MANAJEMEN PENETASAN
OLEH
KELOMPOK
1. FAUSTUS JUSING
2. ANTONIUS KLAU SERAN
3. ARIS A. S. PONO
4. EXEL P. KAFOMAI
5. FARHAN KOSSAH
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL ..............................................................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................................
- MANAJEMEN PENETASAN...............................................................
- PENETASAN..........................................................................................
- KEPUSTAKAAN ..................................................................................
MANAJEMEN PENETASAN
Arti Manajemen:
mendapatkan cara yang optimal untuk mencapai produksi secara efisien, baik efisiensi fisik
dari
Suatu cara pengelolaan usaha ternak unggas dibidang penetasan telur untuk
meningkatkan produksi anak ayam (DOC) melalui produksi dan efisiensi sehingga diperoleh
PENETASAN :
1. Penetasan Alamiah
Adalah: Suatu proses menetaskan telur fertil (Blastoderm) yang dierami oleh seekor
2. Penetasan Buatan/artificial
Adalah : Suatu usaha menetaskan telur dengan bantuan alat yang dibuat dengan fungsi
menyerupai induk alami sehingga dapat menetaskan telur secara bersamaan dengan jumlah
yang
• Telur tetas ayam : telur yang diperoleh dari induk yang dikawinkan dan diharapkan
• Telur fertil : telur yang telah ditunasi dimana perkembangan sel telur pada saat
• Telur fertil diperoleh dari induk yang dikawinkan dengan pejantan 30 jam setelah
• Telur infertil : telur yang tidak ditunasi dan digunakan sebagai telur konsumsi
• Setter = mesin tetas yang digunakan khusus untuk pengeraman telur selama 18 hari
(telur ayam)
• Hatcher = mesin tetas yang digunakan khusus untuk penetasan telur yaitu hari ke 19-21
(telur ayam) • Regulator : Alat pengatur suhu incubator yang cara kerjanya secara otomatis.
Di Mesir:
• Aristotles 400 th SM telur unggas ditetaskan dengan menimbun kotoran sapi disekitar
• Daya tetas cukup baik, upahnya penetas harus mengembalikan 2 anak ayam atau itik 3
Di China:
• Sudah diketahui 264 SM cara ini banyak dikembangkan di Asia Tenggara dan Philipina.
• Dalam basket tempat telur dapat ditempatkan bermacam-macam telur ayam (600 butir),
telur itik (400 butir) dan telur angsa (175-200 butir)
Di Eropa:
• Cara yang ada di China dan Mesir ditiru untuk dilakukan di Eropa, tapi iklim berbeda
• Raja Frederick II memanggil 2 ahli penetasan dari Mesir untuk membuat penetasan di
Florence.
• Dari 144 butir yang menetas 61 ekor anak ayam. Cara ini selalu diperbaiki namun tetap
• Reamur (1749) menggunakan prinsip fermentasi kotoran sapi yang mengeluarkan panas.
10
Di Amerika:
• Penetasan dengan mengalirkan air yang sudah dipanasi dengan batu bara berkembang
perusahaan besar untuk yang komersial diperjual belikan seperti: Novelly, Eclipse dan
white mountain.
• Tahun 1900-1995, sebanyak 50 jenis penetasan dipromosi (100.000 butir), ada kapasitas
Di Indonesia,khususnya di Bali:
• Hari ke-1, sebelum telur dimasukkan dalam kantong penetasan, telur dan gabah di
panaskan dengan sinar matahari. Lamanya tergantung suhu yang diinginkan (37.50C).
• Sampai hari ke 4, telur diletakkan selang-seling diantara gabah dengan telur yang
umurnya berbeda, sehingga terjadi transfer panas dari umur tua ke umur yang muda.
• Pembalikkan dilakukan 3 kali sehari, menjaga suhu panas telur konstan (37.5 oC). Hari ke
25, telur itik dipindahkan kemeja penetasan, ditutup dengan karung goni agar suhu tetap
• Sumber panas didapatkan dari metabolisme embrio itu sendiri. Pengecekan suhu telur:
• Pengecekan telur yang berlembaga, dilakukan hari ke 2 dan ke 5 setelah telur ditetaskan.
• Pemasukan telur baru 3 hari sekali sesuai pasaran, memudahkan menjual anak itik/DOD.
• Itik menetas 28 hari, sexing dilakukan 1 hari setelah menetas, melihat kelamin sekunder
1. Dapat menghasilkan bibit ayam/itik (unggas) lebih banyak dengan waktu yang
bersamaan
6. Induk ayam dapat memproduksi telur terus menerus (tidak mengerami dan mengasuh
anak)
2. Umur ayam
4. Pakan
5. Kesehatan ayam
5 prinsip utama kebutuhan embrio selama proses perkembangannya dalam ruang setter atau
3. Sirkulasi udara, kesesuaian supply O 2 (76 %) dan kandungan CO2 minimal (0,1 sampai
0,3 %)
4. Turning /perputaran telur ( msn tetas moderen setiap 1 jam sekali sedangkan mesin tetas
12
8. Ruang seleksi anak ayam, sexing, vaksinasi, termasuk pengepakan anak ayam
Terminal adalah tempat peneriman telur tetas dari farm ke hatchery atau dari hatchery ke
hatchery. Terminal harus bersih sebelum, selama, dan setelah kegiatan supaya tidak
Hal penting yang perlu diperhatikan staff hatchery dalam mengetahui kondisi telur tetas
yang baik adalah dengan melakukan identifikasi telur tetas (Identifikasi HE)
Tujuan dari identifikasi telur tetas: untuk mengetahui dengan baik kondisi telur tetas
yang akan diinkubasikan, sehingga dapat menetukan masa inkubasi yang tepat sesuai kondisi
telur tetas.
Hal yang harus diketahui dan sangat berpengaruh di dalam identifikasi telur tetas :
d. Koleksi HE di kandang
e. Lama koleksi (hari) jika dari farm/ dikoleksi dulu baru di kirim
Status telur ini penting diketahui untuk dapat diketahui tindakan antisipasi sanitasi
Selama proses, mulai dari terminal (tempat penerimaan telur), setter,hatcher dan DOCnya.
Status sanitasi telur tetas dapat diketahui dengan tes laboratorium, menggunakan Metode
touch egg test. Idealnya sempel diambil 5 % dari jumlah telur yang diterima dari hasil analisa
laboratorium dapat diketahui tindakan untuk melakukan tindakan sanitasi ekstra atau tidak
3. Sanitasi
• Pada ruang terminal dan cooling room normalnya dilakukan cuci total seminggu sekali
14
• Dalam kesehariaanya sebelum menggunakan terminal dan cooling room terlebih dahulu
• Apabila pada saat bekerja ada telur jatuh/pecah mengaibatkan lantai kotor, segera
• Setelah pekerjaan selesai secara keseluruhan, lantai terminal dan cooling room di pel
dengan desinfektan
• Pada ruang terminal dan cooling room normalnya dilakukan cuci total seminggu sekali
• Dalam kesehariaanya sebelum menggunakan terminal dan cooling room terlebih dahulu
• Apabila pada saat bekerja ada telur jatuh/pecah mengaibatkan lantai kotor, segera
• Setelah pekerjaan selesai secara keseluruhan, lantai terminal dan cooling room di pel
dengan desinfektan
Telur tetas yang masuk Hatchery perlu dilakukan seleksi untuk mendapatkan telur yang
• Kotor
• Terlalu kecil (<46 gr)
• Double yolk
• Cangkang tipis
15
• Terlalu panjang
h. Dosis fumigasi dengan kekuatan 1 kali dosis yang dijadika acuan adalah PK 21, 5 gr +
formalin 43 ml pada volume ruang 100 CF atau 2, 83 M3. Untuk dosis per 1 m 3 adalah
Penyeperaian telur tetas di terminal pada saat penerimaan telur tetas dan saat seleksi per
egg tray akan membantu meningkatkan RH pada telur dan ruangan fumigasi serta membuat
lembab atau basah permukaan telur sehingga pada waktu fumigasi gas formaldehyde akan
terikat
Pengatuan temperatur dan kelembaban di cooling room sangat penting bagi Hatchery untuk
mencapai hatchability (daya tetas) yang optimal. Kesalahan pengaturan temperatur dan
Nomalnya koleksi / penyimpanan telur tetas dilakukan 1-4 hari, jika lebih akan terdampak
20
1. Temperatur
• Temperatur yang terlalu rendah akan menyebabkan embrio tumbuh lambat selama proses
inkubasi.
• Pada temperatur yang terlalu tinggi embrio akan berkembang sangat cepat, sehingga
• Embrio relatif lebih toleran pada tempeatu rendah, sedangkan temperatur tinggi akan
• Pengaturan Temperatur pada ruang setter adalah 98 o F –100o F, atau 37o C -38o C
Hal terpenting dari temperatur adalah keseragaman level temperatur di seluruh ruangan di
dalam setter, sehingga seluruh embrio tumbuh secara besamaan dan diharapkan waktu tetas
yang
relatif sama.
2. Kelembaban
Kelembaban (RH) sangat penting untuk mengontrol Weight loss pada telur. Set point
• Berat HE
b. Kecilnya air cell (kantung udara), akibatnya ayam tdk dpt keluar saat pipping
c. Kecilnya volume ruang udara, akbiabtnya posisi embrio tdk teratur dan terganggunya
d. Penyerapan albumen yang tidak optimal, akibatnya ayam menempel pd membran diding
19
Standar HE dan DOC PT Multi Breeder Adirama Indonesia, Tbk
GRADE MB 202 MB 204
Umur Berat Umur Berat
Platinum HE > 35 Mgg
DOC
56 gr
37 gr
30 Mgg > 53 Gr
> 34 Gr
Gold HE : 29 – 34 Mgg
D0C
52 - < 56 Gr
> 34 Gr
25 – 29 Mgg 49 - < 53 Gr
> 32 Gr
Silver HE : 25 – 28 Mgg
DOC
46 -< 52 Gr
> 30 Gr
21 – 24 Mgg 45 - < 49 Gr
>29 Gr
Administrasi yang dikerjakan di Terminal dan Cooling room, meliputi :
• HE yang akan ditetaskan
• Telur yang akan dikirim ke Depo
• LPTT (Laporan penerimaan telur tetas)
• Perkiraan Setting
• Laporan Pemakaian PK, Formalin, dan Disinfektan lain.
• Grade Out, HE (Terminal dan Cooling room)
• Bon pengeluaran dan penerimaan egg tray mesin
20
29
TRANSFER TELUR KE HATCHER
Management yang perlu dilakukan dan diperhatikan yaitu:
1. Akurasi pengambilan telur tetas (kode)
Tranfer merupakan suatu kegiatan memindahkan telur tetas dari mesin setter ke mesin
hatcher yang sekaligus melakukan seleksi pemisahan telur infertil dg telur fertil.
Akurasi
pengambilan telur tetas yg akan ditranfer sangat vital, karena jika salah ambil akan
terjadi
masalah, yaitu telur-telur akan menetas di setter dan akan terjadi pencemaran di setter,
sedangkan telur yg sdh di transfer ke hatcher tdk menetas.
Untuk itu periksalah buku setting dg cermat dan pastikan bahwa kode setting dan
no setting yg kita ambil telurnya pasti benar. Untuk lebih meyakinkan pengecekan,
maka sesaat
menjelang tranfer, sebelum telur diletakkan di meja candling( meneropong telur) cek
sekali lagi
apakah kode setting dan asal mesin telur tetas sudah betul. Jika sdh betul, tranfer dpt
dilanjutkan.
2. Waktu transfer
Bebeapa literatur merekomendasikan agar tanfer dilakukan pd hari ke 18 dan
Beberapa
literatur lain yg ideal adalah hari ke 19. Pelaksanaan hari ke 18 atau 19 bukanlah
tujuan, yang
menjadi tujuan adalah:
a. Pencapaian weght loss yg tepat sesuai telur yg disetting (telur hrs kehilangan berat
Sebesar 12-14 % dari berat asli utk mendapatkan kantung udara (air cell)/ yang ideal (
idealnya 1/3 telur akan terisi oleh rongga udara).
b. Tidak ada telur pipping atau menetas di setter, krn mencemari setter dan bedampak
negatif terhadap daya tetas dan kualitas DOC.
c. Indikasi waktu tranfer yg tepat dapat dilihat mudah apabila beberapa telur sdh
mulai
piping 1 – 2 % pd saat tranfer/ candling dilaksanakan, Namun tidak boleh terjadi di
dalam
setter.
d. Pelaksanaan tranfer tdk berbenturan dg persiapan mesin hatcher.
e. Kemudahan pengaturan tenaga kerja.
3. Administrasi
Data yang diperlukan dan dicatat selama proses tranfer yaitu:
a. No setter dan no hatcher berapa
b. Jam mulai tranfer dan selesainya
c. Jumlah infertil dr masing-masing kandang per mesinnya
30
d. Jumlah telur busuk (exploder eggs) dari masing-masing kandang per mesinnya
e. Jumlah loss eggs dari masing-masing kandang per mesinnya
f. Nota pengiriman telur ke depo
g. Jumlah telur infertil yg diambil utk breaking eggs test (jika ada)
4. Pengambilan telur
Pengambilan telur dg sistem penerangan dan meja candling yg representatif maka
telur
infertil akan sangat mudah dilihat. Lakukan pengambilan telur-telur infertil secermat
mungkin
agar tdk ada telur infertil yg ikut masuk ke dalam mesin hatcher. Jika ada terlur
infertil yang ikut
masuk ke hatcer, maka akan sangat merugikan karena:
a. Data DIS dan infertil sdh tdk murni lagi, sehingga menyulitkan evaluasi hasil
penetasan
b. Secara ekonomis merugikan karena telur infertil semestinya bisa di jual
34
V. PULL CHIK
Management yang harus dilakukan dan diperhatikan yaitu:
1. Keriteria dan Syarat Pull Chick
a. Semua telur secara keseluruhan sudah menetas
b. DOC sudah dipanen saat masih 5 % basah disekitar bulu leher
c. Navel ( pusar) sudah menutup rapat dan kering
d. DOC menafas dengan normal, tdk terengah-engah. Jika terengah-engah ini indikasi
terlambat pull chick
e. Pegang dan rasakan kondisi perut DOC, apakah yolk terserap dengan baik. jika
perut
kempes berarti panen sudah terlambat dan DOC akan mengalami dehidasi.
f. Kondisi perut yang normal adalah tidak kempes/ lembut dan tidak keras, (kenyal)
2. Waktu Pull Chik
a. Masa inkubasi normal utk telur broiler di daerah tropis adalah 498 – 501 jam
sedangkan
layer adalah 504 – 506 jam
b. Angkat/ambil anak ayam sewaktu DOC sudah siap.
c. Kontrol secara berkala kondisi DOC, khususnya pd 4 – 6 jam menjelang waktu
panen
normal
d. Timing waktu pull chick yg tepat akan mempengaruhi jumlah culled chick (Culling
DOC) dan kualitas DOC
e. Terlambat mengangkat anak ayam berartianak ayam menetas dini sehinga DOC
kekurangan cairan
f. Anak ayam yang baru menetas memerlukan istirahat selama 12 jam. Saat
mengeringkan
bulu badan tersebut, hal-hal yang perlu diperhatikan
• Jagalah anak ayam pada humudity rendah
• Menetas serta bergeser keluar menjadikan anak ayam basah dan lelah
• Anak ayam seharusnya tdk dipindahkan terlalu cepat
• Jagalah anak ayam pd temperatur 34 – 37 o dan RH 75 %.
3. Analisis DIS (mati dalam shell) dan Culled Chick
Pada waktu panen saat memindahkan anak ayam ke box akan dtemui pd tay mesin
hatcher beberapa telur tidak menetas. Kumpulkan telur-telur tersebut dan hitung
jumlahnya dan
35
catat per masing-masing kandang. Data ini akan digunakan utk evaluasi hasil
penetasan dan
rencana perbaikan ke depan.
Hal-hal yang menyebabkan telur tidak menetas :
• DIS (Mati dalam shell)
• Telur busuk (tapi tdk menetas)
• Telur rretak pd saat tranfer, krn handling yg kasar
• Telur infertil ( pengambilan infertil tdk sempurna)
• Telur piping (mati saat mematuk cangkang)
• Telur late ( terlambat menetas danmasih hidup)
Pada waktu panen juga ditemukan DOC afkir. LAkukan seleksi/pemisahan dan hitung
jumlahnya per masing-masing kandang agar diketahui penyebab culled chick.
4. Grading dan Seleksi DOC
Seleksi DOC adalah memilih DOC yang berkualitas dan layak dijual sekaligus
melakukan klasifikasi grade yang telah ditetapkan. Tanda-tanda DOC yang
berkualitas baik:
a. Pusarnya kering dan tertutup baik
b. Sisik kaki bewarna kuning dan cerah dan tidak kering.
c. Tingkah lakunya lincah, esponsif dan wana bulu tidak kusam
d. Besarnya relatif seragam (uniform). Bobot DOC diperoleh 65 -69 % dari bobot
telur
awal (fresh egg)
e. Tidak ada cacat fisik ataupun abnormalitas fisik.
f. Mata cerah dan terang, pusar bersih dan kering dari yolk sac atau memban yang
menonjol
g. Hidung anak ayam bersih dan tidak ada bulu-blu kecil menempel. Ini menunjukkan
pernafasaan berjalan baik.
h. Cepat beradaptasi terhadap perubahan-perubahan lingkungan yang minor dan
mampu
bereaksi normal dengan vaksin aktif yang diberikan.
Ada beberapa indikator lain yang digunakan peternak dalam memilih bibit ayam
yaitu:
a. Tingkat mortalitas/kematian terutama sampai minggu pertama setelah menetas
b. Keseragaman bobot sangat diharapkan (lebih dari 80 %)
c. Memiliki zat kebal dari nduk yang cukup, terutama ND, IB dan IBD.
d. Tidak mengandung bibit penyakit yang ditularkan secara vertikal, misal kuman
salmonela pullarum dan mycoplasma
DAFTAR PUSTAKA
1. Anthonius Riyanto, dkk. 2001. Sukses Menetaskan Telur Ayam. Agromedia, Pustaka,
Jakarta.
2. Anom Wiyana I. K, Kristina Dewi. G.A.M, Wijana. I.W, Wirapatha. M, Manajemen
Usaha Ternak Unggas,. 2016 Lab. Ternak Unggas, Fakultas Peternakan Universitas
Udayana
3. PT. Multi Breeder Adirama Indonesia. Tbk. (Japfaconfeed). 2002. Hacthery
Management.