produksi seperti pemberian pakan, minum, pengelolaan kotoran dan perkawinan,
meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerja.
Syafrial et al (2007) menyatakan, persyaratan untuk kandang sapi potong antara
lain, letak kandang dengan rumah berjarak lebih dari 10 m, kandang berada di lokasi
yang lebih tinggi dari tanah sekitarnya, dibelakang kandang dibuat lubang untuk
menampung kotoran, ventilasi kandang baik, dekat dengan sumber air, bahan bangunan
terbuat dari kayu, bambu, atau bahan lainnya yang kuat. Tata letak bagunan diatur
berdasarkan fungsinya dan jarak antara bagunan dalam peternakan yang berdekatan
juga diatur agar tidak menambah resiko perpindahnya penyakit, membuat kandang
dengan luas yang layak sesuai jumlah ternak dan ventilasi yang baik, membuat kandang
isolasi bagi ternak yang sakit dan kandang karantina bagi ternak yang sehat
(Samal,2015).
2.3 Manajemen Pemeliharaan

Manajemen pemeliharaan meliputi cara pemberian pakan,cara menanggulangi


penyakit pada ternak, pencatatan, pengontrolan, perlakuan untuk menunjang performa
dan sistem pemeliharaan. Menurut Syahidah (2017), cara penggemukan sapi secara
modern dilakukan dengan menggunakan prinsip feedlot, yaitu pemberian pakan sapi
terdiri dari hijauan dan konsentrat yang berkualitas di dalam kandang.
Berdasarkan Sensus Pertanian (1993), pemeliharaan ternak besar khususnya
sapi oleh peternak rakyat dikategorikan dalam 3 cara yaitu pemeliharaan intensif
dimana ternak dikandangkan, pemeliharaan semi-intensif dimana ternak dikandangkan
dan dilepas, serta pemeliharaan ekstensif dimana ternak dilepas sama sekali.
Pemeliharaan intensif paling sering digunakan di Indonesia, karena pemeliharaan
sepenuhnya dilakukan di kandang.

2.4 Manajemen Kesehatan

Kesehatan ternak merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha
peternakan. Kerugian yang besar seringkali disebabkan oleh timbulnya penyakit yang
menyerang ternak-ternak yang ada, sapi potong yang sehat merupakan faktor penting
dalam meraih keberhasilan usaha sapi potong. Karena itu perlu dilakukannya
pengendalian penyakit seperti menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya,
memandikan sapi, memisahkan sapi yang sakit, mengusahakan lantai kandang selalu
kering, serta memeriksa kesehatan sapi secara teratur (Hadi 2009).

2.5 Penanganan Limbah

Kotoran ternak sejauh ini masih dianggap sebagai limbah yang mampu
mencemari lingkungan kandang. Dengan mengelolah kotoran sapi, setidaknya ada dua
keuntungan yang bisa didapatkan yaitu bisa mengurangi resiko pencemaran lingkungan
dan memperoleh produk yang bernilai dari pemanfaatan kotoran ternak.
Sjamsul et al (2015) menyatakan kotoran ternak dapat dimanfaatkan untuk
produksi kompos dengan penambahan probion, urea dan TSP dengan pencampuran
selama 3-4 hari. Selain itu, kotoran sapi dapat diolah untuk tujuan produksi biogas
melalui proses anaerobik.

2.6 Pemasaran

Pemasaran pada prinsipnya merupakan proses kegiatan penyaluran produk


yang dihasilkan oleh produsen agar dapat sampai kepada konsumen (Syahidah, 2017).
Manajemen Pemasaran adalah proses penganalisaan, perencanaan, pelaksanan
dan pengawasan untuk mengukur kemajuan pencapaian pada usaha peternakan. Sistem
pemasaran dalam usaha peternakan menjadi suatu hal yang sangat penting, karena
sistem pemasaran yang baik akan mendapatkan hasil dari peluang usaha yang
menjanjikan.
3 METODE

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan selama 12 minggu pada tanggal


13 Januari 2020 sampai dengan 3 April 2020. Lokasi yang dipilih sebagai tempat
pelaksanaan PKL yaitu PT Rumpinary Agro Industry Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat.

3.2 Metode Pelaksanaan

Kegiatan yang akan dilaksanakan pada Praktik Kerja Lapangan berupa ikut
membantu kegiatan kerja di lapangan dan pengumpulan data. Pengumpulan data
dilakukan secara primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh
dengan cara berdiskusi dan pengamatan bersama dengan pembimbing lapangan
sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui hasil pencatatan.
3.2.1 Keadaan Umum
Mengumpulkan data dan informasi mengenai keadaan umum instansi seperti
lokasi dan tata letak, sejarah dan perkembangan, visi dan misi instansi, struktur
organisasi, ketenaga kerjaan serta faktor laian yang menunjang kegiatan usaha
peternakan sapi potong.

3.2.2 Sarana Produksi


Pengumpulan data sarana produksi perusahaan yaitu meliputi luas lahan dan
pengunaanya, sumber air dan penguaanya, sumber listrik dan pengunaanya, jumlah
populasi dan komposisi sapi pedaging, peralatan produksi, serta gudang pakan. Data-
data tersebut didapat dari data sekunder atau berdiskusi dengan pembimbing lapang.

