Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ILMU TERNAK POTONG

STOCKER DAN FEEDER CATTLE

Nama Anggota Kelompok 4:

Wayan suherni Putri


Nur Azizah Abdulah
Vinsensius Raymond Sihombing
Edwin Raymond Serrong
Muhamad Dirga Chaidir

ILMU TERNAK POTONG


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah Stocker dan Feeder Cattle,dari berbagai pihak sehingga

dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan

banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam

pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena

itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca

agar kami dapat memperbaiki makalah Ilmu Ternak Potong ini. Akhir kata kami

berharap semoga makalah stocker dan feeder cettel Ini dapat memberikan manfaat

maupun inspirasi terhadap pembaca.

Makassar, 27 Mei 2023

Kelompok 4
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ternak sapi potong adalah jenis ternak yang dipelihara untuk

menghasilkan daging sebagai produk utamanya. Seekor atau sekelompok ternak

sapi dapat menghasilkan berbagai macam kebutuhan untuk manusia terutama

daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti kulit, pupuk dan tulang (Sugeng,

2000). Sapi termasuk dalam genus Bos, mempunyai teracak/jari genap, berkaki

empat, tanduk berongga, dan memamahbiak. Sapi juga termasuk dalam kelompok

Taurine, termasuk di dalamnya Bos Taurus (sapi yang tidak memiliki punuk) dan

Bos Indicus (sapi yang berpunuk). Beberapa sapi potong Eropa dan Inggris yang

didatangkan ke Indonesia antara lain: Simmental, Limosin, Angus, Hereford,

Shorthorn, Santa Gertrudis, dan Beefmaster. Sapi yang didatangkan dari India:

Brahman dan Ongole. Sementara sapi lokal Indonesia adalah sapi Bali, sapi

Madura, dan sapi PO (Peranakan Ongole). Jenis sapi yang terpopuler di Indonesia

adalah sapi PO dan sapi Bali (Riady, 2004).

Pemilihan suatu bangsa sapi tergantung pada kesukaan peternak, keadaan

lingkungan, kemampuan adaptasi, efisiensi produksi, kemampuan memelihara dan

menyusui anak, ukuran badan, pertambahan berat badan, dan sifat-sifat lain yang

cocok dengan keinginan peternak yang bersangkutan. Bisnis penggemukan sapi

seringkali menggunakan sapi berjenis kelamin jantan maupun betina sebagai

bakalan. Namun, sebaiknya dipilih sapi jantan untuk dijadikan bakalan karena

pertambahan bobotnya lebih cepat dibandingkan dengan sapi betina. Berdasarkan

jenis sapi yang ada di Indonesia, ada tiga sumber sapi yang dapat dijadikan

bakalan untuk digunakan pada usaha penggemukan. Ketiga jenis sapi tersebut
antara lain: sapi lokal, sapi murni impor, dan sapi hasil persilangan (Siregar,

2015).

Sapi potong merupakan salah satu ternak ruminansia dan merupakan

hewan herbivora. Sapi potong memerlukan hijauan makanan >60% dari seluruh

bahan makanan yang dikonsumsi, baik dalam bentuk segar (rumput dan legume)

maupun bahan kering (jerami) (Suhaema, 2014). Oleh karena itu, penyediaan

hijauan makanan ternak yang cukup dan berkualitas perlu mendapat perhatian

khusus. Lokasi untuk pengembangan peternakan sapi potong perlu didukung oleh

ketersediaan pakan, baik berupa rumput, limbah pertanian maupun limbah

perkebunan.

Rumusan Masalah

1. Apa itu Pengertian Stocker dan Feeder Cattle

2. Sumber kebutuhan daging sapi di indonesia

3. umur uang cocok dijadikan feeder cettle

4.tujuan dilakukanya Stocker dan Feeder cattle


BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Stocker dan Feeder Cattle

Stocker dan Feeder cettle adalah istilah yang digunakan untuk sapi dalam

tahap pertumbuhan tertentu dan tahap produksi daging sapi. Istilah-istilah ini juga

berlaku untuk sapi dara yang tidak akan bergabung dengan kawanan sapi karena

sifat pembiakan yang tidak diinginkan atau karena produsen harus mengurangi

jumlah ternaknya. Sapi dara feeder dan stocker melalui tahap produksi daging

yang sama dengan sapi jantan.

