Anda di halaman 1dari 26

Laporan I Praktikum Bahan Pakan Dan Formulasi Ransum

PENGENALAN BAHAN MAKANANAN TERNAK

OLEH

NAMA : ELDA AZZAHARA


NIM : L1A120039
KELAS :A
KELOMPOK :5
ASISTEN : DEWI MUSTIQA UMSTITIAN

LABORATORIUM ILMU NUTRISI DAN PAKAN TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pakan merupakan komponen produksi dengan biaya yang terbesar. Biaya

pakan dapat mencapai 60-80% dari biaya produksi. Kualitas pakan harus diperhatikan

agar ternak tumbuh secara maksimal. Hijauan merupakan pakan ruminansia yang

utama, sehingga penyediaan hijauan dan kualitasnya sangat menentukan produktivitas

dan perkembangan ternak ruminansia (Anwar, 2017).

Pentingnya bahan pakan khususnya untuk ternak merupakan hal yang tidak bisa

kita pungkiri untuk kita tidak mempelajarinya. Pertumbuhan penduduk yang semakin

meningkat, menjadikan kebutuhan protein hewani juga meningkat. Peningkatan

jumlahpenduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan lahan untuk perumahan. Hal

ini menyebabkan luas lahan pertanian mengalami penurunan, yang berpengaruh pada

ketersediaan hijauan sumber pakan ternak ruminansia dan bahan konsentrat (Fauzi,

2014).

Tingginya konsumsi ternak terhadap pakan membuat para peternak sapi,

ayam,kambing maupun hewan ternak lainnya mencari alternative pakan selain hijauan

dan dedak padi pada umumnya. Para peternak pada saat ini telah menambahkan

protein,sumber energi,mineral,dan lain sebagainya. Kebutuhan protein hewani yang

kian meningkat, harus diikuti dengan peningkatan produksi tenak ruminansia sebagai

salah satu sumber protein hewani, sebagai upaya untuk mencapai swasembada daging

sapi 2014. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi ternak ruminansia

diantaranya dengan perbaikan kualitas bibit ternak (secara genetik), peningkatan mutu

pakan ternak, dan peningkatan kualitas kesehatan ternak (Merry, 2022).


Hijauan pakan ternak merupakan bahan pakan yang mengandung serat yang

dibutuhkan oleh ternak untuk menjaga fungsi normal saluran pencernaan. Konsentrat

adalah pakan yang mengandung nutrisi yang mudah dicerna dan dibutuhkan untuk

mempercepat produktifitas. Pemberian pakan hanya berupa hijauan saja terkadang tidak

cukup, sehingga perlu ditambahkan jenis pakan lain berupa konsentrat. Perbandingan

hijauan dan konsentrat umumnya didasarkan kebutuhan sapi dan kemampuan peternak

untuk menyediakan bahan tersebut (Gustiar, 2014).

Tingginya konsumsi ternak terhadap pakan membuat para peternak sapi, ayam,kambing

maupun hewan ternak lainnya mencari alternative pakan selain hijauan dan dedak padi

pada umumnya. Para peternak pada saat ini telah menambahkan protein,sumber

energi,mineral,dan lain sebagainya. Kebutuhan protein hewani yang kian meningkat,

harus diikuti dengan peningkatan produksi tenak ruminansia sebagai salah satu sumber

protein hewani, sebagai upaya untuk mencapai swasembada daging sapi 2014. Upaya

yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi ternak ruminansia diantaranya

dengan perbaikan kualitas bibit ternak (secara genetik), peningkatan mutu pakan ternak,

dan peningkatan kualitas kesehatan ternak (Merry, 2022).

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu melakukan Praktikum Pengenalan

Bahan Makanan Ternak guna mengetahui berbagai macam bahan pakan sumber energi,

protein (hewani dan nabati), hijauan makanan ternak, vitamin, feed additive, mineral

dan bahan pemalsu pakan.


1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum pengenalan bahan makanan ternak adalah praktikan dapat

menjelaskan berbagai macam bahan pakan sumber energi, protein (hewani dan nabati),

hijauan makanan ternak, vitamin, feed additive, mineral dan bahan pemalsu pakan.

1.3 Manfaat

Manfaat yang dapat di ambil dari praktikum pengenalan bahan makanan ternak

adalah praktikan dapat mengetahui berbagai macam bahan pakan sumber energi, protein

(hewani dan nabati), hijauan makanan ternak, vitamin, feed additive, mineral dan bahan

pemalsu pakan
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bahan Pakan

pakan merupakan komponen penting bagi kehidupan ternak untuk

menunjang pertumbuhan, produksi dan reproduksi ternak. Pakan merupakan sarana

produksi dengan kontribusi biaya tertinggi dalam komposisi biaya produksi yang harus

dikeluarkan selama masa pemeliharaan ternak. Usaha ternak akan menguntungkan jika

ada efisiensi biaya pakan karena lebih dari 704 biaya produksi digunakan untuk

penyediaan pakan (Sahara, 2019).

Bahan pakan ternak adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan

oleh ternak. Bahan pakan dapat berasal dari tanaman dan hewan. Semua bahan pakan

baik yang berasal dari tanaman maupun hewan terdiri dari air dan bahan kering. Bahan

kering dapat dibedakan menjadi bahan organik dan bahan anorganik. Bahan organik

meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, sedangkan bahan anorganik meliputi

mineral (Feed, 2022)

2.2 Jenis-Jenis Bahan Pakan Beserta Sumbernya

2.2.1 Onggok

Kandungan serat yang tinggi menyebabkan onggok hanya digunakan sebagai

sumber energi. Onggok merupakan limbah padat agroindustri pada pembuatan tepung

tapioka yang dapat dijadikan sebagai media fermentasi dan sekaligus sebagai pakan

ternak. Onggok dapat dijadikan sebagai sumber karbon dalam suatu media fermentasi

karena masih banyak mengandung pati yaitu sekitar 75,19% yang tidak terekstrak,

tetapi kandungan protein kasarnya rendah yaitu sekitar 1,04% berdasarkan bahan
kering. Oleh sebab itu onggok dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak karena

memiliki kandungan karbohidrat atau pati yang tinggi. Disamping itu penggunaan

bahan baku terfermentasi seperti onggok relatif murah sehingga dapat mengurangi biaya

produksi pakan (Ratih, 2015).

2.2.2 Tepung Jagung

Jagung merupakan salah satu komoditas yang mempunyai peran yang strategis

dan berpeluang untuk dikembangkan karena perannya sebagai sumber energi utama

bagi ternak unggas.  kadar air tepung jagung sebesar 17,02%, abu sebesar 4,21%,

protein kasar sebesar 10,57%, serat kasar sebesar 2,41%, dan lemak kasar sebesar

4,60%. Tepung jagung mengandung protein, serat kasar dan lemak kasar yang

berpotensi sebagai bahan pakan ternak (Khaerani, 2011).

2.2.3 Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa adalah salah satu bahan pakan yang banyak digunakan dalam

penyusunan ransum ayam broiler. Bungkil kelapa mengandung protein kasar yang

cukup tinggi yaitu sekitar 21 persen, hampir sama dengan kandungan protein ransum

komersial yaitu 21 – 23 persen, sedangkan kandungan energi metabolisnya sebesar 2120

Kkal/kg (Agus, 2010).


2.2.4 Breen Gluten Feed (BGF)

Brand gluten feed adalah pakan ternak alternatif dari bahan baku kulit gandum yang di

fermentasi dengan bahan lain sehingga menjadi bahan pakan sejenis polar tapi dengan

kandungan protein yang tinggi untuk kebutuhan hewan ternak seperti sapi pedaging,

sapi perah, kambing dan unggas (Fathir, 2018).

2.2.5. Tumpi

Tumpi jagung merupakan sumber serat biomassa yang dapat dimanfaatkan

sebagai pakan ternak dengan aplikasi teknologi pengolahan pakan fermentasi

dan penambahan bahan yang berprotein tinggi. Kandungan nutrien yang terdapat dalam

tumpi jagung adalah bahan kering (BK) 88,28%, protein kasar (PK) 8,04%, serat kasar

(SK) 11,70%, dan total digestible nutrien (TDN) 51,16% (Khasanah, 2019).

2.2.6 kulit kopi

Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif bijaksana

dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ternak. Pemanfaatan limbah kulit kopi dapat

dipilih sebagai salah satu alternatif bahan pakan ternak, dikarenakan limbah kulit kopi

memiliki kandungan protein yang relatif tinggi sekitar 11%. Hasil analisis proksimat

menunjukkan, limbah kulit kopi mengandung 6,67% protein kasar, dengan serat kasar

18,28%, lemak 1,0%, kalsium 0,21%, dan fosfor 0,03% (Khalil, 2016).

2.2.7 CaCO3

Tepung batu yang berasal dari Kamang ini kaya akan mineral kalsium (Ca).

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, tepung batu mengandung Ca sekitar
55% yang terikat dalam bentuk karbonat (CaCO3). tepung batu juga berpotensi untuk

dimanfaatkan sebagai komponen pakan ternak, terutama sebagai sumber mineral

(Khalil, 2017).

2.2.8 Di Calsium Phospate (DCP)

Dicalcium Phosphate (DCP) adalah salah satu jenis bahan tambahan (aditif)

dalam pakan ternak dan suplemen hewan ternak, terutama pada ternak unggas.

Penambahan DCP diperlukan karena unggas ternak memerlukan kandungan kalsium

(Ca) dan fosfor (P) untuk mendukung pertumbuhannya. Fosfor pada hewan yang

dibutuhkan guna menunjang perkembangan jaringan hidup hewan seperti pertumbuhan

jaringan tulang, kebutuhan energi pada hewan. Zat aditif yang ditambahkan dalam

produk pakan ternak guna memenuhi kebutuhan kalsium serta fosfor yang dibutuhkan

oleh hewan yang biasanya ditambahkan dalam bentuk zat DCP (Dicalcium Phospate)

dan MCP (Mono Calcium Phospate). DCP sendiri mengandung 18-24% kalsium dan

sekitar 18,5% fosfat (Rusdiyanto,2022).

2.2.9 Corn Gluten Meal (CGM)

CGM (Corn Gluten Meal) adalah hasil sampingan dari wet milling process

dalam pembuatan corn starch dan corn syrup. Kandungan xanthopyll juga cukup tinggi

(200 ppm) sehingga biasanya digunakan juga untuk membantu proses pigmentasi pada

ayam. Corn gluten meal (CGM) mengandung nutrisi yaitu protein kasar 66,2%, lemak

2,1%, serat kasar 1,8%, kadar abu 2,5% (Ari, 2019).


2.2.10 Tepung Rese

Tepung limbah udang merupakan limbah industri pengolahan udang yang terdiri

dari kepala dan kulitudang. Hasil analisis berdasarkan bahan kering bahwa tepung

limbah udang mengandung 45,29% protein kasar, 17,59% serat kasar, 6,62% lemak,

18,65% abu, 13,16 BETN. Tepung limbah udang yang digunakan dalam ransum pakan

buatan hanya sebesar 10% dan bila dipakai sebagai pengganti tepung ikan, maka tepung

limbah udang mempunyai kelemahan, yaitu serat kasar tinggi dan mempunyai khitin

(Andi, 2015).

2.2.11 Tepung Ikan

Tepung ikan merupakan salah satu pakan sumber protein hewani yang biasa

digunakan dalam ransum ternak monogastrik. Kebutuhan ternak akan pakan sumber

protein hewani sangat penting, karena memiliki kandungan protein relatif tinggi yang

disusun oleh asam - asam amino esensial kompleks yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh ternak. Tepung ikan yang baik mempunyai

kandungan protein kasar sebesar 58- 68%, air 5,5-8,5%, serta garam 0,5-3,0%. Tepung

ikan adalah salah satu produk yang diolah dari ikan, baik ikan bentuk utuh, limbah

pengolahan ikan ataupun ikan yang tidak layak dikonsumsi manusia. Tepung ikan

merupakan bahan baku paling umum dalam pembuatan pakan ikan dan merupakan

sumber protein utama yang belum tergantikan. Umumnya penggunaan tepung ikan

mencapai 28%-50% (Suhesti, 2013).


2.2.12 Rumput Odot (Pennisetum purpureum cv. Mott)

Rumput odot merupakan jenis rumput unggul yang mempunyai produktivitas

dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi serta memiliki palatabilitas yang tinggi bagi

ternak ruminansia. Tanaman ini merupakan salah satu jenis hijauan pakan ternak yang

berkualitas dan disukai ternak. Rumput ini dapat hidup diberbagai tempat, tahan

lindungan, respon terhadap pemupukan, serta menghendaki tingkat kesuburan tanah

yang tinggi. Rumput odot tumbuh merumpun dengan perakaran serabut yang kompak,

dan terus menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur (Luh, 2019).

 Berikut Klasifikasi Rumput Odot :

Kingdom : Plantae
Sub-kingdom : Tracheobionta
Super-divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida (monokotil)
Sub-kelas : Commolinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Bangsa : Paniceae
Genus : Pennisetum
Spesies : Pennisetum purpureum cv. Mott

2.2.13 Centro (Centrosema Pubescens)

Beberapa tanaman legum tropik yang bersifat perennial (hidup lebih dari satu

tahun) berpotensi menjadi alternatif dalam pengadaan hijauan legum pakan ternak saat

musim kemarau, salah satu tanaman legume tersebut adalah legum Centro (Centrosema

pubescens). Tanaman Centro (Centrosema puberscens) mempunyai kandungan protein

cukup yaitu sekitar 22.45%, dengan produktivitas mencapai 20 ton/ha/th, bahan kering

antara 3-7,5 ton/hektar dan gizinyaterdiri atas: abu 8,8%; EE 3,6%; SK 31,2%; BETN
34,4%; PK 22,0%; dan TDN 60,7%. Tanaman Centro selain sebagai pakan hijauan

ternak banyak dipakai sebagai cover crop, centro di Malaysia banyak digunakan sebagai

pencegah erosi dan penutup tanah, sedangkan di Indonesia digunakan untuk menekan

pertumbuhan alang-alang. Pemanfaatannya sebagai pakan ternak, tanaman centro

biasanya ditanam secara campuran dengan tanaman rumput. Hal ini karena sebagai

tanaman legum, centro juga dapat menyuplai unsur hara ke dalam tanah terutama

nitrogen sehingga selalu tersedia dan dapat dipergunakan oleh tanaman lain (Harief,

2021).

