OLEH:
ABDUL FIKRI (B1D022047)
SIDRATUL RAMDANI (B1D022036)
MEITA CAHYANI (B1D022024)
AZPA DWI SUPIANTI (B1D022004)
ERA SUKMAWATI (B1D022009)
BAIQ ARGI ARPILA RAMADHAN (B1D022005)
AMANDA JULIANDA (B1D022002)
TIA FEBRIANA (B1D022038)
PROGRAM STUDI S1
PETERNAKAN FAKULTAS
PETERNAKAN UNIVERSITAS
MATARAM
2023/2024
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan masalah..........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. SAPI PERAH................................................................................................6
a. Bangsa bangsas sapi perah subtropis.........................................................6
b. Bangsa sapi perah tropis..........................................................................13
c. Bangsa sapi perah di Indonesia...............................................................15
d. Faktor pendukung dan penghambat perkembangan sapi perah di
indonesia
16
B. KERBAU PERAH......................................................................................18
C. KAMBING PERAH...................................................................................23
a. Jenis kambing perah................................................................................24
D. DOMBA PERAH........................................................................................28
a. Jenis-jenis domba perah..........................................................................29
BAB III...................................................................................................................37
PENUTUP..............................................................................................................37
A. KESIMPULAN...........................................................................................37
B. SARAN.......................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................39
2
BAB I
PENDAHULUA
A. Latar Belakang
3
dicerna oleh tubuh.
4
Upaya yang dapat dilakukan untuk mendapatkan produksi susu
yang tinggi antara lain : (1). Pemuliabiakan (Breeding), (2). Pemberian
pakan yang baik dari segi kualitas dan kuantitas (Feeding), (3).
Pengelolaan yang baik (Managemen). Ketiga aspek tersebut harus
berjalan secara simultan agar tujuan pemeliharaan dapat tercapai.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASA
A. SAPI PERAH
Sapi perah merupakan salah satu dari beberapa jenis sapi yang tujuan
produksinya dikhususkan pada produk susunya. Klasifikasi taksonomi bangsa sapi
perah adalah sebagai berikut:
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Sub Class : Theria
Infra Class : Eutheria
Ordo : Artiodactyla
Sub Ordo : Ruminatia
Infra Ordo : Pecora
Famili : Bovidae
Genus : Bos (cattle)
Group : Taurinae
Species : Bos taurus (Sapi Eropa)
Bos indicus (Sapi India/Sapi Zabu)
Sapi jenis PFH mampu menghasilkan susu 10 liter/hari/ekor hingga 20
liter/hari/ekor, faktor lingkungan, pakan dan kondisi ternak itu sendiri memiliki 7
pengaruh yang cukup besar pada produksi susu sapi. Populasi sapi perah
terbanyak di Kota Semarang tedapat di Kecamatan Gunungpati yaitu sekitar
65,79% dari seluruh populasi sapi perah di Kota Semarang.
6
Usaha ternak yang dikelola oleh pendatang (Belanda), tersebut dengan
menempatkan sapi pada daerah pulau Jawa yang mempunyai
kecenderungan sejuk dan memiliki kemiripan di negeri asal sapi perah,
seperti Pasuruan, Semarang, Ungaran, Yogyakarta, Bandung, dan Bogor.
Jenis sapi yang dibawa adalah jenis Friesian Holstein dengan warna kulit
belang hitam putih (Firman, 2010).
Selain jenis Fries Holland, didatangkan pula sapi jenis Southern dari
Scotlandia dan Hereford dari Australia dipelihara di daerah Tengger, Grati,
dan terus berkembang sampai ke Salatiga. Sampai dengan saat ini sapi
perah telah berkembang, mencapai 483.000 ekor pada tahun 2014 (BPS,
2015).
8
produksi susu. Indukan dan pejantan yang unggul akan meningkatkan
produktifitas susu. Lingkungan ternak 6 mencakup perkandangan, pakan
dan pemeliharaan menjadi pendukung produktifitas reproduksi dan
produktifitas susu yang dihasikan (Firman, 2010.)
