Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGGEMUKAN TERNAK (FEEDLOT)

Oleh
KELOMPOK

Nama NIM
Mustaram B1D020176
Nisrina Mudi'ah B1D020189
Nurman Khaerullah B1D020200
Randi Ade Irawan B1D020208
Reklivson Andre Kuswanto B1D020210

LABORATARIUM TERNAK POTONG


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN TERNAK POTONG DAN KERJA

OLEH :
KELOMPOK ...

Dosen Pembina/Pembimbing

NIP…..

Praktikum Praktikum Praktikum

Mustaram Nisrina Mudi'ah Nurman Khaerullah


B1D020176 B1D020189 B1D020200

Praktikum Praktikum

Randi Ade Irawan Reklivson Andre Kuswanto


B1D020208 B1D020208

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini tepat pada
waktunya yang berjudul “PENGGEMUKAN TERNAK (FEEDLOT)”.
Dengan selesainya laporan ini, tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberikan masukan-masukan kepada kami. Untuk itu, kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas
laporan ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi tercapainya
kesempurnaan dari makalah ini.

Mataram, 28 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

iii
DAFTAR TABEL

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Balakang


Penggemukan adalah suatu usaha pemeliharaan ternak yang bertujuan untuk
mendapatkan produksi daging berdasarkan pada peningkatan bobot badan tinggi melalui
pemberian pakan yang berkualitas dan dengan waktu yang sesingkat mungkin. Kebutuhan
nutrien dari ternak tersebut harus terpenuhi dengan baik, sehingga mampu memacu
peningkatan bobot badan sapi dalam waktu singkat. Usaha penggemukan ternak
merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat peternakan yang mempunyai prospek
yang cerah untuk dikembangkan dimasa depan. Hal ini terbukti dengan semakin banyak
diminati masyarakat baik dari kalangan peternak kecil, menengah, maupun swasta atau
komersial. Metode pemberian pakan pada penggemukan ternak juga dapat berpengaruh
terhadap kualitas daging. Metode penggemukan meliputi: (1) dry lot fattening
(penggemukan dalam kandang dengan pemberian biji-bijian dan limbah industri
pertanian), (2) pasture fattening (penggemukan dalam padang penggembalaan) dan (3)
kombinasi dry lot fattening dan pasture fattening (Nurwantoro et al. 2012).
Usaha penggemukan bertujuan untuk menghasilkan pertambahan bobot sapi
semaksimal mungkin dan dalam waktu sesingkat mungkin. Selain pertimbangan biaya
juga hal yang penting dalam usaha penggemukan. Dalam usaha penggemukan peternak
dituntut untuk meminimalkan pengeluaran. Salah satu penyebabnya peternak tidak
mendapatkan keuntungan maksimal adalah adalah kurang memiliki strategi untuk
mendapatkan untung yang besar, dan banyak penyelubung dari bahan hasil peternakan
untuk sampai pada konsumen atau disebut juga kerangnya ilmu peternak tentang
manajemen usaha penggemukan.
Keuntungan dari penggemukan ternak ini didapatkan dari selisih bobot badan
awal dibudidayakan dengan bobot badan akhir saat ternak siap dipasarkan. Artinya
ada pertambahan berat badan ternak yang sangat ditentukan dari jenis sapi, umur, jenis
kelamin sapi, ransum pakan yang diberikan dan pengelolaan petarnakan. Oleh
karena itu pemahaman terhadap strategi atau manajemen penggemukan ternak yang
mencakup sistem dan strategi penggemukan, manajemen produktivitas ternak,
manajemen pakan dan manajemen pemasaran sangat di perlukan dalam usaha
penggemukan ternak.

1
1.2 Materi dan Metode Praktikum
1.2.1 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kondisi peternakan sapi di Dusun Montong kesambik, Desa
Jurit, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur
2. Untuk mengetahui menejemen pemeliharaan ternak yang diterapkan oleh
sebagian besar masyarakat.
3. Untuk mengetahui produktifitas ternak dan kesejahteraan peternak
4. Untuk menganalisa masalah-masalah peternakan yang dihadapi peternak
1.2.2 Manfaat Praktikum
Adapaun manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Agar dapat mengetahui kondisi peternakan di masyarakat saat ini
2. Agar dapat mengetahui manajemen penanganan ternak (ketersediaan
pakan,minum, perawatan, kebersihan dan kesehatan ternak).
3. Agar dapat mengetahui latar belakang peternak (pendidikan, pengalaman,dan
sebagainya).
4. Agar dapat mengetahui masalah atau hambatan-hambatan peternak dalam
mengembangkan peternakannya.