 Berikut Klasifikasi Centrosema :

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Centrosema
Spesies : Centrosema pubescens Benth

2.2.14 Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)

Rumput Gajah (pennisetum purpureum) adalah rumput berukuran besar dan

mengandung nutrisi tinggi, biasanya dipakai sebagai pakan ternak seperti sapi, kambing

atau gajah. Ketahanan rumput gajah dari cuaca panas adalah kelebihan yang jarang di

dapat dari tanaman sejenis lain. Kandungan gizi rumput gajah terdiri dari 19,9% bahan

kering; 10,2 % protein kasar; 1,6% lemak; 34%,2 serat kasar; 11,7% abu. Kandungan

ini akan sangat dibutuhkan oleh ternak ruminansia seperti sapi atau kerbau (Yeni, 2013)
 Klasifikasi  Pennisetum purpureum

Phyllum                : Spermatophyta


SubPhyllum          : Angiospermae
Classis                  : Monocotyledoneae
Ordo                     : Glumiflora
Familia                 : Gramineae
SubFamilia           : Panicurdeae
Genus                   : Pennisetum
Species                 : Pennisetum purpureum

2.2.15 Lamtoro (Leucena leucocephala)

Lamtoro (Leucena leucocephala) merupakan salah satu leguminosa pohon yang

mengandung protein tinggi dan karotenoid yang sangat potensial sebagai pakan ternak

non ruminansia seperti unggas di daerah tropis. Tanaman lamtoro menghasilkan bahan

kering sebesar 6–8 ton per hektar per tahun atau sekitar 20-80 ton bahan segar dan

kandungan protein kasar hij auan lamtoro cukup tinggi berkisar 25%–30%. Daun

lamtoro merupakan sumber vitamin A dengan kandungan β-karoten tinggi dan

mempunyai kandungan xantofi l lebih tinggi dibandingkan jagung kuning sebagai

sumber pigmentasi pada kulit dan kuning telur unggas. Dedaunan leguminosa pohon

banyak mengandung senyawa fenolik dalam konsentrasi yang tinggi, khususnya tanin

dan mimosin seperti halnya daun lamtoro. Mimosin terdapat pada bij i dan daun spesies

Leucaena, kandungannya pada daun lamtoro berkisar antara 1,40–7,19 g/100g bahan

kering yang lebih tinggi dibandingkan dengan seluruh hij auan, yaitu antara 0,70–3,59

g/100g (Laconi, 2010).


 Klasifikasi Lamtoro

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Leucaena
Spesies : Leucaena leucocephala
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat

Praktikum Pengenalan Bahan Makanan Ternak di laksanakan pada hari Jum`at,


tanggal  22  April  2022, Pukul 16.00 – selesai  WITA, Bertempat di Laboratorium Unit
Analisisis Pakan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2 Alat Dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum Pengenalan Bahan Makanan Ternak

adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Alat dan Kegunaan


No. Alat Kegunaan
1. Nampan Untuk menulis data pengamatan
2. Toples Sebagai tempat kosentrat
 3. Kamera Sebagai alat dokumentasi
 4. Alat tulis Untuk menulis hasil pengamatan

3.2.1 Bahan

yang digunakan pada Pengenalan Bahan Makanan Ternak dapat di lihat pada

Tabel 2 berikut :

Tabel 2. Bahan dan Kegunaan


No. Bahan Kegunaan
1. BGF (Bran Gluten Feed) Sebagai objek pengamatan
2. Bungkil kelapa Sebagai objek pengamatan
3. Tepung jagung Sebagai objek pengamatan
4. Onggok Sebagai objek pengamatan
5. Kulit kopi Sebagai objek pengamatan
6. Tumpi Sebagai objek pengamatan
7. CaCO3 (tepung batu) Sebagai objek pengamatan
8. DCP (Di Calcium Phosphat) Sebagai objek pengamatan
9. CGM (Corn Gluten Meal) Sebagai objek pengamatan
10. Tepung rese Sebagai objek pengamatan
11. Tepung ikan Sebagai objek pengamatan
12. Rumput odot Sebagai objek pengamatan
13. Rumput gajah Sebagai objek pengamatan
14. Centrosema Sebagai objek pengamatan
15. Lamtoro Sebagai objek pengamatan

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang digunakan dalam praktikum Pengenalan Bahan Makanan

Ternak adalah sebagai berikut:

1. Menungkan setiap bahan pakan pada masing-masing nampan yang telah di beri

label

2. Merabah setiap bahan pakan untuk mengetahui teksturnya

3. Mengamati setiap warna bahan pakan

4. Mencium setiap bahan pakan untuk mengetahui baunya

5. Mencatat hasil pengamatan

6. Membuat laporan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan  pada  praktikum Pengenalan Bahan Makanan Ternak  dapat

dilihat pada Table 3 berikut :

Tabel 3. Hasil Pengamatan Pengenalan Bahan Makanan Ternak


No. Bahan Pakan Bentuk Tekstur Warna Bau Asal Sumber \
Fisik Kelompok
1. Onggok craumble kasar Abu- berbau Hasil Energi
abu sampingan
ubi
2. Tepung Jagung craumble kasar Kuning Tidak Hasil Energi
berbau sampingan
jagung
3. Bungkil Kelapa craumble kasar coklat berbau Hasil Energi
samping
kelapa
4. BGF (Bran mesh halus coklat berbau Hasil Energi
Gluten Feed) samping
gandum
5. Tumpi craumble kasar putih Tidak Hasil Serat
berbau samping
kulit ari
jagung
6. Kulit Kopi craumble kasar coklat berbau Hasil Serat
samping
kopi
7. CaCO3 (Tepung mesh kasar putih berbau Hasil Mineral
Batu) olahan batu
kapur
8. DCP (Di Calcium mesh halus putih Tidak Bahan Adiktif
Phosphat) berbau kimia
9. CGM (Corn mesh kasar kuning berbau Sisa olahan protein
Gluten Meal) jagung
10. Tepung Rese mesh kasar coklat berbau Sisa olahan protein
kepiting
11. Tepung Ikan mesh halus coklat berbau Sisa olahan protein
ikan
12. Odot craumble kasar hijau berbau Rumput Hijauan
odot tanaman pakan
13. Centrosema craumble kasar hijau berbau Centrosema Hijauan
tanaman pakan
14. Rumput Gajah craumble kasar hijau berbau Rumput Hijauan
gajah tanaman pakan
15. Lamtoro mesh halus hijau berbau Lamtoro Hijauan
tanaman pakan

4.2. Pembahasan

Bahan pakan merupakan segala sesuatu yang dapat dimakan dan masih

mempunyai nilai nutrisi yang ada sehingga dapat diabsorpsi dan bermanfaat bagi ternak.

Bahan baku pakan yaitu segala sesuatu yang dapat diberikan pada ternak baik berupa

pakan organik maupun anorganik yang dapat dicerna tanpa mengakibatkan adanya

gangguan kesehatan pada ternak yang memakannya. Bahan pakan dengan kandungan

zat makanan yang dapat dicerna tinggi pada umumnya tinggi pula nilai nutriennya dan

dapat memenuhi kebutuhan ternak dalam kelangsungan hidup (Hardika, 2021).

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa bahan pakan onggok berasal

dari sampingan ubi kayu dan bersumber energi titik bahan pakan berupa hasil

sampingan singkong ini memiliki bentuk yang crumble bertekstur kasar berbau dan

berwarna abu-abu. Pernyataan ini sesuai pendapat (Abdurahman, 2011), bahwa onggok

bersumber energi dan protein memiliki karakteristik yang berwarna abu-abu kehitaman

ini disebabkan oleh pengangkutan onggok basah yang tidak diayak terlebih dahulu.

Tekstur onggok yang dikeringkan di atas semen dan di atas tanah teksturnya keras, agak

keras dan remah hal ini dikarenakan cuaca suhu dan ketebalan onggok. Onggok untuk

pakan ternak yang telah berbau tengik akan disortir untuk dijadikan pupuk titik

kandungan yang terdapat pada umum yaitu protein kasar 2,2% dan serat kasar 10,8%.
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa bahan pakan tepung jagung

berasal dari hasil sampingan jagung dan bersumber energi titik bahan pakan berupa

hasil sampingan jagung ini memiliki bentuk yang cromble, bertekstur kasar tidak berbau

dan berwarna kuning pernyataan ini tidak sesuai pendapat (Pisca, 2016), bahwa

karakteristik fisik tepung jagung memiliki warna kulit terang teksturnya hampir mirip

tepung terigu dan aromanya seperti jagung yang dikeringkan. Tepung jagung dapat

diolah menjadi berbagai macam produk makanan titik kandungan yang terdapat pada

tepung jagung adalah kadar air 7,68% kadar protein total 8,27%, kadar abu 0,27% dan

kadar amilosa 33,10%.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa bahan pakan bungkil kelapa

berasal dari hasil sampingan pembuatan minyak kelapa dan bersumber energi. Bahan

pakan berupa hasil sampingan pembuatan minyak kelapa ini memiliki bentuk yang yang

croumble, bertekstur kasar, berbau dan berwarna coklat. Pernyataan ini sesuai pendapat

(Umbang, 2019) bahwa ternak ruminansia termasuk kambing menyukai pakan

berbentuk butiran daripada hijauan utuh titik konsumsi pakan kambing peranakan etawa

yang diberikan pada hijauan dan konsentrat yang ditambah bungkil kelapa berpengaruh

nyata hal ini dipengaruhi oleh tekstur dan bau khas yang dihasilkan dan warna bungkil

kelapa sendiri berwarna coklat. Kandungan yang terdapat pada bungkil kelapa yaitu

minyak 20% protein 45%, abu 5%, BO 84%, dan BETN 45,5%.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa bahan pakan BGF (Bran Gluten

Feed) berasal dari hasil sampingan tepung gandum dan bersumber energi titik bahan

pakan berupa hasil sampingan tepung gandum ini memiliki bentuk yang mesh,

bertekstur halus, berbau dan berwarna coklat. Pernyataan ini tidak sesuai pendapat
( Fadlya, 2015), yang mengatakan bahwa tepung gandum merupakan jenis tepung yang

penggunaannya sangat luas dan tepung gandum sebagai bahan baku utama tepung

gandum Nias memiliki kadar protein 10, 794 %. Sedangkan tepung gandum Selayar

memiliki kadar protein 10,318% dan tepung gandum ASW 8,44%.

Berdasarkan tabel hasil pengamatan diketahui bahwa bahan pakan tumpi berasal

dari hasil sampingan kulit ari jagung dan bersumber serat bahan pakan berupa hasil

sampingan kulit ari jagung ini memiliki bentuk yang croumble, bertekstur kasar, tidak

berbau dan berwarna putih, pernyataan ini sesuai pendapat (Umiani, 2012) bahwa tumpi

adalah limbah yang diperoleh ketika biji jagung dirontokkan dari buahnya dan

bersumber serat. akan diperoleh jagung pipilan sebagai produk utamanya dan sisa buah

yang disebut tongkol atau janggel. Kandungan nutrien yang terdapat dalam tumpi

jagung adalah bahan kering (BK) 88,28% protein kasar (PK) 8,04%, serat kasar (SK)

11,70, dan total digestible nutrien (TDN) 51,16%.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa bahan pakan kulit kopi berasal

dari hasil sampingan kulit ari kopi dan bersumber serat bahan pakan berupa hasil

sampingan kulit ari kopi ini memiliki bentuk yang crumble, bertekstur kasar, berbau dan

berwarna coklat. Pernyataan ini sesuai pendapat ( Nugroho, 2015), bahwa kulit kopi

bersumber serat memiliki karakteristik tekstur yang kasar, warna kecoklatan dan berbau

khas kopi setelah dikeringkan dan penggilingan dibandingkan bahan pakan yang

lainnya. Kandungan serat kasarnya yang tinggi merupakan faktor pembatas utama

pemanfaatan hasil sampingan kulit kopi bahan pakan non ruminansia. Kandungan yang

terdapat pada kopi adalah serat kasar 18, 17%, 1, 97% dan Ca 0,68%.
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa bahan pakan CaCO3 berasal

dari hasil sampingan batu kapur dan bersumber mineral bahan pakan berupa hasil

sampingan batu kapur ini memiliki bentuk yang mesh, bertekstur kasar, berbau dan

berwarna putih pernyataan ini sesuai pendapat (Khalil, 2017), bahwa bahan pakan

CaCO3 bersumber mineral memiliki karakteristik bentuk serbuk, tekstur yang sedikit

kasar berwarna putih dan beraroma khas. Sumber mineral merupakan bahan pakan yang

mengandung sumber mineral yang tinggi seperti grit kulit ikan dan garam. Kandungan

CaCO3 yaitu batu kapur sekitar 90%.

Bahan pakan DCP (Di Calcium Phosphat) berasal dari hasil sampingan kimia

dan bersumber adiktif bahan pakan berupa hasil kimia ini memiliki bentuk yang mesh,

bertekstur halus, tidak berbau dan berwarna putih, pernyataan ini sesuai pendapat dari

(Suharyanto 2014), bahwa bahan alami lokal lain yang dapat dipakai sebagai aditif

untuk menggantikan antibiotika dalam pakan maupun untuk meningkatkan status

kesehatan ternak dan bahan adiktif adalah bahan tambahan additife untuk pakan ternak.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa bahan pakan CGM (Corn Gluten

Meal) berasal dari hasil sampingan Corn Gluten Meal dan bersumber protein. Bahan

pakan berupa hasil sampingan Corn Gluten Meal ini memiliki bentuk yang mesh,

bertekstur kasar, berbau dan berwarna kuning. Pernyataan ini sesuai pendapat (Varah,

2019), Bahwa CGM biasanya digunakan sebagai sumber protein untuk ternak. CGM

jarang digunakan karena memiliki aroma khas yang kurang disukai, CGM juga berperan

penting yang memberikan warna alami karena pigmen kuning dan mempengaruhi

tekstur yang terkandung pada CGM. Kandungan yang terdapat pada CGM protein kasar

adalah 66,2%, lemak 2,1% dan serat kasar 1,8%.


Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa bahan pakan tepung rose berasal

dari hasil sampingan cangkang kepiting dan bersumber protein bahan pakan berupa

hasil sampingan cangkang kepiting ini memiliki bentuk yang mesh, bertekstur kasar,

berbau dan berwarna coklat. Hal ini sesuai pendapat (Hastuti, 2012), bahwa tepung

cangkang kepiting ini bersumber protein memiliki karakteristik menghasilkan warna

putih, kecokelatan, bertekstur halus dan beraroma atau berbau khas hasil sampingan

kepiting yang tidak menyengat titik kandungan yang terdapat pada cangkang kepiting

kadar air 5,38%, lemak 2,38% dan protein 13,62%.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pakan tepung ikan berasal dari

hasil sampingan ikan dan bersumber protein bahan pakan berupa hasil sampingan ikan

ini memiliki bentuk yang mesh, bertekstur kasar, berbau dan berwarna coklat.

Pernyataan ini sesuai pendapat (Bain, 2017), bahwa tepung ikan bersumber protein

memiliki karakteristik berwarna coklat dan berbau khas amis sehingga digunakan

sebagai makanan hewan dan pupuk tanaman titik tepung ikan sendiri memiliki tekstur

yang halus dan mempunyai protein yang sangat tinggi dari bahan protein lainnya.

Kandungan yang terdapat pada tepung ikan yaitu protein kasar 58 - 68%, air 8,5%, serta

garam 3,0%.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa bahan pakan rumput odot

berasal dari hasil sampingan rumput dan bersumber hijauan bahan pakan berupa hasil

sampingan rumput ini memiliki bentuk yang craumble, bertekstur kasar, berbau dan

berwarna hijau hal ini tidak sesuai pendapat (Wiwik, 2018), bahwa rumput odot

bersumber hijauan memiliki karakteristik bertekstur kasar yang disebabkan kadar air

rumput odot rendah, beraroma asam yang disebabkan oleh anaerob yang berwarna hijau
kecoklatan. Kandungan yang terdapat pada rumput odot protein kasar 12 - 14% dan

kecernaannya yang tinggi mencapai 65 -70%.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa bahan pakan centrosema berasal

dari hasil sampingan legum dan bersumber hijauan bahan pakan berupa hasil sampingan

Lego mini memiliki bentuk yang mesh, bertekstur kasar, tidak berbau dan berwarna

hijau. Hal ini sesuai pendapat (Adriani, 2015), bahwa centrosema (Centrosema

Pubescens) merupakan negara yang berasal dari Amerika Selatan. Kandungan protein

kasar leguminosa central adalah sekitar 13,1% sampai 24,30% berdasarkan kondisi

100% bahan keringnya dan nilai tersebut tergantung pada unsur tanaman saat dipanen.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa bahan pakan rumput gajah

berasal dari hasil sampingan rumput dan bersumber hijauan bahan pakan berupa hasil

sampingan, rumput ini memiliki bentuk yang croumble, bertekstur kasar, berbau dan

berwarna hijau hal ini sesuai pendapat (Muhakka, 2017), bahwa Rumput Gajah

(pennisetum purpureum) adalah rumput berukuran besar dan mengandung nutrisi

tinggi, biasanya dipakai sebagai pakan ternak seperti sapi, kambing atau gajah.

Ketahanan rumput gajah dari cuaca panas adalah kelebihan yang jarang di dapat dari

tanaman sejenis lain. Kandungan gizi rumput gajah terdiri dari 19,9% bahan kering;

10,2 % protein kasar; 1,6% lemak; 34%,2 serat kasar; 11,7% abu.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa bahan pakan lamtoro berasal

dari hasil sampingan legum dan bersumber hijauan bahan pakan berupa hasil sampingan

Lego ini memiliki bentuk yang mesh, bertekstur halus, berbau dan berwarna hijau. Hal

ini sesuai pendapat (Risrianto, 2018), bahwa leguminosa merupakan hijauan pakan

yang dapat meningkatkan kualitas nutrisi dan dapat mensuplai protein, Lamtoro
(Leucena leucocephala) merupakan salah satu leguminosa pohon yang mengandung

protein tinggi dan karotenoid yang sangat potensial sebagai pakan ternak non

ruminansia seperti unggas di daerah tropis.

V. PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bahan pakan merupakan segala sesuatu yang dapat dimakan dan masih

mempunyai nilai nutrisi yang ada sehingga dapat diabsorpsi dan bermanfaat bagi ternak.

Bahan baku pakan yaitu segala sesuatu yang dapat diberikan pada ternak baik berupa

pakan organik maupun anorganik yang dapat dicerna tanpa mengakibatkan adanya

gangguan kesehatan pada ternak yang memakannya. Bahan pakan sumber protein terdiri

atas tepung ikan, tepung rese, CGM, sentrosema, lamtoro. Bahan pakan sumber serat

berupa kulit kopi, tumpi, rumput gajah dan rumput odot. Bahan pakan sumber energi

berupa onggok, tepung jagung, bungkil kelapa. Bahan pakan sumber mineral CaCO3.

Adapun bahan pakan adiktif yaitu DCP.

B. SARAN

Saran untuk asisten dalam kegiatan paraktikum ini sudah sangat baik, di mana

kakak Dewi Mustiqa Umstitian selaku asisten praktikum telah mengajarkan banyak hal

mengenai maksud dan isi dari praktikum ini secara jelas dan runtut, semoga kedepannya

tetap seperti ini guna praktikan dapat menyelesaikan praktikumnya dengan sangat baik.

DAFTAR PUSTAKA

Al, F., J. 2018. (Bran Gluten Feed) Pakan Ternak


Anwar. 2017. Identifikasi Limbah Pertanian Dan Perkebunan Sebagai Bahan Pakan
Inkonvensional Di Banyuwangi. Jurnal Medik Veteriner Eissn: 2581-012x
Oktober 2017, Vol.1 No.1 : 12-22 Vet 2017, 1(1):12-22. Eissn: 2581-012x | 12

Anwar., S., H. 2017. Studi Komposisi Mineral Tepung Batu Bukit Kamang Sebagai
Bahan Baku Sumber Mineral. Jurnal Peternakan, April 2017, hlm. 18-25
Vol. 30 No. 1.ISSN 0126-0472

Ardiansyah,. R. 2021 Analisis Kandungan Nutrisi Tepung Jagung (Zea Mays Lam) Dari
Desa Wedelan Kecamatan Tojo Kabupaten Tojo Una-Una Untuk Pakan Ternak.
Jurnal Agropet, Vol. 18, No 2 (2021)

Ari, 2019. Substitusi Tepung Ikan Menggunakan Jagung Gluten Meal (Cgm) Pada
Pakan Formulasi Terhadap Kandungan Lemak Kasar, Bahan Ekstrak Tanpa
Nitrogen Dan Energi Daging Ikan Nila Merah (Oreochromis Niloticus)

Fauzi. 2014. Bahan Makanan Ternak dan Formulasi Ransum

Feed. 2022. Gabungan Perusahaan Makanan Ternak

Gustiar., F. 2014. Reduksi Gas Metan (CH4) dengan Meningkatan Komposisi


Konsentrat dalam Pakan Ternak Sapi. Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol. 3, No.
1, Juni 2014, pp. 14-24 ISSN 2303 – 1093 14

Khaerani., K. 2011. Potensi Dan Pemanfaatan Onggok Dalam Ransum Unggas Jurnal
Teknosains, Vol. 5, No. 2, Juli 2011, Hal. 155-163

Khalil.,M. 2016. Pengaruh Pemberian Limbah Kulit Kopi (Coffea Sp). Amoniasi
Sebagai Pakan Alternatif Terhadap Pertambahan Bobot Ayam Broiler. Jurnal
ilmiah mahasiswa pendidikan biologi, vol 1, Issue 1, Agustus 2016, hal 119-
130
Khasanah., H. 2019 Pemanfaatan MOL (Mikroorganisme Lokal) Sebagai Substitusi
Biostarter EM4 Untuk Meningkatkan Kualitas Nutrisi Pakan Fermentasi
Berbasis Tongkol Dan Tumpi Jagung

Ratih,. E. 2015. Pengaruh Penggunaan Onggok Dan Ampas Tahu Terfermentasi Mix
Culture Aspergillus Niger Dan Rhizopus Oligosporus Sebagai Pengganti Jagung
Dalam Pakan Terhadap Kualitas Fisik Daging Ayam Pedaging. Jurnal Ilmu Dan
Teknologi Hasil Ternak, April 2015, hal 9-17 ISSN :1978-0303 Vol.10, No. 1

Rosa. 2015. Pengolahan Bahan-Bahan Pakan. Jurnal Peternakan, Mei 2015, hlm. 10-25
Vol. 2

Rusdiyanto. 2022. Pra Desain Pabrik DCP Sebagai Pakan Ternak Dari Batuan
Phosphate Dengan Kadar P2O5 Rendah

Anda mungkin juga menyukai