DISUSUN
OLEH :
TIM PENGAJAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri perunggasan di Indonesia berkembang sesuai dengan kemajuan
perunggasan global yang mengarah kepada sasaran mencapai tingkat efisiensi
usaha yang optimal, sehingga mampu bersaing dengan produk dari produk-produk
unggas luar negeri.Produk unggas, yakni daging ayam dan telur, dapat menjadi
lebih murah sehingga dapat menjangkau lebih luas masyarakat di
Indonesia.Pembangunan industri perunggasan menghadapi tantangan yang cukup
berat baik secara global maupun lokal karena dinamika lingkungan strategis di
dalam negeri. Tantangan global ini mencakup kesiapan daya saing produk
perunggasan, utamanya bila dikaitkan dengan lemahnya kinerja penyediaan bahan
baku pakan, yang merupakan 60-70 % dari biaya produksi karena sebagian besar
masih sangat tergantung dari impor.
Telur merupakan makanan yang disediakan unggas untuk pertumbuhan
embrionya, dari embrio awal ssampai terbentuk anak ayam yang siap menetas.
Pada perkembangan akhir isi telur akan semakin habis, yang tersisa hanya sedikit
kuning telur yang akan dimanfaatkan oleh anak ayam selama sekitar 2 hari. Itulah
sebabnya telur pada mamalia berbeda dengan telur pada unggas.
Menetaskan telur ayam berarti mengeramkan telur agar menetas dengan
tanda kerabang telur terbuka atau pecah sehingga anak ayam dapat keluar dan
dapat hidup. Penetasan telur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penetasan
telur pada induk dan mempergunakan mesin penetas atau incubator. Oleh karena
itu, penetasan telur bertujuan untuk mendorong industri perunggasan dalan
penyediaan bibit unggul dalam jumlah besar.
Mesin tetas merupakan mesin penetasan yang mempunyai prinsip kerja
seperti pada induk ayam pada saat mengerami telur.Mesin tetas diusahakan
memenuhi berbagai syarat yang sesuai untuk perkembangan struktural dan
fisiologi dari embrio anak ayam.Dalam pembuatan alat tetas perlu
dipertimbangkan beberapa solusi dalam pengaturan parameter biologi yang
meliputi temperatur, kelembaban udara dan sirkulasi udara.Pada alat penetasan
semua faktor-faktor tersebut dapat diatur dengan baik sesuai dengan kondisi yang
diinginkan dan sesuai dengan kondisi proses biologi penetasan (Nesheim et al.,
1979).
Sebelum digunakan peralatan penetasan disucihamakan dahulu. Semua alat
dicuci bersih dan disemprot dengan obat pembasmi hama. Juga bisa digunakan
alkohol 70% untuk bahan penyemprot. Selanjutnya alat dikeringkan dan
dimasukkan dalam ruang penetasan (Chan dan Zamrowi, 19943).
Alat pemanas dihidupkan dan diatur jarak penyetekan antara temperatur 99-
102oF dengan cara mengatur jarak dengan memutar gagang pelatuk pada switch
diantara regulator dengan switch. Setelah temperatur yang diinginkan tercapai
(temperatur konstan), dibiarkan sampai satu jam sambil dikontrol (Soedjarwo,
1999). Begitu juga untuk kelembaban udara. Bak air diisi dengan air jangan
sampai penuh dan dimasukkan ke dalam alat penetas. Diatur kelembabannya
antara 55-60%. Pengaturan dilakukan dengan menambah atau mengurangi air
dalam bak. Untuk lebih mudahnya biasanya bak diisi air 2/3 bagian dan dibiarkan
sampai kelembaban konstan (Nuryati et al., 1998).
2
Penuntun Praktikum Pembibitan & Penetasan 2015
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip dasar dari pembibitan dan
penetasan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara membuat mesin tetas sederhana.
3. Mahasiswa mampu mengetahui cara atau tata laksana sebelum penetasan.
4. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan mengaplikasikan tata cara
atau proses-proses dari awal sampai akhirpenetasan.
5. Mahasiswa dapat menghitung atau mengevaluasi hasil penetasan.
3
Penuntun Praktikum Pembibitan & Penetasan 2015
itu suhunya rendah, maka termostat bekerja kembali untuk menyambung arus dan
lampu pijar menyala pula ( Marhiyanto, 2000 ).
Menurut Shanawany (1994), untuk menjaga agar tidak terjadi penguapan
yang berlebihan perlu diatur kelembaban pada 65 – 70 %. Mulai hari ke-20,
kelembaban dinaikkan menjadi lebih dari 70 %. Cara lain dengan melihat pada
kaca ventilasi masin tetas. Bila pada kaca terdapat butir-butir air berarti
kelembaban terlalu tinggi. Dalam kondisi tersebut, kaca segera dilap sampai
kering, ventilasi dibuka dan bak air dikeluarkan.
Alat :
- Gergaji
- Palu
- Alat ukur (meteran/penggaris)
- Thermometer
- Thermostat
- Baki untuk tempat air
Bahan :
- Triplek 3 mm ukuran 100 cm x 60cm
- Kayu reng ukuran 3 cm x 4 cm
- Kawat ram 1,5 meter
- Kaca 2 mm (34 cm x 12 cm)
- Paku 5 cm, paku triplek
- 8 buah bohlam 5 watt
- Engsel, kabel, dan Steker.
4
Penuntun Praktikum Pembibitan & Penetasan 2015
Buat juga rangka untuk rak tempat telur dengan ukuran sebagai berikut :
5
Penuntun Praktikum Pembibitan & Penetasan 2015
Pasang fiting untuk tempat bohlam dan Thermostat.Lihat posisinya di bawah ini.
6
Penuntun Praktikum Pembibitan & Penetasan 2015
Pada tahap awal, yaitu pengesetan suhu.Nyalakan lampu bohlam dan letakkan
Thermometer di dalam mesin tetas. Tutup pintu pada mesin tetas, amati
Thermometernya. Setelah suhu ruangan dalam mesin tetas sudah mencapai 100° F
atau 38° C, buka pintu, kemudian putar ulir pada Thermostat sampai bagian atas
Thermostat menyentuh tombol kecil yang akan mebuat lampu padam. Lampu
akan menyala kembali apabila suhu di dalam mesin menurun, dan akan kembali
padam ketika suhu mencapai batas yang sudah kita tentukan tadi. Hal itu akan
terjadi berulang-ulang secara otomatis.
Jangan lupa, masukkuan baki yang sudah diberi air dan letakkan di bawah rak
telur.Kapasitas rak telur antara 330 - 350 butir telur burung Puyuh, atau 150 butir
telur ayam.
Hari ke-1
Masukkan telur ke dalam mesin tetas dengan posisi miring atau tegak (bagian
tumpul di atas). Telur bisa langsung begitu saja dimasukkan ke dalam mesin
atau melalui proses prewarming terlebih dahulu yaitu dibilas secra merata
dengan air hangat.
Ventilasi ditutup rapat
Kontrol suhu (38°C)
Hari ke-2
Ventilasi dibiarkan tertutup sampai hari ke-3
7
Penuntun Praktikum Pembibitan & Penetasan 2015
Hari ke-3
Pembalikan telur harian bisa dimulai pada hari ini atau masuk hari hari ke-4.
Disarankan pembalikan telur minimal 3x dalam sehari-semalam (jika
memungkinkan dipakai rentang waktu setiap 8 jam. Misalkan pagi pukul
06.00, siang pukul 14.00, dan malam pukul 22.00.
