Anda di halaman 1dari 22

Disusun oleh:

Kelompok I
Nama NIM
Nama NIM
Nama NIM

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MA’ARIF NAHDLATUL ULAMA
KEBUMEN
2024
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Manajemen Penetasan ini disusun sebagai salah


satu syarat dalam menempuh mata kuliah Manajemen Penetasan di
Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian dan Peternakan, Universitas
Ma’arif Nahdlatul Ulama Kebumen.
Laporan ini telah dikoreksi dan disahkan oleh Dosen Pengampu
Mata Kuliah pada tanggal............................................

Dosen Pengampu Mata Kuliah

Vian Dwi Chalisty, S.Pt., M.Sc.


NIDN. 0631109003
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penetasan telur merupakan suatu usaha untuk menghasilkan unggas
baru dalam meneruskan usaha peternakan yaitu dengan cara menggunakan
mesin tetas selama waktu tertentu, sesuai dengan jenis telur yang
ditetaskan. DOC yang unggul belum bisa menjadi patokan produktifitas
yang tinggi apabila tidak diikuiti dengan manajemen proses penangan
yang baik, meliputi pencatatan telur, seleksi telur, fumigasi, penyimpanan
telur, penetasan telur, dan penanganan DOC. Manajemen penetasan yang
baik akan menghasilkan anak unggas yang berkualitas, memiliki nilai jual
yang baik dan akan menghasilkan performa unggas komersial yang baik
juga. Faktor- faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses penetasan
adalah kualitas telur tetas. Telur tetas memiliki kriteria yang harus di
penuhi agar telur tersebut layak untuk ditetaskan. Salah satu kriteria
tersebut adalah kondisi kerabang telur. Kerabang telur merupakan lapisan
luar telur yang melindungi telur dari penurunan kualitas baik di sebabkan
umu olehkontaminasi mikroba, kerusakan fisik, maupun penguapan. Salah
satu yang mempengaruhi kualitas kerabang telur adalah umur ayam,
semakin meningkatumur ayam kualitas kerabang semakin menurun,
kerabang telur semakin tipis,warna kerabang semakin memudar, dan berat
telur semakin besar (Yuwanta 2010).
B. Tujuan Praktikum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mesin Tetas
Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)
dan melaui penetasan buatan (mesin tetas) (Paimin, 2000). Penetasan buatan
dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut mesin tetas atau inkubator.
Pada prinsipnya penetasan buatan sama dengan penetasan alami, yaitu
menyediakan kondisi lingkungan (temperatur, kelembaban dan sirkulasi
udara) yang sesuai agar embrio dalam telur berkembang dengan optimal,
sehingga telur dapat menetas (Sukardi, 1999). Cara kerja mesin tetas pada
prinsipnya yaitu menciptakan kondisi seperti pada penetasan alami yaitu
meniru induk unggas pada waktu mengerami telurnya (Suprijatna et al.,
(2005).
B. Seleksi Telur Tetas
Seleksi telur tetas ayam adalah kegiatan untuk memilih telur tetas
ayam yang sesuai kriteria untuk ditetaskan, sehingga bisa menghasilkan
DOC yang berkualitas baik dengan daya tetas yang tinggi. Apabila tidak
dilakukan seleksi, maka akan menyebabkan daya tetas rendah, telur lambat
atau tidak menetas sama sekali, karena berasal dari telur yang terlalu
besar, retak, kerabang tipis, dan abnormalitas telur lainnya. Selain itu,
jumlah DOC yang dihasilkan tidak seragam ukurannya, ataupun banyak
yang cacat.

Kriteria seleksi telur tetas ayam meliputi komponen, berat, bentuk, dan
kondisi kerabang. Penjabarannya sebagai berikut:

 Berat telur sesuai dengan berat rumpun ayam.


 Bentuk telur yang baik umumnya oval, tidak terlalu lonjong ataupun
bulat.
 Kerabang telur bersih dan utuh, tidak retak.
 Kerabang halus, tidak kasar, tidak terlalu tipis ataupun terlalu tebal.

