Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PRODUKSI TERNAK PERAH


“MANAJEMEN PAKAN PADA SAPI PERAH”

Oleh:
Kelompok: 2
Kelas: B

Wina widiawati 200110170027


Yasmin muthia 200110170029
Febylia Salsadian 200110170030
Layli Yulia 200110170031
Destinur Annisa 200110170032

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITASPADJADJARAN
SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas mata kuliah Manajemen Ternak Perah. Kemudian shalawat
beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang
telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan
umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Manajemen Ternak
Perah dengan judul “Manajemen Pakan pada Sapi Perah”. Selanjutnya kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya Ir. Lia Budimulyati Salman
M.P. selaku dosen mata kuliah Produksi Ternak Perah tidak lupa kepada segenap
pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama pembuatan makalah
ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Kami menerima kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan
laporan ini, supaya dalam pembuatan laporan berikutnya jauh lebih sempurna.

Sumedang, 7 april 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Bab Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................. ii

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah .............................................................. 2

1.3 Maksud dan Tujuan .............................................................. 2

II PEMBAHASAN

2.1 Upaya Penyediaan Pakan Sepanjang Tahun ......................... 3

2.2 Complete Feed Sebagai Solusi Pemberian Pakan Pada


Sapi Perah di Indonesia ........................................................ 6

2.3 Manajemen Pemberian Pakan Pada Sapi Perah .................... 7

III KESIMPULAN .......................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 10

ii
I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam sebuah peternakan.


Biaya untuk pakan sebesar 70-80% dari biaya produksi, sehingga dirasa perlu
adanya perhatian dalam persedian pakan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Kebutuhan pokok konsumsi tanaman hijauan untuk setiap harinya berkisar 10%
dari berat badan ternak, sehingga dirasaperlu untuk meningkatkan produktivitas
suatu lahan untuk mencukupi kebutuhan tersebut.
Aspek penting yang harus dipahami dalam beternak sapi perah adalah
pakan. Pakan ternak perah adalah bahan – bahan yang dapat diberikan kepada
ternak perah, sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa mengganggu
kesehatan, dengan tujuan selain untuk kelangsungan hidup secara normal juga
diharapkan dapat mengoptimalkan produksi.
Oleh karena itu program penyediaan pakan sapi perah yang baik sangat
diperlukan, untuk meningkatkan keuntungan dari produksi yang dihasilkan agar
hasil yang diperoleh seoptimal mungkin diperlukan susunan ransum yang
seimbang, artinya ransum yang mengandung semua zat-zat makanan yang
diperlukan dalam keadaan yang serba cukup dan satu dengan lainnya berada
dalam imbangan yang tepat. Dengan demikian dibuatlah makalah tentang
“Manajemen Pakan pada Sapi Perah”.

1
1.2 Identifikasi Masalah
1) Bagaimana upaya penyedian pakan sepanjang tahun?
2) Bagaimana completed feed sebagai solusi pemberian pakan pada sapi
perah di Indonesia?
3) Bagaimana manajemen pemberian pakan pada sapi perah
1.3 Maksud dan Tujuan
1) Untuk mengetahui upaya penyedian pakan sepanjang tahun.
2) Untuk mengetahui completed feed sebagai solusi pemberian pakan pada
sapi perah di Indonesia.
3) Untuk mengetahui manajemen pemberian pakan pada sapi perah.

2
II
PEMBAHASAN

2.1 Upaya Penyediaan Pakan Sepanjang Tahun


2.1.1 Penyedian Hijauan Untuk Sapi Perah
Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah
maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan
hidup, berproduksi, dan berkembang biak. Pakan merupakan faktor utama dalam
keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan
tatalaksana. Pakan yang berkualitas akan sangat mendukung peningkatan produksi
maupun reproduksi ternak (Anggorodi, 1985).
Sukria dan Krisna (2009) menyatakan bahwa komposisi kimia bahan
makanan ternak sangat beragam karena bergantung pada varietas, kondisi tanah,
pupuk, iklim, lama penyimpanan, waktu panen dan pola tanam. Pengaruh iklim
dan kondisi ekologi sangat menentukan ketersediaan hijauan sebagai pakan ternak
di suatu wilayah sehingga hijauan makanan ternak tidak dapat tersedia sepanjang
tahun. Pada musim penghujan produksi hijauan berlimpah dan sebaliknya di
musim kering atau kemarau hijauan sebagai sumber pakan ternak harus
menghilang. Ketersediaan hijauan secara kuantitas dan kualitas juga dipengaruhi
oleh pembatasan lahan tanaman pakan karena penggunaan lahan untuk tanaman
pakan masih bersaing dengan tanaman pangan.
Menurut Prihadi (2003), hijauan yang berasal dari rumput dan daun-daunan
yang berkualitas bagus, akan menjadikan sapi hanya dapat berproduksi 70% dari
kemampuan yang seharusnya. Walaupun demikian rumput dan daun-daunan
merupakan pakan dasar bagi sapi perah karena harganya relatif murah. Makanan
kasar berupa hijauan sangat diperlukan ternak ruminansia karena mengadung serat
kasar tinggi yang berperan merangsang kerja rumen dan menentukan kadar lemak
susu.

