DI SUSUN OLEH :
1. Dwi Eka Rahmawati (1601008)
A. Latar Belakang
Millennium Development Goals (MDGs) menyepakati delapan tujuan yang harus
dicapai oleh negara-negara di dunia. Tujuan ke empat dari MDGs adalah menurunkan
angka kematian bayi di dunia. Pemberian ASI memberikan dampak yang signifikan
dalam menurunkan angka kematian bayi. Pemberian ASI selama 6 bulan di dunia
berkisar antara 1% sampai 89% (WHO, 2012).Data statistic United Nations
Children’s Fund (UNICEF) (2013) memaparkan rata-rata pemberian ASI eksklusif
pada bayi sampai 6 bulan di wilayah Afika 47%, Asia 31%, Amerika Latin dan
Caribia 48%, dan total rata-rata di dunia adalah 39%. Centers for Disease Control
and Prevention’s (CDC)(2012) memaparkan tingkat pemberian ASI eksklusif 6
bulan naik dari 35% menjadi 49%, tingkat pemberian ASI selama 1 tahun naik dari
16% menjadi 27%. Data World Health Organisation(WHO) (2010) menunjukkan
bahwa angka pemberian ASI eksklusif enam bulan pertama di dunia sebesar 38%,
dengan persentase tiga wilayah paling tinggi adalah Asia Selatan (45%), Asia Timur
(43%), dan negara berkembang (38%).Indonesia berada dalam kelompok capaian
negara berkembang.
Profil kesehatan Indonesia memaparkan persentase pemberian ASI eksklusif pada
bayi 0-6 bulan tahun 2010 mencapai 61, 3% , tahun 2011 mencapai 61,5% ,
tahun 2012 sebesar 48,6% (Kementrian Kesehatan RI, 2010, 2011,2012). Terjadinya
penurunan yang signifikan menyebabkan angka kejadian kasus diare pada tahun
2012 sebesar 1.585, dan menunjukkan kenaikan Case Fatality Rate (CFR) diare
sebesar 1.45% dan angka CFR tahun 2012 menunjukkan tidak tercapainya target
CFR (<1%) (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Kelompok ibu hamil dan menyusui termasuk dalam population at risk. Population
at risk adalah kelompok yang memiliki peluang untuk lebih cepat mengalami
masalah kesehatan. Masalah kesehatan pada ibu hamil dan menyusui muncul karena
interaksi faktor resiko dengan dimensi biologi dan usia, faktor risiko perilaku dan
faktor risiko lingkungan (Stanhope & Lancaster, 2010). Pada karya ilmiah ini ibu
hamil dan menyusui berada dalam kelompok risiko, karena ibu hamil dan menyusui
yang memperoleh asuhan belum terputus pemberian ASI eksklusif pada bayi
mereka. Faktor risiko biologi pada ibu hamil dan menyusui adalah bentuk puting
susu ibu, kesiapan ibu berperan menjadi ibu, kecemasan ibu. Faktor perilaku pada
ibu menyusui perilaku diit ibu, ibu bekerja sehingga menganggap menyusui adalah
hal yang merepotkan. Faktor lingkungan pada ibu hamil dan menyusui yang
berpengaruh adalah sulitnya mendapatkan pelayanan konseling laktasi, dukungan
keluarga dan masyarakat untuk tetap memberikan ASI.
Saleh dan Noer (2011) mengatakan faktor yang mempengaruhi praktik pemberian
ASI eksklisif adalah pengetahuan, sikap dan perilaku ibu yang masih rendah, ibu
bekerja, dukungan suami yang kurang, dan peran tenaga kesehatan yang masih
kurang. Sholihah., at all (2010) menyimpulkan dalam penelitiannya faktor dominan
yang mempengaruhi ibu memberikan ASI adalah pendidikan ibu. Rahmah (2011)
melakukan studi fenomenologi : Atribusi tentang kegagalan pemberian ASI eksklusif
pada ibu bekerja menyimpulkan faktor penyebab yang sifatnya internal, tidak stabil
dan dapat dikendalikan adalah kondisi psikis ibu yang mengalami stres, kurangnya
usaha atau persiapan ibu semasa kehamilan, kurangnya pengetahuan ibu tentang
manajemen laktasi, kurangnya keterampilan menyusui, kurangnya ketekunan dan
kesabaran dalam berlatih menyusui, perepsi yang salah tentang menyusui, dan tidak
adanya motivasi untuk menyusui.
Centre for Breastfeeding Education (2011) mengemukakan bahwa ibu menyusui
masih beranggapan bahwa menyusui dapat membuat ibu tidak bebas beraktivitas.
Selain itu, adanya anggapan pada ibu menyusui bahwa memberikan susu dengan
menggunakan botol lebih mudah dibandingkan dengan menyusui secara langsung
(Centre for Breastfeeding Education, 2011). Faktor risiko sosial ekonomi
ditunjukkan dari hasil survey di Inggris bahwa 17% perempuan memilih memberikan
ASI karena ASI lebih murah dari susu botol dan 25% perempuan memilih untuk
memberikan susu botol kepada bayi mereka karena ingin kembali bekerja untuk
memenuhi kebutuhan keuangan keluarga (Moddy, Britten, & Hogg, 2006).
Peningkatan jumlah wanita bekerja, dan kurang tersosialisasinya manfaat asi untuk
ibu dan bayi menyebabkan ibu memilih untuk tidak memberikan ASI setelah masa
cuti berakhir. Kurangnya pemberian ASI eksklusif pada bayi berdampak pada
angka kematian bayi, kejadian kasus diare pada bayi, dan penumonia pada
bayi. Masalah kematian bayi, diare pada bayi dan pneumonia harus mendapatkan
intervensi di masyarakat.
Dari data di atas menunjukkan masih banyak ibu menyusui yang kurang sabar di
dalam memberikan asi pada balita ,maka dari itu puskesmas mendirikan posyandu
balita untuk menurunkan jumlah balita yang gizi nya tidak seimbang atau kurang
.Desa Tibayan adalah salah satu yang sudah di adakan posyandu balita ,di sana
masih banyak yang belum mendapatkan ASI ekslusif untuk bayinya serta balita
yang memiliki BB yang kurang .Masih banyak di desa Tibayan balita berumur 6-8
bulan yang sudah tidak di berikan ASI oleh ibunya , karena kebanyakan ibu-ibu di
desa tersebut sibuk dengan pekerjaan rumah .Maka dari itu sangat penting di desa
tersebut untuk di berikan pendidikan kesehatan tentang ASI eklusif .
B. Diagnosa Keperawatan
Kesiapan Untuk Meningkatkan ASI
C. Rencana Kegiatan
1) Topic : Pemberian ASI Eklusif
2) Tujuan Umum :Agar Ibu atau masyarakat mampu memahami tentang
keperawatan pada bayi dalam memberikan ASI di lingkungan masyarakat.
3) Tujuan Khusus:
Menurut NOC :