Jangan menggunakan telur bebek yang berwarna terlalu putih atau terlalu biru (bila
telur bebek terlalu putih biasanya DOD nya kecil, dan bila telurnya terlalu biru
biasanya susah pecah dan bila berhasil biasanya bebeknya lumpuh.
Telur yang akan ditetaskan jangan berumur lebih dari 4 hari. Kualitas Telur bebek
yang berumur lebih dari 4 hari biasanya sudah kurang bagus
Kondisi telur bersih.
Kulit telur halus.
Tebal kulit rata, agar saat menetas bisa serentak.
Apabila telur bebek yang akan di tetaskan sudah ada dan siap, Anda harus mempersiapkan
langkah berikutnya untuk menuju proses penetasan. Proses penetasan bisa Anda lakukan
dengan menggunakan mesin penetas telur bebek yang terbuat dari kayu. Alat ini harus dapat
menjaga suhu dan kelembapan di dalamnya. Untuk cara membuat mesin penetas telur dapat
dilihat disini.
Lakukan fumigasi (suata cara pengendalian hama dengan pestisida) pada mesin tetas
satu hari sebelum mesin digunakan meskipun mesin tersebut baru. Masukkan wadah
kedalam mesin tetas. Lakukan dengan menggunakan formalin KMNO4. Tuang
KMNO4 pada wadah setelah itu campur dengan formalin (akaran untuk formalin 2
kali lipat dari KMNO4). Kemudian tutup mesin tetas dan lubang ventilasi. Lakukan
fumigasi selama 30 menit atau 1 jam. Jangan memasukkan telur dulu.
Hubungkan mesin tetas dengan catu daya listrik kemudian tunggu hingga suhu
mencapai kestabilan pada 37°-38°C. Lakukan pemanasan mesin tetas minimal 3 jam
sebelum telur dimasukkan ke dalam mesin tetas
Cek dengan cermat cara kerja thermostat, lampu dan yang lainnya
Sebaiknya menyediakan cadangan bola lampu atau lampu templok (minyak tanah)
Masa inkubasi yang dibutuhkan telur bebek untuk menetas yaitu sekitar 25-28 hari.
Dan selama didalam mesin penetas telur bebek, pastikan suhu dalam kondisi dan
keadaan yang setabil, dengan pengaturan jika telur berumur 1 – 24 hari maka suhu
yang tepat adalah 38°C ( 99°F – 101°F ) sedangkan jika umur telur 25-28 sebaiknya
suhu diturunkan menjadi 38°C atau 1 s/d 2°F. Untuk bagaimana cara mengatur suhu
yang benar pada alat tetas silahkan baca di “Pengaturan Suhu Penetasan Telur Yang
Ideal“.
Bukan hanya suhu saja yang harus diperhatikan ketika akan menetaskan telur bebek
dengan mesin, akan tetapi untuk mendapatkan hasil yang maksimal tingkat
kelembapan yang tepat juha harus ikut diperhatikan. Tingkat kelembapan telur bebek
dalam mesin tetas dari hari ke-1 hingga hari ke-25 yaitu antara 55% – 65%. Setelah
hari ke-25 sebaiknya kelembapan dinaikan menjadi 75%. Pada mesin tetas telur bebek
sederhana, cara mengatur kelembapan bisa dilakukan dengan cara menaruh bak/baki
yang terisi air di bawah rak telur dan untuk menambahkan kelembapan bisa dilakukan
dengan cara menyemprot telur dengan air secukupnya setelah itu diangin anginkan.
Anda bisa melakukannya 2-3 kali sehari pada saat pembalikan telur. Untuk melihat
tingkat kelembabannya Anda bisa menggunakan alat yang bernama “higrometer“
Periksa perkembangan telur dengan cara “candling” yaitu suatu cara meneropong
telur menggunakan cahaya lampu atau alat teropong telur.
– Pemeriksaan Ke-1 : Pada hari ke 4
– Pemeriksaan Ke-2 : Pada hari ke 10
– Pemeriksaan Ke-3 : Pada hari ke 20
– Jika mengetahui telur yang kosong atau mati, harus segera di singkirkan.
Jaga Posisi telur dan pembalikannya secara teratur. Anda disarankan melakukannya
pada jam yang sama dan jangan terlalu lama membuka Box Mesin Penetas sebab suhu
didalamnya akan turun dan berefek kegagalan.
Pada mesin tetas bebek/itik sederhana biasanya sebagian penetas ada yang
menempatkan telur dengan posisi tergeletak dan ada juga yang menempatkan telur
dengan posisi berdiri miring 45° dengan bagian tumpul diatas. Telur di letakan pada
rak yang sama dari mulai proses awal sampai akhir penetasan.
Pada Hari ke-1: Setelah talur dibersihkan sampai bersih, masukkan telur ke dalam
alat tetas dengan posisi tegak atau miring (pastikan bagian yang tumpul berada di
atas), tutup ventilasi udara rapat-rapat serta pastikan dihari ke-1 s.d hari ke-25 suhu
berada diantara (37°-38°C). Hari ke-2 : Ventilasi masih dalam keadaan tertutup dan
tetap konstrol suhu masih di 37°-38°C. Hari ke-3: Lakukan pembalikan telur yang
pertama, balik telur 3x sehari (di pagi hari, siang dan sore), Lakukanlah penyortiran
telur dengan mengeluarkan telur yang tidak berembrio, Kontrol juga isi air yang
berada dibaki serta pastikan suhu masih berada di 37°-38°C. Hari ke-4: Lakukan
pembalikan telur harian sesuai jadwal hari ke-3 dan mulailah membuka ventilasi
udara ¼ bagian. Hari ke-5: Balik telur dan buka ventilasi menjadi ½ bagian. Hari ke-
6: Balik telur lagi dan buka ventilasi menjadi ¾ bagian. Hari ke-7: Balik telur,
Lakukan peneropongan telur untuk mengetahui perkembangan embrio (hidup atau
mati) dan mulailah membuka ventilasi seluruhnya. Hari ke 8-20: Tetap lakukan
pembalikan telur, kontrol suhu dan cek air yang ada dibaki jika mengalami
pengurangan isi kembali. Hari ke-21: Lakukan peneropongan lagi pada telur untuk
mengetahui embrio yang masih hidup dan mati (Embrio yang mati ditandai dengan
telur yang berwarna hitam karena bocornya lapisan rongga udara). Hari ke 22-25:
Balik telur dan tetap kontrol suhu dan isi bak air. Hari ke 26-27: Balik telur lagi dan
mulailah mengontrol kelembaban sesuai aturan yang telah dijelaskan diatas. Hari ke-
28: Pada hari ke 28-29 biasanya telur bebek sudah mulai banyak yang menetas.
Lakukanlah pembersihan rak dengan megeluarkan cangkang telur yang tidak
dibutuhkan dan mulai memindahkan anak bebek/itik ketempat yang telah disediakan.
Setelah telur bebek menetas semua dan anak itik dipindahkan mulailah membersihkan
untuk persiapan penetasan telur berikutnya.
Anakan bebek atau itik yang sudah menetas harus segera dipindahkan ke tempat lain
yang memiliki suhu hampir mirip dengan suhu ruang mesin penetas.
Catatan tambahan : hendaklah melakukan pendinginan pada telur bebek yaitu minimal 2
kali sehari karena kalau di lihat dari pelaku unggas sendiri makakita bisa lihat unggas yang
mengerami telurnya dia akan meninggalkan telur untuk mencari makan dll beberapa saat
kemudian masuk ketempat pengeraman kembali bigitu dan seterusnya hal ini dilakukan
kadang setiap hari.
Telur yang baik akan menentukan tingkat keberhasilan dalam penetasan, oleh karena itu kita
harus mengetahui ciri-ciri telur yang baik untuk ditetaskan. Dalam menetaskan telur dengan
menggunkan alat tetas, kita harus memilih telur yang benar-benar memiliki embrio
didalamnya karena tidak semua telur memiliki embrio sehingga bisa ditetaskan.
Telur yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: telur didapatkan dari induk jantan dan
betina yang berumur kurang dari 12 bulan, tidak cacat (retak, kasar, cangkang lembek,
kuning dobel, dll), tidak memiliki bau busuk, memliki berat normal 40-45gr/butir untuk telur
ayam kampung, rongga udara terlihat jelas dan tidak berpindah-pindah.
Anda harus memastikan semua komponen pada mesin berjalan dengan baik seperti ketepatan
thermostat, bekerjanya sumber pemanas serta pemutar otomatis telur (untuk mesin otomatis)
dll. Tempatkan mesin ditempat yang tepat (tidak terkena sinar matahari secara langsung).
“lokasi yang ideal untuk menempatkan mesin“
Proses penetasan
Dalam proses penetasan telur ayam dengan inkubator bisanya memerlukan waktu antara 21-
22 hari dengan tahapan seperti berikut: Hari pertama : Pada pagi hari, masukkan telur yang
sudah siap pada mesin dengan sudut sekitar 40°, bagian lancip dibawah dan bagian tumpul
diatas dan tutup pintu rapat-rapat sampai dengan hari ke-2. Hari ke-3: Putar telur 3x sehari
dipagi hari, siang dan sore (Jangan keluarkan telur dari mesin). Hari ke-4: Buka ventilasi ¼
bagian selama 15 menit untuk mendinginkan telur setelah itu balik telur. Hari ke-5: Buka
ventilasi ½ bagian dan mulailah membalik telur. Hari ke-6: Buka ventilasi ¾ bagian dan
balik telur. Hari ke-7: Balik telur dan buka ventilasi seluruhnya dan mulailah menyortir telur
yang kosong. Hari ke 8 s.d 13: Balik telur dan dinginkan. Hari ke-14: Balik telur dan sortir
lagi bibit yang mati (Bibit yang mati akan terlihat cairan atau darah sedangkan yang hidup
akan terlihat titik yang bercabang). Hari ke 15 s.d 17: Balik telur dan dinginkan. Hari ke-18
: Balik telur dan pastikan mesin masih dalam keadaan tertutup. Hari ke-19 : Ketika telur
mulai retak mulailah menambah kelembaban udara pada mesin tetas dengan cara
menggantungkan kain basah disekitar telur (Jangan sampai menetesi pipa pengantar panas).
Hari ke-20: Ketika telur sudah mulai menetas tutup kaca pengintai dengan kertas atau kain
hitam. Hari ke-21 : Keluarkan bak air dan kain dari mesin karena telur sudah menetas. Hari
ke-22 : Mulailah memindahkan anak ayam yang telah menetas ke tempat induk buatan.
Sebenarnya kegagalan penetasan dapat diatasi asalkan gejala atau ciri-cirinya diketahui sejak
dini. Gejala ini harus dapat dideteksi baik dengan mata telanjang atau dengan menggunakan
alat khusus tanpa merusak telur. Informasi dibawah ini merupakan gambaran mengenai gejala
atau ciri-ciri yang dapat membuat penetasan tidak berhasil (gagal) dan cara mengatasinya.
Tidak semua telur akan menjadi telur yang subur (fertile egg), namun tingkat infertilitas yang
tinggi menjadi pertanda buruk. Infertilitas (tidak subur) memiliki banyak penyebab. Salah
satunya, tentu saja, tidak adanya pejantan. Penyebab lainnya adalah kemungkinan karena
rasio yang salah antara pejantan (ayam laki-laki) dengan ayam betina (indukan).
Ketika ayam pejantan diharapkan melayani terlalu banyak ayam betina, dia mungkin saja
tidak bisa melayani semua ayam betina yang ada atau mungkin juga kehabisan sperma
sebelum ia selesai melayani semua ayam betina. Pada kasus lain, bila terlalu banyak ayam
pejantan, mereka mungkin akan menghabiskan terlalu banyak waktu untuk bertempur
(bertarung) di antara mereka sendiri dan menyebabkan mereka memiliki sedikit waktu yang
tersisa untuk mendatangi semua ayam betina, atau para pejantan itu akan mengganggu upaya
masing-masing pejantan untuk kawin.
Bahkan jika rasio kawin optimal, kesuburan akan tetap rendah jika kawanan pejantan dan
betina ini di tempatkan pada tempat yang terbatas (sempit); tempat yang terlalu kecil dapat
mengakibatkan berkurangnya frekuensi kawin. Dalam kawanan pejantan dan betina yang
jumlahnya kecil dengan hanya satu pejantan, dia mungkin hanya akan menyukai beberapa
ayam betina dan mengabaikan yang lain.
Ayam betina yang suka mematuk cenderung kurang diminati oleh ayam pejantan untuk
dikawin dibandingkan dengan ayam betina yang tidak suka (jarang) mematuk; karena ayam
betina seperti ini mengharapkan untuk dipilih oleh ayam pejantan, dengan demikian membuat
ayam seperti ini menjadi target yang mudah untuk dijadikan sebagai pasangan kawin.
Umur dapat mempengaruhi kesuburan. Infertilitas dapat terjadi jika ayam pejantan dan betina
belum cukup dewasa secara seksual untuk memproduksi sperma yang layak (ayam jantan)
atau telur (betina). Infertilitas mungkin juga hasil dari ayam-ayam yang terlalu tua, terutama
ayam pejantan. Untuk sebagian besar spesies, kesuburan akan menurun tajam setelah sekitar
tahun ketiga, dan usia lima tahun bagi pejantan.
Seekor ayam betina yang terlalu gemuk atau terlalu kurus atau seekor ayam jantan yang
terlalu gemuk memiliki kemungkinan untuk mengalami masalah kesuburan. Seekor ayam
jantan dengan kaki atau telapak kaki yang cedera mungkin akan mengalami kesulitan untuk
berkembang biak. Terlalu sering berkumpul/bertemu, antara pejantan dan betina, juga dapat
menyebabkan stres yang mengarah ke infertilitas.
Nutrisi dapat mempengaruhi kesuburan, begitu juga dengan penyakit. Masalah parasit,
internal atau eksternal, dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang cukup mengganggu
kesuburan karena dapat mengurangi frekuensi kawin. Paparan pestisida dan bahan kimia
beracun lainnya, atau, beberapa obat dapat juga mengurangi kesuburan. Cuaca yang sangat
panas atau dingin dapat mempengaruhi kesuburan, suhu terpanas adalah antara 55 ° F dan 80
° F (13-27 ° C).
Gagal Menetas
Salah satu hal yang paling menyedihkan selama masa inkubasi adalah mendapati embrio mati
sebelum waktunya mereka menetas. Beberapa keturunan terkenal sulit untuk menetas.
Sebrights, misalnya, sulit untuk menetas, dan anak-anak ayamnya umumnya kurang tahan
banting. Bantams cenderung bertelur yang berbentuk bulat, sehingga sulit untuk menentukan
di mana sel (kantung) udara berada. Beberapa telur memiliki beberapa embrio genetik yang
abnormal, akan tetapi apabila jumlah embrio yang mati cukup tinggi atau tanpa penetasan
sama sekali, itu merupakan pertanda buruk.
Sebagian besar alasan mengapa embrio mati pada pertengahan periode inkubasi juga terkait
dengan kematian embrio pada tahap akhir inkubasi. Penyebab umum kematian embrio selama
periode akhir meliputi:
Apakah embrio mati sebelum atau setelah pipping (anak ayam mematuk cangkang saat akan
menetas) dapat memberikan petunjuk tambahan.
Sebagian besar kematian dalam kategori ini terjadi karena kelelahan atau kekurangan
oksigen. Embrio yang melakukan pipping dan tetap hidup tanpa bisa keluar dari cangkang
pada dasarnya adalah sebuah embrio mati dalam cangkang yang belum mati.
Gagal menetas karena malposisi jumlahnya kurang dari 2% dari telur yang ada dalam masa
inkubasi. Persentase lebih besar bisa terjadi bila terjadi masalah seperti:
Telur kecil
Selisih masa inkubasi antara indukan
Suhu terlalu tinggi selama masa inkubasi
Kelembaban terlalu rendah selama masa inkubasi
Ketika anak unggas yang terlalu dini menetas memiliki pusar berdarah, penyebab
yang paling mungkin adalah terlalu tinggi suhu selama masa inkubasi atau penetasan.
Terlambat Menetas
Embrio sehat yang diinkubasi dalam kondisi ideal umumnya menetas sesuai jadwal, atau
kadang-kadang sedikit lebih cepat dari jadwal. Ketika waktu menetas-nya sangat terlambat,
Anda akan langsung mengira bahwa Anda telah kehilangan semuanya, tapi sesungguhnya
belum tentu demikian. Serangkaian masalah saat listrik mati juga bisa membuat telur menetas
tertunda beberapa hari; namun ternyata hal yang luar biasa terjadi dan anak ayam tetap bisa
menetas dan hadir ke dunia. Penyebab terjadinya leterlambatan menetas meliputi:
Lakukan dengan lembut tapi cepat, bilas burung dengan air keran hangat. Beberapa orang
menenggelamkan burung sampai ke leher di wastafel atau mangkuk. Sebaiknya gunakan air
hangat suam-suam kuku dari aliran keran. Waktu untuk membersihkan masing-masing tukik
tidak boleh lebih lama dari waktu normal yang Anda butuhkan untuk mencuci tangan.
Setelah lendir pekat telah dibersihkan dari tubuh bayi ayam (tukik), bungkus bayi tersebut
dengan handuk penyerap yang bersih hingga kering. Lalu kembalikan bayi ayam ke dalam
incubator untuk menghindari dari dingin sementara mengeringkan tubuh.
Penyebab tukik (bayi ayam yang baru menetas) lengket diantaranya adalah:
Kelopak mata tetap mungkin untuk dibuka dengan meneteskan setetes pencuci mata, seperti
Systane. Jika mata tetap tertutup ,rendam cotton bud dengan air hangat dan oleskan ujung
cotton bud (tidak menekan atau menggosok mata) pada pertemuan 2 kelopak mata yang
menempel untuk melembabkan dan membuka kelopak mata.
Ukuran Anak Ayam Kecil
Telur yang menetas berasal dari indukan yang berbeda-beda. Jika berasal dari indukan yang
berbeda ukuran atau termasuk varietas besar dan sedang, maka akan menghasilkan tukik
dengan berbagai ukuran. Telur menetas yang berasal dari indukan yang Anda ternakan
langsung biasanya akan menghasilkan tukik dengan ukuran yang cukup seragam. Tukik yang
berukuran lebih kecil dari normal bukanlah masalah serius kecuali mereka lemah atau
memiliki masalah lain selain dari masalah ukuran. Ketika terdapat banyak tukik yang lebih
kecil dari normal, penyebabnya antara lain sebagai berikut:
Kering, kasar
Penyebab pusar tidak sembuh dan juga kering, kasar meliputi:
– Suhu terlalu tinggi selama inkubasi
– Fluktuasi suhu besar selama inkubasi
– Suhu terlalu rendah selama masa menetas
– Kelembaban terlalu tinggi selama masa menetas
– Indukan kekurangan gizi
Tukik lembek
Seekor tukik yang lembek biasanya memiliki tubuh yang besar, lembab, dan halus;
memiliki perut yang besar dengan pusar yang belum sembuh; dan biasanya lesu. Jika
baunya juga buruk, itu berarti ia memiliki infeksi bakteri omphalitis, atau penyakit
ayam lembek. Penyebab tukik lembek meliputi:
– Suhu terlalu rendah selama inkubasi
– Kelembaban terlalu tinggi selama inkubasi atau menetas
– Ventilasi yang kurang
– Kontaminasi dalam inkubator dari telur kotor atau karena tidak membersihkan dan
mensterilkan incubator setelah penetasan sebelumnya **
Penyebab umum dari kelainan diantaranya adalah kesalahan penanganan telur tetas selama
penyimpanan, menyimpannya pada suhu dan kelembaban yang tidak tepat; menyimpannya
terlalu lama; atau membiarkan mereka kedinginan sebelum memulai inkubasi. Cara
pengoperasioan mesin inkubator tentu saja dapat mempengaruhi pertumbuhan. Suhu yang
terlalu tinggi mempercepat pertumbuhan dan dapat mengakibatkan masalah pada otak, serta
satu atau kedua mata hilang. Suhu terlalu rendah, atau pendinginan telur unggas terlalu lama,
juga dapat menghambat pertumbuhan.
Deformitas atau cacat mungkin saja timbul akibat dari indukan yang mungkin usianya terlalu
tua, faktor keturunan dalam berkembang biak atau regangan, penyakit, atau diet. Embrio
memperoleh nutrisi yang diperlukan dari seluruh bagian telur: kuning, putih, dan cangkangl.
Bila terjadi kekurangan protein, vitamin, dan mineral pada makanan yang dimakan oleh
indukan nutrisi yang tersedia dari telur mereka tidak cukup untuk embrio tumbuh dengan
tepat, sehingga menyebabkan cacat gizi.
Definisi konvensional apapun apabila lebih dari 75% dari telur yang subur bisa menetas maka
dianggap tingkat yang baik; kurang dari 50% adalah rendah. Jika tingkat menetas telur yang
Anda lakukan berada di pertengahan sampai kisaran tinggi, Anda mungkin bisa mencoba
meningkatkan tingkat keberhasilan menetaskan dengan memperbaiki cara pengoperasian
mesin incubator dengan cara yang lebih baik (benar). Anda akan melihat bahwa tingkat
keberhasilan menetas sangat dipengaruhi juga oleh variable cara pengoperasion incubator
yang benar – suhu, kelembaban, ventilasi, membalik, dan letak telur.
Jika tingkat keberhasilan menetas Anda secara konsisten jatuh dalam kisaran rendah, cari
penyebab lain. Sanitasi inkubator yang baik adalah juga penting untuk keberhasilan
penetasan, serta untuk memberikan tukik awal yang sehat dalam hidup. Karena penetasan
adalah sumber utama kontaminasi pada inkubator, luangkan waktu untuk membersihkan
inkubator Anda secara menyeluruh setelah setiap menetas.
Pada akhir setiap musim menetas, lakukan pembersihan menyeluruh pada mesin inkubator
Anda. Pembersihan dan disinfeksi tidak akan menghancurkan semua organisme penyebab
penyakit tapi akan membuat lingkungan yang baik bagi telur dan tukik berikutnya yang akan
hadir pada incubator Anda. Jika Anda menunda pembersihan, maka mesin inkubator Anda
akan memiliki lebih banyak mikroba yang bercampur dengan bulu dan kotoran lainnya.
Penyakit juga dapat ditularkan melalui tukik yang terinfeksi kepada tukik yang sehat dalam
inkubator (seringkali karena menghirup bulu dari tukik yang sakit) atau dalam brooder
(ruangan yang dihangatkan untuk tukik/anak ayam yang baru lahir)-biasanya melalui kotoran
dalam pakan atau air yang tertelan.
Bakteri salmonella cukup umum pada unggas dan dapat menyebabkan rendahnya tingkat
daya tetas dan tingginya tingkat kematian tukik. Penyakit yang paling umum yang
disebabkan oleh Salmonella adalah pullorum dan tipus unggas, yang keduanya dapat
dihilangkan dari indukan melalui tes darah untuk mengidentifikasi dan membuang
(menyisihkan) indukan yang sakit. Paratifoid, adalah penyakit lain yang disebabkan oleh
Salmonella, namun jenis yang satu ini lebih sulit untuk dideteksi.
Selain itu, telur dari indukan yang telah sembuh dari penyakit tetap mungkin menjadi telur
yang tidak subur (infertile), karena beberapa penyakit dapat menyebabkan kerusakan
permanen pada ovarium. Penyakit yang menyebabkan ketidak suburban telur diantaranya
adalah penyakit kronis pernapasan, coryza menular, bronkitis menular, penyakit Marek, dan
penyakit endemik Newcastle (ringan).
Tabel dibawah ini berisi daftar penyakit yang paling mungkin mempengaruhi daya tetas.
Tidak bermaksud untuk menakut-nakuti Anda, tetapi untuk membuat Anda menyadari
kemungkinan penyebab-penyebab yang harus Anda ketahui agar Anda tidak mengalami
tingkat kematian yang tinggi pada embrio atau tukik. Untungnya, penyakit ini tidak menjadi
masalah pada peternakan berskala kecil. Penyebab dari daya tetas yang rendah pada
peternakan macam ini lebih mungkin karena gizi buruk.
Kurangnya nutrisi pada pakan indukan,
Kekurangan gizi merupakan salah satu penyebab paling umum dari daya tetas yang rendah.
Suplai protein, vitamin, dan mineral untuk memberikan nutrisi yang memadai dalam telur
menetas terlalu sedikit, sehingga merugikan perkembangan embrio. Semakin tua indukan,
semakin mereka membutuhkan tingkat nutrisi yang lebih tinggi.
Tampilan embrio, dikombinasikan dengan hari di mana embrio itu mati, memberikan
petunjuk mengenai kurangnya nutrisi. Dalam hal kekurangan riboflavin, misalnya, puncak
kematian ada di tiga titik: yaitu pada hari keempat, kesepuluh, dan empat belas masa
inkubasi. Embrio dapat menjadi kerdil, memiliki paruh yang terlihat seperti nuri, memiliki
sayap dan kaki yang sangat pendek.
Tabel terlampir berisi tentang cacat yang khas, tanda-tanda nya, dan tahap di mana tanda-
tanda itu muncul pada telur ayam. Spesies lain memiliki manifestasi yang sama, muncul pada
tahap perkembangan yang sama; misalnya, hari ke-10 adalah hampir pertengahan masa
inkubasi bagi ayam, dan hari ke-14 bagi jenis unggas lainnya. Bagaimana kemungkinan
kelainan ini terjadi, begitu pula tentang kapan puncak kematian bisa terjadi, tergantung pada
seberapa serius kekurangan gizi ini atau bagaimana cara mengkoreksi cara pengumpulan
(pemilihan) telur.
Memunculkan sifat resesif dapat menjadi hal yang baik atau buruk. Jika sifat resesif yang
diinginkan, Anda ingin mendorong hal itu terjadi. Jika itu bukan yang Anda inginkan, Anda
ingin menyingkirkannya. Hal yang paling mungkin untuk dilakukan adalah dengan
mempertahankan keragaman genetik yang cukup untuk mencegah konsentrasi resesif yang
tidak diinginkan pada indukan Anda.
Tidak semua sifat dikendalikan oleh gen dominan atau resesif melainkan dengan kombinasi
gen. Contohnya adalah rumplessness, fitur genetik kompleks yang khas dari Araucanas tapi
kadang-kadang muncul pada jenis ayam lainnya. Rumplessness ditentukan oleh interaksi
antara banyak gen yang berbeda. Semakin inbrida indukan Anda, semakin besar
kemungkinan untuk memunculkan sifat resesif.
Kawin sedarah
Perkawinan sedarah yang terus menerus atau dalam jarak waktu yang dekat menyebabkan
fenomena yang dikenal sebagai perkawinan sedarah depresi, dan daya tetas rendah biasanya
merupakan tanda awalnya. Kemudian tanda-tanda lainnya adalah lebih sedikit telur
ditetaskan dan tukik yang mungkin atau mungkin saja tidak mati segera setelah ditetaskan
Pada dasarnya setiap telur membutuhkan 4 hal yang harus diatur dengan hati-hati agar embrio
dapat tumbuh berkembang dan menetas menjadi anak ayam yang baik yaitu:
Pertama, suhu harus disetting dengan tepat agar proses metabolisme yang terjadi di dalam
embrio yang sedang berkembang dapat berjalan secara tepat. Suhu terlalu tinggi
menyebabkan penguapan air dalam telur berjalan terlalu cepat. Pengaturan suhu pada mesin
tetas manual, diatur dengan memutar sekrup dengan obeng pada thermostat kapsul. Lalu
masih diperlukan sebuah thermometer yang diletakkan dalam mesin agar anda dapat
membaca suhu dalam ruang penetasan. Pada mesin otomatis, pengaturan suhu dilakukan
secara otomatis oleh mikrokontroller melaluli sebuah elemen pemanas. Kita hanya perlu
memencet tombol seperti memencet tombol kalkulator untuk mengatur batas atas dan batas
bawah suhunya.
Kedua, posisi telur harus sering diubah agar embrio tetap mendapat suplai nutrisi secara
optimal dari putih telur sekaligus melakukan persiapan posisi ketika nanti tiba saatnya untuk
menetas. Perubahan posisi telur akan mencegah embrio menempel pada salah satu dinding
telur, yang jika terjadi dapat menyebabkan kaki anak ayam menjadi pengkor saat lahir. Pada
mesin manual rak di putar dengan tangan manusia melalui sebuah tuas, sedang pada sistem
otomatis rak diputar dengan dinamo listrik melalui sebuah mikrokontroller atau dengan
mekanisme lain yang serupa.
Ketiga, setiap telur akan kehilangan air yang keluar melalui pori kulit telur, sehingga tingkat
kelembaban udara di sekitar telur harus dijaga untuk memastikan proses penguapan air dalam
telur selama masa inkubasi berjalan dengan kadar yang tepat. Proses penguapan air dalam
telur tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat. Pengaturan kelembaban mesin manual
hanya dengan meletakkan nampan berisi air di bagian bawah dalam mesin. Pembacaannya
masih diperlukan alat higrometer. Untuk mesin otomatis kelembaban diatur dengan nampan
air ber-elemen pemanas untuk menguapkan air. Di dalam mesin terdapat kipas untuk
meratakan suhu dan kelembaban.
Keempat, diperlukan ventilasi yang baik karena telur juga “bernafas”, sehingga harus ada
suplai udara segar atau oksigen yang masuk dan ada pembuangan karbondioksida. Selain itu
ventilasi juga ikut mengatur suhu dan kelembaban. Jika suhu atau kelembaban terlalu tinggi
atau terlalu rendah maka ventilasi harus di buka atau ditutup. Cangkang telur yang tipis
mudah terinfeksi, sehingga mesin penetas harus bersih dari berbagai bakteri dan jamur.
Pengaturan ventilasi pada mesin manual dilakukan secara manual. Pada hari ke 4 dibuka ¼
bagian, hari ke 5 dibuka ½ bagian, hari ke 6 dibuka ¾ bagian, hari ke 7 dibuka seluruhnya
dengan tetap menjaga suhu dan kelembaban yang ada, ribet bukan?. Pada mesin otomatis
kipas ventilasi akan berputar sendiri untuk menjaga kestabilan suhu dan kelembaban.