3.2.3 Sistem Perkandangan


Mengumpulkan data dan informasi mengenai sistem perkandangan meliputi
ukurang kandang, macam-macam kandang pada sapi potong, fasilitas kandang,
peralatan kandang, kapasitas kandang dan bahan kandang (atap, lantai, dan dinding).
Data-data tersebut didapat dari data sekunder atau berdiskusi dengan pembimbing
lapang.

3.2.4 Sistem Pemeliharaan


Mengumpulkan data dan informasi tentang pemeliharaan sapi pedaging
meliputi persiapan kandang, penanganan sapi datang, pemberian pakan dan minum,
serta penanganan lainya. Data-data tersebut didapat dari data sekunder atau berdiskusi
dengan pembimbing lapang.
3.2.5 Manajemen Kesehatan
Mengumpulkan data dan informasi tentang manajemen kesehatan sapi
pedaging meliputi tindakan pencegahan penyakit, sanitasi kandang dan lingkungan,
pemberian vitamin, perlakuan pengontrolan kesehatan, penanganan sapi sakit dan jenis
obat yang diberikan. Data-data tersebut didapat dari data sekunder atau berdiskusi
dengan pembimbing lapang.

3.2.6 Penanganan Limbah


Data yang dikumpulkan terkait dengan penanganan limbah yaitu cara
penanganan limbah, cara pengolah limbah, jenis limbah yang dihasilkan, dan harganya.
Data-data tersebut didapat dari data sekunder atau berdiskusi dengan pembimbing
lapang.

3.2.7 Pemasaran
Mengumpulkan data dan informasi tentang pemasaran seperti; bentuk, jumlah,
dan harga produk yang dihasilkan dan rantai tataniaga.Data-data tersebut didapat dari
data sekunder atau berdiskusi dengan pembimbing lapang.

3.3 Kegiatan PKL

1. Membantu pelaksanaan kegiatan pada perusahaan atau instansi yang ditempati


dalam mengelola usahanya dibawah pembimbing lapangan.
2. Melaksanakan kegiatan harian teknik-teknik usaha bidang peternakan meliputi
budidaya, processing, dan pengolahan produk.
3. Menganalisis dan menjabarkan kegiatan yang dilakukan, kemudian
dibandingkan dengan teori yang didapatkan pada saat perkuliahan.
4. Mengumpulkan data-data dan menyusun data-data tersebut untuk pembuatan
laporan.
5. Membuat jurnal harian yang ditandatangani oleh pembimbing lapangan.

3.4 Tata Tertib Pelaksanaan PKL

1. Melaksanakan kegiatan sesuai peraturan perusahaan tempat PKL,


2. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan yang ditugaskan,
3. Tidak melakukan kegiatan yang tidak diperbolehkan,
4. Melaksanakan kegiatan sesuai jam kerja yang ditentukan,
5. Melaksanakan kegiatan khusus yang harus diselesaikan meskipun diluar jam
kerja,
6. Meminta izin apabila akan keluar farm dan melaporkan apabila sudah kembali,
7. Tidak menggunakan, mengambil barang atau benda atau merusak meski
tampak tidak berharga tanpa izin dari pihak perusahaan,
8. Berpakaian sopan sesuai yang ditentukan perusahaan,
9. Khusus pria rambut dipotong rapi,
10. Membawa perlengkapan pribadi
DAFTAR PUSTAKA

BPS. 1993. Sensus Pertanian. Jakarta (ID): Biro Pusat Statistik.


Darmono. 1993. Tata Laksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius Yogyakarta (ID).

Fikar S, Ruhyadi D. 2012. Penggemukan Sapi. Jakarta (ID): PT Agro Media


Pustaka pertanian
Hadi. P. 2009. Problem Dan Usaha Pengembangan Usaha Sapi Potong Di Indonesia.
[Jurnal] Litbang Pertanian.
Muctar, A.B.2009. Mewaspadai Penyakit Hewan Berbahaya pada Hewan dan Ternak.
Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Salim E. 2013. Sukses Bisnis Dan Beternak Sapi Pedaging. Yogyakarta (ID):
Lily Publisher.
Samal F. 2015. Analisis Manajemen Kesehatan Terhadap Produktivitas
Ternak Sapi Potong di PT Perdikari United Livestock Kabupaten Sidrap
[skripsi]. Makassar (ID): UIN Alauddin Makassar.
Sjamsul, et al. 2015. Pedoman Teknis Laboratorium Lapang dan Sekolah Lapang
Pembibitan dan Penggemukan Sapi Potong (LL dan SL-PPSP). Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor (ID).
Sukamwati F, M Kaharudin. 2010. Perkandangan sapi potong. Nusa
Tenggara Barat (ID): Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peternakan
Depertemen Pertanian.
Syafrial, et al. 2007. Manajemen Pengelolaan Penggemukan Sapi Potong. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Jambi (ID).
Syahidah. 2017. Analisis Pemeliharaan Sapi Potong di Desa Sapobonto
Kecamatan Bulukumpu Kabupaten Bulukumba [skripsi]. Makassar (ID):
Universitas Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai