Anda di halaman 1dari 34

BUDIDAYA TERNAK SAPI PERAH ( Bos sp.

1. SEJARAH SINGKAT Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili Bovidae. seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa. Domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni. Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapi Madura dengan jalan menyilangkannya dengan sapi Red Deen. Persilangan lain yaitu antara sapi lokal (peranakan Ongole) dengan sapi perah Frisian Holstein di Grati guna diperoleh sapi perah jenis baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia. 2. SENTRA PETERNAKAN Sentra peternakan sapi di dunia ada di negara Eropa (Skotlandia, Inggris, Denmark, Perancis, Switzerland, Belanda),

Italia, Amerika, Australia, Afrika dan Asia (India dan Pakistan). Sapi Friesian Holstein misalnya, terkenal dengan produksi susunya yang tinggi (+ 6350 kg/th), dengan persentase lemak susu sekitar 3-7%. Namun demikian sapi-sapi perah tersebut ada yang mampu berproduksi hingga mencapai 25.000 kg susu/tahun, apabila digunakan bibit unggul, diberi pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, lingkungan yang mendukung dan menerapkan budidaya dengan manajemen yang baik. Saat ini produksi susu di dunia mencapai 385 juta m2/ton/th, khususnya pada zone yang beriklim sedang. Produksi susu sapi di PSPB masih kurang dari 10 liter/hari dan jauh dari standar normalnya 12 liter/hari (rataratanya hanya 5-8 liter/hari). 3. J E N I S Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu (1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta (2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus. Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia). Hasil survei di PSPB Cibinong menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein. 4. MANFAAT Peternakan sapi menghasilkan daging sebagai sumber protein, susu, kulit yang dimanfaatkan untuk industri dan pupuk kandang sebagai salah satu sumber organik lahan

pertanian. 5. PERSYARATAN LOKASI Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang. 6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA 6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan. Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak. Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat. Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin,

lysol,

dan

bahanbahan

lainnya.

Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m). 6.2. Pembibitan Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah: (a) produksi susu tinggi, (b) umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak, (c) berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai eturunan produksi susu tinggi, (d) bentuk tubuhnya seperti baji, (e) matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat, (f) ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelokkelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek, (g) tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan (h) tiap tahun beranak. Sementara calon induk yang baik antara lain: (a) berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi, (b) kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar, (c) jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar, (d) pertumbuhan ambing dan puting baik, (e) jumlah puting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta (f) sehat dan tidak cacat. Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) umur sekitar 4- 5 tahun, (b) memiliki kesuburan tinggi, (c) daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya, (d)

berasal dari induk dan pejantan yang baik, (e) besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik, (f) kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat, (g) muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar, (h) paha rata dan cukup terpisah, (i) dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar, (j) badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta (k) sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya. 1)Pemilihan bibit dan calon induk Untuk mengejar produktivitas ternak yang tinggi, diperlukan perbaikan lingkungan hidup dan peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan. Bibit yang baru datang harus dikarantina untuk penularan penyakit. Kemudian bibit diberi minum air yang dicampur garam dapur, ditempatkan dalam kandang yang bersih dan ditimbang serta dicatat penampilannya. 2)Perawatan bibit dan calon induk Seluruh sapi perah dara yang belum menunjukkan tanda-tanda birahi atau belum bunting setelah suatu periode tertentu, harus disisihkan. Jika sapi yang disisihkan tersebut telah menghasilkan susu, sapi diseleksi kembali berdasarkan produksi susunya, kecenderungan terkena radang ambing dan temperamennya. 3)Sistim Pemuliabiakan Seringkali sapi perah dara dikawinkan dengan pejantan pedaging untuk mengurangi risiko kesulitan lahir dan baru setelah menghasilkan anak satu dikawinkan dengan pejantan sapi perah pilihan. Bibit harus diberi kesempatan untuk bergerak aktif paling tidak 2 jam setiap hari. 6.3. Pemeliharaan
1.

Sanitasi dan Tindakan Preventif Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan

karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan) memiliki konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya 11% lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera diobati karena dan bibit yang menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan.
2.

Perawatan Ternak Ternak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam tersebut harus dibongkar). Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak.

3.

Pemberian Pakan Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu: a) sistem penggembalaan (pasture fattening) b) kereman (dry lot fattening) c0 kombinasi cara pertama dan kedua.

4. Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa,

rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum). Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari. Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya. Pemeliharaan Kandang Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa
5.

bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.

7. HAMA DAN PENYAKIT 7.1. Penyakit 1. Penyakit antraks Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan. Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman. Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati. 2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE) Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE. Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan. Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah. 3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE) Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.

Gejala: (1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam. Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa. 4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot) Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor. Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh. 7.2. Pencegahan Serangan Upaya pencegahan dan pengobatannya dilakukan dengan memotong kuku dan merendam bagian yang sakit dalam larutan refanol selama 30 menit yang diulangi seminggu sekali serta menempatkan sapi dalam kandang yang bersih dan kering. 8. P A N E N 8.1. Hasil Utama Hasil utama dari budidaya sapi perah adalah susu yang dihasilkan oleh induk betina. 8.2. Hasil Tambahan Selain susu sapi perah juga memberikan hasil lain yaitu daging dan kulit yang berasal dari sapi yang sudah tidak produktif serta pupuk kandang yang dihasilkan dari kotoran ternak. 9. PASCA PANEN --10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN 10.1. Analisis Usaha Budidaya Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten oleh

peternak kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya modal, serta pengetahuan/ketrampilan petani yang mencakup aspek reproduksi, pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen, penerapan sistem recording, pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit. Selain itu pengetahuan petani mengenai aspek tata niaga harus ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan pemeliharaannya. Produksi susu sapi di dunia kini sudah melebihi 385 juta m2/ton/th dengan tingkat penjualan sapi dan produknya yang lebih besar daripada pedet, pejantan, dan sapi afkiran. Di Amerika Serikat, tingkat penjualan dan pembelian sapi dan produknya secara tunai mencapai 13% dari seluruh peternakan yang ada di dunia. Sementara tingkat penjualan anak sapi (pedet), pejantan sapi perah, dan sapi afkir hanya berkisar 3%. Produksi susu sejumlah itu masih perlu ditingkatkan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di dunia ini. Untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi maka pengelolaan dan pemberian pakan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan ternak, dimana minimum pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak (terserap) diusahakan sekitar 3,5- 4% dari bahan kering. 10.2. Gambaran Peluang Agribisnis Usaha peternakan sapi perah keluarga memberikan keuntungan jika jumlah sapi yang dipelihara minimal sebanyak 6 ekor, walaupun tingkat efisiensinya dapat dicapai dengan minimal pengusahaannya sebanyak 2 ekor dengan ratarata produksi susu sebanyak 15 lt/hari. Upaya untuk meningkatkan pendapatan petani melalui pembudidayaan sapi perah tersebut dapat juga dilakukan dengan melakukan diversifikasi usaha. Selain itu melakukan upaya kooperatif dan integratif (horizontal dan vertikal) dengan petani lainnya dan instansiinstansi lain yang berkompeten, serta tetap memantapkan pola PIR diatas.

11. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. [ ]. Pedoman beternak sapi perah. Purwokerto, Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak. 2 hal. (brosur). 2. Anonim. 1983. Petunjuk cara-cara penggunaan obat-obatan ternak. Samarinda, Dinas Peternakan Kalimantan Timur. 12 hal. 3. Anonim. 1988. Kondisi peternakan sapi perah dan kualitas susu di pulau Jawa. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 39-40. 4. Anonim. 1988. Pemerahan, satu faktor penentu jumlah air susu. Swadaya Peternakan Indonesia, (42) 1988: 23-24. 5. Anonim. 1988. Upaya peningkatan kesejahteraan peternak melalui peningkatan efisiensi produksi. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 16-24. 6. Bandini, Yusni. 1997. Sapi Bali. Cet 1. Jakarta, Penebar Swadaya. 73 hal. 7. Church, D.C. 1991. Livestock feeds and feeding. 3 ed. New Jersey, Prentice-Hall, Inc.: 278-279. 8. Djaja, Willian. 1988. Hidup bersih dan sehat di peternakan sapi perah. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 25-26. 9. Djarijah, Abbas Sirega. 1996. Usaha ternak sapi. Yogyakarta, Kanisius. 43 hal. 10. Fox, Michael W. 1984. Farm animals: husbandry, behavior, and veterinary practice. Baltimore Maryland, University Park Press: 82-112; 150. 11. Ginting, Eliezer. 1988. Bimbingan dan penyuluhan usaha sapi perah rakyat di Jawa Timur. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 2733. 12. Hehanussa, P.E. 1995. Rencana induk Life Science CenterCibinong. Limnotek, 3 (1) 1995: 1-34. 13. Hermanto. 1988. Bagaimana cara penanganan sapi perah pada masa kering? Swadaya Peternakan Indonesia, (42) 1988: 2425. 14. Nienaber, J.A., et al. 1974. Livestock environment affects production and health. Proceedings of the International Livestock

Environment Conference. St. Joseph, American Society of Agricultural Engineers. 15. Pane, Ismed. 1986. Pemuliabiakan ternak sapi. Jakarta, PT. Media: 1-38; 133. 16. Sabrani, M. 1994. Teknologi pengembangan sapi Sumba Ongole. Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian: 15-26. 17. Suryanto, Bambang; Santosa, Siswanto Imam; Mukson. 1988. Ilmu Usaha Peternakan. Semarang, Fakultas Peternakan UNDIP. 63 hal. 18. Warudjo, Bambang 1988. Kualitas dan harga susu. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 34-38. 12. KONTAK HUBUNGAN 1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829 2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

Budidaya Ternak Sapi Potong

LAST_UPDATED2 Kamis, 21 Januari 2010 14:58

Pendahuluan Sapi merupakan hewan pemakan rumput yang merubah bahan gizi rendah (rumput) menjadi bahan gizi tinggi (daging). Merupakan sumberdaya bernilai ekonomi tinggi. Kebutuhan meningkat sejalan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi. Pemeliharaan saat ini beralih dari ekstensif ke intensif. Sedikitnya ada 3 masalah pembangunan peternakan : penyediaan pakan, kualitas pakan dan sumber pakan. Pengembangan sapi potong dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu : (1) Pendekatan teknis; dengan cara inseminasi buatan, perbaikan pakan, penanaman hijauan makanan ternak (HMT), teknologi pemanfaatan dan pengolahan limbah pertanian/perkebunan, penyebaran ternak, vaksinasi, peningkatan mutu genetis pejantan, kapasitas tampung lahan, pemberian pakan tambahan. (2) Pendekatan terpadu; peningkatan produksi melalui intensifikasi dan pembinaan masal tentang teknologi produksi, sosial dan ekonomi. (3) Pendekatan agribisnis; dilakukan secara produktif dan efisien menghasilkan produk peternakan yang memiliki nilai tambah dan daya saing tinggi. Pemeliharaan Sapi Potong Usaha pemeliharaan sapi saat ini bertujuan untuk penggemukan (fattening) dan pembibitan (reproduksi). Sistem pemeliharaan untuk tujuan penggemukan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu : 1. Penggemukan dry lot fattening, cara penggemukan dengan pemberian pakan penguat yang terdiri dari : biji-bijian, jagung serta hasil ikutan produk pertanian seperti katul, bungkil kelapa dan bungkil kacang. Pada pola ini ternak dikandangkan terus menerus 2. Penggemukan pasture fattening, cara penggemukan dengan cara melepas ternak di padang penggembalaan

3. Penggemukan campuran, merupakan perpaduan antara dry lot fattening dan pasture fattening. Selain digembalakan juga diberi pakan penguat (konsentrat). Jenis Ternak Sapi Potong Jenis sapi potong yang sudah dikenal di Indonesia antara lain : sapi tropis (sapi Madura, Bali, Ongole dan Brahman), sapi subtropis (Simental, Limousin, Shorthorn, Hereford, Charolais, Aberdeen Angus) dan sapi persilangan (Brahman Cross). Sapi potong memiliki ciri seperti tubuh berbentuk persegi empat/balok, kualitas daging maksimum, laju pertumbuhan cepat, cepat dewasa dan efesiensi pakan tinggi. Pemilihan Bibit/Bakalan Sapi Potong Keberhasilan budidaya sapi potong sangat tergantung pada pemilihan bibit dan pemeliharaan yang baik. Bakalan untuk penggemukkan umumnya jantan. Bibit harus sehat, tidak cacat, dada dalam dan lebar, tidak kurus, mempunyai perimbangan tubuh yang harmonis, untuk pejantan mempunyai testis yang normal dan berumur setidaknya 2 tahun (sudah siap bereproduksi) dengan bobot badan sekitar 250-300 kg (sapi PO). Pemilihan Lokasi dan Konstruksi Kandang Lokasi kandang harus strategis, dekat dengan lokasi pertanian dan perkebunan agar terjalin integrasi tanaman-ternak, cukup jauh ( 50 m) dari pemukiman, memiliki sumber air bersih dan dekat dengan jalan. Konstruksi kandang harus kuat, luasan memenuhi syarat, sirkulasi udara dan sinar matahari cukup, drainase limbah baik, mudah dibersihkan, lantai rata, tidak licin, tidak kasar, mudah kering, tahan injak, terdapat tempat pakan dan minum. Ada 2 tipe kandang : (1) Kandang koloni; terdiri dari satu ruangan untuk memelihara ternak dalam jumlah banyak. Kandang seukuran 7 x 9 m dapat menampung 20 ekor sapi. (2) Kandang tunggal; terdiri dari satu ruangan, digunakan untuk memelihara satu ekor ternak. Kandang seukuran 2,25 x 1 m atau 3,75 m2/ekor

Pakan Ternak Sapi Dalam usaha budidaya ternak, hewan ternak membutuhkan zat makanan yang mengandung protein dan energi. Pakan ternak ruminansia meliputi hijauan rumput-rumputan sebagai sumber energi dan hijauan leguminosa sebagai sumber protein serta dapat disertakan pakan tambahan konsentrat. Kebutuhan kebutuhan hijauan segar 10% dari bobot badan, sedangkan pakan konsentrat sebanyak 12 % dari bobot badan. Konsentrat merupakan pakan tambahan yang mempunyai kadar serat rendah dan kadar energi tinggi. Hijauan rumput yang biasa dijadikan pakan ternak seperti rumput alam, rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput setaria (Setaria sphacelata), rumput benggala, rumput raja (Pennisetum purpureophoides). Sedangkan jenis leguminosa seperti lamtoro (Leucaena leucocephala), kaliandra (Calliandra calothyrsus Meissn), gamal (Gliricidia sepium), turi (Sesbania grandiflora), albesia. Sisa hasil pertanian yang dapat dijadikan sumber hijauan pakan ternak seperti jerami padi, daun dan tongkol jagung, jerami kacang tanah. Jerami padi mempunyai kadar serat yang tinggi dan kadar energi rendah sehingga nilai cernanya rendah. Untuk itu diperlukan suatu perlakuan agar mudah dicerna yaitu dengan proses fermentasi. Produktivitas ternak ruminansia dapat diperbaiki dengan memanfaatkan mikroorganisme / probiotik dalam pakan guna meningkatkan kualitas pakan dan memperbaiki kondisi rumen. Ada dua cara pengolahan hijauan pakan ternak yaitu melalui pengawetan dan melalui teknologi pengkayaan nutrisi (khusus untuk limbah hasil pertanian/perkebunan). Pengolahan Limbah Ternak Disamping menghasilkan produk utama berupa daging, usaha peternakan juga menghasilkan produk sampingan berupa limbah kotoran ternak (feses). Setiap harinya, seekor sapi menghasilkan kotoran 10-15 kg. Pada peternakan skala kecil mungkin hal ini

tidak begitu berpengaruh karena jumlahnya yang sedikit. Akan tetapi pada usaha peternakan skala besar limbah dapat menimbulkan masalah bagi pelestarian lingkungan bila tidak ditangani dengan benar. Karena itu, perlu dilakukan pengolahan limbah secara tepat dan ramah lingkungan. Selama ini, limbah ternak dapat diolah untuk dijadikan kompos dan sebagai bahan baku penghasil biogas. Dengan adanya pengolahan limbah ternak ini selain dapat mengatasi masalah lingkungan juga dapat memberikan nilai tambah bagi peternak karena mempunyai nilai ekonomis. Pembuatan kompos dapat mendukung kegiatan pertanian untuk mengembalikan kesuburan lahan. Adapun pembuatan biogas dapat dijadikan alternatif pengganti sumber energi yang tidak dapat diperbaharui seperti bahan bakar fosil. Selain menghasilkan gas metan, biogas juga menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Penanganan Penyakit Beberapa jenis penyakit yang dapat menyerang pada sapi, yaitu : a. Foot Root (kuku busuk). Disebabkan oleh infeksi bakteri / kuman Fusobacterium necrophorus dan Fusiformis nodosus pada daerah kuku. Pengobatan dilakukan dengan cara membersihkan jaringan mati/busuk di kuku, kuku dipotong sampai bagian sehat terlihat, kemudian direndam dalam cairan desinfektan seperti formalin 10%, dan diperban b. Septichaemia Epizooticae (SE / ngorok). Penyakit ini menular akibat bakteri Pasteurella multocida. Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan pengobatan dapat digunakan antibiotik streptomisin, teramisin atau aeromisin. c. Malighnant Catarrhal Fever (MCF/ingus jahat). Disebabkan oleh virus herpes dan merupakan suatu penyakit infeksi. Pengobatan belum ada, untuk mencegah infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik berspektrum luas, tidak menempatkan kandang ternak sapi dekat dengan kandang domba. d. Anthrax (radang limpa / cenang hideung). Bersifat menular dan

merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Pencegahan dilakukan di daerah yang pernah terjadi penyakit dengan vaksinasi. Sedangkan pengobatan yang efektif yaitu dengan memberikan antiserum homolog dan dapat juga dikombinasikan dengan antibiotik penisilin atau streptomisin. e. Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Merupakan penyakit sangat menular pada hewan berkuku genap yang disebabkan oleh virus. Pengendalian dapat dilakukan dengan vaksinasi hewan-hewan rentan dan pengobatan dengan antibiotik dapat diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Oleh : Eko Kardiyanto Hak Cipta 2009 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten (Banten Assessment Institute for Agricultural Technology -AIAT-) Jl. Ciptayasa KM 01, Ciruas, Serang, Banten 42182, Indonesia Telp. (0254) 281055 Fax. (0254) 282507 e-mail: bptpbanten@litbang.deptan.go.id Berapa Umur Bibit Sapi yang Paling Ideal Untuk Digemukkan ? Last Updated on Wednesday, 31 August 2011 19:06 Wednesday, 31 August 2011 00:00 Written by P. Abrianto W. W

Salah satu faktor penting dalam memilih bibit sapi potong adalah umur. Karena Umur sangat erat kaitannya dengan tingkat produksi, efisiensi produksi, nilai jual hasil penggemukan dan perilaku konsumen. Seperti hewan lainnya, ternak sapi juga memiliki fase-fase dalam pertumbuhannya, yaitu 1.Fase Pertumbuhan Tulang Fase ini dimulai sejak lahir hingga sapi berumur kurang lebih dua tahun. Pada masa ini proses penggemukan (pertumbuhan daging) berjalan relatip lambat, karena zat gizi yang didapat dari pakan digunakan secara bersamaan untuk pertumbuhan tulang dan pertumbuhan daging. Selain itu pada fase ini ternak sapi memiliki beberapa kelemahan yang dapat mempengaruhi pertumbuhannya yaitu ketidak stabil-an dalam hal penambahan berat badan, serta rentan terhadap penyusutan (akibat dari proses adaptasi terhadap tempat yang baru, pergantian pola pakan, teknis perawatan dan penyakit). 2. Fase Pertumbuhan Jaringan Otot (daging) Fase ini juga dimulai terjadi sejak lahir, dan akan mencapai puncaknya pada saat ternak sapi berumur 2-2,5 tahun. Pada

umur tersebut pertumbuhan tulangnya sudah maksimal, sehingga zat gizi dapat digunakan secara maksimal untuk mengejar penambahan massa otot (daging) yang secara praktis dapat dilihat dari gigi yang sudah berganti besar 2 dan 4 buah. 3.Fase Pertumbuhan Lemak Fase ini dimulai saat fase pertumbuhan jaringan otot mulai menurun yaitu pada umur 2,5 tahun keatas. Walaupun masih ada proses pertumbuhan daging, namun sudah muncul gejala perlemakan yang tentunya akan berpengaruh dengan nilai jual dari ternak sapi yang digemukkan. Kadar lemak yang tinggi pada ternak sapi akan menurunkan nilai jualnya Selain itu, hasil penelitianpun menunjukkan bahwa umur potong sapi berkorelasi positif dengan keempukan daging yang dihasilkannya, artinya makin tua ternak sudah dapat dipastikan dagingnya akan lebih liat. Hal ini juga dapat mengurangi minat dari konsumen untuk membelinya. Aroma dari daging yang berasal dari sapi tua juga terasa lebih menyengat dibandingkan dengan daging yang berasal dari sapi muda. Namun kuat lemahnya bau daging pada sapi tidak terlalu dipermasalahkan konsumen, lain halnya dengan daging domba dan daging kambing. Akan tetapi, ada beberapa konsumen yang lebih menyenangi ternak sapi tua yang gemuk, dengan alasan citarasa dagingnya lebih gurih (karena lemak yang menempel pada daging), juga karena penyusutannya tidak terlalu banyak ketika dimasak ( daging yang berlemak memang memiliki kandungan air yang lebih sedikit).

Dengan kondisi seperti tersebut diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa sapi yang paling baik dijadikan bibit untuk penggemukan adalah sapi yang berumur 1,5 hingga 2,5 tahun. Selain resiko susutnya kecil, tingkat pertumbuhan maksimal, efisiensi penggunaan pakan pun cukup tinggi. Dengan demikian akan dapat memberikan keuntungan yang lebih besar jika digemukkan. Sumber :

ekabees.blogspot.com facebook.com

BETERNAK SAPI BALI 17 01 2010 Rate This Oleh: Ir. Hidayat, M.Sc. 1. PENDAHULUAN. Salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan peternakan di Indonesia adalah upaya dalam pencukupan kebutuhan protein hewani, yang pada gilirannya hal ini akan berpengaruh pada kecerdasan bangsa. Salah satu produk produk protein hewani adalah daging, yang dapat dihasilkan dari berbagai komoditas ternak, baik dari ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Ternak besar, terutama sapi, mempunyai peran yang sangat besar dalam penyediaan daging. Daging sapi pada umumnya dihasilkan dari sapi potong, seperti sapi bali, sapi madura, dan sapi peranakan ongole. Selain jenis sapi tersebut, beberapa perusahaan penggemukan yang mempunyai modal kuat menggunakan bibit sapi impor dari Australia. Namun, sejalan dengan krisis yang

melanda negara kita akhir-akhir ini menghadapkan kegiatan penggemukan sapi dengan menggunakan sapi impor menjadi usaha sangat berat, bahkan perusahaan penggemukan skala besar pun mencoba mengalihkan usahanya, kalau tidak menutup usahanya. Kondisi yang semacam ini menjadi tantangan dan sekaligus peluang bagi kita untuk mengisi kekurangan suplai daging dengan memberdayakan potensi yang kita punya. Sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang diketahui mempunyai keunggulan-keunggulan dan nyata-nyata disukai oleh petani peternak, sehingga pengembangannya telah merata hampir di seluruh pelosok nusantara. Hal ini sejalan dengan usaha yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, yaitu sebagai petani. Ternak sapi merupakan bagian dari sebagian kehidupan petani karena dengan memelihara ternak sapi petani mendapatkan manfaat yang dapat meningkatkan hasil pertanian dan kesejahteraan keluarga petani. Manfaat yang dapat diperoleh dari pemeliharaan ternak sapi: 1. Menciptakan lapangan kerja bagi keluarga 2. Mendapatkan pupuk kandang dari kotorannya, yang saat ini sangat terasa karena pupuk buatan tidak lagi disubsidi oleh pemerintah sehingga harganya sangat mahal. Untuk menggantikan sebagian pupuk nitrogen, petani dapat memanfaatkan urin sapi untuk disiramkan pada tanaman pertanian. 3. Dapat memanfaatkan tenaga sapi untuk pengolahan lahan dan bentuk tenaga kerja lainnya. 4. Hasil jual ternak, baik yang didapat dari pertambahan berat badan maupun yang didapat dari tambahan anak. Dari manfaat tersebut diatas, memelihara sapi merupakan suatu usaha yang menguntungkan. Untuk mendapatkan kesuksesan

dalam pemeliharaan ternak, perlu kiranya pengetahuan yang menunjang keberhasilan beternak, yang secara garis besar akan diuraikan lebih lanjut. 2. KANDANG Untuk menuju usaha ternak yang berhasil harus dimulai dari membuat kandang, karena kandang merupakan tempat dimana sapi akan menghabiskan sebagian besar waktunya, terutama sapi-sapi yang digemukan di kandang. Kandang yang baik tidak selalu harus dibuat dari bahan-bahan yang mahal, karena dapat dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan yang terdapat di sekitar kita, misalnya menggunakan bambu, batang kayu yang cukup besar, dan bahkan untuk atap dapat menggunakan rumbia/alang-alang. Namun demikian, bahan yang dianjurkan adalah bahan yang dapat bertahan lama. Dalam membuat kandang (yang sederhana sekalipun) dituntut untuk dapat memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Untuk hal ini, perlu diperhatikan beberapa aspek yang diuraikan di bawah ini: 2. 1. Tata Letak Kandang Bangunan kandang sebaiknya dibuat dengan jarak 6-10 m dari rumah, dan jangan sampai mendirikan kandang yang berhimpitan dengan rumah kita. Ventilasi udara kandang dapat mengalir dengan lancar dan seyogyanya dapat diusahakan untuk menghadapkan kandang ke Timur agar sinar matahari pagi dapat menyinari kandang dan bagian dalamnya. Kandang sebagai pelindung ternak harus dapat melindungi ternak dari panas, hujan, dan terpaan angin secara langsung yang kuat, terutama di malam hari. 2. 2. Ukuran dan Bentuk Kandang

Ruangan kandang yang dibutuhkan agar sapi dapat leluasa serta nyaman untuk tinggal di dalamnya adalah sekitar 1,8 x 2 m2/ekor. 2. 3. Lantai dan Atap Kandang Prinsip didalam pembuatan lantai kandang adalah mengkondisikan agar kandang selalu kering atau tidak becek, sehingga dalam pembuatannya agar memperhatikan kemungkinan tergenangnya air seni dan kotoran. Untuk itu, lantai kandang diusahakan dibuat dari bahan yang padat, misalnya dengan lantai semen, atau dengan tanah yang dipadatkan. Untuk menghindari tergenangnya air seni, lantai kandang harus dibuat miring, yang kemudian dibagian paling rendah dibuat parit untuk menyalurkan air seni ke bak penampung. Untuk melindungi ternak dari panas dan hujan, kandang harus dilengkapi dengan atap, yang dapat menggunakan genteng atau seng, atau secara sederhana dapat memanfaatkan daun rumbia atau alang-alang. 2. 4. Perlengkapan Kandang Kandang yang baik haruslah dapat memberikan rasa yang nyaman untuk ternak. Untuk itu, perlengkapan kandang seperti tempat pakan dan minum harus disediakan. Pakan ternak, baik hijauan maupun konsentrat (misalnya dedak, ampas tahu) tidak dapat diletakkan begitu saja, karena pakan yang diletakkan begitu saja dapat tercampur kotoran sapi dan tercemar telur cacing yang dapat mengganggu kesehatan ternak. Tempat pakan dan minum diusahakan agar tidak mudah kena kotoran sapi, sehingga sering diletakkan di bagian depan (kepala) untuk sapi yang diikat atau diletakkan di sisi luar pembatas kandang. Fasilitas lain yang seyogyanya tersedia adalah kandang jepit (kandang sempit) yang berguna untuk penanganan pengobatan atau layanan perkawinan.