2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 usaha penggemukan ternak sapi
Usaha penggemukan ternak potong merupakan usaha yang potensial dalam
rangka pemenuhan swasembada daging nasional dan diharapkan dapat mengurangi
ketergantungan terhadap impor ternka pootng dan daging. Usaha ini dilakukan oleh
peternak skala besar maupun skala rumah tangga namun usaha ternak potong
memerlukan biaya investasi yang cukup besar (Sahala, Widiati, and Baliarti 2016).
Penggemukan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk memperoleh
pertambahan bobot badan ternak yang dipelihara. Usaha penggemukan bertujuan untuk
menggemukkan sapi umur muda dalam jangka waktu tertentu, kemudian dijual sebagai
hewan potong. Dalam usaha penggemukan ternak potong, produksi didekati berdasarkan
pertambahan bobot badan sapi, sedangkan faktor-faktor produksi yang diduga
mempengaruhi pertambahan bobot badan ternak adalah faktor genetis ternak itu sendiri
dan faktor lingkungan yaitu jumlah hijauan, konsentrat, jumlah tenaga kerja, obat-obatan,
umur ternak bakalan dan pola penguasaan ternak (Indrayani, Nurmalina, and Fariyanti
2012).
Pemilihan sistem penggemukan yang sesuai dengan keadaan ternak dan kondisi
lingkungan peternakan penting dilakukan untuk memacu pertumbuhan bobot badan
ternak yang optimal. Ada tiga sistem penggemukan yang dapat dilakukan tergantung
pada musim dan ketersediaan pakan yanga ada, antara lain sistem penggemukan dry lot
fattening, pasture fattening, dan kombinasi keduanya antara pasture dan dry lot fattening
(Syafrial, Susilawati, and Bustami 2007).
Sistem pasture fattening memerlukan waktu pemeliharaan yang lebih lama karena
jenis pakan yang diberikan hanya berupa hijauan yang dicampur dengan leguminosa,
sistem penggemukan dimana sapi berada di padang. Penggemukan dengan sistem pasture
fattening membutuhkan waktu sekitar 8–10 bulan sedangkan sistem lainnya hanya
membutuhkan waktu sekitar 3–6 bulan tergantung dari umur bakalannya (Widya 2021).
Sistem dry lot fattening adalah sistem penggemukan dimana sapi berada terus-menerus
dalam kandang dan tidak di gembalakan ataupun dipekerjakan. Sapi bakalan yang
dipergunakan pada dry lot fattening umumnya sapi-sapi jantan yang telah berumur lebih
dari 1 tahun dengan lama penggemukan sekitar 2 - 6 bulan (Sunarto et al. 2016).
Kombinasi pasture–drylot fatttening. Pada umumnya sistem ini dilakukan di daerah
tropis yang mempunyai iklim dua musim yang sangat jelas batasnya. Pada saat musim
3
hujan, dimana rumput tumbuh sangat subur, maka domba digembalakan di padang
rumput. Tetapi disaat musim kemarau dimana padang penggembalaan mulai kering,
ternak ditempatkan dalam kandang dan diberi pakan penguat dan hijauan kering
(Bharoto and Apsari 2012).
2.2 pakan
Pakan bagi penggemukan sapi merupakan sarana produksi yang sangat penting
bagi ternak karena berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan (Makkan et al. 2014). Pada
usaha penggemukan sapi potong pertambahan bobot badan merupakan salah satu tujuan
penting yang ingin dicapai. Bobot hidup akhir sangat dipengaruhi oleh jenis, jumlah dan
mutu pakan yang diberikan. Jumlah dan kualitas pakan yang baik akan membantu ternak
untuk tumbuh dan berproduksi (Mulijanti, Tedy, and Nurnayetti 2014).

Pakan sapi harus memenuhi kandungan nutrisi yaitu protein, lemak, karbohidrat,
vitamin, dan mineral. Jumlah pakan yang dikonsumsi sapi secara umum sekitar 3%
bahan kering (BK) dari berat tubuh. Namun jumlah tersebut dapat berubah tergantung
kondisi lingkungan dan kesehatan sapi. Pada saat memacu pertumbuhan, pakan yang
diberikan harus memenuhi tiga unsur yaitu bahan pakan berserat (hijauan), pakan
penguat (konsentrat), dan bahan pakan tambahan yang biasanya berupa vitamin atau
mineral. Sapi pada umumnya memerlukan pakan segar sebanyak 10% dari bobot
badanperhari. Dari jumlah 10% tersebut, 5% diantaranya adalah hijauan; jenis hijauan
yang bisa diberikan yaitu berupa rumput gajah, rumput lapangan, lamtoro, jerami, dan
silase. Selain hijauan, sapi juga diberikan 5% konsentrat, jenis konsentrat yang biasanya
diberikan adalah dedak, ampas tahu, ampas kedelai, dan konsentrat pabrikan. Manajemen
pakan yang baik yaitu yang memperhatikan jenis pakan yang diberikan, jumlah pakan
yang diberikan sesuai kebutuhan, imbangan hijauan dan konsentrat, serta frekuensi dan
cara pemberian pakan yang tepat (Sandi, Desiarni, and Asmak 2019)

2.3 Bakalan
Bakalan adalah factor yang penting, karena sangat menentukan hasil akhir usaha
pengemukan. Keterampilan dalam memilih bibit (sapi bakalan) merupakan langkah awal
yang sangat menentukan dalam suatu usaha penggemukan sapi potong (Syafrial et al.
2007). Bakalan yang berkualitas, akan berdampak langung terhadap produktifitas ternak
dan efisiensi pakan yang digunakan. Penilaian keadaan bakalan sapi untuk

