Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN TERNAK POTONG DAN KERJA


(MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI POTONG)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah


Manajemen Ternak Potong dan Kerja pada Jurusan Ilmu
Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar

Oleh:

MUTMAINNAH
60700120056

JURUSAN ILMU PETERNAKAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sapi potong di Indonesia merupakan salah satu jenis ternak yang menjadi

sumber utama pemenuhan kebutuhan daging setelah ayam. Hal tersebut bisa

dilihat dari konsumsi daging ayam 88%, daging sapi 7%, daging babi 4%, daging

lainnya 2% (BPS, 2019). Untuk memenuhi permintaan daging sapi tersebut

dipenuhi dari tiga sumber yaitu: (1) peternakan rakyat sebagai tulang punggung;

(2) para importir sapi potong yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha

Feedloters Indonesia (APFINDO); (3) para importer daging yang tergabung dalam

Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (ASPIDI) (Qinayah et al., 2021)

Sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang

memiliki nilai ekonomi tinggi, dan penting artinya di dalam kehidupan

masyarakat. Daging sapi sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa

protein hewani. Ternak sapi sebagai salah satu hewan pemakan rumput sangat

berperan sebagai pengumpul, bahan bergizi rendah yang di ubah menjadi bahan

bergizi tinggi kemudian di teruskan kepada manusia dalam bentuk daging

(Takasenserang et al., 2021)

Penerapan inovasi teknologi merupakan salah satu kunci utama dalam

pemanfaatan sumber daya petani yang terbatas sesuai dengan kondisinya masing-

masing. Dengan penerapan inovasi teknologi tepat guna diharapkan dapat dicapai

peningkatan produksi, produktivitas, peningkatan efisiensi dan mutu produk yang

selanjutnya akan membawa peningkatan nilai tambah agribisnis bagi


kesejahteraan masyarakat. Pada usaha penggemukkan sapi sekitar 60-70% dari

seluruh biaya produksi tersedot untuk penyediaan pakan, oleh karena itu dirasakan

perlu untuk mencari bahan pakan pengganti yang mempunyai nilai gizi yang sama

dengan yang dijual di pasaran,dengan memperhatikan: (1) Bahan pakan tidak

bersaing dengan kebutuhan manusia,(2) Ketersediaan bahan pakan terjamin dan

selalu ada, terutama disekitar lingkungan peternak, (3) Kualitas gizi bahan pakan

sesuai dengan kebutuhan ternak, tidak mudah membentuk racun dan tidak mudah

tercemar, (4) Harga bahan pakan relatif murah. Ransum untuk penggemukan sapi

tidak cukup hanya dipenuhi dari pakan hijauan saja, melainkan perlu dukungan

pakan konsentrat yang memadai. Kebutuhan pakan konsentrat untuk sapi

peranakan unggul yang memiliki kemampuan menghasilkan pertambahan bobot

badan > 1 kg/hari, maka memerlukan pakan konsentrat yang lebih tinggi (Kallo,

2019).

Limbah pertanian dan agroindustri pertanian memiliki potensi yang cukup

besar sebagai sumber pakan ternak ruminansia, namun menurut penelitian

(Syamsu, 2007) dalam Liana & Febrina (2008) menunjukkan hanya 37.88%

peternak di Sulawesi Selatan yang menggunakan limbah pertanian sebagai pakan.

Limbah yang memiliki nilai nutrisi relatif tinggi digunakan sebagai pakan sumber

energi atau protein sedangkan limbah pertanian yang memiliki nilai nutrisi relatif

rendah digolongkan sebagai pakan sumber serat. Oleh karena itu teknologi tentang

pengolahan limbah pertanian perlu diupayakan agar dapat membantu peternak

dalam menyediakan pakan ternaknya sehingga usahanya dapat berkembang

dengan baik. Pengolahan limbah pertanian dalam (Kallo, 2019).


Perlu dipahami bersama bahwa ” tidak ada strategi dan komposisi pakan

terhebat yang dapat diterapkan pada semua sistem usaha peternakan sapi potong

yang tersebar di berbagai lokasi usaha. Yang terhebat adalah strategi untuk

mengungkap dan mengolah bahan pakan potensial setempat menjadi produk

ekonomis yang aman, sehat, utuh, halal dan berkualitas” (Kallo, 2019).

Alasan peternak memelihara ternak sapi potong untuk mendapatkan

pendapatan dengan hanya menjual ternak dan belum dapat mengoptimalkan

limbah ternaknya. Jika pemanfaatan limbah ternak dikelola dengan efektif dan

efisien akan menghasilkan pupuk organik yang bernilai ekonomis tinggi. Hal ini

perlu adanya teknologi pengolahan limbah bertujuan untuk meningkatkan

pemanfaatan limbah kotoran ternak, menambah pendapatan peternak dan

mengurangi pencemaraan lingkungan. Kendala yang dihadapi peternak untuk

melakukan pengolahan limbah berasal dari faktor internal yaitu kekuatan dan

kelemahan dan faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman. Salah satu cara untuk

meningkatkan adopsi teknologi pengolahan limbah adalah dengan mengukur level

adopsi yang saat ini (Hermina et al., 2020).

Ternak sapi potong memang dikenal sebagai ternak yang diutamakan

untuk menghasilkan daging, selain itu juga dapat bereproduksi apabila ternak

memiliki kesehatan yang baik. Pada umumnya, penyakit yang biasa menyerang

ternak sapi potong lebih sering diakibatkan oleh peternaknya. Melalui penerapan

manajemen pengendalian penyakit yang dilakukan secara berkelanjutan,

diharapkan dampak negatif dari penyakit ternak sapi potong dapat diminimalkan.

Manajemen kesehatan ternak dapat juga diartikan sebagai proses perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian faktor produksi dengan


melalui optimalisasi sumberdaya yang dimilikinya agar produktivitas ternak dapat

dimaksimalkan, kesehatan ternak dapat dioptimalkan dan kesehatan produk hasil

ternak memiliki 5 kualitas kesehatan sesuai dengan standar yang diinginkan.

Adapun upaya yang dilakukan untuk menjaga kesehatan ternak meliputi

pemeriksaan kesehatan harian, penanganan kesehatan hewan, pemotongan kuku,

desinfeksi kandang, kontrol ektoparasit, pemberian vaksin, pemberian obat

cacing. Pentingnya dalam pengawasan dan pemeriksaan kesehatan ternak sapi

guna mencegah penyebaran penyakit serta memberikan keuntungan kepada

konsumen atau pembeli ternak, karena kondisi ternak yang buruk atau terjangkit

suatu penyakit akan menimbulkan kerugian bagi peternak di kemudian hari (Al

Aziz et al., 2020).

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah pedoman wajib untuk

diketahui dan diimplementasikan oleh setiap pelaku kerja pada industri di

berbagai bidang seperti kedokteran, teknik, medis, bahkan dibidang agroindustri.

Undang-Undang Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970, Peraturan Menteri Tenaga

Kerja Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan

Kerja telah mengatur program K3. Secara internasional K3 juga diatur dengan

International Labour Organization (ILO) Code of Practise, Prevention of Major

Industrial Accidents. Peraturan K3 baik secara nasional maupun internasional

tersebut ditetapkan di seluruh bidang industri sebagai langkah pencegahan dan

pengendalian terjadinya K3 akibat adanya kenaikan produksi, penggunakan

peralatan, proses proses penyimpanan maupun penggunaan material berbahaya.

Maka dari itu, diperlukan informasi dan petunjuk praktis yang dapat menjelaskan

secara lengkap dan jelas mengenai penerapan kesehatan dan keselamatan kerja
(K3) di industri peternakan, salah satunya peternakan sapi potong (feedlot)

(Atmoko & Budisatria, 2021).

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam praktek lapang ini adalah bagaimana cara

pendugaan umur ternak dan pendugaan bobot badan berdasarkan jumlah gigi dan

lingkar tanduk pada ternak potong dan kerja, bagaimana manajemen

perkandangan, pemberian pakan, pengolahan limbah, reproduksi dan kesehatan

serta kesehatan dan keselamatan kerja.

C. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dalam praktek lapang ini adalah untuk mengetahui cara

pendugaan umur ternak dan pendugaan bobot badan berdasarkan jumlah gigi dan

lingkar tanduk pada ternak potong dan kerja, bagaimana manajemen

perkandangan, pemberian pakan, pengolahan limbah, reproduksi dan kesehatan

serta kesehatan dan keselamatan kerja.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian integritas

Pada dasarnya penciptaan hewan ternak sangat berbeda dengan penciptaan

makhluk Allah swt. Allah swt. menciptakan ternak untuk dimanfaatkan manusia.

Dengan diciptakannya hewan ternak maka manusia bisa mengambil segala potensi

yang ada pada seekor ternak tersebut, keberanekaragaman ternak yang ada di

permukaan bumi ini adalah salah satu karunia Allah untuk keseimbangan,

keserasian, keharmonisan, dan ketertiban. Alam kehidupan bagi orang yang

berpikir. Banyak yang bisa kita jadikan pelajaran dari penciptaan seekor ternak.

Ternak mampu memenuhi kebutuhan hidup manusia terutama pada kebutuhan

pangan berasal dari produk hewani yang pokok yaitu daging, susu, dan kulit.

Ternak sapi dapat menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai

bahan makanan berupa daging, susu, disamping ikutan lainnya seperti pupuk

kandang, kulit, tulang, dan lain sebagainya (Siregar, 2012).

Sebagaimana firman Allah swt. dalam QS. An-Nahl 16/5

Terjemahnya:
Dia telah menciptakan hewan ternak untukmu. Padanya (hewan ternak itu)
ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai manfaat, serta sebagian (daging)-
Nya kamu makan (Kementerian Agama RI 2019).

Berdasarkan tafsir Wajiz. Dan tidak saja menciptakan langit, bumi, dan

manusia, hewan ternak juga telah diciptakan-Nya, untuk kamu padanya ada bulu

dan kulit yang dapat kamu jadikan pakaian yang menghangatkan badan kamu dan

8 berbagai manfaat lain yang dapat kamu ambil dalam kehidupan kamu, dan

sebagian dari-nya juga dapat kamu makan.


Berdasarkan tafsir Tahlili. Pada ayat ini, Allah swt. menjelaskan aneka

ragam kenikmatan yang disediakan untuk para hamba-Nya berupa binatang

ternak, seperti unta, sapi, kambing, dan lain sebagainya. Nikmat yang diperoleh

dari binatang itu seperti bulunya yang dapat dibuat kain wool, berguna untuk

melindungi tubuh dari gangguan udara dingin, dan kulitnya dapat dijadikan sepatu

dan peralatan lainnya. Begitu pula susu dan dagingnya bermanfaat bagi kesehatan

manusia. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa binatang ternak itu diciptakan

untuk manusia agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan

hidupnya.

Anda mungkin juga menyukai