Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN


KEJADIAN STUNTING PADA BATITA
UMUR 24-36 BULAN

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Skripsi


Pada Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Indramayu (STIKes) Indramayu

Oleh :
YANNI
R.18.01.082

YAYASAN INDRA HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stunting adalah sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorang lebih pendek

dibandingkan tinggi badan orang lain pada umumnya (yang seusia) (Saadah, 2020).

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak dibawah dua tahun yang disebabkan

kurang gizi kronis. Stunting terjadi sejak ibu mengandung hingga anak usia 2 tahun

(80% pembentukan otak terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan anak). Masalah anak

pendek (Stunting) merupakan salah satu permasalahan gizi yang dihadapi di dunia,

khususnya di negara-negara miskin dan berkembang. Stunting menjadi permasalahan

karena berhubungan dengan meningkatnya resiko terjadinya kesakitan dan kematian,

perkembangan otak suboptimal sehingga perkembangan motorik terlambat dan

terhambatnya pertumbuhan mental. Beberapa studi menunjukan resiko yang

diakibatkan Stunting yaitu penurunan prestasi akademik, meningkatkan resiko

obesitas lebih rentan terhadap penyakit tidak menular dan peningkatan resiko

penyakit degeneratif (Yosephin dkk, 2019).

Kejadian Batita pendek atau biasa disebut dengan Stunting merupakan salah

satu masalah gizi yang dialami oleh Batita di dunia saat ini. Pada tahun 2017 sebesar

22,2% atau sekitar 150,8 juta Batita di dunia mengalami Stunting (Hawi dkk, 2020).

Lebih dari setengah Batita Stunting di dunia berasal dari Asia (55%) sedangkan lebih

1
2

dari sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. Dari 83,6 juta Batita Stunting di Asia,

proporsi terbanyak di asia Selatan (58,7%) dan proporsi paling sedikit di Asia Tengah

(0,9%) (Kemenkes, 2018).

Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di

regional Asia Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR). Rata-rata prevalensi batita

Stunting di Indonesia adalah 36,4%. Saat ini, 9 juta atau lebih dari sepertiga jumlah

Batita (37,2%) di Indonesia menderita Stunting. Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017

menunjukkan prevalensi Batita Stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6%

(Kemenkes, 2018).

Kondisi Stunting di Jawa Barat pada tahun 2020 berada di presentase 26,21 %

dan berada di peringkat 11. Provinsi Jawa Barat memiliki 18 kabupaten, dimana

terdapat kabupaten yang tingkat prevalensinya cukup tinggi yaitu Kabupaten

Tasikmalaya 18.97 % dan prevalensi paling sedikit yaitu berada di Kabupaten

Karawang 2.54 % (Firdanti, 2021).

Prevalensi kasus Stunting di Kabupaten Indramayu mencapai 752 Batita

sangat pendek dan 4431 Batita pendek, prevalensi Stunting tertinggi di Indramayu

berada di Kecamatan Lohbener yaitu dengan 87 Batita sangat pendek dan 252 Batita

pendek (Dinas Kesehatan Indramayu, 2021).

Stunting disebabkan oleh kebersihan lingkungan yang buruk, sehingga anak

sering terkena infeksi. Pola asuh yang kurang baik juga ikut berkontribusi atas

terjadinya Stunting, buruknya pola asuh orang tua sering kali disebabkan oleh kondisi

ibu yang masih terlalu muda, atau jarak antara kehamilan terlalu pendek. Stunting

STIKes Indramayu
3

terjadi karena kurangnya asupan gizi pada anak dalam 1000 hari pertama kehidupan,

yaitu semenjak anak masih didalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun. Salah

satu penyebabnya adalah kurangnya asupan protein. Stunting pada anak bisa

disebabkan oleh masalah pada pada saat kehamilan, melahirkan menyusui, atau

setelahnya seperti pemberian MPASI yang tidak mencukupi asupan nutrisi dan tidak

diberikannya ASI Eksklusif (Imani, 2020).

Ari susu ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Eksklusif

maksudnya bayi dari lahir sampai umur 6 bulan hnaya diberikan ASI saja tanpa ada

tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa

makanan pendamping apa pun seperti pisang, bubur, nasi, pepya, atau biskuit, dan

lain-lain. Pada isapan pertama IMD bayi akan mendapat susu pertama yang bening

dan cair yang akan menghilangkan dahaganya. Setelah itu gerak refleks bayi unytyuk

mengisap susu akan timbul sehingga susu yang lebuh kental keluar yang akan

menghilangkan laparnya (Widiartini, 2017).

Keberhasilan dalam mendapatkan puting susu memungkinkan bayi untuk

menperoleh kolostrum. Zat gizi pada kolostrum dibutuhkan bayi pada awal-awal

kehidupannya, termasuk untuk pertumbuhan tingginya. Hal itu karena kolostrum

memiliki kandungan protein imunoglobulin A yang dapat memberikan perlindungan

bagi bayi hingga usia 6 bulan. Selain itu, terdapat mineral yang dibutuhkan oleh bayi

baru lahir, seperti kalsium, kalium dan natrium yang berperan dalam pembentukan

tulang. Zat-zat gizi pada kolostrum juga membantu sistem pencernaan sehingga

STIKes Indramayu
4

memudahkan penyerapan dari unsur mineral. Oleh karena itu, bayi yang

mendapatkan IMD memiliki keuntungan yang lebih banyak dari bayi yang tidak IMD

karena memperoleh unsur-unsur penting dari kolostrum dan mengurangi risiko untuk

mengalami Stunting. Keuntungan lainnya yang diperoleh oleh bayi yang IMD yakni

memiliki peluang lebih besar untuk berhasil dalam ASI eksklusif (Annisa, 2019).

Upaya pencegahan Stunting tidak bisa lepas dari pengetahuan orang tua

tentang Stunting. Dengan pengetahuan yang baik, dapat memunculkan kesadaran

orang tua akan pentingnya pencegahan Stunting. Kesadaran orang tua membentuk

pola atau perilaku kesehatan terutama dalam pencegahan Stunting. pemenuhan gizi

mulai dari ibu hamil, gizi anak, menjaga lingkungan dan sanitasi rumah, perilaku

hidup bersih dan sehat, terus memantau tumbuh kembang anak, dampingi MPASI

dengan ASI Eksklusif, beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan (Harmoko,

2017).

Pemberian ASI Eksklusif sangat berpengaruh dalam proses perkembangan

dan pertumbuhan pada anak, karena didalam ASI mengandung banyak zat yang

mendukung dalam kecerdasan motoric dan perkembangan (Ariany, 2021). Salah satu

upaya meningkatkan perkembangan adalah dengan pemberian ASI Eksklusif.

Kandungan ASI terdiri atas kolostrum, lemak, karbohidrat, protein, vit-A, zat besi,

kalsium mineral, dan lizozim, kandungan tersebut memiliki manfaat bagi Batita

maupun ibu, salah satu di antaranya adalah mencegah tejadinya gizi lebih pada Batita

(Lestari, 2019).

STIKes Indramayu
5

Dari latar belakang diatas dapat disimpulkan bahwa dengan ASI Eksklusif

dapat mempengaruhi kejadian Stunting. Oleh karena itu penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian

Stunting Pada Batita”.

Menurut data hasil penelitian oleh Sampe dkk, 2020. Hasil penelitian

menggunakan uji chi-square dan dilanjutkan menggunakan uji odds ratio. Didapatkan

hasil uji chi square p = 0.000 (0.000 < 0.05), hal ini menunjukkan ada hubungan

pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian Stunting pada Batita. Sedangkan pada uji

odds ratio didapatkan nilai OR = 61 yang artinya Batita yang tidak diberikan ASI

Eksklusif berpeluang 61 kali lipat mengalami Stunting dibandingkan Batita yang

diberi ASI Eksklusif. ASI Eksklusif dapat mengurai risiko terjadinya Stunting.

B. Rumusan Masalah

Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi

badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan

panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar

pertumbuhan anak. Batita Stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan

oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada

bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Batita Stunting di masa yang akan datang

akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang

optimal. Dampaknya sangat luas, mulai dari dimensi ekonomi, kecerdasan, kualitas,

dan dimensi bangsa yang berefek pada masa depan anak (RI, 2018).

STIKes Indramayu
6

Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 menyatakan Air Susu Ibu (ASI)

eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan,

tanpa menambahkan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali

obat, vitamin, dan mineral). Kesadaran ibu untuk memberikan ASI memang sudah

meningkat, namun kebanyakan ibu belum melakukannya secara eksklusif. WHO

menyatakan bahwa hanya dua perlima bayi yang mengalami IMD dan hanya sekitar

40% bayi yang diberikan ASI ekslusif (WHO, 2018).

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian ASI

Eksklusif dengan kejadian Stunting pada Batita usia 24 -36 bulan.

2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus dalam penelitian ini adalah:

a. Mengidentifikasi gambaran Stunting pada Batita Umur 24-36 bulan.

b. Mengidentifikasi gambaran pemberian ASI Eksklusif pada Batita Umur

24-36 bulan.

c. Mengidentifikasi hubungan antara Stunting dengan ASI Eksklusif pada Batita

Umur 24-36 bulan.

STIKes Indramayu
7

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan

untuk Menyusun program dan kebijakan dalam mencegah atau menurunkan kejadian

Stunting di kabupaten indramayu.

2. Bagi Pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian pengembang ilmu

pengetahuan bagi mahasiswa kesehatan khususnya keperawatan untuk menambah

informasi tentang Stunting dan faktor yang berhubungan dengan Stunting.

3. Bagi Profesi Perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau rujukan

mengenai hal-hal terkait dengan Stunting untuk merencanakan dan

mengimplementasikan asuhan keperawatan pada Stunting yang dapat mencegah atau

menurunkan angka kejadian Stunting.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan disalah satu Kecamatan Indramayu untuk

mengetahui pemberian ASI Eksklusif dengan angka kejadian Stunting menggunakan

metode penelitian Deskriptif Analitik dengan metode cross sectional. Populasi yang

akan berpartisipasi dalam artikel penelitian ini yaitu ibu dan batita umur 24-36 bulan

STIKes Indramayu
8

dengan jumlah sampel minimal 30 responden. Penelitian ini akan di laksanakan pada

bulan Maret-Mei 2022.

STIKes Indramayu
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ASI Eksklusif

1. Pengertian ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah bayi sejak lahir usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja

tanpa makanan atau minuman (Jumiyati, 2015). Asi eksklusif adalah menyusui bayi

secara murni, yang dimaksud secara murni adalah bayi hanya diberi Asi saja selama 6

bulan tanpa tambahan cairan apapun, seperti susu formula, jeruk, madu, air the, air

putih, dan tanpa pemberian makanan tambahan lain seperti pisang, biskuit, bubur atau

nasi tim. Setelah bayi berusia 6 bulan, barulah bayi diberikan makanan pendamping

asi denga nasi tetap diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Mulyani, 2013).

2. Kandungan asi

ASI merupakan cairan nutrisi yang unik, spesifik dan kompleks dengan

komponen imunologis dan komponen pemacu pertumbuhan. ASI mengandung

sebagian besar air sebanyak 87,5 %, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup ASI

tidak perlu mendapat tambahan air walaupun berada ditempat suhu udara panas.

Selain itu, berbagai komponen yang terkandung dalam ASI antara lain :

8
a. Protein

Protein adalah bahan baku untuk tumbuh, kualitas protein sangat penting selama

tahun pertama kehidupan bayi, karena pada saat ini pertumbuhan bayi paling cepat.

Air Susu Ibu mengandung protein khusus yang dirancang untuk pertumbuhan bayi

manusia. ASI mengandung total protein lebih rendah tapi lebih banyak protein yang

halus, lembut, dan mudah dicerna. Komposisi inilah yang membentuk gumpalan lebih

lunak yang mudah dicerna dan diserap oleh bayi.

b. Lemak

Lemak ASI adalah komponen yang dapat berubah-ubah kadarnya Kadar lemak

bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan kalori untuk bayi yang sedang tumbuh. ASI

yang pertama kali keluar disebut susu mula (foremilk). Cairan ini kira-kira

mengandung 1-2 % lemak dan tampak encer. ASI berikutnya disebut susu belakang

(hindmilk) yang mengandung lemak paling sedikit tiga seperempat kali lebih banyak

daripada susu formula. Cairan ini memberikan hampir seluruh energi.

c. Karbohidrat

Laktosa merupakan komponen utama karbohidrat dalam ASI. Kandungan

laktosa dalam ASI lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi. Selain

merupakan sumber energi yang mudah dicerna, beberapa laktosa diubah

menjadi asam laktat, asam ini membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang

tidak diinginkan dan membantu dalam penyerapan kalsium dan mineral

lainnya.

9
d. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relatif

rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Kadar kalsium, natrium,

kalium, fosfor, dan klorida yang lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi,

tetapi dengan jumlah itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.

e. Vitamin

Vitamin dalam ASI dapat dikatakan lengkap. Vitamin A, D dan C cukup,

sedangkan golongan vitamin B kurang.

3. Manfaat ASI Eksklusif

1. Bagi Bayi

Manfaat ASI bagi bayi adalah :

a. Dapat memulai kehidupannya dengan baik

Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik

setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi

kemungkinan obesitas. Jika dibandingkan ibu yang diberi penyuluhan tentang ASI

dan laktasi dengan ibu yang tidak diberikan penyuluhan, umumnya ibu yang diberi

penyuluhanlah yang banyak memiliki bayi dengan kenaikan berat badan yang baik

setelah lahir (pada minggu pertama kelahiran). Alasannya adalah karena ibu-ibu yang

tidak diberi penyuluhan, kurang mengetahui tentang ASI dan manfaatnya. Mereka

juga sering menghentikan mot pemberian ASI kepada bayinya dengan berbagai

10
macam alasan, entah itu anggapan ASI tidak dapat Theo mengenyangkan bayi,

ataupun anggapan tentang manfaat ASI yang sama dengan susu formula.

b. Mengandung antibody

Bayi baru lahir secara alamiah mendapatkan immunoglobulin (zat kekebalan

atau daya tahan tubuh) dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut dengan

cepat akan menurun segera setelah kelahirannya. Badan bayi baru lahir akan

memproduksi sendiri immunoglobulin secara cukup saat mencapai usia sekitar 4

bulan. Pada saat kadar immunoglobulin bawaan dari ibu menurun dan yang dibentuk

sendiri oleh tubuh bayi belum mencukupi, terjadilah suatu periode kesenjangan

immunoglobulin pada bayi. Kesenjangan tersebut hanya dapat dihilangkan atau

dikurangi dengan pemberian ASI. Air susu ibu merupakan cairan yang mengandung

kekebalan atau daya tahan tubuh sehingga dapat menjadi pelindung bayi dari berbagai

penyakit infeksi bakteri, virus dan jamur. Mekanisme pembentukan antibody pada

bayi adalah sebagai berikut: apabila ibu mendapat infeksi maka tubuh ibu akan

membentuk antibody dan disalurkan dengan bantuan jaringan limfosit. Antibody di

payudara disebut mammae associated immunocompetent lymphoid tissue (MALT).

Kekebalan terhadap penyakit saluran pernafasan yang ditransfer disebut Bronchus

associated immunocompetent lymphoid tissue (BALT) dan untuk penyakit saluran

pencernaan ditransfer melalui Gut Associated Immunocompetent lymphoid Tissue

(GALT).

c. ASI mengandung komposisi yang tepat

11
Dimaksud dengan ASI mengandung komposisi yang tepat adalah karena ASI

berasal dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi terdiri dari proporsi yang

seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6

bulan pertama. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal, berkomposisi

seimbang, dan secara alami disesuaikan dengan kebutuhan masa pertumbuhan bayi.

ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas dan kuantitasnya.

Dengan mencukupi kebutuhan tumbuh bayi hingga usia bayi 6 bulan. Setelah usia 6

bulan, bayi harus mulai mendapatkan makanan pendamping ASI seperti buah-buahan

(pisang, pepaya, jeruk, tomat dan alpukat) ataupun makanan lunak dan lembek (bubur

susu dan nasi tim) karena pada usia ini kebutuhan bayi akan zat gizi menjadi semakin

bertambah dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi sedangkan produksi ASI

semakin menurun. Tetapi walaupun demikian pemberian ASI juga jangan dihentikan,

Asi dapat terus diberikan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih.

d. Memberi rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan

bayi

Hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi, kontak kulit ibu

ke kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun social yang

lebih baik. Hormon yang terdapat dalam ASI juga dapat memberikan rasa kantuk dan

rasa nyaman. Hal ini dapat membantu menenangkan bayi dan membuat bayi tertidur

dengan pulas. Secara psikologis menyusui juga baik bagi bayi dan meningkatkan

ikatan dengan ibu. Dapat di contohkan jika seorang ibu sedang membaca atau duduk

12
di depan komputer saat menyusui, bayi tetap mendapat manfaat dari kehangatan dan

keamanan karena meringkuk di tubuh ibunya.

e. Terhindar dari alergi

Pada bayi baru lahir system IgE belum sempurna. Pemberian susu formula

akan merangsang aktivasi system ini dan dapat menimbulkan alergi. Asi tidak

menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan

akan mengurangi kemungkinan alergi.

f. ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi

Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk

pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat ASI Eksklusif

akan tumbuh optimal dan terbebas dari rangsangan kejang sehingga menjadikan anak

lebih cerdas dan terhindar dari kerusakan sel-sel saraf. Menyusui juga membantu

perkembangan otak. Bayi diberi ASI rata rata memiliki IQ 6 poin lebih tinggi

dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula. Berdasarkan hasil studi

Horwood & Fergusson tahun 1998 terhadap 1000 anak berusia 13 tahun di Selandia

Baru, tampak kecenderungan kenaikan lama pemberian ASI sesuai dengan

peningkatan IQ, hasil tes kecerdasan standar, peningkatan rangking di sekolah dan

peningkatan angka di sekolah. Penelitian oleh Lucas (1996) dan Riva (1998) yang

menemukan bahwa nilai IQ anak ASI lebih tinggi beberapa poin. Tidak hanya itu,

penelitian lain yang dilakukan di negara yang berbeda pada tahun 2002 juga sama

dengan hasil studi Harwood & Fergusson. Richards dkk di Inggris menemukan

13
bahwa anak-anak yang diberi ASI secara bermakna menunjukkan hasil pendidikan

yang lebih tinggi. Dan semua penelitian tersebut meyakinkan manfaat positif

memberikan ASI bahwa anak ASI lebih cerdas. Anak yang diberi ASI akan lebih

sehat, IQ lebih tinggi, EQ dan SQ lebih baik.

2. Bagi Ibu

a. Aspek kontrasepsi

Ibu mungkin tidak menyadari bahwa ASI yang ibu berikan dengan cara

menyusui dapat memberikan aspek kontrasepsi bagi ibu. Hal ini dapat terjadi karena

hisapan mulut bayi pada puting susu ibu merangsang ujung saraf sensorik sehingga

post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur,

menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi. Menjarangkan kehamilan,

pemberian ASI memberikan 98% metode kotrasepsi yang efisien selama 6 bulan

pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (eksklusif) dan belum terjadi

menstruasi kembali. Tapi jika ibu sudah mengalami menstruasi maka ibu diwajibkan

untuk menggunakan alat kontrasepsi lain karena ASI yang diharapkan sebagai alat

kontrasepsi sudah dianggap gagal dengan adanya tanda menstruasi tadi.

b. Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh

kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya

perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca

persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma

mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah dibanding yang tidak menyusui.

14
Selain itu, mencegah kanker hanya dapat diperoleh ibu yang menyusui anaknya

secara eksklusif. Penelitian membuktikan bahwa ibu yang memberikan ASI secara

eksklusif memiliki resiko terkena kanker payudara dan kanker ovarium 25% lebih

kecil daripada yang tidak menyusui secara eksklusif.

c. Aspek penurunan berat badan

Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke

berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil, badan bertambah besar,

selain karena ada janin, juga karena penimbunan lemak pada tubuh, cadangan lemak

ini sebenarnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI.

Dengan menyusui tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga

timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Dan jika

timbunan lemak menyusut, berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan seperti

sebelum hamil. Menyusui juga membakar ekstra kalori sebanyak 200-500 kalori per

hari. Jumlah kalori ini hampir sama dengan jumlah kalori yang dibuang seseorang

jika ia berenang selama beberapa jam atau naik sepeda selama satu jam.

d. Ungkapan Kasih Sayang

Menyusui juga merupakan ungkapan kasih sayang nyata dari ibu kepada

bayinya. Hubungan batin antara ibu dan bayi akan terjalin erat karena saat menyusui

bayi menempel pada tubuh ibu dan bersentuhan antar kulit. Bayi juga bisa

mendengarkan detak jantung ibu, merasakan kehangatan sentuhan kulit ibu dan

dekapan ibu.

e. Ibu sehat, cantik dan ceria

15
Ibu yang menyusui setelah melahirkan zat oxytoxin-nya akan bertambah,

sehingga dapat mengurangi jumlah darah yang keluar setelah melahirkan. Kandungan

dan perut bagian bawah juga lebih cepat menyusut kembali ke bentuk normalnya. Ibu

yang menyusui bisa menguras kalori lebih banyak, maka akan lebih cepat pulih ke

berat tubuh sebelum hamil. Ketika menyusui, pengeluaran hormon muda bertambah,

menyebabkan ibu dalam masa menyusui tidak ada kerepotan terhadap masalah

menstruasi, pada masa ini juga mengurangi kemungkinan terjadinya kehamilan diluar

rencana. Menyusui setelah melahirkan dapat mempercepat pemulihan kepadatan

tulang, mengurangi kemungkinan menderita osteoporosis (keropos tulang) setelah

masa menopause. Menurut statistik, menyusui juga mengurangi kemungkinan terkena

kanker indung telur dan kanker payudara dalam masa menopause. Juga ibu yang

menyusui tidak perlu bangun tengah malam untuk mengaduk susu bubuk, ketika

pergi bertamasya juga tidak perlu membawa setumpuk botol dan kaleng susu,

bukankah dengan memberikan ASI saja kepada bayi bisa menjadi seorang ibu yang

santai dan gembira?

3. Bagi Keluarga

a. Aspek ekonomi

Memberikan ASI kepada bayi, dapat mengurangi pengeluaran keluarga. ASI

tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu

formula dapat dipergunakan untuk keperluan lain. Selain itu, penghematan juga

disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi

biaya berobat.

16
b. Aspek psikologi

Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga

suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.

c. Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja,

Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol, dan dot yang harus

dibersihkan serta minta pertolongan orang lain. Jika bayi menangis tengah malam, ibu

tidak perlu bangun dan membuatkan susu, cukup dengan menyusui bayinya dengan

sambil berbaring, hal ini lebih praktis daripada memberikan bayi susu formula.

4. Bagi Negara

a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi

Adanya faktor protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI menjamin status

gizi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian

epidemiologi menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi,

misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah.

b. Menghemat devisa Negara

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan Nasional. Jika semua ibu menyusui,

diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp 8,6 milyar yang seharusnya dipakai

untuk membeli susu formula.

c. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

17
Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan

memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan

infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak

sakit. Anak yang mendapat ASI lebih jarang dirawat dirumah sakit dibandingkan

anak yang mendapat susu formula.

d. Peningkatan Kualitas Generasi Penerus

Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga

kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin. Anak yang diberi ASI juga memiliki

IQ, EQ dan SQ yang baik yang merupakan kualitas yang baik sebagai penerus

bangsa.

5. Bagi Bumi, menyukseskan perlindungan alam

ASI bersuhu alami segar bebas bakteri, maka tak perlu dipanaskan dan

disteril, bisa mengurangi pemborosan bahan bakar, selain itu untuk memenuhi

kebutuhan susu bubuk yang berlebihan, dunia kita membutuhkan berapa alam

hijau, bahkan menebang pohon pelindung hutan, untuk memelihara sapi perah

yang lebih banyak. Melepaskan susu bubuk dan menggunakan ASI, bisa

menghemat berapa banyak sampah botol dan kaleng susu yang dibuang. Jika

setiap wanita setelah melahirkan mau menyusui dengan ASI selama 2 tahun,

tentunya akan menghemat berapa banyak pembalut wanita.

e. Jenis-jenis ASI Eksklusif

Jika dilihat dari waktu produksinya, ASI dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

18
a. Kolostrum

Merupakan ASI yang dihASIlkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah

bayi lahir. Kolostrum adalah susu pertama yang dihASIlkan oleh payudara ibu

berbentuk cairan berwarna kekuningan atau sirup bening yang mengandung protein

lebih tinggi dan sedikit lemak daripada susu yang matang. Kolostrum merupakan

cairan yang agak kental berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan

dengan ASI mature, bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-

sel epitel, dengan khasiat; Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran,

pencernaan siap untuk menerima makanan, mengandung kadar protein yang tinggi

terutama gama globulin sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap

infeksi, mengandung zat antibody sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari

berbagi penyakit infeksi untuk jangka waktu s/d 6 bulan.

b. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)

Merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh. Pada

masa ini, susu transisi mengandung lemak dan kalori yang lebih tinggi dan protein

yang lebih rendah daripada kolostrum.

c. ASI Mature

ASI Mature merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai

seterusnya. ASI mature merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan

dengan perkembangan bayi sampai usia 6 bulan. ASI ini berwarna putih kebiru-

biruan (seperti susu krim) dan mengandung lebih banyak kalori dari pada susu

kolostrum ataupun transisi.

19
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif

Ada beberapa masalah menyusui yang sering ditemui pada ibu, yaitu:

a. Kurang Informasi

Akibat kurang informasi, banyak ibu yang menganggap susu formula sama

baiknya, bahkan lebih baik dari ASI. Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat

memberikan susu formula jika merasa ASI-nya kurang. Selain itu ibu juga kurang

mengetahui bagaimana cara pemberian ASI secara efektif dan apa saja manfaat yang

dapat diperoleh ibu jika ibu memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Bagi ibu-ibu

yang belum mengetahui manfaat ASI secara benar, cobalah untuk mengikuti seminar-

seminar ataupun penyuluhan tentang ASI agar pengetahuan ibu tentang ASI menjadi

bertambah dan ibu beralih untuk memberikan ASI kepada bayinya sampai 6 bulan.

b. Putting susu yang pendek / terbenam

Ada beberapa bentuk putting susu, panjang, pendek dan datar atau terbenam.

Dengan kehamilan, biasanya putting menjadi lentur. Namun, memang ada juga yang

sampai bersalin putting susu belum juga keluar. Banyak ibu langsung menganggap

hilang peluangnya untuk menyusui. Padahal, putting hanya kumpulan muara saluran

ASI dan tidak mengandung ASI. ASI disimpan di sinus laktiferus yang terletak di

daerah areola mammae. Jadi, untuk mendapatkan ASI, areola mammae yang perlu

dimasukkan ke dalam mulut bayi agar isapan dan gerakan lidah dapat memerah ASI

keluar.

c. Payudara bengkak

20
Tiga hari pasca-persalinan payudara sering terasa penuh, tegang dan nyeri.

Kondisi ini terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah di payudara

sebagai tanda ASI mulai banyak diproduksi. Jika karena sakit ibu malah berhenti

menyusui, kondisi ini akan semakin parah, ditandai dengan mengilatnya payudara

dan ibu mengalami demam.

d. Putting Susu Nyeri

Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan sakit ini

akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan puting susu ibu benar,

perasaan nyeri akan hilang.

e. Putting Susu tidak Lentur

Putting susu yang tidak lentur akan menyulitkan bayi untuk menyusu. Meskipun

demikian, putting susu yang tidak lentur pada awal kehamilan seringkali akan

menjadi lentur (normal) pada saat menjelang atau saat persalinan, sehingga tidak

memerlukan tindakan khusus. Namun sebaiknya tetap dilakukan latihan seperti cara

mengatasi putting susu yang terbenam.

f. Putting susu lecet

Ini masalah yang paling banyak dialami ibu menyusui. Putting lecet akibat

beberapa factor. Dapat disebabkan oleh trush (candidates) atau dermatitis dan yang

dominan adalah kesalahan posisi menyusui saat bayi hanya menghisap pada putting.

Padahal, seharusnya sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Putting lecet

21
juga dapat terjadi pada akhir menyusui, bayi tidak benar melepaskan isapan atau jika

ibu sering membersihkan putting dengan alcohol atau sabun. Putting yang lecet dapat

membuat ibu merasa tersiksa saat menyusui karena rasa sakit. Jika ibu melewati

waktu menyusui untuk menghindari rasa sakit, dapat menyebabkan tidak terjadinya

pengosongan payudara, akibatnya produksi ASI berkurang.

g. Mastitis atau Abses Payudara

Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak

kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas,suhu tubuh meningkat. Di dalam terasa ada

masa padat (lump) dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa

nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang

berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI dihisap/dikeluarkan atau

pengisapan yang tidak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara

dengan jari atau karena tekanan baju/BH.

h. Saluran ASI tersumbat

Kelenjar air susu manusia memiliki 15-20 saluran ASI. Satu atau lebih saluran ini

bisa tesumbat karena tekanan jari ibu saat menyusui, posisi bayi atau BH yang terlalu

ketat, sehingga sebagian saluran ASI tidak mengalirkan ASI. Sumbatan juga dapat

terjadi karena ASI dalam saluran tersebut tidak segera dikeluarkan karena ada

pembengkakan.

i. Produksi ASI kurang

22
Banyak ibu-ibu yang mengatakan tidak bisa memberikan ASI kepada bayinya

karena produksi ASI-nya kurang. Sering kenyataannya ASI tidak benar benar kurang.

j. Ibu dengan penyakit

Seringkali dengan alasan ibu sakit, penyusuan dihentikan. Padahal, dalam banyak

hal ini tidak perlu, karena lebih berbahaya bagi bayi jika mulai diberi susu formula

daripada terus menyusu dari ibu yang sakit. Penyusuan hanya dibenarkan untuk

dihentikan jika ibu sakit sangat berat, seperti gagal ginjal, jantung atau kanker.

Bahkan, ibu yang terkena gangguan jiwapun, masih dianjurkan menyusui bayinya di

bawah pengawasan.

k. Ibu Hamil

Kadangkala ibu sudah hamil lagi padahal bayinya masih menyusu. Dalam hal ini

tidak ada bahaya untuk ibu maupun janinnya bila ibu meneruskan menyusui bayinya

namun ibu harus makan lebih banyak lagi agar tidak kekurangan nutrisi.

l. Ibu melahirkan dengan Sectio Cesarea

Pada beberapa keadaaan persalinan diperlukan tindakan sectio cesarea. Persalinan

dengan cara ini dapat menimbulkan masalah menyusui, baik terhadap ibu maupun

bayi. Ibu pasca sectio cesarea dengan anestesia umum tidak mungkin segera dapat

menyusui bayinya, karena ibu belum sadar akibat pembiusan. Bila keadaan ibu mulai

membaik / sadar, penyusuan dini dapat segera dimulai dengan bantuan tenaga

perawat.

m. Ibu bekerja

23
Cuti melahirkan di Indonesia rata-rata 3 bulan. Setelah itu, banyak ibu khawatir

terpaksa memberikan bayinya susu formula karena ASI perah tidak cukup. Seringkali

alasan pekerjaan membuat seorang ibu berhenti menyusui. Yang dianjurkan adalah

mulailah menabung ASI perah sebelum masuk kerja. Semakin banyak "tabungan"

ASI perah ibu di freezer, semakin besar peluang menyelesaikan program ASI

Eksklusif.

g. Dampak jika tidak diberi ASI Eksklusif

Dampak ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayi dibawah 6 bulan akan

menyebabkan risiko bayi terkena berbagai penyakit seperti infeksi saluran pernapasan,

infeksi telinga, daya imunitas rendah, berakibat pada generasi penerus bangsa yang kurang

cerdas, meningkatkan angka kesakitan, meningkatkan kematian anak, menambah subsidi

rumah sakit dan menambah devisa untuk membeli susu formula (Polwandari, 2021).

B. Stunting

1. Pengertian Stunting

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya

asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan

pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil)

dari standar usianya (Kemenkes, 2018). Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada

anak batita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak lebih pendek untuk usianya,

24
kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan masa awal kehidupan setelah

lahir tetapi baru tampak setelah anak berusia 2 tahun (Saadah, 2020).

2. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya Stunting

Stunting terjadi karena kurangnya asupan gizi pada anak dalam 1000 hari

pertama kehidupan, yaitu semenjak anak masih didalam kandungan hingga anak

berusia 2 tahun. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya asupan protein. Stunting

pada anak bisa disebabkan oleh masalah pada saat kehamilan, melahirkan, menyusui,

atau setelahnya seperti pemberian MPASI yang tidak mencukupi asupan nutrisi.

Selain nutrisi yang buruk, Stunting juga bisa disebabkan oleh kebersihan lingkungan

yang buruk sehingga anak sering terkena infeksi. Pola asuh yang kurang baik juga

ikut berkontribusi atas terjadinya Stunting, buruknya pola asuh orang tua sering kali

disebabkan oleh kondisi ibu yang masih terlalu muda, atau jarak antara kehamilan

terlalu dekat. Beberapa faktor yang menjadi penyebab Stunting yaitu praktik

pengasuhan yang kurang baik, masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan

ANC-Ante Natal Care, Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas,

masih kurangnya akses rumah tangga atau keluarga ke makanan bergizi, dan

kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.

1. Praktek pengasuhan yang kurang baik

Praktek pengasuhan yang kurang baik maksudnya tidak hanya tentang

kesalahan pola asuh yang diterapkan orang tua, namun juga termasuk kurangnya

pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan,

25
serta setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan informasi yang ada menunjukan

bahwa 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima makanan pendamping Air Susu

Ibu (MP-ASI), dan 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu

(ASI) secara eksklusif.

2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC- Ante Natal

Care, Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas

ANC- Ante Natal Care adalah pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa

kehamilan. Post Natal Care adalah pelayanan kesehatan untuk ibu setelah masa

kehamilan. Dilansir dari news.unair.ac.id Antenatal Care (ANC) adalah layanan

perawatan kesehatan oleh petugas kesehatan selama kehamilan dalam bentuk

observasi, Pendidikan dan perawatan medis untuk Wanita hamil dengan standar yang

telah ditentukan. Tujuan ANC adalah untuk mencapai kehamilan dan persalinan yang

aman dan nyaman. ANC dapat diberikan oleh para profesional seperti spesialis

kebidanan, dokter umum, bidan atau perawat dalam periode kehamilan sesuai dengan

standar pelayanan antenatal minimum.

3. Masih kurangnya akses rumah tangga atau keluarga ke makanan bergizi

Kurangnya akses keluarga ke makanan bergizi dipengaruhi oleh kebiasaan

masyarakat yang ingin serba praktis, tidak bisa dipungkliri banyak masyarakat yang

ingin makanan serba praktis dan mudah didapat sehingga mereka lebih memilih

makanan yang tidak sehat, karena kebanyakan makanan yang tidak sehat lebih mudah

didapat dibandingkan dengan makanan yang sehat.

4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi

26
Selain gizi buruk, kondisi air an sanitasi yang buruk turut menyebabkan

tingginya anga Stunting terhadap anak di Indonesia. Padahal air dan sanitasi bersih

menjadi tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs), dalam SDGs disebutkan

setiap negara harus memastikan ketersediaan sumber daya air dan sanitasi yang bersih

bagi warga negaranya.

3. Dampak Stunting

Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh Stunting, jangka pendek adalah

terganggunya perkembangan fisik, dan gangguan metabolesme dalam tubuh, dan

dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya

kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga

mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan,

penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua

(Yosephin, 2019).

4. Pencegahan Stunting

Bila Stunting ditemukan diawal masih bisa dicegah atau diupayakan Tindakan

penyelamatan minimal kerusakan otak dan fisiknya tidak bertambah parah. Tapi

kerusakan yang sudah terjadi tidak bisa dikembalikan bila sudah terjadi Stunting

penanganannya harus oleh dokter spesialis anak. Stunting bisa dicegah dengan asupan

protein yang berkualitas dan dalam jumlah cukup. Protein berkualitas yakni protein

hewani, karena mengandung asam lemak esensial yang lengkap, dianjurkan memberi

27
protein 1,1 gr per kg berat badan anak sejak usia 6 bulan. Gangguan tumbuh kembang

akibat Stunting bersifat menetap, artinya tidak dapat diatasi namun kondisi ini sangat

bisa dicegah terutama pada saat 1000 hari pertama kehidupan anak dengan cara

biasakan perilaku hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan menggunakan sabun

dan air terutama sebelum menyiapkan makanan dan setelah buang air besar atau

buang air kecil, mencuci peralatan makan dengan sabun cuci piring agar terhindar

penyakit infeksi, meminum air yang terjamin kebersihannya, penuhi kecukupan

nutrisi ibu selama kehamilan dan menyusui terutama zat besi, asam folat, dan

yodium, lengkapi pengetahuan mengenai MPASI yang baik dan menerapkannya,

lakukan inisiasi menyusui dini dan memberikan ASI Eksklusif (Imani, 2020).

5. Penentuan Stunting

Menurut paramashanti (2019), pengukuran score simpang baku atau Z-score

dapat dilakukan dengan cara mengurangi Nilai Individu Subjek dengan Nilai Median

Baku Rujukan pada umur yang bersangkutan. Kemudian hasilnya dibagi dengan Nilai

Simpang Baku Rujukan. Stunting dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:

Z-score = (Nilai Individu Subjek – Nilai Median Baku Rujukan)

Nilai Simpang Baku Rujukan

Adapun klasifikasi status gizi Stunting berdasarkan tinggi badan atau

Panjang badan menurut umur di tunjukan dalam tabel 2.1

Tabel 2.1
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks

28
(PB/U) Atau (TB/U)
Indeks Kategori status gizi Ambang batas wajar (Z-
score)
Panjang badan menurut Sangat pendek < -3 SD
umur (PB/U) Pendek -3 SD sampai dengan < -2
atau tinggi badan menurut Normal SD
umur (TB/U) Tinggi -2 SD sampai dengan 2 SD
>2 SD

(Kemenkes, 2012)

C. Kerangka teori

Kurangnya Akses makanan Akses air Pelayanan


pengetahuan yang bergizi bersih dan kesehatan
ibu kurang sanitasi yang terbatas
kurang
PemberianPraktik
ASI
dan MPASI Resiko infeksi Layanan ANC
pengasuhan yang
menurun meningkat terbatas
kurang baik

Zat antibodi Asupan gizi


Tidak Diberikan
dan ASI tidak saat hamil
ASI Eksklusif
adekuat menurun

Pertumbuhan
terganggu

Stunting

29
30
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, N., Sumiaty, S., & Tondong, H. I. (2019). Hubungan Inisiasi Menyusu Dini

dan ASI Eksklusif dengan Stunting pada Baduta Usia 7-24 Bulan. Jurnal

Bidan Cerdas, 1(3), 137-143.

https://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/JBC/article/download/256/113

Arsyati, A. M. (2019). Pengaruh Penyuluhan Media Audiovisual Dalam Pengetahuan

Pencegahan Stunting Pada Ibu Hamil Di Desa Cibatok 2 Cibungbulang.

Promotor, 2(3), 182-190. DOI: 10.32832/Pro.V2i3.1935

Dr. Betty Yosephin, S.K.M., M.K.M, Darwis, Skp., M.Kes, Eliana, S.K.M., M.P.H,

Dr. Tonny C. Maigoda, S.K.M., M.A, Yuniarti, SST., M.Kes, Anang

Wahyudi, S.Gz., M.P.H, Afrina Mizawati, S.K.M., MPH & Mely Gustina,

S.K.M., M.Kes. (2019). Buku Pegangan Petugas Kua Sebagai Konselor 1000

HPK Dalam Mengedukasi Calon Pengantin Menuju Bengkulu Bebas

Stunting. Yogyakarta: Cv Budi Utama

Dr. Nurlailis Saadah, S.Kp.,M.Kes. (2020). Modul Deteksi Dini Pencegahan Dan

Penanganan Stunting. Surabaya: Scopindo Media Pustaka

Firdanti, E., Anastya, Z., Khonsa, N., & Maulana, R. (2021). Permasalahan Stunting

Pada Anak Di Kabupaten Yang Ada Di Jawa Barat. Jurnal Kesehatan Indra

Husada, 9(2), 126-133.

Https://Ojs.Stikesindramayu.Ac.Id/Index.Php/JKIH/Article/Download/

333/180

31
Ida Ayu Putu Widiartini, A.Md., Keb. (2017). Inisiasi Menyusu Dini Dan Asi

Eksklusif. Yogyakarta: Darul Hikmah

Intani, T. M., Syafrita, Y., & Chundrayetti, E. (2019). Hubungan Pemberian ASI

Eksklusif Dan Stimulasi Psikososial Dengan Perkembangan Bayi Berumur 6-

12 Bulan. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(1S), 7-13. DOI:

10.25077/Jka.V8i1s.920

Jumiyati, S.K.M., M.Gizi & Dr. Demsa Simbolon, S.K.M., M.K.M. (2015). Modul

Pegangan Kader Kesehatan Dalam Peningkatan Kebersihan Pemberian Asi

Eksklusif. Yogyakarta: Cv Budi Utama

Komalasari, K., Supriati, E., Sanjaya, R., & Ifayanti, H. (2020). Faktor-Faktor

Penyebab Kejadian Stunting Pada Balita. Majalah Kesehatan Indonesia, 1(2),

51-56. DOI: 10.47679/Makein.202010

32

Anda mungkin juga menyukai