Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

MANAJEMEN KESEHATAN TERNAK


DI DINAS PERIKANAN DAN PETERNAKAN
KABUPATEN BOYOLALI

USULAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Oleh:
SURYA ADITYA NURIL HUDA

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS BOYOLALI
TAHUN 2024
LEMBAR PENGESAHAN

Judul :
Nama Mahasiswa : Surya Aditya Nuril Huda
NIM : D21010024
Program Studi/Fakultas : S1 PETERNAKAN/ FAKULTAS
PERTANIAN DAN PETERNAKAN

Telah disidangkan di hadapan Tim Penguji


dan dinyatakan lulus pada tanggal………. April 2024

Dosen Pembimbing

Zakaria Husein Abdurrahman, S.Pt., M.Si


NIDN.

Ketua Program Studi Dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan

Eudia Christina Wulandari, S.Pt., M.Si Purwadi, S.Pt., M.Si


NIDN. NIDN.
RINGKASAN

SURYA ADITYA NURIL HUDA. D21010024. 2024. judul. (Pembimbing: Zakaria


Huesin Abdurrahman)

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) bertujuan untuk pengaplikasian ilmu yang
di dapat di bangku perkuliahan, Praktek Kerja Lapangan dilakukan berdasarkan
serangkaian kegiatan PKL yang dilaksanakan pada tanggal 29 Januari sampai 29
februari 2024 di UPT ampel.
Metode yang digunakan adalah dengan partisipasi aktif, observasi dan wawancara.
Data primer diperoleh dengan cara observasi dan wawancara, sedangkan data sekunder
diperoleh dengan cara melihat catatan yang ada pada usahatani, data monografi desa dan
catatan dari instansi terkait. Pengelolaan data dilakukan secara deskriptif dan hasilnya
dibandingkan dengan Pustaka yang ada.

Hasil dari kegiatan PKL ini meliputi interaksi mahasiswa kepada Masyarakat luar dan
menerapkan ilmu yang di peroleh Ketika di dalam bangku perkuliahan serta mahsiswa
mengetahui target yang di butuhkan oleh dinas dalam setiap harinya.

Simpulan yang di peroleh dari kegiatan PKL ini meliputi, Teori dengan peraktek
tidaklah selalu berdampingan, maka dari itu setelah terjun kelapangan akan lebih tahu apa
yang sebenarnya terjadi danbagaimana proses terjadinya. Mahasiswa dapat mengetahui dan
mengenali sistem kerja organisasi di suatu Perusahaan Mahasiswa dapat menambah
wawasan dan melatih diri dalam ber interaksi bermasyarakat

3
Daftar Pustaka
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL).............................................................................................1
RINGKASAN......................................................................................................................................................3
Daftar Pustaka..........................................................................................................................................................4

4
BAB I

PENDAHULUAN

4.1. Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat di era
globalisasi saat ini, sehingga komputer sudah merupakan suatu sarana yang banyak
digunakan di instansi pemerintah atau perusahaan swasta juga sampai ke rumah-rumah.
Komputer merupakan pengolah data yang dapat bekerja secara cepat dan akurat, bekerja
secara otomatis untuk menyimpan dan mengolah data, memproses dan menghasilkan
informasi sesuai dengan program yang diberikan kepadanya.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Boyolali merupakan
instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang peternakan dan pelayanan masyarakat.
Pelayanan masyarakat tersebut meliputi layanan berupa layanan penyuluhan yang
membahas tentang ternak dan layanan penanganan kesehatan hewan.
DPKH Kabupaten Boyolali sudah mulai menggunakan komputer sebagai salah satu
fasilitas untuk menunjang kinerjanya, salah satu contohnya yaitu dalam pembuatan surat
dan laporan. Dengan menggunakan komputer pembuatan surat akan menjadi lebih cepat
dan akurat daripada dilakukan secara manual. Meskipun menggunakan komputer masih
banyak kekurangan yang harus diperbaiki seperti format penulisan yang salah agar
memperoleh hasil yang diinginkan.
4.1. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaaan PKL ini adalah :
1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan keilmuan bagi mahasiswa secara
langsung kedunia kerja
2. Untuk mengaplikasikan keterampilan dan keahlian secara khusus sesuai dengan
bidang ilmu yang dipelajari secara langsung di dunia kerja, sehingga diharapkan mengerti
ruang lingkup bidangkerja
. 3. Sebagai sarana membentuk sikap/mental mahasiswa agar mampu dan berani
menghadapi tantangan dunia kerja yang sarat dengan persaingan.
4. Mahasiswa diharapkan dapat memahami berbagai pendekatan dalam upaya
mengetahui dan menganalisis gejala-gejala yang timbul dalam organisasi maupun
perusahaan-perusahaan tempat PKL.

4.1. Manfaat
manfaat dari PKL ini adalah :
1. Mempelajari dan mengenal lingkungan kerja
2. Menambah wawasan, ketrampilan, dan pengalaman dalam dunia kerja
3. Melatih mental untuk lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan suatu tugas

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vaksinasi

Vaksinasi merupakan proses memasukkan mikroorganisme penyebab penyakit yang

telah dilemahkan ke dalam tubuh hewan. Di dalam tubuh hewan, mikroorganisme yang

dimasukkan tidak menimbulkan bahaya penyakit, melainkan dapat merangsang

pembentukan zat-zat kekebalan (antibodi) terhadap agen penyakit tersebut (Tizard, 1988).

Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak

menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil

pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.). Vaksin akan mempersiapkan

sistem kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu,

terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk

melawan sel-sel degeneratif (kanker).

2.2. Jenis-Jenis Vaksin

Secara umum berdasarkan sifat hidup agen infeksi yang terkandung dalam vaksin,

produk vaksin dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Vaksin Aktif

Vaksi aktif berisi mikroorganisme yang telah dilemahkan. Jenis-jenis vaksin

aktif biasanya dalam bentuk kering beku. Jadi, jika ingin digunakan vaksin tersebut

harus dilarutkan terlebih dahulu, yakni dengan menggunakan pelarut. Jenis pelarut

yang bisa digunakan pada vaksin aktif ini adalah dapat berupa larutan dapar, air biasa

(minum) atau aqua destilata. Namun satu hal yang harus diperhatikan, vaksin ini jika

sudah dilarutkan harus segera masuk ke dalam tubuh ternak. Setelah vaksin diberikan,

maka agen infeksi yang terkandung akan menuju ke target organ kekebalan untuk

bermultiplikasi kemudian menuju ke organ limfoid untuk menggertak pembentukan

kekebalan. Contoh vaksin aktif yaitu BCG, vaksin campak, vaksin rubella, dll.

2. Vaksin Inaktif

6
Vaksin inaktif adalah vaksin yang berisi agen infeksi dan telah diinaktifasi

dengan pengertian mikroorganisme yang telah dimatikan. Namun vaksin inaktif masih

bersifat imunogenik/mampu menggertak pembentukan antibodi. Jenis-jenis vaksin

inaktif ini berbentuk emulsi atau suspensi karena mengandung adjuvant. Adjuvant

merupakan bahan yang bersifat non antigenik/tidak berkemampuan merangsang

terbentuknya antibodi. Adjuvant tersebut ditambahkan dalam vaksin inaktif untuk

menambah daya kerja vaksin dengan efek depo, penyerapan sedikit demi sedikit ke

dalam sirkulasi darah.

Jadi vaksin tersebut setelah masuk ke dalam tubuh, vaksin inaktif tidak perlu

bereplikasi, tetapi langsung memacu jaringan limfoid untuk membentuk antibodi.

Cotoh vaksin inaktif : vaksin influenza, vaksin hepatitis a, vaksin tetanus, vaksin

difteria, vaksin botulinum, dll.

2.3. Cara Kerja Vaksin

Untuk memahami bagaimana vaksin bekerja, kita perlu memahami bagaimana

tubuh melawan penyakit. Ketika kuman seperti bakteri atau virus menyerang tubuh,

mereka menyerang dan memperbanyak diri. Serangan ini mengakibatkan infeksi dan

infeksilah yang menimbulkan penyakit. Sistem kekebalan tubuh menggunakan

beberapa alat untuk melawan infeksi. Darah mengandung sel darah putih atau sel

kekebalan tubuh untuk memerangi infeksi. Sel-sel darah putih ini terutama bagian

Limfosit B, Limfosit T, dan Makrofag.

Vaksin dapat membantu tubuh dengan membuat kekebalan yang serupa

dengan proses infeksi primer. Namun infeksi yang disebabkan oleh vaksin tidak

menyebabkan suatu penyakit melainkan dapat merangsang sistem imun untuk

memproduksi Limfosit T dan Antibodi. Kadang-kadang setelah mendapatkan vaksin,

infeksi imitasi ini dapat membuat gejala ringan seperti demam. Gejala ringan ini

adalah wajar dan dapat dianggap bahwa tubuh sedang membuat kekebalan.

Setelah infeksi buatan ini berlalu, tubuh akan dipenuhi memori Limfosit T

juga Limfosit B yang mengingat cara untuk memerangi penyakit di kemudian hari.

Namun, dibutuhkan waktu sekitar beberapa minggu bagi tubuh untuk seseorang yang

7
baru saja mendapat vaksinasi terinfeksi oleh kuman tersebut, bukan karena

vaksinanya tidak bekerja , namun kekebalannya belum muncul untuk dapat

melindungi tubuh dari penyakit.

2.4. Cara Penyimpanan Vaksin

Agar bakteri atau vaksin tersebut tetap bertahan hidup, penyimpanan vaksin harus

pada temperatur ruang yang rendah. Semua vaksin yang berupa virus hidup disarankan

disimpan pada temperatur ruang dibawah nol (kondisi beku), sedangkan semua vaksin yang

berupa bakteri, penyimpanannya tidak diperbolehkan pada ruangan dalam keadaan sampai

membeku karena akan merusak antigennya selama proses kristalisasi, sehingga tidak bisa

digunakan lagi. (Budi Sutrisno, 1999).

Berdasarkan pembahasan diatas bahwa temperatur ruangan sangat penting untuk

diperhatikan pada saat penyimpanan vaksin (obat). Karena apabila vaksin atau obat tersebut

tidak disimpan pada temperatur atau kondisi pendinginan yang sudah di tentukan maka akan

berakibat buruk bagi vaksin atau obat tersebut karena akan menjadi rusak bahkan tidak dapat

digunakan. (Budi Sutrisno, 1999).

Setiap obat (vaksin) yang berasal dari bahan biologik harus dilindungi terhadap

pengaruh sinar matahari, sebab jika tidak demikian maka obat tersebut akan terjadi kerusakan

dalam waktu yang sangat singkat. Semua vaksin yang berupa virus hidup disarankan

disimpan pada temperatur ruang dibawah nol (kondisi beku), sedangkan semua vaksin yang

berupa bakteri, penyimpanannya tidak diperbolehkan pada ruangan dalam keadaan sampai

membeku karena akan merusak antigennya selama proses kristalisasi, sehingga tidak bisa

digunakan lagi. (Budi Sutrisno, 1999).

Pengaruh kelembaban udara terhadap penyimpanan vaksin relatif sangat kecil dan

dapat diabaikan. Kelembaban udara hanya berpengaruh terhadap vaksin yang disimpan

secara terbuka atau penutupnya tidak sempurna. (Budi Sutrisno, 1999).

2.5. Jenis-Jenis Vaksin Pada Ternak

1. ANTHRAVAK

Vaksindo Satwa Nusantara bentuk sediaan cairan komposisi mengandung spora

kuman Bacillus anthracis aktif strain 34 F2 weybridge, avirulen Indikasi Untuk

8
pengebalan terhadap penyakit anthrax pada sapi, kerbau, kuda, domba, kambing dan babi.

Dosis dan Cara Pemakaian penyuntikan SK ; dosis: Sapi, kerbau dan kuda 1 ml ; domba,

kambing dan babi 0,5 ml. Kemasan Botol 250 ml ( 250 dosis) Deptan RI No. DPS. 93064

Obat Keras.

2. ANTHRAVET

Pusat Veterinaria Farma Bentuk sediaan cair. Komposisi Setiap dosis (1 ml)

mengandung tidak kurang dari 10 juta spora kuman Bacillus anthracis strain 34 F2

Wybridge yang avirulen dan tidak berkapsul di dalam campuran garam faali dengan

gliserin sama banyak serta mengandung 0,05 % Saponin IndikasiPengebalan aktif

terhadap penyakit Anthrax (Radang Limpa) pada sapi, kerbau, kuda, domba, kambing dan

babiDosis dan Cara Pemakaian Sapi, kerbau, kuda 1 ml subkutan. Domba, kambing, babi

0,5 ml subkutan. Sebelum digunakan tempatkan vaksin pada suhu kamar terlebih dahulu

kemudian kocok sampai rata. Penyuntikan vaksin tidak menimbulkan reaksi setelah

vaksinasi. Pada kambing dan domba, kadang-kadang menimbulkan kebengkakan pada

tempat suntikan yang berkembang menjadi oedema progresif, keras dan dapat

menimbulkan kematian, karenanya pada kambing dan domba dianjurkan untuk melakukan

vaksinasi pendahuluan percobaan pada daerah yang belum pernah divaksinasi, dengan

bermacam-macam dosis. Kekebalan terjadi setelah melalui masa negatif 10-14 hari, tetapi

pada kuda sampai 6 minggu. Air susu yang dihasilkan dari sapi perah yang

memperlihatkan reaksi sistematik akibat vaksinasi seperti demam, anorexia atau gejala

klinis yang lain tidak boleh dikonsumsi. Hewan tidak boleh dipotong dan

dikonsumsisebelum tiga minggu pasca vaksinasi terakhir. Vaksinasi rutin sebaiknya

diulang setiap 6 bulan Kemasan Botol berisi 125 ml. Deptan RI No. D. 9810534 VKC.1.

Obat keras.

3. BRUCELLA ABORTUS RB-51

Colorado Serum Company,USA/Paeco Agung Bentuk sediaan serbuk kering beku

Komposisi mengandung bakteri Brucella abortus strain RB-51 Indikasi untuk pencegahan

sapi betina dari penyakit keluron/ keguguran/abortus yang disebabkan oleh bakteri

9
Brucella abortus. Penggunaan vaksin harus dibawah pengawasan Dokter Hewan Kemasan

5 dosis/vial.

Deptan RI No.DPS. I. 0407087 VKC.Obat keras.

2.6 kesehatan ternak

Kesehatan hewan merupakan suatu status kondisi tubuh hewan dengan seluruh sel
yang menyusunnya dan cairan tubuh yang dikandungnya secar fisiologis berfungsi normal
(Subronto dan Tjahajati, 2001). Menurut Direktorat Jenderal Peternakan (2008), gangguan
dan penyakit dapat menyerang ternak sehingga untuk membatasi kerugian ekonomi
diperlukan kontrol untuk menjaga kesehatan sapi menjadi sangat penting. Manajemen
kesehatan yang baik sangat mempengaruhi pada kesehatan sapi potong.
Menurut Handoko (2008), cakupan kesehatan ternak sangat luas dan menyinggung
hingga pada aspek kesehatan bahan pangan bbasal ternak, kesehatan lingkungan dan
kesehatan masyarakat veteriner. Kesehatan masyarakat veteriner merupakan bagian penting
dari aktivitas masyarakat karena merupakan rantai penghubung antara bidang kesehatan
hewan dan kesehatan manusia berkaitan dengan pencegahan, pengendalian dan pengobatan
penyakit zoonotik atau penyakit yang menular dari hewan kemanusia sehingga sangat
penting dalam penerapan biosekuriti (Direktorat Budidaya Ternak, 2014).
Menurut Direktorat Budidaya Ternak (2014), penerapan biosekuriti dimaksudkan
sebagai tindakan untuk mencegah masuk dan menyebarnya agen penyakit kepopulasi hewan
rentan disuatu peternakan atau daerah, misalnya kebersihan kandang, peralatan dan
lingkungan serta pemisahan ternak baru dari ternak lama dan pemisahan ternak sakit dari
ternak sehat. Kebersihan merupakan kata dan tindakan paling penting dalam suatu usaha
peternakan sehingga perlu adanya program pencegahan penyakit (Handoko, 2008).
Kesehatan ternak bisa dicapai dengan tindakan higienis, sanitasi lingkungan,
vaksinasi, pemberian pakan dan teknis yang tepat (Sudarmono dan Sugeng, 2008). Sapi yang
sehat dan merasa nyaman dengan lingkungannya akan memberikan peforma maksimal dan
mengalami penambahan bobot badan sesuai target. sebaiknya peternak memahami
hama dan penyakit yang sering menyerang ternak beserta cara pengobatan dan
pencegahannya (Rahmat dan Harianto, 2012).

10
BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktek kerja lapangan di laksanakan dalam waktu satu bulan di unit

pelayanan terpadu (UPT) Ampel, Kabupaten Boyolali. Pada tanggal 29 januari hingga 29

februari 2024, pada pukul 08.00 – 1200 WIB

3.2 Materi

Alat yang digunakkan dalam praktik lapangan ini adalah suntikan, vaksin, obat-

obatan.vitamin, dan cooler box kecil. Bahan yang digunakkan dalam praktik lapangan ini

adalah ternaksapi an ternak kambing

3.3 metode

Metode yang dilakukan dalam praktik lapangan ini adalah terlibat langsung
dalamkegiatan vaksinasi dan pengobatan. Mulai dari pengambilan obat menggunakan
suntik sesuaidosis, dan pemberian obat k epada setiap peternak.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Bidang Kerja


Kegiatan rutin yang dilakukan di UPTD Puskeswan Ampel Kabupaten Boyolali yaitu
membantu pihak paramedis lapangan dalam menangani ternak sakit. Selama kegiatan
berlangsung mahasiswa diajarkan mengenai tanda penyakit, jenis penyakt, nama
kandungan pada obat, dosis yang diberikan pada berbagai jenis ternak dan cara pemberian
obat yang baik dan benar.
4.2 Pelaksanaan Kerja
Pelaksanaan Kerja selama Praktek Kerja Lapangan di UPTD Puskeswan Ampel
Kabupaten Boyolali, yaitu melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai jadwal yang telah
diberikan dan arahann dari para petugas UPTD Puskeswan Ampel Kabupaten Boyolali
mengenai kasus-kasus penyakit dan pelayanan Kesehatan hewan.
Penanganan kasus Kesehatan di Boyolali mayoritas dilakukan pada ternak ruminansia
seperti sapi, domba dan kambing. Hal ini dikarenakan Sebagian masyarakat memiliki
ternak tersebu maka pelayanan harus diperhatikan sehingga dapat meminimalisir
terjadinya penyakit yang merugikan misalnya serangan agen infeksius seperti virus,
bakteri, parasite dan jamur.
Penyakit yang sering terjadi di Boyolali adalah penyakit yang sifatnya menular dan
tidak menular. Penyakit yang bersifat zoonosis adalah penyakit atau infeksi yang
ditularkan secara alamiah yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya
(Suharsono 2002; Nicholas dan Smith 2003). Zoonosis dapat terjadi pada semua hewan
berdarah panas, seperti kambing, domba, kerbau, sapi, kuda, babi, anjing, unta dan hewan
liar lainnya (Arlian dan Vyszenski-Moher, 1998).
4.3 Program Vaksinasi PMK
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak adalah hal yang harus diwaspadai
mengingat perputaran dan esklasi peternak di Indonesia sangat tinggi dan kebutuhan
daging sapi juga sangat tinggi, pnyebaran yang sangat cepat dan banyaknya kerugian
yang dapat ditimbulkan.
Adapun dampak yang ditimbulkan karena PMK diantaranya terjadinya penurunan
produksi dan reproduksi ternak, penurunan produktivitas tenaga kerja serta kerugian
ekonomi masyarakat yang sangat besar. Oleh sebeb itu, perlu dilakukan tindakan
pencegahan pengendalian dan penanggulangan PMK. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
terus melakukan percepatan vaksinasi terhadap ternak. Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Boyolali akan melakukan vaksinasi di seluruh Kabupaten Boyolali guna
mencegah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Penangganan penyakit PMK di tingkat

12
peternak dapat dilakukan melalui layanan medik veteriner preventif, medikatif dan
promotive (Merdana et l., 2019).
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali mengajukan sebanyak 10 ribu
vaksin, dan dari pengajuan tersebut Kabupaten Boyolali sebanyak 3.000 dosis.
Penyuntikan di fokuskan pada hewan ternak khususnya sapi perah yang sehat, serta di
wilayah hijau PMK. Setiap satu ekor sapi mendapatkan 2 mili vaksin.
4.3.1 Tahap Vaksinasi PMK
1. Tahap Persiapan
a) Memastikan jumlah ternak besar (sapi/kerbau) dan kecil
(kambing/dommba) yang akan divaksinasi.
b) Menyiapkan perlengkapan SDM dan Logistik.
c) Sumber Daya Manusia : Medik Veteriner, Paramedik Veteriner, Petugas
Recorder
d) Logistic : coolbox/tas vaksin, cool pack, spuit mika/spuit otomatis,
jarum suntik, ear tag, sarung tagan, sepatu boots, obat-obatan serta
formular pencatatan vaksinasi.
2. Tahap Vaksinasi
a) Membawa vaksin menggunakan coolbox dengan cool pack didalamnya.
Pastikan vaksin terlindung dari sinar matahari langsung dan selalu
dalam keadaan dingin.
b) Jangan tinggalkan coolbox dibawah sinar matahari, jangan hangatkan
vaksin sebelum digunakan.
c) Kegiatan vaksinasi harus diawali dari wilayah yang paling bersih/paling
sedikit tertular PMK-nya.
d) Sasaran vaksin harus ternak yang sehat mulai pedet umur 2 minggu
sampai dengan ternak dewasa yang sehat.
e) Vaksin yang digunakan untuk pencegahan PMK ini adalah OUROVAC
AFTOSA, berisi 200 ml dan disuntikkan secara intramuscular (IM) di
area leher sebelah kanan atau kiri secara intra muscular dengan dosis
2ml/ekor ternak ruminansia besar dan 1ml/ekor pada ternak ruminansia
kecil.
f) Hal yang sangat penting yaitu memastikan vaksin selalu dalam keadaan
dingin. Imunitas sangat tergantung pada rantai dingin ini.
g) Vaksin harus selalu disimpan disuhu 2-8 celcius sepanjang waktu, tetapi
jangan dibekukan, karena vaksin akan rusak pada suhu beku
h) Vaksin OUROVAC AFTOSA berisi 200 ml, 1 botol vaksin untuk 100
ekor ternak ruminansia besar. Botol vaksin yang sudah terbuka harus

13
dihabiskan di hari yang sama, bila tidak makka akan menurunkan
efektifitas dari vaksin ini.
Tabel 1. Vaksin PMK (Ourovac Aftosa)
Gambar Cara Penanganan
1. Vaksin harus disimpan pada lemari
es bagian refrigerator pada suhu 2-
8ºC. Jangan menyimpan vaksin
pada bagian freezer. Lemari es
sebaiknya dikhususkan hanya
untuk menyimpan vaksin.
2. Vaksin yang akan digunakan tidak
boleh kena matahari langsung baik
pada saat membuka ampul,
mencampur vaksin, atau saat
menyuntik, karena sinar matahari
dapat merusak vaksin.
3. Jika jarak pengiriman cukup jauh
maka vaksin dibawa menggunakan
Cold box yang ditambahkan es
batu. Penggunaan Cold box akan
jauh lebih aman apabila hanya
digunakan untuk mengirim vaksin
antar wilayah dalam kota.
Sedangkan untuk wilayah yang
cukup jauh, gunakan mobil khusus
pengirim vaksin yang dilengkapi
dengan mesin pendingin agar suhu
tetap terjaga 2-8ºC.
4. Jangan mencampur vaksin dan
obat sekaligus
Sumber: Peternakan Djion Puyuh Makassar, Bontoramba Somba Opu Gowa, Sulawesi Selatan, 2019.

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabuaten Boyolali memulai penyuntikan vaksin di


desa Karanganyar, Musuk, Boyolali ……………………………………………ISI
SENDIRI YAAAAAA KARENA SAYA TIDAK IKUT
DILAPANGANNNNNNNN………………………………………………………………
.

4.4 Pengobatan Penyakit UPTD Puskeswan Ampel


Unit Pelayanan Terpadu Daerah Puskeswan Ampel merupakan pusat kesehatan
hewan (puskeswan) di Kabupaten Boyolali. Melayani diagnosa penyakit, pengobatan,
penanganan masalah reproduksi dan kesehatan hewan khususnya ternak. Puskeswan ini
juga menyediakan vaksin untuk hewan ternak sapi, ayam, kambing dan lainnya. Juga
melaksakan penyuluhan terkait kesehatan hewan.

14
………………………………………(DIISI KEGIATANE NOPO WAE, NENG DESO
NGENDI WAE, PENYAKIT SENG MENYERANG OPO WAE CIRI-CIRI/GEJAL-
GEJALANE OPO, JENIS OBAT SENG DIGUNAKAN DOSIS E SEPIRO)

Tabel 2. Jenis obat-obatan yang digunakan


Gambar Nama Obat Dosis Kegunaan

PRO B PLEK ??????? ???????

IVOMEC SUPER ??????? ????????

INTERFLOX-100 ?????? ??????

PROGARD ???? ????

VETADRYL Inj. ????? ?????

15
16

Anda mungkin juga menyukai