Anda di halaman 1dari 17

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang memiliki
potensi cukup besar sebagai ternak penghasil daging. Besarnya peluang
pengembangan usaha ternak sapi potong menjadikan usaha ini sebagai
salah satu pilihan utama dalam usaha dibidang peternakan. Keberhasilan
usaha peternakan sangat dipengaruhi oleh aspek pemuliabiakan (breed),
pakan (feed) dan pengelolaan (management). Upaya untuk memenuhi
permintaan daging sapi dapat dilaksanakan dengan cara pemilihan bibit
unggul dan manajemen yang baik.Salah satu manajemen pemeliharaan
yang mempengaruhi keberhasilan usaha penggemukan sapi adalah faktor
lingkungan yang meliputi perkandangan dan kebersihan lingkungan
tempat ternak digemukkan. Lingkungan yang sesuai dengan kondisi
ternak mampu meningkatkan konsumsi pakan pada ternak yang
digemukkan, sehingga konversi pakan menjadi daging pada ternak dapat
segera dicapai. Kandang yang ditempati ternak haruslah menjadi tempat
tinggal yang nyaman dan aman bagi ternak agar tercapai produktivitas
yang optimal. Demikian juga sanitasi lingkungan yang juga berpengaruh
terhadap kenyamanan ternak dan kesehatan ternak.
Upaya dalam meningkatkan produktivitas sapi potong adalah dengan
memperbaiki tatalaksana pemeliharaan diantaranya yaitu memperhatikan
aspek tatalaksana perkandangan dan memperhatikan sanitasi
lingkungannya. Dalam mendirikan kandang terdapat beberapa syarat
antara lain memenuhi persyaratan kesehatan ternak, mempunyai ventilasi
yang baik, memberikan efisiensi dalam pengelolaan tenaga kerja,
melindungi ternak dari iklim ektrim dan tidak berdampak negatif terhadap
lingkungan. Sedangkan kegiatan sanitasi dilakukan sebagai upaya untuk
menjaga kebersihan lingkungan, agar ternak terbebas dari serangan
penyakit. Sanitasi lingkungan dilakukan dengan cara membersihkan
lingkungan sekitar kandang antara lain jalan, gang antar kandang, tempat

1
penampungan air, saluran drainase dan halaman dari kotoran atau sisa-
sisa pakan dan rumput liar atau semak-semak.

B. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan PKL I adalah untuk mengetahui manajemen
pemeliharaan sapi potong di salah satu kelompok ternak yang terletak di
Desa Alesipitto, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, Provinsi
Sulawesi Selatan.

C. Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan PKL I adalah meningkatnya keterampilan,
dan menumbuhkan jiwa wirausaha, serta bertambahnya pengetahuan
kami selaku mahasiswa mengenai manajemen pemeliharaan sapi potong
di salah satu kelompok ternak yang terletak di Desa Alesipitto, Kecamatan
Ma’rang, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sapi Potong


Ternak sapi potong adalah ternak sapi yang akan diambil dagingnya,
dipotong, disembelih. Baik untuk acara Idul Kurban atau konsumsi.
Manfaat sapi dapat di baca “Manfaat Ternak Sapi: Daging, Susu, Tenaga
& Eeknya”. Sapi, yang dapat diternakkan ini, adalah jenis lokal &
impor.Lokal seperti sapi Bali, sapi Madura, atau sapi Aceh. Sapi luar,
seperti: Limosin, Brahman, Simental, Aberdeen Angus. Jenis yang
diternakkan: Bali, Ongole, & sapi Madura. Sedangkan di beberapa wilayah
Jawa Barat, dijumpai peternakan penggemukan.Pengusaha ini,
mengimpor, kemudian dirawat sekitar 3-6 bulan, sebelum dikirim ke rph.
Rumah Pemotongan Hewan. Beberapa daerah kebun sawit, juga
berternak sapi.Padahal, areal sawit jutaan hektar, inilah salah satu potensi
swasembada daging (Soeprapto, 2006).

Sapi potong lokal & impor, punya ciri-ciri berbeda. Baik fisiknya:
ukuran, bobot, & warna bulu. Maupun keturunanya: laju pertumbuhan,
bobot maksimalnya. Sapi Bali bobot maksimalnya 600kg, impor yang
tercatat terbesar di dunia mencapai 1,4 ton. Bobot sapi Bali mencapai
300-500 kg. Karkasnya 56,9%. Bandingkan dengan jenis ‘bule’ Skotlandia,
Aberdeen Angus.Si ‘bule’ ini warna hitam, tak bertanduk, dengan berat
650 kg. Umur 1,5 tahun, balita! Apalagi dewasa nanti, bisa 2x sapi
Bali.Cocok untuk sapi potong.Dagingnya banyak.Dari bobot, memang si
‘bule’ menang.Tapi serat & ‘rasa’ si Bali unggul. Maka munculah ide,
orang menyilangkan. Agar diperolah: bobotnya bagus, serat & ‘rasanya’
ok. Sapi Brahman India, karkasnya 45%. Mudah makannya. Tahan
caplak.Sapi handal.Selain daging, bagian lain yang dimanfaatkan Menurut
(Abidin, Z. 2002):
1. Kulit untuk: sandal, tas, sepatu, sabuk, topi, jaket, sofa, jok, krupuk,
beduk, wayang, koper.

3
2. Tulang untuk: kerajinan, bahan lem, direbus membuat kaldu, ditepung
untuk campuran pakan ayam.
3. Tanduk untuk: sisir, penggaruk punggung, pegangan tongkat, hiasan, &
kerajinan lain.
4. fesesnya diproses, menjadi gas pengganti elpiji & ampasnya, pupuk
kandang.
5. Juga urinenya, adalah pupuk cair.

Lokasi peternakan, sebaiknya lapangan luas, banyak rumput.


Luasnya sesuai jumlah ternak.Makanan utama adalah rumput.Satu sapi,
paling tidak mengkonsumsi 1/3 bobot tubuhnya. Tiap hari.Areal inilah
nantinya sebagai sumber makanan. Atau juga sebagai lahan menanam
rumput gajah.Bisa juga, lahan yang tidak terlalu luas, asal tetap memadai
untuk kandangnya. Hanya, rumput atau pakan harus mencari di tempat
lain. Seperti jerami, atau pohon jagung yang dijadikan silase. Daerah
pertanian, dapat mengambil jerami padi sisa panen atau jagung. Setelah
diolah, bahan ini dapat disimpan untuk keperluan hingga beberapa bulan
ke depan. Agar tidak perlu mencari pakan tiap hari.Juga, jauh dari
pemukiman warga.Menghindari protes aroma. Kemudian kandang yang
baik. Kandang yang sehat, kering, & bersih.Kandang mendapat
penyinaran matahari. Agar kering, tidak lembab. Lembab akan
menimbulkan bau, & muncul kuman penyakit. Dibersihkan tiap hari.
Sapinya sehat, terhindar dari penyakit.Cara Pemeliharaan. Disain
kandang sapi ada 3.Tunggal, ganda atau perpaduan ganda. Pilihan
kandang, tergantung luas bangunan & jumlah ternak. Sapi ditempatkan
berjajar. Kepala beradu kepala dengan jajaran, di depannya.Atau beradu
pantat, dengan yang di belakangnya. Diantaranya, disediakan gang kecil,
untuk akses pemberian pakan & minum (Sholeh, N.2016).
Alas kandang dijaga kering & bersih. Alas ini untuk rebahan,
istirahat atau memamah biak, nggayemi. Sapi termasuk memamah biak.
Alas bisa dari tanah atau adukan semen. Setiap hari, kotoran

4
dibersihkan.Menjaga kebersihan, berarti menjaga kesehatan ternak.
Disain alas ini, sedikit miring. Agar air kencing mengalir, alas selalu kering.
Sekaligus mudah membersihkan eeknya. Kandang sapi adalah bangunan
sederhana. Kandang sapi dewasa berukuran kira-kira 2×2 m s.d 2,5×2 m.
Sapi anakan, lebih kecil, cukup 1,5×1 atau 2x1m. Ketinggian atap berkisar
2-3m.Agar udara bersirkulasi, dan nyaman bagi ternak.Suhu kandang
adalah suhu ruang, 25-30 Celsius. Menurut Yulianto dan Saparinto. 2011
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1) Desain Kandang Disain kandang sapi bisa, mirip rumah tinggal. Dinding
& atap. Bahannya kayu atau dinding bata. Dinding sebagian, terbuka
pada samping. Alas tempat istirahat atau rebahan sapi, dari tanah
kering dipadatkan. Atau adonan semen. Dirancang sedemikian rupa,
agar kencing & eeknya mudah dibersihkan. Sedikit miring keluar. Pada
alas juga ditambahkan jerami, atau rumput kering agar hangat. Kalau
dingin, sapi bisa ‘masuk angin’, sakit.
2) Posisi alas Kandang Posisi alas ini, lebih tinggi dari tanah sekitar. Agar,
terhindar dari cipratan air hujan yang akan membasahi. Bila terkena
cipratan, alas menjadi lembab & basah. Kotoran, juga basah.
Selanjutnya, jorok & bau. Penyakit.
3) Ketinggian Atap Ketinggian atap yang cukup, bagus bagi sirkulasi
udara. Pertama, untuk kesehatan ternak, kedua menjaga kelembaban
udara. Sirkulasi yang baik, kandangnya sehat. Memberikan rasa
nyaman bagi ternak. Menghindari stres.
4) Tempat Makan & Minum Tempat makan & minum, diletakkan di atas.
Setinggi mulut sapi. Bukan cara tradisional yang bawah. Akibatnya,
rumput bercampur kotorannya. Posisi sedemikian rupa, agar mudah
membersihkan & ketika memberi makan. Pakan & minum bersih, &
tersedia cukup.
5) Penanganan feses & urin, dikelola baik. Alas sedikit miring, akan
membantu. Kedua limbah ini, dapat dikelola untuk dapat memberikan
nilai ekonomi. feses dikumpulkan pada chamber, diolah dengan

5
sederhana, akan menghasilkan gas. Gas pengganti elpiji. Baru,
ampasnya menjadi pupuk kandang yang bernilai ekonomi. Begitu juga,
urinenya. Pemilihan Sapi Pada prinsipnya, sapi yang akan digemukkan
adalah sapi yang baik. Tanya kepada ahlinya, kriteria yang baik itu.
Selain bibit yang baik, dengan bantuan ahli akan terhindar dari harga
yang ketinggian.
Beberapa hal yang biasanya diperhatikan, pada ternak yang akan
dipelihara adalah (Abidin, 2002):

1. Tampak sehat, tidak ada cacat.


2. Tubuhnya, sehat, tidak ada tanda-tanda sakit
3. Telah terdaftar
4. Kepalanya & matanya bersih, cerah
5. Nafasnya normal, hidungnya bersih – tidak berlendir.
6. Kukunya sehat, depan belakang
7. Kulit & bulunya sehat.
8. Fesesnya baik, duburnya kering tidak ada mencret.
9. Pusar bersih & kering

Pilihan jenis sapi untuk pedaging, adalah jenis sapi Brahman, PO,
Bali atau sapi impor lain. Pembelian dapat dilakukan di pasar sapi, atau
tempat pembibitan.Melalui koperasi, atau peternak yang sudah
pengalaman.Saat ini, sudah banyak tempat pembibitan di Indonesia yang
menawarkan bibit lokal & impor. Beberapa alamat dapat diperoleh di web.
Mereka menawarkan harga per kg.Siap antar ke seluruh Nusantara.
Termasuk tawaran pakan tambahan yang ‘bergizi’, obat-obatan &
antibiotik, vitamin & suplemen (Rianto, 2011).

Ciri-ciri sapi pedaging yang sebaiknya diternakkan adalah (AAK, 1991):


1. Mudah dipelihara & tahan penyakit
2. Badannya besar & kuat
3. Kualitas dagingnya bagus, mudah pertumbuhannya

6
4. Harga jualnya bagus, dagingnya disukai pembeli
5. Karkasnya tinggi, dengan serat daging yang baik Perawatan &
Pemeliharaan
Perawatan & pemeliharaan sapi meliputi:
1. Penyediaan pakan, minum, & suplemen pertumbuhan • Memicu
pertumbuhan sehat & cepat, dengan suplemen PIKADO.
2. Perlindungan terhadap gangguan alam: hujan, panas, & kondisi
lingkungan.
3. Perlindungan terhadap keamanan dari pencurian.
4. Perawatan preventif.
5. Perawatan kuratif, pengobatan bila sakit.

B. Manajemen Pemeliharaan Sapi Potong

Salah satu upaya untuk meningkatkan populasi dan mempercepat


penyebaran ternak besar oleh peternak adalah dengan cara
pemeliharaan ternak tersebut. Pemeliharaan ternak yang baik
sangat mempengaruhi perkembangbiakan serta terjaminnya kesehatan
ternak (Hernowo, 2006).

Peternak dalam memelihara ternaknya harus berdasarkan


prinsip-prinsip pemeliharaan dan pembiakan hewan tropis yaitu :
pengawasan lingkungan, pengawasan status kesehatan, pengawasan
pegawai, pengawasan makan dan air minum, pengawasan sistem
pengelolaan dan pengawasan kualitas hewan ternak (Smith dan
Mangkoewidjojo, 1988).

Sistem pemeliharaan sapi potong dikategorikan dalam tiga cara


yaitu sistem pemeliharaan intensif yaitu ternak dikandangkan, sistem
pemeliharaan semi intensif yaitu tenak dikandangkan pada malam hari
dan dilepas di ladang penggembalaan pada pagi hari dan sistem

7
pemeliharaan ekstensif yaitu ternak dilepas di padang penggembalaan
(Hernowo, 2006).

1. Perkandangan

Pembangunan kandang harus memberikan kemudahan perawatan


sapi, mencegah sapi supaya tidak berkeliaran, dan menjaga kebersihan
lingkungan. Dengan adanya kandang, pengamanan terhadap pencuri sapi
akan lebih terjaga (Siregar, 2006).

2. Pemilihan Bibit

Sapi potong lokal Indonesia mempunyai keragaman genetik yang


cukup besar dan mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan tropis yang
kering (udara panasdengan kelembaban rendah dan tata laksana
pemeliharaan ekstensif, kuantitas dan kualitas pakan terbatas, relative
tahan serangan penyakit tropis dan parasit, serta performans
reproduksinya cukup efisien. Keunggulan tersebut berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai materi genetik dalam pengembangan sapi potong
yang unggul.

Bibit sapi potong yang akan digunakan sebagai ternak bakalan


sangat menentukan keberhasilan pengelolaan usaha penggemukan sapi
potong. Petani ternak sapi potong idealnya juga harus tahu betul dengan
pengetahuan pembibitan sapi potong dengan model penggemukan.
Dalam menentukan pemilihan bibit sapi potong yang akan digemukkan
dianjurkan memilih bibit sapi potong yang tercatat sebagai jenis ternak
unggul lokal maupun sapi impor atau hasil persilangan.

Pemilihan bibit bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan


pengalaman. Sapi-sapi dipilih berdasarkan genetik, tingkat pertumbuhan
dan pencapaian berat badan pada umur tertentu yang tinggi serta tidak
terdapat cacat tubuh yang dapat menurun, keserasian bentuk dan ukuran,
berumur 1,5 – 2 tahun, jenis kelamin jantan, kondisi sapi sehat,

8
ditunjukkan dengan mata yang bersinar, bulu halus , gerakan lincah, dan
kondisi kotoran normal.

Menurut Drh. Harjuli Hatmono Msi dalam buku Model Agribisnis


Sapi Pedaging yaitu jenis sapi unggul lokal yaitu sapi PO (Peranakan
Ongole), sapi Bali dan sapi Madura. Sapi unggul impor atau hasil
persilangannya yaitu sapi Brahman, sapi Angus, sapi Ongole dan sapi
Simental yang merupakan hasil dari Inseminasi Buatan.

Pemilihan bibit akan menentukan majunya peternakan yang akan


dikembangkan. Bangsa-bangsa tertentu cocok apabila keadaan iklim dan
pakan sesuai sehingga mampu memberikan keuntungan tertentu
dibandingakan bangsa lainnya. Pemilihan suatu bangsa sapi tergantung
pada kesukaan peternak, keadaan lingkungan, kemampuan adaptasi,
efisiensi reproduksi, kemauan memelihara dan menyusui anak, ukuran
badan dan pertambahan berat badan. (Blakely dan Blade, 1996)

3. Pakan

Menurut Murtidjo (1990) bahan pakan digolongkan menjadi 3 yaitu


pakan hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan. 1). Pakan hijauan
yaitu semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan
berupa daun-daunan. Yang termasuk hijauan adalah rumput, leguminosa
dan tumbuhan lain. Semuanya dapat diberikan untuk ternak dengan 2
macam bentuk yaitu berupa hijauan segar dan kering. 2). Pakan penguat
yaitu pakan yang berkonsentrasi tinggi dengan kadar serat kasar relative
rendah dan mudah dicerna, meliputi bahan pakan yang berasal dari biji-
bijian seperti jagung giling, menir, hasil ikutan pertanian atau pabrik
seperti dedak, bungkil kelapa, tetes. 3). Pakan tambahan biasanya berupa
vitamin, mineral, dan urea. Pakan tambahan dibutuhkan oleh sapi yang
dipelihara secara intensif yang hidupnya berada dalam kandang secara
terus-menerus. Pakan tambahan tersebut antara lain vitamin A dan D,
mineral terutama Ca dan P, urea. (Anonimous, 1983).

9
4. Penanganan Limbah

Dari berbagai produk beternak sapi, Salah satu yang menjadi


masalah hingga bisa merepotkan pemilik ternak adalah kotoran sapi.
Untuk seekor sapi betina bisa menghasilkan kotoran antara 8 sampai 10
kilogram/harinya. (Anonimus,2005)

Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang


potensial untuk mendorong kehidupan jazad renik yang dapat
menimbulkan pencemaran. Penanganan limbah ternak akan spesifik pada
jenis/spesies, jumlah ternak, tatalaksana pemeliharaan, areal tanah yang
tersedia untuk penanganan limbah dan target penggunaan limbah.

Penanganan limbah padat dapat diolah menjadi kompos, yaitu


dengan menyimpan atau menumpuknya, kemudian diaduk-aduk atau
dibalik-balik. Perlakuan pembalikan ini akan mempercepat proses
pematangan serta dapat meningkatkan kualitas kompos yang dihasilkan.
Setelah itu dilakukan pengeringan untuk beberapa waktu sampai kira-kira
terlihat kering. (Nurtjahya, 2003)

Limbah peternakan dapat mendatangkan keuntungan yang


berpotensi apabila dikelola dengan baik. Kotoran cair dan padat dari
ternak pada umumnya digunakan sebagai pupuk organik bagi tanaman
pertanian ataupun lahan hiajuan makanan ternak (Darmono, 1992).

5. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Kesehatan ternak merupakan salah satu faktor yang sangat penting


dalam usaha peternakan sapi potong. Kerugian yang besar seringkali
disebabkan oleh timbulnya penyakit yang menyerang ternak – ternak yang
ada.

Sapi potong sehat merupakan faktor penting dalam meraih


keberhasilan usaha sapi potong. Karena itu perlu dilakukan pencegahan
dan pengendalian penyakit. Pencegahan dan pengendalian penyakit

10
adalah menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk
memandikan sapi, sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan
segera dilakukan pengobatan, mengusahakan lantai kandang selalu
kering, serta memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan
vaksinasi sesuai petunjuk.

Penyakit yang umum menyerang sapi adalah cacingan, kutu,


brucellosis, kembung, PMK (penyakit mulut dan kuku) dan diare. Hal ini
disebabkan oleh bakteri karena kurangnya menjaga kebersihan kandang,
peralatan dan pemberian pakan yang tidak terkontrol.

a. Tanda-tanda sapi sehat adalah sebagai berikut:

1. Nafsu makan besar

2. Minum teratur (kurang lebih 8 Kali sehari)

3. Mata merah, jernih dan tajam, hidung bersih, memamah biak bila
istirahat

4. Kotoran normal dan tidak berubah dari hari kehari

5. Telinga sering digerakkan, kaki kuat, mulut basah

6. Temperatur tubuh normal antara 38,5 - 39°C dan lincah

7. Jarak siklus berahi ternak teratur (terutama sapi betina atau induk)

b. Tanda-tanda sapi sakit adalah:

1. Mata suram, cekung, mengantuk dan telinga terkulai

2. Nafsu makan berkurang, minumnya sedikit dan lambat

3. Kotoran sedikit, diare atau kering dan keras

4. Badan panas, detak jantung dan pernapasan tidak normal

5. Badan menyusut, berjalan sempoyongan

11
6. Kulit tidak elastis, bulu kusut, mulut dan hidung kering

7. Temperatur tubuh naik-turun.

Menurut Hadi (2009), Untuk tindak pencegahan penyakit pada


ternak dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu : tetap menjaga
kondisi kandang selalu bersih dengan melakukan desinfeksi pada
kandang dan peralatan kandang, sanitasi lingkungan dengan baik, periksa
kesehatan ternak secara teratur, vaksinasi ternak secara teratur terhadap
penyakit yang diketahui sering timbul di daerah tersebut, isolasi sapi yang
di duga kena penyakit agar tidak menular ke sapi yang lain.

12
III. METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat


Praktik Kerja Lapangan (PKL) I mahasiswa semester IV dilaksanakan
mulai minggu ke-1 bulan Mei 2019 sampai dengan minggu ke-4 bulan
Mei 2019. Adapun tempat pelaksanaannya di Desa Alesipitto, Kecamatan
Ma’rang , Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan.

B. Materi Kegiatan
Materi kegiatan yang akan dilaksanakan pada Praktik Kerja Lapangan
(PKL) I. Difokuskan mengenai manajemen pemeliharaan sapi potong,
dimana manajemen pemeliharaan sapi potong merupakan salah satu
peluang usaha yang prospektif. Untuk itu disusunlah rencana kegiatan
yang akan dilakukan dilokasi Praktik Kerja Lapangan (PKL) I meliputi:
1. Identifikasi Profil usaha
2. Perkandangan
3. Pemilihan bibit sapi potong
4. Pakan sapi potong
5. Pemanfaatan limbah
6. Pencegahan dan pengendalian penyakit

C. Prosedur Pelaksanaan
1. Identifikasi Potensi Wilayah (IPW)
Identifikasi Potensi Wilayah (IPW) dilakukan setelah mahasiswa
berada di lokasi praktik kerja lapangan untuk mendapat pengarahan dari
pimpinan/pemilik ataupun pihak yang telah menerima mahasiswa untuk
kegiatan magang. Dalam kegiatan ini mahasiswa mempelajari struktur
organisasi kelompok tani unit usaha, mempelajari potensii yang ada
dilokasi, serta permasalahan yang dihadapi dalam usaha agribisnis sapi
potong.

13
2. Observasi
Observasi dilakukan langsung oleh mahasiswa magang untuk
memperoleh data dan informasi mengenai lokasi, kondisi unit agribisnis,
situasi dan kondisi lapangan PKL I yang berhubungan dengan materi
magang.

3. Magang
Magang dilaksanakan mulai minggu ke-1 bulan Mei 2019 sampaii
dengan minggu ke-4 bulan Mei 2019, di Desa Alesipitto, Kecamatan
Ma’rang, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan. Prosedur
kegiatan magang yaitu mahasiswa menyesuaikan dengan jadwal yang
telah diberikan ditempat magang dan harus dipatuhi oleh mahasiswa.

14
DAFTAR PUSTAKA

AAK.1991. Petunjuk Beternak Sapi Potong dan Kerja.Penerbit Kanisius,


Jakarta. [Di askes pada 17 April 2019]

Abidin, Z. 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia, Jakarta. [Di


askes pada 17 April 2019]

Anonymus. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah.


Kanisius : Yogyakarta. [Di askes pada 17 April 2019]

Blakely, J and Blade, D.H. 1998. Ilmu Peternakan. Edisi keempat.


University Gadjah Mada Press : Yogyakarta. [Di askes pada 17 April
2019]

Hernowo, B. 2006. Prospek pengembangan usaha peternakan


sapi potong di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi. Skripsi.
Program Studi Sosial
Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor. [Di askes pada 17 April 2019]

Rianto, E dan Endang P. 2011. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.


[Di askes pada 17 April 2019]

Sholeh, N.2006. Management Pembibitan Ternak Sapi.Agromedia.


Jakarta. [Di askes pada 17 April 2019]

Siregar, B.S. 2006. Penggemukan Sapi.Penebar Swadaya : Jakarta. [Di


askes pada 17 April 2019]

Smith, J.B. & S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan


Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. UI-Press, Jakarta. [Di
askes pada 17 April 2019]

Soeprapto, H dan z. Abidin. 2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong,


Agro Media Pustaka, jakarta. [Di askes pada 17 April 2019]

15
Yulianto dan c. Saparinto. 2011. Penggemukan Sapi Potong Hari Per Hari.
Penebar Swadaya, Jakarta. [Di askes pada 17 April 2019]

16
Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan PKL I

Waktu
No. Kegiatan April Mei Juni
III IV I II III IV I II III IV
1. Pembekalan dan
Penyusunan Proposal
2. Pelepasan Mahasiswa
PKL I
3. Identifikasi Wilayah PKL I
4. Pelaksanaan PKL I
5. Pengakhiran Kegiatan
PKL I
6. Konsultasi dan Perbaikan
Laporan
7. Ujian PKL I
8. Penyerahan Laporan ke
Jurusan

17

Anda mungkin juga menyukai