2. 5. Pemeliharaan Kandang Kandang sapi harus dibersihkan setiap hari, dan kotoran sapi harus ditampung di tempat penampungan kotoran sehingga tidak mengganggu aliran air seni menuju bak penampungan air seni. Penampungan kotoran harus dibuat sedemikian rupa agar kotoran sapi tersebut tidak mengganggu lingkungan dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Untuk mencegah agar kotoran sapi tidak mengganggu lingkungan dan pupuk kandang yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik, kotoran sapi yang ditampung di penampungan haruslah dilindungi dari air hujan dengan memberi atap yang sederhana. 3. MEMILIH SAPI BALI Memilih bibit yang baik merupakan salah satu aspek yang penting di dalam produksi ternak. Hal ini dapat dipahami karena pedetpedet yang baik hanya diturunkan oleh induk-induk yang baik. Untuk itu, sapi bibit (Bali) sebaiknya dipilih sesuai dengan standar dari bangsa sapi yang dimaksud. Selain standar ukuran dari sapi yang dimaksud, aspek lain yang digunakan di dalam kriteria pemilihan sapi bibit/calon bibit adalah sifat genetis (sifat yang diturunkan), bagian luar, kesehatan, dan ukuran tubuh sapi. hal lainnya yang harus diperhatikan adalah umur ternak, sehingga banyak pertimbangan yang harus diperhatikan dalam memutuskan apakah sapi tersebut layak digunakan sebagai bibit atau tidak. Memilih sapi untuk calon bibit/bibit: 1. Pilihlah sapi dara yang penampilannya mencerminkan sapi yang sehat, matanya jernih, selaputnya tidak kotor atau merah, bulu badannya halus serta mengkilat. 2. 3. Kondisi tubuhnya padat berisi, tapi tidak gemuk Bagian leher dan bahunya lebar

4.

Bagian dada lebar, dalam dan menonjol ke depan

Memilih sapi jantan untuk digemukkan. 1. Pilihlah sapi jantan yang berat lahirnya tinggi dan memiliki pertumbuhan yang cepat. 2. Berkaki pendek dengan kondisi tubuh yang baik dan berbentuk segi empat 3. 4. bagian bahu dan bagian lehernya lebar Bagian dada lebar, dalam, dan menonjol ke depan.

Ukuran minimum vital statistik bibit sapi Bali Ukuran menurut jenis kelamin Jantan Panjang badan Tinggi gumba Lingkar dada Umur Betina Panjang badan Tinggi gumba Lingkar dada Umur Muda 127 cm 112 cm 185 cm 2-3,5 tahun Dewasa 134 cm 126 cm 193 maks 8 tahun

116 cm 120 cm 105 cm 115 cm 162 cm 115 cm 2,35 tahun maks 8 tahun

Sumber : Buku saku peternakan Direktorat Penyuluhan Peternakan, 1975 4.PAKAN DAN PEMBERIAN PAKAN

Pakan merupakan sumber zat gizi yang diperlukan untuk hidup pokok dan pertumbuhan. Karena pakan merupakan sumber zat gizi, ternak sapi tidak saja perlu pakan dalam jumlah yang cukup (kuantitasnya) namun juga diperlukan pakan yang berkualitas. Pakan yang baik (berkualitas) banyak mengandung zat gizi yang diperlukan ternak, sehingga kombinasi pakan yang berkualitas dengan jumlah (kuantitas) yang cukup akan memberikan peluang kepada ternak yang dipelihara untuk mendapatkan sejumlah zat gizi untuk keperluan pertum-buhannya. Secara umum, pakan ternak dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Pakan serat: hijauan pakan ternak (rumput-rumputan, kacangkacangan, dan daunan lainnya), dan jerami (jerami padi, jagung, kacang tanah dan sebagainya) 2. Pakan penguat atau konsentrat. Pakan serat: Pakan serat merupakan sumber pakan yang tersedia dalam jumlah banyak. Di alam, pakan serat sering tersedia dalam bentuk rumput-rumputan, kacang-kacangan, dan limbah pertanian tanaman pangan. Diantara ketiga jenis pakan serat tersebut, kacang-kacangan merupakan sumber pakan serat yang mempunyai kandungan protein kasar yang paling tinggi dibanding dengan dua lainnya (rumput-rumputan dan limbah pertanian). Kualitas pakan serat biasanya dipengaruhi oleh umur tanaman, sehingga hijauan tanaman pakan yang dipotong pada umur yang lebih tua akan menghasilkan kualitas pakan yang lebih rendah dengan ditunjukkannya kandungan protein kasar yang rendah dan kandungan serat yang tinggi. Oleh karena itu, limbah pertanian tanaman pangan yang dipanen pada umur tua (setelah diambil hasil utamanya) mempunyai kualitas yang lebih rendah dibandingkan dengan rumput. Jenis rumput unggul yang digunakan untuk pakan ternak:

Rumput gajah (Pennisetum purpureum), merupakan tanaman tahunan, membentuk rumpun, tingginya dapat mencapai lebih dari 2 m. Rumput ini disukai oleh ternak, khususnya sapi, dan produksinya tinggi. Di daerah yang cukup pengairannya dapat mencapai 290 ton segar/ha/th. Rumput benggala (Panicum maximum), merupakan tanaman tahunan yang membentuk rumpun, tingginya dapat mencapai lebih 2 m, mempunyai gizi yang baik, dan disukai oleh ternak. Produksinya dapat mencapai 115 ton segar/ha/tahun. Setaria (Setaria sphacelata), merupakan rumput tahunan yang membentuk rumpun, dapat mencapai 1,5 m, disukai oleh ternak, produkstif, dan tahan kering. Rumput raja (dikenal sebagai King Grass), merupakan silangan dari rumput gajah, produksinya lebih tinggi dari rumput gajah, tidak berbunga, ditanam dengan menggunakan stek. Jenis rumput unggul lainnya antara lain rumput meksiko (Euclaena mexicana), dan rumput bede (Brachiaria decumbens). Jenis tanaman legum untuk pakan ternak: Lamtoro (Leucaena leucocephala), merupakan tanaman legum pohon yang multi guna. Banyak ditanam untuk diambil kayunya, daun, dan buahnya. Sebagai pakan ternak, lamtoro merupakan pakan sumber protein yang tinggi dan disukai oleh ternak. Diberikan ternak untuk pakan campuran. Bahan pakan ini mengandung mimosin yang memberikan pengaruh pada ternak yang sensitif, terutama ternak muda. Gamal (Gliricidea maculata), merupakan tanaman pohon, biasnya ditanam sebagai tanaman pagar. Tanaman ini biasanya ditanam dengan menggunakan batangnya (stek). Daun gamal sangat baik untuk pakan ternak, namun untuk ternak yang belum terbiasa

mungkin kurang menyukainya. Biasanya daun gamal diberikan kepada ternak setelah dilayukan terlebih dahulu. Kaliandra. Kaliandra merupakan tanaman legum pohon yang banyak ditanam sebagai pakan ternak. Kaliandra diberikan kepada ternak sebagai campuran rumput guna meningkatkan protein pakan. Indigo (Indigofera spp), merupakan tanaman perdu yang membentuk kayu (pohon), daunnya mirip dengan daun gamal. Baik sekali sebagai pakan ternak dan diketahui tahan terhadap kekeringan. Desmodium (Desmodium rinsonii), merupakan tanaman legum pohon yang berdaun bulat, sangat disukai oleh ternak dan kandungan proteinnya tinggi. Ditanam sebagai tanaman pembatas dengan jarak tanam yang rapat. Tanaman ini dipotong dengan ketinggian 50 cm dari permukaan tanah yang kemudian tumbuh tunas baru. Centro (Centrocema pubescens), merupakan tanaman legum penutup tanah (LCC) yang tumbuh menjalar. Biasanya dijumpai tumbuh bersama tanaman lain ditempat terbuka. Jenis tanaman legum penutup tanah lainnya yang dapat digunakan sebagai pakan ternak adalah Puero (Pueraria javanica), Siratro (Macroptilium atropurpureum) dan masih banyak lagi. Limbah pertanian tanaman pangan. Banyak limbah pertanian tanaman pangan yang dapat digunakan sebagai pakan ternak sapi, seperti jerami padi, jerami jagung, jerami kacang tanah, dan masih banyak lagi. Sebagai pakan ternak, seperti telah diuraikan di depan, limbah pertanian kualitasnya lebih rendah dibandingkan dengan rumput kecuali limbah kacangkacangan.

Pakan Penguat atau Konsentrat. Pakan penguat atau konsentrat adalah pakan ternak yang mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Kalau dibandingkan dengan pakan serat, pakan penguat diperlukan dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan pakan serat untuk mendapatkan sejumlah zat gizi yang sama. Biasanya pakan penguat atau konsentrat mempunyai nilai yang lebih mahal per satuan berat dibandingkan dengan pakan serat. Namun demikian, hal ini tidak selalu karena ada beberapa limbah pengolahan produk pertanian yang mungkin nilainya tidak mahal atau tersedia melimpah (untuk tempat-tempat tertentu), misalnya ampas tahu. Pakan penguat diberikan ternak untuk melengkapi kebutuhan gizi apabila diperhitungkan kurang dari kebutuhan ternak. Macam atau jenis pakan penguat misalnya: dedak padai, dedak jagung, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, bungkil kedelai, bungkil biji kapok, tetes tebu, ampas tahu, dan masih banyak bahan lainnya. Pemberian Pakan Untuk pembibitan dan penggemukan sapi, pemberian pakan di kandang sangat menguntungkan mengingat peternak dapat mengontrol jumlah dan kualitas pakannya. Ternak yang ada di kandang dirumputkan dari kebun rumput atau kebun hijauan yang ada. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan pakan ternak adalah: 1. Rumput yang diberikan adalah rumput yang berkualitas baik, yaitu rumput yang dipotong pada saat menjelang berbunga (karena pada kondisi ini dicapai kualitas dan kuantitas zat gizi yang optimal). 2. Banyaknya hijauan yang diberikan dalam jumlah cukup untuk pertumbuhan, kira-kira 10% rumput segar dari berat badannya. Misalnya berat sapi 150 kg, rumput yang disediakan tidak kurang dari 15 kg rumput per hari.

3. Usahakan diberikan campuran hijauan leguminosa (kacangkacangan) untuk meningkatkan kualitas pakannya (menambah protein pakan). Jumlah hijauan leguminosa kirakira 1% dari berat badannya. Untuk sapi dengan berat 150 kg sebagai contoh di atas perlu tambahan daun leguminosa 1,5 kg. 4. Usahakan hijauan pakan yang diberikan, baik rumput maupun leguminosa dilayukan terlebih dahulu sebelum diberikan kepada ternak. 5. Jangan memanen rumput/leguminosa terlalu muda, karena dapat menyebabkan diare/mencret dan kembung. 6. Apabila pakan penguat dipandang perlu untuk diberikan, sediakan sebanyak 1 % dari berat badan, seperti halnya hijauan leguminosa. 5. PERKAWINAN DAN KELAHIRAN SAPI BALI Sapi Bali merupakan jenis sapi yang diketahui yang mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi. Fertilitasnya lebih banyak dipengaruhi oleh panjangnya masa birahi daripada pengaruh lingkungan. Secara teori, sapi yang mempunyai masa birahi lebih panjang akan lebih fertil dibandingkan dengan sapi yang masa birahinya pendek. Kemampuan sapi bali menghasilkan anak dalam setahun berkisar 80-86%, dengan kematian anak yang relatif rendah, yaitu berkisar 1,87%. Pada pemeliharaan yang ekstensif (digembalakan) kematian anaknya lebih tinggi karena ditinggal induknya di semaksemak. Untuk itu pemeliharaan dikandang dapat menekan kematian anak sapi yang dilahirkan. Kemampuan reproduksi sapi bali sangat baik, sapi betina dikawinkan pertama kali pada umur 2-2,5 tahun, dimana perkembangan tubuh dan organ reproduksinya sudah sempurna. Jarak melahirkan anak sapi berkisar 12-14 bulan, tergantung dengan cara pengelolaannya. Indeks kebuntingan sapi bali kira-kira

1,2 yang artinya sapi betina menjadi bunting setelah dikawinkan 1,2 kali (paling tidak sekali). Sistem perkawinan. Perkawinan sapi bali biasanya dilakukan dengan dua cara, yaitu secara (1) alami (kawin dengan sapi jantan pemacek) dan (2) inseminasi buatan. Perkawinan secara alami biasanya tidak dihasilkan anak yang baik, mengingat sapi jantan pemaceknya tidak cukup baik. Untuk mendapatkan anak sapi yang baik, perkawinan dengan inseminasi buatan lebih menjanjikan mengingat inseminasi buatan menggunakan sperma dari sapi pejantan unggul (pilihan). Untuk terjadi kebuntingan, harus diperhatikan saat perkawinannya. Sapi bali betina tidak dapat dikawinkan setiap saat. Perkawinan dapat dilakukan pada saat sapi betina birahi (minta kawin) yang terjadinya setiap 21 hari (satu siklus). Sapi betina yang sedang birahi akan tetap berdiri ditempatnya apabila dinaiki oleh pejantan. Tanda-tanda sapi birahi lainnya sama dengan ternak lain secara umum, yaitu: 1. Sapi gelisah dan tidak tenang. 2. Sapi sering menguak/melenguh 3. Sapi mencoba menaiki ternak lainnya dan akan tetap diam kalau dinaiki sapi lainnya 4. Pangkal ekornya sering terangkat sedikit dan kadang-kadang keluar cairan jernih transparan yang mengalir dari kemaluannya. 5. Sapi dara sering ditunjukkan dengan membengkaknya bagian vulva dan kadang berwarna kemerahan.

6. Adakalanya sapi menjadi pendiam dengan nafsu makan yang kurang. Pelaksanaan perkawinan. Setelah terlihat tanda-tanda birahi, sapi harus cepat dikawinkan. Perkawinan dapat dilakukan secara alami atau dengan inseminasi buatan seperti telah diuraikan di depan. Kalau akan dilakukan inseminasi buatan, laporkan sapi yang sedang birahi kepada petugas (inseminator) yang telah ditunjuk oleh Dinas Peternakan setempat. Menentukan kebuntingan Secara sederhana, kebuntingan dapat diamati 21 setelah perkawinan dilakukan. Kalau tidak ditunjukkan tanda-tanda birahi, berarti kebunting telah terjadi, namun apabila tanda-tanda birahi muncul lagi, berarti perkawinan perlu diulang. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan perabaan, yang hanya dilakukan oleh petugas yang terlatih dan berpengalaman. Lama bunting sapi bali berkisar280-285 hari. Setelah anak sapi lahir, induk sapi dapat dikawinkan lagi setelah 3 bulan melahirkan. Untuk menjaga kebuntingan, sapi bunting harus dipisahkan dari sapi lainnya. Mempersiapkan Kelahiran. Beberapa hari menjelang melahirkan, induk yang bunting akan menunjukkan tanda-tanda: 1. Ambing membesar dan kencang

2. Urat daging disekitar vulva mengendor, dan di kanan-kiri pangkal ekor kelihatan legok. 3. Beberapa saat menjelang melahirkan, sapi gelisah.

Apabila tanda-tanda tersebut muncul, kandang harus dibersihkan dari kotoran dan diberi alas dengan jerami kering. Pertolongan yang sering dilakukan adalah menarik kaki anak sapi yang baru lahir, namun harus dilakukan dengan hati-hati. Gerakan penarikan harus sesuai dengan irama dengan kontraksi/pengerahan tenaga yang dilakukan oleh induk. Setelah melahirkan, induk sapi biasnya membersihkan lendir yang menempel pada anaknya dengan jilatan-jilatan. namun apabila induknya lemah dan tidak mampu segera melakukannya, maka kita perlu menolong membersikannya, terutama yang mengganggu lubang pernafasannya. Supaya kelahiran berjalan lancar, induk sapi yang akan beranak diberi kesempatan bergerak kira-kira 2-3 minggu menjelang melahirkan. 6. PENCEGAHAN PENYAKIT Agar ternak sapi yang kita pelihara tidak terserang penyakit, pencegahan dapat dilakukan dengan cara: 1. Menjaga sanitasi kandang dengan membersihkan dan mengusahakan tidak becek 2. Mengikuti program vaksinasi oleh Dinas Peternakan atau POSKESWAN 3. Menjaga kebersihan badan sapi dengan cara memandikannya secara berkala 4. Mengobati luka-luka yang ada dan memberika desinfektan 5. Selalu menghubungi POSKESWAN/Petugas Kesehatan Hewan terdekat untuk mendapatkan perawatan apabila ada ternak yang sakit. DAFTAR PUSTAKA Bandini, Y. 1997. Sapi Bali. Penebar Swadaya, PT. Jakarta.

Skerman, P.J. 1977. Tropical Forage Legumes. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome. Skerman, P.J. and Reveros, F. 1989. Tropical Grasses. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome. Tomaszewaka, M. W., Sutama, I.K., Putu, I.G. dan Chaniago, T.D. 1991. Reproduksi, Tingkah laku, dan Produksi Ternak di Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

55 (3 votes) APLIKASI TEKNOLOGI PEMBATASAN PAKAN PADA INDUSTRI BROILER 5/5 (2 votes) Sulap Matematika (Telepati) 5/5 (2 votes) Tiga Amalan yang Tak Lekang 5/5 (2 votes) Bukti Cinta kepada Allah 5/5 (2 votes)Spam Blocked

Anda mungkin juga menyukai