Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN PENETASAN TELUR BEBEK

Disusun guna memenuhi tugas manajemen pembibitan dan penetasan


Dosen pengampu: Ir. Hj. Fahria datau, M.Si

Disusun oleh:

ARI YANTO ADI SAPUTRA


(621420004)

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR
Puja dan Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga tugas
tentang “Manajemen Penetasan Telur itik” dapat terselesaikan. Kemudian salawat serta
salam kita sampaikan kepada nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberkan
pedoman hidup yakni Al-Quran dan sunnah untuk keselamatan ummat di dunia. Makalah
ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Manajemen Ternak Unggas Program studi
Peternakan Fakultas Pertanian pada Universitas Negeri Gorontalo.
Tugas ini ditulis dan dipaparkan menggunkan bahasa yang mudah dimengerti dan
dilengkapi pula dikutip dari beberapa sumber agar nantinya pembaca lebih mudah dalam
memahaminya.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini terdapat berbagai kekurangan,
maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembacanya.Semoga makalah ini
dapat memberi manfaat kepada pembacanya, serta menambah wawasan dan
memperdalam keimanan kita kepada sang pencipta.

Gorontalo, Desember 2022

ARI YANTO ADI SAPUTRA

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dilakukan kegiatan praktikum pada tanggal 23 november 2022 di


desa moutong kabupaten bone bolango dengan judul manajemen penetasan telur
bebek/itik.

Gorontalo, desember 2022

Mengetahui :
Dosen pengampuh, Mahasiswa,

Ir.Hj. Fahria Datau, M.Si ARI YANTO ADI SAPUTRA


NIP. 196402091994032001 NIM. 621420004

Menyetujui :
Ketua jurusan peternakan,

Ir. Nibras Karnain Laya, M.P


NIP. 196612062001122001

iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bebek atau itik adalah nama umun untuk beberapa spesies burung dalam
famili anatidae.Bebek umumnya adalah burung akuatik yang sebagian besar
berukuran lebih kecil dibandingkan kerabatnya, angsa dan angsa berleher pendek,
dan dapat ditemukan pada perairan air tawar maupun air laut. Hilangnya sifat
mengeram akibat dari proses domestikasi dan terjadinya mutasi alamiah dari sifat
– sifat mengeram (Aripin, 2013). Oleh sebab itu untuk penetasan telur itik perlu
campur tangan manusia baik dengan bantuan unggas lain atau menggunakan
mesin tetas. Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur
sampai menetas. Penetasan telur itik dapat dilakukan secara alami maupun buatan.
Dalam pelaksanaan penetasan telur menggunakan mesin harus memperhatikan
kebersihan telur maupun mesin tetasnya. Salah satu faktor yang sangat
berpengaruh dalam proses penetasan adalah kebersihan kerabang telur, mengingat
kerabang mengandung kotoran terutama feses merupakan sumber bakteri dan
jamur sehingga dapat menyerang embrio.

Kebersihan telur akan semakin baik jika kerabang telur dalam keadaan
bersih dan tidak terkontaminasi kotoran apapun. Telur tetas yang diperoleh
seharusnya dikumpulkan sesegera mungkin untuk menghindari mikroorganisme
masuk melalui pori-pori kulit telur dan bisa menyebabkan daya tetas telur menjadi
rendah (Rasyaf, 2008). Sebelum telur tetas dimasukkan ke dalam mesin tetas,
diperlukan usaha untuk menghilangkan bibit penyakit yang menempel pada
kerabang, agar bibit penyakit tidak mencemari isi telur dan unit penetasan
(Rasyaf, 1984).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara kerja dari mesin tetas dan cara fumigasi mesin tetas yang
benar?
2. Bagaimana proses penetasan?
3. Apa yang dimaksud dengan fertilisasi?
4. Bagaimana daya tetas mesin tetas?

1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui cara kerja dari mesin tetas dan cara fumigasi mesin tetas yang
benar
2. Mengetahui proses penetasan telur
3. Mengetahui apa itu fertilisasi
4. Mengetahui daya tetas dari mesin tetas.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cara Kerja Dari Mesin Tetas Dan Cara Fumigasi Mesin Tetas Yang
Benar
Mesin tetas merupakan mesin penetasan yang mempunyai prinsip kerja
seperti pada induk ayam pada saat mengerami telur.Mesin tetas diusahakan
memenuhi berbagai syarat yang sesuai untuk perkembangan struktural dan
fisiologi dari embrio anak itik. Dalam pembuatan alat tetas perlu
dipertimbangkan beberapa solusi dalam pengaturan parameter biologi yang
meliputi temperatur, kelembaban udara dan sirkulasi udara. Pada alat penetasan
semua faktor-faktor tersebut dapat diatur dengan baik sesuai dengan kondisi
yang diinginkan dan sesuai dengan kondisi proses biologi penetasan (Nesheim
et al., 1979).
Sebelum digunakan peralatan penetasan difumigasikan terlebih dahulu.
Semua alat dicuci bersih dan disemprot dengan obat pembasmi hama. Juga bisa
digunakan alkohol 70% untuk bahan penyemprot.Selanjutnya alat dikeringkan
dan dimasukkan dalam ruang penetasan (Chan dan Zamrowi, 1993).
Alat pemanas dihidupkan dan diatur jarak penyetelan antara temperatur 37-
380C dengan cara mengatur jarak dengan memutar gagang pelatuk pada switch
diantara regulator dengan switch. Setelah temperatur yang diinginkan tercapai
(temperatur konstan), dibiarkan sampai satu jam sambil dikontrol (Soedjarwo,
1999).Begitu juga untuk kelembaban udara.Bak air diisi dengan air jangan
sampai penuh dan dimasukkan ke dalam alat penetas.Diatur kelembabannya
antara 55-60%.Pengaturan dilakukan dengan menambah atau mengurangi air
dalam bak.Untuk lebih mudahnya biasanya bak diisi air 2/3 bagian dan
dibiarkan sampai kelembaban konstan (Nuryati et al., 1998).
Telur biasanya tidak bisa langsung dapat dimasukkan ke dalam alat
penetasan, mengingat ada periode tertentu untuk persiapan penetasan
telur.Untuk itu diperlukan waktu penyimpanan sebelum penetasan. Masa
penyimpanan sebaiknya tidak lebih dari 7 hari, karena penyimpanan yang

3
melebihi waktu tersebut akan menurunkan prosentase penetasan telur tetas
(Nesheim et al., 1979).
Kelembaban udara sangat penting mengingat untuk mempertahankan laju
penguapan air di dalam telur. Akibat penguapan udara ini akan membesar
kantung udara. Kelembaban udara dapat dilihat pada higrometer dan
mengaturnya dengan cara menambah atau mengurangi air di dalam bak air.
Pada kerabang telur terdapat ribuan pori-pori mikro untuk pertukaran gas.Oleh
karena itu untuk menjaga agar tidak terjadi penguapan yang berlebihan perlu
diatur kelembaban pada 65-70%.Mulai hari ke-20, kelembaban dinaikkan
menjadi lebih dari 70% (Shanawany, 1994).

2.2 Proses Penetasan


Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai
telur pecah menghasilkan anak itik. Penetasan dapat dilakukan secara alami
oleh induk itik atau secara buatan (artifisial) menggunakan mesin tetas.Telur
yang digunakan adalah telur tetas, yang merupakan telur fertil atau telur yang
telah dibuahi oleh sperma, dihasilkan dari peternakan itik pembibit, bukan dari
peternakan ayam petelur komersil (Suprijatna et al., 2005).
Penetas ( pemanas dari listrik ) yang menggunakan tenaga listrik dilengkapi
dengan lampu pijar dan seperangkat alat yang disebut termostat
(termoregulator). Alat ini dapat mengatur suhu di dalam ruangan penetasan
secara otomatis. Jika panasnya melebihi batas yang kita tentukan, maka
termoregulator akan bekerja memutus arus listrik, akibatnya lampu pijar
menjadi mati. Demikian suhu udara di dalam mesin tetas tetap stabil. Apabila
dengan waktu tertentu ruangan atau kotak itu suhunya rendah, maka termostat
bekerja kembali untuk menyambung arus dan lampu pijar menyala pula
(Marhiyanto, 2000 ).
Menurut Shanawany (1994), untuk menjaga agar tidak terjadi penguapan
yang berlebihan perlu diatur kelembaban pada 65 – 70 %. Mulai hari ke-20,
kelembaban dinaikkan menjadi lebih dari 70 %. Cara lain dengan melihat pada
kaca ventilasi masin tetas. Bila pada kaca terdapat butir-butir air berarti