3
Untuk menyediakan hijauan pakan ternak sepanjang tahun perlu dilakukan
manajemen tanaman pakan ternak secara tepat . Tanaman pakan ternak yang dapat
diupayakan antara lain adalah rumput unggul dan leguminosa pohon atau perdu
yang dapat beradaptasi pada kondisi iklim wilayah tertentu . Sedapat mungkin
jenis jenis rumput dan leguminosa tersebut tersebar baik pada musim hujan
maupun kemarau. Pola penanaman hijauan pakan-ternak melalui sistem tiga strata
atau pola lorong dapat dikembangkan sebagai suatu cara untuk tetap dapat
menyediakan hijauan pakan ternak sepanjang tahun . Pola pertanaman dengan
sistem tiga strata (STS) antara lain telah berhasil meningkatkan penyediaan pakan
ternak dan baitkan meningkatkan produksi ternak serta mengurangi erosi tanah.
Pemarifaatan lahan pekarangan, pinggir -jalan, maupun lahan perkebunan dan
kehutanan yang masih memungkinkan untuk hijauan pakan ternak perlu
dikembangkan. Manajemen pemanenan hijauan harus diupayakan agar
tidakmenghambat, pertumbuhan kembali tanaman hijauan pakar tersebut; antara
lain perlu memperhatikan frekuensi pemanenan, umur pemanenan serta
tatalaksana.
Pengelolaan hijauan pakan ternak yang baik akan dapat menjamin pasokan
hijauan pakan sepanjang tahun, baik pada musim hujan maupun pada musim
kemarau. Beberapa metode yang dapat diterapkan pada peternakan sapi perah di
Indonesia adalah: sistem tiga strata, pertanaman lorong (alley cropping).

2.1.2 Penyediaan Konsentrat Sapi Perah


Konsentrat merupakan bahan pakan atau campuran bahan pakan yang
mengandung serat kasar kurang dari 18 persen, TDN lebih dari 6 persen, dan
berperan menutup kekurangan nutrien yang belum terpenuhi dari hijauan.
Konsentrat adalah pakan yang mengandung nutrien tinggi dengan kadar serat
kasar rendah. Konsentrat atau pakan penguat adalah terdiri dari biji-bijian dan
limbah hasil proses industri bahan pangan seperti jagung giling, tepung kedelai,
menir, dedak, bekatul, bungkil kelapa, tetes dan umbi. Peranan konsentrat adalah

4
untuk meningkatkan nilai nutrien yang rendah agar memenuhi kebutuhan normal
hewan untuk tumbuh dan berkembang secara sehat (Akoso, 1996).

Fungsi pakan konsentrat adalah memperkaya dan meningkatkan nilai gizi


pada bahan pakan lain yang nilai gizinya rendah. Sehingga sapi yang sedang
tumbuh ataupun yang sedang dalam periode penggemukan harus diberikan pakan
penguat yang cukup, sedangkan sapi yang digemukan dengan sistem dry lot
fattening diberikan justru sebagian besar pakan berupa pakan berbutir atau
penguat (Sugeng, 1998).
Konsentrat dibedakan dua kelompok, yaitu konsentrat sumber enegi
(carbonaseous concentrate) dan konsentrat sumber protein (proteinaseous
concentrate). Carbonaseous concentrate merupakan konsentrat yang mengandung
energi tinggi, protein rendah dengan protein kasar kurang dari 20 persen dan serat
kasar 18 persen, sedangkan proteinaseous concentrate adalah konsentrat yang
mengandung protein tinggi dengan protein kasar lebih dari 2 persen
(Prawirokusumo, 1994).

2.2 Complete feed Sebagai Solusi Pemberian Pakan Pada Sapi Perah di
Indonesia
Secara umum complete feed adalah suatu teknologi formulasi pakan yang
mencampur semua bahan pakan yang terdiri dari hijauan (limbah pertanian) dan
konsentrat yang dicampur menjadi satu tanpa atau hanya dengan sedikit tambahan
rumput segar. Pakan komplit adalah ransum berimbang yang telah lengkap untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi ternak, baik untuk pertumbuhan, perawatan jaringan
maupun produksi (Pamuji, 2012).
Bahan untuk pembuatan complete feed adalah segala macam hijauan dan
bahan dari tumbuhan lainnya yang disukai oleh ternak seperti ; rumput, sorghum,
jagung, biji-bijian kecil, tongkol gandum, tongkol jagung, pucuk tebu, batang
nanas dan lain-lain.
1. Pakan siap pakai yang memiliki kandungan nutrisi lengkap.

5
2. Dengan complete feed peternak tidak lagi tergantung terhadap hijauan.
3. Dapat memberikan penambahan bobot badan optimal.
4. Peternak tidak lagi membutuhkan lahan yang luas untuk HMT.
5. Menekan biaya pakan dalam usaha peternakan sehingga akan menambah
pendapatan peternak lebih maksimal (Ramadani, 2010).

Secara umum Complete feed adalah suatu teknologi formulasi pakan yang
mencampur semua bahan pakan yang terdiri dari hijauan ( limbah pertanian ) dan
konsentrat yang dicampur menjadi satu tanpa atau hanya sedikit tambahan rumput
segar. Pakan Komplit adalah ransum berimbang yang telah lengkap untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi ternak, baik untuk pertumbuhan, perawatan jaringan
maupun produksi. Dalam pemberiannya, ransum ini tidak memerlukan tambahan
apapun kecuali air minum. Dengan pemberian pakan komplit, lebih praktis dan
sangat menghemat tenaga kerja serta petani tidak perlu lagi setiap hari mencari
rumput.

2.3 Manajemen Pemberian Pakan pada Sapi Perah


Manajemen Pemberian Pakan Hijauan Pemberian hijauan kepada pedet
yang masih menyusu, hanya untuk
 diperkenalkan saja guna merangsang pertumbuhan rumen. Hijauan
tersebut sebenarnya belum dapat dicerna secara sempurna dan belum
memberi andil dalam memasok zat makanan.
 Perkenalkan pemberian hay/rumput sejak pedet berumur 2 – 3 minggu.
Berikan rumput yang berkualitas baik yang bertekstur halus.
 Jangan memberikan silase pada pedet (sering berjamur), selain itu pedet
belum bisa memanfaatkan asam dan NPN yang banyak terdapat dalam
silase.
 Konsumsi hijauan harus mulai banyak setelah memasuki fase penyapihan

6
Menurut Imron (2009), untuk dapat melaksanakan program pemberian
pakan pada pedet, perlu dipahami tentang susunan dan perkembangan alat
pencernaan anak sapi. Sejak lahir anak sapi telah mempunyai 4 bagian perut, yaitu
rumen (perut handuk), retikulum (perut jala), omasum (perut buku) dan
abomasum (perut sejati). Pada awalnya saat sapi itu lahir hanya abomasum yang
telah berfungsi, kapasitas abomasum sekitar 60 % dan menjadi 8 % bila nantinya
telah dewasa. Sebaliknya untuk rumen semula 25 % berubah menjadi 80 % saat
dewasa. Waktu kecil pedet hanya akan mengkonsumsi air susu sedikit demi
sedikit dan secara bertahap anak sapi akan mengkonsumsi calf starter (konsentrat
untuk awal pertumbuhan yang padat akan gizi, rendah serat kasar dan bertekstur
lembut) dan selanjutnya belajar menkonsumsi rumput.
Pemberian pakan anak sapi/ pedet diharapkan semaksimal mungkin
mendapatkan asupan nutrisi yang optimal. Nutrisi yang baik pada saat masih
pedet akan memberikan nilai positif saat lepas sapih, dara dan siap jadi bibit yang
prima. Sehingga produktivitas yang optimal dapat dicapai (Sauvant D,. 1995).
Jenis bahan pakan untuk anak sapi (pedet) dapat digolongkan menjadi pakan pedet
saat sapi dan pakan pedet sesaat setelah disapih. Pakan pedet saat masa sapih yaitu
kolostrum dan milk replacement, ada pula tambahan hijauan yang jumlahnya tidak
banyak. Selain itu, pakan pedet sesaat setelah sapih yaitu berupa hijauan dan
konsentrat (Perdhanayuda, 2010).

7
III
KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan makalah tentang manajemen pakan pada sapi perah
didapat kesimpulan:
1. Pakan utama ternak sapi perah adalah hijauan dan konsentrat, hijauan
memiliki kadar serat kasar yang tinggi. Konsentrat berperan menutup
kekurangan nutrien yang belum terpenuhi dari hijauan tetapi tidak
diberikan dalam jumlah banayak karena dapat menyebabkan asidosis.
2. Secara umum complete feed adalah suatu teknologi formulasi pakan yang
mencampur semua bahan pakan yang terdiri dari hijauan (limbah
pertanian) dan konsentrat yang dicampur menjadi satu untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi ternak, baik untuk pertumbuhan, perawatan jaringan
maupun produksi.
3. Pemberian pakan pada sapi dimulai dari masa pedet, pedet lepas sapih,
sapi dara,sapi laktasi awal, sapi laktasi tengah, sapi laktasi akhir dan sapi
kering kandang.

8
DAFTAR PUSTAKA

Adi Sudono, R. Fina Rosdiana, dan Budi S Setiawan, 2004. Beternak Sapi Perah
Secara Intensif. Penerbit Agromedia Pustaka. Jakarta.

Agustina, 2011. Prospek Pengembangan Sapi Perah. Pusat Penelitian dan


Pengembangan Peternakan. Bogor.

Akoso, B., T. 1996. Kesehatan Sapi. Kanisius, Yogyakarta.

Amoo IA, OT Adebayo, AO Oyeleye.2006. Chemical Evaluation of Winged


Beans (Psophocarous tetragonolabus), Pitanga Cherries (Eugenia uniflora)
and Orchid Fruit (Orchid fruit myristica). African. J food
Agr.Nutr.Dvlpmnt. 2:1-12

Anggorodi, H., 1985. Ilmu Makanan ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Anggraeni, F., Suryadi, D., dan Fitriani, A. 2014. Analisis Harga Pokok Produksi
Dalam Penetapan Harga Jual Konsentrat (Studi Kasus Di Unit Pengolahan
Pakan (Upp) Koperasi Peternakan Bandung Selatan (Kpbs) Pangalengan
Jawa Barat). e-Journal Unpad. Vol 3. No. 4.

Arditya, D. W. 2010. Pengaruh Penggunaan Bahan Pakan Konsentrat Sumber


Protein Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan dan
Konversi Pakan pada Domba Ekor Gemuk. Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya. Malang.

9
Arora, S.P. 1995.Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.

Balitbangtan.2003. Karakteristik Organoleptis silase Rumput Gajah (Pennisetum


purpureum) Akibat Penambahan Kulturmikroba Campuran. Balai
Penelitian dan Pengembangan. Jawa Tengah.

Bolsen KK, Ashbell G, Wilkinson JM. 2000. 3 Silage Additives. Di dalam


WallaceRJ, Chesson A, editor. Biotechnology in Animal Feeds and Animal
Feeding. Weinheim. New York. Basel. Cambridge. Tokyo: VCH. p 33-54.

Pane, Ismed. 1986. Pemuliabiakan Ternak Sapi. PT. Media. Jakarta.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. UI Press. Jakarta
Perdhanayuda, R. 2010. Penampilan Produksi Pedet Peranakan Friesian
Holstein
Perdhanayuda, R. 2010. Penampilan Produksi Pedet Peranakan Friesian Holstein
Jantan Periode Pra-sapih yang Diberi ransum Starter dengan Cara Bebas Pilih
(Cafetaria Feeding). Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Prawirokusumo, S., 1994. Ilmu Gizi Komparatif. BPFE Yogyakarta.

Prihadi, S. 2003. Manajemen Ternak Perah. Fakultas Peternakan. Universitas


Gadjah Mada. Yogyakarta.

Putra, S. dan A. W. Puger. 1995. Manipulasi Mikroba dalam Fermentasi Rumen


Salah Satu Alternatif untuk Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Zat-zat
Makanan. Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Denpasar.

10
Ramadani. 2010. Pengolahan Limbah Pertanian dalam Bentuk Complete feed.
BPFE. Yogyakarta.

Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik.


BPFE. Yogyakarta.

Ruminal Cellulolytic Bacteria and Protozoa From Bison, Cattle – Bisson Hybrids,
and Cattle Feed Three Alfalfa – Coin Diets. Applied and Environmental
Microbiology.Vol. 55 No. 1

Sabrani, M. 1994.Teknologi pengembangan sapi Sumba Ongole . Badan


Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai