Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL MAGANG KERJA PERUSAHAAN DI PT.

CATUR
MITRA TARUMA

Disusun oleh :
MUHAMMAD ABDUSYAKUR 17021029
RADIKA PRASIAJI 17021035
RIDWAN BANU BUDIARTO 17021059
ABHIE FITRI ANGGONO 17021064
RAHMAT MUHARYADI 17021136

PROGGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS

AGROINDUSTRI UNIVERSITAS MERCUBUANA

YOGYAKARTA 2019
BAB I

PNDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ternak sapi merupakan salah satu ternak besar, khususnya di Indonesia telah
lama diusahakan oleh petani. Peternakan di Indonesia sekarang ini sudah
berkembang, hal ini terbukti dengan banyaknya peternak-peternak rakyat.
Fenomena tersebut muncul karena masyarakat mulai sadar akan pentingnya
kebutuhan gizi hewani yang cukup. Salah satu makanan yang mengandung gizi
adalah daging.
Usaha penggemukan sapi potong merupakan salah satu usaha yang sudah
berkembang secara pesat dan telah menyebar di wilayah Indonesia. Keberhasilan
usaha penggemukan sapi potong, maka yang harus diperhatikan adalah
manajemen pemeliharaan yang terarah dan pengelolah yang professional. Usaha
penggemukan sapi potong sangat berkembang karena masyarakat sadar akan
kebutuhan hewani, sehingga permintaan akan daging terus meningkat.
Usaha penggemukan sapi potong tidak hanya diusahakan oleh industri-industri
besar tetapi juga diusahakan oleh peternak meskipun dalam hal manajemen
pemeliharannya peternak masih relative sederhana. Usaha penggemukan sapi
potong berkembang sangat pesat karena sapi potong sebagai ternak yang
mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi.
Ternak sapi, khususnya sapi potong, merupakan salah satu sumber daya
penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan penting, artinya
didalam kehidupan masyarakat seekor atau kelompok ternak sapi bisa
menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan
berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, dan
tulang.
Usaha penggemukan sapi potong harus diperhatikan yang meliputi:
perkandangan, pembibitan, pakan dan pemberiannya, pengendalian penyakit,
recording, pemanenan hasil atau pemasaran, penanganan limbah dan manajerial.
Magang diprogramkan agar mahasiswa dapat secara langsung turun dilapangan
untuk membandingkan teori dan keadaan sebenarnya.

B. Rumusan Masalah
Pengalaman praktek sangat dibutuhkan guna mendukung pemahaman
teoritis, khususnya pada manajemen perkandangan, manajemen pakan,
manajemen bakalan, manajemen kesehatan dan manajemen pemeliharaansapi
potong di PT.CATUR MITRA TARUMA.

C. Tujuan Magang Kerja Perusahaan


1. Tujuan Umum
a. Agar dapat memperoleh wawasan dan pemahaman mengenai kegiatan
di lapangan yang berkaitan dalam bidang peternakan.
b. Memberikan bekal dan pengalaman kepada mahasiswa dalam dunia
kerja untuk menyesuaikan diri menghadapi dunia kerja.
c. Mahasiswa menjadi lebih disiplin dan bertanggung jawab dalam
bekerja dan melaksanakan tugasnya.
d. Mendapatkan ilmu dan keterampilan baru yang didapatnya di dalam
dunia kerja.
e. Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam bidang peternakan.
2. Tujuan Khusus
a. Mempelajari dan memahami tentang sistem manajemen sapi potong dan
membandingkan teori yang didapat dari bangku kuliah dengan aplikasi
di lapangan.
b. Dapat melatih dalam kepekaan mengidentifikasi permasalahan dan
mencari alternatif solusi yang aplikatif.
c. Memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja dalam bidang
manajemen sapi potong yang akan dilakukan di PT.CATUR MITRA
TARUMA.

3. Manfaat Magang Kerja Perusahaan


a. Mahasiswa dapat memiliki kemampuan yang lebih mendalam mengenai
instansi yang dijadikan sebagai tempat praktek kerja lapangan.
b. Membuka wawasan tentang dunia kerja yang sesungguhnya, baik dari
segi kedisiplinan maupun pergaulan dalam dunia kerja.
c. Mendapatkan bekal sebagai sarana, untuk terjun kedunia kerja
kedepannya.
d. Dapat bertukar pikiran dengan para karyawan yang ada di PT. CATUR
MITRA TARUMA Memiliki gambaran yang lebih utuh tentang dunia
kerja yang sesungguhnya.
e. Meningkatkan hubungan kerjasama yang baik antara perguruan tinggi
Fakultas Agroindustri UMBY dengan PT. CATUR MITRA TARUMA
Menjalin Relasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sapi Potong
Setiap proses penggemukan sapi, pada akhirnya sapi akan menjadi penghasil
daging. Sapi-sapi yang dipekerjakan sebagai pembajak sawah atau ternak-ternak
perah yang tidak produktif lagi biasanya akan digemukan sebagai ternak potong.
Umumnya, mutu daging yang berasal dari sapi-sapi afkiran ini tidak terlalu
baik.Meskipun demikian ada beberapa jenis sapi yang memang khusus dipelihara
untuk digemukkan karena karakteristik yang dimilikinya, seperti tingkat
pertumbuhannya cepat dan kualitas daging cukup baik.Sapi-sapi inilah yang
umumnya dijadikan sebagai sapi bakalan, yang dipelihara secara intensif selama
beberapa bulan sehingga diperoleh pertambahan berat badan yang ideal untuk
dipotong (Abidin, 2002).

B. Kebutuhan Daging Sapi di Indonesia


Usaha penggemukan sapi akhir-akhir ini semakin berkembang.Hal ini ditandai
dengan semakin banyaknya masyarakat diberbagai daerah yang mengusahakan
penggemukan sapi potong.Perkembangan usaha penggemukan sapi ini di dorong
oleh permintaan daging yang terus meningkat dari tahun ketahun.
Menurut Statistik Direktorat Jendral Peternakan Dan Kesehatan Hewan (2017)
kebutuhan daging sapi dalam negri pada tahun 2017 yaitu mencapai 604.968 ton.

Komoditas daging sapi merupakan salah satu komoditas prioritas dalam


pembangunan nasional dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan asal hewani.
Komoditas daging sapi termasuk kedalam Rencana Strategis Kementerian
Pertanian 2015-2019 dalam upaya mencapai target sukses pembangunan pertanian
yaitu pencapaian swasembada padi, jagung dan kedelai serta peningkatan
produksi gula dan daging (kementrian pertanian, 2015).

Produksi daging tidak hanya didasarkan pada jumlah permintaan, tetapi juga
melihat dari pengaruh harga, ketersediaan pakan hewan, dan juga keterkaitan
antara daging sapi dan produksi susu. Kebutuhan daging sapi di Indonesia saat ini
dipenuhi dari tiga sumber, yaitu peternakan rakyat (ternak lokal), industri
peternakan rakyat (hasil penggemukan sapi ex-import), dan import daging dari
luar negeri. Setiap tahun, Indonesia membutuhkan tambahan pasokan daging
impor yang berasal dari 450.000 ekor sapi. Indonesia saat ini masih mengalami
kekurangan pasokan sapi karena pertambahan populasi tidak seimbang dengan
kebutuhan nasional ( Soeprapto and Abidin,2066)