4
penggemukan, pada prinsipnya berdasarkan pada umur, bentuk luar tubuh, bangsa sapi,
jenis kelamin (Alif 2017).
Strategi yang dilakukan peternak dan salah satu strategi yang digunakan adalah
seperti strategi melalui umur bakalan sapi potong. Strategi umur bakalan pada
penggemukan sapi potong dengan menggunakan umur yang ideal dalam penggemukan
sapi potong. Lebih baik lagi memilih umur sapi potong yang telah berusia dua tahun.
Strategi pemilihan alternatif umur bakalan ini dimaksudkan bahwa bakalan sapi berusia
muda masih perlu banyak nutrisi bagi pertumbuhan, sehingga proporsi makanan yang
diberikan tentu akan terserap untuk kepentingan nutrisi pertumbuhan dan tidak akan
terdistribusi secara nyata pada daging serta lemak. Sehingga usia muda untuk bakalan
sapi potong ini, tidak dianjurkan untuk usaha penggemukan sapi potong (Anshori and
Moehadi 2021). Secara teoritis umur sapi bakalan yang baik untuk digemukkan
adalah 1,5-2,5 tahun atau gigi seri tetap sudah 1-2 pasang (poel 1 dan 2)karena
umumnya sapi bakalan yang berumur demikian memiliki laju pertumbuhan yang
optimal, efisiensi pakan yang tinggi (Pawere, Baliarti, and Nurtini 2012). Strategi
pemilihan bakan dapat di lihat dari body condition score (BCS) atau skor kondisi tubuh
sapi sangat. Sapi bakalan yang baik untuk digemukkan adalah sapi dengan nilai BCS 2,5
(kurus) – 3 (sedang) (Pawere et al. 2012).
Bangsa sapi yang digunakan untuk penggemukan sebaiknya dipilih bangsa sapi
yang mempunyai produktivitas tinggi atau jenis unggul, baik sapi unggul lokal maupun
jenis sapi impor atau persilangan. Beberapa jenis sapi unggul lokal yang dijadikan ternak
potong adalah sapi Bali, Peranakan Onggole (PO) dan sapi Madura, sedangkan untuk
jenis sapi unggul impor adalah sapi Brahman, Simenthal, Onggole dan Brangus (Syafrial
et al. 2007).

2.4 Kandang
Kandang adalah tempat tinggal bagi ternak selama di rawat oleh peternak.
Kandang merupakan salah satu faktor lingkungan hidup ternak, harus bisa memberikan
jaminan untuk hidup yang sehat dan nyaman sesuai dengan tuntutan hidup ternak dan
bangunan kandang diupayakan harus mampu untuk melindungi ternak dari gangguan
yang berasal dari luar seperti sengatan matahari, cuaca buruk, hujan dan tiupan angin
kencang. Secara umum kontruksi kandang harus kuat, mudah dibersihkan, bersikulasi
udara baik. Oleh karena itu, sehubungan dengan kontruksi ini yang perlu mendapat

5
perhatian terutama mengenai arah kandang, ventilasi, atap, dinding dan lantai (Sandi and
Purnama 2017).

Perkandangan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pemeliharaan


(segitiga produksi) ternak sapi karena kandang sangat berperan dalam usaha peningkatan
produksi. Letak dan bentuk kandang harus sesuai dengan sifat biologis temak yang
dipelihara dan iklim setempat. Pembuatan kandang perlu mendapatkan perhatian yang
serius dengan mempertimbangkan unsur-unsur efesiensi kerja dan perhitungan ekonomis
serta masalah yang menyangkut lingkungan (HM and Khairil 2020). Persyaratan
kandang merupakan halpenting yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu
perkandangan sapi potong. Syarat perkandangan yang baik perlu memperhatikan
beberapa hal diantaranya pemilihan lokasi kandang, tata letak kandang,konstruksi
kandang, bahan kandang, danperlengkapan kandang, sehingga dapatmeningkatkan
produktivitas penggemukan ternak (Sandi and Purnama 2017).
2.5 Kesehatan dan pencegahan penyakit
Kesehatan ternak merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
keberhasilan usaha penggemukan sapi potong. Penyakit yang menyerang ternak
diketahui dapat menurunkan pembentukan daging serta produktivitas ternak karena
gangguan penyerapan nutrisi. Gangguan kesehatan hewan dapat merugikan peternak
yang disebabkan oleh kematian ternak, biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan,
penurunan produksi, serta turunnya efisiensi pakan. Kerugian tersebut menunjukkan
bahwa tata laksana kesehatan ternak penting diterapkan dalam usaha penggemukan
(Nuraini et al. 2020)
Manajemen kesehatan hewan akan membantu kesehatan hewan yang optimal
sehigga mempengaruhi tercapainya kesehatan hewan dengan produktifitas (performance
produksi atau pun performance/penampilan) yang diinginkan. Performance produksi
adalah pencapaian produksi ternak yang diternakan. pada peternakan sapi potong
(sapi pedaging, diharapkan mencapai penambahan berat badan rata-rata tertentu setiap
hari) (Ramita and Widyani 2021). Penanganan dan pencegahan penyakit pada usaha
penggemukan sapi potong dapat meningkatkan produksi dan performance sapi potong
pada usaha penggemukan.
Manajemen kesehatan hewan berhubungan erat dengan usaha pencegahan infeksi
dari agen-agen infeksi melalui upaya menjaga biosekuriti dengan menjaga higienitas dan
sanitasi kandang, manajemen pakan yang baik, dan peningkatan daya tahan tubuh ternak
6
melalui pemberian obat cacing dan multivitamin. Pelaksanaan higienitas dan sanitasi
merupakan aspek penting untuk dijalankan di peternakan ada atau tidak adanya penyakit.
Secara umum terdapat dua jenis peternak dalam hal penerapan manajemen kesehatan
ternak, yaitu peternak yang tidak menerapkan biosekuriti tanpa keinginan untuk
menerapkan biosekuriti di masa depan, serta peternak yang hanya menjalankan dalam
waktu singkat.

