Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU NUTRISI TERNAK PERAH

Dosen Pengampu: Dr. Ir. Erwanto, M.S.

Disusun Oleh:

1. Clarisa Laurin (2054241004)

2. Deril Maura Tamba (2014241022)

3. Farid Abhirama (2054241010)

4. Fiola Andini Putri (2014241018)

5. Mayang Sazena (2014241016)

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2021
BAB I
PENDAHULUAN

Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga
kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan
daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari
famili Bovidae. seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika
(Syncherus), dan anoa.

Sapi perah merupakan salah satu ternak penghasil protein hewani yang
dalam pemeliharaannya selalu diarahkan pada produksi susu. Pemeliharaan sapi
perah beberapa tahun terakhir ini menunjukkan perkembangan yang cukup pesat.
Perkembangan ini terus didorong oleh pemerintah agar swasembada susu tercapai
secepatnya. Tingkat konsumsi susu di Indonesia masih belum dapat diimbangi
oleh produksi susu nasional, yaitu produksi susu nasional pada tahun 2016 hanya
mencapai 852,95 ribu ton, sedangkan permintaan untuk konsumsi sudah mencapai
11,8 liter/kapita/tahun (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat
Jendral-Kementrian Pertanian 2016), sehingga menyebabkan pemerintah harus
melakukan impor untuk memenuhinya.

Untuk meningkatkan produksi susu dalam negeri diperlukan peningkatan


jumlah populasi dan produktivitas sapi perah. Produksi susu pada setiap peternak
berbeda-beda, sehingga untuk memenuhi kebutuhan susu, produksi susu harus
ditingkatkan lagi. Produksi dan kualitas susu pada peternakan rakyat di daerah
tropis sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi pakan (Adinda, 2004).

Penyusunan ransum ternak perah, tidak hanya diarahkan pada pemilihan


nilai nutrisi bahan pakan, tetapi juga harus berbasis pada peningkatan kinerja
mikroorganisme rumen. Optimalisasi pertumbuhan mikroorganisme rumen
merupakan langkah yang strategis dalam memaksimalkan pemanfaatan pakan
bagi produksi. Ginting (2005) menjelaskan bahwa pertumbuhan mikroorganisme
rumen dipengaruhi oleh ketersedian nutrisi dalam jumlah, komposisi dan waktu
yang tepat. Senyawa nitrogen (N) dan energi dibutuhkan dalam jumlah terbesar,
dan harus tersedia secara simultan (sinkron).

Kualitas susu peternakan rakyat di Indonesia sebagian besar belum


memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan oleh Badan Standarisasi
Nasional (BSN), sehingga banyak yang kalah bersaing dengan susu produk
perusahaan besar. Salah satu penyebab buruknya kualitas susu peternakan rakyat
adalah karena peternak tidak memperhatikan imbangan antara konsentrat dan
hijauan dalam ransum ternak sapi perah.
1
Komponen makro penyusun susu antara lain lemak dan Solid Non Fat
(SNF) yang terdiri dari protein, laktosa, mineral, vitamin dan bahan lainnya.
Lemak susu menyebabkan rasa susu menjadi gurih, sedangkan laktosa susu
menyebabkan susu terasa manis. Protein susu yang sebagian besar berupa kasein
berperan untuk meningkatkan kecerdasan konsumen susu.

2
BAB II
HASIL DISKUSI

Produksi susu sapi perah di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun


2013 sebesar 786.849ton menjadi sebesar 805.363ton pada tahun 2015 (Badan
Pusat Statistik, 2016). Meskipun produksi susu lokal meningkat, tetapi
ketersediaan susu di Indonesia masih didominasi oleh susu impor. Ketersediaan
produksi susu sapi lokal hanya mampu memberikan kontribusi sebesar 20,37%
dari kebutuhan nasional, sedangkan sisanya dipenuhi dari impor. Di sisi lain,
konsumsi susu di Indonesia meningkat dari tahun 2012 sebesar 11,09
liter/kapita/tahun menjadi 14,6 liter/kapita/ tahun pada tahun 2013 (Pusat Data
dan Sistem Informasi Pertanian, 2015).

Hal serupa juga disampaikan oleh Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin


Limpo pada maret 2021 lalu bahwa, kebutuhan susu di Indonesia mencapai 4,3
juta ton per tahun, sementara produksi susu nasional belum sampai 1 juta ton per
tahunnya. Sehingga, kontribusi susu dalam negeri terhadap kebutuhan susu
nasional baru sekitar 22%, maka diperlukan impor yang masih cukup besar.
Kekurangan produksi susu tersebut harus dipenuhi dengan impor (78%). Maka
diperlukan peningkatan produksi susu dalam negeri, sehingga angka
ketergantungan impor dapat dikurangi.

Pemenuhan target kebutuhan susu segar dalam negeri ini dapat


berkontribusi sebesar 60% terhadap kebutuhan susu secara nasional. Diperkirakan
memerlukan populasi sapi perah sebesar 1,3 juta ekor, sementara saat ini populasi
sapi perah masih berada pada kisaran mendekati 600 ribu ekor. Maka dari itu
Indonesia sangat memerlukan segala daya dan upaya untuk meningkatkan
produksi susu kedepannya.

Kebutuhan setiap hewan ternak terhadap pakan tentu berbeda-beda.


Kebutuhan hewan ternak terhadap pakan ditandai dengan kebutuhannya terhadap
nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan sangat bergantung pada jenis
ternak, fase pertumbuhan, umur, dewasa, menyusui, bunting, kondisi tubuh
normal, sakit dan lingkungan tempat hidupnya, kelembaban nisbi udara, bobot
badannya, serta temperatur. Hal ini menyebabkan setiap ekor ternak yang berbeda
kondisinya akan membutuhkan pakan yang berbeda pula. Sumber energi utama
bagi ternak adalah karbohidrat dan lemak (Endang Purbowati dan Tim Penulis
Mitra Tani Farm,2009).

3
Lalu, bentuk karbohidrat yang dibutuhkan oleh hewan ternak yaitu dalam
bentuk selulosa, galakturonik, heksosa, dan, asam-asam glukonik yang terdapat
pada hijauan. Menurut Muhammad Halim Natsir,dkk (2017) pemberian pakan
pada ternak ditujukan untuk memenuhi kebutuhan biologis ternak, baik untuk
kebutuhan pokok maupun untuk produksi. Kebutuhan hidup pokok
(maintenance)akan digunakan untuk memenuhi komponen yang ada di dalam
hidup yang minimal tanpaadanya produk/aktivitas, sedangkan kebutuhan produksi
merupakan kebutuhan nutrien yangdigunakan dalam berbagai aktivitas pada
produksi (Tim Penyusun BPI,2010).

Kebutuhan hidup pokok yang dibutuhkan bergantung pada bobot badan


ternak. Semakin tinggi bobot badan ternak ruminansia, maka akan semakin
banyak pula jumlah zat gizi yang dibutuhkan (Tim Penyusun BPPTS, 2011). Jika
pakan yang diberikan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok
ternak, maka bobot badan sapi tidak akan naik dan tidak akan turun, dan tidak ada
produksi susu. Lalu, jika pakan yang diberikan melebihi kebutuhan hidup pokok,
maka kelebihan pakan tersebut akan diubah menjadi bentuk produksi seperti susu,
pertumbuhan, bobot hidup dan tenaga. Apabila di dalam pakanyang diberikan
terjadi kekurangan nutrient, maka tingkat produktivitas ternak akan
terganggu,sehingga dapat mempengaruhi produksi hewan ternak. Sehingga dapat
disimpulakAn jika kebutuhan hidup pokok hewan ternak sudah terpenuhi, maka
sisa nutrisi dalam pakan tersebut akan digunakan untuk proses produksi.

Badan Penelitian Internasioal (International Research Council)


menyarankan agar standardisasi kebutuhan ternak terhadap pakan dinyatakan
dengan angka-angka kebutuhan nutrisi ternak tersebut. Rekomendasi tersebut
dapat digunakan sebagai parameter untuk menentukan kebutuhan nutrisi ternak
yang akan dipenuhi oleh bahan bahan pakan yang sesuai serta bahan-bahan pakan
yang mudah diperoleh dilapangan.

Lalu, kebutuhan untuk produksi susu tergantung pada jumlah susu


yangakan diproduksi dan kadar lemaknya. Semakin tinggi jumlah dan kadar
lemak maka susu yang diproduksi, maka semakin tinggi pula jumlah zat gizi yang
dibutuhkan oleh hewan ternak.Walaupun kebutuhan pokok hewan ternak tidak
meningkat atau konstan, tetapi hewan ternak tetap membutuhkan pasokan energi
dan protein yang lebih tinggi seiring dengan meningkatnya produksi susu dan
sebaliknya kebutuhannya menurunsetelah produksinya mulai turun (Tim
Penyusun BPPTS, 2011).

4
Terdapat beberapa faktor yang akan mempengaruhi kebutuhan zat-zat pakan
dan menunjukkan hubungan yang mempengaruhi reproduksi, pertumbuhan,
perkembangan, dan kualitas produksi. Dari beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kebutuhan zat-zat pakan terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan korelasinya, yaitu:

1. Makanan dan genetik;


2. Makanan dan penyakit dan cekaman-cekaman lainnya,
3. hubungan-hubungan lain yang menyangkut fungsi khusus untuk tujuan
produksi misalnya untuk menjaga kualitas telur omegatiga, dll (I Putu
Sampurna, 2016).

adanya pakan hijauan dalam ransum ternak perah adalah untuk melengkapi
ransum tersebut agar seimbang dengan konsentrasi pakan konsentratnya.Hijauan
pakan juga merupakan sumber serat, pro vit A, mineral dan Klorofil bagi
ruminansia. Kandungan nutrisi inilah yang dibutuhkan bagi ternak ruminansia
yang ada di dalam hijauan pakan, selain itu dari segi biaya juga lebih murah jika
dibandingkan dengan konsentrat yang harus impor.juga karena untuk mengatur
banyak atau kurang nya kadar lemak pada susu yg akan di hasilkan nantinya.
hijauan 40% diberikan pada ransum yang tidak ingin terlalu banyak lemak
susunya. begitu juga sebaliknya hijauan diberikan 65-75% saat peternak ingin
lemak susunya banyak, seperti ternak sapi perah untuk pabrik keju dan lain".

Untuk meningkatkan dan pemenuhan target kebutuhan susu segar, peternak


harus memenuhi kebutuhan pakan untuk kebutuhan nutrien supaya produksi susu
yang dihasilkan tidak menurun dan berkualitas. Pakan harus mengandung semua
nutrient yang dibutuhkan oleh tubuh ternak perah, namun tetap dalam jumlah
yang seimbang. Balance ration adalah pakan atau dengan kandungan nutrisi dalam
jumlah dan proporsi yang memenuhi kebutuhan fisiologis, reproduksi dan
produksi ternak. Balance ration dapat mensuplai zat-zat gizi yang berbeda secara
proporsional bagi ternak yang mengkonsumsinya bila diberikan dalam jumlah
yang tepat.

Pakan ternak dikatakan seimbang apabila diberikan kepada ternak dapat


memenuhi kebutuhan hidup ternak yaitu kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan
hidup produksi tanpa menimbulkan gangguan kesehatan bagi ternak yang
mengkonsumsinya. Ransum yang seimbang dapat disusun dengan analisa seluruh
bahan pakan yang akan digunakan sebagai penyusun ransum atau dapat mengacu
pada buku pedoman yang mencantumkan kandungan-kandungan gizi setiap
bahan.

5
Penyusunan ransum yang tepta sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap periode
pertumbuhan dan produksi dipengaruhi oleh nilai gizi dan bahan-bahan makanan
yang dipergunakan. Perubahan nilai nutrisi bahan-bahan makanan dapat
disebabkan terutama oleh pengolahn dan penyimpanan. Untuk memilih bahan-
bahan makanan yang akan dipergunakan dalam ransum, harus diketahui dahulu
kandungan zat-zat makanan dalam dalam bahan pakan tersebut. Dengan demikian
kekurangan salah satu zat pakan dapat ditutupi dengan menggunakan pakan yang
mengandung zat pakan tersebut. Standar kebutuhan pakan harus yang digunakan
sebagai acuan kebutuhan ternak disesuaikan dengan kondisis ternak disertai
dengan tabel komposisi pakan yang menyediakan

Langkah dalam membuat formulasi ransum adalah:

1. Mengetahui status fisiologis ternak.  Sebelum kita akan membuat formulasi


ransum, kita harus mengetahui ternak yang akan kita buatkan ransumnya
sedang dalam fase apa, sebagai contoh apabila untuk ternak ruminansia :
pedet, pedet lepas sapih, dara, bunting, laktasi, produksi (susu/penggemukan). 
2. Menentukan data kebutuhan nutrisi.  Kebutuhan nutrisi berkaitan erat dengan
fase fisiologis ternak.  Setiap fase fisiologis berbeda kebutuhan nutrisi, oleh
karena itu informasi status fisiologi ternak ini menjadi penting agar formulasi
ransum yang kita buat menjadi tepat dan sesuai dengan kebutuhan.  Data
kebutuhan nutrisi pada setiap fase dapat menggunakan standar yang sudah ada
dan biasa digunakan, seperti NRC dan AEC.  Sebagai contoh dalam NRC
disebutkan untuk sapi potong
3. Menentukan bahan pakan dan kandungan nutrisinya.  Dalam menyusun
ransum, kita harus menentukan bahan pakan apa saja yang akan digunakan
dan apa saja kandungan nutrisi yang dimilikinya.  Sebuah ransum sederhana
biasanya berpatokan pada energi dan protein kasar.  Pengetahuan bahan pakan
sebagai sumber nutrisi tertentu, terutama pada bahan pakan lokal menjadi
penting.  Karena dalam membuat formulasi ransum yang diinginkan adalah
dengan harga yang murah namun memiliki kualitas yang baik.  Ransum yang
seperti itu harus menggunakan bahan pakan lokal.  Hal penting lain dalam
menentukan bahan pakan adalah informasi terkait dengan batasan
penggunakan pakan tersebut dalam pakan/ransum, kandungan anti nutrisi, dan
kualitas bahan pakan yang digunakan.
4. Menentukan metode penyusunan ransum.  Ada beberapa metode penyusunan
ransum, yaitu: pearson square, trial dan error, yang paling paling praktis
adalah menggunakan aplikasi.  Saat kita menyusun ransum bisa memilih salah
satu metode tersebut sesuai dengan yang kita pahami dan butuhkan.
5. Mulai membuat formulasi ransum sesuai dengan data yg sudah disiapkan
6. Meneliti kembali formulasi yang telah dibuat

Dengan mahalnya harga pakan di pasaran, seharusnya pakan lokallah yang


dapat menggantikan.  Sehingga dengan demikian peternak selalu mendapatkan
pakan dengan harga murah dan berkualitas. 
6
Penggalian sumber bahan pakan lokal perlu terus dilakukan dan
dikembangkan sesuai dengan potensi daerah. Apabila menilik dari bahan pakan
lokal yang sudah diketahui, ternyata banyak diantaranya yang memiliki
kandungan nutrisi yang baik, baik itu sebagai sumber energi maupun sebagai
sumber protein.
Nutrisi penting terkandung dalam bahan pakan adalah:

1. Energi, diperlukan untuk memenuhui kebutuhna hidup pokok dan


beraktifitas.  Energi biasa dinyatakan dalam NE, ME, GE, DE,
2. Protein, diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan,
produksi, dan reproduksi,
3. Mineral, diperlukan ternak untuk pertumbuhan tulang dan perbaikan jaringan,
kofaktor enzim/hormon, menjaga keseimbangan pH/cairan tubuh, dan
pembentukan mineral susu,
4. Vitamin, sebagai katalisator dalam proses metablisme.

Pada ternak perah suhu lingkungan sangat mempengaruhi produksi susu. Pada
suhu lingkungan tinggi, konsumsi ransum cenderung menurun. Dari aspek
pasokan zat-zat nutrisi (terutama energi) untuk ternak kondisi tersebut kurang
menguntungkan. Jelaskan bagaimana strategi mengatasi kondisi tersebut dikaitkan
dengan perhitungan kandungan energi di dalam ransum.Produktivitas ternak perah
yang baik dapat dilihat dari salah satu kriteria diantaranya adalah dengan
mengetahui jumlah produksi susu. Produktivitas ternak sangat erat kaitanya
dengan kualitas pakan. Kualitas pakan yang baik akan menghasilkan peningkatan
dalam produksi susu.

Faktor lingkungan (unsur-unsur iklim) mempengaruhi produktivitas ternak


secara tidak langsung dan langsung. Pengaruh tidak langsung faktor lingkungan
melalui tanaman makanan ternak. Tanaman pakan ternak dapat tumbuh dan
berkembang kemudian menghasilkan bahan pakan ternak secara kuantitas dan
kualitas tinggi tentu harus didukung oleh faktor lingkungan yang optimal.
Fotosintesis tanaman pakan ternak perlu kondisi optimal dalam hal intensitas
radiasi matahari, suhu udara dan tanah, kelembaban udara dan tanah serta
kecepatan angin (golak udara).

Menurut Owen (1979) menyatakan bahwa dalam penyusunan ransum hal yang
harus di perhatikan adalah kandungan nutrien dan susunannya yang akan
diberikan pada ternak. Ketersediaan hijauan pakan yang diberikan dalam kondisi
seadanya yang didapat dari rumput lapangan dan kualitas konsentrat yang kurang
memenuhi standar, sapi perah yang diberi perlakuan diduga menyesuaikan diri
secara fisiologis dengan proporsi pakan yang diberikan, oleh karenanya sapi
berusaha memenuhi kebutuhan hidup pokoknya dahulu disamping memenuhi
kebutuhan produksinya.

7
Strategi mengatasi kondisi tersebut ialah Pemberian paka tambahan/komponen
pakan baru yaitu Lemna sp. menjadi non signifikan dikarenakan sapi perah
berusaha mengkonversikan zat-zat nutrient yang tersedia dari pakan tersebut
sebagaimana mestinya dia berproduksi seperti biasanya. Pengaruh pemberian
pakan tambahan hanya akan terlihat apabila syarat-syarat pemenuhan kebutuhan
gizi sapi perah tersebut sudah terpenuhi semua untuk kebutuhan hidup pokoknya,
maka pengaruh pakan tambahan tersebut terhadap produksi akan terlihat jelas
setelah semuanya terpenuhi.

Kadar BK Lemna sp. yang rendah menyebabkan pemberian Lemna sp. dalam
keadaan basah terlalu banyak (50-70%) (Bolsen et al., 2000) dan kurang
dikonsumsi dibandingkan dengan rumput dan konsentrat yang tersedia, sapi lebih
memilih rumput yang kadar bahan keringnya lebih tinggi. Oleh karena itu, Lemna
sp. dalam hal ini penggunaannya lebih cocok sebagai pakan suplemen jika
diberikan pada ternak sapi perah.

Protein yang terkandung dalam konsentrat dan Lemna sp. akan didegradasi
dalam rumen oleh mikroba rumen menjadi protein mikroba. Protein mikroba
bersama-sama protein pakan yang tidak dapat didegradasi yang masuk dalam usus
halus akan dihidrolisis menjadi asam amino lalu diserap dan masuk dalam sistem
peredaran darah, sebagian masuk dalam sel alveoli bersama dengan bahan yang
lainnya kemudian terjadi sintesis air susu (Soeharsono, 2008). Sementara itu
rendahnya serat kasar pada konsentrat dan rumput yang dikurangi membuat
adanya peningkatan kandungan BETN secara proporsional. Anggorodi (1994)
menyatakan bahwa apabila kandungan serat kasar rendah maka kandungan BETN
akan meningkat.

Komponen BETN kaya akan pati, gula, bagian serat kasar yang tidak larut
oleh eter dan bahan-bahan organik cair (Crampton dan Lloyd, 1959). Daya cerna
komponen BETN lebih tinggi dibandingkan dengan daya cerna serat kasar
(Anggorodi, 1994). BETN dalam konsentrat akan mudah dirombak menjadi asam
lemak terbang yang digunakan sebagai sumber glukosa bagi pembentukan susu.
Sukarini (2006) menyatakan bahwa penggunaan konsentrat dalam ransum selain
menyuplai protein terlarut, juga mengandung BETN yang tinggi dengan serat
kasar rendah yang dimaksudkan untuk mendorong pembentukan asam propionat
oleh bakteri rumen sebagai bahan baku glikogen bagi induk ternak dan sumber
glukosa untuk bahan baku sintesis air susu.

8
BAB III
KESIMPULAN

Dari hasil diskusi oleh kelompok 4 diketahui bahwa:

1. Produksi susu perah semakin meningkat pada tahun 2015 akan tetapi
kebutuhan untuk susu masih di dominasi oleh susu impor
2. Fator yang mempengaruhi kebutuhan zat-zat nutrisi pada ternak yaitu jenis
ternak perah, umur ternak perah, dan lingkungan tempat hidupnya.
3. Adanya pakan hijauan sangat mempengaruhi produksi susu sapi, bila di
dalam paka tidak ada hijauan maka pakansapi tidak aka seimbang
sehingga dapat menurunkan produksi susu sapi perah.
4. Dalam menyusun ransum yang baik dan seimabang sangat penting untuk
menghasilkan susu pada sapi perah apabila pakan yang diberikan tidak
seimbang akan berdampak pada produksi susu baik kualitas ataupun
kuantitas susu. Harga dari pakan juga sangat perlu diperhatikan untuk
mendapatkan untuk lebih maksimal.
5. Strategi dalam mengatasi kondisi dimana suhu lingkungan sangat
berpengaruk akan kebutuhan pakan ternak ialah pemberian pakan
tambahan/komponen pakan baru yaitu Lemna sp.

9
DAFTAR PUSTAKA

Gandhy, Abel dan Shinta Dewi Kurniawati. 2018. Analisis Strategi


Pengembangan Usaha Koperasi Produksi Susu Bogor, Jawa Barat. Jurnal
Maksipreneur Vol. 8 No. 1 Desember 2018 hal. 15 – 31. Universitas Surya.
Banten.

Syamsi, Afduha Nurus., dkk. 2019. Potensi Nilai Nutrisi dan Indeks
Sinkronisasi Protein Energi Berbagai Jenis Jerami Segar Untuk Ternak Perah.
Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

10

Anda mungkin juga menyukai