Adapun tahapan seleksi sebagai berikut:

 Siapkan alat yang diperlukan, yaitu mesin tetas setter, timbangan,


pensil untuk penanda kelompok/rumpun ayam, dan lap bersih.
 Periksa catatan asal telur dan jumlah telur yang akan diseleksi.
 Seleksi telur sesuai kriteria.
 Catat jumlah hasil seleksi.
 Pisahkan telur yang diafkir.
 Masukkan telur tetas ke dalam ruang fumigasi.
 Setelah difumigasi, masukkan telur tetas ke ruang penyimpanan
telur tetas bersuhu rendah, maksimal tujuh hari.
 Susun telur hasil seleksi sesuai umur dan rumpun ayam.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses seleksi, adalah:

 Asal telur harus diperiksa, dipastikan dari kandang yang ada


pejantannya (harus fertil).
 Umur induk. Biasanya, telur di bawah umur 25 minggu belum bisa
dijadikan telur tetas, karena bobot telur belum memenuhi kriteria.
 Telur afkir yang terlalu banyak, karena kotor, retak, abnormal, harus
dievaluasi secara berkala. Jika ditemukan kondisi ketidakwajaran
(jumlah telur afkir terlalu banyak), maka harus dilakukan perbaikan,
sesuai hasil evaluasi.

Recording pada seleksi telur tetas sangatlah diperlukan. Poin yang perlu
dicatat dalam recording telur meliputi tanggal tetas, asal kandang,
jenis/rumpun ayam, tanggal tetas induk, jumlah telur yang diseleksi,
jumlah telur hasil seleksi, jumlah telur yang diafkir, telur masuk dan keluar
serta stock pada ruang penyimpanan, serta distribusi telur tetas (jumlah
yang masuk ke mesin tetas, jumlah telur yang dijual, dan lain-lain).

Apabila telur telah melalui tahapan seleksi, maka dapat dilakukan setting
telur ke dalam inkubator/mesin setter (sampai umur 18 hari). Selama
waktu tersebut, perlu dilakukan candling telur maksimal 18 hari untuk
memisahkan telur infertil, telur yang embrionya mati, dengan telur tetas
yang masih dalam kondisi prima. Setelah dilakukan candling, maka telur
yang embrionya masih hidup dapat dipindahkan ke mesin hatcher (umur
19-21 hari).

C. Proses Penetasan

Adapun urutan kerja selama proses penetasan telur adalah sebagai berikut :

Hari ke-1
 Masukkan telur ke dalam mesin tetas dengan posisi miring atau tegak
(bagian tumpul diatas). Telur bisa saja langsung dimasukkan ke dalam
mesin atau bisa melalui proses prewarning terlebih dahulu yaitu dibilas
secara merata dengan air hangat.
 Ventilasi ditutup rapat.
 Kontrol suhu (38oC)

Hari ke-2
 Ventilasi dibiarkan tertutup sampai hari ke-3.
 Kontrol suhu (38o).

Hari ke-3
 Pembalikkan telur harian bisa dimulai pada hari ini atau masuk hari ke-4.
Disarankan pembalikkan telur minimal 3x dalam sehari semalam (jika
memungkinkan dipakai rentang waktu setiap 8 jam. Misalkan pagi pukul
06.00, siang pukul 14.00, dan malam pukul, 22.00.
 Bersamaan dengan itu bisa dilakukan peneropongan telur kalau sudah
memungkinkan karena ketelitian seseorang berbeda-beda. Telur yang
berembrio ditandakan dengan bintik hitam seperti mata yang ikut
bergoyang ketika telur digerakkan dan disekitarnya ada serabut-serabut
kecil. Kalau telur tidak menandakan tersebut menandakan tersebut
dikeluarkan saja dan masih layak untuk dikonsumsi. Peneropongan telur
dilakukan ditempat yang gelap agar bayangan telur nampak lebih jelas.
 Kontrol suhu (38o) dan lakukan penambahan air pada bak jika jumlah air
pada bak tersebut berkurang.

Hari ke-4
 Pembalikkan telur harian sesuai jadwal hari ke-3
 Lubang ventilasi mulai dibuka ¼ bagian.
 Kontrol suhu (38o).