Bersamaan dengan itu bisa dilakukan peneropongan telur kalau sudah
memungkinkan karena ketelitian seseorang berbeda-beda. Telur yang
berembrio ditandakan dengan bintik hitam seperti mata yang ikut bergoyang
ketika telur digerakkan dan disekitarnya ada serabut-serabut kecil. Kalau telur
tidak menandakan tersebut dikeluarkan saja dam masih layak untuk
dikonsumsi. Peneropongan telur dilaukan ditempat yang gelap argar bayangan
telur nampak lebih jelas.
Kontrol suhu (38°C) dan lakukan penambahan air pada bak jika jumlah air
dalam bak tersebut berkurang.
Hari ke-4
Pembalikan telur harian sesuai jadwal hari ke-3
Lubang ventilasi mulai dibuka ¼ bagian
Kontrol suhu (38°C)
Hari ke-5
Pembalikan telur harian
Ventilasi dibuka ½ bagian
Kontrol suhu (38°C)
Hari ke-6
Pembalikan telur harian
Ventilasi dibuka ¾ bagian
Kontrol suhu (38°C) dan lakukan penambahan air pada bak jika jumlah air
dalam bak tersebut berkurang.
Hari ke-7
Pembalikan telur harian
Lakukan peneropongan telur untuk mengetahui perkembangan embrio (hidup
atau mati). Embrio mati mati ditandakan dengan bercak darah atau lapisan
darah pada salah satu sisi kerabang telur sedang embrio yang berkembang
serabut yang menyerupai sarang laba-laba semakin jelas
Ventilasi dibuka seluruhnya
8
Penuntun Praktikum Pembibitan & Penetasan 2015
Hari ke-18
Pembalikan terakhir relur pada pagi hari.
Kontrol suhu dinaikkan sedikit (38,5-39°C) dan lakukan penambahan air pada
bak jika jumlah air dalam bak tersebut berkurang.
Kontrol kelembaban, lakukan penyemprotan jika diperlukan (dengan
semburan yang paling halus)
Hari ke-21
Telur-telur sudah banyak yang menetas
Keluarkan cangkang telur dari rak agar space atau ruangan lebih longgar
Keluarkan anak itik yang baru menetas setelah bulunya setengah kering atau
kering seluruhnya
Proses menetas biasanya berlangsung hingga hari ke-22
Dan setelah semuanya selesai mesin tetas bisa dibersihkan dan difumigasi
kembali untuk persiapan proses penetasan berikutnya.
Keterangan :
1. Fertilitas : Hidup / Mati
2. Perkembangan Embrio : Berkembang / Tidak Berkembang
3. Posisi Embrio : Normal / Tidak Normal
4. Bentuk Embrio : Deskripsi bentuk dan ukuran (cm)
9
Penuntun Praktikum Pembibitan & Penetasan 2015
1. Fertilitas adalah persentase telur-telur yang bertunas dari sejumlah telur yang
dieramkan, tanpa memperhatikan apakah telur-telur tersebut menetas atau
tidak. Fertilitas diamati pada umur penetasan 3 hari yang dihitung dengan
rumus :
2. Daya hidup embrio adalah persentase telur-telur yang fertil dari umur 7 hari
penetasan sampai pada umur 14 hari penetasan. Daya hidup embrio diamati
pada umur penetasan 14 hari yang dihitung dengan rumus :
Jumlah embrio hidup hari ke-14 = Daya hidup embrio x 100% Jumlah telur fertil yang ditetaskan
3. Daya tetas adalah persentase telur-telur yang menetas dari jumlah telur yang
fertil dapat dihitung dengan rumus :
4. Bobot tetas (g) adalah bobot badan anakan (DOC/DOD) setelah menetas
yang ditimbang setelah 95% bulunya kering.
10
Penuntun Praktikum Pembibitan & Penetasan 2015
DAFTAR PUSTAKA
http://www.wismakreatif.com/2013/05/cara-membuat-mesin-tetas-sendiri-
mudah.html
11
Penuntun Praktikum Pembibitan & Penetasan 2015
12