Anda di halaman 1dari 84

I.

PENDAHULUAN

Kebutuhan pokok manusia adalah makan, perumahan, sandang, bahan bakar


dan kebutuhan kesejahteraan seperti kesehatan, kebahagiaan dan kemakmuran.
Hewan ternak dan produk-produknya memberikan sumbangan bagi banyak
kebutuhan tersebut. Perkembangan yang pesat penduduk dunia dalam
menggunakan teknologi di bidang pertanian untuk meningkatkan taraf hidup
mereka telah terjadi, namun semua penduduk dunia telah menjadikan hewan
piaraan sebagai sumber makanan, suber produk lain bagi konsumen dan
merupakan sarana persahabatan bagi mereka, misalnya untuk tempat rekreasi,
fancy, kesenangan (hobby). Hewan piaraan tersebut memberikan keuntungan
ganda pada manusia selain memberikan sumbangan kebutuhan pokok juga
penyedia tenaga kerja, bahan bakar, pupuk, sumber informasi penyakit manusia
melalui penelitian dengan menggunakan hewan percobaan.
Sangat penting memberikan gambaran secara luas sumbangan industri
ternak perah tersebut sebelum mempelajari secara khusus prinsip biologis yang
mejelaskan fungsi ternak dan produksinya. Produk utamanya adalah susu, dimana
susu merupakan makanan utama bagi semua mamalia yang baru lahir yang
kebanyakan dilahirkan tanpa gigi, sehingga makanan berbentuk cairan yang bisa
dikonsumsi dan dapat pula menjadi bagian bahan makanan penting bagi manusia
berapapun umurnya.

PERANAN SUSU DAN PRODUKNYA DALAM MAKANAN MANUSIA


Makanan dari hewan termasuk susu memberikan sumbangan yang
besar pada makanan manusia dengan memberikan gizi seimbang dan
tambahan gizi yang disediakan dari tanaman/sayuran. Ketersediaan kalori
dan protein per kapita per hari di beberapa negara di dunia, susu
memberikan sumbangan yang tidak sedikit. Misalnya di Negara Persatuan
Afrika, susu memberikan sumbangan 7,9 gram protein dari kebutuhan
protein hewani 31,5 gram, sedangkan di Negara Republik Persatuan Arab,
susu memberikan 4,3 gram protein hewani dari kebutuhan sebesar 11,8
gram. Di Indonesia baru memberikan sumbangan 0,1 gram dari kebutuhan
protein hewani 4,5 gram. Di negara maju seperti Amerika Serikat susu
memberikan sumbangan protein 23,3 gram dari kebutuhan 68,6 gram dan
Negeri Belanda 24,3 gram dari kebutuhan.
Kekurangan protein biasanya terdapat pada negara yang juga
kekurangan kalori, terutama di negara-negara Timur Jauh, Timur Dekat dan
Afrika. Negara dengan kekurangan total protein biasanya juga kekurangan
protein hewani.
Susu mengandung zat makanan dengan komposisi yang mudah
dicerna, antara lain protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin yang tinggi
dan menjadikan susu sebagai sumber bahan makanan utama yang esensial.
Komposisi kasar setiap susu mengandung kadar air 84%, protein 3,55%,
lemak 3,8%, laktose 4,90% dan abu 0,71% disamping mineral Ca, P, Fe, Cu,
Mg serta vitamin A, D, E, Thyamin dan riboflavin, meskipun dalam jumlah
kecil. Susu juga merupakan bahan makanan yang fleksibel karena dapat
diatur kadar lemaknya sehingga dapat memenuhi keinginan dan selera
konsumen.

PERANAN TERNAK PERAH DALAM PRODUKSI PROTEIN HEWANI


Berbicara tentang susu dengan nilai gizinya maka tidak dapat terlepas
dari ternak penghasil susu tersebut terutama sapi perah, cara mengenal dan
menilai sapi perah, organ penghasil susu dan organ lain yang terlibat dalam
biosintesa susu.
Susu dan produknya dihasilkan dan dikonsumsi oleh hampir semua
penduduk negara-negara dunia, meskipun kerbau, kambing dan ternak perah
lainnya juga penghasil susu yang penting di beberapa wilayah namun
produksi susu yang terbanyak tetap dihasilkan sapi perah.
Jumlah sapi perah didunia menurut laporan FAO 1999, antara lain di
India 34 juta ekor, Brazil 24 juta ekor, Rusia 16 juta ekor dan Ukraina 7 juta
ekor. Jumlah seluruhnya 228 juta ekor. Produksi susu di USA 157 juta lbs,
Rusia 70 lbs, India 65 lbs, Jerman 63 lbs dan Perancis 54 lbs, sehingga total
produksi susu 1.026 juta lbs. Adapun jumlah konsumsi per kapita di negara
Albania 511 lbs, Irlandia 417 lbs, Kirgistan 398 lbs, Kazakstan 364 lbs dan
Estonia 364 lbs. Rata-rata konsumsi terhadap susu di dunia adalah 97 lbs.
Melihat kenyataan tersebut susu ternyata sangat penting bagi kebutuhan
hidup manusia sehingga perlu dikembangkan ternak perah secara efektif.
Memilih ternak perah yang baik produksi susunya merupakan tindakan
yang perlu dilakukan sebelum beternak. Bentuk luar ternak perah yang
spesifik dapat menjadi petunjuk kemampuannya dalam memproduksi susu.
Menilai atau mengevaluasi bagian-bagian ternak seperti bagian kepala, garis
pinggang, bentuk kaki, bentuk ambing dan sebagainya lebih penting
daripada melihat ternak secara keseluruhan.
Ternak perah sangat efisien dalam mengubah protein pakan menjadi
protein susu. Dari semua konversi protein pakan dapat lebih dari 50 % untuk
ternak perah yang berproduksi susu tinggi tetapi sekitar 30 % untuk ternak
perah yang produksinya rendah.
Susu dapat dibuat bermacam-macam produk antara lain mentega, keju,
susu bubuk dan hasil olahan lain seperti es krim, susu kental manis
(evaporated condensed milk), yogurt dan susu pasteurisasi (pemanasan
dengan temperatur tertentu).
Sampai saat ini produksi susu terbanyak masih didominasi oleh sapi
perah, sedangkan susu yang berasal dari kambing perah, domba dan kerbau
perah masih diproduksi di negara-negara tertentu seperti Asia, Afrika dan
Pakistan. Meskipun susu digunakan sebagai dasar untuk bermacam-macam
produk, sekitar 44% dari jumlah susu yang dihasilkan masih dikonsumsi
dalam bentuk susu segar atau krim.

PERKEMBANGAN TERNAK PERAH DI INDONESIA


Dalam mempelajari perkembangan ternak perah di Indonesia tidak
terlepas dari perkembangan sapi perah, karena sampai saat ini produksi susu
masih didominasi oleh sapi perah.
Walaupun ternak perah (khususnya sapi perah) sudah ada sejak
sebelum kemerdekaan namun populasinya sedikit dan perkembangannya
sangat lambat. Import sapi perah diawali dengan jenis sapi Shortthorn,
Ayshire, Yersey dan Hereford yang berasal dari Australia. Pada tahun 1891
1893 dilakukan impor sapi pejantan dari Belanda dengan jenis Fries
Holland (FH) yang ditempatkan di daerah Tengger (Jawa Timur) dengan
tujuan untuk memperbaiki sapi lokal yang akhirnya sampai terbentuk sapi
Grati (Jawa Timur). Sebenarnya sapi Grati juga mengandung darah sapi
Hereford, Shortthorn, Ongole dan Jawa namun yang terbanyak adalah Fries
Holland.
Sapi perah yang ada di Indonesia sebelum kemerdekaan tersebut hanya
dimiliki oleh perusahaan-perusahaan. Setelah masa pemerintahan Jepang
dan Revolusi Kemerdekaan Indonesia perusahaan sapi perah mulai hancur
dan mulailah tumbuh peternakan-peternakan rakyat dengan jumlah
pemilikan 2 - 3 ekor setiap peternak dengan jenis sapi perah Fries Holland,
jenis sapi perah lain tergeser karena kurang bisa diadaptasi seperti halnya
sapi Fries Holland.
Tahun 1956 pemerintah mengimpor sapi perah Red Danish dari
Denmark dengan warna coklat namun juga tidak bisa beradaptasi dengan
lingkungan Indonesia yang akhirnya juga tidak bisa berkembang. Tahun
1962 impor lagi sapi Fries Holland dari Denmark untuk memenuhi
kebutuhan susu Asia Games di Jakarta yang akhirnya disebarkan ke
Baturaden, Purwokerto. Tahun 1964 dilakukan impor sapi Fries Holland dari
Belanda dengan tujuan untuk memperbaiki mutu genetik sapi Indonesia
yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan produksi susu. Dalam
perkembangan selanjutnya mulailah berdiri perusahaan-perusahaan sapi
perah dan juga peternak rakyat mulai menyebar serta mulai ada koperasi-
koperasi persusuan.
Sebelum PELITA I koperasi peternakan sapi perah rakyat
direncanakan akan menjadi andlan secara internasional dan akhirnya
terwujudlah koperasi tersebut antara lain adalah Koperasi Peternakan dan
Pemerahan Air Susu SAE (Sinar Andalan Ekonomi) di Pujon,
Koperasi Peternakan Bandung Selatan Pangalengan (KPBS), Koperasi
Peternakan Lembu Perah (KPLP) Setia Kawan di daerah Nongkojajar,
Kabupaten Pasuruan dan lain-lain.
Pada PELITA I pembangunan peternakan sapi perah dimasukkan ke
dalam urutan prioritas terakhir karena membutuhkan modal besar dan
memerlukan waktu yang lama untuk pengembalian modal, disamping itu
susu bukan komoditi ekspor. Pada PELITA II pengembangan peternakan
sapi perah telah dilaksanakan di pedesaan maupun di sekitar kota,
diusahakan melalui penyediaan dan pengadaan bibt unggul, intensifikasi,
inseminasi buatan serta usaha penyediaan pakan yang bermutu. Dalam
hubungannya dengan pemasaran susu, telah dibina organisasi dan
peningkatan fasilitas pemasaran dan pengolahan, perbaikan mutu serta nilai
keberhasilannya. Sebagai gambaran perkembangan populasi sapi perah
dalam lima tahun terakhir pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Populasi Sapi Perah Tahun 1996 - 2000


Betina Pedet Total Total
Tahun Dara
Dewasa Betina Populasi Betina
1996 134.244 43.221 63.168 247.144 212.874
1997 148.901 45.053 37.061 265.057 231.015
1998 142.928 47.053 37.563 281.570 228.017
1999 145.332 48.381 34.356 259.192 227.069
2000 143.626 48.411 34.942 261.970 236.979
Sumber : Angka GKSI, tahun 2001 (satuan ekor)

Bagaimanapun pertumbuhan populasi sapi perah harus tetap


diupayakan setidak-tidaknya dalam tingkat nomal. Upaya pertambahan
populasi tersebut baik dengan penggunaan semen beku yang berkualitas,
ataupun impor bibit (sepanjang memungkinkan, mengingat harganya cukup
mahal). Atas dasar hal tersebut GKSI mencoba menyusun proyeksi jangka
panjang (tahun 2000 2010) didasarkan atas pertambahan jumlah penduduk
tahun 2020 yang diperkirakan akan meningkat menjadi 300 juta jiwa.
Asumsi yang digunakan adalah pertumbuhan populasi sekitar 8 10 persen
per tahun sehingga proyeksi tersebut dapat digambarkan pada Tabel 2.
Pertumbuhan populasi sapi perah tersebut dengan sendirinya akan
meningkatkan produksi susu meskipun dalam tingkat produktifitas yang
selama ini masih rendah atau rata-rata 10 liter per hari per ekor sapi laktasi.
Oleh sebab itu pertumbuhan produksi susu perlu diikuti dengan peningkatan
produktifitas sapi perah sehingga proyeksi jangka panjang tersebut bisa
terwujud.

Tabel 2. Perkembangan Populasi Sapi Perah Tahun 2000 - 2010


Betina Pedet Culling Total
Dara Total
Tahun Dewasa Betina BTN-DWS Populasi
14,30% Betina
55,42% 12,67% 15% 100%
2000 199.119 51.387 45.322 27.599 331.992 273.528
2005 295.599 76.273 67.579 44.340 533.380 439.452
2010 438.828 113.231 100.324 65.824 791.823 652.383
2015 651.457 168.095 148.935 97.710 1.175.491 968.487
2020 867.112 249.544 221.099 145.067 1.754.060 1.437.755
Sumber : Angka GKSI, 2001 (satuan ekor)

Perkembangan ternak perah lain (selain sapi) seperti kambing, kerbau


dan domba sampai saat ini memang belum sebaik sapi perah, namun
kambing perah sudah mulai dikenal masyarakat dan mulai diperah lebih
intensif terutama kambing hasil persilangan Etawah dan kambing Kacang
yaitu dikenal dengan Kambing Peranakn Etawah (PE). Kambing Peranakan
Etawah ini tidak hanya memproduksi susu tetapi juga dagingnya (tipe
dwiguna) dan banyak ditemukan antara lain di Kecamatan Kaligesing
Kabupaten Purworejo (salah satu sentra kambing PE), daerah Kulonprogo,
Yogyakarta dan daerah Wonosobo. Populasi ternak perah lain (domba dan
kerbau) sampai saat ini belum menunjukkan peningkatan yang cukup
berarti.

PERKEMBANGAN PERSUSUAN DI INDONESIA


Di Indonesia perkembangan persusuan pada saat sekarang telah
menunjukkan adanya kemajuan dibanding dengan sebelum kemerdekaan.
Sejak PELITA III, perkembangan menunjukkan adanya peningkatan yang
cepat dari tahun ke tahun dan merupakan usaha terpadu antara pra produksi,
saat produksi dan pasca produksi. Peningkatan tersebut mencapai 75,95%
mulai tahun 1993 sampai 1999 (Direktorat Jenderal Peternakan, 2000).
Namun apabila dibandingkan antara produksi dan konsumsi, maka produksi
dalam negeri baru mencapai 35,80% dari kebutuhan total, sedangkan
kekurangannya (64,20%) masih harus diimpor.
Keurangan produksi pangan dan terutama produksi susu harus
dianggap sebagai tantangan dan peluang untuk terus ditingkatkan. Peluang
pasar masih tersedia untuk memenuhi keperluan domestik, karena kebutuhan
pangan akan semakin meningkat bukan saja mengikuti pertambahan jumlah
penduduk, tetapi juga karena pertumbuhan tingkat kemakmuran masyarakat.
Hal ini harus dihadapi dengan upaya peningkatan manajemen dan
produktivitas sehingga mampu bersaing di pasar. Dalam proyek
pertambahan produksi susu, masalah peningkatan populasi sapi perah dan
produksi susu merupakan aspek yang sangat penting. Koperasi persusuan
primer dan sekunder merupakan aset yang dapat digunakan untuk
menghadapi tantangan dan peluang peningkatan produksi susu tersebut.
Asumsi masa depan yang diperhitungkan adalah kenaikan jumlah
penduduk yang signifikan. Jumlah penduduk 210 juta jiwa pada tahun 2000
diperkirakan akan menjadi 300 juta jiwa pada tahun 2020. Kenaikan jumlah
penduduk akan dibarengi dengan peningkatan kebutuhan pangan sehingga
konsumsi susu diperkirakan akan meningkat pula. Jika konsumsi susu tahun
2000 sekitar 6 liter per kapita per tahun atau 1,2 juta ton, diperkirakan akan
meningkat menjadi 16 liter per kapita per tahun atau jumlah konsumsi susu
meningkat menjadi 5 juta ton pada tahun 2020. Apabila pertumbuhan
produktifitas diperkirakan naik 0,5 % per tahun maka proyeksi pertumbuhan
persusuan dapat disusun seperti tertera pada Tabel 3. Berdasarkan proyeksi
kebutuhan susu tersebut membuktikan akan semakin pentingnya upaya
untuk meningkatkan populasi ternak perah dan produksi susu di masa yang
akan datang.

Tabel 3. Perkembangan Populasi Sapi Perah dan Konsumsi Susu Tahun


2000 - 2020
Populasi
Penduduk Konsumsi Konsumsi Produksi Impor
Tahun Sapi Perah
(juta jiwa) (kap/th/l) (ribu ton) (ribu ton) (ribu ton)
(ribu ekor)
2000 210 270 6,00 1.200 400 800
2005 230 440 8,50 1.950 770 1.180
2010 250 650 11,00 2.750 1.320 1.430
2015 275 970 13,50 3.700 2.200 1.500
2020 300 1.400 16,00 4.800 3.040 1.760
Sumber : Angka GKSI tahun 2001

Pendalaman : Bagaimana peranan ternak perah dalam penyediaan susu di


Indonesia ?
II. BANGSA-BANGSA TERNAK PERAH

SAPI PERAH
Pembagian sapi perah berdasarkan sejarah dapat digambarkan secara
skematis sebagai berikut :

BTT Primigenus :
menurukan sapi-sapi Eropa , FH,
Ayshire, Milking Shortthorn

BTT Longiferus :
Bos Taurus menurukan sapi-sapi Eropa ,
Typicus (BTT) Brown Swiss, Yersey dan
Guernsey.
BTT Frontalis :
menurukan sapi-sapi dari
Swedia a dan Skandinavia.
Sapi
BTT Brachycerrus :
menurukan sapi-sapi Frenc
Cephalus Canadian dan Devon.

Bos Taurus Indicus : menghasilkan sapi-sapi


perah seperti Sahiwal, Red Syndhi (yang
merupakan tipe perah), Gir dan Brahman Ongle

Selain bangsa tersebut juga dihasilkan bangsa persilangan :


1. Australia : Australia Milking Zebu (AMZ)
Australia Milking Sahiwal (AMS)
Australia Ilawara Shrorthorn (AIS)
2. Jamicahope : Sapi-sapi dari daerah tropis
3. Sapi-sapi di Indonesia : Peranakan Fries Holland (PFH) yang merupakan
hasil persilangan sapi Ongole dan sapi FH.
Berdasarkan taksonominya bangsa sapi adalah :
Sistematika : vertebrata
Klass : mamalia
Sub klas : Placenta
Ordo : Ungulata
Sub ordo : Permiodactyla
Artiodactyla, ada 2 rumpun : Bunodonta dan
Selonodonta (memamah biak)
Familia : Bovidae
Genus : Bos
Sub genus : 1. Bisontina : Bison dan Yak
2. Bibovina : Bos ondaicus, Gaur, Gayal
3. Bubalina : Kerbau Asia dan Afrika
4. Leptobovina : fosil-fosil di Perancis, Italia, India
5. Taurine : spesies Indicus dan Typicus
Spesies Indicus : sapi Zebu (India)
Sapi ini mempunyai punuk, telinga panjang terkulai dan
mempunyai gelambir, berkulit tebal, tanduk tumbuh ke
samping. Yang termasuk spesies jenis ini antara lain : Red
Syndi, Gir, Hissar, Sahiwal, Ongole, Amrit Maahal.
Spesies Typicus : adalah sapi-sapi Eropa.
Bangsa-bangsa sapi perah yang banyak dipelihara di daerah tropis
maupun sub-tropis adalah :
1. Fries Holland (Friesien Holstein)
Berasal dari negeri Belanda, di Amerika dikenal sebagai Holstein,
sedangkan di Eropa dikenal sebagai Friesiesn.
Ciri-ciri sapi FH :
warna bulunya hitam dengan bercak-bercak putih atau
putih dengan bercak-bercak hitam.
Ujung ekornya putih dan ada warna putih berbentuk
segitiga pada dahinya.
Tipe perah yang badannya terbesar di seluruh dunia
dengan bobot standar betina 625 kg dan jantan 900 1000 kg.
Sifat kedewasaan lambat.
Beranak pertama umur 28 30 bulan.
Produksi susu rata-rata 5000 liter per laktasi dengan
kadar lemak 2.5 4.3 persen dan lama laktasi 305 hari.
Grazing ability kurang baik.
2. Brown Swiss
Berasal dari pegunungan Switzerland (Swiss).
Warna bulu bervariasi dari coklat dan keabu-abuan
sampai hitam. Hidung, lidah rambut ekor dan ujung tanduknya
berwarna hitam.
Berat badan betina 600 700 kg dan jantan 800 1200
kg dengan badan penuh dengan daging.
Di Swiss sapi ini dapat digunakan untuk tenaga penarik
bajak/pedati.
Mempunyai tulang-tulang yang besar, kepala besar,
kulit tebal dan lepas.
Tidak mempunyai bentuk badan seperti baji, seperti sapi
tipe perah lainnya.
Pendiam, mudah dipelihara.
Grazing ability baik dan aktif di padang rumput.
Produksi susu lebih dari 4000 liter per laktasi dengan
kadar lemak 4 persen.
3. Ayrshire
Berasal dari daerah Ayrshire yang terletak di sebelah
barat daya Scotlandia.
Warna bulu merah dengan bercak putih atau warna
putih dengan bercak merah. Bercak-bercaknya lebih kecil
dibandingkan dengan bercak-bercak sapi FH.
Berat badan betina dewasa sekitar 625 kg, jantan
dewasa 800 1150 kg.
Sapi perah ini mempunyai bentuk terindah diantara
bangsa sapi lainnya, dengan punggung lurus, tanduk melengkung ke
atas, pangkal tanduk kecil dan halus, panjangnya sedang dan lancip
sampai kearah ujung.
Grazing ability di padang rumput baik.
Produksi susu kurang dari 4000 liter per laktasi, dengan
kadar lemak 4 persen.
4. Guernsey
Berasal dari Guernsey dekat dengan pantai Swiss.
Warna bulu coklat muda sampai merah atau kuning
sampai merah. Daerah kaki dan paha berwarna putih, ada bercak-
bercak putih yang jelas pada mukanya dengan bulu yang halus.
Berat badan betina 400 651 kg, jantan 850 kg, badan
lebih kecil dari FH tetapi lebih besar dari Yersey.
Sifat jinak dan aktif.
Grazing ability baik.
Dewasa kelamin lambat.
Produksi susu rata-rata 4000 liter per laktasi dengan
kadar lemak lebih dari 5 persen sehingga susu berwarna kuning
emas.
5. Yersey
Berasal dari Pulau Yersey di Selat Inggris.
Warna bulu seperti sapi Madura dan warna ini
bervariasi dari kuning keputih-putihan sampai warna kuning. Lidah
dan warna ujung ekor hitam.
Berat badan betina 400 550 kg, jantan 600 800 kg
dan merupakan tipe perah yang berbentuk kecil.
Bentuk badan baik dan temperamen baik, dengan
ambing yang besar dan baik, menunjukkan sifat-sifat perah yang
baik.
Sifat nervous dan sensitif, dapat dipelihara dalam
kondisi baik ataupun kurang baik, pejantannya tidak liar dan
mempunyai sifat jinak.
Grazing ability paling baik diantara tipe perah lainnya.
Produksi susu 4000 liter per laktasi dengan kadar lemak
5,3 persen.
6. Milking Shorthorn
Berasal dari daerah Timur laut Inggris.
Tipe dwiguna.
Berat badan sapi betina 700 900 kg dan jantan 1000
1200 kg.
Ambing besar mendekati tipe perah murni.
Mempunyai leher dan badan agak panjang
dibandingkan tipe pedaging.
Grazing ability kurang baik seperti FH dan Brown
Swiss sehingga hanya sesuai dengan pasture yang baik saja.
Produksi susu rata-rata 2700 liter per laktasi.
7. Red Polled
Berasal dari Inggris, hasil persilangan antara sapi
Northfolk dengan Suffolk dan merupakan tipe dwiguna.
Warna bulu merah sedang sampai merah tua dan tidak
bertanduk.
Berat badan betina dewasa 600 800 kg dan yang
jantan 1000 kg.
Grazing ability hampir sama dengan Shorthorn dan
Brown Swiss.
Produksi susu sekitar 4500 liter per laktasi dengan
kadar lemak 4,3 persen.

KERBAU PERAH
Subordo
Kedudukan : kerbau
ternak Family :
dalam Tribe
sistem :
Zoologi Group :
dapat digambarkan
Camels
secara skematis sebagai berikut :
Girafes Cattle, Yak &
Ruminants Antelopes
Deer Bisson
Bovine
Bovidae Asian Buffalo
Artiodactyla Sheeps &
African Buffalo
Goats
Pigs
Non Ruminants Peccaries
Ilippotamuses
Berdasarkan habitat (tempat perendaman tubuhnya) Barker (1972) dan
McGregor (1939) membagi ternak kerbau ke dalam du grup, yaitu :
1. Swamp buffalo, kelompok ini disebut juga kerbau rawa, sangat
bervariasi dalam ukuran dan konformasi, tetapi perbedaan dalam breds
tidak dikenal. Terutama dijumpai dalam negara-negara sebelah Timur
dan Selata Birma.
2. River Buffalo, dijumpai di India, Pakistan dan negeri-negeri
sebelah baratnya. Kerbau ini terutama diternakkan untuk produksi
susunya, tetapi dapat juga merupakan sumber pedaging.
Mason (1964) menggolongkan kerbau sungai (river buffalo) di India
dan Pakistan menjadi 5 kelompok :
1. Kelompok Murrah yang terdiri dari breeds : Murrah, Nilli-
Ravi dan Pundi.
2. Kelompok Gujarat, terdiri dari breeds : Surti, Mehsana,
Jafarabadi.
3. Kelompok Uttar Pradesh, terdiri dari breeds : Bhadawar dan
Tarai.
4. Kelompok varietas-varietas di India Tengah terdiri dari breeds :
Nagpuri, Pandharpuri, Manda, Serangi, Kalahandi, Sambalpur.
5. Kelompok kerbau di India bagian selatan, terdiri dari breeds :
Toda, South Kamara.
Adapun ciri-ciri dan kelompok kerbau sungai yang termasuk tipe perah
adalah :
1. Murrah
Warna kulit dan rambut hitam, warna yang umum
dan populer. Kadang-kadang ada juga yang berwarna coklat
sedangkan yang berwarna putih jarang sekali.
Tanduk pendek mengarah ke belakang dan keatas,
akhirnya melekuk ke dalam seperti bentuk spiral.
Kepala rekatif kecil, telinga kecil, tipis, leher
panjang dan kurus tetapi tebal dan berdaging pada pejantan.
Bobot badan jantan 450 800 kg dan betina 350
700 kg.
2. Nilli-Ravi
Warna kulit dan rambut hitam, kadang-kadang juga
ada yang berwarna coklat. Tanda-tanda putih ada pada dahi, mulut,
muka, kaki dan ujung ekor. Kadang-kadang terdapat warna merah
muda pada dada dan ambing.
Tanduk pendek, lebar pada dasar tanduk dan saling
berkelok kedua ujung tanduk pada dasar tanduk. Beberapa kerbau ini
ada yang mempunyai tanduk menggantung.
Telinga ukurannya sedang dan horizontal.
Berat badan dewasa sekitar 450 kg dan jantan 600
kg.
Produksi susu rata-rata 2000 kg dengan lama laktasi
rata-rata 312 hari.
3. Kundi
Tanduk pendek, bentuk spiral yang tebal pada dasar
tanduk, ujung tanduk mengarah ke belakang dan keatas kemudian
melekuk sampai tiga kali seperti kail yang dikenal dengan tanduk
Kundi.
Warna kulit dan bulu umumnya hitam, kadang
coklat dan ada juga yang berwarna putih.
Lebih kecil dari breed Nilli-Ravi dengan berat 320 -
450 kg.
Produksi susu rata-rata 9 kg per hari dengan
produksi tertinggi mencapai 18 kg per hari atau 2120 kg dengan lama
laktasi 316 hari.
4. Surti
Warna bulu umumnya coklat, kulit hitam atau
kemerah-merahan dan rambu kulit perak sampai keabu-abuan sampai
coklat perak. Warna rambut dibawah lutut abu-abu keputih-putihan,
tanda putih yang spesifik pada dahi, kaki dan ujung ekor sangat
disukai.
Tanduk berukuran sedang dan berbentuk arit.
Bentuk pipih dan kerut-kerut mendatar, tanduk mengarah ke bawah,
ke belakang kemudian m engarah keatas dan pada ujungnya
membentuk kait.
Ambing tumbuh baik, kulit pada ambing berwarna
merah jambu, puting susu tidak begitu besar.
Berat badan betina 550 650 kg dan jantan 640
730 kg.
Produksi susu sekitar 2090 kg dengan panjang masa
laktasi 35 hari dan dry period 111 hari.
5. Mehsana
Warna kulit hitam.
Merupakan hasil persilangan breed Surti dan
Murrah.
Tanduk bervariasi dari bentuk kail seperti kerbau
Murrah sampai berbentuk arit seperti Kerbau Surti.
Kaki pendek dan pertulangan besar.
Temperamen jinak dan hewan ini mudah dirawat.
Rata-rata ukuran badan antara breed Surti dan breed
Mehsana.
6. Jafarabadi
Warna biasanya hitam.
Tanduk lebar dan berat kadang-kadang menutupi
mata, tanduk membengkok kearah sisi dari leher kemudian berkelok
keatas membentuk kail.
Berat betina sekitar 454 kg dan yang jantan 590 kg.
Produksi susu sekitar 14 18 kg per hari atau 1800
2700 kg per laktasi.
7. Breed Bhadawari
Warna seperti tembaga dengan rambut kulit yang
jarang dimana akar rambut berwarna hitam dan ujungnya berwarna
coklat kemerah-merahan, kadang-kadang rambut kulit berwarna
coklat, kaki dari lutut sampai kuku berwarna kecoklatan dan rambut
ekor berwarna putih atau hitam putih.
Tanduk plat, kompak dan rata-rata tebal mengarah
ke belakang, keatas dan melengkung ke arah dalam.
Produksi susu per hari 7 lbs (3 kg) dengan kadar
lemak mencapai 13 persen.
8. Breed Nagpuri
Warna kulit umumnya hitam, kadang dijumpai
warna putih pada muka, kaki dan pada rambut ekor.
Tanduk panjang, plat dan bergaris berlekuk dan
mengarah ke belakang hampir menempel bahu.
Berat rata-rata baik jantan atau betina sekitar 408
522 kg.
Produksi susu 5 7 kg per hari.
9. Breed Sambalpur
Nama lain adalah Gowdoo dan kimedi, kulit warna
hitam tetapi warna coklat atau abu-abu pada individu-individu
tertentu, warna rambut ekor putih.
Tanduk pendek, ramping, bergaris lekuk dan tanduk
berbentuk semicickle.
Produksi susunya 2270 2720 kg dengan masa
laktasi 340370 hari.

