Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKKUM

MANAJEMEN TERNAK UNGGAS

SISTEM PEMELIHARAAN AYAM RAS PEDAGING

DI CV. CHAROEN POKPHAND

Disusun oleh :
NUNIK PURWANTI
NIM: D21010001

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS BOYOLALI

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat TuhanYang Maha Esa yang telah memberikan


Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek
Kerja Lapangan, sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas dari mata
kuliah Manajemen Ternak Unggas.
Pada kesempatan ini penulis berterima kasih kepada Bapak Muh.
Samsudin, S.Pt., M.Si selaku pembimbing lapangan yang telah mencurahkan
perhatian untuk membimbing dan mengarahkan penulis hingga dapat
menyelesaikan kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini.
Penulis mengharapkan agar laporan Praktek Kerja Lapangan ini dapat
memberi wawasan yang luas bagi pembaca hingga dapat membantu dalam solusi
ntuk kegiatan-kegiatan yang bersangkutan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan
mungkin masih terdapat kekurangan maupun kesalahan. Oleh karena itu kritik dan
saran perbaikan sangat diharapkan.
Boyolali, Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
DAFTAR TABEL..................................................................................
DAFTAR GAMBAR.............................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................
1.1 Latar Belakang ..............................................................................
1.2 Tujuan ...........................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................


2.1 diisi ................................................................................................
2.2 diisi.................................................................................................
2.3 diisi .............................................................................................
2.4 diisi ................................................................................................
2.5 diisi.................................................................................................
2.6 diisi.................................................................................................

BAB III METODE PELAKSANAAN.................................................


3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan....................................................
3.2 Metode Pelaksanaan......................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................
BAB VI DAFTR PUSTAKA................................................................

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang.
Seiring dengan naiknya pendapatan perkapita penduduk Indonesia, meningkat
pula kebutuhan akan protein hewani. Masyarakat semakin menyadari akan
pentingnya protein hewani bagi pertumbuhan jaringan tubuh. Salah satu
sumber protein adalah daging ayam pedaging. Ditinjau dari nilai gizinya,
daging ayam pedaging tidak kalah dibandingkan dengan daging dari ternak
lain. Selain itu daging ayam pedaging mudah didapatkan dan harganya relatif
murah, karena pemeliharaan ayam pedaging relatif singkat yaitu 35 hari.
Ayam broiler adalah galur ayam hasil rekayasa genetik yang memiliki
karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil
daging, masa panen pendek dan menghasilkan daging berserat lunak,
timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (North and Bell, 1990).
Ada tiga aspek sebagai tiang utama dalam pemeliharaan ayam pedaging yaitu
aspek bibit, aspek pakan, dan aspek manajemen. Aspek bibit menyangkut
genetik dan fenotip yang diperoleh dalam proses pembibitan untuk
menghasilkan final stock. Aspek bibit dapat dipengaruhi oleh aspek pakan
yang menentukan selama proses produksi berlangsung. Aspek pakan
menyangkut kandungan nutrisi, konsumsi pakan, hingga
efisiensi/konversipakan itu sendiri. Keseluruhan metode dari pengaruh aspek
pakan disebut aspek manajemen pakan.
Aspek manajemen pakan merupakan tata kelola dalam pemeliharaan
ayam pedaging dengan berobjek pada pengaruh perlakuan pada aspek pakan
yang bertujuan pada keberhasilan usaha peternakan ayam pedaging. Produksi
daging yang tinggi tidak lepas dari manajemen pakan yang baik. Maka perlu
mengetahui bagaimana aspek manajemen pakan dalam pemeliharaan ayam
pedaging. Hal inilah yang melatarbelakangi dilaksanakannya praktikum
mengenai Aspek Manajemen Pemeliharaan Ayam Pedaging di Peternakan
ayam Kemitraan Charoen Pokphand.

1
1.2 Tujuan Penelitian
Setelah melakukan praktikum mahasiswa diharapkan mampu:
1. Memahami manajemen pemeliharaan ayam ras pedaging
2. Memahami manajemen perkandangan ayam ras pedaging.
3. Memahami manajemen pengendalian penyakit ayam ras pedaging.
4. Memahami manajemen pemberian pakan dan minum ayam ras
pedaging fase starter dan finisher.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam Ras Pedaging (Broiler)


Ayam broiler adalah galur ayam hasil rekayasa teknologi yang
memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai
penghasil daging, masa panen pendek dan menghasilkan daging berserat
lunak, timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (North and Bell,
1990).
Menurut Rasyaf (1999) ayam broiler merupakan ayam pedaging yang
mengalami pertumbuhan pesat pada umur 1 – 5 minggu. Selanjutnya
dijelaskan bahwa ayam broiler yang berumur 6 minggu sudah sama besarnya
dengan ayam kampung dewasa yang dipelihara selama 8 bulan.
Keunggulan ayam broiler tersebut didukung oleh sifat genetis dan
keadaan lingkungan yang meliputi makanan, temperatur lingkungan, dan
pemeliharaan. Pada umumnya di Indonasia ayam broiler sudah dipasarkan
pada umur 5 - 6 minggu dengan berat 1,3 – 1,6 kg walaupun laju
pertumbuhannya belum maksimum, karena ayam broiler yang sudah berat
sulit dijual. (Rasyaf, 1999).
Ayam broiler yang baik adalah ayam yang cepat tumbuh, dengan
warna bulu putih, tidak terdapat warna-warna gelap pada karkasnya, memiliki
konfirmasi dan ukuran tubuh yang seragam. (Mountney, 1983).
2.2 Manajemen Pemeliharaan
Teknis budidaya atau cara beternak ayam broiler sebenarnya tidaklah
sulit, hampir sama dengan memelihara ayam jenis lain. Dimana kita harus
menyediakan kandang dan peralatannya sedini mungkin sebelum DOC
datang.
Pemanas dengan suhu yang cocok adalah hal yang penting, karena
pertumbuhan anak ayam sangat dipengaruhi oleh suhu induk buatan. Terlalu
panas atau terlalu dingin membuat pertumbuhan yang tidak rata. Anak ayam
kedinginan karena lampu kurang cukup memberikan panas, ditandai dengan
bergerombolnya anak ayam di sekitar lampu panas. Anak ayam kepanasan,

3
nafasnya terengah-engah, sayapnya dibuka. Lampu pemanas memberi
kehangatan yang cukup terlihat dari tersebarnya anak ayam dibawah induk
buatan dengan merata. (Yahya, 1980).
Temperatur yang terlalu panas atau terlalu dingin akan berakibat
kurang baik pada ayam. Temperatur yang terlalu panas akan menyebabkan
ayam kurang makan dan banyak minum. Temperatur yang terlalu dingin
menyebabkan ayam berhimpitan mendekati panas. Hal ini dapat
menyebabkan kematian. Selain itu, karena terlalu dekat dengan pemanas
maka dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi sehingga pertumbuhan dapat
terganggu. (Anton,1993).
2.3 Kandang Ayam Broiler
Manajemen perkandangan merupakan salah satu factor penting
penentu keberhasilan dalam usaha pemeliharaan ayam broiler. Hal ini
dikarenakan kandang adalah tempat tinggal ayam dalam melakukan semua
aktivitas selama hidupnya (makan, minum dan tumbuh). Kandang yang baik
yang sesuai untuk peternakan ayam harus terletak di lokasi yang lebih tinggi
dari tempat sekitarnya, arah kandang menghadap ke barat-timur, dan
dipisahkan dari percampuran orang, predator maupun unggas lain (Martono,
1996).
Temperatur dan kelembaban kandang yang tinggi berpengaruh pada
penampilan ayam. Tingginya kelembaban akan menurunkan efektivitas.
Pengeluaran panas secara evaporasi baik melalui kulit maupun respirasi,
sebaliknya temperature yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya
evaporasi. Pada saat temperatur lingkungan mendekati atau sama dengan
temperatur tubuh ayam maka panas di dalam kandang akan sulit dikeluarkan
(Erast,1995).
Adapun ukuran kandang ayam broiler yang ideal adalah 7 ekor / meter
persegi. Peralatan dalam kandang: penghangat kandang saat DOC baru masuk
hingga umur 14 hari, tempat pakan anak dan ayam dewasa, tempat minum,
listrik. Obat-obatan: vitamin, vaksin, sanitaser, dan obat-obatan.
2.4 Pakan dan Air Minum

4
Hal yang paling penting diperhatikan dalam manajemen ternak ayam
broiler adalah cara pemberian makanan. Modal atau uang keluar paling besar
dalam proses pemeliharaan ayam pedaging ini ada pada biaya pakan. Jika kita
mampu melakukan efisiensi penggunaan pakan bisa dipastikan 80% proses
budidaya yang kita lakukan akan menghasilkan keuntungan.
Ternak akan dapat mencapai tingkat penampilan produksi tertinggi
sesuai dengan potensi genetiknya bila memperoleh zat-zat makanan yang
dibutuhkannya. Zat makanan tersebut diperoleh ternak dengan jalan
mengkonsumsi sejumlah makanan (Sutardi,1980).
Konsumsi adalah jumlah makanan yang terkonsumsi oleh hewan bila
diberikan secara ad libitum. (Parakkasi, 1999). Konsumsi diperhitungkan dari
jumlah makanan yang dimakan oleh ternak, dimana zat makanan yang
dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan
untuk produksi hewan tersebut. (Tillman et al. 1991)
Air merupakan senyawa penting dalam kehidupaan. Dua per tiga
bagian tubuh hewan adalah air dengan berbagai peranan untuk kehidupan
(Parakkasi, 1999). Menurut Scott et al. (1982) , air mempunyai beberapa
fungsi yaitu, sebagai zat dasar dari darah, cairan interseluler dan intraseluler
yang bekerja aktif dalam transformasi zat- zat makanan, penting dalam
mengatur suhu tubuh karena air mempunyais sifat menguap dan specific heat,
serta membantu mempertahankan homeostatis dengan ikut dalam reaksi dan
perubahan fisiologis yang mengontrol pH, tekanan osmotis dan konsentrasi
elektrolit.
Kandungan air dalam tubuh anak ayam berumur satu minggu adalah
85% pada umur 42 minggu. Kehilangan air tubuh 10% dapat menyebabkan
keruskan yang sangat hebat dan kehilangan air tubuh 29% akan menyebabkan
kematian. (Wahju, 1997). Pada ayam broiler konsumsi air minum erat
hubungannya dengan bobot badan dan konsumsi ransum.
Menurut Ensminger et al (1990) pada umumnya ayam mengkonsumsi
air minum dua kali dari bobot pakan yang dikonsumsi. Konsumsi air minum
juga akan meningkatkan pada saat ayam pada temperatur lingkungan yang

5
tinggi. Menurut NRC (1994) konsumsi air minum bertambah sekitar 7%
setiap peningkatan suhu 10° C diatas suhu 21° C.
2.5 Vaksinasi
Seperti halnya pemberian pakan, pemberian obat-obatan dan vitamin
juga sangat penting. Secara umum pemberian vitamin dilakukan setiap hari,
dan obat-obatan diberi hingga umur 21 hari. Sedangkan vaksinasi dilakukan
sebangak 3 kali, dimana vaksin tetes dilakukan 1 kali dan vaksin minum
sebanyak 2 kali.
Vaksinasi ND mutlak harus dilakukan. Vaksinasi pertama kali harus
dilakukan yaitu dengan vaksin in aktif. Kesehatan ayam harus baik pada saat
pemberian vaksin. Dua hari sebelum vaksin ayam perlu di beri vitamin ekstra
seperti vita strong dan vita chik selama 2-5 hari sesudah vaksinasi. Pemberian
antibiotik dan vaksinasi dapat mencegah stess dan efek samping yang
merugikan. (Yahya, 1980)
2.6 Analisis Usaha Ayam Broiler
Untuk mencapai pembangunan pertanian pada umumnya dan sektor
peternakan khususnya, maka sebagai penunjang kebutuhan protein hewani
yang merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia perlu di usahakan
produktifitas yang maksimal sehingga dapat meningkatkan pendapatan
petani peternak. Dalam upaya pemenuhan protein hewani dan peningkatan
pendapatan peternak, maka pemerintah dan peternak telah berupaya
mendayagunakan sebagian besar sumber komoditi ternak yang
dikembangkan, diantaranya adalah ayam pedaging (broiler).
Sebagaimana diketahui ayam broiler merupakan ternak penghasil
daging yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan ternak potong lainnya.
Hal inilah yang medorong sehingga banyak peternak yang mengusahakan
peternakan ayam broiler ini. Perkembangan tersebut didukung oleh
semakin kuatnya industri hilir seperti perusahaan pembibitan (Breeding
Farm), perusahaan pakan ternak (Feed Mill), perusahaan obat hewan dan
peralatan peternakan (Saragih, 2000).
Keberlanjutan usaha peternakan ini ditentukan oleh gambaran
finansial usaha, sebab kemampuan suatu usaha peternakan dalam

6
mengembangkan modal terukur dalam parameter investasi seperti
kemampuan usaha mengembangkan modal awal lebih besar daripada bunga
bank, keuntungan usaha pada tahun-tahun mendatang dan lain sebagainya.
Dengan kata lain usaha peternakan tersebut dapat bertahan jika keuntungan
yang diperoleh lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan dimana
semuanya itu harus diputuskan layak secara finansial. (Fatah, 1994).

BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin - Jum'at, 18 - 22
Desember 2023 di Desa Pendem Kec. Ampel, Kab. Boyolali
3.2 Materi dan Metode
3.2.1 Materi
Materi yang digunakan dalam praktikum ini yaitu unit
peternakan ayam CV. Charoen Pokphand, Kecamatan Ampel,
Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah
3.2.2 Metode Praktikum
Metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu dengan
berpartisipasi aktif dan mengikuti setiap kegiatan rutin yang dilakukan
di CV. Charoen Pokphand. Data yang dibutuhkan meiliputi data
primer dan data skunder. Data primer diperoleh melalui
hasil wawancara kepada pemilik kandang dan anak kandang.
Data sekunder diperoleh dari catatan praktikan selama masa
pemeliharaan

7
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum

Anda mungkin juga menyukai