Daging sapi sebagian besar dihasil  kan oleh usaha peternakan rakyat.

Kebu- Jurnal Litbang Pertanian, 30(3), 2011 109 tuhan daging sapi meningkat

dari tahun ke tahun, demikian pula impor terus bertambah dengan laju yang makin

tinggi, baik impor daging maupun sapi bakalan. Indonesia merupakan negara net

importir produk peternakan, termasuk daging sapi. Kondisi demikian menuntut

para pemangku kepentingan (stake  holders) menetapkan suatu strategi

pengembangan peternakan sapi potong nasional untuk mengurangi

ketergan  tungan pada impor, dan secara bertahap mampu berswasembada dalam

menye  diakan kebutuhan daging nasional.

Stoker

University of Kentucky menggambarkan anak sapi sebagai sapi jantan

atau sapi dara yang berumur enam sampai sembilan bulan dan beratnya 400

sampai 700 pon. Setelah disapih dari bendungannya, stoker diletakkan di atas

rumput atau jenis hijauan lainnya untuk mendorong pertumbuhan dan

penambahan berat badan. Beberapa produsen suka menggemukkan sapi untuk


dipanen secara ketat di atas rumput, dan anak sapi mereka akan tetap berada di

tahap strockr sampai dipanen.

feeder

Feeder didefinisikan oleh University of Kentucky sebagai sapi jantan atau

sapi dara dengan berat antara 800 hingga 1.000 pound dan berusia satu hingga dua

tahun. Pengumpan biasanya adalah stocker yang dijual ke feedyard untuk

penambahan berat badan lebih lanjut. Jika seorang peternak menghasilkan anak

sapi yang besar dan berat, mereka dapat langsung pergi dari peternakan ke tahap

feeder dan langkah stocker dihilangkan. Pengumpan tinggal di feedyard selama

empat sampai enam bulan sebelum panen. Mereka dipanen sekitar 1.200 hingga

1.400 pound dan usia 18 hingga 22 bulan.

Sumber Produksi dan Kebutuhan Daging Sapi di Indonesia

Peningkatan konsumsi daging sapi belum dapat diimbangi oleh

peningkatan produksi dalam negeri, baik kualitas mau  pun kuantitasnya, sehingga

terjadi jurang yang semakin besar antara permintaan dan penawaran (Subagyo

2009). Kondisi ini tercermin pada impor Feeder Cettle mau- pun daging yang

cenderung meningkat. Impor feeder cattle mencapai 570.100 ekor pada tahun

2008 dan meningkat 40,84%/tahun. Demikian pula impor daging sapi mencapai

45.708,5 ton de  ngan peningkatan 37,58%/tahun (Tabel 1). Target swasembada

daging sapi adalah 90 95% dari kebutuhan, semen  tara sisanya (5 10%) dapat

dipenuhi melalui impor (Badan Litbang Pertanian 2009)

Penyediaan daging sapi nasional berasal dari tiga sumber utama, yakni: 1)

usaha peternakan rakyat, 2) industri pengge  mukan sapi dengan melakukan impor

sapi bakalan, dan 3) impor daging sapi (Gambar 1). Usaha ternak sapi potong
rak  yat umumnya berupa usaha pembibitan (produksi anak) atau pembesaran

anak dengan biaya rendah (low external input). Manajemen usaha dilakukan

secara tra  disional dengan memanfaatkan sumber daya lokal (padat tenaga kerja),

tidak berorientasi pada keuntungan karena mengandalkan tenaga kerja keluarga,

dan diusahakan dalam skala kecil. Usaha pembibitan kurang menarik minat

investor karena efisiensinya ren  dah dan jangka pengembalian modal panjang

(Rayana 2009). Suplai daging berasal dari sapi betina afkir atau dewasa, sapi

jantan lokal, sapi perah afkir, dan anak sapi perah jantan. Peternak men  jual sapi

berdasarkan kebutuhan. Sapi jantan umumnya dijual ke pemilik modal untuk

digemukkan. Impor sapi bakalan dilakukan oleh importir yang kemudian dikelola

oleh feedloter untuk digemukkan, biasanya se  lama 3 4 bulan atau sampai siap

potong. Impor sapi bakalan dilakukan karena sulitnya mendapat sapi bakalan

lokal, di samping harga sapi lokal yang lebih mahal dibanding sapi bakalan impor.