KAMBING PERAH
Domestikasi ternak kambing diperkirakan terjadi di daerah
pegunungan Asia Barat pada 9000 11000 tahun yang lalu. Kambing
termasuk binatang yang dijinakkan paling awal atau paling tidak nomor dua
setelah anjing. Secara umum kambing asal-usulnya dari hewan bezoar.
Dasar penggolongan kambing menurut Manik dkk. (1933) paling tidak
berdasarkan asal, kegunaan, ukuran tubuh, bentuk telinga dan panjang
telinga.
Adapun kambing yang banyak dipelihara saat ini adalah :
1. Kambing Jamnapari
Disebut juga kambing Etawah, bangsa ini paling
populer di India dan Asia Tenggara. Merupakan tipe yang besar
dengan telinga panjang berasal dari Sungai Gangga, Jumma dan
Chambal di India.
Sebagai tipe perah, ambing berkembang dengan baik
dengan produksi susu 235 kg selama 261 hari, produksi susu
hariannya dapat mencapai 3,8 kg saat puncak laktasi.
Bobot badan yang jantan 68 91 kg dan betina 36 63
kg.
Berdasarkan kemampuan untuk menghasilkan susu dan
potensi pertumbuhannya, bangsa ini digunakan secara luas untuk
meningkatkan mutu kambing asli yang lebih kecil di berbagai negara
seperti Malaysia dan Indonesia.
2. Kambing Alpina
Tipe perah yang unggul, tersebar di seluruh benua
Eropa, produksi susu di Hindia Barat mencapai 4,5 kg per hari pada
laktasi kedua dan ketiga.
Bangsa ini cocok dikembangkan di daerah yang tinggi
kelembabannya.
Rata-rata jumlah cempe lahir 0,9 ekor.
3. Kambing Anglo-Nubian
Warna beragam dengan warna putih keabuan yang
menonjol.
Kaki panjang sehingga ambingnya menggantung jauh
dari tanah.
Tipe dwiguna yang sangat baik dengan produksi susu
296 kg selama masa laktasi 235 hari dan produksi susu 2 4 kg per
hari diperoleh pada puncak laktasi.
Cocok dikembangkan di daerah tropis dengan
kemampuan adaptasi yang tinggi.
4. Kambing Saanen
Berasal dari Swiss Barat, berwarna putih, krem pucat
atau coklat muda, dengan bercak hitam pada hidung, telinga dan
ambing.
Produksi susu tertinggi, di Israel mencapai 990 kg
selama 336 hari, sedangkan produksi susu harian mencapai 3,3 kg
saat puncak laktasi.
Lebih cocok dikembangkan di daerah yang sejuk atau di
daerah tropis dengan cara dikandangkan.
5. Kambing Toggenburg
Berasal dari Swiss timur laut, kambing besar dengan
warna coklat kekuning-kuningan atau coklat dengan garis atau
bercak berwarna putih atau krem.
Leher panjang dan ramping dan telinga yang tegak ke
depan berwarna gelap dengan tepi berwarna putih. Kedua jenis tidak
bertanduk dan biasanya berjumbai.
Di Brazilia menghasilkan susu 3 liter per hari,
sedangkan di Venezuela 1,0 kg per hari.

Pendalaman : 1. Berapa kilogram susu yang dapat dihasilkan oleh 100 ekor
sapi yang tergolong top produksi selama satu tahun ?

2. Dalam hal apakah kambing perah berbeda dengan sapi


perah?
III. PENGENALAN DAN PENILAIAN TERNAK
PERAH

Sesuai dengan namanya yaitu ternak perah maka tujuan utama


pemeliharaan ternak perah adalah untuk memproduksi susu, selain itu
produksinya bisa berupa daging, kulit, anak (cempe/pedet/gudel) dan lain-lain.
Ternak perah mempunyai kemampuan yang luar biasa, yaitu mampu mengubah
bahan pakan yang tidak bisa dimanfaatkan oleh manusia (misal : jerami padi,
rumput, hay dan lain-lain) menjadi bahan makanan yang berkualitas baik dengan
nilai gizi cukup tinggi yaitu susu.
Kemampuan memproduksi susu tentu saja berbeda-beda dari setiap bangsa,
periode laktasi dan kondisi yang berbeda pula, yang pasti kemampuan untuk
memproduksi susu akan dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Untuk
performan (penampakan dari luar) bagian-bagian dari ternak perah pada
prinsipnya adalah sama, yaitu dengan ciri khas ambing yang besar, oleh karena itu
di dalam buku ini untuk memberikan gambaran bagian-bagian ternak perah
tersebut akan ditunjukkan dengan gambar sapi perah.

3.1. SAPI PERAH


Seperti halnya ternak perah yang lain, diperlukan suatu pengetahuan
mengenai ciri-ciri spesifik sapi perah yang mampu berproduksi susu tinggi.
Disamping memilih sapi perah yang berproduksi tinggi, maka perlu juga
memilih sapi perah yang performanya baik, karena dengan performa yang
baikdapat digunakan untuk menduga produksi susu. Pada perusahaan sapi
perah yang sudah maju, catatan (record) mengenai sapi perah yang
dipelihara dapat terlihat secara rinci dan lengkap, tetapi apabila record
tersebut tidak ada atau kurang lengkap (misal di peternakan sapi perah
rakyat) maka bisa melihat performanya untuk menduga produksi susunya,
yaitu dengan memberi bobot pada masing-masing bagian sapi perah menurut
metode yang telah disepakati secara internasional, yaitu Dairy Herds
Improvement Association (DHIA).
Adapun bagian yang harus dinilai dengan bobot pada masing-masing
bagian menurut DHIA adalah sebagai berikut :
A. BENTUK UMUM (bobot 35)
Kepribadian menarik disertai kefimininan, kekuatan, berat dan
keseimbangan tubuh mengesankan.
(5) Sifat-sifat ternak
(5) Tinggi ternak termasuk ketinggian tulang kaki yang cukup dengan
susunan tulang yang panjang, sepanjang kerangka tubuhnya.
(5) Dahi dan dada cukup kuat dan halus
Tulang lembusir dan siku menempel kuat dan lembut di dada dan
gumba, membentuk satu kesatuan yang lembut di leher dan tubuh.
Dada berisi, cukup lebar diantara kaki depan.
(5) Punggung : lurus dan kuat, bagian pinggang luas, kuat dan hampir
datar, pantat panjang, lebar dan hampir setinggi tulang ekor, tetapi
sedikit lebih rendah daripada tulang pinggul. Pangkal ekor,
menempel hampir sejajar dengan tulang belakang dengan pangkal
ekor yang halus.
(15) Kaki; tulang pipih dan kuat
Kaki depan lurus dan jarak keduanya lebar, kaki belakang hampir
tegak lurus dari tumit sampai pergelangan kaki (bila dilihat dari
samping) dan akan terlihat lurus bila dilihat dari belakang. Tumit ;
bebas dari jamur, kekasaran dan kebengkakan. Pergelangan kaki ;
pendek, kuat dan lentur. Telapak kaki ; pendek, bundar dengan
tumit yang rendah dan telapakannya datar.
B. CIRI SPESIFIK SAPI PERAH (bobot
20)
Leher panjang, ramping dan menyatu dengan punggung. Bentuk
tenggorokan, gelambir, leher dan ketiak bagus. Gumba tajam, dengan
dagu yang menonjol. Rusuk berjarak lebar, pipih, panjang. Paha cekung
atau pipih dan bila dilihat dari belakang lebar, menyediakan tempat yang
cukup bagi ambing untuk menempel. Kulit tipis. lepas dan lembut.
C. KAPASITAS TUBUH (bobot 10)
Relatif besar menurut ukuran umur, masa kebuntingan, kapasitas
tubuh dan kekuatan cukup. Dada besar, dasar dada lebar dengan rusuk-
rusuk bagian dalam menyatu dengan punggung. Tubuh kuat, panjang,
lebar dengan rusuk cenderung mengarah ke belakang. Panggul halus.
D. AMBING (bobot 35)
Ambing menempel kuat, keempat kuartirnya seimbang dengan
kapasitas produksi susu cukup untuk jangka waktu panjang.
(6) Ambing depan : melekat dengan lembut dan kuat, panjang cukup
dan lebarnya sama dari depan sampai ke belakang.
(8) Ambing belakang : melekat kuat, tinggi dan lebarnya seragam
dari atas sampai ke bawah dan dasar ambing agak bundar.
(11) Ligamentum ambing : dia bagian
atas tumit ambing menyempit, memperlihatkan suspensori ligamen
yang kuat dan membagi ambing menjadi dua bagian sama besar
dengan jelas.
(5) Keseimbangan ; simetris dan kualitas
Ambing lebar dengan panjang simetris, bila dilihat dari samping
ambing tidak menyamping. lembut. lentur dan setelah pemerahan
kuartir terbagi menjadi empat bagian yang sama besar.
CATATAN :
Penilaian yang dilakukan pada sapi dara ataupun pedet, karena ambing
belum berkembang secara sempurna maka penilaiannya tidak ditekankan
pada ambing, tetapi pada bentuk umum, ciri spesifik dan kapasitas
tubuh. Sebaliknya apabila ambing yang berlebihan akan menjadikan
ambing tersebut berlemak.
Cara penilaian tersebut harus dilakukan pada periode yang sama maupun
bangsa/spesies yang sama.
Gambar 1. Bagian Tubuh Sapi Perah Betina
Gambar 2. Ciri Ekstrim dan cukup yang akan dievaluasi
3.2. KERBAU PERAH
Ternak kerbau di Indonesia 95 persen merupakan kerbau kerja yang
umumnya jenis kerbau Lumpur (swamp buffalo) sedangkan jenis kerbau
sungai (river buffalo) hanya sekitar 5 persen. Kerbau perah termasuk di
dalam kerbau sungai. Diantara breed-breed yang sangat populer adalah
kerbau Murrah, Surti dan Nilli-Ravi. Apabila dibandingkan yang termasuk
di dalam kelompok River buffalo dan swamp buffalo adalah terlihat pada
Tabel 4.

Tabel 4. Perbedaan River Buffalo dan Swamp Buffalo


Bagian yang River Buffalo Groups Swamp Buffalo Groups
No.
diamati (kerbau perah) (kerbau kerja)
1 Bentuk tubuh besar, bentuk seperti baji Pendek, gemuk, bentuk
persegi panjang
2 Dada dalam, kurang terlihat Datar (lingkar dada besar)
melingkar (lingkar dada
lebih kecil)
3 Berat : jantan 300 700 kg 500 kg
betina 250 650 kg 400 kg
4 Tinggi gumba :
jantan 120 135 cm 135 cm
betina 115 135 cm 130 cm
5 Tubuh secara Relatif lebih panjang, kaki Pendek, gemuk, kaki
menyeluruh panjang, kepala panjang pendek dan lurus
dan lebar
6 Ambing Berkembang dengan baik Ambing kurang
berkembang
7 Produksi susu 2-5 liter per hari 1 liter per hari (untuk
500 2500 liter/laktasi gudel saja kurang)
(270 300 hari)
8 Dewasa kelamin Lebih cepat Lebih lambat
9 Pertumbuhan Lebih cepat Lebih lambat
10 Lama bunting 307 316 hari 325 330 hari
11 Jarak beranak 1 1,5 hari Lebih dari 3 tahun

Kerbau sungai yang ada di Indonesia yaitu yang banyak diternakkan di


daerah sekitar Medan yang termasuk dalam kelompok Kerbau Murrah.
Kerbau Murrah sebagai tipe perah diharapkan dapat berkembang dengan
baik di Indonesia (sekitar Medan) karena mempunyai habitat yang hampir
sama dengan habitat asli ternak tersebut, yaitu di India dan Pakistan. Selain
itu harapan pengembangan kerbau Murrah di Indonesia yaitu untuk
memperbaiki kerbau lokal karena ADG (average daily gain) hasil
persilangan kerbau Murrah dengan kerbau lokal lebih tinggi (lebih kurang
0,90 kg/hari).

3.3. KAMBING PERAH


Kambing perah yang banyak dipelihara di daerah tropis adalah tipe
dwiguna, artinya selain memproduksi susu juga dipelihara untuk produksi
daging. Kambing tipe perah murni banyak dipelihara di daerah sub tropis
seperti Afrika Selatan dan Iran karena penduduk di daerah tersebut lebih
senang mengkonsumsi susu kambing, baik susu murni ataupun hasil-hasil
olahannya (seperti mentega dan keju). Secara umum bagian dari kambing
perah secara eksterior sama dengan sapi perah sehingga dalam buku ini akan
ditunjukkan bagian-bagian eksterior untuk mengenal kambing perah pada
sub pokok bahasan sapi perah.

Pendalaman : 1. Jelaskan apa yang akan dinilai (diperhatikan) oleh


seseorang dari seekor sapi dalam hal ; (a) sifat
perahnya (ciri spesifik perahnya) (b) kapasitas
tubuhnya (c) perkembangan atau kualitas
ambingnya.

2. Mengapa dalam memilih ternak perah berdasarkan


penilaian (bobotnya) menurut DHIA harus pada
periode yang sama ?
IV. NILAI GIZI SUSU

Susu merupakan cairan yang disekresikan (dikeluarkan) oleh ambing,


dihasilkan dari pemerahan sapi-sapi yang sehat dan terbebas dari kolustrum.
Secara umum susu merupakan sekresi dari kelenjar mammae (ambing) ternak
yang menyusui (Lampert, 1974). Menurut Eckles, dkk (1951), susu adalah sekresi
normal kelenjar mammae, dipandang dari segi kimianya susu dapat digambarkan
sebagai suatu emulsi dari lemak dalam larutan gula dan garam mineral, serta
protein dalam keadaan koloidal. Sedangkan menurut Diektorat Jenderal
Peternakan (1983), susu adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat yang
diperoleh dengan cara pemerahan yang benar tanpa mengurangi ataupun
menambahkan sesuatu komponen.
Adnan (1993) menyatakan susu adalah merupakan bahan pangan yang
tersusun oleh zat-zat makanan dengan proporsi yang seimbang. Dari sudut lain
susu juga dipandang sebagai bahan mentah yang mengandung zat gizi penting
yaitu : air 87 %, lemak 3,9 %, laktosa 4,9 %, protein 3,5 % dan abu 0,7 %. Rataan
komposisi tersebut sangat dipengaruhi oleh spesies, individu dalam spesies dan
metode analisa.
Berdasarkan kandungan zat gizi dalam susu tersebut, maka susu memiliki
beberapa kegunaan bagi kesehatan tubuh, yaitu :
1. Susu memberi pengaruh heterogen bagi tubuh setelah minum susu.
Penyebab sebenarnya pengaruh ini belum diketahui, beberapa peneliti merasa
bahwa hal ini terjadi karena susu mengandung kalsium yang tinggi.
2. Susu biasanya digunakan untuk terapi luka perut, karena laktosa
tidak terserap dengan cepat, mengurangi iritasi lambung dari makanan lain.
3. Susu membantu mengurangi angka kanker perut. Beberapa
penyelidikan telah memperlihatkan bahwa penduduk yang minum sedikit susu
cenderung memiliki angka yang tinggi untuk menderita kanker perut daripada
penduduk yang minum susu lebih banyak. Tetapi data tersebut hanya
berdasarkan survei kependudukan bukan atas dasar penelitian psikologi, maka
hal ini tidak dapat dijadikan sebagai dasar.
Walaupun susu merupakan bahan makanan yang mempunyai kandungan gizi
yang lengkap dan mudah dicerna oleh tubuh manusia, susu juga merupakan media
yang sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme,
sehingga menyebebkan susu cepat rusak dan tidak dapat dikonsumsi oleh
manusia. Oleh karena itu untuk menjaga kemurnian dari susu tersebut, Direktorat
Jenderal Peternakan mengeluarkan keputusan dengan nomor
17/Kpts/DJP/Deptan/1983, bahwa susu murni yang beredar di Indonesia harus
memenuhi persyaratan minimal yang dikenal dengan nama Kodek Susu (Mlk
Codex). Adapun persyaratan tersebut adalah meliputi :
a. warna, bau, rasa dan kekentalan tidak ada perubahan.
b. Berat jenis (pada suhu 270 C) sekurang-kurangnya 1,028.
c. Kadar lemak sekurang-kurangnya 2,8 %.
d. Kadar bahan kering tanpa lemak sekurang-kurangnya 8
persen.
e. Derajat asam 4,5 70 SH.
f. Uji alkohol 70 persen negatif.
g. Uji didih negatif.
h. Katalase setinggi-tingginya 3 cc.
i. Titik beku -0,5200 C sampai -0,5600 C.
j. Angka refraksi 34,0.
k. Kadar protein sekurang-kurangnya 2,7 persen.
l. Angka reduktase 2 -5 jam.
m. Jumlah kuman yang dapat dibiakkan setiap cc sebanyak-
banyaknya 3 juta.