2. Jersey
Sapi penghasil susu identik dengan Sapi Hitam Putih, betul atau
betul banget? Tidak salah, karena pada umumnya peternak di Indonesia
mayoritas memelihara sapi Friesian Holstein atau si Hitam Putih. Namun
tahukah bahwa kini di negara kita sudah ada jenis sapi penghasil susu lain
yang telah dikomersialkan hasil susunya? Siapakah dia? Dia adalah sapi
Jersey, yang belakangan ini susu yang dihasilkannya sedang booming.
Susu sapi Jersey diklaim rasanya lebih creamy, gurih, dan bikin nagih.
Penasaran siapa yah seleb di dunia per-sapian Indonesia yang sedang naik
daun ini? Yuk, kenalan lebih jauh dan simak fakta menarik tentang Sapi
Jersey.
Sesuai dengan pulau yang dihuninya, sapi ini berasal dari Pulau
Jersey di British Channel Island, perbatasan negara Inggris dan Perancis.
Sapi Jersey merupakan salah satu dari 3 ras penghuni Channel Island,
yang
9
lainnya adalah sapi Guernsey dan Alderney (sudah punah). Sapi Jersey
memiliki postur tubuh yang mungil dengan bobot 450-500 kg. Dihiasi
dengan bulu berwarna cokelat dan hidung berwarna hitam. Untuk sifat sapi
Jersey sendiri cenderung tidak sejinak sapi Friesian Holstein. Sapi
ini tengil dan aktif, bahkan untuk pejantannya bisa dikatakan cukup
agresif. Namun, sapi Jersey termasuk jenis sapi yang tangguh. Hal ini
karena dia mampu beradaptasi dengan baik di berbagai iklim dan bahkan
sangat cocok dipelihara di negara tropis.
3. Guernsey
1
1
Guernsey dikategorikan sebagai sub-tipe sapi pirang Eropa, bersama
dengan sapi Jersey. Trah sapi ini dikagumi karena penampilannya yang
halus secara estetis. Mereka biasanya berwarna emas tetapi bisa putih atau
merah. Kiprah mereka anggun, dibantu oleh punggung mereka yang kuat,
pantat lebar, dan bagian belakang yang stabil. Sapi Guernsey hanya
memiliki berat hingga 500 kg, sedangkan sapi jantan memiliki berat rata-
rata tidak lebih dari 700 kg. Sapi Guernsey jarang gugup atau gelisah,
membuat mereka mudah dikelola.
10
baik, tidak gugup dan mudah tersinggung. Breed sapi memiliki konformasi
susu yang baik dan menyajikan kesan visual dari hewan biasa yang
dibesarkan untuk utilitas daripada penampilan yang baik. Berat sapi 450
sampai 500 kg sedikit lebih berat dari rata-rata berat sapi Jersey yaitu
sekitar 450 kg yang berarti 1000 pon. Banteng Guernsey memiliki berat
600 hingga 700 kg. Mereka memiliki kereta yang menarik dengan jalan
yang anggun, punggung yang kuat, pantat lebar, dan laras yang dalam,
kuat, ambing terpasang memanjang ke depan, dengan perempat yang
seimbang dan simetris. Sapi dara biasanya masuk ke dalam susu pada usia
sekitar dua tahun. Bobot sapih sapi dan pedet jantan yang biasa disapih
adalah 75 kg. Banteng berkembang biak Guernsey memiliki individu yang
menarik, mengungkapkan banyak kekuatan dan maskulinitas. Ini memiliki
bahu pencampuran halus yang menunjukkan kualitas yang baik, perbaikan,
kekuatan, dan bahkan kontur.
Sapi jenis Guernsey menghasilkan sekitar 6000 liter per ekor per
tahun. Susu sapi Guernsey mengandung protein 12% lebih banyak, krim
30% lebih banyak, 33% lebih banyak vitamin D, 25% lebih banyak
vitamin A dan 15% lebih banyak kalsium daripada rata-rata susu. 96% sapi
ras Guernsey membawa protein Beta Kasein A2 dalam susunya.
4. Brown Swiss.
11
Warna sapi Brown Swiss bervariasi mulai dari coklat muda sampai
coklat gelap, serta tercatat sebagai sapi yang mudah dikendalikan dengan
kecenderungan bersifat acuh. Sapi Brown Swiss dikembangkan untuk
tujuan produksi keju dan daging, serta produksi susunya dalam jumlah
besar dengan kandungan bahan padat dan lemak yang relative tinggi.
Bobot badan sapi betina dewasa 1200-1400 pound, sedang sapi jantan
Brown Swiss 1600-2400 pound. Produksi susu rata-rata mencapai 10860
pound dengan kadar lemak 4,1% dan warna lemak susunya agak putih.
5. Ayrshire.
12
Sapi Ayrshire hanya termasuk dalam peringkat sedang dari sudut
daging serta pedet yang dilahirkan. Rata-rata bobot badan sapi betina
dewasa 1250 pound dan sapi jantan mencapai 1600-2300 pound. Produksi
susu menurut DHIA (1965/1966) rata-rata 10312 pound dengan kadar
lemak 4%.
1. Sahiwal.
13
yang jantan 500-600 kg. sapi ini tahan hidup di daerah asalnya dan dapat
berkembang di daerah-daerah yang curah hujannya tidak begitu tinggi.
Produksi susu paling tinggi yaitu antara 2500-3000 kg/tahun dengan kadar
lemaknya 4,5%. Menurut Ware (1941) berdasarkan catatan sapi perah
Sahiwal yang terbaik dari 289 ekor dapat memproduksi antara 6000-13000
pound (2722-5897 liter) dengan kadar lemak 3,7%.
2. Red Sindhi.
3. Gir.
14
Bangsa sapi Gir berasal dari daerah semenanjung Kathiawar dekat
Bombay di India Barat dengan curah hujan 20-25 inchi atau 50,8-63,5 cm.
Daerah ini terletak antara 20°5‟ - 22°6‟ LU. Pada musim panas
temperature udara mencapai 98°F (36,7°C) dan musim dingin temperatu
udara sampai 60°F (15,5°C) (Prihadi,1997). Warna sapi Gir pada
umumnya putih dengan sedikit bercak-bercak coklat atau hitam, tetapi ada
juga yang kuning kemerahan. Sapi ini tahan untuk bekerja baik di sawah
maupun di tegal. Ukuran bobot sapi betina dewasa sekitar 400 kg,
sedangkan sapi jantan dewasa sekitar 600 kg. produksi susu rata-rata 2000
liter/tahun dengan kadar lemak 4,5-5%.
Bangsa sapi perah di Indonesia dapat dikatakan tidak ada. Sapi perah di
Indonesia berasal dari sapi impor dan hasil dari persilangan sapi impor dengan
sapi local. Pada tahun 1955 di Indonesia terdapat sekitar 200000 ekor sapi perah
dan hamper seluruhnya merupakan sapi FH dan keturunannya.
Produksi susu sapi FH di Indonesia tidak setinggi di tempat asalnya. Hal ini
banyak dipengaruhi oleh factor antara lain iklim, kualitas pakan, seleksi yang
kurang ketat, manajemen dan mungkin juga sapi yang dikirim ke Indonesia
kualitas genetiknya tidak sebaik yang diternakkan dinegeri asalnya. Sapi FH
murni yang ada di Indonesia rata-rata produksi susunya sekitar 10 liter per hari
dengan calving interval 12-15 bulan dan lama laktasi kurang lebih 10 bulan atau
produksi susu rata-rata 2500-3000 liter per laktasi.
Hasil persilangan antara sapi lokal dengan sapi FH sering disebut sapi PFH
(Peranakan Friesian Holstein). Sapi ini banyak dipelihara rakyat terutama di
daerah Boyolali, Solo, Ungaran, Semarang, dan Jogjakarta. Juga dapat dijumpai
didaerah Pujon, Batu, Malangdan sekitarnya. Warna sapi PFH seperti sapi FH
tetapi sering dijumpai warna yang menyimpang misalnya warna bulu kipas ekor
hitam, kuku berwarna hitam dan bentuk tubuhnya masih memperlihatkan bentuk
sapi local, kadang-kadang masih terlihat adanya gumba yang meninggi.
15
d. Faktor pendukung dan penghambat perkembangan sapi perah di
indonesia
16
langsung saja ke inti dalam artikel penghambat peternakan sapi ini.
Faktor faktor tersebut dapat dirangkum dalam beberapa inti, yaitu
4. Lama Produksi
17
Dalam peternakan sapi, perah maupu pedaging, produksinya
akan di hitung pertaun. karena suatu produksi sapi yang sangat lama
dengan masa kehamilan 9 bulan, tidak mungkin peternak akan
mendapatkan pendapatan perbulan.
B. KERBAU PERAH
1. Jaffarabadi
18
Kaki : lurus dan kuat
Warna : hitam atau kelabu
Ambing : bentuk dan ukuran baik, vena jelas, puting susu panjang dan
produksi susu 15-18 Kg ( 30-40 lbs) per hari
2. Kerbau Murrah
Tanda-tanda :
19
Bentuk tubuh padat massive, bangun tubuh kuat dengan pungung pendek
dan luas. Leher ringandengankepala seimbangter-hadapbangun
tubuhyangpadat.
Pinggul luas serta berhubungan dengan kuartet kelenjar susu. Anggota
badan pendek dankuat, padat.
Ekor mempunyai bulu kipas berwarna putih.
Tanduk melingkar dalam bentuk spiral Warna tubuh pada umumnya
Tanduk melingkar dalam bentuk spiral Warna tubuh pada umumnya
hitam.
Ambing berkembang baik dengan vena susu tampak menonjol serta 4
puting susu terpisah satu dengan yang lain cukup jauh.
20
3. Kerbau Nili dan Ravi
Kerbau Nili dan Ravi adalah kerbau keturunan Murrah yang hidup di
daerah lembah sungai Sutley danRavi di Pakistan. Perbedaan pokok
kerbau bangsa ini dengan Murrah adalah menyangkut keadaan muka,dahi
dan ukuran. Nili berarti biru yang mencerminkan warna sungai Sutley,
sementara Ravi sering disebutsebagai bangsa Sundal bar. Daerah Ravi
sering disebut sebagai bangsa Sundal bar. Daerah sebarankerbau Nili dan
Ravi ada di antara 29,5 -32,5 °LU dan 71 - 75 °BT.
Tinggi gumba, panjang badan, dan berat badan yang jantan 132,1 cm;
154,9 cm; dan 680,4 kg, sedang yang betina 127 cm; 149,8 cm; dan 635
kg. Kerbau ini mempunyai dahi yang datar, wall eyes yaitu iris
mataberwarna putih, tanda putih pada bagian kepala, paha, ambing, dan
bulu kipas ekor.
Produksi susu dapat mencapai 4.000 Ibs dalam masa laktasi 250 hari.
Ukuran umum kerbau Nili : tinggigumba, panjang badan dan berat badan
yangjantan adalah 137,2 cm; 157,4 cm; dan 589,7 kg sedangyang betina 127
cm; 147,3 cm, dan 453,6 kg. Kerbau ini mempunyai tanduk kecil, white
eyes yakni irismata berwarna putih sebagai tanda khas bangsa kerbau
perah ini.
21
Warna putih pada bagian dahi, muka,moncong, paha, dan bulu kipas ekor.
Tidak disukai adanya warna putih pada bagian hock dan knee, ekorhitam, tanduk
tebal luas serta tanda putih di atas leher dan bagian tubuh lainnya. Produksi
susu dapatmencapai 20 - 24 Ibs per hari
4. Kerbau Kundi
Ciri-cirinya:
22
Kerbau Surti atau Surati adalah bangsa kerbau perah yang sangat dikenal di
daerah Gujarat, negarabagian Bombay di antara sungai Mahi dan Sabarmati.
Kerbau Surti dikenal sebagai penghasil susudikenal sebagai penghasil susu
yang baik, produksi susu rala-rata 1655,5 kg per laktasi dengan kadarlemak
7,5 %.
Bentuk tubuh kerbau Surti besar dan baik, kaki agak pendek, tanduk termasuk
menengahdan berbentuk bulan sabit, dan kulit berwarna antara hitam atau
coklat, Terdapat warna putih berbentukhuruf V pada tubuhnya, Bulu kipas
ekor berwarna putih.
Warna putih pada dahi, kaki dan bulu kipas ekorpaling disukai. Muka dan
moncongnya bersih dengan lubang hidung yang relatif besar, telinga
berukuransedang dengan warna kemerahan diba-gian sebelah dalamnya. Leher cukup
panjang dan pipih pada yangbetina, tetapi tampak tebal dan masssive pada yang
jantan.
C. KAMBING PERAH
23
Kambing perah merupakan jenis kambing yang dapat memproduksi susu
dengan jumlah melebihi kebutuhan anaknya (Atabany, 2002). Kambing perah
24
disebut pula kambing bertipe dwiguna karena selain menghasilkan susu,
dagingnya juga bisa dikonsumsi. Namun, tampaknya lebih pas bila kambing perah
disebut sebagai kambing multiguna. Selain menghasilkan susu dan daging,
kambing perah juga menghasilkan anakan yang bisa dijual, kulit sebagai
kerajinan, serta menghasilkan pupuk organik dan biogas (Kaleka dan Haryadi,
2013).
Menurut Williamson dan Payne (1993) dalam Rusman (2011) kambing
secara ilmiah dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Subfamili : Caprinae
Genus : Capra
Spesies : C.
Aegagrus
Subspesies : Capra aegagrus hircus
1. Kambing jamnapari
Kambingjamnapariberasaldari India.
Kambinginimerupakanraskambingpenghasil susu yang produktivitasnya paling tinggi
diAsia. Produksi susunya bisa lebih dari tiga liter per hari. Populasi kambing ini
banyak terdapat di daerah Etawa, Uttar Pradesh, India, sehingga biasa disebut
sebagai kambing etawa. Kambing jamnapari merupakan nenek moyang dari
beberapa jenis kambing perah di berbagai belahan dunia seperti kambing anglo-
nubian, american-nubian, dan peranakan etawa di Indonesia (Kaleka dan Haryadi,
2013)
25
.
2. Kambing saenen
Kambing perah ini berasal dari lembah Saenen, Swiss. Meskipun ukuran
tubuhnya besar, kambing ini memiliki kepala yang relatif kecil, lancip, dengan leher
yang relatif panjang. Telinganya berukuran sedang, tegak, dan mengarah ke depan.
Warna bulunya putih ataukrem (Kaleka dan Haryadi, 2013).
26
Kambing saenen merupakan kambing perah yang populer di Eropa. Potensi
produksi susunya mencapai lima liter per hari. Karena produksi susunya sangat
tinggi, kambing saenen dijuluki sebagai ratu kambing perah. Sayangnya, kambing
saenen agak sulit beradaptasi dengan iklim tropis dan tidak tahan paparan sinar
matahari langsung, sehingga sulit berkembang di Indonesia (Kaleka dan Haryadi,
2013).
3. Kambing sapera
KambinginimerupakanhasilpersilanganantarakambingsaenendengankambingPE
. Seperti halnya PE, sapera juga bisa dibilang sebagai ras kambing perah asli
Indonesia karena pengembangannya dilakukan oleh anak negeri. Kambing sapera
memiliki postur tubuh mendekati kambing PE. Hasil produksi susunya bisa
mencapai 4 – 5 liter per hari (Kaleka dan Haryadi, 2013).
27
4. Kambing alpines
Kambing ini berasal darpegunungan Alpina, Perancis. Kambing ini juga tersebar
di SwissdanAmerika. Warna bulunyaputih, hitam, dancoklat. Telinganya
berukuransedang dan mengarah ke atas. Bobot tubuh kambing jantan mencapai 90
kg dan betina 65 kg. Produksisusukambinginimencapai 600 kg
dalamsatumasalaktasi(Kalekadan Haryadi, 2013).
