Anda di halaman 1dari 2

FEMINISME ALA KARTINI

(sumber foto:www.tribunnews.com)

Buana Pers – Pada tanggal 21 April 1879 telah lahir seorang wanita perkasa yang berasal dari
tanah Jepara. Wanita tersebut bernama Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat atau yang biasa
kita kenal dengan sebutan R.A. Kartini. Kartini adalah sosok ‘feminis’ dalam sejarah
kemerdekaan Indonesia. Ia merupakan lambang bagi perjuangan hak kaum wanita sejak masa
penjajahan yang secara spesifik menginginkan kemerdekaan hak kaum wanita.

Dalam beberapa hal, Kartini dapat dikatakan bahwa beliau adalah sosok “feminis” yang menjadi
pelopor pergerakan dalam sejarah bangsa Indonesia. Isu feminis yang kita dengar dari Kartini
disebabkan karena beliau yang selalu berusaha untuk memberikan hak yang adil kepada wanita
mengenai emansipasi. Namun, Kartini tidak sepenuhnya feminis. Jika kita menilik kembali pada
surat-surat yang telah beliau tuliskan semasa hidupnya yang mana berisi tentang
kekhawatirannya atas asas patriarki dan budaya Jawa yang dianggap dapat menghambat
kemajuan kaum perempuan.

Berbicara mengenai feminis, kini banyak bermunculan pergerakan-pergerakan feminis di dunia.


Dikutip dari wikipedia.org Gerakan feminisme dimulai sejak akhir abad ke-18 dan berkembang
pesat sepanjang abad ke-20 yang dimulai dengan penyuaraan persamaan hak politik bagi
perempuan. Goresan tinta dari Mary Wollstonecraft yang berjudul A Vindication of The Rights of
Woman dianggap sebagai salah satu karya tulis feminis awal yang berisi kritik terhadap revolusi
Perancis yang hanya berlaku untuk kaum laki-laki namun tidak untuk kaum perempuan.
Di Indonesia sendiri, pergerakan feminis baru dimulai satu abad setelahnya. R.A. Kartini yang
merupakan salah satu tokoh emansipasi wanita turut serta menyumbangkan pemikiran
cemerlangnya mengenai kritik keadaan perempuan Jawa yang tidak diberikan kesempatan
mengecap pendidikan yang setara dengan laki-laki. Gagasan hebat beliau mengenai kondisi
wanita di Indonesia kala itu ia sampaikan kepada sahabat penanya dari Belanda yang bernama
Rosa Abendanon. Berawal dari Kartini yang tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa
kemudian timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi. Hal ini didasari karena
Kartini melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.

Kartini lebih menekankan peran utama seorang wanita sebagai ibu, dimana ibu berperan sebagai
pendidik manusia yang pertama. Hal ini diungkapkan Karini dalam surtanya kepada Prof. Anton
yang berisi, “Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak wanita,
bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak wanita itu menjadi saingan laki-laki
dalam hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum
wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam (sunatullah)
sendiri ke dalam tangannya : menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.”

Jika kita sederhanakan, feminis dapat kita pahami sebagai gerakan emansipasi wanita. Di era
milenial ini, emansipasi wanita telah mengalami banyak perkembangan sehingga para wanita
dapat melakukan banyak hal tanpa rasa khawatir maupun takut. Melalui sejarah R.A Kartini, kita
dapat belajar bahwa perjuangan beliau tidak sia-sia dan juga menghasilkan kebebasan
beerekspresi bagi kaum wanita.

Disusun oleh : Rahmat Nurul Khatami

Anda mungkin juga menyukai