C. Metode Penggemukan Sapi Potong


Program penggemukan sapi merupakan salah satu usaha untuk mempercepat
dan meningkatkan produksi serta memperbaiki kualitas karkas atau daging dengan
jalan mendeposit lemak seperlunya.Usaha ini diharapkan mampu meningkatkan
pertambahan bobot hidup yang tinggi dan efisien serta menghasilkan karkas
dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik (Dyer & O’Mary, 1977).
Upaya untuk mencapai bobot badan yang optimal dan memiliki nilai ekonomis
yang tinggi adalah dengan memberikan pakan yang memenuhi kebutuhan gizi
bagi ternak. Pakan ternak ruminansia terdiri atas hijauan, konsentrat dan pakan
tambahan.Pada prinsipnya sistem penggemukan sapi tergantung dari sistem
pemberian pakan dan grade daging yang diinginkan.
Di Indonesia sistem penggemukan sapi tradisional dikenal dengan sistem
kereman. Dalam penggemukan sapi sistem kereman ini sapi yang dipelihara
didalam kandang dan diberi makan dan minum di dalam kandang, tidak
digembalakan ataupun dipekerjakan.
Menurut Siregar (2003), sistem penggemukan terdiri dari tiga macam
penggemukan 1) Dry Lot Fattening yaitu pemberian ransum dengan pemberian
biji-bijian atau kacang-kacangan, 2) Pasture Fattening yaitu sapi yang diternakan
digembalakan dipadang pengembalaan, 3) Kombinasi anatara Dry Lot Fattening
dan Pasture Fattening yaitu system ini dilakuakn dengan pertimbangan musim dan
ketersedian pakan. Di daerah tropis pada saat musim produksi hijauan tinggi
penggemukan dilakukan dengan Pasture Fattening sedangkan pada saat hijauan
berkurang penggemukan dilakukan dengan cara Dry Lot Fattening.
D. Perkandangan
Pembangunan kandang harus memberikan kemudahan perawatan sapi,
mencegah sapi supaya tidak berkeliaran, dan menjaga kebersihan lingkungan.
Dengan adanya kandang, pengamanan terhadap pencuri sapi akan lebih terjaga.
Menurut Siregar (2006) pembuatan kandang untuk penggemukan memerlukan
beberapa persyaratan sebagai berikut :
a. Memberi kenyamanan bagi sapi-sapi yang digemukkan dan bagi si
pemelihara ataupun pekerja kandang.
b. Memenuhi persayaratan bagi kesehatan sapi
c. Mempunyai ventilasi atau pertukaran udara yang sempurna
d. Mudah dibersihkan dan terjaga kebersihannya
e. Memberi kemudahan bagi peternak ataupun pekerja kandang pada saat
bekerja sehingga efisiensi kerja dapat tercapai
f. Bahan-bahan kandang yang digunakan bertahan lama, tidak mudah lapuk,
harganya relative murah dan mudah didapat didaerah sekitar
g. Tidak ada genangan air didalam ataupun diluar kandang.

Fungsi kandang penggemukan sapi potong sangat penting, diantaranya :

1. Melindungi sapi potong dari peribahan cuaca atau iklim yang ekstrim,
seperti panas, hujan, dan angin.
2. Mencegah dan melindungi sapi dari penyakit.
3. Menjaga keamanan ternak dari pencurian.
4. Memudahkan pengelolaan ternak dalam proses produksi, seperti
pemberian pakan, minum, pengelolaan kotoran atau limbah, dan
perkawinan.
5. Meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerja (Rukmana, 2015).

Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung


dari jumlah sapi yang dimiliki.Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi
dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda
penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling
bertolak belakang.Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk
jalan.Ada pun syarat Kandang yaitu bahan kandang dari kayu/ bambu serta
kuat.Letak kandang terpisah dari rumah dan jaraknya cukup jauh.Lantai dari
semen/tanah yang dipadatkan, dan harus dibuat lebih tinggi dari tanah
sekitarnya.Ventilasi udara dalam kandang harus baik.Drainase di dalam dan luar
kandang harus baik (Sugeng, 2006).
Dalam pembangunan kandang atau perkandangan diperlukan perencanaan
yang seksama.Perencanaan tersebut perlu dipertimbangkan persyaratan-
persyaratan yang harus dipenuhi dari sebuah bangunan perkandangan. Kandang
yang memiliki persyaratan akan membuat usaha ternak semakin baik. Karena
dengan semakin baiknya persyaratan kandang, ternak yang dipelihara akan
semakin sehat (Purbowati dan Rianto, 2009).

Sebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi


yang akan dipelihara. Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah
1,5 x 2 m2. Sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m 2 dan
untuk seekor anak sapi cukup 1,5×1 m2 (Anonim, 2013).
Termasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum,
yang sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibawah atap.Tempat pakan
dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/ tercampur
kotoran.Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan
sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai.Dengan demikian kotoran dan air
kencing tidak tercampur didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan
adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi. Semua
peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari
gangguan penyakit sekaligus dapat dipakai untuk memandikan sapi (Anonim,
2013).

E. Pemilihan Bakalan Sapi Potong


Pemilihan bakalan akan menentukan majunya peternakan yang akan
dikembangkan. Bangsa-bangsa tertentu cocok apabila keadaan iklim dan pakan
sesuai sehingga mampu memberikan keuntungan tertentu dibandingakan bangsa
lainnya. Bangsa-bangsa sapi dapat dibagi menjadi 4 yaitu bangsa Eropa, bangsa
India, bangsa yang dikembangkan di Amerika Serikat dan yang terakhir disebut
bangsa eksotik. Sebenarnya tidak ada bangsa yang sempurna sebab setiap ternak
memeliki sifat-sifat yang cocok untuk keadaan tertentu ataupun tidak cocok untuk
keadaan tertentu pula.Pemilihan suatu bangsa sapi tergantung pada kesukaan
peternak, keadaan lingkungan, kemampuan adaptasi, efisiensi reproduksi,
kemauan memelihara dan menyusui anak, ukuran badan dan pertambahan berat
badan.
Secara fisiologis, sapi potong mengalami pertumbuhan dan perkembangan
berdasarkan tahapan-tahapan tertentu, yang berkaitan dengan umurnya. Dalam
pemilihan bakalan periode dari lahir hingga dewasa kelamin inilah periode emas
pertumbuhan sapi potong. Karena itu, sapi-sapi bakalan yang akan digemukkan
idealnya berumur 1-2 tahun agar menguntungkan secara ekonomis. Pada umur itu,
sapi bisa tumbuh dengan cepat, serta efisien dalam pemberian dan pemanfaatan
pakan (Herry dan Abidin, 2006).
Kriteria pemilihan bakalan sapi potong yang baik yang akan digemukkan
adalah, sapi dengan jenis kelamin jantan atau jantan kastrasi, umur sebaiknya 1.5-
2.5 tahun atau giginya sudah poel satu, mata bersinar, kulit lentur, sehat, nafsu
makan baik, bentuk badan persegi panjang, dada lebar dan dalam, tempramen
tenang, dari bangsa yang mudah beradaptasi dan berasal dari keturunan genetik
yang baik. Bila mungkin sangat dianjurkan mengetahui sejarah sapi yang
berkaitan dengan penyakit namun secara praktis pada umumnya dipergunakan
dalam penilaian individual adalah pengamatan bentuk luar yakni bentuk tubuh
umum dan normal tidaknya pertumbuhan organ kelamin (Murtidjo, 1990).
Siregar (2010) menyatakan, bahwa pada dasarnya sapi jantan maupun sapi
betina dapat digunakan sebagai bakalan dalam usaha penggemukan sapi, namun
sapi jantan lebih diminati dari pada sapi betina karena pertambahan bobot
badannya lebih cepat dibandingkan dengan sapi betina. Selain itu, di Indonesia
ada peraturan mengenai larangan memotong sapi betina produktif. Sumber sapi
bakalan yang dapat digunakan untuk usaha penggemukan yaitu sapi lokal, sapi
impor dan jenis sapi dari persilangan.
Menurut Sarwono dan Arianto (2006), bahwa keberhasilan penggemukan sapi
potong sangat tergantung pada pemilihan bakalan yang baik dan kecermatan
selama pemeliharaan. Bakalan yang akan digemukkan dengan pemberian pakan
tambahan, dapat berasal dari sapi lokal yang dipasarkan di pasar hewan atau sapi
impor yang belum maksimal pertumbuhannya. Sebaiknya bakalan dipilih dari sapi
yang memiliki potensi dapat tumbuh optimal setelah digemukkan, yaitu kondisi
kurus, berusia muda, tetapi sehat.
Pemilihan sapi bakalan yang tepat sesuai dengan kondisi daerah sangat penting
demi keberhasilan usaha penggemukan sapi, karena apabila salah memilih sapi
bakalan maka akan mengakibatkan kerugian dalam usaha penggemukan sapi.
Sebenarnya tujuan utama dari penggemukan sapi yaitu untuk memperbaiki
kualitas dan kuantitas dagingnya. Sistem penggemukan sapi kereman yang
dilakukan pada sapi jantan dewasa atau yang telah cukup umur, sehat dan tidak
dipekerjakan selama masa penggemukan. Tujuan awal dari sistem ini adalah
untuk memperoleh pupuk kandang yang sangat dibutuhkan untuk sayur-sayuran
dan tanaman tembakau. Adapun sarana utama dari usaha sapi kereman yaitu
adalah sapi bakalan atau sapi setengah kurus tetapi sehat (Hartatik et al, 2009).

F. Pengendalian Penyakit
Penyakit merupakan hal yang sangat merugikan dalam usaha ternak sapi
potong, oleh karena itu usaha pencegahan dan pengendalian penyakit sangat
diperlukan agar sapi yang dipelihara tetap sehat.

Tanda-tanda sapi sehat adalah sebagi berikut:

1. Nafsu makan besar dan agak rakus


2. Minum teratur (kurang lebih 8 kali sehari)
3. Mata merah, jernih dan tajam, hidung bersih, memamah biak bila istirahat.
4. Kotoran normal dan tidak berubah dari hari kehari.
5. Telinga sering digerakkan, kaki kuat, mulut basah.
6. Temperatur tubuh normal (38,5-39) C dan lincah.
7. jarak/siklus berahi ternak teratur (terutama sapi betina/induk)

Tanda-tanda sapi sakit adalah:

1. Mata suram, cekung, mengantuk, telinga terkulai


2. Nafsu makan berkurang, minumnya sedikit dan lambat.
3. Kotoran sedikit, ,mungkin diare atau kering dan keras
4. Badan panas, detak jantung dan pernapasan tidak normal.
5. Badan menyusut, berjalan sempoyongan.
6. Kulit tidak elastis, bulu kusut, mulut dan hidung kering
7. Temperatur tubuh naik-turun

Sanitasi dilakukan sebagai upaya untuk menjaga kebersihan lingkungan,


agar ternak terbebas dari serangan penyakit. Menurut Sugeng (2002) sanitasi
lingkungan dilakukan untuk menciptakan rasa aman dan nyaman, bagi peternak
maupun ternak yang dipelihara, serta bebas dari gangguan infeksi penyakit yang
dapat merugikan ternak.

Dalam peternakan sapi potong ada berbagai macam jenis penyakit, baik itu
yang disebabkan manajemen yang kurang baik, bakteri, virus, parasit dan agen
penyebab penyakit yang lain.

Pengendalian penyakit yang lebih utama dilakukan adalah pencegahan


penyakit daripada pengobatan, karena penggunaan obat akan menambah biaya
produksi dan tidak terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha
pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah sapi lama
yang menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat.

Berikut ini adalah berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mencegah
penyakit pada sapi :

1. Pemanfaatan Kandang Karantina


Sapi potong bakalan yang baru saja di datangkan ada baiknya dipisahkan
terlebih dahulu atau dikarantina. Hal tersebut bertujuan untuk memonitoring
keadaan sapi sapi baru tersebut, dan juga sebagai cara untuk mebuat sapi
beradaptasi dengan lingkungannya yang baru.Waktu karantina sapi sekitar satu
minggu. Pada saat dikarantina, disarankan sapi diberi obat cacing.
2. Selalu Menjaga Kebersihan Kandang Sapi Potong
Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran yang
banyak karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan
kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk mencegah
berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.
3. Vaksinasi
Bisa diberikan terhadap sapi potong baru, khususnya untuk berbagai
penyakit menular pada sapi.Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat hewan
berada di kandang karantina.Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi
penyakit antraks.

Beberapa tindakan pencegahan penyakit yang umumnya dilakukan adalah


pemberian obat cacing.Penyakit cacing tidak membahayakan, namun kerugian
yang ditimbulkan cukup besar, karena meskipun ternak diberi pakan dengan
kualitas yang baik, pertumbuhannya terhambat.
Pada beberapa daerah basah, rumput yang tumbuh (padang rumput) biasanya
telah tercemar oleh telur-telur atau bibit-bibit cacing, sehingga perlu dilakukan
pemberian obat cacing pada ternak yang mengkonsumsinya. Berbagai obat cacing
yang sering digunakan adalah rintal boli, valbazen, dan lain sebagainya.

Vaksinasi dan Obat- Obatan

Pemakaian dan penggunaan vaksin dan obat-obatan memerlukan kehati-hatian


karena akan berakibat fatal dan merugikan peternak.

Beberapa hal yang harus diperhatikan :

1. Selalu membaca label dan ikuti petunjuk penggunaan secara hati-hati.


2. Lakukan vaksinasi sesuai dengan jenis vaksinnya demikian juga dengan
aplikasinya.
3. Jangan menggunakan vaksin dan obat-obat yang kadaluarsa.
4. Jangan mencampur vaksin dan obat-obatan sekaligus.
5. Berikan obat-obatan sesuai jangka waktu yang ditentukan.
6. Simpan obat-obatan ditempat yang sejuk.
7. Simpan Vaksin dalam lemari es
8. Pada saat vaksinasi pakailah alat yang steril.

Vaksinasi dilakukan oleh Dinas Peternakan setempat, jika ada wabah penyakit
yang berbahaya, misalnya penyakit mulut dan kuku (PMK), brucellosis (kluron
menural), surra, septicemia epizootical/SE 9 (ngorok), antraks (radang limpa) dan
tuberkulosis (TBC). Untuk sapi-sapi impor, sebelum masuk ke indonesia biasanya
sudah dilakukan vaksinasi terlebih dahulu, baik oleh negara asal ternak maupun
petugas karantina ternak pelabuhan

G. Pakan
Produktivitas ternak sapi potong sangat peka atau sensitif terhadap perubahan
pemberianpakan, oleh karena itu pakan yang diberikan harus sesuai dengan
ketersediaan, kesinambungan mutu maupun jumlahnya. Disamping itu perlu
diketahui bahwa biaya pakan dalam usaha penggemuka memberikan konstribusi
yang cukup besar. Oleh karena itu dalam usaha penggemukan, peternak harus
dapat memberikan pakan yang murah namun bermanfaat bagi peningkatan
produksi daging (Siregar, 2003). 

konsentrat,dan yang terpenting adalah pakan harus memenuhi kebutuhan


protein, Pada dasarnya, sumber pakan sapi dapat disediakan dalam bentuk hijauan
dan karbohidrat, lemak, danvitamin serta mineral. Secara alamiah pakan utama
ternak sapi baik potong maupun perah adalah hijauan, dapat berasal dari rumput
alam atau lapang, rumput unggul, leguminosa dan limbah pertanian serta tanaman
hijauan lainnya. Dalam pemberiannya harus diperhatikan hijauan tersebut disukai
ternak dan tidak mengandung racun atau toxin sehingga dapat membahayakan
perkembangan ternak yang mengkonsumsi. Namun permasalahan yang ada bahwa
hijauan di daerah tropis seperti di wilayah Indonesia mempunyai kualitas yang
kurang baik sehingga untuk memenuhi kebutuhan gizi ternak tersebut,perlu
ditambah dengan pemberian pakan konsentrat (Siregar,1996). Dalam pemberian
pakan dikandang yang perlu diperhatikan adalah mengetahui berapa jumlah pakan
dan bagaimana ransum yang diberikan pada ternak sapi. Untukitu, telah dibuat
feeding standard. Akan tetapi, dalam pemberiannya ada yang dilakukan dengan
cara adlibitum, yaitu diberikan dalam jumlah yang selalu tersedia. Ada juga yang
diberikan dalam bentuk restricted atau dibatasi (Santosa, 2002). Konsentrat
adalah suatu bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lain untuk
meningkatkan keseimbangan nutrisi dari keseluruhan bahan pakan dan dicampur
sebagai suplemen (pelengkap) atau pakan pelengkap.
BAB III

MATERI DAN METODE MAGAN KERJAPERUSAHAAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan MKP

Magang Kerja Perusahaan (MKP) akan dilaksanakan selama 30 hari


pada tanggal 28 Januari – 28 Februari 2020. Kegiatan Praktek Kerja
Perusahaan ini akan dilakukan di PT. CATUR MITRA TARUMA yang
beralamatkan di Kp. Tanggulun, Cariu, Kec. Cariu, Bogor, Jawa Barat
Materi dan Alat
Dalam Magang Kerja Perusahaan ini materi dan alat yang akan
digunakan adalah:
 Materi
Materi yang digunakan dalam kegiatan ini adalah ternak, pakan, kandang
dan obat-obatan yang ada di PT.CATUR MITRA TARUMA.
 Alat
Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah alat tulis, kamera, dan
meteran.

B. Metode
Metode yang digunakan pada kegiatan Magang Kerja Perusahaan adalah :
1. Melakukan pengukuran kandang, saanitasi kandang dan pengolahan
limbah serta menghitung kapasitas kandang
2. Melakukan pemilihan bakalan, identifikasi bakalan, penanganan bakalan
dan pencatatan jumlah bakalan masuk
3. Melakukan pemilihan bahan pakan untuk pembuatan ransum
4. Melakukan penyusunan ransum
5. Melakukan penimbangan jumlah pakan yang akan diberikan
6. Menghitungan FCR, ADG, dan feed per gain
7. Melakukan kontrol lalu lintas, sanitasi kandang, kontrol hama dan
pengobatan ternak sakit.
8. Melakukan wawancara yaitu dilakukan dengan mewawancarai petugas
sehingga diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang ruang
lingkup Magang Kerja Perusahaan.

C. Rencana Pelaksanaan kegiatan


Rencana pelaksanaan kegiatan yang akan di lakukan di PT. CATUR MITRA
TARUMA dapat dilihat di Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Daftar Kegiatan
MINGGU
NO KEGIATAN
I II III IV
1. Perkenalan

2. Orientasi lokasi kerja


3. Melakukan pemilihan dan identifikasi bakalan serta
pencatatan jumlah bakalan masuk
4. Melakukan pemberian pakan sapi potong
5. Melakukan vaksinasi sapi

6. Melakukan pemberian pakan sapi potong


7. Melakukan pembuatan pakan
8. Melakukan pembersihan kandang/sanitasi kandang
9. Melakukan kontrol lalu lintas, kontrol hama dan
pengobatan ternak sakit
10. Melakukan penimbangan berat badan sapi

11. Evaluasi mingguan


12. Melakukan pengambilan hijauan pakan ternak
13. Melakukan pemberian pakan sapi potong
14. Melakukan pembersihan sisa pakan pada tempat pakan

15. Memandikan sapi


16. Evaluasi mingguan
17. Melakukan pemberian pakan sapi potong
18. Konsultasi dengan manajer atau karyawan perusahaan
19. Evaluasi tim MKP dan evaluasi data yang diperoleh
dari pengelola
20. Penutupan MKP/perpisahan
BAB IV
PENUTUP

Proposal ini disusun sebagai bahan panduan dalam Pelaksanaan Magang


Kerja Perusahaan di PT.CATUR MITRA TARUMA. Program Studi Peternakan
Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana Yogyakarta sebagai lembaga
yang bertangung jawab menghasilkan lulusan yang berkualitas sangat berharap
kesediaan PT. CATUR MITRA TARUMA sebagai tempat magang mahasiswa
sehingga wawasan praktek bidang Peternakan khususnya di bidang sistem
pemeliharaan, pemilihan bibit, manajemen pakan , perkandangan dan pngendalian
penyakit sapi potong lebih terasah kerja sama yang tercipta diharapkan mampu
mengurangi kesenjangan antara teori dan praktek.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin,  Z. 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Anonim. 2013. Sistem Pemeliharaan Sapi Potong.


http://ipteks/bappenas/11/sistempemeliharaansapipotong. html. Diakses
pada tanggal 12 Mei 2018
Direktorat Jendral Peternakan Dan Kesehatan Hewan, 2017. Statistik
2017.Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian
Pertanian RI. Jakarta.
Dyer, I.A. and C.C. O’Mary. 1977. The Feedlot. 2 nd ed. Lea and Febiger.
Philadelphia.
Hartatik, T., D. A. Mahardika, T. S. M. Widi, dan E. Baliarti. 2009. Karakteristik
dan kinerja induk sapi silangan Limousin-Madura dan Madura di Kabupaten
Sumenep dan Pamekasan. Buletin Peternakan 33: 143-147.
Herry soeprapto dan Zainal Abidin. 2006. Agro Media Pustaka. Depok.

H. Soeprapto and Z. Abidin, "Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong," Jakarta, PT


Agromedia Pustaka, 2006

K. Pertanian, Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2015- 2019, Jakarta:


Kementerian Pertanian, 2015.

Murtidjo, B.A. 1990. Beternak Sapi Potong. Kanisius. Jakarta.

Purbowanti, E. dan Rianto, E. 2010. Paduan LengkapSapi Potong. Penebar


Swadaya. Jakarta.
Rukmana, H, R. 2015. Wirausaha Penggemukan Sapi Potong. Lily Publisher.
Yogyakarta.
Santosa, U. 2002..TataLaksanaPemeliharaanTernak Sapi.PenebarSwadaya.
Jakarta.
Sarwono, B dan H. B. Arianto. 2002. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Siregar, S. B., 1996.RansumTernakRuminansia.PenebarSwadaya.Jakarta.2003.Pe
nggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Siregar, 2003. Metode Penggemukan Sapi.Gramedia .Jakarta.
Siregar, 2006. Perkandangan Sapi Potong.Gramedia . Jakarta.

Sugeng, Y. B. 2002. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta

Sugeng. 2006. Sistem Perkandangan Ternak Sapi


Potong.http://sistemperkandangan-sapi-potong-catatan
anakpeternakan.sugeng.blokspot.com, diakses pada tanggal 12 Mei 2018.

Anda mungkin juga menyukai