5. Kambing anglo-nubian
Nenekmoyangkambingperahanglo-nubianadalahkambingjamnaparidankambing
asalAfrikadariwilayahNubia. DiInggris,hasilpersilangankeduajeniskambingitu
disebut anglo-nubian. Kambing ini memiliki telinga panjang menjuntai. Bulunya
berwarna merah
28
kehitaman dan coklat kombinasi putih. Produksi susunya mencapai 700 kg dalam
satu masa laktasi (Kaleka dan Haryadi,).
6.
Kambing toggenburg
Swissmerupakannegarayangcocokuntukpengembangbiakankambingperah.
Swiss
memiliki kambing toggenburg yang merupakan tipe kambing perah. Kambing ini
sudah lama diusahakan manusia sebagai penghasil susu. Kambing ini berukuran
sedang, bobotnya 55 kg. Produksi susunya sekitar tiga liter perhari (Kaleka dan
Haryadi, 2013).
D. DOMBA PERAH
29
Domba perah merupakan hewan ternak yang dinilai memiliki
kemampuan memproduksi susu. Sebagian besar domba dipelihara untuk
21
0
diambil wol atau dagingnya, sedangkan berbagai jenis domba perah dipelihara
untuk diambil susunya yang bergizi tinggi.
1. Domba awassi
Awassi (bahasa Arab: )عواسيmerupakan domba lokal yang berasal dari Asia Barat
Daya, lebih tepatnya berasal dari wilayah Gurun Suriah. Domba ini merupakan salah
satu domba dengan ekor gemuk. Awassi memiliki nama lain Nu'aimy, ad-Deiri, as-
Suri, al- Mashry, al-Baladi dan Jazirah. Awassi terdapat di negara-negara Timur
Tengah, seperri Yordania, Suriah, Irak, Lebanon, Palestina dan ArabSaudi.
21
2
b) Kepala panjang, sempitdan profil muka cembung,
c) Telingapanjang danmenggantung,
d) Berat dewasa: Jantan 60 -90 kg, betina 30 – 50 kg.
30
c) Muka dankakinya tidak berbulu.
Domba east friesian adalah salah satu domba yang mampu menghasilkan susu 500-
700 liter per masalektasi.
3. Dombalohi
Domba Lohi ditemukan di Punjab, Pakistan dan Punjab, Rajasthan dan Haryana
di India.
Inidigunakanuntukproduksiwoldandagingberkualitaskarpet.Tubuhnyaberwarna putih
dankepalanya biasanyaberwarna cokelat, hitam atau coklat.
Berat dewasa jantan adalah 65 kg (143 lb) dan betina 45 kg (99 lb). Klip wol
tahunan rata-rata adalah 3 kg (6 lb) wol sedang, yang diameternya kira-kira 40
mikrometer. Rata- rata produksi susu harian daridomba Lohiadalah 1,2 liter (0,3
galon).
31
4. DombaAssafsheep
Karakter Domba Assaf : Assaf adalah jenis domba yang memiliki fungsi ganda,
dipelihara untuk diambil susunya dan dagingnya. Ras ini sebenarnya merupakan
persilangan antara Friesian Timur dan Awassi dan telah menjadi ras domba pilihan
dibandingkanAwassi di Israel, karena produksi susunya yang unggul.
Rata-rata produksi susu harian domba Assaf akan menghasilkan hampir dua
liter/1/2 galon susudomba perhari.
32
5. Domba Suffolk
Daerah dataran tinggi Suffolk, Norfolk dan Cambridge di pantai tenggara Inggris
sangat terjal dan pakan ternaknya jarang.
Ciri ciri domba Suffolk yaitu Berukuran besar, berdiri tegak, bertubuh panjang.
Wajah hitam panjang bebas kerutan dengan sedikit lekukan. Telinga panjang dan
hitam, tekstur halusyangsedikit terkulai ke depan. Buluberwarna putih dengan
panjang serat sedang.
Bobot dewasa untuk domba jantan Suffolk berkisar antara 113-159 kg, bobot
domba betina bervariasi dari 81-113 kg. Bobot bulu domba betina dewasa adalah
antara 2,25 sampai 3,6 kg dengan hasil 50 hingga 62 persen.
BuludombaSuffolkdianggapjeniswolsedangdengandiameterserat25,5hingga33,0
mikron dan jumlah pemintalan 48 hingga 58. Panjangpokok buludomba Suffolk
berkisar antara 5 – 8,75 cm. Produksi susu : 90 kg/ laktasi.
33
6 . domba Lacaune
Lacaune adalah jenis domba domestik yang berasal dari dekat Lacaune di
Perancis selatan. Daerah asal domba ini adalah departemen Tarn dan Aveyron dan
sekitarnya. Wilayah ini secara kolektif dikenal sebagai "Sektor Roquefort" yang
mengacu pada area pengumpulan susu. Lacaune adalah jenis domba perah yang
paling banyak digunakan di Perancis, dengan populasi sekitar 800.000 ekor domba
betina. Khususnya, ini adalah jenis keju dominan yang digunakan dalamproduksi
keju Roquefort di Perancis.
Ciri ciri domba Lacaune Putih, ekor pendek, telinga pendek, Bobot betina
dewasa : 60- 70 kg. Produksi susu : 70 – 120 liter permasa laktasi.
7. Domba Dorper
Dorper adalah jenis domba domestik Afrika Selatan yang dikembangkan dengan
menyilangkan Dorset Horn dan domba Persia Blackhead. Trah ini diciptakan melalui
upaya Departemen Pertanian Afrika Selatan untuk membiakkan domba pedaging
yang cocok untuk wilayah yang lebih kering di negara tersebut. Kini domba ini
juga dibudidayakan di daerah lain, dan merupakan jenis domba paling umum kedua
di Afrika Selatan.
34
Ciri-ciri dombadorpererwarna Putih, memilikiambingyangcukupbesar
Padabagian kepala terdapat warna hitam. Produksi susu : 90 kg per masa laktasi.
8. Domba Zwartbles
Jenis domba Zwartbles berasal dari Belanda. Pada pertengahan abad ke-20,
hewan ini terancam punah, namun kini situasinya telah berubah: hewan ini populer
di banyak negara Eropa.Artikel ini akanmenceritakantentang asal usul ras, ciri khas
danproduktivitasnya.
Para peternak juga menghargai kualitas lain dari persilangan yang dihasilkan –
kesuburandan rasa dagingyang luar biasa. Padatahun 50-an, populasi
zwartblesmenurun danterancampunah. Namun
Belandaberusahamempertahankannya, sehinggapadatahun 20an jumlahnya
bertambah. Beberapa tahun kemudian, domba jantan dan ratu terbaik dibawa ke
35
Inggris dannegara-negara tetangga di Eropa– Skotlandiadan Irlandia. Para.
36
peternak di negara-negara bagian ini tertarik untuk membiakkan domba pedaging
dan menggunakannya untuk meningkatkan karakteristik ras lain. Pada tahun 80
mereka membentukAsosiasi Peternak Zwartbles.
37
BAB III
PENUTU
A. KESIMPULAN
39
3. Ternak perah menghasilkan susu lebih efektip dari pada ternak sejenis
nya yang tidak tergolong ternak perah. Ternak perah ini lah yang
mengsuplai susu yang selama ini manusia konsum si dan mamfaat kan.
Dari susu yang di hasilkan dari ternak perah, di olah kembali menjadi
beberapa olahan hingga layak untuk bersaing di pasaran contohnya:
mentega, susu kemasan, susu kaleng, susu bubuk dan masih banyak lagi.
B. SARAN
Saran saya alangkah baik nya kita mengenal hewan ternak lansung di depan kita atau
terjun lapangansupayapembelajaran kita tidakmembosankan dan dapatmudahkita pahami.
31
0
DAFTAR PUSTAKA
Kaleka dan Haryadi. 2013. Seri Peternakan Modern Kambing Perah, Arcita,
Surakarta
Atabany, A.2002. Strategi Pemberian Pakan Induk Kambing Sedang Laktasi dari
Sudut Neraca Energi. Makalah Pengantar Filsafat Sains. Program
Pascasarjana IPB. Bogor.
Yoga,Dwiana.2017.Faktor Penghambat
Peternakan
Sapi.https://wordpress.com/read/feeds/58218262/posts/1290520248.Diakses pada
27 Januari 2017
31
1