Hari ke-5
 Pembalikkan telur harian
 Ventilasi dibuka ½ bagian
 Kontrol suhu (38o).
Hari ke-6
 Pembalikkan telur harian
 Ventilasi dibuka ¾ bagian
 Kontrol suhu (38o).

Hari ke-7
 Pembalikkan telur harian
 Lakukan peneropongan telur untuk mengetahui perkembangan embrio
(hidup atau mati). Embrio mati ditandakan dengan bercak darah atau
lapisan darah pada satu sisi kerabang telur sedang embrio yang
berkembang serabut yang menyerupai sarang laba-laba semakin jelas
 Ventilasi dibuka seluruhnya

Hari ke-8 sampai ke-13


 Pembalikkan telur harian
 Kontrol suhu (38oC) dan lakukan penambahan air pada bak jika jumlah air
dalam bak tersebut berkurang.
 Telur diistirahatkan selama 15 menit sampai hari 18 (Pintu dibuka
seluruhnya dan lampu dimatikan).

D. Pull Chick
Pull chick merupakan proses mengeluarkan anak ayam yang telah
menetas yang merupakan tahap akhir dari proses penetasan. Pemanenan DOC
dilakukan setelah 21 hari masa pemeraman atau selama ±504 jam. Dalam
pelaksanaan proses pull chick harus cepat dan tepat yaitu ditandai dengan
bulunya sudah kering merata dan dapat berdiri tegak hal ini agar DOC
terhindar dari cacat. Anak ayam yang telah menetas di dalam mesin hatcher
segera dilakukan pembongkaran dan dikeluarkan dari mesin tetas, dengan ciri
bulunya sudah kering 95%, kemudian dipindahkan dari mesin hatcher ke
ruang pull chick. Suhu pada ruangan pull chick berkisar 75° F atau setara
dengan (23,9°C), bertujuan untuk meminimalisir cekaman panas pada DOC.
Pelaksanaan pull chick dilakukan jika DOC telah siap untuk dikeluarkan dari
mesin hatcher dengan ditandai bulu leher yang masih basah sekitar 5%, pusar
tertutup dengan baik, kaki berwarna kuning mengkilap dan tidak kering, dan
cangkang telur terlihat kering renyah (Rifai, 2012). Tatalaksana penanganan
pasca menetas sangat berpengaruh terhadap kualitas DOC. Penanganan setelah
menetas kegiatan yang akan dilakukan yaitu pengeluaran anak ayam dari
mesin tetas, persiapan pull chick, kemudian dilanjutkan grading dan seleksi,
DOC cacat atau culling, dan yang terakhir proses vaksinasi, dan
packaging/pengepakan (Maulidya, Ismoyowati, dan Ibnu, 2013). Proses pull
chick diawali dengan membongkar rak DOC kemudian dibawa menuju meja
grading untuk dilakukan seleksi dengan berdasarkan kriteria DOC normal
pada umumnya yaitu bobot 37 gram, bulu cerah, lincah, mata bersinar, dan
aktif (Prayogo, 2021).

E. Fertilitas
Fertilitas diartikan sebagai persentase telur-telur yang memperlihatkan
adanya perkembangan embrio dari sejumlah telur ditetaskan tanpa
memperhatikan telur tersebut menetas atau tidak (Sinabutar, 2009). Daya tetas
adalah persentase jumlah telur yang menetas dari jumlah telur yang fertil.

Gambar 1. Perbandingan telur embrio hidup dan mati


Perbandingan telur embrio hidup dan mati merupakan perbedaan antara embrio
telur yang masih hidup dan embrio telur yang telah mati. Terdapat beberapa ciri
pada telur yang fertil, infertil, dan embrio mati.
 Ciri-Ciri Telur Fertil Telur yang fertile umumnya dapat diketahui pada masa
periode penetasan di hari ke-3. Pada periode penetasan hari ke-3 embrio telur
sudah mulai kelihatan. Telur yang fertile akan memiliki serabut-serabut darah
yang mulai kelihatan dengan titik embrio ditengah-tengahnya yang berwarna
gelap sebagaimana yang terlihat pada Gambar 1.
 Ciri-Ciri Telur Infertil Telur infertil umumnya dapat diketahui setelah masa
periode penetasan di hari ke-3. Jika peneropongan yang dilakukan tidak
menemukan adanya serabut darah. Maka bisa dipastikan bahwa telur tersebut
infertile
Ciri-Ciri Embrio Telur Mati Berdasarkan artikel yang dibuat oleh Asri
mengatakan bahwa embrio telur yang mati memiliki karakteristik dengan
pecahnya pembuluh darah pada saat masa penetasan sebagai mana yang terlihat
pada Gambar 2.2. Embrio Telur yang mati akan menghasilkan bau yang tidak
sedap yang dapat merusak proses penetasan telur lainnya. Oleh karena itu
diperlukan seleksi telur secara periodik agar menghindari penyebaran bakteri pada
ruang mesin tetas telur.
https://digilib.polban.ac.id/files/disk1/202/jbptppolban-gdl-rahmatabdu-10057-3-
bab2--9.pdf
F. Daya Tetas
Daya tetas adalah presentase jumlah telur yang menetas dari jumlah
telur yang fertil. Daya tetas dapat dihitung dengan dua cara, yaitu pertama
membandingkan jumlah telur yang menetas dengan jumlah telur yang
dieramkan, dan kedua dengan membandingkan jumlah telur yang menetas
dengan jumlah telur yang fertil (dibuahi). Cara pertama banyak digunakan
pada perusahaan penetasan yang besar, sedangkan cara perhitungan kedua
dilakukan terutama pada bidang penelitian. Cara kedua jauh lebih akurat
dalam menentukan daya tetas, karena daya tetas hanya diperhitungkan dari
telur yang benar-benar terbuahi, sedangkan cara pertama kurang akurat karena
daya tetas diperhitungkan secara kasar, daya tetas dihitung langsung dari
semua telur yang dieramkan (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010). Daya tetas
dan kualitas telur tetas dipengaruhi beberapa faktor yaitu, lama penyimpanan,
tempat penyimpanan, suhu lingkungan, suhu mesin tetas, dan pembalikan
selama penetasan. Daya tetas akan menurun ketika telur disimpan terlalu lama.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian Nurman (2013) bahwa lama
penyimpanan telur berpengaruh terhadap daya tetas telur, telur yang disimpan
dalam waktu yang lama persentase daya tetasnya akan lebih rendah. Menurut
pendapat Rukmana (2003), faktor-faktor yang menurunkan daya tetas telur
adalah sebagai berikut: a. Kesalahan teknis pada waktu memilih telur tetas. b.
Kerusakan mesin tetas pada saat telur dalam mesin tetas. c. Heritability atau
sifat turun temurun dari induk ayam yang daya produksi telurnya tinggi
dengan sendirinya akan menghasilkan telur dengan daya tetas yang tinggi,
dansebaliknya. d. Kekurangan vitamin A, B2, B12, D, E dan asam pentothenat
dapat menyebabkan daya tetas telur berkurang.
G. Bobot Tetas
Bobot tetas adalah bobot anak ayam yang baru menetas ditimbang setelah
kering bulu dan belum diberi makan atau minum. Bobot tetas sering
digunakan sebagai seleksi awal untuk menentukan ternak yang baik. Menurut
Etches (1996), anak unggas yang memiliki bobot badan awal lebih tinggi,
dengan kerangka tubuh yang kuat dan kondisi tubuh yang baik maka akan
tumbuh lebih cepat dan memiliki daya hidup yang lebih tinggi yang ditandai
dengan mortalitas yang rendah. Bobot tetas dipengaruhi oleh bobot telur,
indeks bentuk telur, suhu, kelembaban, lama penyimpanan dan tata laksana
penetasan. Bobot telur dapat digunakan sebagai indikator bobot tetas. Bobot
telur yang lebih tinggi akan menghasilkan bobot tetas yang lebih besar. Hasil
penelitian Hermawan (2000) menyebutkan bahwa semakin tinggi bobot telur
yang ditetaskan akan menghasilkan bobot tetas yang lebih besar. Suhu
penyimpanan juga berpengaruh terhadap bobot tetas Suhu penyimpanan yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan embrio menjadi kekurangan cairan atau
dehidrasi (Hartono dan Isman, 2010). Penyimpanan terlalu lama juga dapat
menyebabkan terjadinya penurunan bobot telur dan berkurangnya kantong
udara (Hartono dan Isman, 2010)
BAB III
MATERI DAN METODE

Materi
Alat. Alat-alat yang digunakan adalah
Bahan. Bahan-bahan yang digunakan adalah telur jenis ayam kampung
sebanyak 30 butir

Metode
Persiapan mesin tetas.
 Fumigasi mesin tetas telah dilakukan satu hari sebelum mesin tetas dipakai
meskipun mesin tersebut baru beli
 Hubungkan mesin tetas dengan catu daya listrik dan tunggu sampai suhu
mencapai kesetabilan pada suhu 37-38 oC. Pemanasan mesin tetas
dilakukan minimal 24 jam sebelum telur dimasukan ke dalam mesin tetas
 Cek dengan seksama cara kerja thermostat, pitingan lampu dan yang
lainnya
 Sediakan cadangan bola lampu (dop).
Setelah segala sesuatunya telah siap maka saatlah kita masuk ke tahap
proses penetasan telur yang sebenarnya.
Persiapan telur telur tetas.
 Memilih atau menyeleksi telur tetas sesuai dengan kriteria telur tetas yang
baik. Tidak terlalu bulat dan tidak terlalu lonjong/runcing
 Telur yang kulitnya terlalu kotor perlu di bersihakan, akan tetapi perlu ke
hati-hatian dalam mebesrsihkan kulit telur jangan sampai lapisan kulit
hilang. Gunakaan air hangat dan lap yang halus.
 Pisahkan telur retak, kerabang tebal/tipis

Proses penetasan.
Pull Chick.
Pull chick adalah proses pengeluaran dan pengumpulan DOC dari
mesin hatcher ke ruang pull chick. Pulling the hatch adalah proses
pengeluaran dan pengumpulan DOC dari mesin hatcher ke ruangan pull
chick pada hari ke – 21(Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). DOC
sebaiknya segera dikeluarkan dari mesin setelah kondisi bulunya sudah
kering 95%, kemudian dilakukan seleksi DOC bertujuan untuk
mendapatkan anak ayam yang berkualitas baik. Ciri-ciri DOC yang baik
yaitu berat badan kurang dari 32 gram, berperilaku gesit, lincah dan aktif
mencari makan, kotoran tidak menempel pada dubur, posisi didalam
kelompok selalu tersebar, rongga perut elastis, pusar kering tertutup bulu
kapas yang halus, lembut dan mengkilap, mata bulat dan cerah
(Sudarmono, 2003).
Evaluasi penetasan.
Fertilitas adalah persentase telur-telur yang bertunas dari sejumlah telur
yang ditetaskan, dihitung dengan rumus berikut:
Fertilitas = jumlah telur fertil / jumlah telur yang ditetaskan X 100%

Daya tetas adalah persentase telur yang menetas dari telur yang fertile,
dihitung dengan rumus berikut:
Daya tetas = jumlah telur yang menetas/jumlah telur fertil x 100%

Bobot tetas (g) adalah bobot badan anakan (DOC/DOD) setelah menetas
yang ditimbang setelah 95% bulunya kering.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai


berikut:
Tabel 1. Data Telur Tetas
Bentuk
Kode Telur Berat Telur Kebersihan Warna
Telur

Tabel 2. Hasil Pengamatan Penetasan Telur


Kode Candling I Candling II Candling Pull Chick Berat DOC
Telur III (g)
Keterangan:
Candling: ada pembuluh darah/titik hitam/warna gelap
Pull chick: mati/menetas
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

https://bptusembawa.ditjenpkh.pertanian.go.id/beranda/seleksi-telur-tetas-ayam
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai