Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah Ilmu Ternak Potong ini. Akhir kata kami
berharap semoga makalah stocker dan feeder cettel Ini dapat memberikan manfaat
Kelompok 4
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti kulit, pupuk dan tulang (Sugeng,
2000). Sapi termasuk dalam genus Bos, mempunyai teracak/jari genap, berkaki
empat, tanduk berongga, dan memamahbiak. Sapi juga termasuk dalam kelompok
Taurine, termasuk di dalamnya Bos Taurus (sapi yang tidak memiliki punuk) dan
Bos Indicus (sapi yang berpunuk). Beberapa sapi potong Eropa dan Inggris yang
Shorthorn, Santa Gertrudis, dan Beefmaster. Sapi yang didatangkan dari India:
Brahman dan Ongole. Sementara sapi lokal Indonesia adalah sapi Bali, sapi
Madura, dan sapi PO (Peranakan Ongole). Jenis sapi yang terpopuler di Indonesia
menyusui anak, ukuran badan, pertambahan berat badan, dan sifat-sifat lain yang
bakalan. Namun, sebaiknya dipilih sapi jantan untuk dijadikan bakalan karena
jenis sapi yang ada di Indonesia, ada tiga sumber sapi yang dapat dijadikan
bakalan untuk digunakan pada usaha penggemukan. Ketiga jenis sapi tersebut
antara lain: sapi lokal, sapi murni impor, dan sapi hasil persilangan (Siregar,
2015).
hewan herbivora. Sapi potong memerlukan hijauan makanan >60% dari seluruh
bahan makanan yang dikonsumsi, baik dalam bentuk segar (rumput dan legume)
maupun bahan kering (jerami) (Suhaema, 2014). Oleh karena itu, penyediaan
hijauan makanan ternak yang cukup dan berkualitas perlu mendapat perhatian
khusus. Lokasi untuk pengembangan peternakan sapi potong perlu didukung oleh
perkebunan.
Rumusan Masalah
Stocker dan Feeder cettle adalah istilah yang digunakan untuk sapi dalam
tahap pertumbuhan tertentu dan tahap produksi daging sapi. Istilah-istilah ini juga
berlaku untuk sapi dara yang tidak akan bergabung dengan kawanan sapi karena
sifat pembiakan yang tidak diinginkan atau karena produsen harus mengurangi
jumlah ternaknya. Sapi dara feeder dan stocker melalui tahap produksi daging
Daging sapi sebagian besar dihasil kan oleh usaha peternakan rakyat.
Kebu- Jurnal Litbang Pertanian, 30(3), 2011 109 tuhan daging sapi meningkat
dari tahun ke tahun, demikian pula impor terus bertambah dengan laju yang makin
tinggi, baik impor daging maupun sapi bakalan. Indonesia merupakan negara net
ketergan tungan pada impor, dan secara bertahap mampu berswasembada dalam
Stoker
atau sapi dara yang berumur enam sampai sembilan bulan dan beratnya 400
sampai 700 pon. Setelah disapih dari bendungannya, stoker diletakkan di atas
feeder
sapi dara dengan berat antara 800 hingga 1.000 pound dan berusia satu hingga dua
penambahan berat badan lebih lanjut. Jika seorang peternak menghasilkan anak
sapi yang besar dan berat, mereka dapat langsung pergi dari peternakan ke tahap
empat sampai enam bulan sebelum panen. Mereka dipanen sekitar 1.200 hingga
peningkatan produksi dalam negeri, baik kualitas mau pun kuantitasnya, sehingga
terjadi jurang yang semakin besar antara permintaan dan penawaran (Subagyo
2009). Kondisi ini tercermin pada impor Feeder Cettle mau- pun daging yang
cenderung meningkat. Impor feeder cattle mencapai 570.100 ekor pada tahun
2008 dan meningkat 40,84%/tahun. Demikian pula impor daging sapi mencapai
45.708,5 ton de ngan peningkatan 37,58%/tahun (Tabel 1). Target swasembada
daging sapi adalah 90 95% dari kebutuhan, semen tara sisanya (5 10%) dapat
Penyediaan daging sapi nasional berasal dari tiga sumber utama, yakni: 1)
usaha peternakan rakyat, 2) industri pengge mukan sapi dengan melakukan impor
sapi bakalan, dan 3) impor daging sapi (Gambar 1). Usaha ternak sapi potong
rak yat umumnya berupa usaha pembibitan (produksi anak) atau pembesaran
anak dengan biaya rendah (low external input). Manajemen usaha dilakukan
secara tra disional dengan memanfaatkan sumber daya lokal (padat tenaga kerja),
dan diusahakan dalam skala kecil. Usaha pembibitan kurang menarik minat
investor karena efisiensinya ren dah dan jangka pengembalian modal panjang
(Rayana 2009). Suplai daging berasal dari sapi betina afkir atau dewasa, sapi
jantan lokal, sapi perah afkir, dan anak sapi perah jantan. Peternak men jual sapi
digemukkan. Impor sapi bakalan dilakukan oleh importir yang kemudian dikelola
oleh feedloter untuk digemukkan, biasanya se lama 3 4 bulan atau sampai siap
potong. Impor sapi bakalan dilakukan karena sulitnya mendapat sapi bakalan
lokal, di samping harga sapi lokal yang lebih mahal dibanding sapi bakalan impor.
Volume impor sapi bakalan menunjukkan trend yang semakin tinggi, yaitu 40,2%
tinggi karena merupakan usaha padat modal dan dalam jangka waktu pendek
investasi dapat kembali. Oleh karena itu, usaha penggemukan cukup berkembang.
Di satu sisi, impor Feeder Cettlee berpotensi mendukung suplai daging nasional,
Secara teoritis umur sapi bakalan yang baik untuk digemukkan adalah 1,5-
2,5 tahun atau gigi seri tetap sudah 1-2 pasang (poel 1 dan 2) karena umumnya
sapi bakalan yang berumur demikian memiliki laju pertumbuhan yang optimal,
efisiensi pakan yang tinggi (Ngadiyono, 2007). Data riil di lapangan tentang umur
sapi bakalan yang di gemukkan belum pernah dikaji secara ilmiah padahal
informasi ini sangat bermanfaat bagi pihak pemerintah maupun stakeholder dan
CV. Restu Bumi, sehingga perlu pengkajian lebih lanjut. Body condition score
(BCS) atau skor kondisi tubuh sapi sangat mempengaruhi keberhasilan usaha
penggemukan. Menurut OFAC (2010), sapi bakalan yang baik untuk digemukkan
adalah sapi dengan nilai BCS 2,5 (kurus) – 3 (sedang). Selama ini belum ada
penelitian yang melihat perbedaan BCS antara bangsa sapi yang digemukkan pada
preconditioning. Meskipun anak sapi ini berada di padang rumput, mereka diberi
sedikit pakan tambahan untuk mengajari mereka makan dengan ransum yang
seimbang. Mereka diberi vaksin dan obat-obatan untuk melindungi mereka dari
penyakit tipe influenza dan pneumonia serta parasit internal seperti cacing
perut. Ketika peternak keluar dari program, mereka sehat dan terbiasa bergaul
Sapi dikelompokkan berdasarkan umur dan ukuran saat tiba di feedyard. Setiap
bersosialisasi dan berolahraga. Mereka diberi ransum yang diimbangi oleh ahli
gizi hewan profesional dan kesehatan mereka dipantau setiap hari oleh karyawan
dan dokter hewan konsultan. Waktu yang dihabiskan sapi di feedyard sering
Kesimpulan
Stocker dan Feeder cettle adalah istilah yang digunakan untuk sapi dalam
tahap pertumbuhan tertentu dan tahap produksi daging sapi. Tujuan utama dari
program stocker adalah mempersiapkan pedet untuk feedlot. Persiapan ini disebut
padang rumput, mereka diberi sedikit pakan tambahan untuk mengajari mereka
makan dengan ransum yang seimbang. Mereka diberi vaksin dan obat-obatan
untuk melindungi mereka dari penyakit tipe influenza dan pneumonia serta parasit
internal seperti cacing perut. Ketika peternak keluar dari program, mereka sehat