Disusun Oleh:
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga
kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan
daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari
famili Bovidae. seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika
(Syncherus), dan anoa.
Sapi perah merupakan salah satu ternak penghasil protein hewani yang
dalam pemeliharaannya selalu diarahkan pada produksi susu. Pemeliharaan sapi
perah beberapa tahun terakhir ini menunjukkan perkembangan yang cukup pesat.
Perkembangan ini terus didorong oleh pemerintah agar swasembada susu tercapai
secepatnya. Tingkat konsumsi susu di Indonesia masih belum dapat diimbangi
oleh produksi susu nasional, yaitu produksi susu nasional pada tahun 2016 hanya
mencapai 852,95 ribu ton, sedangkan permintaan untuk konsumsi sudah mencapai
11,8 liter/kapita/tahun (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat
Jendral-Kementrian Pertanian 2016), sehingga menyebabkan pemerintah harus
melakukan impor untuk memenuhinya.
2
BAB II
HASIL DISKUSI
3
Lalu, bentuk karbohidrat yang dibutuhkan oleh hewan ternak yaitu dalam
bentuk selulosa, galakturonik, heksosa, dan, asam-asam glukonik yang terdapat
pada hijauan. Menurut Muhammad Halim Natsir,dkk (2017) pemberian pakan
pada ternak ditujukan untuk memenuhi kebutuhan biologis ternak, baik untuk
kebutuhan pokok maupun untuk produksi. Kebutuhan hidup pokok
(maintenance)akan digunakan untuk memenuhi komponen yang ada di dalam
hidup yang minimal tanpaadanya produk/aktivitas, sedangkan kebutuhan produksi
merupakan kebutuhan nutrien yangdigunakan dalam berbagai aktivitas pada
produksi (Tim Penyusun BPI,2010).
4
Terdapat beberapa faktor yang akan mempengaruhi kebutuhan zat-zat pakan
dan menunjukkan hubungan yang mempengaruhi reproduksi, pertumbuhan,
perkembangan, dan kualitas produksi. Dari beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kebutuhan zat-zat pakan terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan korelasinya, yaitu:
adanya pakan hijauan dalam ransum ternak perah adalah untuk melengkapi
ransum tersebut agar seimbang dengan konsentrasi pakan konsentratnya.Hijauan
pakan juga merupakan sumber serat, pro vit A, mineral dan Klorofil bagi
ruminansia. Kandungan nutrisi inilah yang dibutuhkan bagi ternak ruminansia
yang ada di dalam hijauan pakan, selain itu dari segi biaya juga lebih murah jika
dibandingkan dengan konsentrat yang harus impor.juga karena untuk mengatur
banyak atau kurang nya kadar lemak pada susu yg akan di hasilkan nantinya.
hijauan 40% diberikan pada ransum yang tidak ingin terlalu banyak lemak
susunya. begitu juga sebaliknya hijauan diberikan 65-75% saat peternak ingin
lemak susunya banyak, seperti ternak sapi perah untuk pabrik keju dan lain".
5
Penyusunan ransum yang tepta sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap periode
pertumbuhan dan produksi dipengaruhi oleh nilai gizi dan bahan-bahan makanan
yang dipergunakan. Perubahan nilai nutrisi bahan-bahan makanan dapat
disebabkan terutama oleh pengolahn dan penyimpanan. Untuk memilih bahan-
bahan makanan yang akan dipergunakan dalam ransum, harus diketahui dahulu
kandungan zat-zat makanan dalam dalam bahan pakan tersebut. Dengan demikian
kekurangan salah satu zat pakan dapat ditutupi dengan menggunakan pakan yang
mengandung zat pakan tersebut. Standar kebutuhan pakan harus yang digunakan
sebagai acuan kebutuhan ternak disesuaikan dengan kondisis ternak disertai
dengan tabel komposisi pakan yang menyediakan
Pada ternak perah suhu lingkungan sangat mempengaruhi produksi susu. Pada
suhu lingkungan tinggi, konsumsi ransum cenderung menurun. Dari aspek
pasokan zat-zat nutrisi (terutama energi) untuk ternak kondisi tersebut kurang
menguntungkan. Jelaskan bagaimana strategi mengatasi kondisi tersebut dikaitkan
dengan perhitungan kandungan energi di dalam ransum.Produktivitas ternak perah
yang baik dapat dilihat dari salah satu kriteria diantaranya adalah dengan
mengetahui jumlah produksi susu. Produktivitas ternak sangat erat kaitanya
dengan kualitas pakan. Kualitas pakan yang baik akan menghasilkan peningkatan
dalam produksi susu.
Menurut Owen (1979) menyatakan bahwa dalam penyusunan ransum hal yang
harus di perhatikan adalah kandungan nutrien dan susunannya yang akan
diberikan pada ternak. Ketersediaan hijauan pakan yang diberikan dalam kondisi
seadanya yang didapat dari rumput lapangan dan kualitas konsentrat yang kurang
memenuhi standar, sapi perah yang diberi perlakuan diduga menyesuaikan diri
secara fisiologis dengan proporsi pakan yang diberikan, oleh karenanya sapi
berusaha memenuhi kebutuhan hidup pokoknya dahulu disamping memenuhi
kebutuhan produksinya.
7
Strategi mengatasi kondisi tersebut ialah Pemberian paka tambahan/komponen
pakan baru yaitu Lemna sp. menjadi non signifikan dikarenakan sapi perah
berusaha mengkonversikan zat-zat nutrient yang tersedia dari pakan tersebut
sebagaimana mestinya dia berproduksi seperti biasanya. Pengaruh pemberian
pakan tambahan hanya akan terlihat apabila syarat-syarat pemenuhan kebutuhan
gizi sapi perah tersebut sudah terpenuhi semua untuk kebutuhan hidup pokoknya,
maka pengaruh pakan tambahan tersebut terhadap produksi akan terlihat jelas
setelah semuanya terpenuhi.
Kadar BK Lemna sp. yang rendah menyebabkan pemberian Lemna sp. dalam
keadaan basah terlalu banyak (50-70%) (Bolsen et al., 2000) dan kurang
dikonsumsi dibandingkan dengan rumput dan konsentrat yang tersedia, sapi lebih
memilih rumput yang kadar bahan keringnya lebih tinggi. Oleh karena itu, Lemna
sp. dalam hal ini penggunaannya lebih cocok sebagai pakan suplemen jika
diberikan pada ternak sapi perah.
Protein yang terkandung dalam konsentrat dan Lemna sp. akan didegradasi
dalam rumen oleh mikroba rumen menjadi protein mikroba. Protein mikroba
bersama-sama protein pakan yang tidak dapat didegradasi yang masuk dalam usus
halus akan dihidrolisis menjadi asam amino lalu diserap dan masuk dalam sistem
peredaran darah, sebagian masuk dalam sel alveoli bersama dengan bahan yang
lainnya kemudian terjadi sintesis air susu (Soeharsono, 2008). Sementara itu
rendahnya serat kasar pada konsentrat dan rumput yang dikurangi membuat
adanya peningkatan kandungan BETN secara proporsional. Anggorodi (1994)
menyatakan bahwa apabila kandungan serat kasar rendah maka kandungan BETN
akan meningkat.
Komponen BETN kaya akan pati, gula, bagian serat kasar yang tidak larut
oleh eter dan bahan-bahan organik cair (Crampton dan Lloyd, 1959). Daya cerna
komponen BETN lebih tinggi dibandingkan dengan daya cerna serat kasar
(Anggorodi, 1994). BETN dalam konsentrat akan mudah dirombak menjadi asam
lemak terbang yang digunakan sebagai sumber glukosa bagi pembentukan susu.
Sukarini (2006) menyatakan bahwa penggunaan konsentrat dalam ransum selain
menyuplai protein terlarut, juga mengandung BETN yang tinggi dengan serat
kasar rendah yang dimaksudkan untuk mendorong pembentukan asam propionat
oleh bakteri rumen sebagai bahan baku glikogen bagi induk ternak dan sumber
glukosa untuk bahan baku sintesis air susu.
8
BAB III
KESIMPULAN
1. Produksi susu perah semakin meningkat pada tahun 2015 akan tetapi
kebutuhan untuk susu masih di dominasi oleh susu impor
2. Fator yang mempengaruhi kebutuhan zat-zat nutrisi pada ternak yaitu jenis
ternak perah, umur ternak perah, dan lingkungan tempat hidupnya.
3. Adanya pakan hijauan sangat mempengaruhi produksi susu sapi, bila di
dalam paka tidak ada hijauan maka pakansapi tidak aka seimbang
sehingga dapat menurunkan produksi susu sapi perah.
4. Dalam menyusun ransum yang baik dan seimabang sangat penting untuk
menghasilkan susu pada sapi perah apabila pakan yang diberikan tidak
seimbang akan berdampak pada produksi susu baik kualitas ataupun
kuantitas susu. Harga dari pakan juga sangat perlu diperhatikan untuk
mendapatkan untuk lebih maksimal.
5. Strategi dalam mengatasi kondisi dimana suhu lingkungan sangat
berpengaruk akan kebutuhan pakan ternak ialah pemberian pakan
tambahan/komponen pakan baru yaitu Lemna sp.
9
DAFTAR PUSTAKA
Syamsi, Afduha Nurus., dkk. 2019. Potensi Nilai Nutrisi dan Indeks
Sinkronisasi Protein Energi Berbagai Jenis Jerami Segar Untuk Ternak Perah.
Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
10