4
kelembaban terlalu tinggi.Dalam kondisi tersebut, kaca segera dilap sampai
kering, ventilasi dibuka dan bak air dikeluarkan.

2.3 Fertilitas
Fertilitas adalah persentase jumlah telur yang fertil dari seluruh telur yang
dihasilkan dari induk dalam suatu penetasan. Persentase fertilitas untuk unggas
jenis itik adalah 85 - 95% (Suprijatna et al., 2005). Telur yang dapat ditetaskan
(fertil) dapat diketahui dengan cara peneropongan (candling), yang dilakukan
16 - 24 jam setelah telur dimasukkan ke dalam mesin tetas ditandai dengan
adanya bulatan berbentuk gumpalan yang terlihat saat peneropongan
(Supriyadi, 2009).
Faktor-faktor penentu fertilitas adalah: sex ratio, umur ternak, jarak
waktu kawin sampai bertelur, pakan dan musim (Suprijatna et al., 2005).
Kesuburan telur juga penentu dari fertilitas, faktor yang mempengaruhi
kesuburan telur tetas adalah sperma, jenis makanan yang diberikan pada bibit,
musim, waktu perkawinan dan hormon (Sarwono, 1995).
Sex ratio merupakan perbandingan jantan dan betina yang berada pada
satu kelompok diharapkan dapat membuahi betinanya sehingga telur yang
dihasilkan dapat menetas atau fertil (Prasetyo, 2006). Perbandingan jantan dan
betina perlu diperhatikan untuk mendapatkan fertilitas yang tinggi (Rasyaf,
1990). Untuk mendapatkan fertilitas yang tinggi pada itik, dianjurkan agar 6
ekor itik betina dapat dikawini oleh 1 ekor pejantan. Jika jumlah betina terlalu
banyak, maka banyak telur yang tidak terbuahi atau infertil. Akibatnya, telur-
telur tersebut tidak bisa digunakan sebagai telur tetas. Pakan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi fertilitas. Pakan induk yang kekurangan
vitamin E akan menyebabkan rendahnya fertilitas.

2.4 Daya Tetas


Daya tetas adalah persentase jumlah telur yang dapat menetas dari jumlah
telur yang fertil (Suprijatna et al., 2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi daya
tetas yaitu teknis pada waktu memilih telur tetas atau seleksi telur tetas (bentuk
telur, bobot telur, keadaan kerabang, warna kerabang dan lama penyimpanan) dan
teknis operasional dari petugas yang menjalankan mesin tetas (suhu, kelembaban

5
dan pemutaran telur) serta faktor yang terletak pada induk yang digunakan sebagai
bibit (Sa’diah et al., 2015). Semakin besar bobot badan itik biasanya akan
menghasilkan telur dengan ukuran yang lebih besar dari itik yang bobot badannya
lebih ringan (Sopiyana et al., 2011). Berat telur sangat dipengaruhi oleh ukuran
telur. Semakin besar telur maka akan semakin berat bobot telurnya (Muhammad
et al., 2014). Bobot telur mempengaruhi tingginya daya tetas dan bobot tetas
(Hafsah et al., 2008).

Lama waktu penyimpanan sangat mempengaruhi kualitas telur untuk


ditetaskan. Telur yang akan ditetaskan tidak boleh disimpan lebih dari 7 hari atau
satu minggu (King’ori, 2011). Telur tetas yang baik untuk ditetaskan adalah telur
tetas kurang dari satu minggu dan idealnya 4 - 5 hari (Nazirah, 2014).
Bertambahnya umur telur tetas menyebabkan penguapan cairan dan gas dari
dalam telur lebih banyak. Telur yang lebih lama disimpan mengakibatkan
hilangnya cairan yang lebih banyak. Fungsi cairan di dalam telur yaitu melarutkan
zat-zat nutrisi dalam telur dimana zat-zat tersebut digunakan untuk makanan
embrio selama berada di dalam telur. Selain membutuhkan zat nutrisi, embrio
juga membutuhkan gas dari dalam telur seperti oksigen untuk bernafas. Jika
penguapan gas dari dalam telur semakin banyak maka akan menghambat
perkembangan embrio bahkan mengakibatkan kematian embrio.

6
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat


Waktu peleksanaan praktikum yaitu mulai hari rabu, 23 november 2022,
waktu untuk pemutaran telur yaitu pagi pada pukul 08.00, sore pukul 15.00
dan malam pukul 21.00. bertempat di desa moutong kabupaten bonebolango.
3.2 Alat Dan Bahan
1. Alat
 2 mesin tetas
 Timbangan digital
 Egg tray
 Teropong telur
 Bak air (nipan)
 Termometer (OC/OF)
 Hygrometer
 Alat tulis menulis
 Alat dokumentasi
2. Bahan
 Telur tetas (telur itik)
 Air bersih secukupnya
3.3 Prossedur Kerja
a. Penyiapan mesin tetas (incubator)
1) Siapkan mesin tetas yang sudah disucihamakan atau difumigasi
terlebih dahulu termasuk peralatannya.
2) Hidupkan mesin tetas, atur suhu dan kelembaban (relative humidity)
mesin tetas yaitu bak atau wadah terlebih dahulu diisi dengan aie 1/3
bagian jangan sampai penuh dan diletakkan dibawah rak telur.
3) Lihat suhu dan kelembaban ruang mesin pada termometer (OC/OF)
dan hygrometer yang sudah diletakkan didalam ruang mesin tetas,
dengan memperhatikan berapa suhu hari pertama telur masuk (lihat

7
jadwal penetasan) suhu dan kelembaban mesin tetas tetap stabil tidak
berubah-ubah setiap saat diperhatikan.
4) Jadwal penetasan ditempel pada dinding dekat alat mesin tetas, agar
mudah mengontrol suhu, pemutaran telur, dan kegiatan peneropongan.
5) Pastikan bola lampu listrik hidup dengan baik dengan daya (20 watt)
yang seragam, dan bentuknya bolam clear atau transparan.
6) Mesin tetas harus dicoba terlebih dahulu setidaknya 1 jam dan
dikontrol suhu dan kelembabannya sebelum digunakan. Hal ini untuk
melihat apakah semua sistem telah berjalan.
7) Bila dari langkah 1-6 smua sudah dilaksanakan dan siap digunakan,
maka selanjutnya kegiatan tahap pemasukan telur pada mesin tetas
(incubator).
b. Pemasukkan telur pada mesin tetas
1) Beri tanda terlebih dahulu telur tetas pada bagian sisi kanan telur
diberi tanda huruf A dan sisi kiri telur huruf B dengan pena atau
spidol, sebagai tanda pada waktu melakukan keseragaman pemutaran
telur.
2) Susun telur yang sudah diberi tanda dan diseleksi sebelumnya dengan
rapi berdasarkan ukuran dan bentuk jangan dicampur pada rak telur
mesin tetas.
3) Letakkan telur dengan posisi bagian yang tumpul menghadap keatas
dan bagian yang runcing menghadap ke bawah, dengan kemiringan
45o dan merupakan patokan pada saat pemutaran telur hari ke tiga.
4) Telur yang telah selesai disusun dimasukkan kedalam mesin tetas
dengan mengucapkan basmallah.
c. Pemutaran dan peneropongan telur
1) Pemutaran telur pada hari ketiga proses penetasan, lakukan 3 kali
yaitu pagi jam 08.00, sore jam 15.00, malam pukul 21.00.
2) Seragamkan pemutaran telur (egg turning) dengan melihat huruf A
(pemutaran pertama) dan huruf B (pemutaran kedua) dengan
kemiringan 45o begitu seterusnya setiap 3 kali pemutaran telur
dilakukan.

8
3) Setelah selesai pemutaran telur, isilah kolom pemutaran telur dengan
memberi tanda centang dengan simbol pada jadwal penetasan , begitu
seterusnya sampai pada pemutaran hari ke 25 proses penetasan.
4) Lakukan peneropongan (candling) pada hari ke 4, hari ke 7, hari ke
14, hari ke 19, dan hari ke 25 pada ruang yang gelap, agar terlihat
jelas perkembangan embrio.
5) Gunakan lampu 40 watt pada alat teropong, agar terlihat dengan jelas
keadaan telur yang berbibit/dibuahi (fertil) dan tidak berbibit (infertil)
telur kosong dan bibit mati hasil peneropongan telur.
6) Catat berapa jumlah telur yang fertil, infertil. Pada setiap
peneropongan.
7) Telur yang infertil bila dapat dilihat dengan jelas maka segera
dikeluarkan, bila masih ragu atau belum pasti maka lakukan
peneropongan pada hari berikutnya. Kegiatan peneropongan
dilakukan sesuai hari yang sudah ditentukan pada jadwal penetasan
telur itik.
8) Perhatikan suhu dan kelembaban ruang mesin tetas 60-65% harus
konstan jangan sampai berubah pada hari ke 3 sampai hari ke 17,
ventilasi udara dibuka ¼ dan ½ bagian sesuai dalam jadwal penetasan.
Kelembaban yang rendah menyebabkan anak itik sulit memecah kulit
telur karena lapisannya menjadi keras dan berakibat anak itik melekat
dan lengket di selaput bagian dalam telur menyebabkan matinya anak
itik (DOD).
9) Hari ke 18 – ke 23 kelembaban mesin tetas 65-70%, ventilasi dibuka
¼ bagian.
10) Hari ke 24 – ke 28 kelembaban dinaikan antara 70-75% dengan
ventilasi dibuka penuh pada hari ke 22-28.
11) Kegiatan pemutaran telur hari ke 25 sampai telur menetas hari ke 28
tidak ada lagi, tapi diperlukan pengawasan terhadap suhu dan
kelembaban mesin tetas tetap stabil sesuai jadwal penetapan.
12) Tutup pintu mesin tetas tidak boleh dibuka menjelang 3 hari telur
menetas, karena dapat menyebabkan kehilangan kelembaban dapat

9
menyebabkan keringnya membran pada kulit telur pada saat penetasan
(hatching).
13) Catat jumlah telur yang menetas pada hari ke 28 dan begitu pula yang
tidak menetas.
14) Bila terdapat telur yang sudah pecah tapi anak itik sulit keluar, maka
dibantu dengan cara membuka lebar kulit cangkang telurnya.
15) Hitunglah daya tetas, dengan cara berapa jumlah telur yang menetas
dibagi jumlah telur yang ditetaskan dikali 100%. Begitu pula fertilitas
berapa jumlah telur dibuahi berdasarkan hasil peneropongan dibagi
jumlah telur yang ditetaskan dikalikan 100%. Dan mortalitas berapa
jumlah telur yang tidak ditetaskan (bibit mati) dibagi dengan jumlah
telur yang ditetaskan dikalikan 100%.
16) Isilah tabel berikut dengan hasil pengamatan penetasan telur itik.
17) Tabel penetasan telur itik dibahas dan dilampirkan pada lab laporan
praktikum dan hasil gambar dilampirkan kegiatan praktikum dalam
bentuk dokumentasi.

10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4..1 Hasil
A. Pengamatan suhu
Suhu (oC) Nilai
Minggu 1 38,3-38,6
Minggu 2 38,9
Minggu 3 39
Minggu 4 39

B. Pengamatan kelembaban
Kelembaban (%) Nilai
Minggu 1 60
Minggu 2 60
Minggu 3 60
Minggu 4 62

C. Fertilitas

Fertilitas = x 100%

= 5/105 x 100%
= 4,76%
D. Daya tetas

Daya tetas = x 100%

= 0/5 x 100%
= 0%
E. Mortalitas

11
Mortalitas = x 100%

= 105/0 x 100%
= 0%
4.2 Pembahasan
Suhu dan kelembaban didalam mesin tetas dicatat pada setiap periode
penetasan pada pagi hari pukul 08.00 wita, sore pukul 15.00 wita, malam pukul
21.00 wita. Rataan suhu tetas pada minggu pertama yaitu 38,3-38,6oC, pada
minggu kedua rataan suhu mencapai 38,9oC, pada minggu ketiga rataan suhu
mencapai 39oC, dan pada minggu keempat tetap sama yaitu 39 oC. Menurut
hadgetts (2000) menyatakan suhu yang baik untuk penetasan itik adalah 37,8 oC,
dengan kisaran 37,2-38,2oC, hal ini tidak sesuai dengan praktikum yang telah
dilakukan yaitu suhu tinggi antara 38,3-39oC.
Menurut shanawany (2004) mengatakan kelembaban penetasan yaitu
kisaran 65-70% hal ini tidak sesuai dengan praktikum yang dilakukan yaitu
kelembaban lebih rendah kisaran 60-62%.
Mortalitas embrio, persentase kematian embrio tinggi pada praktikum ini
terjadi pada hari ke 24-28. Embrio yang mati pada telur itik memiliki ciri-ciri
seperti telur busuk, terbentuk selaput darah, embrio terlihat lemah dan kering,
bulu rontok, terdapat kelainan pada paruh, kepala dan kaki. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat ningtyas (2013) mengatakan telur yang tidak menetas
disebabkan oleh kelembaban mesin tetas yang terlalu rendah dan suhu mesin tetas
yang terlalu tinggi.

12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Penetesan telur ayam
Hari, tanggal telur masuk : Senin, 12 September 2022
Jumlah telur ( butir ) : 60 Butir

No Pengamatan Uraia hasil pengamatan dan


peneropongan telur
1 Peneropongan telur :
Hari Hari Hari Hari
4 7 14 18

25
 Berbibit( fertil)(jlh/butir)
35
 Tidak berbibit (infertil)
(jlh/butir) -
 Mati (jlh/butir)
-
 Kosong (jlh/butir)
2 Hasil penetasan :
-Menetas ( jlh/ekor )
23
-Tidak menetas ( jlh/ekor )
35
-Mati (jlh/ekor)
2

3 Daya tetas (% )

x x 100% = 92%

100%

13
Fertilitas (%)

x x 100% = 41,7 %

100%

Mortalitas (%)
x 100% = 2,60 %
x

100%

4 Kesimpulan penetasan telur Dari jumlah telur yang akan


ayam ditetaskan sebanyak 60 butir di
dapatkan hasil penetasan sebagai
berikut :
Menetas 23 ekor, tidak menetas 35
ekor dan mati 2 ekor.

4.1 Pembahasan
4.1.1 Fumigasi Telur Tetas
Fumigasi telur tetas dan mesin tetas dilakukan agar mikroorganisme
yang dapat mengganggu dalam proses penetasan dapat dihilangkan
sehingga kebusukan telur ataupun gangguan lainnya dapat diminimalisir.
Pada praktikum ini fumigasi telur tetas hanya dilakukan dengan cara
membersihkan kulit kerabang menggunakan lap basah dan dikeringkan
dengan tissue. Telur yang berasal dari kandang harus mendapat fumigasi
awal, karena bibit penyakit yang menempel pada kerabang telur
berjumlah sangat banyak karenaterkena kotoran dari dalam kandang yang
akan mengganggu persentase daya tetas telur.
Telur tetas sebelum dimasukkan ke dalam ruang penyimpanan,
diperlukan usaha untuk menghilangkan bibit penyakit yang menempel

14
pada kerabang agar tidak mencemari telur dan unit penetasan.Cara
Fumigasi: tuang KMnO4 atau biasa disebut PK ke dalam panci email
(wadah), lalu tempatkan wadah tersebut di bawah telur, kemudian secara
perlahan-lahan, tuangkan formalin ke dalam wadah tersebut.Secepatnya
tutup ruangan tempat fumigasi (mesin tetas) karena campuran formalin
dan KMnO4 akan menghasilkan gas yang pedih bila kena mata.Biarkan
fumigasi berlangsung selama 20 menit.Buka pintu ruangan tempat
fumigasi (mesin tetas). Terakhir telur siap ditetaskan.
4.1.2 Penetasan Telur Tetas
Adapun, penetasan yang dilakukan dengan cara buatan yaitu dengan
mesin tetas. Praktikan pun melakukan praktikum penetasan telur dengan
menggunakan mesin tetas.Mesin tetas merupakan mesin penetasan yang
mempunyai prinsip kerja seperti pada induk ayam pada saat mengerami
telur. Mesin tetas diusahakan memenuhi berbagai syarat yang sesuai
untuk perkembangan struktural dan fisiologi dari embrio anak ayam.
Dalam pembuatan alat tetas perlu dipertimbangkan beberapa solusi
dalam pengaturan parameter biologi yang meliputi temperatur,
kelembaban udara dan sirkulasi udara.
Pada alat penetasan semua faktor-faktor tersebut dapat diatur dengan
baik sesuai dengan kondisi yang diinginkan dan sesuai dengan kondisi
proses biologi penetasan (Nesheim et al., 1979).Penetasan yang
dilakukan dengan mesin tetas memiliki beberapa keunggulan seperti
dapat dilakukan sewaktu-waktu, dapat dilakukan dengan jumlah telur
yang banyak, menghasilkan anak dalam jumlah yang banyak di waktu
bersamaan, dapat dilakukan pengawasan dan seleksi pada telur
(Yuwanta. 1983).
Sebelum telur dimasukan ke mesin tetas, praktikan membersihkan
telur dari kotoran-kotoran yang menempel terlebih dahulu telur yang
dimasukan ke mesin tetas tidak terkontaminasi oleh bakteri yang ada di
feses. Lalu, telur diteropong menggunakan candling untuk menyeleksi
telur ferti dan infertil, telur fertil ketika dilakukan proses candling akan
terlihat bintik hitam. Setiap telur diberi nomor agar memudahkan dalam

15
hal pendataan.Setelah itu, telur diukur tinggi dan lebarnya menggunakan
mikrometer sekrup serta dilihat bentuk nya.Telur dengan bentuk bulat
ataupun terlalu lonjong merupakan telur abnormal yang mengakibatkan
posisi embrio menjadi abnormal yang mengakibatkan telur banyak yang
tidak menetas (Nuryati, et al., 1998).Lalu, praktikan mencatat hasil
ukuran dari setiap telur. Praktikan menuliskan huruf A dan B di kedua
sisi telur. Hal tersebut dilakukan agar memudahkan praktikan ketika
membalik-balikan telur.
Tahap selanjutnya adalah memasukan telur setelah mesin tetas
telah siap. Pastikan bak air di mesin tetas telah terisi 2/3 bak dan suhu di
dalam mesin tetas 37,5 - 38⁰C. Pada praktikum yang dilakukan, total
telur yang ditaruh di mesin teteas oleh praktikan adalah 32 butir. Telur
dimasukan dengan sisi A berada di atasnya.
Selama fase setter, yaitu 19 hari, ada beberapa perlakuan terhadap
proses penetasan yang dilakukan oleh praktikan seperti mebalikan telur
ke sisi satunya sehari sekali, mempertahankan suhu mesin tetas pada
temperatur 37,5 - 38⁰C, mempertahankan kelembaban di angka 50 – 65%
dengan cara menambahkan bak air di dalam mesin tetas jika air kurang
dari 2/3 bak. Sedangkan selama fase hatcher, ada beberapa perlakuan
berbeda yang dilakukan praktikan seperti mempertahankan suhu mesin
tetas pada temperatur 35 – 36,5⁰C, tidak membalikan telur lagi dan
mempertahankan kelembaban di angka 70%.
Setelah telur ditaruh di mesin tetas, pada hari ke-7 dilakukan
pengecekan fertilitas telur dengan melakukan candling. Adapun, hasil
yang didapat pada pengecekan hari ke-7 tersebut adalah semua telur yang
berjumlah 32 butir dinyatakan infertil.Faktor yang menyebabkan hal
tersebut terjadi adalah human error. Praktikan yang mendapatkan jadwal
piket pada tujuh hari awal belum terlalu mengerti cara kerja mesin tetas
yang digunakan sehingga suhu mesin tetas mencapai 40⁰C pada beberapa
hari terakhir. Suhu yang terlalu panas tersebut menyebabkan telur yang
ditetaskan menjadi infertil.

16
Akhirnya, penetasan diulang kembali karena seluruh telur
infertil.Telur yang dimasukan kembali di mesin tetas oleh praktikan
berjumlah 31 butir.Pada hari ke-7, kembali dilakukan pengecekan ulang
fertilitas telur dan hasil yang didapatkan adalah 5 telur dinyatakan fertil
dan sisanya sebanyak 26 butir merupakan telur infertil.Kemudian, pada
hari ke-14 dilakukan pengecekan fertilitas telur kembali dan hasil yang
didapatkan adalah telur yang fertil hanya satu butir, sedangkan 4 butir
sisanya merupakan telur infertil.
Jadi, telur yang fertil hanya tersisa satu butir hingga saat ini.Banyak
faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi, seperti suhu yang terlalu
tinggi, kelembaban yang kurang ataupun berlebihan hingga telur yang
memiliki kualitas kurang baik.

17
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bebek atau itik adalah nama umun untuk beberapa spesies burung dalam
famili anatidae.Bebek umumnya adalah burung akuatik yang sebagian besar
berukuran lebih kecil dibandingkan kerabatnya, angsa dan angsa berleher pendek,
dan dapat ditemukan pada perairan air tawar maupun air laut.

Mesin tetas merupakan mesin penetasan yang mempunyai prinsip kerja


seperti pada induk itik pada saat mengerami telur.Mesin tetas diusahakan
memenuhi berbagai syarat yang sesuai untuk perkembangan struktural dan
fisiologi dari embrio anak itik.

Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai


telur pecah menghasilkan anak itik. Penetasan dapat dilakukan secara alami oleh
induk ayam atau secara buatan (artifisial) menggunakan mesin tetas.

Fertilitas adalah persentase jumlah telur yang fertil dari seluruh telur yang
dihasilkan dari induk dalam suatu penetasan. Persentase fertilitas untuk unggas
jenis itik adalah 85 - 95% (Suprijatna et al., 2005)

5.2 Saran
Perluasan pengetahuan dan pengalaman beternak dapat mempercepat
peningkatan potensi dasar dan kapasitas peternak. Peningkatan tatalaksana
penetasan dan kandang serta modal kerja perlu dilakukan untuk memperkuat
potensi penetasan dalam berusaha ternak itik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Arifin. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


Rasyaf, M., (1984). Ayam Petelur Afkir, Yayasan Kanisius, Yogyakarta.
Rasyaf, M. (2008). Panduan Beternak Ayam Pedaging. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Suprijatna, E. U, Atmomarsono. R, Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Supriyadi, 2009. Panduan Lengkap Itik. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sopiyana, S., Setioko, A.R., dan Yusnandar, M.E. 2011. Identifikasi Sifat-sifat
Kuantitatif dan Ukuran Tubuh Pada Itik Tegal, Itik Magelang dan Itik
Damiaking. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi dalam Mendukung
Usaha Ternak Unggas Berdaya saing. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Sa’diah, I.N. Garnida, D. Mushawir, A. 2015. Mortalitas embrio dan daya tetas
itik lokal (Anas SP) berdasarkan pola pengaturan temperatur mesin tetas.
Students eJournal 4(3): 1-11.

19
LAMPIRAN

20

Anda mungkin juga menyukai