4.1. KOMPOSISI SUSU


Penyusun utama susu adalah air, lemak, mineral, vitamin, karbohidrat
(laktosa) dengan persentase yang bervariasi. Dimana komposisi susu
tersebut akan dipengaruhi oleh spesies, individu dalam spesies (yang
berpengaruh terhadap proses fisiologisnya), metode analisis, umur dan
lingkungan (misal : pakan, kandang, musinl interval pemerahan dan lain-
lain).
Secara umum rataan komposisi susu adalah : air (87,0%), lemak
(3,9%), laktosa (4,9%), protein (3,50%) dan abu (0,7%). Sedangkan menurut
Ressang dan Nasution (1963) rataan komposisi susu adalah :

Air ................................................................. 87,90 %

Lemak ...................................... 3,45 %


Susu
BK protein ........... 3,20
(12,1 %) %
BKTL kasein ........... 2,70
(8,65 %) %
albumin ........... 0,50
%
laktosa ........... 1,40
%
mineral Spesies
Tabel 5. Komposisi Susu dari Berbegai ...........
Hewan0,85
%
Kadar Bahan
Protein Laktosa Abu
No. Spesies Lemak Padat Total
(%) (%) (%)
(%) (%)
1 Anjing 8,3 9,5 3,7 1,20 20,7
2 Babi 8,2 5,8 4,8 0,63 19,9
3 Domba 5,3 5,5 4,6 0,90 16,3
4 Ikan paus 34,8 13,6 1,8 1,6 51,2
5 Kambing 3,5 3,1 4,6 0,79 12,2
6 Kerbau (Philipina) 10,4 5,9 4,3 0,80 21,5
7 Kelinci 12,2 10,4 1,8 2,00 26,4
8 Kuda 1,6 2,7 6,1 0,51 11,0
9 Manusia 4,5 1,1 6,8 0,20 12,6
10 Sapi
Ayshire 4,1 3,6 4,7 0,70 13,3
Brown Swiss 4,0 3,6 5,0 0,70 13,3
Guernsey 5,0 3,8 4,9 0,70 14,4
Holstein 3,5 3,1 4,9 0,70 12,2
Yersey 5,5 3,9 4,9 0,70 14,4
Zebu 4,9 3,9 5,1 0,80 14,7
11 Tikus 14,8 11,3 2,9 1,50 31,7
12 Unta 4,9 3,7 5,1 0,70 14,4
Sumber : Schmidth, G.H. (1971)
Zat-zat makanan dalam susu ada tiga bentuk :
1. Sebagai larutan sejati, yaitu berupa karboidrat (laktosa), garam-
garam anorganik, vitamin dan senyawa N-bukan protein.
2. Sebagai larutan koloidal, yaitu partikel-partikel besar yang
dapat memberikan efek Tyndal. Partikel tersebut berupa protein, enzim
dan garam.
3. Sebagai emulsi, berupa lemak dan senyawa-senyawa yang
berhubungan dengan lemak.

4.2. KARAKTERISTIK SUSU


A. WARNA SUSU
Susu yang normal berwarna putih keabu-abuan sampai agak
keemasan. Variasi tersebut karena adanya perbedaan pakan yang
diberikan dan faktor keturunan. Warna kuning disebabkan karena adanya
zat warna karoten dalam lemak susu yang berasal dari jenis pakan yang
diberikan. Warna kuning juga dapat disebabkan oleh adanya sel-sel
darah putih yang terdapat dalam susu karena sapi menderita mastitis saat
laktasi. Warna putih banyak disebabkan oleh glubula-globula lemak,
protein (kasein) yang biasanya mengikat kalsium dan phosphat.
B. BAU DAN RASA SUSU
Rasa susu sedikit manis, tetapi bau dan rasa susu untuk setiap
orang sering tidak sama karena selera yang berbeda. Kandungan laktosa
yang tinggi dan kandungan klorida rendah diduga menyebabkan susu
berbau seperti garam. Pada umumnya pada masa laktasi awal susu
mempunyai rasa asin. Bau dan rasa susu dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, misalnya jenis pakan yang diberikan.
C. BOBOT JENIS SUSU
Susu normal mempunyai bobot jenis rata-raa 1,0281 atau berkisar
antara 1,028 1,032. Variasi bobot jenis terjadi karena perbedaan
besarnya kandungan lemak, laktosa, protein dan garam-garam mineral.
Bobot jenis lemak 0,93; laktosa 1,666; kasein 1,31; dan bobot jenis
garam-garam mineral rata-rata 4,12. Hubungan besarnya kandungan
lemak susu dengan bobot jenis susu tampak seperti pada Tabel 6.

Tabel 6. Hubungan Besarnya Kadar Lemak dan Bobot Jenis Susu


Kadar Lemak Susu/Krim Bobot Jenis Susu
No.
(%) (pada suhu 200 C)
1 1 1,035
2 2 1,034
3 3 1,032
4 4 1,031
5 5 1,030
6 6 1,029
7 10 1,023
8 15 1,016
9 20 1,011
10 25 1,007
11 30 1,002
12 35 0,998
13 40 0,993
Sumber : H.F. Judkins and H.A. Keener, 1966

D. TITIK DIDIH DAN TITIK BEKU SUSU


Jika susu didihkan maka susu akan mendidih pada suhu kira-kira
100,170 C, berarti hanya sedikit diatas titik didih air (100 0 C). Sebaliknya
susu akan membeku pada suhu sekitar -0,50 0 C. Variasi titik beku susu
terjadi karena terdapat perbedaan jenis pakan yang diberikan pada ternak
perah tersebut, musim, jenis hewan (spesies). Titik beku akan berubah
jika pada susu akan ditambahkan air, santan atau lemak meskipun dalam
jumlah sedikit.
E. KEKENTALAN SUSU
Susu mempunyai 1,5 1,7 kali kekentalan air. Pada suhu 200 C
kekentalan susu adalah 1,005 cp (centipois). Kekentalan susu
dipengaruhi oleh komposisi susu, umur hewan dan berbegai perlakuan
misalnya adanya pengadukan akan menurunkan kekentalan susu.
Sebaliknya bila terjadi pengemasan, aktifitas bakteri dan pemeraman
akan menaikkan kekentalan susu.
F. KEASAMAN DAN PH SUSU
Susu segar mempunyai sifat amphoter, artinya dapat bersifat asam
dan basa sekaligus. Jika diberi kertas lakmus biru, warnanya akan
menjadi merah, sebaliknya jika diberi kertas lakmus merah warnanya
akan menjadi biru. Potensial hydrogen (pH) atau ada yang menyatakan
power of hydrogen ion susu segar terletak antara 6,5 6,6. Jika dititrasi
dengan alkali dan indikator penolphtalin, total asam dalam susu
diketahui hanya 0,10 0,26 persen. Sebagian besar asam yang ada dalam
susu adalah asam laktat. Meskipun demikian keasaman susu dapat
disebabkan oleh berbagai senyawa yang bersifat asam seperti senyawa-
senyawa phosphat komplek, asam sitrat, asam amino dan asam
karbondioksida yang larut dalam susu.

Pendalaman : 1. Bandingkan antara susu kambing dan susu sapi. Jelaskan


mengapa terjadi perbedaan komposisinya.
2. Jelaskan apa dasar SK Dirjenak No. 17 tahun 1983 !
V. KERAGAAN TERNAK PERAH

Produktifitas ternak perah dipengaruhi oleh berbagai faktor, organ-organ


penyusun tubuh merupakan salah satu faktor yang mendukung terbentuknya susu,
tanpa adanya koordinasi yang baik dari organ penyusun tubuh, maka tujuan
pemeliharaan ternak perah tidak akan tercapai. Di dalam mempelajari keragaan
ternak perah erat kaitannya dengan masalah anatomi baik topographic anatomy
maupun sistem dalam tubuh ternak perah. Topographic anatomy dimaksudkan
untuk mempelajari tata letak organ-organ ternak perah dalam menyusun satu-
kesatuan tubuh yang dapat membentuk suatu sistem dan saling berkaitan antara
sistem satu dengan lainnya. Sistem yang ada dalam tubuh ternak perah ini
bertanggungjawab terhadap kelancaran dalam memproduksi susu pada ternak
perah baik secara langsung maupun tidak langsung. Sistem tersebut menyangkut
sistem reproduksi, sistem pencernaan dan sistem respiratorius.

OSTEOLOGY
Osteology yaitu ilmu yang mempelajari tentang skelet/kerangka/tulang
belulang. Fungsi tulang secara umum adalah :
1. sebagai penunjang tubuh.
2. melindungi bagian-bagian tubuh yang lemah/lunak.
3. sebagai pertautan urat daging.
4. sebagai alat gerak pasif.
5. pemberi bentuk tubuh.
Tulang terdiri atas tulang keras (os) dan tulang rawan (cartilago).
Semua tulang dibungkus oleh selaput jaringan ikat yang disebut periost.
Tulang kerangka terbagi menjadi 4 golongan menurut bentuk dan
pekerjaannya, tetapi pembagian ini tidak memenuhi semuanya karena
beberapa tulang misalnya tulang rusuk tidak mudah digolongkan pada salah
satu dari keempat golongan tersebut.
Keempat pembagian tersebut adalah :
1. Ossa longa (tulang panjang), bentuknya bulat, silinder panjang dengan
ujung-ujungnya membesar, terdapat sebagai tiang penunjang dan
pengumpil, misalnya tulang humerus.
2. Ossa plana (tulang pipih), berguna untuk pertautan otot dan melindungi
bagian tubuh yang halus, yaitu sebagian besar tulang kepala dan tulang
scapula.
3. Ossa brevis (tulang pendek), yaitu tulang-tulang pada pangkal tangan
(corpus) dan tarsus dengan bentuk antara panjang, lebar dan tebal
hampir sama.
4. Ossa irregularis (tulang-tulang yang tidak beraturan).
Hubungan antara tulang dengan tulang ada beberapa cara, yaitu
1. Hubungannya terjadi tanpa ada ruangan diantara kedua ujung tulang
tersebut. Hubungan semacam ini tidak dapat digerakkan sama sekali
(misal; tulang kepala), ada juga yang bergerak sedikit sekali (misal
antara tulang kering / os tibia dan tulang betis / os fibula).
2. Hubungannya terjadi dengan memiliki ruangan antara kedua ujung
tulang tersebut, hubungan ini disebut PERSENDIAN.
Ada 9 macam, persendian :
1. Persendian bundar, gerakannya ke semua arah. Misal persendian bahu,
paha.
2. Persendian ellips, mempunyai bidang persendian yang bentuknya
bulat.
Misal persendian tulang belakang kepala dengan tulang leher pertama.
3. Persendian engsel, misal persendian siku, persendian rahang,
persendian antara tulang paha dan tulang kering.
4. Persendian sekrup, misal persendian pada salah satu pangkal kaki pada
tulang kering.
5. Persendian sela, mempunyai gerakan ke dua jurusan, misal antara
tulang kaki bawah dengan kuku.
6. Persendian putar; persendian dimana tulang yang satu bergerak di
dalam tulang yang lain. Misal persendian antara tulang leher pertama
dan tulang leher kedua.
7. Persendian tegang, persendian yang menimbulkan gerak sedikit sekali.
Misal persendian antara tulang panggul dan tulang kemudi.
8. Persendian bungkus, yaitu persendian yang tidak mudah
dibengkokkan.
Misalnya persendian untuk melompat.
9. Persendian geser, persendian dari dua ujung tulang yang rata dan
mempunyai bidang persendiaan yang rata pula. Misal persendian pada
tulang-tulang panggung (vertebra).
Kerangka ternak perah terbagi menjadi 6 bagian :
1. Cranium
2. Extremitas thoracalis
3. Extremitas pelvina
4. Sternum
5. Costae
6. Columna vertebralis
Gambar 3. Kerangka Ternak Perah
A. CRANIUM
Tulang kepala terdiri atas :
1. Ossa crani (tulang tengkorak), yang berisi otak dengan selaput
dan pembuluh-pembuluh darahnya serta organ-organ pendengar.
2. Ossa facici (tulang muka), yang membentuk kerangka mulut
dan hidung dan juga menahan pharynx, larynx dan pangkal lidah.

