Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ILMU TERNAK PERAH

“PROSPEK IMPLEMENTASI PROGRAM SUSU GRATIS”

KELOMPOK 10 :

1. Jauhar Rizqy Kurniawan (D1A022156)


2. Meita Cahyani (Z1A023204)
3. Aditya Rizkyta Tanjung (Z1A023330)
4. Sri Wahyuni (Z1A023318)
5. Theofhani br Ginting (Z1A023344)
6. Lysa Regitha Septiani (Z1A023319)
7. Pita Lidia Sari (Z1A023247)
8. Najla Parhan Harahap (Z1A023332)

LAB PRODUKSI TERNAK PERAH


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2023
Latar belakang

Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi pada balita di Indonesia. Menurut WHO,
kejadian stunting pada balita akan menjadi masalah Kesehatan masyarakat jika prevalensi lebih dari
20% (WHO, 2013). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi
stunting di Indonesia sebesar 30,8% hingga masalah ini harus segera ditanggulangi (Riskesdas, 2018).
Selain itu, prevalensi stunting di Indonesia relative tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara
tetangga seperti Malaysia (17%), Vietnam (23%), Singapura (4%) dan Thailand (16%) (UNSD,2014).

Permasalahan balita stunting terjadi akibat dampak akumulasi dari tidak tercukupinya
asupan zat gizi, kondisi kesehatan yang buruk dan pengasuhan yang kurang memadai (Aridiyah dkk.,
2015). Stunting juga dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan
gizi sebelum dan saat kehamilan serta setelah kelahiran anak (Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan, 2017). Pencegahan stunting dapat dilakukan dengan memberikan
asupan gizi yang optimal pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) bayi dan pada periode emas bayi,
yakni sejak bayi berusia 0-24 bulan, termasuk memberikan asupan ASI eksklusif. ASI eksklusif
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif
adalah pemberian ASI tanpa memberikan makanan dan minuman lain kecuali pemberian obat dan
vitamin pada bayi sejak lahir sampai berumur enam bulan. Pemberian ASI eksklusif dapat menunjang
pertumbuhan dan perkembangan bayi secara normal pada usia 0-6 bulan (Kemenkes RI, 2017).

Selain itu, Konsumsi susu masyarakat Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan
sejumlah negara di Asia Tenggara. Akses masyarakat pada susu berkualitas dan terjangkau perlu
ditingkatkan. Badan Pusat Statistik mencatat rata-rata konsumsi susu di Indonesia pada 2020
sebesar 16,27 per kapita per tahun. Jumlah ini masih di bawah rerata konsumsi susu di negara Asia
Tenggara, seperti Malaysia sebesar 36,2 kilogram per kapita per tahun, Myanmar 26,7 kilogram per
kapita per tahun, dan Thailand 22,2 kilogram per kapita per tahun.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sekaligus Kepala
Program Percepatan Penurunan Stunting Hasto Wardoyo menambahkan, kecukupan gizi tidak hanya
diberikan pada anak usia dini, tetapi harus diperhatikan sejak fase prakehamilan. Ibu hamil perlu
mengonsumsi gizi yang optimal, termasuk zat besi, omega 3, vitamim D, dan asam folat. Susu untuk
ibu hamil bisa menjadi pilihan untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut. ”Ibu hamil juga perlu
meminum susu ibu hamil yang mengandung mikronutrien yang mengandung Fe (zat besi). Kemudian
juga susu yang dikonsumsi perlu mengandung DHA dan omega 3. Itu diperlukan untuk pertumbuhan
otak janin. Selain itu, asam folat juga penting bagi kesehatan bayinya selama masa kehamilan,”
tuturnya.

Pada tahun 2024 ini Tim Kampanye Nasional (TKN) capres dan cawapres Prabowo-Gibran
mengatakan salah satu program kunci pihaknya adalah swasembada pangan, termasuk untuk bagi-
bagi susu gratis. Program susu gratis yang dijanjikan bertujuan untuk meningkatkan gizi dan
kesehatan anak-anak Indonesia, mengurangi angka stunting, meningkatkan angka konsumsi susu
rakyat Indonesia, serta membantu ekonomi keluarga. Program susu gratis memang terdengar
menarik dan menggiurkan. Namun, program ini juga memiliki banyak tantangan dan risiko yang
harus dipertimbangkan dengan matang. Program ini tidak bisa hanya berdasarkan pada hitungan di
atas kertas, tetapi harus melihat realitas di lapangan. Program ini tidak bisa hanya mengandalkan
impor susu, tetapi harus mendorong peningkatan produksi susu dalam negeri. Program ini tidak bisa
hanya memberikan susu secara sembarangan, tetapi harus memastikan kualitas dan manfaat susu
bagi anak- anak. Untuk itu, program susu gratis harus diimbangi dengan program-program lain yang
mendukung pembangunan SDM, seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, lingkungan, dan lain-
lain. Program susu gratis harus menjadi bagian dari visi dan misi yang jelas dan terukur untuk
mewujudkan Indonesia emas.

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk menganalisis lebih lanjut faktor – faktor
yang berhubungan dengan program susu gratis. Dalam hal ini penulis difokuskan dengan melihat
data stunting dan konsumsi susu masyarakat Indonesia , kendala implementasi program susu gratis,
dan upayah implementasi program susu gratis.

Rumusan masalah

1. Tujuan impelemtasi program susu gratis


2. Kendala apa saja yang dihadapi dalam implementasi program susu gratis
3. Upayah yang dapat dilakukan untuk menyukseskan impelementasi program susu
gratis

Tujuan

1. Untuk mengetahui tujuan dari program susu gratis


2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam implementasi program susu gratis
3. Untuk mengetahui upayah yang dapat dilakukan untuk menyukseskan implementasi
program susu gratis
PEMBAHASAN

1. Tujuan Implementasi Program susu gratis

Program susu di Indonesia memiliki beberapa manfaat utama yang dapat membantu
mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi stunting pada anak – anak. Peningkatan
produktivitas sapi perah juga berperan dalam Program susu gratis, Program susu dapat
membantu peternak dalam mengembangkan populasi sapi yang lebih efisien dan berkualitas,
yang memiliki karakteristik produktivitas tinggi dan keseimbangan antara produktivitas dan
kesehatan. Program susu dapat membentuk kolaborasi antara peternak, pemerintah, dan
lembaga swasta dalam mendukung pertumbuhan industri susu di Indonesia.

Tujuan dari program susu gratis adalah agar anak anak indoensia punya gizi yang cukup
dalam masa perkembangan dan juga agar terhindar dari penyakit penyakit hal ini sejalan dengan
Nanda(2022) bahwa Dengan tinggi rata-rata hanya 158,17 sentimeter, orang Indonesia tergolong
bertubuh pendek dibanding penduduk negara lainnya. Konon, semua ini bukan hanya
disebabkan faktor genetik. Namun juga dipengaruhi oleh lingkungan, pola makan dan asupan
nutrisi seperti susu. Argumentasi ini didukung oleh beberapa hasil penelitian yang membuktikan
dampak nutrisi dari susu dengan pertumbuhan badan. Studi menyebutkan anak-anak yang
mengonsumsi susu sesuai ketentuan memiliki tubuh yang lebih tinggi. Penelitian lainnya juga
menemukan hasil yang selaras dan menekankan batas konsumsi tak lebih dari dua porsi guna
menghindari obesitas. Susu juga menjadi satu di antara kunci penting dalam upaya menurunkan
prevalensi stunting yang tinggi di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, angkanya
berhasil turun 24,4% pada 2021 menjadi 21,6% pada 2022. Meski begitu, persentasenya masih
berada di atas standar World Health Organization atau WHO, yakni 20%.

Salah satu tujuan dari implementasi program susu gratis adalah agar Masyarakat Indonesia
bisa lebih meningkatkan kegiatan meminum susu. Hal ini sesuai dengan Data Badan Pusat
Statistik tahun 2017 menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia hanya mengonsumsi 16,62 kg
susu per kapita per tahun. Angka tersebut membuat Indonesia masuk ke dalam kategori Rendah
soal konsumsi susu menurut standar Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB. Kategori
Rendah berarti konsumsi susu kurang dari 30 kg per kapita per tahun. Indonesia berada dalam
kategori ini bersama mayoritas negara Asia Tenggara, Asia Timur, dan Afrika Tengah serta Cina,
Ethiopia, dan Yaman.Di atas kategori Rendah adalah Menengah (30-150 kg/kapita/tahun). Di
atasnya lagi adalah
kategori Tinggi (lebih dari 150 kg/kapita/tahun). Yang termasuk ke dalam kategori ini adalah
negara-negara Dunia Barat, termasuk Amerika Serikat dan mayoritas negara Eropa. Ada korelasi
antara budaya minum susu dengan tingkat konsumsi susu sebuah negara. Dunia Barat punya
budaya minum susu yang sangat kuat. Indonesia, sementara itu, tidak punya budaya minum susu
yang cukup kuat.Menurut Fadly Rahman, seorang sejarawan kuliner, ketiadaan budaya minum
susu di Indonesia dipengaruhi kondisi geografis Nusantara. Karena Nusantara adalah kawasan
agraris dan pesisir, hewan ternak seperti kerbau dan sapi lebih dimanfaatkan tenaganya untuk
membajak sawah alih-alih untuk menghasilkan daging dan susu. Hal tersebut terdokumentasi
dalam buku The History of Java (terbit 1817) karya Gubernur Jenderal Inggris Thomas Stamford
Raffles. Dalam bukunya Raffles menyayangkan potensi susu sapi di Jawa yang disia-siakan
masyarakat. Kuatnya budaya minum susu di Dunia Barat dipengaruhi fakta bahwa mereka
adalah salah satu kelompok pertama yang minum susu, setelah orang-orang Timur Tengah.
Masyarakat Timur Tengah memang tercatat dalam sejarah sebagai kelompok pertama yang
minum susu hewani. Hal ini tak lepas dari fakta bahwa mereka adalah kelompok pertama yang
memiliki tradisi gembala. Pertama kali susu diminum oleh orang-orang gembala Timur Tengah
dan Eropa bagian barat adalah pada tahun 8000 Sebelum Masehi atau 10 ribu tahun yang lalu.
Sementara di Nusantara, tradisi gembala tak pernah benar-benar mantap bahkan hingga ratusan
tahun yang lalu. Orang-orang yang dulu hidup di wilayah Indonesia punya lebih banyak sumber
makanan nabati ketimbang hewani. Namun selain itu, ada beberapa faktor lain yang
menyebabkan budaya minum susu tidak mengakar kuat. Cara pandang soal susu adalah salah
satunya. Pada tahun-tahun awal peluncuran Kampanye Empat Sehat Lima Sempurna, mayoritas
masyarakat Indonesia masih memandang susu sebagai konsumsi kaum elite. “Indonesia baru
menyadari pentingnya susu di tahun 50-an saat upaya penggalakan minum susu ditambahkan
pada program Empat Sehat Lima Sempurna,” ujar Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan MS, Guru Besar Ilmu
Pangan dan Gizi, Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga IPB, sebagaimana dikutip
dari Nakita. “Jadi memang kita ketinggalan sekali. Ditambah dengan kondisi ekonomi kita yang
jadi kendala, maka kebiasaan minum susu makin jauh tertinggal di keluarga-keluarga Indonesia,”
lanjut sosok yang banyak menyoroti masalah susu itu
2. Kendala yang dihadapi dalam implementasi program susu gratis
Kendala yang di alami terkait program susu gartsi adalah masih rendah nya konsumsi
susu di Indonesia hal in sependapat dengan (Badan Pusat Statistik, 2017) bahwa Konsumsi
susu di indonesia masih dalam kondisi yang minim yaitu 16,53 liter/kapita/tahun
dibandingkan dengan sejumlah negara yang berada di wilayah ASEAN, tentu hal ini menjadi
tantangan bagi pemerintah khsususnya instansi yang terkait untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Pentingnya pengetahuan tentang susu juga masih belum diketahui oleh
masyarakat indonesia khususnya di daerah pelosok dan di wilayah pesisir Pantai.
Kendala yang di hadapi terkait program susu gratis adalah masih rendahnya produksi
susu dalam negeri hal ini sejalan dengan Zikri(2018) Proposal ini menggunakan usaha
minuman khususnya bisnis susu segar karena jumlah permintaan susu segar di Indonesia
tergolong cukup tinggi namun penawarannya sangat rendah sehingga tidak dapat
memenuhi permintaan konsumsi masyarakat. Konsumsi dan kebutuhan susu atau produk
turunannya juga diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk,
pertumbuhan ekonomi, perbaikan tingkat pendidikan, kesadaran gizi, dan perubahan gaya
hidup (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2020). Berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik (BPS) tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia tahun 2019 masih berkisar di
16,23kg/kapita/tahun dengan kebutuhan susu nasional mencapai 4,3 juta ton, sehinga
produksi susu segar dalam negeri atau SSDN hanya mampu memenuhi 22% dari total
keseluruhan kebutuhan atau permintaan susu segar nasional. Beberapa faktor yang
menyebabkan rendahnya tingkat produksi susu nasional dalam memenuhi permintaan susu
diantaranya karena skala peternak yang masih kecil, kemampuan produksi susu yang
rendah, harga susu dipasaran yang tidak sesuai, dan biaya produksi yang relatif tinggi
Kendala yang di hadapi terkait program susu gratis adalah anggaran nya yang begitu
membengkak seperti yang di katakan oleh Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional
Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko mengatakan program makan siang dan susu gratis
diperkirakan menghabiskan anggaran Rp120 triliun. Anggaran tersebut baru untuk tahun
pertama atau tahun 2025 pemerintahan Prabowo-Gibran.
Pemerintah Indonesia menetapkan target peningkatan produksi susu dalam negeri
hingga 2,4 juta ton per tahun pada 2028. Di saat yang sama pemerintah juga berambisi
untuk memenuhi 60% kebutuhan konsumsi nasional pada 2025, dari yang saat ini (2021)
hanya 22%. Berdasarkan analisa CIPS, untuk mencapai target tersebut, perlu ada
peningkatan populasi sapi perah hingga 1,8 juta ekor atau tiga kali lipat dari populasi saat ini.
Kemudian harus ada peningkatan target produktivitas harian sebesar 20 liter per ekor
atau naik 30% dari
produktivitas saat ini. Agar ambisi ini tercapai, perlu ada investasi pada teknologi terutama
untuk peningkatan produktivitas. Akan tetapi, peternak menghadapi tantangan dalam
adopsi teknologi. Studi CIPS menjelaskan bahwa tantangan pertama berkaitan dengan
profitabilitas. Secara umum, untuk mengantongi keuntungan yang lebih besar, peternak
memilih memotong biaya, bukan mendongkrak pendapatan dengan meningkatkan
produktivitas melalui penggunaan teknologi. Selanjutnya, rendahnya adopsi teknologi juga
berkaitan dengan kurangnya kesadaran. Hampir 70% petani tidak mengetahui praktik terbaik
dan teknologi untuk memastikan produktivitas dan kualitas susu. Mayoritas peternak di
Indonesia hanya lulusan sekolah dasar (SD), mengelola kurang dari 10 sapi perah, tidak ikut
serta dalam kegiatan koperasi atau kelompok peternak, dan jarang sekali mendapat
kunjungan dari petugas. Baca juga: Peliknya Masalah Persusuan di Indonesia Pemerintah RI
telah melakukan berbagai upaya. Meskipun begitu, banyak dari regulasi dan program
teknologi transfer pemerintah belum tepat sasaran. Pasalnya, program yang berlangsung
kebanyakan berfokus pada penelitian dan pendampingan yang menyediakan subsidi dan
hibah. Lebih lanjut, kekurangan lainnya dari strategi pemerintah adalah di sisi penerapan.
Pemberian subsidi dan hibah teknologi hanya efektif dalam jangka pendek. Selain itu, ini
sering kali mengarah pada adopsi semu perilaku, di mana peternak mengadopsi teknologi
karena itu gratis. Program- program seperti ini akhirnya mendorong petani untuk menunggu
hibah dari pemerintah, alih- alih melakukan pembelian dan investasi sendiri. Agar dapat
lebih memaksimalkan program transfer teknologi, ada baiknya pemerintah lebih aktif
melibatkan peran sektor swasta. Hal ini mengingat banyak perusahaan pengolah susu
memiliki program pendampingan dan transfer teknologi yang lebih berkelanjutan dan
berorientasi pasar.
Salah satu kendala dalam program susu gratis adalah terkait distribusi ke seluruh
wilayah Indonesia karena indoneisa adalah negara kepulauan, Sebagai negara kepulauan
terbesar di dunia, Indonesia masih menghadapi banyak masalah di bidang ketahanan
pangan, seperti upaya pendistribusian pangan. Menurut Koordinator Nasional Koalisi Rakyat
untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah saat ini sistem pangan di Tanah Air masih
terpusat di kota besar, terutama di Jakarta. Hal ini, ucap Said, kerap menyebabkan distorsi
harga dan stok pangan pada daerah-daerah yang bukan produsen atau jauh dari pusat kota
besar Oleh karenanya pengembangan sistem pangan yang lebih lokal dan skala kecil menjadi
keniscayaan. Dengan sistem pangan yang lebih kecil, distribusi pangan diharapkan bisa lebih
cepat dan sesuai dengan kebutuhan.
Implementasi program susu gratis di Indonesia menghadapi beberapa kendala, di
antaranya adalah anggaran, Program susu gratis membutuhkan anggaran yang cukup besar
untuk membeli susu dan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai. Keterbatasan
anggaran dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas susu yang disediakan, serta
menyebabkan keterlambatan dalam distribusi susu.
Infrastruktur dan akses pasar juga menjadi kendala program susu gratis seperti
kurangnya infrastruktur jaringan distribusi susu yang efesien dan akses pasar yang baik
dapat membatasi peternak dalam memasarkan produk susu mereka. Beberapa sekolah di
Indonesia masih memiliki infrastruktur yang kurang memadai untuk menyimpan dan
mendistribusikan susu. Hal ini dapat menyebabkan susu menjadi rusak atau terkontaminasi,
sehingga tidak aman untuk dikonsumsi.

Kendala yang mendominasi program susu gratis saat ini adalah peternakan diindonesia
yang dimana dapat diketahui produksi susu segar diindonesia masih rendah, kecilnya skala
kepemilikan sapi, lahan terbatas, mahalnya biaya pemeliharaan, kurangnya pemahaman
terhadap praktik peternakan yang baik, mandeknya regenerasi peternak karena rendahnya
minat anak muda, serta deraan penyakit kuku dan mulut (PMK) yang pernah menjangkiti
banyak ternak. Selain itu, industri peternakan sapi di Indonesia masih didominasi oleh
peternak tradisional dengan jumlah kepemilikan sapi yang masih sangat sedikit. Dari sumber
yang ditemukan, kendala-kendala tersebut menyebabkan rendahnya produksi susu sapi di
Indonesia, yang pada gilirannya mempengaruhi ketersediaan susu untuk program susu
gratis. Upaya untuk mengatasi kendala-kendala ini memerlukan perhatian dan langkah-
langkah konkret dari pemerintah dan pemangku kepentingan terkait.
Keterbatasan sumber daya manusia juga menjadi kendala Implementasi program susu
gratis. Sumber daya manusia yang memadai untuk mengelola program,termasuk dalam hal
pengadaan, penyimpanan, dan distribusi susu. Keterbatasan sumber daya manusia dapat
mempengaruhi efektivitas program susu gratis. Kurangnya pemahaman dan partisipasi
Masyarakat dapat mempengaruhi efektivitas program susu gratis. Beberapa orang mungkin
tidak memahami manfaat susu bagi kesehatan anak-anak, sehingga tidak mendukung
program ini.
Perbedaan kondisi geografis di Indonesia, seperti jarak dan aksesibilitas, dapat
mempengaruhi distribusi susu ke sekolah-sekolah di daerah terpencil atau sulit dijangkau.
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, diperlukan kerjasama antara pemerintah,
masyarakat, dan sektor swasta dalam mendukung implementasi program susu gratis di
Indonesia. Selain itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pemahaman dan
partisipasi masyarakat dalam program ini, serta memperbaiki infrastruktur dan sumber daya
manusia yang terlibat dalam program susu gratis.
Kendala terkait program susu gratis adalah Indonesia masih terlalu bergantunug pada
impor susu dari negeri luar Secara rinci, sepanjang Semester I-2021 susu yang diimpor oleh
Indonesia sebanyak 151.187,57 ton dengan nilai US$ 425,8 juta. Nilai impor tersebut naik
3,15
% jika dibandingkan dengan nilai impor periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$
412,8 juta. Ratusan ribu ton susu yang telah berhasil diimpor sepanjang Januari-Juni 2021
tersebut, berasal dari Selandia Baru (51.058,73 ton), Amerika Serikat (34.187,76 ton),
Australia (16.835,15 ton), Belgia (18.349 ton), Perancis (6.900,3 ton), dan negara lainnya
sebanyak 23.856,58 ton.

3. Upaya yang dapat dilakukan untuk menyukseskan implementasi program susu gratis

Program susu gratis itu akan diberikan bertahap kepada 82,90 juta orang, yang terdiri dari
anak-anak usia dini, murid SD, SMP, SMA/SMK, santri, dan ibu hamil. Inilah Gerakan Emas
(emak- emak dan anak minum susu). Dengan minum susu, diharapkan rakyat sehat dan
cedas untuk Indonesia Emas 2045. Secara sederhana, jika setiap orang minum susu 100
ml/minggu sebanya k 52 minggu/tahun, maka untuk memenuhi kebutuhan penerima susu
gratis diperlukan pasokan susu mentah segar (fresh raw milk) sapi perah sekitar 0,44 juta ton.
Susu mentah segar
ini diolah dulu agar layak untuk dikonsumsi.

Untuk menyukseskan implementasi program susu gratis ada beberapa Upaya yang dapat
dilakukan pertama pemahaman dan komunikasi yang efektif Dimana semua pihak yang tierlibat
dalam program susu gratis harus memahami tujuan dan maanfaat dari program yang sedang
berlangsung . Komunikasin yang efektif kepada Masyarakat, sekolah dan pihak yang terkait
sangat mempengaruhi keberlangsungan program susu gratis. Ketersediaan susu yang cukup dan
aksesbilitas yang mudah sangat mempengaruhi keberlangsungan program susu gratis dimana hal
ini mungkin melibatkan Kerjasama yang baik antar produsen susu , distributor dan pemerintah
setempat untuk memastikan pasokan yang memadai dan distribusi yang efisien. Informasi prihal
manfaat pentingnya mengkonsumsi susu dan nilai gizi yang terdapat pada susu juga harus di
sebarluaskan hal ini untuk mengajak Masyarakat terutama anak - anak untuk rutin
mengkonsusmsi susu untuk menciptakan generasi emas. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
melakukan edukasi di sekolah, materi promosi dan workshop tentang gizi. Kolaborasi sekolah
dengan pihak terkait juga sangat diharapkan agar berjalannya program ,dengan melibatkan
sekolah dalam perencanaan dan pelaksanaan program ,serta bekerjasama dengan pihak terkait
seperti kantor Pendidikan, pemerintah daerah dan organisasi Masyarakat untuk mendukung
program susu gratis. Memantau pelaksanaan program secara teratur untuk menilai efektifitasnya
, hal ini melibatkan pengumpulan data tentang partisipasi, dampak kesehatan dan tanggapan
dari peserta program untuk mengidentifikasi area- area yang perlu diperbaiki. Menggalang
dukungan dari Masyarakat lokal termasuk orang tua, guru dan Masyarakat lainnya untuk
mendukung dan berpartisipasi aktif dalam program dan menciptakan rencana jangka Panjang
untuk menjaga keberlanjutan program susu gratis termasuk pembiayaan, manajemen, dan
perbaikan berkelanjutan berdasarkan hasil evaluasi. Dengan menjalankan strategi dan Upaya ini
implementasi program susu gratis dapat berjalan dengan baik dan dapat memberi manfaat yang
signifikan bagi Kesehatan konsumennya terutama anak – anak sehingga dapat menciptakan
generasi emas yang unggul.

Salah satu cara agar program susu gratis dapat terealisasi adalah Bantuan distribusi pangan
seperti yang di katakana oleh Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA), pemerintah
daerah, dan seluruh pihak terkait terus mengupayakan bantuan distribusi pangan dari wilayah
surplus ke wilayah defisit untuk menjaga stabilitas harga komoditas pangan dan mengendalikan
inflasi. NFA dan seluruh pihak bantu, termasuk pemerintah daerah," kata Kepala NFA Arief
Prasetyo Adi saat dihubungi di Jakarta, Sabtu. Bantuan distribusi pangan yang dimaksud adalah
memberikan subsidi atau membiayai ongkos logistik suatu komoditas pangan dari daerah sentra
produksi yang memiliki stok melimpah ke wilayah yang kekurangan suatu komoditas pangan. Hal
itu bertujuan untuk menjaga pasokan komoditas pangan di suatu daerah agar harganya tidak
melonjak tinggi. Pengendalian inflasi tidak bisa dikerjakan sendiri, peran dari unit kerja atau
dinas yang menangani pangan di provinsi dan kabupaten/kota sebagai mitra Badan Pangan
Nasional di daerah sangat penting dan strategis. Tentunya juga bersama stakeholder terkait
lainnya, kita berkolaborasi dan membuat komitmen bersama untuk menjaga dan mengendalikan
inflasi pangan.

Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong peningkatan


produktivitas industri pengolahan susu di dalam negeri. Upaya ini untuk memenuhi kebutuhan
produk olahan susu di pasar domestik maupun global yang semakin meningkat. “Seiring dengan
meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat dan bertumbuhnya kelas menengah,
kemudian bertransformasinya gaya hidup masyarakat menjadi lebih sehat, dan juga
meningkatnya permintaan produk bernutrisi tinggi selama pandemi Covid-19, kami meyakini
konsumsi produk susu olahan akan terus tumbuh tinggi ke depannya,” kata Direktur Jenderal
Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika. Putu pun mengemukakan, saat ini tingkat konsumsi
susu per kapita masyarakat Indonesia sebesar 16,9 kg per kapita per tahun setara susu segar.
“Jumlah ini perlu dipacu lagi untuk bisa bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Apalagi, peluang
peningkatan konsumsi susu di Indonesia masih sangat besar, yang membuat investor berlomba-
lomba untuk meningkatkan investasi di bidang industri pengolahan susu,” ungkap Putu. Namun
demikian, dalam rangka peningkatan produktivitas industri pengolahan susu, diperlukan langkah
untuk menjaga ketersediaan bahan baku. Sebab, kondisi saat ini, hanya sekitar 20 persen bahan
baku susu yang dipasok dari dalam negeri. “Masalah ini disebabkan laju pertumbuhan produksi
susu segar di dalam negeri, yaitu sebesar rata-rata 1 persen dalam enam tahun terakhir,
sehingga tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan kebutuhan bahan baku industri
pengolahan susu yang tumbuh rata-rata 5,3 persen,” sebut Putu. Menurut Putu, kendala utama
dalam pengembangan produksi susu segar dalam negeri (SSDN) adalah masih sedikitnya populasi
sapi perah di Indonesia (sekitar 592 ribu ekor), rendahnya produktivitas sapi perah rakyat (8-12
liter per ekor per hari), dan tingginya rasio biaya pakan dengan hasil produksi susu (0,5-0,6).
“Pengembangan produksi susu segar juga dihadapkan pada terbatasnya lahan untuk kandang
dan pakan hijauan,” imbuh Putu. Selain itu, minimnya kepemilikan sapi perah peternak rakyat (2-
3 ekor per peternak), biaya pembesaran (rearing) anakan sapi perah yang cukup mahal,
kurangnya pemahaman peternak rakyat akan Good Dairy Farming Practices (GDFP), serta masih
minimnya minat anak muda untuk menjadi peternak. Oleh karenanya, guna mengatasi berbagai
persoalan dalam pengembangan SSDN, diperlukan dukungan dan kebijakan pemerintah yang
berpihak kepada penanganan di sektor hulu baik koperasi susu dan peternak sapi perah.
Misalnya, Kemenperin telah memberikan bantuan sebanyak 84 cooling unit kepada 68 koperasi
susu di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Pada tahun 2021, kami telah
membantu mendirikan Milk Collection Point (MCP) di koperasi susu di Pengalengan, Jawa Barat,
dan pada tahun 2022 kami melakukan digitalisasi di 40 tempat penerimaan susu (TPS) di Jawa
Timur untuk mendukung implementasi program industri 4.0,” tutur Putu.

4. Manfaat yang diharapkan

Dengan program susu gratis diharapkan program tersebut mempunyai sederet manfaat bagi
anak-anak bangsa, hal itu karena susu mengandung aneka nutrisi seperti protein, kalsium,
vitamin D, serta zat besi. Aneka nutrisi tersebut membantu untuk memastikan pertumbuhan
tulang yang sehat, perkembangan otak yang optimal, dan penguatan sistem kekebalan tubuh.

Susu merupakan sumber protein (kasein), lemak (asam lemak miristrat, stearat, oleat,
linoelat, dan linolenat), karbohidrat (laktosa), vitamin (A,D,E), serta mineral (kalium, kalsium,
phosphor, klorida, fluor, natrium, magnesium). Selain itu, susu mengandung enzim-enzim, air
dan senyawa bioaktif dalam jumlah yang memadai.Kalsium dalam susu mempunyai berbagai
fungsi didalam tubuh antara lain pembentukan tulang dan gigi, mengatur reaksi biologi,
membantu
kontraksi otot dan mengatur pembekuan darah. Didalam tulang, kalsium mempunyai dua fungsi
yaitu sebagai bagian dari struktur tulang dan sebagai cadangan kalsium bagi tubuh. Kalsium
sangat diperlukan dalam proses pembentukan gigi. Kekurangan kalsium selama masa
pembentukan gigi dapat menyebabkan kerentanan terhadap kerusakan gigi (Winarno : 2007)

Selain kalsium dan lemak dalam susu juga terdapat kandungan protein yang tinggi. Protein
susu sepadan dengan daging dan hanya diungguli oleh protein telur. Protein diperlukan untuk
regenerasi sel-sel baru dan pembentukan otak pada janin, membentuk enzim dan hormon serta
energy (Notoatmodjo: 2007) . Selain itu protein juga berfungsi sebagai pertahanan terhadap
bakteri dan virus. Konsumsi susu secara teratur akan membentuk pertahanan tubuh.

Secara alami, susu merupakan suatu emulsi lemak dalam air. Kadar airnya yang tinggi 87,5%,
banyak bermanfaat menyimpan berbagai zat-zat gizi penting seperti vitamin, mineral, protein
serta gula. Dalam 250 ml susu dengan kadar lemak susu 2%, terkandung 285 mg kalsium dan 8
gram protein. Nutrien lain yang terkandung dalam sususapi yaitu vitamin D dan K yang baik
untuk kesehatan tulang; iodium merupakan mineral penting untuk fungsi tiroid; vitamin B12 dan
ribovlavin diperlukan untuk produksi energi dan kesehatan kardiovaskular; biotin, vitamin A,
potassium, magnesium, thiamin dan asam linoat. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa
konsumsi susu sedikitnya 1,5 liter perhari memperkecil resiko penyakit jantung. Sekelompok
pakar peneliti juga menyimpulkan minum susu lebih dari rata-rata dapat memberikan
perlindungan terhadap resiko stroke (Winarno: 2007). Uraian lain yang berhubungan dengan
manfaat yang terdapat dalam susu adalah bahwa setiap 100 gram susu terkandung panas
sebesar 70.5 kilo kalori, protein sebanyak 3.4 gram, lemak 3.7 gram, kalsium sebesar 125
miligram, sementara prosentase penyerapan dalam tubuh sebesar 98 persen sampai dengan –
100 persen

Nutrisi yang terkandung di dalam susu juga mendukung kesehatan otak dan kognitif anak.
Kalsium dan vitamin D berperan penting dalam membentuk dan menguatkan syaraf otak.
Sehingga anak-anak Indonesia tumbuh dengan intelektual yang baik.

Salah satu ide untuk membuatt program susu gratis dapat terealisasikan yaitu
memaksimalkan terkait distribusi nya ke seluruh wilayah Indonesia hal ini sejalan dengan
pemerintah bahwa pemerintah dapat mendorong penggunaan kereta api dalam distribusi
pangan melalui pemberian subsidi pengangkutan barang. Kereta api yang memiliki kapasitas
besar dinilai dapat membawa banyak barang sekaligus, sehingga mengurangi biaya dan
meningkatkan efisiensi. Selain itu, penggunaan jalur laut juga merupakan pilihan yang sangat
layak untuk mengatasi tantangan geografis Indonesia. Angkutan laut antar-pulau dapat
dimaksimalkan untuk mengirimkan bahan pangan dari daerah produsen ke pusat konsumsi. Ia
memastikan penggunaan
jalur rel kereta api atau jalur laut juga memiliki manfaat dalam mengurangi pungutan liar di
jalan. Pungutan liar sering menjadi beban tambahan dalam angkutan logistik darat, yang dapat
mengganggu distribusi pangan. "Dengan kereta atau kapal, pungutan liar dapat dihindari, dan
para pengemudi pasti jadi lebih nyaman dan aman dalam menjalankan tugas mereka," ujar
Djoko.Djoko menambahkan peran teknologi dalam transportasi logistik tidak boleh diabaikan.
Sistem manajemen logistik berbasis teknologi dapat membantu pemantauan dan optimalisasi
pengiriman, mengurangi waktu tunggu, serta menekan risiko kerusakan atau pemborosan.
Dengan sistem informasi yang canggih, lanjut dia, pemangku kepentingan dapat mengakses
informasi real-time mengenai posisi dan kondisi barang pengiriman. Selain aspek infrastruktur
dan teknologi, peran koordinasi antara pemerintah, produsen, pengangkut, dan pedagang
sangat penting. Koordinasi yang baik dapat menghindari tumpang tindih dan memastikan bahwa
setiap tahap distribusi berjalan lancar. "Koordinasi yang baik antara pemerintah, produsen,
pengangkut, dan pedagang sangat penting,".

Pemerintah Indonesia menetapkan target peningkatan produksi susu dalam negeri hingga
2,4 juta ton per tahun pada 2028. Di saat yang sama pemerintah juga berambisi untuk
memenuhi 60% kebutuhan konsumsi nasional pada 2025, dari yang saat ini (2021) hanya 22%.
Berdasarkan analisa CIPS, untuk mencapai target tersebut, perlu ada peningkatan populasi sapi
perah hingga 1,8 juta ekor atau tiga kali lipat dari populasi saat ini. Kemudian harus ada
peningkatan target produktivitas harian sebesar 20 liter per ekor atau naik 30% dari
produktivitas saat ini. Agar ambisi ini tercapai, perlu ada investasi pada teknologi terutama untuk
peningkatan produktivitas. Akan tetapi, peternak menghadapi tantangan dalam adopsi
teknologi. Studi CIPS menjelaskan bahwa tantangan pertama berkaitan dengan profitabilitas.
Secara umum, untuk mengantongi keuntungan yang lebih besar, peternak memilih memotong
biaya, bukan mendongkrak pendapatan dengan meningkatkan produktivitas melalui penggunaan
teknologi. Selanjutnya, rendahnya adopsi teknologi juga berkaitan dengan kurangnya kesadaran.
Hampir 70% petani tidak mengetahui praktik terbaik dan teknologi untuk memastikan
produktivitas dan kualitas susu. Mayoritas peternak di Indonesia hanya lulusan sekolah dasar
(SD), mengelola kurang dari 10 sapi perah, tidak ikut serta dalam kegiatan koperasi atau
kelompok peternak, dan jarang sekali mendapat kunjungan dari petugas. Baca juga: Peliknya
Masalah Persusuan di Indonesia Pemerintah RI telah melakukan berbagai upaya. Meskipun
begitu, banyak dari regulasi dan program teknologi transfer pemerintah belum tepat sasaran.
Pasalnya, program yang berlangsung kebanyakan berfokus pada penelitian dan pendampingan
yang menyediakan subsidi dan hibah. Lebih lanjut, kekurangan lainnya dari strategi pemerintah
adalah di sisi penerapan. Pemberian subsidi dan hibah teknologi hanya efektif dalam jangka
pendek. Selain itu, ini sering kali mengarah
pada adopsi semu perilaku, di mana peternak mengadopsi teknologi karena itu gratis. Program-
program seperti ini akhirnya mendorong petani untuk menunggu hibah dari pemerintah, alih-
alih melakukan pembelian dan investasi sendiri. Agar dapat lebih memaksimalkan program
transfer teknologi, ada baiknya pemerintah lebih aktif melibatkan peran sektor swasta. Hal ini
mengingat banyak perusahaan pengolah susu memiliki program pendampingan dan transfer
teknologi yang lebih berkelanjutan dan berorientasi pasar

PENUTUP
Kesimpulan
1. Untuk meningkatkan Kesehatan karena susu mengandung nutrisi penting seperti
kalsium, protein dan vitamin D yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
yang sehat.
2. Kendala yang di hadapi dalam implementasi susu gratis yaitu keterbatasan anggaran,
infrastruktur yang kurang memadai, kualitas susu yang tidak terjamin dan
ketersediaan distribusi.
3. Berkerjasama dengan industri susu untuk memastikan pasokan susu yang memadai
dan berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA
Media Indonesia.2021. percepat-distribusi-dengan-sistem-pangan-yang-lebih-lokal.Kebon jeruk
Jakarta Selatan.
Kantor Berita Indonesia.2022. Pemerintah upayakan bantu distribusi pangan wilayah surplus ke
deficit.Pasar baru, Jalan ANTARA No.53 Sawah Besar, Jakarta.
Tribun kaltara.2024.Cek Berapa Anggaran, Kebutuhan Beras dan Susu Sapi untuk Program Makan
Siang Gratis Prabowo-Gibran.Tanjung selor Kalimantan Utara.
Harian Ekonomi Neraca.2023. Pemerintah Industri Pengolahan Susu di Dalam Negeri. Jl. Danau
Toba No 127, Jakarta Pusat.
CNBC Indonesia.2021. Maaf! RI Belum Bebas dari Impor Susu, Kopi Sampai teh. Jl. Kapten P. Tendean
No.Kav. 12 - 14A, RT.2/RW.2 12790 Daerah Khusus Ibukota Jakarta Jawa.
KumparanFood.2019. Mengapa Orang Indonesia Kurang Minum Susu. Jati Padang, Ps. Minggu, Kota
Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Kantor Berita Indonesia.2023. Pengamat: Optimalkan semua moda transportasi untuk distribusi
pangan , Jalan ANTARA No.53 Sawah Besar, Jakarta.
Tirto.id.2023. Pendapatan Susu Segar RI Kalahkan Negara Maju, Tapi 80% Impor. Jl. Madrasah
No.11A, RT.8/RW.4 12560 Daerah Khusus Ibukota Jakarta Jawa.
Witantri Kusrini.2022. ANALISIS STRATEGI BISNIS PADA OLAHAN SUSU SEGAR HOUSE OF
MILK. Jurnal Ekonomi Trisakti. 2(2): 1-2.
Raden Febrianto Christi.2019. PENTINGNYA MINUM SUSU UNTUK ANAK USIA DINI, REMAJA DAN
LANJUT USIA DI PESISIR PANGANDARAN. Media Kontak Tani Ternak. 1(2):12-15.

Winarno F.G, dan Fernandez Ivone, E, 2007, Susu dan Produk Fermentasinya M-Brio Press,Bogor,
2007
Notoatmodjo, Soekidjo,Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010.

Anda mungkin juga menyukai