Pembimbing :
1
KATA PENGANTAR
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat memahami apa yang
dimaksud dengan imunisasi dan tepid sponge.
3
2. Apa saja jenis-jenis imunisasi ?
3. Apa indikasi dan kontra indikasi imunisasi dan tepid sponge?
4. Bagaimana prosedur imunisasi dan tepid sponge?
4
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1.1 Defnisi
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular
khususnya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang
diberikan kepada tidak hanya anak sejak bayi hingga remaja tetapi juga
pada dewasa. Cara kerja imunisasi yaitu dengan memberikan antigen
bakteri atau virus tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan
tujuan merangsang sistem imun tubuh untuk membentuk antibodi. Antibodi
menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif sehingga
dapat mencegah atau mengurangi akibat penularan PD3I tersebut. (Depkes,
2016)
2.1.2 Tujuan
1. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
2. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan
bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua
yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
3. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa
yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
5
2.1.3 Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
1. TBC (Tuberculosis).
2. Difteri.
3. Pertusis
4. Tetanus
5. Polio
6. Influenza
7. Demam Tifoid
8. Hepatitis.
1. Meningitis
2. Pneumokokus
3. MMR ((Mumps Measles Rubella)
a. Mumps (parotitis atau gondongan)
b. Measles (campak)
c. Rubella (campak Jerman)
4. Rotavirus
5. Varisela
6. Hepatitis A
6
Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1
(satu) tahun dan terdiri atas imunisasi terhadap
penyakit:
hepatitis B
poliomyelitis
tuberkulosis
difteri
pertusis
tetanus
pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh
Hemophilus Influenza tipe b (Hib)
campak.
ii. Imunisasi lanjutan.
Imunisasi lanjutan merupakan ulangan Imunisasi dasar
untukmempertahankan tingkat kekebalan dan untuk
memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah
mendapatkan Imunisasi dasar.
Imunisasi lanjutan diberikan pada:
anak usia bawah dua tahun (Baduta)
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada Baduta
terdiri atas imunisasi terhadap penyakit difteri,
pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia dan
meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus
Influenza tipe b (Hib), serta campak.
anak usia sekolah dasar
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak
usia sekolah dasar terdiri atas Imunisasi
terhadap penyakit campak, tetanus, dan difteri
yang diberikan pada bulan imunisasi anak
sekolah (BIAS) yang diintegrasikan dengan
usaha kesehatan sekolah.
wanita usia subur (WUS).
7
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada WUS
terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit tetanus
dan difteri.
2) Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu
yang diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling
berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian epidemiologis
pada periode waktu tertentu.
Pemberian Imunisasi tambahan sebagaimana dilakukan
untuk melengkapi Imunisasi dasar dan/atau lanjutan pada target
sasaran yang belum tercapai.
3) Imunisasi khusus
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi
seseorang dan masyarakat terhadap penyakit tertentu pada
situasi tertentu. Situasi tertentu berupa persiapan keberangkatan
calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju atau
dari negara endemis penyakit tertentu, dan kondisi kejadianluar
biasa/wabah penyakit tertentu.
Imunisasi khususberupa Imunisasi terhadap meningitis
meningokokus, yellow fever (demam kuning), rabies, dan
poliomyelitis.
c. Imunisasi pilihan.
Imunisasi Pilihan dapat berupa Imunisasi terhadap penyakit:
pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh
pneumokokus;
diare yang disebabkan oleh rotavirus;
influenza;
cacar air (varisela);
gondongan (mumps);
campak jerman (rubela);
demam tifoid;
hepatitis A;
8
kanker leher rahim yang disebabkan oleh Human
Papillomavirus;
Japanese Enchephalitis;
herpes zoster;
hepatitis B pada dewasa
demam berdarah.
3. 5 Macam Imunisasi dasar :
a. Vaksin BCG
Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup namun
telah dilemahkan. Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah
penularan Tuberkulosis (TBC) tuberkulosis disebabkan oleh
sekelompok bakteria bernama Mycobacterium tuberculosis
complex.
1) Penyimpanan :lemari es, suhu 2-8º C
2) Dosis :0.05 ml
3) Kemasan :ampul dengan bahan pelarut 4 ml (NaCl Faali)
4) Masa kadaluarsa :satu tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat
dilihat pada label)
5) Reaksi imunisasi :biasanya tidak demam
6) Cara pemberian
Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan di daerah lengan
kanan atas. Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan
penyerapan pelan-pelan. Dalam memberikan suntikan
intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, harus
menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10 mm, ukuran
26).
7) Efek samping :jarang dijumpai, bisa terjadi pembeng-kakan
kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan biasanya
menyembuh sendiri walaupun lambat
8) Kontra Indikasi :tidak ada larangan, kecuali pada anak yang
berpenyakit TBC atau uji mantoux positif dan adanya penyakit
kulit berat/menahun.
b. Vaksin DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)
9
Di Indonesia ada 3 jenis kemasan : kemasan tunggal khusus
tetanus, kombinasi DT (diphteri tetanus) dan kombinasi DPT.
Vaksin diphteri terbuat dari toksin kuman diphteri yang telah
dilemahkan (toksoid), biasanya diolah dan dikemas bersama-sama
dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau dengan vaksin
tetanus dan pertusis dalam bentuk vaksin DPT. Vaksin tetanus
yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah toksoid tetanus, yaitu
toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian
dimurnikan. Ada tiga kemasan vaksin tetanus yaitu tunggal,
kombinasi dengan diphteri dan kombinasi dengan diphteri dan
pertusis. Vaksin pertusis terbuat dari kuman Bordetella pertusis
yang telah dimatikan.
1) Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8º C
2) Dosis : 0.5 ml, tiga kali suntikan, interval minimal 4 mg
3) Kemasan : Vial 5 ml
4) Masa kadaluarsa : Dua tahun setelah tanggal pengeluaran
(dapat dilihat pada label)
5) Reaksi imunisasi :demam ringan, pembengkakan dan nyeri di
tempat suntikan selama 1-2 hari
6) Efek samping :Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti
lemas, demam, kemerahan pada tempat suntikan. Kadang-
kadang terdapat efek samping yang lebih berat, seperti demam
tinggi atau kejang, yang biasanya disebabkan unsur
pertusisnya.
7) Indikasi kontra :Anak yang sakit parah, anak yang menderita
penyakit kejang demam kompleks, anak yang diduga menderita
batuk rejan, anak yang menderita penyakit gangguan
kekebalan. Batuk, pilek, demam atau diare yang ringan bukan
merupakan kotra indikasi yang mutlak, disesuaikan dengan
pertimbangan dokter.
c. Vaksin Poliomielitis
10
Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masing
mengandung virus polio tipe I, II dan III; yaitu (1) vaksin yang
mengandung virus polio yang sudah dimatikan (salk), biasa diberikan
dengan cara injeksi, (2) vaksin yang mengandung virus polio yang
hidup tapi dilemahkan (sabin), cara pemberian per oral dalam bentuk
pil atau cairan (OPV) lebih banyak dipakai di Indonesia.
1) Penyimpanan : OPV : Freezer, suhu -20º C
2) Dosis : 2 tetes mulut
3) Kemasan : vial, disertai pipet tetes
4) Masa kadaluarsa : OPV : dua tahun pada suhu -20°C
5) Reaksi imunisasi : biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada
berak-berak ringan
6) Efek samping : hampir tidak ada, bila ada berupa kelumpuhan
anggota gerak seperti polio sebenarnya.
7) Kontra Indikasi : diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan
d. Vaksin Campak
Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan.
Kemasan untuk program imunisasi dasar berbentuk kemasan
kering tunggal. Namun ada vaksin dengan kemasan kering
kombinasi dengan vaksin gondong/ mumps dan rubella (campak
jerman) disebut MMR.
1) Penyimpanan :Freezer, suhu -20º C
2) Dosis :setelah dilarutkan, diberikan 0.5 ml
3) Kemasan :vial berisi 10 dosis vaksin yang dibekukeringkan,
beserta pelarut 5 ml (aquadest)
4) Masa kadaluarsa :2 tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat
dilihat pada label)
5) Reaksi imunisasi :biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin
terjadi demam ringan dan sedikit bercak merah pada pipi di
bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan, atau
pembengkakan pada tempat penyuntikan.
6) Efek samping :sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang
11
ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12 setelah
penyuntikan. Dapat terjadi radang otak 30 hari setelah
penyuntikan tapi angka kejadiannya sangat rendah.
7) Kontra Indikasi :sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan,
kurang gizi dalam derajat berat, gangguan
kekebalan, penyakit keganasan. Dihindari pula pemberian pada
ibu hamil.
e. Vaksin Hepatitis B
Imunisasi aktif dilakukan dengan suntikan 3 kali dengan jarak
waktu satu bulan antara suntikan 1 dan 2, lima bulan antara
suntikan 2 dan 3. Namun cara pemberian imunisasi tersebut dapat
berbeda tergantung pabrik pembuat vaksin. Vaksin hepatitis B
dapat diberikan pada ibu hamil dengan aman dan tidak
membahayakan janin, bahkan akan membekali janin dengan
kekebalan sampai berumur beberapa bulan setelah lahir.
a. Reaksi imunisasi :nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin
disertai rasa panas atau pembengkakan. Akan menghilang
dalam 2 hari.
b. Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali pemberian
c. Kemasan :HB PID
d. Efek samping :selama 10 tahun belum dilaporkan ada efek
samping yang berarti
e. Indikasi kontra :anak yang sakit berat.
f. Vaksin DPT/ HB (COMBO)
Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang
dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin Hepatitis B
yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg
murni dan bersifat non infectious.
a. Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali
b. Kemasan :Vial 5 ml
c. Efek samping :gejala yang bersifat sementara seoerti lemas,
demam, pembengkakan dan kemerahan daerah suntikan.
Kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas,
12
meracau yang terjadi 24 jam setelah imunisasi. Reaksi yang
terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang dalam 2 hari
d. Kontra indikasi:gejala keabnormalan otak pada bayi baru lahir
atau gejala serius keabnormalan pada saraf yang merupakan
kontraindikasi pertusis, hipersensitif terhadap komponen
vaksin, penderia infeksi berat yang disertai kejang
Catatan :
Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam
pasca persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam
sebelumnya, khusus daerah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B
masih diperkenankan sampai <7 hari.
Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta,
Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat
diberikan sampai usia <1 tahun tanpa perlu melakukan tes mantoux.
Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HBHib 1, DPT-
HB-Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval
sebagaimana Tabel 1, maka dinyatakan mempunyai status Imunisasi
T2.
13
IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016
Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat
diberikan sebelum bayi berusia 1 tahun.
b. Imunisasi Lanjutan
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun
Cata
tan:
Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib
dan Campak dapat diberikan dalam rentang usia 18-24
bulan
Baduta yang telah lengkap Imunisasi dasar dan
mendapatkan Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib dinyatakan
mempunyai status Imunisasi T3.
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia Sekolah Dasar
Catatan:
Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi dasar
dan Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib serta mendapatkan
Imunisasi DT dan Td dinyatakan mempunyai status
Imunisasi T5.
Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS)
14
Cata
tan:
Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status Imunisasi T
(screening) terlebih dahulu, terutama pada saat pelayanan
antenatal.
Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila
status T sudah mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan
buku Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan/atau rekam
medis.
15
2.2 Terapi Tepid Sponge
2.2.1 Definisi
Terapi tepid sponge adalah suatu tindakan dimanana dilakukan
penyekaan keseluruh tubuh dengan menggunakn air hangat dengan suhu
32oC sampai 37OC, yang bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh yang di
atas normal yaitu 37,5Oc (Widyawati & Cahyanti, 2010).
2.2.2 Tujuan
Menurut (Widyawati & Cahyanti, 2010) terapi tepid sponge memiliki
tujuan sebagai berikut:
1. Memberikan pelepasan panas tubuh melalui cara evaporasi konveksi
2. Memberikan efek vasodilatasi pada pembuluh darah
3. Memberikan rasa nyaman pada anak
2.2.3 Indikasi
Menurut (Widyawati & Cahyanti, 2010) anak yang di berikan terapi
tepid sponge adalah anak yang mengalami peningkatan suhu tubuh di atas
normal yaitu lebih dari 37,5oC.
2.2.4 Kontraindikasi
Kontraindikasi pada terapi tepid sponge (Widyawati & Cahyanti,
2010) adalah:
1) Tidak ada luka pada daerah pemberian terapi tepid sponge
2) Tidak diberikan pada neonatus
2.2.5 Prosedur
16
TEPID WATER SPONGE
17
1. Dekatkan alat-alat ke klien
2. Cuci tangan Masukkan waslap/kain kasa
kedalam kom berisi air hangat lalu peras sampai
lembab
3. Letakkan waslap/kain kasa tersebut pada area
yang akan dikompres yaitu pada dahi, axilah,
lipatan paha, dan diusapakan keseluruh tubuh
4. Ganti waslap/ kain kasa dengan waslap/ kain
yang sudah terendah dalam kom berisi air hangat
5. Diulang-ulang sampai suhu tubuh turun
6. Rapikan klien dan bereskan alat-alat bila sudah
selesai
d. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat
4. Mencuci tangan
evaluasi a. Respon
Respon verbal: orang tua klien mengatakan
anaknya demam sudah turun.
Respon non verbal: klien tidak rewel, ekspresi
wajah segar dan suhu dalam batas normal
b. Beri reinforcement positif
c. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
b. Mengakhiri kegiatan dengan baik
18
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Hidayat, A. 2007. Seri Problem Solving Tumbuh Kembang Anak Siapa Bilang Anak
Sehat Pasti Cerdas. Jakarta: PT Elex Media
2. Suririnah. Buku Pintar Mengasuh Batita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
3. Priyono, Y. Merawat Bayi Tanpa Baby Sitter. Jakarta: PT BUKU KITA Kementrian
Kesehatan. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi .
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._12_ttg_Penyelenggaraa
n_Imunisasi_.pdf . Diunduh pada 21 Juni 2021.
4. WHO. 2017. Modul 1 Introduksi Keamanan Vaksin. http://in.vaccine-safety-
training.org/adverse-events-classification.html . Diakses pada 21 Juni 2021.
5. Departemen Kesehatan. 2016. Situasi Imunisasi di Indonesia.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/InfoDatin -
Imunisasi-2016.pdf. Diunduh pada 21 Juni 2021.
6. Dokter Indonesia. 2015. Inilah Perbedaan Imunisasi Aktif Dan Imunisasi Pasif .
https://mediaimunisasi.com/2015/03/17/inilah-perbedaan-imunisasi-aktif- dan-
imunisasi-pasif/. Diakses pada 21 Juni 2021
7. Santoso, B. 2017. Sekilas Vaksin Pneumokokus.
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/sekilas-vaksin-pneumokokus .
Diakses Pada 21 Juni 2021.
20