Gambar 4. Cranium Ternak Perah

B. EXTREMITAS THORACALIS
Tulang kaki depan terdiri atas empat segmen :
1. Cingulum Extremilas Thoracalis (daerah gelang bahu), terdiri dari
os scapula (tulang belikat) dan os coracodeus (tulang paruh gagak)
yang tumbuh menjadi satu dengan os scapula.
2. Brachium (daerah lengan atas), terdiri dari sebuah tulang yang
panjang yaitu os humerus.
3. Antibrachium (daerah lengan bawah), terdiri dua tulang yaitu os
radius (tulang pengumpil) dan os ulna (tulang hasta). Pada sapi
kedua tulang tersebut bersatu dengan os radius, terletak di depan dan
memikul berat tubuh dan os ulna tumbuh dengan baik pada bagian
proximal.
4. Daerah manus homolog dengan tangan pada manusia, yang terdiri
dari tiga ruas, yaitu :
a. Daerah corpus (pangkal tangan), terdiri enam buah tulang pendek
(ossa carpi) yang tersusun menjadi dua baris, yaitu baris
proximal (anti brachial) dan baris distal (meracarpal).
b. Daerah metacarpus (telapak tangan), sebetulnya terdiri atas lima
buah tulang panjang (ossa meta carpalia), hanya pada temak
ruminansia (termasuk sapi perah, kambing perah, domba perah
dan kerbau perah) yang tumbuh dengan baik tulang ke 3 dan ke
4, dan kedua tulang tersebut bersatu sedangkan tulang yang lain
mereduksi.
c. Daerah digiti manus (jari-jari), sebetulnya terdiri atas lima buah
tulang tetapi yang tumbuh baik hanya tulang ke 3 dan ke 4
sedangkan yang lain mereduksi. Setiap digiti terdiri dari tiga ruas
(phalanges).
Gambar 5. Extremitas Thoracalis
C. EXTREMITAS PELVINA
Terbagi menjadi empat :
1. Cingulum extremitas pelvina (daerah gelang panggul).
Tulang panggul berasal dari persatuan tiga buah tulang pipih,
yaitu os ilium (tulang usus), os ichium (tulang duduk), dan os pubis
(tulang kemaluan). Ketiga tulang tersebut bersama dengan os sacrum
dan tiga buah vertebra coccygeae (tulang ekor) yang pertama
membentuk PELVIS. Pelvis mempunyai dua buah liang yaitu inlet
dan outlet.
2. Femur (daerah paha)
Terdiri atas sebuah tulang panjang yaitu os femoris yang
berhubungan dengan acetabulum di bagian atas dan bagian bawah
dengan libia dan patella.
3. Crus (daerah kaki bawah)
Terdiri tiga buah tulang :
a Os tibia (tulang kering), merupakan sebuah tulang yang panjang,
prismatik, dan berfungsi untuk menahan berat.
b Os.fibula (tulang betis).
c Os patella (tempurung lutut), merupakan sebuah tulang yang
pendek dan bertaut dengan trochea dari ujung distal os femur.
4. Pes (daerah telapak kaki), homolog dengan tangan pada manusia
yang terdiri dari larsus, metalarsus dan digiti.
Gambar 6. Extremitas Pelvina
D. STERNUM
Terdiri atas enam sampai delapan tulang yang disatukan oleh
cartilago. Sternum merupakan dasar utama ruang dada. Ujung anterior
disebut Manubrium sterni (Presternum), bagian tengah stemum disebut
corpus sterni (mesosternum), dan bagian posterior disebut Metasternum
(processus ximoideous) yang tipis dan lebar. Tepi ventral dari sternum
berupa rigi disebut crista sterni.
E. COSTAE
Tulang rusuk membentuk dinding lateral dari rongga dada (cavum
thoracis) dan terdapat berpasangan kanan dan kiri. Jumlahnya 13 pasang
baik pada temak perah sapi, kambing, domba maupun kerbau. Bagian
dorsal costae berhubungan dengan vertebra thoracalis, sedangkan
bagian ventral berhubungan dengan sternum. Celah antara dua costae
disebut Spatia intercostalia.
Hubungan antar tulang rusuk ada tiga macam :
1. Tulang rusuk sejati, hubungan tulang rusuk dengan tulang rawan
rusuknya melekat di dada (sternum).
2. Tulang rusuk semu, tulang rawan rusuknya melekat pada tulang
rusuk depannya.
3. Tulang rusuk menggantung, ujung ventral tulang rusuk tidak
berhubungan dengan tulang rusuk di depannya, tulang rusuk
belakangnya ataupun sternum.
F. COLUMNA VERTEBRALIS
Columna vertebralis terbagi menjadi 5 bagian :
1. Vertebra cervicalis (ruas tulang leher) : jumlah 7 buah.
2. Vertebra thoracalis (ruas tulang leher) : 13 pasang.
3. Vertebra lumbalis (ruas tulang pinggang) : 6 buah.
4. Vertebra sacralis (ruas tulang kemudi) : 5 buah.
5. Vertebra cocygeae (ruas tulang ekor) : sapi/kerbau 1820 buah.
kambing/domba 1618
buah.
Gambar 7. Columna Vertebralis
SISTEM PENCERNAAN
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan yang dilengkapi
dengan beberapa organ yang bertanggung jawab terhadap pengambilan,
peneriman, pencemaan, dan absorbsi zat makanan mulai dari mulut sampai
ke anus. Sistem pencemaan bertanggung jawab pula terhadap pengeluaran
bahan pakan yang dapat dicema.
Sistem pencernaan terbagi menjadi dua bagian :
A. Tractus Alimentarius, meliputi rongga mulut, pharynx, eshophagus,
lambung (rumen, retikulum, omasum, dan abomasum), usus halus,
sekum, dan usus besar.
B. Organa Accesorius, meliputi dentes, lingua, glandula salivarius, hepar,
pancreas, lympha (lien).

Rongga Mulut (Cavum Oris)


Dalam rongga mulut terdapat tiga alat pelengkap pencernaan yaitu
gigi, lidah, glandula salivarius. Berbeda dengan hewan lain, ternak perah
(termasuk kelompok temak ruminansia ) pada maxilla tidak terdapat gigi
seri dan gigi taring, sehingga pada proses pengambilan pakan tergantung
pada lidah, bibir, dan gigi pada mandibula.
Dentes berdasarkan tumbuhnya dibagi menjadi :
1. Dentes decidui.
2. Dentes permanen
Rumus dentes decidui beberapa ternak :
3 0 3
Kuda : 2 ( DI DC DP )
3 0 3

0 0 3
Sapi : 2 ( DI DC DP )
4 0 3

: 0 0 3
Kambing 2 ( DI DC DP )
4 0 3
Rumus dentes permanen beberapa ternak :
3 1 3
Kuda : 2 ( DI DC DP DM)
3 1 3 3

0 0 3 3
Sapi : 2 ( DI DC DP DM)
4 0 3 3

: 0 0 3 3
Kambing 2 ( DI DC DP DM)
4 0 3 3

3 1 4 3
Babi : 2 ( DI DC DP DM)
3 1 4 3

Dentes berdasarkan letak dan bentuknya :


1. Dentes incisivi, terletak di muka dan tumbuh pada premaxila dan
mandibula.
2. Dentes canini, terletak pada spatium interal veolaris.
3. Dentes premolaris dan molaris, terletak pada sisi dari arcus dentalis.

Lidah (lingua)
Lidah terletak pada lantai mulut antara kedua rani mandibula, yang
terdiri dari tiga bagian : Radix lingua
Corpus lingua, yang mempunyal 3 permukaan
bebas, yaitu facies dorsalis, facies ventralis, dan
facies lateralis
Apex lingua, yang berbentuk seperti spatula.

Fungsi lidah :
1. Membantu mengunyah (memutar ) makanan dalam mulut.
2. Membantu pembentukan bolus makanan
Gambar 8. Lidah

Saliva
Saliva dihasilkan oleh enam kelenjar (glandula) salivarius, yaitu
kelenjar parotidea, kelenjar sub maxilaris, kelenjar sub lingualis, kelenjar
molar inferior, kelenjar bukalis dan kelenjar labialis. Jumlah saliva yang
dihasilkan pada sapi perah sekitar 75 - 125 liter per hari, sedangkan pada
domba atau kambing perah sekitar 5 - 15 liter per hari.
Fungsi saliva :
1. Sebagai larutan penyangga, karena lasiva mengandung
komponen buffer yaitu bikarbonat dan fosfat, sehingga pH di dalam
rumen tetap yaitu mendekati netral.
2. Menstabilkan jumlah cairan rumen konsentrasi ion di
dalarm rumen.
3. Sebagai pelicin pakan untuk membentuk bolus, sehingga
memudahkan penelanan.
4. Suplai nutrien karena 70 % N-saliva terdiri dari NH4.

Pharynx
Pharynx adalah suatu organ yang berfungsi ganda, yaitu sebagai organ
pencernaan dan organ pernafasan dan yang berperan disini adalah klep yang
ada pada pharynx tersebut.
Oeshophagus
Oeshophagus merupakan lubang yang menghubungkan pharynx
dengan lambung. Panjangnya sekitar 125 - 150 cm (pada sapi). Bolus pakan
yang dibentuk di dalam rongga mulut dapat berjalan melalui oeshophagus
karena adanya gerakan anti peristaltic dari oeshophagus. Lubang terakhir
dari oesophagus disebut cardia.

Lambung
Lambung temak perah terdiri dari 4 bagian yaitu rumen, reticulum,
omasum dan abomasum. Lambung temak perah secara utuh terlihat pada
gambar 9.
Gambar 9. Lambung ternak perah

Rumen
Terletak di sebelah kiri rongga perut memanjang tulang rusuk ke 7 dan
8 sampai tulang pinggang (pelvis). Rumen menempati dari rongga perut
bagian kiri.
Fungsi rumen :
1. Menyimpan bahan pakan sementara.
2. Merupakan tempat fermentasi.
3. Tempat absorbi hasil akhir fermentasi.
4. Tempat pengadukan (mixing) dari ingesta.
Bagian dalam dari rumen tidak halus, tetapi dilapisi oleh tonjolan-
tonjolan kecil yang disebut pappilae lidah dan berfungsi untuk memperluas
permukaan rumen dan absorbsi. Lubang yang menghubungkan rumen
dengan retikulum disebut ostium rumino-reticularis.

Retikulum
Secara fisik retikulum tidak terpisah dengan rumen, tetapi secara
anatomi berbeda. Retikulum merupakan bagian terkecil dari ke 4 lambung
ternak perah. Terletak berhadapan antara costae ke 6 sampai ke 8 atau ke 9.
Merupakan jalan antara rumen dan omasum, dimana pada retikulum terdapat
lipatan-lipatan yang merupakan jaringan yang langsung dari oeshophagus
menuju omasum. Bagian dalam retikulum terdiri dari papilae-papillae yang
berbentuk seperti rumah tawon.
Fungsi retikulum :
1. Memudahkan pakan dicerna ke rumen maupun omasum.
2. Membantu proses ruminasi.
3. Mengatur arus ingesta dan retikulo-rumen ke omasum melalui reticulo-
omasal orificium.
4. Merupakan tempat fermentasi.
5. Tempat absorbsi hasil akhir fermentasi.
6. Tempat berkumpulnya benda-benda asing yang terbawa saat
mengkonsumsi pakan.

Omasum
Letak di sebelah kanan garis median atau di sebelah rusuk ke 7 sampai
11, berbentuk ellips dan dihubungkan dengan retikultum oleh saluran yang
sempit yang disebut orificium reticulo-omasal. Bagian dalam omasum
terdapat lipatan daun atau laminae yang berbentuk lembaran-lembaran buku,
sehingga omasum sering juga disebut perut buku. Pada laminae terdapat
papillae-papillae yang berfungsi untuk absorbsi. Fungsi omasum :
1. Mengatur arus ingesta ke abomasum melalui omaso-abomasal orificium.
2. Tempat memperkecil ukuran partikel ingesta.
3. Tempat menyaring ingesta yang kasar.
4. Tempat fermentasi dan absorbsi.

Abomasum
Bagian lambung yang memanjang dan terletak di dasar perut. Disebut
juga perut sejati karena disinilah tempat disekresikan cairan lambung oleh
sel-sel abomasum dan bagian lambung ke 4 yang terjadi pencernaan secara
enzimatik.
Fungsi abomasum :
1. Mengatur arus ingesta dari abomasum menuju ke duodenum.
2. Merupakan tempat pencemaan secara enzyimatik.

Usus Halus
Usus halus secara anatomi dibagi 3 :
1. Duodenum, yang berhubungan dengan abomasum.
2. Jejenum, bagian tengah dari usus halus.
3. Ileum, yang berhubungan dengan usus besar.
Di dalam usus halus akan masuk empat macam sekresi, yaitu cairan
duodenum, empedu, cairan pancreas, dan cairan usus.

Usus Besar
Usus besar (intestinum crasum) terdiri dari secum, kolon tenue, dan
rektum. Kondisi di dalam sekum dan kolon secara umum tidak berbeda
dengan kondisi di rumen yaitu tempat fermentasi oleh mikroba. Meskipun
demikian VFA (volatyl fatty acid) yang dihasilkan dari sekum dan kolon
lebih rendah dibanding VFA yang dihasilkan di lambung depan.
Rektum dan kolon merupakan bagian terakhir dari usus, dengan
panjang sekitar 30 cm. Bagian pertama dari rektum seperti halnya kolon dan
bagian yang lain merupakan ampula rekti, sedangkan bagian membesar
adalah anus, merupakan bagian terakhir dari traktus alimentarius, terletak di
bagian bawah dari pangkal ekor.

Hepar
Hepar merupakan kelenjar yang paling besar dalam tubuh ternak
perah, sebagian besar terletak di sebelah kanan garis median. Warna merah
coklat berisi darah kotor.
Fungsi hepar :
1. Menyimpan dan membentuk glikogen.
2. Mensekresikan empedu.
3. Mengurangi penyeraparn asam lemak.
Pankreas
Pankreas merupakan alat pelengkap pencernaan yang bentuknya tidak
teratur, terletak pada dinding dorsal cavum abdominis (bagian atas dinding
rongga perut) sebagian besar terletak di sebelah kanan garis median. Berat
pankreas pada sapi sekitar 350 gram, ketika masih segar berwarna krem
kemerahan, cepat mengalami dekomposisi sehingga berwarna gelap
(kehitaman). Hasil pankreas disalurkan oleh dua duktus, yaitu ductus
pancreaticus dan ductus pancreaticus accesorus.

Lympha
Terletak di sisi kiri lambung dengan warna merah gelap ke abu-abuan,
berbentuk seperti sabit. Pada sapi mempunyai berat sekitar 3 kg, panjang 50
cm, lebar 20 - 25 cm. Fungsi lympha yang utama adalah menyimpan darah
yang tidak ikut peredaran darah.

SISTEM RESPIRATORIUS
Respirasi adalah pertukaran gas O2 dengan gas CO2. Fungsi utama
respirasi :
1. Mensuplai O2 ke dalam darah atau jaringan
2. Mengeluarkan CO2 dari darah atau jaringan.
Fungsi sekunder respirasi :
1. Membantu pengaturan cairan extra selluler di dalam tubuh.
2. Pengaturan suhu tubuh.
3. Membantu pengeluaran air dari dalam tubuh.
4. Membantu mengeluarkan suara.
Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem respirasi, dan dibantu
oleh cavum nasi, pharynx, larynx, trachea, dan bronchi. Alat pelengkap
respirasi adalah :
1. Rongga dada (Thorax ) dan kantong pleura.
2. Otot-otot yang membesarkan dan mengecilkan rongga dada.
3. Serabut syaraf
4. Parit-parit dan saluran udara
ORGAN GENETALIA
Ada dua macarn organ genetalia:
A. Organ genetalia feminine
B. Organ genetalia masculine

A. ORGAN GENETALIA FEMININE


Hewan betina tidak hanya menghasilkan sel-sel kelamin betina,
tetapi juga menyediakan lingkungan dimana individu baru tersebut
terbentuk. Fungsi memberikan lingkungan yang baik tersebut dijalankan
organ-organ reproduksi betina baik primer maupun sekunder. Organ
genetalia feminine terdiri dari :
1. Organ kelamin primer, yaitu ovarium
2. Organ kelamin sekunder, meliputi : tuba falopii, uterus, cervix,
vagina, vulva.
3. Organ kelamin pelengkap, yaitu kelenjar susu.
Gambar 10. Organ genetalia feminine (tampak samping)

Saluran reproduksi sekunder berfungsi :


1. Menerima dan menyalurkan sel-sel kelamin jantan dan
betina.
2. Memberikan makanan calon individu.
3. Melahirkan individu baru.
Ligamentum organ kelamin betina yaitu :
1. Mesovarium, untuk menggantung ovarium.
2. Mesosapinx, untuk menggantung tuba falopii.
3. Mesometrium, untuk menggantung uterus.
Gambar 11. Organ genetalia feminine (tampak depan)

Ovarium
Berbeda dengan testes, ovarium tertinggal di dalam cavum
abdominis.
Fungsi ovarium :
1. Sebagai organ eksokrin yang menghasilkan ovum (sel telur).
2. Sebagai organ endokrin yang mengekskresiakn hormon-hormon
kelamin betina (yaitu hormon estrogen dan progesteron).
Bentuk dan ukuran ovarium berbeda-beda menurut species dan
fase dari siklus estrus. Ovarium terletak di wilayah sublumbal dan
biasanya terletak di sebelah ventral vertebrae lumbales ke IV atau ke V.
Ovarium dihubungkan ke daerah sublumbal dengan perantaraan
ligamentum mesovarium yang lebamya 8 - 18 cm.

Tuba Uterin (Tuba Falopii)


Merupakan tabung yang membentang antara cornua uteri hingga
ovarium dengan panjang 20 - 30 cm. Pada ujung uterus tuba uterine
sangat kecil dengan diameter 2 - 3 mm, tetapi kemudian akan menuju ke
ovarium melebar dengan diameter 4 - 8 mm membentuk ampula tubae.
Extermitas uterine dari tabung tersebut berhubungan dengan
rongga dari cornua uteri lewat sebuah lubang kecil disebut ostium
uterinum tubae. Lubang lain berbentuk corong disebut infundibulum
tebae uterine yang tepinya membentuk jurai-jurai disebut fimbriae.
Bagiari dari fimbriae yang berhubungan dengan ovarium disebut
fimbriae ovaricae. Di tengah infundibulum terdapat sebuah lubang yang
disebut ostium abdominale tubae. Tuba uterine dibungkus oleh lipatan
peritoneum yang disebut mesosalphinx. Sebagian besar mesosalphinx
melindungi fasies latetalis dari ovarium membentuk sebuah kantong
yang disebut bursa ovarica.
Tuba falopii mengeluarkan cairan luminal tuba falopii sebagai
medium yang paling ideal untuk pembuahan dan perkembangan
embrional.

Uterus
Merupakan lanjutan dari tuba falopii dan berakhir pada vagina,
terletak di dalam cavum abdominalis tetapi sebagian kecil terdapat di
dalam cavum pelvis. Bentuk uterus dari berbagai ternak perah hampir
sama umumnya terdapat perbedaan sedikit pada cornua uteri dan corpus
uteri.
Uterus merupakan saluran musculair yang diperlukan untuk :
a Penerirna ovum yang telah dibuahi.
b Pemberian makanan.
c Perlindurigan foetus.
Uterus terdiri dari 3 bagian, yaitu ; cornua uteri, corpus uteri, dan
cervix uteri.
1. Cornua uteri
Terletak didalam cavum abdominalis, berbentuk silinder dan
panjangnya 25 cm. Pada umumnya cornua uteri tertekan ke atas pada
otot-otot sumblumbalis oleh intestium. Diameter sekitar 1,25 - 5 cm
(pada sapi perah) pada keadaan tidak bunting.
2. Corpus utenri
Sebagian terletak di dalam rongga badan dan sebagian di dalam
rongga pelvis. Berbentuk silindris dengan sedikit tertekan dari dorsal
ventral. Panjangnya 2 - 4 cm, facies dorsalis berhubungan dengan
rektum dan facies ventralis berhubungan dengan vesica urinaria.
3. Cervix uteri
Merupakan bagian posteior yang berhubungan dengan vagina.
Panjang 5 - 7,5 cm dengan diameter 3,5 - 4 cm. Ujung posterior
cervix uteri menonjol ke dalam vagina disebut portovaginalis uteri.
Rongga cervix uteri disebut canalis cervicalis dengan lubang ke
dalam vagina disebut orificium infernum uteri.

Vagina
Terletak hampir horizontal di dalam rongga cervix uteri ke vulva.
Berbentuk tabung panjang 15 20 cm, diameter 10 - 15 cm, diameter 10
-- 12 cm. Batas antara vagina, uterus dan vulva tidak jelas. Bagian dorsal
vagina berhubungan dengan rectum, sedangkan bagian ventral dengan
vesica urinaria dan uretra, bagian lateral dengan dinding pelvis, bagian
posterior vagina berhubungan dengan vulva. Rongga vagina disebut
dengan fornix vaginae. Batas antara vagina dengan vulva tidak jelas
kecuali lipatan transversal yang menutupi orificium uretra external. Pada
ternak yang masih muda lipatan tersebut diteruskan ke sisi lain
membentuk selaput dara (hymen).
Vulva
Vulva (vestibulum vaginae) merupakan bagian terakhir dari traktus
genetalis. Bagian anterior berhubungan dengan vagina, bagian luar
terbuka sebagai celah atau rima vulva, yang terletak 5 - 7 cm sebelum
anus. Panjang vulva 10 - 12 cm. Rima vulva dibatasi oleh dua buah bibir
yang membulat disebut labia vulva. Kedua labia ini pada bagian dorsal
membentuk sebuah sudut disebut dengan comisura dorsalis dan dibagian
ventral disebut comisura ventralis yang didalarnnya terdapat corpus
yang bulat disebut gland clitoris yang homolog dengan gland penis
(pada ternak jantan), Labia dilapisi oleh lapisan tipis berpigmen, licin
dan banyak mengandung kelenjar sebacea dan sudorifera. Membran
mukosanya berwarna kemerah-merahan. Gland klitoris membesar,
membulat, diselubungi jaringan tipis yang berpigmen disebut preputium
clitoridis, organ ini tersusun oleh jaringan erektil.

Glandula Mammae
Ada dua buah yang terletak pada kedua sisi dari wilayah prepublic.
Tiap kelenjar berbentuk pipih, pendek, dan terdiri atas corpus mammae
dan papillae mammae. Corpus mammae langsung berhubungan dengan
dinding perut. Bagian apex dari glandulae berhubungan dengan papillae
mammae yang mempunyai dua buah lubang yang berdekatan.

B. ORGAN GENETALIA MASCULINE


Organ genetalia masculine terdiri atas :
1. Organ primer : testis
2. Organ sekunder : epididymis, vas defferent, uretra, dan penis
3. Organ tersier : kelenjar ampulla
Kelenjar vesica seminalis
Kelenjar prostata
Kelenjar bulbouretralis (kelenjar cowper)
Gambar 12. Organ genetalia masculine

Testis
Testis terletak di wilayah prepubIika, dibungkus oleh skrotum dan
digantung funikulus spermatikus. Bentuk oval, berjumlah dua, dan pada
keadaan normal kedua testis sama besar, mempunyai konsistensi yang
ketat tetapi tidak keras. Sebagian besar permuakaan testis dilapisi oleh
membran serosa yang disebut tunica vaginalis propia. Dibawah lapisan
tersebut terdapat tunica albugenia yang terdiri dari jaringan fibrosa dan
serabut otot polos. Permukaan dalam tunica albugenia terbentuk septula
testis. Rongga diantara septula testes berisi parenchyma testes yang
terdiri atas pembuluh-pembuluh halus yang disebut tubuli seminiferi.
Tubuli seminiferi pada mulanya sangat berkelok-kelok disebut tubuli
contorti kemudian saling bergabung membentuk tubuli recti, selanjutnya
saling bergabung menuju ke anterior membentuk ductus efferents dan
menembus tunica albugenia masuk ke dalam caput epididymis.
Epidydirnis
Ada 3 bagian yaitu caput epididymis, corpus epididymis, dan
cauda epididimis. Corpus epididymis berhubungan dengan ductus
efferents yang diliputi oleh jaringan pengikat dan membran serosa.
Diantara corpus epididymis dan testis terdapat sinus epididymis. Cauda
epididyjmis lebili lanjut menjadi ductus defferents yang dihubungkan
pada extremitas posterior oleh ligamentum epididymis yang terjadi dari
tunica vaginalis dan mengandung serabut otot polos.
Fungsi epididymis :
1. Untuk transport sperma
2. Konsentrasi sperma
3. Pematangan sperma (maturisi)
4. Penyimpanan sperma.

Skrotum
Testis kanan dan kiri tidak simetris, di sebelah kiri lebih besar dan
terletak agak ke belakang.
Fungsi skrotum :
1. Menunjang dan melindungi testis dan epididymis.
2. Mempertahankan suhu yang lebih rendah daripada suhu
badan yang diperlukan untuk spermatogenesis. Suhu testis relatif
konstan 4-70 C di bawah suhu tubuh.
Lapisan skrotum dari luar ke dalam terdiri dari :
1. Kulit
Tipis, elastis dan umumnya berwarna gelap atau hitam, halus dan
seperti berminyak. Terdapat rambut pendek dan banyak kelenjar
minyak serta keringat. Di bagian tengah terdapat garis longitudinal
yang disebut raphe scroti.
2. Tunica dartos
Melekat pada kulit, berwarna kemerahan dan terdiri atas jaringan
fibro elastis dan otot polos. Sepanjang raphe scroti bagian dalam
membentuk septum scroti yang membagi scrotum menjadi dua buah
kantong. Pada dasarnya scrotum tunica dartos berhubungan dengan
tunica vaginalis dan disebut ligamentum scroti.
3. Fascia scroti, merupakan lanjutan dari musculus obliquus abdominis.
4. Tunica vaginalis, yang melanjutkan menjadi peritoneum perietalis
dari abdomen.

Ductus Defferent (Vas Defferent)


Merupakan tabung yang merentang dari cauda epididymis naik
kedalam canalis inguinalis dan berakhir pada sebuah lubang yang
disebut Orificium ejaculatoium. Berdiameter 6 mm mulai dari
pangkalnya hingga ke permukaan dorsal ke vesicula urinaris, kemudian
membesar menjadi ampula ductus deferens yang berdiameter 2 cm dan
panjangnya 15-20 cm (pada sapi).

Vesica Seminalis / Glandula Vesicularis


Terdiri atas dua buah kantong yang bentuknya seperti pepaya, dan
terletak pada kedua sisi bagian posterior pada sebelah dorsal dari vesica
urinaria/kantong air seni. Pada sapi jantan panjangnya sekitar 10 -12 cm,
diamater 5 cm dan tebal 3 cm. Glandula ini terdin' atas 3 bagian :
a Bagian ujung/fundus
b Bagian tengah yang agak menyempit/korpus
c Bagian posterior menyempit/collum.

Glandula Prostata
Mempunyai 15-20 saluran yang disebut ductus prostatici dan
menghasilkan cairan seperti susu yang spesifik. Terletak pada collum
vesiculae seminalis dan permulaan uretra, ventral dari rectum. Prostata
lobus dexter dan sinister yang disatukan oleh ithsmus yang tipis dan
transparan.

Glandula Bulbouretralis / Kelenjar Cowper


Ada 2 buah, bentuk oval dan terletak pada kedua sisi pars pelvina
dari urethra, dibungkus oleh musculus uretralis
Uretra Masculine
Merupakan tabung yang panjang dan membentang antara vesica
urinaris ke gland penis. Dibagi menjadi 2 bagian :
1. Pars pelvina
Pada sapi memiliki panjang 10-12 cm dan di belakang prostata
membesar dengan lebar 5-6 cm, di dekat arcus ischiadicus mengecil
lagi membentuk isthmus urethrae.
2. Pars externa
Melewati kedua crura dan berada di sepanjang permukaan
ventral dari corpus cavernosum penis. Kemudian melewati gland
penis ke muka membentuk Processus urethrae. Lubang vesica
urinania yang masuk ke dalam urethra disebut Orificium urethrae
internum, lubang tersebut tertutup kecuali pada waktu kencing.
Lubang urethra di bagian luar disebut orficium urethae externum
(meatus urinaria).
Penis
Merupakan organ untuk kopulasi (kawin) dan tersusun atas
jaringan erectil, bentuk silindris. Fungsi : mengeluarkan urine dan
peletakan semen/air mani ke dalam saluran reproduksi betina.
Letaknya diantara kedua kaki belakang, mulai dari arcus mechiadicus ke
depan di wilayah umbicalis/tali pusar dari dinding abdomen. Pada sapi
perah tepat di belakang scrotum membentuk huruf "S yang disebut
"SiqmoidFlexure" yang hilang pada saat terjadi ereksi.
Terbagi atas 3 bagian : a. Radix penis
b. Corpus penis
c. Gland penis, bagian terakhir penis dan
membesar.
Penis terdiri atas dua buah corpus erectil, yaitu :
a carpus cavernosus penis
b carpus cavemostis urethrae (carpus
spangiosum)
Carpus carvenosus merupakan bagian terbesar dari penis, diliputli
oleh tunica albugenia yang terdiri dari jaringan yang kuat dan elastis.
Carpus cavemosus urethrae merupakan suatu tabung yang mengelilingi
urethrae dan ke muka berakhir pada gland penis.
Musculus pada penis :
1. Musculus Ischio cavernosus / Musculus erector penis
Bertugas mendorong penis dan mengatur ereksi dengan
menekan pada bagian vena dorsalis.
2. Musculus Retractor penis
Merupakan otot polos, sebagai lanjutan dari ligamentum
suspensorium dari anus. Letaknya mulai dari permukaan ventral
coccygae pertama dan kedua dan turun disamping rectum bertemu
dibawah anus. Bertugas menarik penis kembali setelah ereksi.

BIOLOGI LAKTASI

Sapi perah merupakan unit produksi terkecil dari industri persusuan,


suatu indiustri yang berdiri karena permintaan konsumen susu dan produknya.
Untuk mengembangkan sistem manajemen peternakan sapi perah perlu
dikembangkan pengetahuan dasar biologi laktasi.
Pengertian biologi laktasi sebetulnya adalah fisiologi laktasi yaitu ilmu
yang memperlajari fungsi organ tubuh ternak perah yang terlibat baik langsung
maupun tidak langsung dalam proses laktasi.
Organ yang mempunyai peran utama dalam biologi laktasi adalah
ambing (glandula mammaria/gland. lactiferus). Oleh karena itu ambing perlu
dipelajari secara mendalam baik anatomi, histologi maupun sitologinya,
kemudian proses perkembangannya mulai dari saat dilahirkan, puber, bunting,
laktasi dan periode kering.
Proses sintesis susu yang terjadi di dalam sel sekresi merupakan proses
fisiologi yang mekanismenya merupakan reaksi biokimia yang dipengaruhi oleh
enzim, hormon dan lingkungan. Oleh karena itu akan dijelaskan juga tentang
sistem neuroendokrin pada sapi perah dengan maksud agar dapat memahami
peranan hormon dalam pertumbuhan ambing dan sekresi susu serta proses
pelepasan susu (milk let down).

6.1. ANATOMI AMBING


Industri peternakan sapi perah atau industri persusuan sangat tergantung
pada ambing atau mammary gland dalam menghasilkan susu sebanyak mungkin
melebihi kebutuhan anaknya. Oleh karena itu perlu penjelasan tentang anatomi,
histologi, pertumbuhan dan perkembangan ambing.

a. Keadaan Umum Ambing Sapi Perah


Ambing sapi perah terdiri atas 4 kelenjar susu (mammary gland) yang
terletak di daerah inguinal. Ambing menempel dengan perantaraan sejumlah
jaringan ikat disamping berhubungan dengan bagian dalam tubuh sapi melalui
canalis inguinalis. Melalui canalis inguinalis ini masuk : arteri dan vena,
pembuluh getah bening dan syaraf dari dalam tubuh sapi masuk ke dalam ambing.
Bentuk ambing seperti sebuah mangkuk, bagian yang membulat penuh terletak di
bagian belakang. Ambing sapi perah terletak di antara dua paha kaki belakang.
Ambing dibagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri yang dipisahkan
oleh ligamentum suspensorium medialis. Masing-masing kuartir mempunyai
sistim duktus yang terpisah, jadi merupakan 4 kelenjar yang sekaligus menjadi
empat kuartir. Pada umumya ambing bagian belakang dapat menghasilkan susu
sebanyak 60% dari total produksi sedangkan sisanya (40%) dihasilkan oleh
ambing bagian depan.
Bentuk ambing dan ukurannya tidak sama antara individu satu dan yang
lain walaupun dalam suatu bangsa, sebab bentuk dan ukuran ambing dipengaruhi
oleh kemampuan produksi susu, umur, faktor genetis. Suatu hal penting pada
ambing ternak perah ialah harus mengandung banyak jaringan sekresi yang
menghasilkan susu, selain itu besarnya ambing harus cukup memadai untuk
menampung susu yang dihasilkan dalam proses sehari yang terjadi ntara waktu
proses pemerahan. Kadang-kadang susu sebanyak 50 lbs dalam waktu 12 jam,
ditambah dengan bobot jaringan yang ada di dalamnya, total 100lbs. Oleh karena
itu untuk ambing yang bobotnya tinggi diperlukan jaringan penopang yang kuat.
Masing-masing kuartir ambing atau mammary gland dilengkapi sebuah
puting yang fungsinya untuk menyalurkan susu keluar dari ambing pada saat
terjadi proses pemerahan. Puting letaknya di bagian ventral ambing. Kadang kita
menjumpai ambing yang memiliki lebih dari satu puting bahkan ada yang
biasanya terletak pda posterior dari puting belakang. Puting yang berlebih ini
sebaiknyadibuang dan dilakukan pada waktu masih pedet. Apabila tidak maka
ambing mudah terkena infeeeksi oleh mikroorganisme yang mungkin dapat
berkembang menjadi penyakit mastitis.

b. Organ Penopang Ambing


Pada ambing sapi perah terdapat tujuh macam jaringan penopang.
Jaringan yang paling luar ialah kulit, yang berfungsi melindungi ambing,
jaringan kulit dalah jaringan yang pertama menopang ambing. Di bawah kulit
terdapat jaringan yang dinamakan fascia superficialis, merupakan jaringan
kedua yang menopang ambing. Jaringan ketiga adalah jaringan yang
menyerupai tali (cordlike tissue) yang membentuk ikatan longgar antara
permukaan-permukaan dorsal dari kuartir depan dengan dinding perut.
Apabila jaringan ini lemah akan mengakibatkan ambing nampak menggantung
seolah-olah lepas dari dinding perut. Jaringan keempaat merupakan pasangan
dari lapisan superficialis dari ligamnetum suspensorium superficialis yang
sebagian terdiri dari jaringan elastis. Ligamentum ini muncul dari tendo sub
pelvis dan meluas ke arah bawah depan meliputi ambing dan membelah ke
permukaan dalam dari paha. Lapisan ini sangat dekat dengan garis median
pada mabing belakang, kemudian menyebar ke bagian anterior dari ambing.
Ligamen ini merupakan salah satu jaringan penunjang utama ambing.
Jaringan kelima adalah pasangan bagian dalam yang tebal dari
ligamentum suspensorium superficialis yang asalnya juga dari tendo sub
pelvis. Lapisan lateral bagian dalam ini meluas kearah bawah dan meliputi
ambing. Jaringan ini terikat dengan permukaan lateral dari ambing yang
koveks dan bersambungan dengan jaringan interstisiil dan ambing. Jaringan
ini juga merupakan jaringan penunjang utama ambing.
Jaringan penunjang yang keenam adalah tendo subpelvis yang sebenarnya
bukan jaringan penunjang tetapi merupakan tempat asal dari lapisan
superficialis dan profunda dari ligamentum suspensorium lateralis.
Dua buah jaringan yang berdekatan terdiri dari jaringan elastis yang tebal
dan berwarna kuning membentuk ligametum suspensorium medialis,
merupakan jaringan penunjang ambing yang ketujuh. Ligamentum ini berasal
dari dinding perut dan tertambat pada permukaan medial dari ambing.
Ligamentum ini membentuk septum yang memisahkan ambing menjadi dua
bagian . Ligamentum suspensorium memdialis memiliki kekuatan tarik yang
tinggi. Ligamentum ini terletak tepat di pusat gravitasi dari ambing sehingga
apabila jaringan di sekitarnya disingkirkan maka ia tidak akan mendddukung
ambing secara seimbang. Ligamentum suspensorium meddialis memegang
peranan peenting di dalam menunjang ambing.
Jika terjadi kelemahan jaringan yang menyerupai talli (cordlike tissue) dan
memanjangnya ligamentum suspensorium laateralis dan medialis akan
menyebabkan ambing menggantung dan bilamana keadaan sangaat parah
dapat mengakibatkan pendulus udder.
Dari uaraian di atas maka dapat difaahami bahwa terdapat tiga jaringan
utama penopang ambing, yaitu:
1. Kulit, merupakan pembungkus seluruh ambing
2. ligamentum suspensorium lateralis, merupakan jaringan ikat yang non
elastis, dan
3. ligamentum suspensorium medialis, merupakan jaringan penunjang
utama yang elastis yang peenting untuk menjaga besar kecilnya ambing pada
waktu laktasi.
Ligamentum suspensorium medialis bersifat alastis, sedangkan
ligamentum suspensorium lateralis bersifat non elastis, maka sering terjadi kasus
adanya penonjolan puting sehingga membentuk sudut keluar pada saat ambing
sedang penuh dengan susu. Bila terjadi peregangan terus menerus pada ambing
terutama pada sapi yang berproduksi tinggi, maka ligamentum suspensorium
medialis akan kehilangan keelastisannya dan tidak dapat kembali seperti semula,
sehingga mengakibatkan pendulus udder. Apabila ambing sapi perah yang sedang
laktasi diiris melintang maka kita akan melihat bulatan-bulatan kecil berwarna
merah jambu yang dikelilingi lingkaran putih. Bulatan kecil yang berwarna
merah jambu tersebut adalah jaringan sekretorik, sedangkan lingkaran putih yang
mengelilinginya adalah jarigan ikat. Sel sekretorik inilah yang menyusun alveoli.
Sejumlah alveoli bergabung menjadi satu dengan perantaraan duktus-duktus dan
dibungkus oleh jaringan ikat, membentuk suatu bangunan yang disebut lobulus
atau lobuli. Sekelompok lobuli dibungkus oleh jaringan ikat sehingga terbentuk
lobus atau lobi (banyak lobus).
Pita-pita warna putih dari jaringan ikat terdapat di seluruh bagian dari
ambing dan merupakan jaringan penunjang bagi jaringan sekretorik.
Kuartir depan dan belakang dipisahkan oleh suatu jaringan ikat tipis
berwarna putih, jaringan ini merupakan kapsul jaringan ikat yang memisahkan
lobi antara kuartir-kuartir tersebut.
Suatu ambing dinamakan ambing yang keras atau hard udder, jika ambing
tersebut lebih banyak mengandung jarigan ikaaat dibandingkan jaringan
sekretorik. Keadaan tersebut merupakan sifat yang diturunkan atau disebabkan
oleh penyakit mastitis, sehingga sel-sel sekresi menjadi rusak dan diganti jaringan
ikat.

c. Sistim duktus
Pada setiap kuartir ambing terdapat suatu sistem duktus atau saluran,
sehingga sistem duktus disetiap kurtir merupakan sistem yang terpisah, kecuali
sistem pembuluh darah dan saraf. Siatem duktus di setiap kurtir tersebut
berfungsi secara mandiri, hal ini dapat dibuktikan apabila salah satu kurtir
menderita penyakit mastitis sehingga tidak dapat berfungsi, kuartir yang lain
masih sehat dan berfungsi seperti biasa.
Setiap alveolus terdapat satu duktus atau saluran kecil yang fungsinya
untuk menyalurkan susu keluar dari alveolus masuk ke dalam duktus yang lebih
besar, ialah duktus yang terdapat di dalam lobuli. Antara duktus dari lobuli yang
satu dengan duktus dari lobuli yang lain dihubungkan dengan saluran yang relatif
lebih besar yang terdapat dalam satu lobi. Lobi-lobi dihubungkan oleh saluran
yang menuju ke saluran induk (major duct) yang kemudin bermuara di sinus
lactiferus atau gland cistern yang berada tepat di atas puting susu.
Seluruh sistem salurn dan gland cistern fungsinya untuk mengalirkan air
susu dari alveoli menuju puting susu yang akhirnya dapat dikeluarkan dengan
jalan pemerahan. Seluruh saluran, gland cistern dan teat cistern berfungsi sebagai
penampung susu untuk sementara waktu sebelum dilakukan pemerahan. Pada
setiap tempat percabangan saluran, biasanya lubangnya sempit membentuk suatu
sinus. Terdapat penyempitan pada tempat percabangan ini mencegah mengalirnya
susu karena adanya gravitasi ke arah putig dan gland cistern.
Saluran yang besar pada bagian bawah kuartir depan, mengelompok pada
permulaan lateral, sedangkan pada bagian atas kuartir depan maupun belakang,
saluran itu lebih uniform. Saluran yang besar mempunyai tendensi
(kecenderungan) memendek dan melebar, sedangkan saluran yang lebih kecil
bentuknya lebih membulat.
Biasanya terdapat 10 12 saluran induk menuju ke tiap-tiap gland cistern,
palig banyak terdapat 20 buah, tetapi kadang-kadang dijumpai lebih banyak lagi.

d. Puting

Pada umumnya puting pada ternak perah tidak ditumbuhi bulu dan tidak
terdapat kelenjar keringat. Panjang puting pada sapi perah yang sedang laktasi
kurang lebih 6 9 cm. Pada ujung puting terdapat lubang puting atau streak
canal, dinamakan juga teat meatus, dan melewati lewati lubang puting ini susu
dikelurkan pada waktu proses pemerahan. Panjang lubang puting kurang lebih 8
12 mm, dan terdapat sel yang membentuk lipatan pada lubang puting yang
bergandengan satu sama lain sehingga dapat menahan keluarnya susu sebelum
diperah, sel-sel ini mensekresikan cairan semacam lipida yang bersifat
bakteriostatik yang penting untuk mencegah infeksi mikrrroorganisme yang dapat
menimbulkan penyakit mastitis.
Di sekeliling lubang puting terdapat urt daging sirkuler atau melingkar
yang memungkinkan lubang puting ini sebagai klep (sphincter) terhadap
keluarnya susu. Kekuatan dari urat dagig sirkuler yang terdapat pada lubang
puting mempengaruhi kecepatan, mudah tidaknya suatu kuartir ambing diperah.
Kadang-kadang dijumpai ada sapi perah yang terlihat susunya menetes
dari lubang puting sebelum dilakukan pemerahan dari puting, hal ini disebabkan
urat daging sphincter yang terdapat pada teat meatus sudah kendor; ambing
semacam ini mudah terinfeksi dengan mikroorganisme yang dapat menimbulkan
penyakit mastitis, karena lubang puting selalu terbuka. Sebaliknbya kadang
dijumpai ambing yang mempunyai lubang putingnya dikelilingi urat daging
sirkuler yang amat kuat sehingga relatif lebih sulit untuk melakukan pemerahan.
Puting yang baik adalah yang mempunyai streak canal atau urat sirkuler
yang mengelilinginya mempunyai kekuatan sedang.
Tepat di atas streak canal terdapat suatu banguan yang terdiri dari 7 atau 8
lipaatan membran yang dinamakan Furstenbergs Rosette; dinamakan demikian
karena sesuai dengan nama orang yang menemukan pertama kali. Tekanan yang
timbul karena mengumpulnya susu di dalam rongga puting (teat cistern) dan
gland cistern dapat menyebabkan Furstenbergs Rosette ini meregang sehingga
dapat menahan susu tidak dapat turun dari gland cistern ke rongga puting.
Teat cistern disebut juga sinus papillaris yaitu rongga di dalam puting yang
terletak tepat di bawah gland cistern.
Antara gland cistern dan teat cistern terdpat suatu bangunan sirkuler yang
dinamakan annular fold pada dan lebarnya kurang lebih 2 6 mm. Pada teat
cistern di lapisan mukosa terdapat lipatan longitudinal dan sirkuler yang saling
menutupisehingga membentuk saku-saku yang diduga menjadi tempat
persembunyian bakteri.

e. Gland Cistern
Gland cistern dinamakan pula sius lactiferous, adalah rongga yang terdapat
di dalam kuartir ambing. Ukuran dan bentuk sinus lactiferous untuk setiap kuartir
sangat bervariasi. Kadang gland cistern ini berbentuk sirkuler tapi kadang
bentuknya tidak lebih hanya berupa saku-saku dari berbagai ukuran sebagai akhir
dari sluran induk. Kapasitas gland cistern adalah 100 400 gram susu. Menurut
penelitian ternyata tidak ada hubungan yang nyata antara ukuran gland cistern
dengan jumlah susu yang disekresikan oleh kuartir-kuartir

Gambar 1. Sistem penyangga ambing ( ligamentum)