Volume impor sapi bakalan menunjukkan trend yang semakin tinggi, yaitu 40,2%

(Ditjennak 2009), dan berperan penting dalam mendukung penyediaan daging

nasional. Usaha penggemukan sangat menguntungkan walaupun dengan input

tinggi karena merupakan usaha padat modal dan dalam jangka waktu pendek

investasi dapat kembali. Oleh karena itu, usaha penggemukan cukup berkembang.

Di satu sisi, impor Feeder Cettlee berpotensi mendukung suplai daging nasional,

namun di lain pihak merupakan pesaing bagi usaha peternakan rakyat.

Umur ternak yang cocok dijadikan feeder cattle

Secara teoritis umur sapi bakalan yang baik untuk digemukkan adalah 1,5-

2,5 tahun atau gigi seri tetap sudah 1-2 pasang (poel 1 dan 2) karena umumnya

sapi bakalan yang berumur demikian memiliki laju pertumbuhan yang optimal,
efisiensi pakan yang tinggi (Ngadiyono, 2007). Data riil di lapangan tentang umur

sapi bakalan yang di  gemukkan belum pernah dikaji secara ilmiah padahal

informasi ini sangat bermanfaat bagi pihak pemerintah maupun stakeholder dan

CV. Restu Bumi, sehingga perlu pengkajian lebih lanjut. Body condition score

(BCS) atau skor kondisi tubuh sapi sangat mempengaruhi keberhasilan usaha

penggemukan. Menurut OFAC (2010), sapi bakalan yang baik untuk digemukkan

adalah sapi dengan nilai BCS 2,5 (kurus) – 3 (sedang). Selama ini belum ada

penelitian yang melihat perbedaan BCS antara bangsa sapi yang digemukkan pada

usaha penggemukan, oleh karena itu perlu ada kajian ilmiah.

Tujuan Program Stocker

Tujuan utama dari program stocker adalah mempersiapkan pedet untuk

feedlot. Persiapan ini disebut sebagai backgrounding atau

preconditioning. Meskipun anak sapi ini berada di padang rumput, mereka diberi

sedikit pakan tambahan untuk mengajari mereka makan dengan ransum yang

seimbang. Mereka diberi vaksin dan obat-obatan untuk melindungi mereka dari

penyakit tipe influenza dan pneumonia serta parasit internal seperti cacing

perut. Ketika peternak keluar dari program, mereka sehat dan terbiasa bergaul

dengan anak sapi dari ternak lain.

Sapi dikelompokkan berdasarkan umur dan ukuran saat tiba di feedyard. Setiap

kelompok ditempatkan dalam kandang yang menyediakan ruang atau

bersosialisasi dan berolahraga. Mereka diberi ransum yang diimbangi oleh ahli

gizi hewan profesional dan kesehatan mereka dipantau setiap hari oleh karyawan

dan dokter hewan konsultan. Waktu yang dihabiskan sapi di feedyard sering

disebut fase finishing.


BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Stocker dan Feeder cettle adalah istilah yang digunakan untuk sapi dalam

tahap pertumbuhan tertentu dan tahap produksi daging sapi. Tujuan utama dari

program stocker adalah mempersiapkan pedet untuk feedlot. Persiapan ini disebut

sebagai backgrounding atau preconditioning. Meskipun anak sapi ini berada di

padang rumput, mereka diberi sedikit pakan tambahan untuk mengajari mereka

makan dengan ransum yang seimbang. Mereka diberi vaksin dan obat-obatan

untuk melindungi mereka dari penyakit tipe influenza dan pneumonia serta parasit

internal seperti cacing perut. Ketika peternak keluar dari program, mereka sehat

dan terbiasa bergaul dengan anak sapi dari ternak lain.


DAFTAR PUSTAKA

Priyanto, D. (2011). Strategi pengembangan usaha ternak sapi potong dalam


mendukung program swasembada daging sapi dan kerbau tahun2014.
Pawere, Frandz Rumbiak, Endang Baliarti, and Sudi Nurtini. "Proporsi
bangsa,umur, bobot badan awal dan skor kondisi tubuh sapi bakalan
pada usaha penggemukan." Buletin Peternakan 36, no. 3 (2012): 193-
198.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai