Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

PENETASAN TELUR ITIK


Di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pembibitan dan Penetasan
Dosen pengampu Ir. Hj. Fahria Datau, M. Si

DI SUSUN

NURSINTIA PAKAYA

621420014

A/PETERNAKAN

JURUSAN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan laporan ini yang berjudul”laporan Praktikum Penetasan
Telur Itik” . Tak lupa saya ucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak dari pihak
yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan praktikum dan pembuatan laporan.

Harapan saya semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca dan praktikan, untuk kedepannya semoga dapat
memperbaiki dan menambah isi laporan ini agar menjadi lebih baik.

Saya menyadari, laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan di nantikan demi kesempurnaan
laporan ini.

Gorontalo, Desember 2022

Penulis
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dilakukan kegiatan praktikum pada tanggal 23 November 2022, bertempat


di Desa Moutong, Kec. Tilongkabila, Kab. Bone Bolango, dengan judul
“Penetasan Telur Itik”

Gorontalo, 22 Desember 2022

Mengetahui:
Dosen Pengampuh Mahasiswa

Ir. Hj. Fahria Datau, M. Si


196402091994032001
Nama: Nursintia Pakaya

Nim: 621420014

Menyetujui:

Ketua Jurusan Peternakan

Nama: Ir. Nibras Karnain Laya, M. P

Nip: 196612062001122001
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Itik merupakan salah satu spesis unggas air sebagai penghasil telur dan
daging yang berpotensi tinggi untuk dikembangkan. Itik juga memiliki daya
adaptasinya yang tinggi terhadap lingkungan baru, selain itu itik juga dapat
mempertahankan produksi telurnya lebih lama dari pada ayam petelur, tetapi
itik lokal memiliki sifat mengeram yang sangat rendah, sehingga untuk
menetaskan perlu dilakukan secara buatan (Haqiqi, 2008).
Manajemen pemeliharaan itik yang di lakukan oleh masyarakat belum
mampu memenuhi penyediaan bibit itik dalam jumlah yang banyak dan terus
menerus, salah satu cara untuk menyeimbangkan antara permintaan dan
penyediaan bibit itik yaitu melalui peningkatan populasiternak itik.
Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu adanya upaya peningkatan
produksi dan produktivitas, antara lain melalui program penetasan, Penetasan
merupakan cara efektif dan efisien untuk mengatasi hal tersebut. penetasan
telur unggas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penetasan alami dan
penetasan buatan. Penetasan alami yaitu menetaskan telur dengan
menggunakan induknya atau jenis unggas lain dan penetasan buatan yaitu
dengan menggunakan mesin tetas. Penetasan alami kurang efektif dalam
menetaskan telur, karena satu induk hanya bisa mengerami sekitar 10-15 butir
telur, sedangkan penetasan buatan mampu menetaskan jumlah telur dalam
jumlah ratusan bahkan ribuan butir, tergantung kapasitas tampung mesin tetas
(Kartasudjana, 2001).
Keunggulan penerapan teknologi mesin tetas adalah menghilangkan
periode mengeram pada induk, sehingga induk lebih produktif dan mampu
menghasilkan telur lebih banyak selama hidupnya. Penetasan merupakan
suatu proses biologis yang kompelks dari siklus hidup untuk menghasilkan
anak. Keberhasilan penetasan telur itik dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara
umum meliputi kualitas yang ada dalam telur ( faktor intern) dan teknis
tatalaksana penetasannya (faktor ekstern).
Pada prinsipnya penetasan telur dengan mesin tetas adalah menyediakan
lingkungan yang sesuai untuk perkembangan embrio (calon anak). yakni
meniru sifat-sifat alamiah induk ayam atau itik yang mengerami telur, yaitu
menyesuaikan suhu. kelembaban dan membalik telur yang dierami (Subiharta
dan Yuwana, 2012).
Indikator keberhasilan proses penetasan buatan dapat di cirikan oleh
fertiltas, daya tetas yang tinggi, suhu selama penetasan, kelembaban,
penyediaan udara dan kebersihan kerabang merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi daya tetas.

1.2 Tujuan praktikum


1. Untuk mengetahui dan mempelajari cara penetasan telur itik atau bebek.
2. Untuk memahami kegiatan penetasan mulai dari pemilihan bibit telur
sampai pada proses penetasan hingga telur menetas menjadi anak itik
(DOD)

1.3 Manfaat praktikum


Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara penetasan telur itik dan
memilih telur hingga menjadi anak itik.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penetasan
Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur
sampaitelur pecah menghasilkan anak ayam. Penetasan dapat dilakukan secara
alami olehinduk ayam atau secara buatan (artifisial) menggunakan mesin tetas.
Telur yang digunakan adalah telur tetas, yang merupakan telur fertil atau telur
yang telah dibuahioleh sperma, di hasilkan dari peternakan ayam pembibit,
bukan dari peternakan ayam petelur komersil (Suprijatna et al., 2005).
Pada prinsipnya penetasan telur dengan mesin tetas adalah
mengkondisikan telur sama seperti telur yang dierami oleh induknya. Baik itu
suhu, kelembaban dan juga posisi telur. Dalam proses penetasan dengan
menggunakan mesin tetas memiliki kelebihan di banding dengan penetasan
secara alami, yaitu : dapat dilakukan sewaktu-waktu, dapat dilakukan dengan
jumlah telur yang banyak, menghasilkan anak dalam jumlah banyak dalam
waktu bersamaan, dapat dilakukan pengawasan dan seleksi pada telur
(Yuwanta, 2003).
Penetas ( pemanas dari listrik ) yang menggunakan tenaga listrik
dilengkapi dengan lampu pijar dan seperangkat alat yang disebut termostat
(termoregulator).Alat ini dapat mengatur suhu di dalam ruangan penetasan
secara otomatis. Jika panasnya melebihi batas yang kita tentukan, maka
termoregulator akan bekerja memutus arus listrik, akibatnya lampu pijar
menjadi mati.
Menurut Shanawany (2004), untuk menjaga agar tidak terjadi penguapan
yang berlebihan perlu diatur kelembaban pada 65 – 70 %. Mulai hari ke-20,
kelembaban dinaikkan menjadi lebih dari 70 %.

2.2 Mesin Tetas


Mesin Tetas Mesin tetas adalah sebuah tempat atau lemari dengan
konstruksi yang dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki manfaat yaitu
panas yang ada didalamnya tidak akan terbuang. Suhu dan panas yang ada di
dalam ruangan mesin tetas bisa diatur sesuai keinginan kita serta sesuai
dengan ukuran derajat panas yangdibutuhkan selama periode penetasan telur.
Mesin tetas memiliki fungsi mengganti peran induk unggas dalam proses
penetasan telur sehingga akan menghasilkan anak ungags yang unggul.
Mesin tetas merupakan mesin penetasan yang mempunyai prinsip kerja
seperti pada induk ayam pada saat mengerami telur. Mesin tetas diusahakan
memenuhi berbagai syarat yang sesuai untuk perkembangan struktural dan
fisiologi dari embrioanak ayam. Dalam pembuatan alat tetas perlu
dipertimbangkan beberapa solusi dalam pengaturan parameter biologi yang
meliputi temperatur, kelembaban udara dan sirkulasi udara.
2.3 kegiatan candling
Peneropongan telur atau candling merupakan kegiatan pemeriksaan bagian
dalam telur dengan bantuan cahaya. Alat yang digunakan untuk meneropong
telur adalah egg candler (teropong telur). Tujuan dari peneropongan telur tetas
adalah untuk mengetahui keberadaan atau perkembangan embrio yang ada di
dalam telur. Biasanya peneropongan dilakukan pada hari ke-7 dan ke-14
(Kholis dan Sarwono,2013).
Peneropongan telur dilakukan dengan menggunakan kertas di tempat
terangatau telur diletakkan di atas kaca yang di bawahnya diberi sinar lampu
(tetapi harusdijaga agar lampu dibawah kaca tidak menimbulkan panas pada
kaca secara berlebihan). Dapat pula telur didekatkan ke sinar lampu kemudian
diteropong dengan menggunakan gulungan kertas. Peneropongan dilakukan 2
kali selama masa penetasan, yaitu hari ke-14 dan ke-18 (Sujionohadi dan
Setiawan, 2007). Pada harike-5 sampai ke-7, telur mulai diperiksa dengan cara
meletakkannya di atas lampu pijar. Jika di dalam telur terlihat urat atau tunas,
berarti telur tersebut fertil atau bisamenetas. Sementara itu, telur yang tampak
kosong atau bening kemungkinan besar tidak bisa menetas dan harus diafkir
(Mulyono dan Raharjo, 2005). Pada saat diteropong, telur yang embrionya
hidup akan mempunyai ciri-ciri yaitu titik di tengah kuning telur berwarna
merah dan dikelilingi gambaran rambut-rambut berwarna merah, tampak
denyutan jantung dari luar. Sedangkan telur yang embrionya mati mempunyai
ciri-ciri yaitu titik di tengah kuning telur berwarna hitam dan dalam telur
tampak bening, titik di tengah telur dikelilingi warna hitam.