Gambar 2. Penampang melintang ambing sapi

Gambar 3. Struktur interna ambing

Gambar 4. Struktur Interna Alveolus


Gambar 5. Struktur Interna Puting dengan bagian-bagiannya

6.2. System syaraf dan endokrin

Produksi susu yang maksimal pada sapi perah yang sedang laktasi, dapat
dicapai jika semua organ tubuh dapat berfungsi secara normal. Tetapi keadaan
lingkungan eksternal maupun internal sapi perah akan selalu berubah, oleh karena
itu sapi harus selalu mengatur organ-organ tubuhnya agar dapat berfungsi dengan
baik dan survive. Keadaan internal tubuh sapi perah yang berubah misalnya level
hormon, kdar glukosa darah, kadar Ca,P dan sebagainya.
Fisiologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari masalah-masalah ini.
Secara khusus ilmu ini memperlajari fungsi tubuh dan komponen-komponennya.
Sel merupaka dasar bangunan dari tubuh seekor hewan, sejumlah sel yang sama
fungsinya membentuk jaringan, selanjutnya sejumlah jaringan yang sama
fungsinya membentuk organ, dan organ yang fungsinya sama akan diorganisir
oleh suatu sistem.
Sistem pencernaan, sistem reproduksi, sistem syaraf dan sistem endokrin
mempunyai peranan yang penting terhadap penampilan yang prima dari ssapi
perah. Apabila sistem ini dapat berjalan dengan baik, maka sapi perah dapat
memberikan produksi susu yang maksimal, sebliknya apabila sistem-sistem ini
tidka berjalan dengan baik maka produksi susu pasti tidk maksimal atau menurun.
Sistem syaraf dan endokrin pada sapi perah mempunyai arti yang penting,
sebab mempengaruhi fungsi organ tubuh. Secara umum sistem syaraf mempunyai
peranan untuk mengatur kecepatan penyesuaian organ tubuh dalam menghadapi
pengaruh perubahan sekeliling, sedangkan sistem hormon mempengaruhi proses
pertumbuhan reformasi dan laktasi.
Sistem syaraf pada sapi perah terdiri dari empat bagian yaitu : otak, corda
spinalis, sistem syaraf perifer dan syaraf otonom. Sistem syaraf terdiri atas sel
sayraf (neuron), yang terdiri dari body sel dan dua atau lebih benang syaraf yang
disebut dendrit atau axon. Axon adalah benang syaraf yang panjang yang
meneruskan impuls aatau rangsangan yang jauh letaknya dari body sel. Pada satu
sel ayaraf kita jumpai banyak dendrit, dan semuanya meneruskan rangsangan ke
body sel. Kemungkinan terjaadi pertemuan antara axon dari suatu neuron dengan
dendrit dari neuron yang lain, dan pertemuan ini disebut synapse. Impuls syaraf
berjalan melalui satu atau beberapa synapse menuju corda spinalis dan rangsangan
itu diteruskan ke organ afektor misalnya kelenjar atau urat daging. Kemungkinan
rangsangan itu diteruskan ke otak, tetapi ada pula rangsangan yang tidak
diteruskan ke otak. Contoh rangsangan yag tidak diteruskan ke otak disebut
dengan gerak reflek, seperti pada waktu sapi menyepak. Apabila puting sapi
dicubit sapi akan merasa sakit, kemudian rangsangan ini diteruskan ke corda
spinalis (sum-sum tulang belakang) dan oleh corda spinalis diteruskan melalui
syaraf motoris yang mempengaruhi urat daging kaki, sehingga kaki dapat
menyepak.
Otak sapi perah terdiri dari 4 bagian, ialah cerebrum (otak besar),
cerebellum, pons dan medulla oblongata. Cerebrum merupakan bagin yang
terbesar dari otak, merupakan central berpikir, memory dan mengontrol fungsi
otot. Cerebellum mempunyai arti penting karena mengkoordinasi aktivitas
makan, berjalan, sedangkan pons dan medulla oblongata berperan dalam mengatur
bernapas, mengunyah dan ruminasi.
Corda spinalis merupakan kelanjutan ke arah caudal dari medulla
oblongata atau disebut juga sum-sum tulang belakang. Apabila corda spinalis
menerima impuls atau pesan dari syaraf perifer misal dicubit, pesan tersebut
diteruskan ke otak atau belum sampai ke otak tetapi pesan tersebut direlay
(diteruskan) kembali melalui syaraf motorik yang lain ke organ afektor seperti
pada mekanisme gerak reflek, maka akan berakibat sapi tersebut menyepak karena
kesakitan.
Sistem syaraf perifer meliputi semua neuron yang terletak di luar otak dan
corda spinalis. Sistem syaraf perifer ini merupakan saluran komunikasi antara
lingkungan eksternal dan internal dengan sistem syaraf otonom yang terdiri dari 2
sistem syaraf yang bekerja secara antagonis ialah syaraf simpatik dan syaraf
parasimpatik. Sistem syaraf otonom ini bekerja tanpa perintah dari syaraf pusat,
misalnya sistem syaraf yang berperan terhadap visceral : jantung, lambung dan
usus. Sistem syaraf ini juga dapat mempengaruhi neurohormon, misalnya jika
sapi stress, hormon epinephrin yang disekresikan. Hormon epinephrin akan
menghambat terjadinyaa proses turunnya susu dari alveoli ke dalam sisterna
ambing adan sisterna puting.
Di dalam tubuh sapi terdapat banyak kelenjar; kelenjar adalah sel yang
mempunyai fungsi untuk mensekresikan bahan tertentu. Kelenjar ada 2 macam
yaitu exocrine dan endocrine. Exocrine adalah kelenjar yang mengeluarkan hasil
sekresinya melalui duktus atau saluran kemudian masuk ke dalam ruang tubuh
atau keluar dari tubuh. Contoh kelenjar exocrine pada sapi perah adalah ambing,
kelenjar keringat. Endocrine adalah kelenjar yang tidak mempunyai saluran atau
duktus sehingga kelenjar ini akan langsung menumpahkan hasil sekresinya ke
dalam darah. Sekresi yang dihasilkan kelenjar endocrine disebut hormon (dalam
bahsa Yunani artinya merangsang).
Masing-masing kelenajr endocrine yang ada dalam tubuh sapi perah akan
mensintesa satu macam hormon. Hormon adalah bahan kimia (chemical
massenger), dapat dibawa bersama aliran darah ke organ target di seluruh tubuh
sapi perah. Salah satu organ target hormon adalah uterus, ambing atau kelenjar
endocrine yang lain. Hormon mempunyai fungsi mengatur proses fisiologis
dalam tubuh sapi perah. Dua proses fisiologis yang penting dan harus dipahami
oleh peternak sapi perah ialah reproduksi dan laktasi, yang sangat dipengaruhi
bermacam-macam hormon. Oleh karena itu pengetahuan tentang endokrinologi
mempunyai arti yang sangat mendasar untuk memahami proses ini. Beberapa
contoh penggunaan hormon pada sapi perah ialah untuk sinkronisasi berahi dan
ovulasi, stimulus pertumbuhan, stimulus produksi susu dan untuk pengobatan
gangguan hormonal. Ada keterkaitan fungsi antara sistem syaraf dengan sistem
hormon. Ini dijumpai pada sel syaraf (neuron) yang mensintesa hormon dan
dinaamai neurohormon, salah satunya adalah oxitocyn.
Di samping itu mungkin hormon tertentu mempengaruhi sistem syaraf
tertentu, atau mungkin pula organ endokrin tertentu dipengaruhi oleh bahan kimia
yang disekresikan oleh sistem syaraf tertentu. Oleh karena itu dapat difahami
bahwa pada umumnya organ dalam tubuh sapi perah dipengaruhi oleh sistem
syaraf dan sistem endokrin yang saling overlapping (tumpang tindih). Begitu
eratnya fungsi/peranan sistem syaraf dan endokrin tersebuut sehingga sistem ini
fungsinya dipersatukan menjadi sistem neuroendokrin.
Pada sapi perah berfungsinya neurohormonal secara optimal mempunyai
arti penting untk memperoleh produksi susu yang maksimal.

LOKASI KELENJAR ENDOKRIN


Lokasi kelenjar endokrin pada sapi perah yang penting dapat dilihat pada
gambar di bawah ini
Hormon-hormon yang mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan laktasi pada
sapi perah adalah sebagai berikut:

Kelenjar endokrin Hormon yang disekresikan Fungsi utama


Anterior pituitary Follicle Stimulating Hormone Pertumbuhan folikel ovary,
(FSH) sekresi estrogen,
spermatogenesis
Luteinizing Hormone (LH) Sekresi progesteron dan
FSH dan LH Prolactin testosteron, ovulasi, petumbuhan
kelenjar ambing, inisiasi laktasi
Growth Hormone (GH) Pertumbuhan tubuh dan produksi
susu
Anterior Pituitary Tyroid Stimulating Hormone Stimulasi fungsi kelenjar tyroid
(TSH)
Adenocorticotropic Hormone Menstimulir kelenjar adrenal
(ACTH)
Pituitary Posterior Oxytocin Kontraksi uterus, turunnya susu
dari alveoli ke duktus
Antidiuretic Hormone (ADH) Keseimbangan air
Hypothalamus Releasing Hormone (RH) atau Menstimulir pengeluaran LH dan
Factor (F) Gonadotropin FSH
Releasing Hormone (GnRH)
GRH menghambat GH
Somatostatin Menghambat pengeluaran GH
TRH Menstimulir pengeluaran TSH,
prolaktin dan GH
CRF Menghambat pengeluaran ACTH
Prolactin Inhibiting Factor Menghambat pengeluaran
prolactin
Thyroid Thyrosin, Triiodo-thyronine Konsumsi Oksigen, sintesis
protein dan produksi susu
Thyrocalcitonin Metabolisme Ca dan P
Parathyroid Hormon parathyroid Metabolisme Ca dan P
Pancreas Insulin dan glucagon Metabolisme glucose
Adrenal Cortex Glucocorticoid Metabolisme glucose, protein
dan lemak
Mineralocorticoid Metabolisme mineral dan
elektrolit
Adrenal medulla Epinephrine dan Stress response
Norepinephrine
Kelenjar endokrin Hormon yang disekresikan Fungsi utama
Ovary Estradiol Perkembangan saluran
reproduksi sapi betina, sifat dan
tingkah laku sapi beetina,
pertumbuhan sistem duktus pada
ambing
Testis Testosteron Perkembangan dan pendewasaan
organ reproduksi pada sapi
jantan, behaviour sex jantan,
spermatogenesis
Placenta Estrogen idem estrogen yang dihasilkan
oleh ovary
Placental lactogen Pertumbuhan ambing

Pada umumnya kelenjar endokrin pda sapi perah relatif kecil kecuali
placenta, rata-rata beratnya 75 gram. Kelenjar endokrin yang erat hubungannya
dengan proses reproduksi dan laktasi adalah putuitary, hypothalamus dan ovary,
tetapi kelenjar endocrine yang lain secara tidak langsung juga mempengaruhi
proses reproduksi dan laktasi.

6.3. PEREDARAN DARAH PADA AMBING


a. Sistem Arteri
Segian besar penyediaan darah untuk ambing berasal dari arteria
pudenda externa dexter dan sinister. Arteria ini masuk ke dalam ambing dari
cavum abdominalis melalui canalis inguinalis. Pada saat arteri masuk ke dalam
ambing membentuk flexura sigmoidea. Arteria pudenda externa merupakan
cabang arteri iliaca externa yang berasal dari aorta. Arteria iliaca interna yang
memberi darah alat genitalia dan daerah pudenda, juga merupakan cabang dari
aorta. Arteria perinealis muncul dari arteri inliaca interna dan menyediakan darah
untuk daerah bagian posterior dorsal dari kuartir bagian posterior.
Arteria mamaria merupakan lanjutan dari arteria pudenda externa
setelah masuk ke dalam ambing melalui canalis inguinalis. Arteria mammaria
untuk setiap belahan ambing bercabang-cabang kecil ke nodus lymphaticus dan
bagian dorsal ambing posterior. Arteria mammaria kemudian bercabang menjadi
dua buah arteris yang besar yaitu arteria mammaria cranialis dan arteria
mammaria caudalis.
Sebelum terbagi dua menjadi cabang anterior dan posterior, arteria
mammaria bercabang kecil yaitu arteria abdominalis subcutaneus. Cabang ini
berjalan ke arah arteria dan memberi darah pada dinding ventral abdomen di
depan dan ke bagian basal ambing.
Cabang dari arteria mammaria cranialis dan caudalis tersebar ke arah
ventral dan lateral dan bercabang-cabang lagi menjadi arteria kecil atau kapiler
yang meliputi alveoli. Kapiler arteia tersebut juga menyediakan darah untuk
jaringan ikat ambing.
b. Sistem Pembuluh Darah Balik (Venae)
Darah dari belahan ambing dexter dan sinister keluar melalui dua buah
vena pudenda externa dan vena abdomnalis subcutaneus atau vena susu.
Vena pudenta externa membentuk flexura sigmoidea sedikit dibawah
canalis inguinalis, membagi diri menjadi cabang cranial dan caunal, kemudian
bercabang-cabang lagi mengikuti arteria yang sama namanya. Setelah darah
melewati vena pudenta externa, kemudian melalui vena iliaca externa dan vena
cava posterior, kemudian menuju jantung. Vena subcutaesu abdominalis
merupakan kelanjutan dari cabang cranila vena mamaria dan meninggalkan
ambing melalui tepi anterior dari permukaan ambing. Vena tersebut berjalan
sepanjang permukaan sebelah dalam dari cavum abdominalis dan berada langsung
di bawah kulit. Vena abdominalis subcutaneus berjalan kearah anterior dan
menembus dinding abdomen pada masing-masing sisi dari cartilago xiphodeus
sesudah vena masuk ke dalam cavum abdominalis vena tersebut berjalan ke depan
masuk ke dalam vena cava.

6.4. SISTEM GETAH BENING (Sistema Lymphatica)


Terdiri dari : - saluran lymphe
- nodus (nodulus) lymphaticus (ca)
Saluran lymphe dilalui cairan lymphe dari ruang antar jaringan dalam
tubuh ke nodus lymphaticus menuju ke jantung. Pada ujung ductus thoracicus
terdapat bangunan (klep) untuk mencegah kembalinya cairan lymphe kedalam
sistema lymphatica, menyebabkan cairan mengalir kearah satu jurusan yaitu ke
sistem venae ( sistem pembuluh darah balik).
Nodus lymphaticus berfungsi menyaring limphe dengan menyisihkan
limphe benda asing yang akan masuk ke saluran yang lebih besar, kemudian
cairan dibawa ke pembuluhdarah balik melalui ductus thoracicus. Nodus-nodus
juga berfungsi menghasilkan lymphocit (semacam leucocyt). Ambing biasanya
mempunyai satu nodus lymhaticus yang besar pada separo kanan dan kiri disebut
nodus lymphaticus supra mmaria terletak di posterior canalis inguinalis. Kadang
dijumpai dalam ambing mempunyai 7 n. lymphaticus pada masing-masing
belahan. Cairan lymphe meninggalkan ambing melalui canalis inguinalis.
Saluran lymphaticus membawa cairan limphe yang memenuhi tubuh
sama seperti pembuluh vena yang paralel dengan saluran tersebut. Mudah
diketahui keberadaannya terutama dibagian ketiak dan daerah inguinal. KElenjar
tersebut bertindak sebagai filter yang enghilangkan / menghancurkan benda asing
atau bakteri yang masuk ke dalam jaringan. Dengan aksi efektif dari glandula
limphe ini maka infeksi dapat dilokalisir.
Lymphocytes juga masuk ke dalam sistem vascular darah untuk
membantu menghancurkan mikroorganisme yang masuk.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
I. PENDAHULUAN 1
1.1 Peranan Susu dan Produknya dalam Makanan Manusia 1
1.2 Peranan Ternak Perah dan Produksi Protein Hewani 2
1.3 Perkembangan Ternak Perah di Indonesia 4
1.4 Perkembangan Persusuan di Indonesia 7
II. BANGSA-BANGSA SAPI PERAH 9
Sapi Perah 9
Kerbau Perah 13
Kambing Perah 17
III. PENGENALAN DAN PENILAIAN TERNAK PERAH 20
Sapi Perah 20
Kerbau Perah 23
Kambing Perah 24
IV. NILAI GIZI SUSU 29
Komposisi Susu 30
Karakteristik Susu 32
V. KERAGAAN TERNAK PERAH 35
Osteologi 39
Sistem Pencernaan 46
Sistem Respiratorius 53
Organ Genetalia 54
DASAR TERNAK PERAH

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNDARIS- UNGARAN
2009
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan diktat kuliah Dasar Ternak Perah dapat
diselesaikan.
Diktat Kuliah Dasar Ternak Perah ini dibuat untuk membantu mahasiswa
mmpermudah memahami perkuliahan. Materi diktat ini meliputi peranan susu dan
produknya dalam makanan manusia, peranan ternak perah dan produksi protein
hewani, perkembangan ternak perah di indonesia , perkembangan persusuan di
indonesia, bangsa-bangsa sapi perah, pengenalan dan penilaian ternak perah, nilai
gizi susu, keragaan ternak perah.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dekan Fakultas Peternakan
UNDARIS yang telah member kesempatan untuk menyusun diktat kuliah ini.

Ungaran, Juli 2009

Anda mungkin juga menyukai