DI SUSUN
NURSINTIA PAKAYA
621420014
A/PETERNAKAN
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan laporan ini yang berjudul”laporan Praktikum Penetasan
Telur Itik” . Tak lupa saya ucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak dari pihak
yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan praktikum dan pembuatan laporan.
Saya menyadari, laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan di nantikan demi kesempurnaan
laporan ini.
Penulis
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui:
Dosen Pengampuh Mahasiswa
Nim: 621420014
Menyetujui:
Nip: 196612062001122001
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Penetasan
Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur
sampaitelur pecah menghasilkan anak ayam. Penetasan dapat dilakukan secara
alami olehinduk ayam atau secara buatan (artifisial) menggunakan mesin tetas.
Telur yang digunakan adalah telur tetas, yang merupakan telur fertil atau telur
yang telah dibuahioleh sperma, di hasilkan dari peternakan ayam pembibit,
bukan dari peternakan ayam petelur komersil (Suprijatna et al., 2005).
Pada prinsipnya penetasan telur dengan mesin tetas adalah
mengkondisikan telur sama seperti telur yang dierami oleh induknya. Baik itu
suhu, kelembaban dan juga posisi telur. Dalam proses penetasan dengan
menggunakan mesin tetas memiliki kelebihan di banding dengan penetasan
secara alami, yaitu : dapat dilakukan sewaktu-waktu, dapat dilakukan dengan
jumlah telur yang banyak, menghasilkan anak dalam jumlah banyak dalam
waktu bersamaan, dapat dilakukan pengawasan dan seleksi pada telur
(Yuwanta, 2003).
Penetas ( pemanas dari listrik ) yang menggunakan tenaga listrik
dilengkapi dengan lampu pijar dan seperangkat alat yang disebut termostat
(termoregulator).Alat ini dapat mengatur suhu di dalam ruangan penetasan
secara otomatis. Jika panasnya melebihi batas yang kita tentukan, maka
termoregulator akan bekerja memutus arus listrik, akibatnya lampu pijar
menjadi mati.
Menurut Shanawany (2004), untuk menjaga agar tidak terjadi penguapan
yang berlebihan perlu diatur kelembaban pada 65 – 70 %. Mulai hari ke-20,
kelembaban dinaikkan menjadi lebih dari 70 %.
2.5 Fertilitas
Fertilitas dapat diartikan sebagai presentase telur yang memperlihatkan
adanya perkembangan embrio dari sejumlah telur yang dieramkan tanpa
memperhatikan telur dapat atau tidak menetas.Telur tetas itik yang fertil
dihasilkanmelalui proses dari perkawinan antara itik jantan dengan itik betina
dan memiliki benih embrio. Menurut Suryana (2011), rata-rata fertilitas telur
tertinggi dengan sexratio (1:10) menunjukkan nilai sebesar 97,88 %
dibandingkan dengan sex ratio(1:28) dengan nilai 50,21%. Semakin tinggi
angka yang diperoleh maka semakin baik pula kemungkinan daya tetasnya.
Fertilitas dipengaruhi antara lain oleh asal telur (hasil dari perkawinan atau
tidak), ransum induk, umur induk, kesehatan induk, umur telur, dan
kebersihan telur.
2.6 Infertil
Telur infertile adalah telur yang tidak dibuahi oleh induknya karena tidak
terjadinya perkawinan antara unggas jantan dan betina, sehingga tidak
memiliki kemungkinan untuk menetas (Edhy Sudjarwo, 2012).Menurut
Sudaryani (2000), Telur infertil, disebabkan oleh :
a. perbandingan induk jantan dan betina tidak memenuhi persyaratan
induk jantan/betina sudah terlalu tua
b. induk betina terlalu gemuk
c. kebersihan kerabang telur tetas
d. telur tetas disimpan terlalu lama pada kondisi yang tidak sesuai
sebelum dimasukan kedalam meisn tetas
e. pakan induk parent stock kekurangan vitamin A, B, C atau E dan
f. parent stock mengalami sakit/ stres
2. Bahan
- Telur Tetas (telur itik)
- Air Bersih Sescukupnya
2. Pengamatan Kelembaban:
3. Persentase Fertilitas
Jumlah Telur Fertil
Fertilitas = x 100%
Jumlah Telur Yang Ditetaskan
5
= x 100%
105
= 4,76%
4. Daya Tetas:
Jumlah Telur Yang Menetas
Daya Tetas =
Jumlah Telur Yang Fertil
x 100%
0
= 5 x 100%
= 0%
5. Mortalitas
Jumlah Telur Yang Ditetaskan
Mortalitas = x 100%
jumlah Telur Yang Menetas
105
= 0 x 100%
= 0%
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
pelaksnaan manajemen penetasan sudah baik akan tetapi masi kurang baik
dalam melakukan pengecekan suhu mesin tetas sehingga suhu terkadang
tinggi hal tersebut dapat mempengaruhu dya tetas dan daya hidup ternak.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam manajemen penetasan harus teliti dan berhati-hati dalam
melakukan penetasan telur mulai dari pemilihan telur fertil, telur yang berisi
dan telur yang ukuran ideal untuk telur supaya supaya hasil penetasanya bisa
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA