Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

INOVASI PEMANFAATAN LIMBAH MENJADI TEKNOLOGI MESIN


TETAS TELUR

OLEH:
ANDI NURDIANSYAH
I2D222005

MANAJEMEN SUMBERDAYA PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang maha Esa. Atas rahmat dan hidayahnya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Inovasi Pemanfaatan
Limbah Menjadi Teknologi Mesin Tetas Telur” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengenbangan dan
Teknologi Industri Ternak Unggas di program studi Magster Sumberdaya
Peternakan Fakultas Peternakan Universtas Mataram. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai bagamana
pemanfaatan limbah-limbah yang tersedia menjadi sebuah inovasi mesin dengan
daya tetas tinggi dengan biaya yang murah.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampuh mata kuliah
yang telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini. Bagi penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik dalam seg
penulisan maupun isi makalah. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca. Terimakasih.

Mataram, 13 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
2. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
3. Tujuan ..................................................................................................... 2
4. Manfaat ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
1. Penetasan Telur ....................................................................................... 3
2. Syarat-Syarat Penetasan Telur ................................................................ 5
3. Faktor yang Mempengaruhi Penetasan Telur ......................................... 7
4. Bahan Yang Dapat di Manfaatkan Sebagai Bahan Mesin Tetas......... 9
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 11
1. Kesimpulan ............................................................................................. 11
2. Saran ....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Telur adalah suatu bentuk tempat penimbunan zat gisi seperti air, protein,
karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan
embrio sampai menetas. Telur yang dapat ditetaskan adalah harus fertil atau
yang lazim disebut dengan telur tetas. Telur tetas merupakan telur yang sudah
dibuahi oleh sel jantan. Bila tidak dibuahi oleh sel jantan, telur tersebut disebut
telur infertil atau lazim disebut telur konsumsi, artinya telur tersebut tidak dapat
menetas jika ditetaskan, melainkan hanya untuk dikonsumsi saja. Adapun untuk
menetaskan telur perlu diperhatikan hal-hal yang menunjang keberhasilan dalam
menetaskan. Untuk memperbanyak populasi hewan unggas seperti itik, ayam,
dan burung puyuh dibutuhkan cara penetasan telur yang tepat, yaitu pengeraman
telur tetas yang akan diperbanyak.
Penetasan pada prinsipnya adalah menyediakan lingkungan yang sesuai
untuk perkembangan embrio unggas. Lama penetasan telur ditempat
pengeraman sangat tergantung dari jenis hewannya. Semakin kecil hewan,
semakin kecil telur yang dihasilkan. Dan, semakin tinggi suhu badan hewan,
semakin pendek waktu penetasan telurnya. Bila bentuk telur dan ukurannya
seragam, waktu penetasan akan selalu hampir bersamaan. Berbeda dengan
ayam, jenis unggas lain seperti itik dan puyuh tidak mempunyai sifat mengeram.
Dahulu, untuk memperbanyak populasinya hanya dengan seleksi alam, baik oleh
induknya maupun oleh lingkungan. Namun saat ini, dengan adanya alat penetas
buatan akan mempermudah perbanyakan populasi unggas ini.
Berdasarkan uraian tersebut, melalui makalah ini penulis ingn mengkaji
bagaimana pemanfaatan limbah habis pakai menjadikannya sebagai mesin tetas
yang dapat menghasilkan daya tetas yang tinggi dan dengan biaya yang rendah
yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat dengan cara yang sederhana.

2. Rumusan Masalah
Bagaimana pemanfaatan limbah dalam upaya pembuatan mesin tetas telur
yang dapat menghaslkan daya tetas yang tinggi dengan biaya yang rendah.

1
3. Tujuan
Untuk menghadirkan mesin tetas telur yang memanfaatakan limbah dalam
pembuatannya yang dapat menghasilkan mesin tetas yang memilki daya tetas
yang tinggi dengan biaya yang rendah.
4. Manfaat
Agar dapat memanfaatkan libah-limbah yang ada yang dapat bermanfaan
bagi usaha ternak maupun penetasan kecil serta dapat membantu masyarakat
pada umumnnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Penetasan Telur
Penetasan telur adalah proses mengeramkan telur untuk memacu
pertumbuhan dan perkembangan embrio menjadi anak ayam yang mampu
menetas dengan cara memecahkan dan ke luar dari kerabang dalam kondisi sehat
sehingga layak untuk dipelihara dan dapat diperjual belikan. Penetasan adalah
kegiatan pengeraman (setter) dan penetasan (hatcher) telur tetas untuk
menghasilkan bibit ayam untuk keperluan sendiri atau untuk diperjualbelikan.
Penetasan telur dapat dilakukan dengan menggunakan mesin penetas, sehingga
manajemen penetas perlu dikuasai oleh pelaku penetas telur (Suryadi dan
Prasetyo, 2018).
Keberhasilan penetasan dengan menggunakan mesin tetas dipengaruhi
oleh banyak faktor yang saling berkaitan, jika salah satu faktor yang berpengaruh
kurang diperhatikan tidak memungkinkan hasilnya sesuai dengan harapan yaitu
presentase anak ayam layak jual tinggi. Keberhasilan penetasan telur
dipengaruhi oleh mesin tetas juga tergantung pada kondisi telur yang ditetaskan
sehingga manajemen telur tetas sebelum diinkubasi seperti koleksi telur,
transportasi telur, penyimpanan telur dalam ruangan dingin, dan penghangatan
telur setelah disimpan perlu diperhatikan. Faktor lain yang memegang peranan
penting dalam mempengaruhi keberhasilan penetasan adalah manajemen telur
tetas selama diinkubasi, seperti stabilitas temperatur dan kelembaban ruangan
mesin tetas, pemuturan telur, pengaturan ventilasi, dan posisi penyimpanan telur
di dalam rak. Pengeluaran anak ayam yang menetas dari mesin tetas memegang
peranan penting untuk memperoleh kualitas anak yang baik. Keterlambatan
pengangkatan anak dari dalam mesin akan menyebabkan anak unggas
mengalami kekurangan air (dehidrasi) sehingga anak ayam tidak layak untuk
dijual (Suryadi dan Prasetyo, 2018).
Mesin penetas telur yaitu suatu alat bantu yang dapat menetaskan telur
tanpa harus terlibat dari induk ayamnya langsung. Alat bantu yang digunakan
pada mesin penetas telur yaitu lampu pijar yang berdaya 5 watt beserta alat ukur

3
lainnya dan membutuhkan kelembapan udara pada penetasan telur (Salsabila et
al, 2022). Pada proses pengeraman telur pada mesin penetas telur, telur tersebut
sangat diperlukan pemutaran pada rak telur yang berguna untuk membalikkan
telur supaya mendapatkan pemanasan yang merata (Wicaksono, Heas Priyo.
2018).
Penetasan telur adalah usaha untuk menetaskan telur unggas dengan
bantuan mesin penetas telur yang sistem atau cara kerjanya mengadopsi tingkah
laku (behaviour) induk ayam atau unggas lainnya selama masa mengeram.
Perbanyakan populasi unggas biasanya ditempuh dengan cara menetaskan telur
yang sudah dibuahi. Menurut Paimin (2000) penetasan telur ada dua cara, yaitu
melalui penetasan alami (induk ayam) dan melaui penetasan buatan (mesin
tetas). Kapasitas produksi unggas sekali pengeraman hanya sekitar 10 – 15 butir
telur. Akan tetapi, untuk mesin tetas sangat bervariasi tergantung kapasitas
mesinnya (minimal 100 butir telur).
a. Penetasan telur dengan induk ayam
Pengeraman telur secara alami (dengan induk ayam) untuk
memeperbanyak populasi telah dilakukansejak adanya pemeliharaan ayam.
Saat itu belum ada alat pengganti induk ayam. Semua proses penetasan
ditumpukan sepenuhnya pada induk ayam itu sendiri. Yang perlu disiapkan
untuk proses ini adalah tempat penetasan telur yang kelak akan
menghasilkan individu baru. Tempat penetasan ini biasa disebut sarang atau
sangkar. Alasnya terbuat dari rumput atau jerami yang bersih dan lembut.
Biasanya induk akan membuat sendiri sarangnya dengan menggunakan
naluri kehewanan nya dan dapat menentukan baik tidaknya sarang yang
telah dibuatnya. Bila hal ini diabaikan, kegagalan penetasan menjadi lebih
besar. Saat ini campur tangan manusia dalam pembuatan sangkar telah
dilakukan, terutama pada induk ayam yang baru belajar mengerami telurnya
(Paimin, 2000).
Penetasan telur secara alami mudah dilakukan karena pengeraman
telur sepenuhnya diserahkan pada induknya sehingga tidak memerlukan
pengetahuan khusus, tidak memerlukan peralatan khusus serta tidak ada
ketergantungan terhadap tersedianya sumber panas. Akan tetapi, kejelekan