7
BAB III
METODE PENGAMATAN
1.1 Cara Kerja
Praktikum Penggemukan (Feedlot) dilaksanakan di sekitaran desa Banyumulek
Kecematan Kediri Lombok Barat. Kegiatan praktikum berlangsung selama 1 hari, dari
pagi sampai sore hari pada tanggal 7 Oktober 2022.
Sampel yang mejadi objek pengamatan praktikum adalah sapi potong yang
berjumlah,,,, ternak. Alat yang digunakan adalah meteran yang memiliki panjang 150 cm
untuk mengukur pajang, tinggi, lebar ternak sapi. Kuisioner dan pulpen yang berfungsi
untuk patokan pertanyaan dan mencatan setiap jawaban narasumber praktikum.
Smartphone unutk mendekumentasi kegiatan.
Metode praktikum dilakukan dikandang peternak di desa Banyumulek dengan
langsung memewancara 5 peternak sapi. Wawancar dilaksanakan dengan melakukan
tanya jawab secara langsung yang berkaitankan dengan penggemukan. Kegiatan dimulai
dari pengamatan secara langsung dan mencatat semua jawaban narasumberbahan pakan
dan dasar pemberian pakan dan proses pemasaran.
1.2 Variable Yang Di Amati
Variable yang diamati secara langsung adalah memwawancara peternak,
mengamati sapi potong dan manajemen penggemukannnya, seperti latar belakang
petrnak, sistem dan strategi penggemukan, tatalaksana pakan, produktivitas ternak
pengeluaran usaha pengeemukan, pemasaran ternak, pendapatan bersih peternak, analisis
ekonomi penggemukan, dan kendala utama yang dihadapi dan cara pengatasi.
1.3 Definisi Operasional
Usaha di bidang peternakan adalah kegiatan yang menghasilkan produk dan jasa
yang menunjang upaya dalam mewujudkan kesehatan hewan serta dengan menggerakkan
tenaga dan pikiran atau badan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Penggemukan
ternak sapi merupakan upaya untuk mengambil hasil dari pertambahan bobot sapi secara
optimal.
1.4 Analisis Data Secara Deskriftif Sesuai Dengan Hasil Pengamatan
Data deskriftif hasil pengamatan berupa data pengamatan secara langsung di
lapangan atau dikandang peternak. Pengamatan meliputi identitas peternak, struktur
populasi, sistem pemeliharaan, pengukuran ternak, jumlah pemotongan, penjualan dan
kempemilikan ternak. Data lainnya dapat di ambil dari buku, jurnal yang berhubungan
dengan praktikum penggemukan, atau catatatan yang diperoleh di kandang peternak.
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN

4.1 Latar Belakan Peternak

Table 1 data umum peternak

No Parameter Satuan Nilai


1 Umur 33 + 27 60
2 Pekerjaan Pokok
a. Petani
b. Peternak 100 % 5
c. PNS
d. Tukang
e. Swasta
f. Lainnya
3 Pekerjaan Sampingan
a. Petani 60% 3
b. Peternak
c. PNS
d. Tukang
e. Swasta
f. Lainnya 40% 2
4 Pendidikan
a. Tidak Sekolah 60% 3
b. Sekolah dasar 40% 2
c. SMP
d. SMA
e. Sarjana
Mulai dari 3 tahun – 30
5 Pengalaman Berternak tahun
6 Kepemilikan ternak
a. Jantan 9 9
b. Betina 4 4
Mulai dari 2 orang - 5
7 Jumlah Tanggungan orang 16
8 Pengalaman Kursus
a. Perna
b. Tidak Perna 100% 5

Dalam pelaksanaan praktikum yang dilakukan di dusun Karang Pande desa


Banyumulek Kec. Kediri. Di lakukan wawancara kepada ternak dari umur ternak,
pendidikan terakhir, tanggungan keluarga , pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan

9
pemilik lahan, kursus ternak. Umur para peternak bervareasi dari umur 33 tahun sampau
60 tahun. Peternak memiliki pekerjaan pokok rata-rata sebagai peternak sapi, dan dari 5
orang peternak 3 peterna memiliki pekerjaan sampingan sebagai petanai. Dari 5 peternak
yang telah di wawancara, 3 peternak tidak bersekolah dan 2 peternak bersekolah.
Pengalamana beternak pun masing-masing sangat cukup lama, dan peternak orang teidak
pernah mengikuti kursus. Dan setiap peternak memiliki ternak sebanyak 2 sampai 3 ekor
per orang.

Table 2 umur fisiologi ternak

Umur Fisiologi Jantan (ekor) Betina (ekor) Jumlah (ekor) Ciri/ warna
Anak
menyusui
Anak sapihan
Muda
10
11
Hitam dan
Dewasa 9 ekor 4 ekor 11 ekor cokelat kemrehan
12
13
14
Terasah
Jumalah (ekor) 9 ekor 4 ekor 11 ekor

Setiap peternak memiliki rata-rata 2 sampai 3 ekor ternak per orang peterna,
diantara ternak memiliki rata-rata umur dewasa yaitu jumlah sapi jantan sebanyak 9 ekor
dan betina 4 ekor, dan ciri-ciri ternaknya memiliki warna hitam, coklat dan coklat
kemerahan.

4.2 Sistem dan Strategi Penggemukan

Table 3 sistem dan strategi penggemukan

No Parameter Satuan Nilai


1 Rata2 Kepemilikan Ternak 3+1 11
2 Luas Kandang 12m
3 Frkuensi Pemberian Pakan
A. 1 Kali
B. 2 Kali 100% 5
C. 3 Kali
D. Tidak Tentu

10
4 Cara Pemeliharaan
A. Dikanadang Terus 100% 5
B. Digembalakan
C. Dikandang Dan
Dikembalakan
5 Pakan Yang Diberikan
A. Hijauan 100% 5
B. Konsentrat 100% 5
C. Limbah Pertaniaan 100% 5
D. Limbah Industri
E. Vitamin
F. Pakan Tambahan Lainnya
6 Memandikan Ternak
A. Tidak
B. Ya 100% 5

Sisitem dan sterategi pengemukan yang dilakukan oleh peternak di dusun Karang
Pande desa Banyumulek Kec. Kediri ini adalah dengan cara pemeliharaan dikandangkan
terus menerus, ukuran kandang rata-rata 12 m². frekuansi pemberian pakan adalah
peternak menberikan makan ternaknya sebanyak 2 kali per hasi, dengan di berikan jenis
pakan rata-rata hijauan, konsentrat, dan limbah pertaniaan. Peternak juga menjaga
kebersihan ternaknya dengan memandikan ternak per suatu waktu.

4.3 Perkandangan dan Kesehatan

Table 4 Perkandangan

Ukuran
Limba
No. Cara Kepemilik Kandang Biaya Kebersiah Pupuk
h
Petern Pemelihara an Kandan an Kanda
Kanda
ak an Kandang g Kandang ng
ng
Panja Leb Lua
ng ar s
Di
Buang
Dikandang 3.000.00 Setiap Dibuan
1 Kelompok 2 2 4 Pada
kan 0 Hari g
Tempa
t
Di
Buang
Dikandang 2.000.00 Setiap Dibuan
2 Kelompok 5 3 15 Pada
kan 0 Hari g
Tempa
t

11
Di
Buang
Dikandang 3.000.00 Setiap Dibuan
3 Kelompok 4 3 12 Pada
kan 0 Hari g
Tempa
t
Di
Buang
Dikandang 3.000.00 Setiap Dibuan
4 Kelompok 4 4 16 Pada
kan 0 Hari g
Tempa
t
Di
Buang
Dikandang 3.500.0 Setiap Dibuan
5 Kelompok 5 3 15 Pada
kan 00 Hari g
Tempa
t

Cara pemeliharaan pternak di dusun Karang Pande desa Banyumulek Kec. Kediri
yaitu ternak dikandangkan. Rata-rata kepemilikan kandang yaitu kandang kelompok,
dengan luaskandang bervariasi pada table 4. Biaya kandang sebersar Rp 2.000.000
samapi Rp 3.500.000. setiap hari para petrnak rata-rata membersikan knadang,
membuang kotoran sapi pada tempatnya dan hasil kotoran sapi tidak di olah menjadi
pupu.

Table 5 jenis penyakit

Jenis
No Gejala-Gejala Pengobatan Biaya
Penyaki
PMK demam, keluar air antibioti, Gratis
liur herbal
1 lepuhan dibagian
tertentu,
luka pada kuku
DIARE fases lembek dan
2 cair

Penyakit yang perna menyerang peternak di dusun Karang Pande desa


Banyumulek Kec. Kediri adalah penyakit PMK. Gejala penyaki PMK yaitu demam,
keluar air liur lepuhan dibagian tertentu, luka pada kuku. Belom ada obat dari penyaki
PMK, namun peternak melakukan pemberian antibiotic dan obat-obat herbal untuk
menghindari penyakit sekunder. Biaya dari semua pengobatan gratis dari pemerinta
dalam memberantas pendemi penyakit PMK. Ada juga penyakit lainya adaalah diare,
dengan gejala fases lembek dan cair.

4.4 Tatalaksana Pakan

12
Table 6 Tatalaksana Pakan

Bahan Jumlah Pakan (Kg/Ekor/Hari) Asal


Peternak
Pakan
Diberikan Sisa Konsumsi Beli Tanam Cari
1 Rumput
1.
Lapangan 60kg 0 3 Ekor Ya
2. Unggul
Dedaunan/
Legume
Jerami/
Libah
Pakan
Penguat 5kg Ya
2 Rumput
1.
Lapangan 60kg 0 3 Ekor Ya Ya
2. Unggul
Dedaunan/
Legume
Jerami/
Libah
Pakan
Penguat 5kg Ya
3 Rumput
1.
Lapangan 60kg 2 Ekor Ya
2. Unggul
Dedaunan/
Legume
Jerami/
Libah
Pakan
Penguat 5kg Ya
4 Rumput
1.
Lapangan 60kg 3 Ekor Ya
2. Unggul
Dedaunan/
Legume
Jerami/
Libah
Pakan
Penguat 5kg Ya
5 Rumput
1.
Lapangan 60kg 2 Ekor Ya

13
2. Unggul
Dedaunan/
Legume
Jerami/
Libah
Pakan
Penguat 5kg Ya
Jumlah 325kg 11 ekor

Tatalaksana pemberin pakan peternak di dusun Karang Pande desa Banyumulek


Kec. Kediri adala pemberian ruput unggul, rumput lapangan, limbah pertanian, dan pakan
penguat atau konstrat berjumlah 325 perhari per 11 ekor ternak. Pakan-pakan ternak
tersebebut, peternak biasanya melakukan pencarian, pembelian dan penanaman sendiri
rumput.

4.5 Produktivitas Ternak

Table 7 Ukuran Lingkar Badan (Kg) Ternak

No.
Peterna Jinis Rata-
k Umur Kelamin 1 2 3 Rata
1 Anak Menyusui Jantan
(0-6 Bulan) Betina
Anak Sapih Jantan
(>6-12 Bulan) Betina
Mudah Jantan
(>12-24 Bulan) Betina
Dewasa Jantan 145 150 147,5
(>24 Bulan) Betina 130 130
2 Anak Menyusui Jantan
(0-6 Bulan) Betina
Anak Sapih Jantan
(>6-12 Bulan) Betina
Mudah Jantan
(>12-24 Bulan) Betina
Dewasa Jantan 135 147 140 140,7
(>24 Bulan) Betina
3 Anak Menyusui Jantan
(0-6 Bulan) Betina
Anak Sapih Jantan
(>6-12 Bulan) Betina
Mudah Jantan
(>12-24 Bulan) Betina
Dewasa Jantan
(>24 Bulan) Betina 150 130 140

14
4 Anak Menyusui Jantan
(0-6 Bulan) Betina
Anak Sapih Jantan
(>6-12 Bulan) Betina
Mudah Jantan
(>12-24 Bulan) Betina
Dewasa Jantan 160 160
(>24 Bulan) Betina 150 130 140
5 Anak Menyusui Jantan
(0-6 Bulan) Betina
Anak Sapih Jantan
(>6-12 Bulan) Betina
Mudah Jantan
(>12-24 Bulan) Betina
Dewasa Jantan 140 190 165
(>24 Bulan) Betina
Ukuran lingkar badan ternak peternak di dusun Karang Pande desa Banyumulek
Kec. Kediri memiliki ukuran yang variasi pada table 7.

Table 8 Panjang Badan

No.
peterna Jinis Rata-
k Umur Kelamin 1 2 3 rata
1 Anak menyusui Jantan
(0-6 bulan) Betina
Anak sapih Jantan
(>6-12 bulan) Betina
Mudah Jantan
(>12-24 bulan) Betina
Dewasa Jantan 105 100 102,5
(>24 bulan) Betina 110 110
2 Anak menyusui Jantan
(0-6 bulan) Betina
Anak sapih Jantan
(>6-12 bulan) Betina
Mudah Jantan
(>12-24 bulan) Betina
Dewasa Jantan 99,5 108 112 106,5
(>24 bulan) Betina
3 Anak menyusui Jantan
(0-6 bulan) Betina
Anak sapih Jantan
(>6-12 bulan) Betina
Mudah Jantan
(>12-24 bulan) Betina
Dewasa Jantan
(>24 bulan) Betina 120 105 112,5

15
4 Anak menyusui Jantan
(0-6 bulan) Betina
Anak sapih Jantan
(>6-12 bulan) Betina
Mudah Jantan
(>12-24 bulan) Betina
Dewasa Jantan 130 130
(>24 bulan) Betina 120 105 112,5
5 Anak menyusui Jantan
(0-6 bulan) Betina
Anak sapih Jantan
(>6-12 bulan) Betina
Mudah Jantan
(>12-24 bulan) Betina
Dewasa Jantan 102 125 113,5
(>24 bulan) Betina
Ukuran panjang badan ternak peternak di dusun Karang Pande desa Banyumulek
Kec. Kediri memiliki ukuran yang variasi pada table 8.

Table 9 Berat Badan (Kg) Ternak

No.
Peterna Jinis Rata-
k Umur Kelamin 1 2 3 rata
1 Anak menyusui Jantan
(0-6 bulan) Betina
Anak sapih Jantan
(>6-12 bulan) Betina
Mudah Jantan
(>12-24 bulan) Betina
Dewasa Jantan 278 295 286,5
(>24 bulan) Betina 230 230
2 Anak menyusui Jantan
(0-6 bulan) Betina
Anak sapih Jantan
(>6-12 bulan) Betina
Mudah Jantan
(>12-24 bulan) Betina
Dewasa Jantan 246 285 262 264,3
(>24 bulan) Betina
3 Anak menyusui Jantan
(0-6 bulan) Betina
Anak sapih Jantan
(>6-12 bulan) Betina
Mudah Jantan
(>12-24 bulan) Betina
Dewasa Jantan
(>24 bulan) Betina 295 230 262,5

16
4 Anak menyusui Jantan
(0-6 bulan) Betina
Anak sapih Jantan
(>6-12 bulan) Betina
Mudah Jantan
(>12-24 bulan) Betina
Dewasa Jantan 331 331
(>24 bulan) Betina 295 230 262,5
5 Anak menyusui Jantan
(0-6 bulan) Betina
Anak sapih Jantan
(>6-12 bulan) Betina
Mudah Jantan
(>12-24 bulan) Betina
Dewasa Jantan 200 400 300
(>24 bulan) Betina

Bobot badan ternak peternak di dusun Karang Pande desa Banyumulek Kec.
Kediri memiliki ukuran yang variasi pada table 9.

4.6 Pengeluaran Usaha Pengemukan

Table 10. Pengeluaran Usaha Penggemukan

No Variabel 1 2 3 4 5
1 Jumlah Sapi 3 ekor 3 ekor 2 ekor 3 ekor 2 ekor
2 Pemotogan 0 0 0 0 0
3 Pnejualan 0 1 ekor 0 0 0
4 Mati 0 0 0 0 0
5 Lahir 0 0 0 0 0
6 Beli 0 0 2 ekor 0 2 ekor

Pengeluaran usaha penggemukan peternak di dusun Karang Pande desa


Banyumulek Kec. Kediri adalah satu tahun kebalkang ini dari 5 peternak hanya 1
peternak telah melakukan penjualan ternak sebanyak 1 ekor. Dan 2 petrnak melakukan
pembelian bakalan ternak sebanyak 4 ekor ternak.

4.7 Pemasaran Ternak

Table 11 Pemasaran Ternak

Perkiraan
No. Dijual Lama Bb Panen Herga Jual
Petrnak Tgl/Bl/Th Pengemukan (Kg) (Rp)
1 - - - -

17
2 - 10 Bulan - 20.000.000
3 - - - -
4 - - - -
5 - - - -
Jumlah

Pemasaan usaha pengemukan peternak di dusun Karang Pande desa Banyumulek


Kec. Kediri ini selama satu tahun kebelakan, satu peternak telah menjual 1 ekor ternak
seharga Rp 20.000.000, penjualan tidak berdasarkan besat namun per ekor.

4.8 Pendapatan Bersih Peternak

Table 12 Pemdapatan Bersih Peternak

No. Penerimaan Biaya Gross Biaya Total Biaya Pendapatan


Peternak (A) Variabel Margin Tetap (D) (B+D) E Bersih (A-
Rp (B) Rp (A-B) Rp E) Rp
1 - 550.000 - 3.000.000 3.550.000 -
2 20.000.000 390.000 19.610.000 2.394.000 2.784.000 17.216.000
3 - 600.000 - 3.000.000 3.600.000 -
4 - 80.000 - 3.000.000 3.080.000 -
5 18.000.000 900.000 17.100.000 4.461.000 5.361.000 12.639.000
Jumlah 38.000.000 2.520.000 36.710.000 15.855.000 18.375.000 29.855.000
Rata Rata 19.000.000 504.000 18355000 3.171.000 3.675.000 14.927.500

Pendapatan betrnak setiap peternak memiliki pendapat bersih berbeda. Dapat


dilihat total rata-rata penerimaan peternak berjum 19.000.000. Biaya variabel rata-rata
berjumlah 504.000. yang setiap peternak memiliki pengeluaran yang berbeda. Dari data
tersebut kita dapat mengetahui Gross margin peternak ini yang hasilnya rata-rata
sejumlah 18.355.000. Biaya tetap peternak yaitu 3.171.000. dan total biaya untuk
beternak berjumlah 3.675.000. Setelah ternak terjual dan dihitung pengeluaran serta biaya
ternak nya maka para peternak bisa mendapatkan laba atau pendapatan bersih dengan
jumlah pendapatan bersih rata-rata 14.927.500.

4.9 Analisis Ekonomi Pengemukan

Table 13 Analisis Ekonomi Peternak

No. Biaya

18
Peterna Pakan Obat/ Berana Lainny
k Rumput Kawin Vaksin Kandang Alat k a
1 10000 300000 50000 3000000 300000
2 10000 250000 40000 2000000 196000
3 10000 300000 50000 3000000 250000
4 10000 250000 50000 3000000 300000
5 10000 250000 50000 3500000 500000
Jumlah 50000 1350000 240000 14500000 1546000 0 0
Rata
Rata 10000 270000 48000 2900000 309200

Pada biaya produksi peternak di dusun Karang Pande desa Banyumulek Kec.
Kediri ini biaya nya tidak seragam mulai dari biaya pakan, biaya kawin, suntik, kandang ,
alat, beranak dan biaya lainnya.

4.10 Kendala Utama yang Dihadapi Peternak

Kendala utama yang dihadapi peternak di dusun Karang Pande desa Banyumulek
Kec. Kediri kurangnya ketersediaan pakan pada saat musim kemarau, sehingga pada
petrnak kesulitan mencari pakan segar atau pakan lain untuk memenuhi nutrisi
ternanaknya. Hal ini di sebabkan juga para petrnak kurangnya ilmu pengatuan dalam tata
cara pengolahan pakan dengan baik.
Pada umumnya ketersediaan hijauan cukup tinggi pada musim hujan sedangkan
pada musim kemarau jumlahnya terbatas. Produksi yang rendah pada musim kemarau
dapat disiasati dengan melakukan pemotongan pada musim hujan saat produksi hijauan
masih tinggi. Apabila rumput dipotong pada saat umur tanaman sudah tua umumnya
kandungan nutrisinya rendah seperti kadar serat kasar tinggi dan protein kasar rendah.
Pada saat produksi hijauan berlebih, teknologi pengawetan dapat dilakukan sehingga
hijauan dapat disimpan lebih lama dan kualitas nutrisi dapat dipertahankan. Hasil
pengawetan hijauan ini dapat diberikan pada saat diperlukan terutama pada musim
kemarau ataupun pada saat peternak kesulitan mendapatkan hijauan untuk pakan. I
dimana kedua teknologi tersebut sangat bermanfaat untuk dunia peternakan terjhususkan
dalam dunia pakan ternak. Inovasi teknologi yang dibutuhkan pada saat permasalahan
peternak kesulitan mendapatkan hijauan untuk pakan dengan menggunakan teknologi
silase dan hay.

19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Praktikum
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami laksanakan dapat di simpulkan
bahwa system pemeliharaan sapi yg di lakukan oleh peternak masih intensif, yakni
dengan system dikandangkan dan di ikat serta. Pemberian pakan yang menggunakan
hijauan, pemberian konsentrat, limbah pertanian untuk melengkapi nutrisi dalam
penggemukan.
Pengetahuan peternak terkait dengan ilmu peternakan juga masih minim atau
kurang sekali karena para peternak tidak pernah mengikuti pelatihan tentang peternakan
dan juga penyuluhan.
Adapun kendala yang sering dihadapi oleh peternak ialah kurangnya ketersediaan
pakan pada saat musim kemarau karena kurangnya pengetahuaan para peternak tentang
tata cara mengolah pakan dengan baik, dan juga apabila datangnya wabah penyakit
karena masih kurang pengetahuaan bagaimana cara merawat ternak yg sakit.

5.2 Saran Praktikum


Kami berharap untuk praktikum selanjutnya kami bisa disediakan alat yang
memdai untuk digunakan dan juga ada salah satu dari dosen pengampu mata kuliah yang
membersamai kami untuk mempermudah kami dalam melaksanakan praktikum secara
baik dan benar

20
DAFTAR PUSTAKA

Alif, S. M. 2017. Kiat Sukses Penggemukan Sapi Potong. Yogyakarta: BIO GENESIS.
Anshori, Abdul Hakim, and Moehadi. 2021. “Pemilihan Alternatif Umur Bakalan Pada
Penggemukan Sapi Potong Dalam Memberikan Nilai Tambah Terbaik Bagi Peternak Di
Kecamatan Kedungadem Bojonegoro.” JEMeS - Jurnal Ekonomi Manajemen Dan
Sosial 4(2):32–42. doi: 10.56071/jemes.v4i2.250.
Bharoto, and Sofia Rieni Apsari. 2012. “ANALISIS KELAYAKAN AGRIBISNIS
PENGGEMUKAN TERNAK DOMBA DENGAN PAKAN FERMENTASI.” Ilmu-
Ilmu Pertanian 16(2):108–13.
HM, Zainal, and Muh. Khairil. 2020. “Sistem Manajemen Kandang Pada Peternakan Sapi
Bali Di Cv Enhal Farm.” Peternakan Lokal 2(1):15–19. doi:
10.46918/peternakan.v2i1.831.
Indrayani, I., R. Nurmalina, and A. Fariyanti. 2012. “Analisis Efisiensi Teknis Usaha
Penggemukan Sapi Potong Di Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat.” Jurnal
Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science) 14(1):286. doi:
10.25077/jpi.14.1.286-296.2012.
Makkan, Richard J., Anie Makalew, F. H. Elly, and L. D. .. LUMENTA. 2014. “Analisis
Keuntungan Penggemukan Sapi Potong Kelompok Tani ‘Keong Mas’ Desa Tambulango
Kecamatan Sangkub Bolaang Mongondow Utara.” Zootec 34(1):28. doi:
10.35792/zot.34.1.2014.3869.
Mulijanti, S. L., S. Tedy, and - Nurnayetti. 2014. “Pemanfaatan Dedak Padi Dan Jerami
Fermentasi Pada Usaha Penggemukan Sapi Potong Di Jawa Barat.” Jurnal Peternakan
Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science) 16(3):179. doi:
10.25077/jpi.16.3.179-187.2014.
Nuraini, Dian Meididewi, Sunarto Sunarto, Nuzul Widyas, Ahmad Pramono, and Sigit
Prastowo. 2020. “Peningkatan Kapasitas Tata Laksana Kesehatan Ternak Sapi Potong
Di Pelemrejo, Andong, Boyolali.” PRIMA: Journal of Community Empowering and
Services 4(2):102. doi: 10.20961/prima.v4i2.42574.
Nurwantoro, N., V. P. Bintoro, A. M. Legowo, and A. Purnomoadi. 2012. “Pengaruh Metode
Pemberian Pakan Terhadap Kualitas Spesifik Daging.” Jurnal Aplikasi Teklogi Pangan
1(3):54–58.
Pawere, Frandz Rumbiak, Endang Baliarti, and Sudi Nurtini. 2012. “Proporsi Bangsa, Umur,
Bobot Badan Awal Dan Skor Kondisi Tubuh Sapi Bakalan Pada Usaha Penggemukan.”
21
Buletin Peternakan 36(3):193–98. doi: 10.21059/buletinpeternak.v36i3.1628.
Ramita, R., and R. Widyani. 2021. “Managemen Kesehatan Usaha Penggemukan Sapi
Potong Di Ktt Padusan Kabupaten Cirebon.” Kandang XIII(1):43–52.
Sahala, Josua, Rini Widiati, and Endang Baliarti. 2016. “Analisis Kelayakan Finansial Usaha
Penggemukan Sapi Simmental Peranakan Ongole Dan Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Jumlah Kepemilikan Pada Peternakan Rakyat Di Kabupaten Karanganyar.”
Buletin Peternakan 40(1):74. doi: 10.21059/buletinpeternak.v40i1.9823.
Sandi, S., M. Desiarni, and Asmak. 2019. “Manajemen Pakan Ternak Sapi Potong Di
Peternakan Rakyat Di Desa Sejaro Sakti Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir.”
Jurnal Peternakan Sriwijaya 7(1):21–29. doi: 10.33230/jps.7.1.2018.7080.
Sandi, S., and P. P. Purnama. 2017. “Manajemen Perkandangan Sapi Potong Di Desa Sejaro
Sakti Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir.” Jurnal Peternakan Sriwijaya 6(1):12–
19.
Sunarto, E., O. H. Nono, U. R. Lole, and Y. L. Henuk. 2016. “Kondisi Ekonomi
Rumahtangga Peternak Penggemukan Sapi Potong Pada Peternakan Rakyat Di
Kabupaten Kupang.” Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal
Science) 18(1):21–28. doi: 10.25077/jpi.18.1.21-28.2016.
Syafrial, Endang Susilawati, and Bustami. 2007. Manajemen Pengelolaan Penggemukan
Sapi Potong. Jambi: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAMBI.
Widya. 2021. PROFIL KOLESTEROL, GLUKOSA, DAN UREA SAPI BALI DENGAN LAMA
PENGGEMUKAN BERBEDA YANG DIBERI PAKAN KONSENTRAT MENGANDUNG
PULP KAKAO. Makasar.

22
LAMPIRAN

23
24

Anda mungkin juga menyukai