2.4 Pengamatan suhu dan kelembaban saat proses penetasan


Penetasan Kelembaban pada saat inkubasi merupakan salah satu faktor
yang penting juga selain dari temperatur yang dapat mempengaruhi lancarnya
proses penetasan dan sebagai penyebab tinggi rendahnya daya tetas.
Kelembaban pada mesin penetasanyang baik pada hari ke – 1 hingga hari ke –
18 yaitu 50 – 60 (Kartasudjana danSuprijatna, 2010).
Kelembaban pada proses penetasan harus diperhatikan agar embrio
dalamtelur terhindar dari dehidrasi akibat kelembaban yang rendah.
Kelembaban juga perludinaikan pada saat persiapan penetasan agar DOC
tidak dehidrasi. Kelembaban yang baik pada hari ke – 19 sekitar 55 – 60%
serta hari ke 20 – 21 kelembaban sekitar 80%(Rahayu et al., 2011).
Kelembapan ideal untuk penetasan telur itik padaumur 1--25 hari
adalahantara 60--70%, sedangkan pada hari ke-26 sampai menetas
membutuhkan lebihtinggi yaitu 75--85%(Rasyaf, 2003). Menurut Kurtini dan
Riyanti (2011), untuk daerah tropik seperti Indonesia, umumnya digunakan
50--55% untuk mencapai weight lossideal (12--14%). Kelembapan yang
terlalu tinggi dapat mengakibatkan kecilnya rongga udara sehingga embrio
susah keluar saat menetas, penyerapan albumen tidak optimal yang
menyebabkan ayam menempel pada membran dinding telur.
Suhu dalam penetasan merupakan faktor yang penting dalam penentuan
keberhasilan penetasan. Suhu dalam mesin tetas yang terlalu rendah akan
mengakibatkan embrio tumbuh lambat selama proses penetasan, sedangkan
pada suhu yang terlalu tinggi akan berkembang sangat cepat sehingga dapat
menetas lebih awal.
Temperatur pada mesin tetas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
proses penetasan, karena itu ketika penetasan menggunakan mesin tetas
temperatur mesin tetas harus mengacu pada suhu alami pada saat induk ayam
mengerami telur tetas. Pengontrolan suhu yang kurang diperhatikan akan
dapat menggagalkan proses penetasan telur.

2.5 Fertilitas
Fertilitas dapat diartikan sebagai presentase telur yang memperlihatkan
adanya perkembangan embrio dari sejumlah telur yang dieramkan tanpa
memperhatikan telur dapat atau tidak menetas.Telur tetas itik yang fertil
dihasilkanmelalui proses dari perkawinan antara itik jantan dengan itik betina
dan memiliki benih embrio. Menurut Suryana (2011), rata-rata fertilitas telur
tertinggi dengan sexratio (1:10) menunjukkan nilai sebesar 97,88 %
dibandingkan dengan sex ratio(1:28) dengan nilai 50,21%. Semakin tinggi
angka yang diperoleh maka semakin baik pula kemungkinan daya tetasnya.
Fertilitas dipengaruhi antara lain oleh asal telur (hasil dari perkawinan atau
tidak), ransum induk, umur induk, kesehatan induk, umur telur, dan
kebersihan telur.

2.6 Infertil
Telur infertile adalah telur yang tidak dibuahi oleh induknya karena tidak
terjadinya perkawinan antara unggas jantan dan betina, sehingga tidak
memiliki kemungkinan untuk menetas (Edhy Sudjarwo, 2012).Menurut
Sudaryani (2000), Telur infertil, disebabkan oleh :
a. perbandingan induk jantan dan betina tidak memenuhi persyaratan
induk jantan/betina sudah terlalu tua
b. induk betina terlalu gemuk
c. kebersihan kerabang telur tetas
d. telur tetas disimpan terlalu lama pada kondisi yang tidak sesuai
sebelum dimasukan kedalam meisn tetas
e. pakan induk parent stock kekurangan vitamin A, B, C atau E dan
f. parent stock mengalami sakit/ stres

Pada proses penetasan menggunakan mesin tetas biasanya diperoleh telur


ayam infertil pada saat candling. Telur infertil dideteksi dengan cara
diteropong(candling) menggunakan cahaya. Telur infertil akan tampak terang
saat candling.Telur yang nampak terang saat proses candling sebenarnya tidak
hanya telur infertil saja tetapi juga telur yang embrionya mengalami mati dini,
namun pada proses candling semua telur tampak terang disebut sebagai telur
infertil karena penampakannya sama.

2.7 Daya Tetas


Daya tetas merupakan banyaknya telur fertil yang menetas pada akhir
penetasan yang dinyatakan dalam bentuk persen. Banyak faktor yang
mempengaruhi daya tetas telur, salah satunya yaitu lama penyimpanan. Telur
tetas jika disimpan dalam waktu yang lama akan mengurangi daya tetasnya.
Daya tetas telur akan menurun seiring dengan penambahan waktu
penyimpanan dan lamanya telur disimpan sebelum ditetaskan (Suharno dan
Setiawan, 2012). Lama penyimpanan merupakan salah satu faktor yang
menentukan daya tetas dan kematian embrio didalam telur tetas (Cahyono,
2011).
Pemutaran telur juga termasuk hal yang mempengaruhi daya tetas
telur.Pemutaran sebaiknya dilaksanakan 1 kali setiap jam sehingga dalam
sehari terdapat 24 putaran dengan kemiringan 45°. Dengan pemutaran yang
lebih sering maka telur akan lebih cepat menetas (daya tetas) sehingga
kandungan air didalamnya tidak akan banyak hilang yang dapat membuat
bobot badan DOD meningkat, dan sebaliknya pemutaaran yang tidak sering
akan membuat telur tidak cepat menetas (daya tetas) dengan baik, sehingga
terjadi penguapan berlebihan dan kadar air didalam air akan berkurang yang
dapat membuat badan DOD akan berkurang (North, 2000).
BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 23 November 2022 yang
bertempat di Desa Moutong, Kec. Tilongkabila, Kab. Bone Bolango.

3.2 Alat Dan Bahan


1. Alat:
- Mesin Tetas 2 unit
- Timbangan Digital
- Egg Tray
- Teropong Telur
- Bak Air (nipan)
- Thermometer (oC/oF)
- Hygrometer
- Alat Tulis Menulis (pena, spidol dan kertas)
- Alat Dokumentasi

2. Bahan
- Telur Tetas (telur itik)
- Air Bersih Sescukupnya

3.3 Prosedur Kerja


a. Penyimpanan Mesin Tetas
1. Menyiapkan mesin tetas yang sudah disucihamakan atau difumigasi
terlebih dahulu termasuk peralatannya.
2. Menghidupkan mesin tetas serta mengatur suhu dan kelembaban dalam
ruang mesin tetas. Untuk melihar kelembaban mesin tetas yaitu
bak/wadah terlebih dahulu diisi dengan air 1/3 bagian, jangan sampai
penuh dan letakkan dibawah rak telur.
3. Melihat suhu dan kelembaban pada thermometer ( oC/oF) dan
hygrometer yang sudah diletakkan didalam ruang mesin tetas. Suhu
dan kelembaban mesin tetas tetap stabil tidak berubah-ubah setiap saat
diperhatikan.
4. Jadwal penetasan ditempel pada dinding dekat alat mesin tetas, agar
mudah mengontrol suhu, pemutaran telur dan kegiatan peneropongana.
5. Pastikan bola lampu listrik hidup dengan baik dengan daya (20 watt)
yang seragam dan bentuknya bolam clear/transparan.
6. Mesin tetas harus dicoba terlebih dahulu ± 1 jam dan dikontrol suhu
serta kelembabannya sebelum digunakan. Hal ini untuk membuat
apakah semua sistem telah berjalan.
b. Pemasukan Telur Dalam Mesin Tetas
1. Beri tanda telur tetas pada bagian sisi kanan huruf A dan sisi kiri huruf
B dengan pena/spidol, sebagai tanda pada waktu pemutaran telur.
2. Susun telur yang sudah diberi tanda dan diseleksi sebelumnya dengan
rapi berdasarkan ukuran bentuk.
3. Letakkan telur dengan posisi bagian yang tumpul menhadap keatas dan
bagian yang runcing ke bawah dengan kemiringan 45o dan merupakn
patokan pada saat pemutaran telur hari ke-3.
4. Telur yang telah selesai disusun dimasukan kedalam mesin tetas
dengan mengucapkan basmallah.
c. Pemutaran dan Peneropongan Telur
1. Putar telur pada hari ke-3, lakukan 3x yaitu jam 08.00 pagi, 15.00 sore
dan 21.00 malam.
2. Seragamkan pemutaran telur (egg turning) dengan melihat tanda huruf
A (pemutaran pertama) dan huruf B (pemutaran kedua).
3. Setelah selesai pemutaran telur, isilah kolom pemutaran telur dengan
memberi tanda centang dengan spidol pada jadwal penetasan, sampai
pada pemutaran hari ke-25.
4. Lakukan peneropongan pada hari ke-4, ke-7, ke-14, ke-19 dan ke-25.
5. Gunakan lampu 40watt pada alat teropong, agar terlihat dengan jelas
keadaan telur yang dibuahi (fertil) dan tidak (infertil) dan bibit mati.
6. Catat berapa jumlah telur yang fertil, infertil (kosong, bibit mati) pada
setiap peneropongan.
7. Telur yang infertil (kosong, bibit mati) bila dapat dilihat dengan jelas
maka segera dikeluarkan, bila masih ragu atau belum pasti maka
lakukan peneropongan pada hari berikutnya. Kegiatan peneropongan
dilakukan sesuai hari yang sudah ditentukan pada jadwal penetasan
telur itik.
8. Perhatikan suhu dan kelembaban ruang mesin tetas 60-65% harus
konstan jangan sampai berubah pada hari ke 3- ke 17, ventilasi udara
dibuka ¼
dan ½
bagian sesuai dalam jadwal penetasan. Kelembaban
yang rendah menyebabkan anak itik sulit memecah kulit telur karena
lapisannya menjadi keras dan berkakibat anak itik melekat atau lengket
diselaput bagian dalam telur menyebabkan matinya anak itik (DOD).
9. Hari ke-18- ke-23 kelembaban mesin tetas 65-70%, ventilasi dibuka 1/2
bagian.
10. Hari ke-24- ke-28 kelembaban dinaikan menjadi antara 70-75%,
dengan ventilasi dibuka penuh pada hari ke 22-28.
11. Kegiatan pemutaran telur hari ke 25-28 tidak ada lagi, tapi diperlukan
pengawasan terhadap suhu dan kelembaban mesin tetas tetap stabil,
sesuai jadwal penetasan.
12. Tutup pintu mesin tetas (incubator) tidak boleh dibuka 3 hari
menjelang telur diperlukan menetas, karena dapat menyebabkan
kehilangan kelembaban udara yang sangat diperlukan dalam
penetasan. Kehilangan kelembaban dapat menyebabkan keringnya
membran pada kulit telur pada saat penetasan (hatching).
13. Catat jumlah telur yang menetas atau sudah pecah pada hari ke 28 dan
begitu pula yang tidak menetas.
14. Bila terdapat telur yang menetas atau sudah pecah tapi anak itik sulit
keluar, maka dibantu dengan cara membuka lebar kulit cangkang
telurnya.
15. Hitunglah daya tetas, dengan cara berapa jumlah telur yang menetas
dibagi dengan jumlah telur yang ditetaskan dikalikan 100%. Begitu
pula fertilitas berapa jumlah yang dibuahi (fertil) berdarkan hasil
peneropongan dibagi jumlah telur yang ditetaskan (bibit/embrio mati)
dibagi dengan jumlah telur yang ditetaskan dikalikan 100%.
16. Isilah tabel dibawah ini sesuai dengan hasil pengamatan penetasan
telur itik.
17. Tabel pengamatan telur itik dibahas dan dilampirkan pada bab laporan
praktikum dan hasil gambar dilampirkan kegiatan praktikum dalam
bentuk dokumentasi.
BAB IV HASIL DAN KEGIATAN PRAKTIKUM

4.1 Data Hasil Praktikum


Berikut hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan, yaitu:
1. Pengamatan suhu

Suhu (oC) Nilai


Minggu 1 38,3-38,6
Minggu 2 38,9
Minggu 3 39
Minggu 4 39
Tabel 1. Suhu dan Rata-rata

2. Pengamatan Kelembaban:

Kelembaban (%) Nilai


Minggu 1 60
Minggu 2 60
Minggu 3 60
Minggu 4 62
Tabel 2. Kelembaban rata-rata

3. Persentase Fertilitas
Jumlah Telur Fertil
Fertilitas = x 100%
Jumlah Telur Yang Ditetaskan
5
= x 100%
105

= 4,76%
4. Daya Tetas:
Jumlah Telur Yang Menetas
Daya Tetas =
Jumlah Telur Yang Fertil
x 100%

0
= 5 x 100%

= 0%
5. Mortalitas
Jumlah Telur Yang Ditetaskan
Mortalitas = x 100%
jumlah Telur Yang Menetas
105
= 0 x 100%

= 0%

4.2 Pembahasan Data Hasil Praktikum


Penetasan merupkan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai
telur pecah menghasilkan anak ayam. Penetasan dapa di lakukan secara alami
oleh induk ayam atau secara buatan (arifisial) mengunakan mesin tetas. Telur
yang digunakan adalah telur tetas, yang merupakan telur fertil atau telur yang
telah dibuahioleh sperma, dihasilkan dari peternakan ayam pembibit, bukan
dari peternakan ayam petelur komersil.
Dalam praktikum ini digunakan mesin tetas untuk menetaskan telur
tetas.Telur yang telah diseleksi dan memenuhi persyaratan untuk ditetaskan
segeradimasukkan ke dalam mesin tetas, namun sebelumnya telur
dibersihkan. Sejak telur dimasukkan pada hari pertama sampai dengan tiga
hari kemudian, kegiatan rutin yangdilakukan yaitu kontrol temperatur mesin
tetas, kontrol alat pemanas dan tidak dilakukan pemutaran telur.
Pengontrolan dilakukan 3 kali sehari, pada jam 08.00; 15.00; 21.00 WIB.
pada minggu pertama rataan suhu 38,3-38,6oC, minggu ke dua 38,9oC, ketiga
39,2 oC, minggu terakhir suhu tetap sama 39,2 oC.
persentase kematian embrio pada praktikum ini terjadi pada hari ke 24-28.
Ciri-ciri embrio yang mati yaitu; telur membusuk, terbentuknya selaput
darah, bulu rontok, serta embrio terlihat lemah. Penyebab telur yang tidak
menetas yaitu suhu dan kelembaban yang terlalu tinggi/rendah
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
pelaksnaan manajemen penetasan sudah baik akan tetapi masi kurang baik
dalam melakukan pengecekan suhu mesin tetas sehingga suhu terkadang
tinggi hal tersebut dapat mempengaruhu dya tetas dan daya hidup ternak.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam manajemen penetasan harus teliti dan berhati-hati dalam
melakukan penetasan telur mulai dari pemilihan telur fertil, telur yang berisi
dan telur yang ukuran ideal untuk telur supaya supaya hasil penetasanya bisa
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Kartasudjana, R., 2001. Penetasan Telur Departemen Pendidikan Nasional,


JakartaKartasudjana

Mulyono. 2003. Beternak Itik Tanpa Air . Redaksi Agromedia

Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak


Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta

Tri-Yuwanta. 1983. Beberapa Metode Praktis Penetasan Telur.Fakultas


PeternakanUGM. Yogyakarta.

Kholis, S dan B. Sarwono.2013 Ayam Elba Kampung Petelur Super . Penebar


Swadaya, Jakarta.
LAMPIRAN

Pembersihan Cangkang Telur Telur Dimesin Tetas

Pemutaran Telur Suhu Dan Kelembaban

Telur fertil Telur Infertil

Telur Yang Gagal Embrio Yang Mati

Anda mungkin juga menyukai