4
dari penetasan alami diantaranya adalah kapasitasnya kecil, selama
mengerami telurnya tidak berproduksi telur serta memudahkan penularan
penyakit dari induk kepada yang baru menetas (Sukardi, 1999).
b. Penetasan telur dengan mesin tetas buatan
Cara Penetasan telur dengan mesin buatan ini 100% aktivitas
penetasannya membutuhkan campur tangan manusia dan sang induk tidak
tahu menahu masalah penetasan. Penetasan buatan dilakukan dengan
menggunakan alat yang disebut mesin tetas atau inkubator. Pada prinsipnya
penetasan buatan sama dengan penetasan alami, yaitu menyediakan kondisi
lingkungan (temperatur, kelembaban dan sirkulasi udara) yang sesuai agar
embrio dalam telur berkembang dengan optimal, sehingga telur dapat
menetas (Sukardi, 2010). Penetasan dengan alat tetas buatan terbagi atas dua
car, yaitu dengan matahari dan sekam serta mesin tetas. Alat – alat ini
sederhana, bahkan dapat kita buat sendiri. Dari kedua jenis ini pun terdapat
bermacam – macam jenis alat tetas yang prinsip kerjanya sama, karena
umumnya menggunakan tenaga panas, baik panas matahari maupun panas
listrik ataulampu teplok (Paimin, 2000).

2. Syarat-Syarat Penetasan Telur


Ada beberapa syarat agar penetasan telur mencapai hasil yang diingnkan,
maka telur yang ditetaskan harus memenuhi syarat sebagai berikut (Paimin,
2000):
a. Suhu dalam perkembangan embrio telur
Embrio akan berkembang cepat selama suhu telur tetap di atas 32,
22°C dan akan berhenti berkembang jika suhu dibawah 26,66°C, sesudah
telur diletakan dalam alat penetasan atau mesin tetas, pembelahan sel
segera berlangsung dan embrio akan terus berkembang sempurna dan
menetas. Perlu diperhatikan bahwa suhu ruang penetasan harus sedikit
diatas suhu telur yang dibutuhkan. Sehingga suhu yang diperlakukan untuk
penetasan telur ayam menurut kondisi buatan dapat sedikit berbeda dengan
suhu optimum telur untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Mulai hari
pertama hingga hari kedelapan belas diperlukan suhu ruang penetasan

5
antara 35-41,11°C, sedangkan pada hari kesembilan belas hingga menetas,
sebaiknya suhu diturunkan sekitar 0,55-1,11°C. Adapun suhu yang umum
untuk penetasan telur ayam adalah sekitar 38,33 – 40,55°C atau rata – rata
sekitar 38°C. Cara ini bertujuan untuk mendapatkan suhu telur tetas yang
diinginkan.
b. Kelembapan
Selama penetasan berlangsung diperlukan kelembapan yang sesuai
dengan perkembangan dan pertumbuhan embrio. Kelembaban nisbi yang
umum untuk penetasan telur ayam sekitar 60-70%. Kelembaban juga
mempengaruhi proses metabolisme kalsium (Ca) pada embrio. Saat
kelembaban nisbi terlalutinggi, perpindahan Ca dari kerabang ketulang –
tulang dalamperkembangan embrio lebih banyak. Pertumbuhan embrio
dapat diperlambat oleh keadaan kelembaban udara yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah. Sedangkan pertumbuhan embrio optimum akan diperoleh
pada kelembaban nisbi mendekati 60%. Mulai hari pertama hiungga hari
kedelapan belas kelembaban nisbi yang diperlukan sebesar 60%,
sedangkan untuk hari-hari berikutnya diperlukan 70%. Biasanya,
kelembaban dapat diatur dengan memberikan air kedalam mesin tetas
dengan cara meletakannya dalam wadah ceper.
c. Ventilasi
Perkembangan normal embrio membutuhkan oksigen (O2) dan
mengeluarkan karbondioksida (CO2) melalui pori – pori kerabang telur.
Untuk itulah didalam mesin tetas harus cukup tersedia oksigen.
Jika kerabang tertutup oleh kotoran, pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida akan mengalami gangguan. Dala keadaan yang demikian
kadar karbondioksida akan meningkat sekitar 0,5%, sedangkan kadar
oksigen menurun sekitar 0,5%. Peningkatan kadar karbondioksida yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan berkurangnya daya teteas telur. Jika
kadar karbondioksida meningkat 1%, maka kematian embrio dapat
meningkat. Sedangkan jika peningkatan sebesar 5%, embrio akan mati
sebelum menetas. Penigkatan kadar karbondioksida yang masih
diperbolehkan adalah sebesar 0,5 – 0,8%, dengan kadar optimum

6
0.5%. Menurut Djanah Djamalin (1981), perimbangan udara dalam
mesin tetas selama periode penetasan adalah 0,5% gas CO2 dan 21%
O2 (Paimin,2000).
Jangka waktu lamanya penetasan yang diperlukan pada masing –
masing spesies unggas berbeda satu sama lain. Ada kecenderungan,
semakin besar ukuran tubuh dari masing – masing spesies semakin besar
pula ukuran telurnya dan semakin lama jangka waktu yang diperlukan
untuk menetaskan telurnya.
Spesies Periode penetasan (hari)
Ostrich 42
Angsa 35
Itik manila 35
Kalkun 35
Itik 28

Puyuh bobwhite 24
Ayam 21
Puyuh Jepang 17
Burung merpati 17
Sumber: Sukardi (2010).

3. Faktor yang Mempengaruhi Penetasan Telur


Beberapa faktor yang sangat berpengaruh dan harus menjadi perhatian
khusus selama proses penetasan berlangsung adalah (Nuryati dan Tutik, 2000):
a. Sumber panas, karena mesin tetas ini sumber panasnya dari energi listrik
dan sebagai media penghantar panasnya menggunakan lampu pijar, maka
selama proses penetasan berlansung lampu pijar harus diusahakan tidak
terputus, kalau lampu pijar terputus harus segera diganti. Lampu pijar
harus mampu menghantarkan panas yang dibutuhkan untuk penetasan
yakni 38,5ºC, untuk menjaga kestabilan suhu digunakan alat yang
namanya termoregulator.

7
Panas merupakan sumber utama pada penetasan telur. Sumber panas
didapat dari energi cahaya yang diperoleh dari bola lampu yang digunakan,
pada pemakaian lampu pijar, harus memperhatikan situasi kegunaan dari
lampu tersebut apakah masih layak atau tidak dipergunakan dan panas
yang dibutuhkan dalam proses pengeraman telur tersebut 102°F (39°C)
(Salsabila et al, 2022).
b. Air, berfungsi sebagai bahan untuk mempertahankan kelembaban didalam
ruangan mesin tetas, oleh karena itu air didalam mesin selama proses
penetasan berlangsung tidak boleh kering. Kelembaban yang dibutuhkan
pada penetasan umur 1 hari – 25 hari adalah yang ideal antara 60% - 70%,
sedangkan pada hari ke 26 sampai menetas membutuhkan lebih tinggi
yaitu 75%.
Air berfungsi sebagai sumber dari kelembapan ruangan pada mesin
penetasan telur yang dimana keadaan telur tidak boleh terlalu panas maka
dilakukan pembuatan kelembapan pada telur dengan memberikan air
sebagai sumber kelembapan dan yang dibutuhkan ketika pada umur 1 hari
ke 20 hari yaitu sekitar di bawah 70%, sedangkan untuk di hari 21 sampai
pada penetasan yang dibutuhkan kelembapannya sebesar di atas 70%
(Salsabila et al, 2022).
c. Operator, adalah orang yang mengoperasikan mesin tetas. Tugas operator
selama penetasan adalah :
• Mengatur suhu ruangan mesin tetas sesuai dengan suhu yang
ditentukan.
• Mengatur dan mengontrol kelembaban ruangan mesin tetas.
• Mengatur ventilasi mesin tetas.
• Melakukan pembalikan / pemutaran telur.
• Melakukan pemeriksaan telur dengan alat teropong.
• Mencatat semua kegiatan yang dilakukan selama penetasan
berlangsung.
d. Pemutaran telur, mempunyai tujuan untuk memberikan panas secara
merata pada permukaan telur, Selain itu untuk mencegah agar embrio tidak
menempel pada salah satu sisi kerabang telur. Pemutaran telur dilakukan

8
dengan mengubah posisi telur dari kiri ke kanan atau sebaliknya, untuk
telur dengan posisi mendatar yang bawah diputar menjadi diatas, apabila
telur diberdirikan bagian yang tumpul harus diatas.
Pemutaran rak telur berfungsi untuk membantu memutarkan rak telur yang
dimana bertujuan supaya telur tidak mengalami panas sebagian.
Pemutaran rak telur harus dilakukan dengan teratur yaitu dengan 3 kali
atau lebih dalam sehari. (Asmoro, Eddi Indro. 2021)
e. Peneropongan, dilakukan karena untuk mengetahui keberadaan atau
perkembangan embrio secara dini. Peneropongan biasanya dilakukan
sebanyak 3 kali selama penetasan berlangsung yaitu pada hari ke 1, ke 7
dan hari ke 25

4. Bahan Yang Dapat di Manfaatkan Sebagai Bahan Mesin Tetas


Mesin tetas pada dasarnya menetaskan telur dengan alat yaitu salah satu
alat penetasan buatan untuk menetaskan telur tanpa melaui proses pengeraman
induk. Cara kerja mesin tetas prinsipnya meniru induk unggas saat mengerami
telurnya. Mesin tetas yang baik dapat menciptakan kondisi sebagaimana
kondisi alami induk unggas. Sarwono (2004) menyatakan bahwa untuk
menciptakan kondisi yang ideal seperti pada penetasan alami, maka mesin tetas
harus memenuhi beberapa syarat antara lain suhu atau temperatur ruang mesin
tetap berkisar antara 30,3-40,6°C, kelembapan udara antara 60-70%, dan
sirkulasi udara (O2) dalam ruang mesin tetas baik. Sejalan dengan
perkembangan embrio maka kebutuhan oksigen akan meningkat dan terjadi
peningkatan pembuangan CO2.
Penetasan buatan lebih praktis dan efisien dibandingkan penetasan alami,
dengan kapasitasnya yang lebih besar. Penetasan dengan mesin tetas juga dapat
meningkatkan daya tetas telur karena temperaturnya dapat diatur lebih stabil
tetapi memerlukan biaya dan perlakuan lebih tinggi dan intensif.
Beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan mesin
penetasan telur yang sederhana:
a. Triplek/Papan, Kardus, yang dapat dilapisisi dengan aluminium foil
maupun secara langsung. Keistimewaan dari foil ini ialah: ekonomis,

9
fleksibel, mudah diaplikasikan sesuai kegunaan, kedap udara, higienis,
tidak beracun, tak berpengaruh pada rasa dan bau, Aluminium foil juga
termasuk penghantar kalor yang baik bagi listrik dan sinyal. Kelemahan
Alumunium foil dapat rusak karena pengaruh garam dapur, asam dan
logam berat. Kerusakannya sendiri tergantung dari campuran spesifik yang
ada di dalamnya dan kontak langsung dengan zat tersebut. (Fauzen et al,
2015)
b. Kayu reng/usuk/list kayu. Yang berguna sebaga kerangka dari mesin tetas
itu sendiri.
c. Sekam atau ampas gergaji. fungsi sekam atau ampas gergaji adalah untuk
alas telur. jika tidak menemukan bahan tersebut bisa diganti dengan kertas
koran yang digunting gunting menjadi kecil.
d. Dudukan lampu, atau dapat menggunakan sumber panas dari mesin-mesin
Kawat pemanas bekas seperti setrika, pemanas air dll. Yang berguna
sebagai sumber panas utama dalam mesin penetas telur.
e. Termometer Ruang dan Bak air. Yang digunakan untuk mengontrol suhu
dan kelembaban daam mesin tetas.
f. Engsel, paku, kaca, kawat kasa. Sebagai bahan pelengkap dalam
pembuatan atau perakitan mesin tetas.
5.

10
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan mesin penetasan telur
adala suhu, semakin setabil dan baik suhu yang d dapatkan, semakin baik pula
hasil penetasan yang didapatkan. Untuk dapat menunjang suhu tersebut dapat
memggunakan atau menambahkan beberapan inovasi di dalam mesin tetas,
seperti penambahan bahan pada dinding mesin seperti aluminium voil,
penambahan alas untuk telur seperti sekam atau ampas kayu, sekam padi, dll,
serta inovasi dalam sumber panas dalam mesin tetas seperti pemanfaatan mesin-
mesin pemanas bekas dan lain sebagainnya.
2. Saran
Dalam pembuatan mesin tetas, hal yang harus diperhatikan adalah
besarnnya suhu dan kestabilan suhu serta kelembabat dama mesin tetas.

11
DAFTAR PUSTAKA

Achadri Y. 2020. Penetasan Telur Ayam Menggunakan Mesin Penetas Otomatis


dan Pengaturan Posis Telur Untuk Menngkatkan Daya Tetas. Buletin
Teknik Pertanian. Vol. 25 No. 1 : 58-62.

Asmoro, Eddi Indro. 2021. Pengembangan Mesin Penetas Telur Menggunakan


Pemberantasan Panas Buatan. Jurnal Dinamika Teknik. Vol. IV, No 1

Fuazen. Elandi. Guanto. (2015). Analisa Efisiensi Kalor Pada Alat Penetas Telur.
Jurnal Ilmiah. ISSN: 2579-4698 (Online), 2086-1826 (print).

Nuryati. Tutik. 2000. Sukses Menetaskan Telur. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Paimin, Farry. 2000. Membuat Dan Mengelola Mesin Tetas. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Rasyaf, Muhammad. 1990. Pengelolaan Penetasan. Kanisius. Yogyakarta.

Salsabila M. Halim M. Tambun N. Aurora D. Lestari R. Nurmasyitah. 2022. Alat


Penetas Telur Sederhana. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol (5) No (1) : 17-23.

Sukardi. 2010. Dasar Ternak Unggas. Fakultas Peternakan UNSOED. Purwokerto.

Suryadi U. Prasetyo B. 2018. Teknologi Penetasan Telur. PNJPPRESS. Jember


Samarinda.

Susetyo F. B. Sugita I. W. Rifki M. N. Wardiana R. Prasetyo J. 2020. Rancang


Bangun Rak Penetas Telur Otomatis Pada Mesin Tetas Bertenaga Hybrid.
Jurnal Ilmiah GIGA. Volume 23 (2) Halaman 69-75.
Wicaksono, Heas Priyo. 2018. Pembuatan Mesin Penetas Telur Otomatis. Skiripsi
Pendidikan Vokasional Teknik Elektronika, Universitas Negeri Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai