Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN IMMUNITAS

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
Viony (072022109)
Enjelita (072022083)
Trsya Livy (072022108)
Lodovika Niken Anjarwati (072022094)

Dosen Pembimbing
Ns. Eben Haezar Kristian, M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN UNIVERSITAS


KATOLIK SANTO AGUSTINUS HIPPO
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, maka kami Tim kelompok IV dapat menyelesaikan

makalah ASKEP GANGGUAN SISTEM IMUNITAS. Makalah ini di buat untuk memenuhi

nilai mata kuliah patofisiologi. Kami selaku tim kelompok IV mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besar nya untk dosen pembimbing kami Ns. Eben Haezar, M.Kep yang sudah sangat

membantu kami dari makalah ini masih dalam proses penyusunan hingga sekarang. Makalah

ini memuat mulai dari Pengertian respons imun, respon imun nonspesifik, respon imun

spesifik, hingga gangguan sistem imunitas . Dengan adanya makalah ini semoga bisa

memenuhi nilai mata kuliah patofisiologi dan bisa berguna menjadi bahan ajar kami bagi

kedepannya.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak terutama pihak di tim kelompok IV

yang telah berbagi pengetahuannya kepada penulis, sehingga karya tulis ini dapat

diselesaikan tepat waktu.

Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran demi kesempurnaan dari

makalah ini.

Kelompok IV, 1 April 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................2

BAB I.................................................................................................................................... 4

A. Latar Belakang................................................................................................................4

B. Tujuan..............................................................................................................................5

1. Tujuan Umum............................................................................................................... 5

2. Tujuan Khusus...............................................................................................................6

C. Manfaat............................................................................................................................6

BAB II................................................................................................................................... 7

A. Definisi..........................................................................................................................7

B. Anatomi Fisiologi.........................................................................................................8

1. Anatomi.................................................................................................................... 8

2. Fisiologi.....................................................................................................................9

C. Patofisologi.................................................................................................................15

D. Tanda dan Gejala......................................................................................................19

E. Komplikasi................................................................................................................. 22

D. Manifestasi klinis.......................................................................................................... 24

BAB III............................................................................................................................... 27

PENUTUP.......................................................................................................................... 27

A. Kesimpulan....................................................................................................................27

B. Saran.............................................................................................................................. 28
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengapa tubuh kita rentan dan bisa terserang penyakit ? Hal itu dikarenakan fungsi
sistem imun yang ada didalam tubuh kita menurun. Didalam tubuh terdapat mekanisme
perlindungan tubuh yang dinamakan sistem imun. Sistem imun bekerja dengan guna
mempertahankan tubuh kita terhadap jutaan bakteri,mikroba,virus,racun dan parasit
yang menyerang tubuh kita sewaktu-waktu.

Sistem imun terdiri dari ratusan mekanisme dan proses yang berbeda yang semuanya
siap bertindak bagi tubuh Ketika tubuh kita diserang oleh berbagai bibit penyakit.
Karena di hari sekarang kita hidup dilingkungan yang selalu dikelilingi oleh berbagai
jenis virus dan bakteri yang meyebabkan penyakit msks memiliki sistem imun yang
sehat dan optimal sangat diperlukan untuk pertahanan tubuh kita.

Pada saat pandemi covid-19 berlangsung dimana hampir lebih dari 2 tahun, membuat
masyarakat hanya bisa bekerja dari rumah sehingga membuat tubuh malas untuk
bergerak lebih banyak ataupun untuk olahraga. Hal inilah yang menyebabkan sistem
imun melemah dan tidak optimal, oleh karena itulah tubuh mudah diserang wabah
penyakit. Menurut badan penelitian dan pengembangan Kesehatan (2018) kebiasaan
aktivitas fisik yang ada di Indonesia hanya 66,5% sedangkan aktivitas fisik menurun
hingga 33,5%. Aktivitas fisik merupakan olahraga , jika dilakukan lebih rutin dan
teratur tentunya dapat membuat sistem kekebalan tubuh menjadi kuat.

Sistem kekebalan tubuh manusia merupakan entititas yang tidak dapat ditembus
dengan mudah dan sulit menghadapi invasi pathogen yang masuk seperti
parasite,virus,bakteri,jamur. Upaya tubuh melawan patogen adalah adanya respon imun
non spesifik dan spesifik. Tubuh merupakan bagian yang terpenting dalam sistem
pertahanan. Ada banyak mikroorganisme yang berupa bentuk bakteri dan virus di
dalam kehidupan kita sehari-hari. Sistem kekebalan tubuh inilah yang berupaya
melindungi dari infeksi yang disebabkan mikroorganisme.
Imunitas merupakan kemampuan tubuh orang melawan segala jenis organisme dan
racun yang dapat merusak organ dan jaringan tubuh. Maka salah satu cara untuk
meningkatkan daya tahan tubuh adalah dengan beraktivitas dan berolahraga serta
istirahat dan tidur yang cukup. Manfaat lain dari olahraga adalah untuk mengurangi
stress serta menguatkan struktur tulang individu terutama organ jantung yang sehat.
Tubuh manusia yang sehat dan kuat bisa membentuk antibodi yang lebih kuat dan aktif
dibandingan dengan individu yang tubuhnya lemah. Tubuh akan menjadi kebal
terhadap penyakit jika terdapat banyak antibodi di dalam tubuh, karena antibodi
tersebut membuat tubuh dapat meningkatkan daya tahannya.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

 Mengetahui apa aitu sistem imun.


 Mengetahui fungsi sistem imun.
 Mengetahui anatomi dan fisiologis sistem imun.
 Megetahui gejala dan tanda penyakit sistem imun.
 Mngetahui manifestasi klinis untuk penyakit sistem imun.
2. Tujuan Khusus

 Melakukan pengkajian pada pasien penyakit sistem imunitas


 Merumuskan diagnosa keperawatan mengenai pasien dengan gangguan sistem
imunitas.
 Membuat intervensi yang tepat pada pasien yang menderita gangguan sistem imunitas.
 Melakukan evaluasi pada pasien dengan gangguan sistem imunitas.
 Mendokumentasikan asuhan keperawatan mengenai gangguan sistem imunitas pada
pasien dengan kasus penyakit autoimun.

C. Manfaat

1.) Untuk mengetahui bagaimana imunologi digunakan untuk mengatasi penyakit-


penyakit terkait sistem imun di atas, dimana imunologi memiliki 4 peran bagi
kesehatan, yaitu mendiagnosis, mencegah, dan mengendalikan penyakit, sehingga
kita dapat mngerti pentingnya menjaga sistem imun yang ada didalam tubuh kita
sebagai sistem pertahanan yang sangat berguna bagi tubuh.

2.) Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada para pasien dengan
gangguan sistem imunitas.
BAB II
Tinjauan Teori

A. Definisi

Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Sistem


kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang
dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Imunitas atau kekebalan
adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh
biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen sertasel tumor. Sistem
ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas,organisme akan
melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta
menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang
sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa.

Respon imun diperlukan untuk melindungi tubuh dalam tiga hal antara lain untuk
pertahanan, homeostasis, dan pengawasan.

 Fungsi pertahanan diperlukan untuk melindungi tubuh dari berbagai bahan di


lingkungan yang bisa menyebabkan penyakit seperti bahan organik dan anorganik,
yang berasal dari hewan, tumbuhan, jamur, bakteri, virus, parasit, debu, bahan rintan
dan yang lainnya.
 Fungsi homeostasis bekerja untuk mengeliminasi komponen-komponen tubuh yang
sudah tua sehingga tidak menjadi penyebab dari penyakit. Selain pembersihan juga
terlibat dalam perbaikan jaringan.
 Fungsi pengawasan untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal dan bermutasi supaya
tidak berlanjut menjadi sel yang ganas seperti sel kanker.

Sistem imun dapat mencegah berkembangnya beberapa tumor dan beberapa jenis
kanker bisa diobati melalui rangsangan sel imun yang melawan sel tumor dan kanker
tersebut.
B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi

gambar 1. Sistem imun

 Kelenjar timus, terletak dibagian brlakang tulang dada, tempat limfosit T matang yang
dilepaskan ke aliran darah tubuh.
 Kelenjar getah beningt dan pembuluh darah mengeluarkan cairan yang disebut getah
bening. Mengandung nutrisi seperti protein, glukosa, monosit, dan limfosit. Kelenjar
getah bening juga merupakan tempat paling banyak limfosit terpapar antigen asing
seperti bakteri, jamur dan virus.
 Pembuluh getah bening, terletak di dekat pembuluh darah dan kapiler. Sistem kelenjar
getah bening membantu dalam kliring jaringan infektif organisme,racun, dan lain-lain.
 Cairan getah bening, mengalir ke pembuluh darah besar bersamaan dan bercampur
dengan plasma yang besirkulasi di aliran darah.
 Amandel dan kelenjar gondok adalah jaringangetah bening yang melindungi jalannapas
dari mikroba yang terhirup.
 Limpa menyaring darah yang memungkinkan limfosit bersentuhan dengan organisme
apapun yang bersikulasi, sehingga mengaktifkan respon limfosit yang sesuai.
 Patch peyer adalah jaringan limfoid yang biasanya ditemukan di bagian ileum usus
halus,membantu bertahan dari pathogen yang tertelan.

2. Fisiologi

I. Organ Yang Terlibat Dalam Sistem kekebalan Tubuh

Sistem imunitas manusia berhubungan erat dengan sistem limfatik, karena itu organ
organ yang berperan disini adalah organ-organ sistem limfatik.

Dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Organ limfatik primer

a. Timus
Suatu jaringan limfatik yang terletak di sepanjang trakea di rongga dada bagian atas.
Fungsinya memproses limfosit muda menjadi T limfosit.
b. Sumsum Tulang : Jaringan lunak yang ditemukan pada rongga interior tulang yang
merupakan tempat produksi sebagian besar sel darah baru. Sumsum tulang merupakan
jaringan limfatik karena memproduksi limfosit muda yang akan diproses pada timus
atau tempat-tempat lainnya untuk menjadi limfosit T atau limfosit B.

2. Organ limfatik sekundera.

a. Tonsil
Jaringan lymphatic yang terdiri dari kumpulankumpulan limposit .
Fungsi : Memproduksi lymphatic dan antibodi yang kemudian akan masuk ke dalam
cairan lymph.

Tonsil terletak pada :


 Dinding dalam nosopharynx (tonsila pharingea )
 Fosa tonsilaris di samping-belakang lidah (tonsil palatina)
 Di bawah lidah (tonsila liqualis) Tonsil bukan merupakan kelenjar karena tidak
memiliki pembuluh lymph afferent, oleh sebab itu tonsil tidak menyaring cairan
lympha.

b. Nodus Limfa
Adalah titik di sepanjang pembuluh limfa yang memiliki ruang (sinus) yang
mengandung limfosit dan makrofag. Nodus limfa berfungsi sebagai: Penyaring
mikroorganisme dalam limfe ketika cairan tersebut melewati nodus. Jadi bila jaringan
terinfeksi, nodus limfatik bisa menjadi bengkak dan nyeri bila ditekan. Apabila
infeksinya ringan, imfeksi tersebut akan diatasi oleh sel-sel nodus sehinggar nyeri serta
bengkak mereda. Apabila infeksinya berat, organesme penyebab infeksi akan
menyebabkan peradangan akut dan destruksi sehingga terbentuklah abses di dalam
nodus tersebut. Apabila bakteri tidak berhasil dirusak oleh nodus, bakteria tersebut
dapat masuk ke dalam aliran limfe dan menginfeksi sirkulasi sistemik dan
menimbulkan septikemia.

 Memproduksi limfosit baru untuk aliran darah. Sel-sel di dalam nodus bermultiplikasi
secara konstan dan sel-sel yang baru terbentuk akan dibawa oleh cairan limfe.
 Nodus dapat memproduksi beberapa antibodi dan antitoksin untuk mencegah infeksi.

Limpa merupakan sebuah kelenjar berwarna ungu tua yang terletak di sebelah kiri
abdomen di daerah hipogastrium kiri di bawah iga kesembilan, sepuluh, dan sebelas.
Limpa berdekatan pada fundus dan permukaan luarnya menyentuh diafragma. Limpa
menyentuh ginjal kiri, kelokan kolon di kiri atas, dan ekor pankreas. Limpa terdiri atas
struktur jaringan ikat . Diantara jalinan-jalinan itu terbentuk isi limpa atau pulpa yang
terdiri atas jaringan limfe dan sejumlah besar sel darah. Limpa dibungkus oleh kapsul
yang terdiri atas jaringan kolagen dan elastis yang terdiri dan beberapa serabut otot
halus. Serabut otot halus ini berperan seandainya ada- sangat kecil bagi limpa manusia.
Dari kapsul itu keluar tajuk-tajuk trabekulae yang masuk ke dalam jaringan limpa dan
membaginya ke dalam beberapa bagian.
Fungsi limpa :

o Sewaktu masa janin limpa membentuk sel darah merah dan mungkin pada orang
dewasa juga masih mengerjakannya bila sumsum tulang rusak.
o Sel darah merah yang sudah rusak dipisahkan dari sirkulasi.
o Limpa juga menghasilkan limfosit.
o Diperkirakan juga limpa bertuigas menghancurkan sel darah putih dan trombosit.
o Sebagai bagian dari sistema retikulo endoteleal ,limpa juga terlibat dalam perlindungan
terhadap penyakit dan menghasilkan zat-zat antibodi.

II. Sistem Pertahanan Tubuh

Pada dasarnya, ada tiga macam strategi pertahanan tubuh :

1. Barier fisikal ( garis pertahanan tubuh pertama)

Kulit utuh merupakan proteksi utama yang penting dan berperan sebagai barier fisik
untuk menghentikan invasi mikroorganismedan substansi lain. Sekret kulit, seperti asan
keringat da asam lemak dari kelenjar lemak, berperan dalam menghancurkan dan
mengurangi pertumbuhan bakteri pada permukaan kulit. Populasi mikroflora normal
yang berkolonisasi pada permukaan kulit akan menghambat pertumbuhan
mikroorgsnisme patogen potensial dengan cara mengompetisi ruang dan makanan yang
tersedia. Membaran mukosa, seperti mukosa pencernaan, pernapasan, urinari dan
reproduksi berfungsi untuk melindungi tubuhndari invasi mikroorganisme asing. Urin
dan sekret mendorong dan mengeluarkan mikroorganisme ke arah luar tubuh. barier
kimia dilakukan, misalnya oleh enzim antimikroba, lisosom dalam pernapasan, air
mata, saliva, hidung dan asam lambung.

Misalnya, setiap hari tubuh manusia dapat terkontaminasi dengan beratus-ratus bakteri
yang dapat memasuki tubuh melalui konsumsi makanan, tetapi hampir semuanya
dimatikan oleh mekanisme pertahanan tubuh. begitupun tiap hari manusia
mengonsumsi beratus-ratus bakteri dan lagi-lagi hampir semuanya mati dalam saliva
atau asam lambung yang menjadi media pertahanan tubuh. namung, kadang-kadang
satu bakteri dapat lolos dan menyebabkan keracunan makanan. Hal ini merupakan efek
yang sangat nyata dari kegagalan sistem imun, dengan gejala mual diare.

2. respon imun innate (alami/ non spesifik)).

Respon imun innate (non spesifik) disebut juga respon imun alamiah. Respon ini
sudah ada sejak lahir dan merupakan komponen normal yang selalu ditemukan pada
tubuh sehat. Respon ini meliputi : pertahanan fisik/ mekanik (kulit, selaput lendir, silia
saluran pernafasan), pertahanan biokimia (bahan yang di sekresi mukosa saluran nafas,
kelenjar sebaseus kulit, kelenjar kulit, telinga, asam HCL dari dalam lambung),
pertahanan humoral dan pertahanan selular. Dinamakan non spesifik karena tidak
ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada, dan siap berfungsi sejak lahir. Respons
ini merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan mikroba dan dapat
memberikan respons langsung, siap mencegah mikroba masuk tubuh dan dengan cepat
menyingkirkannya.

3. respons imun adaptif (spesifik)

Respon imun adaptif adalah mekanisme pertahanan spesifik yang diperankan oleh sel
limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya seperti sel
makrofag dan komplemen. Pertahanan ini bekerja bilampertahanan tubuh non spesifik
belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme maka imun spesifik akan terangsang.
Respon imun spesifik disebut juga dengan respon imun didapat. Mekanisme pertahanan
respon imun ini adalah (imunitas humoral dan selular). Sering kali respons imun non-
spesifik (aktivitas fagositosis, NK, inflamasi) yang didapat saat lahir dan terjadi pada
beberapa jam pertama infeksi tidak cukup mengatasi patogen sehingga penyakit terjadi
dan harus menyembuhkan diri dengan mengaktivasi respon imune adaptif melawan
patogen penyerang.

Imunitas humoral adalah imunitas yang diperankan oleh sel limfosit B dengan atau
tanpa bantuan sel imunkompeten lainnya . tugas sel B dilaksanakan oleh immunoglobin
yang disekresi oleh plasma. Immunoglobin terdiri dari 5 kelas yaitu ( IgM, IgD, IgA,
IgG, dan IgE), Imunitas selular adalah respon imun terhadap antigen yang diperankan
limfosit T dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya.

 Imunitas didapat alami: aktif → setelah sakit atau terpapar antigen. Pasif → didapat
dari ibu lewat plasenta, kolostrom

 Imunitas didapat artifisial: aktif → vaksinasi. Pasif → serum (antibodi)

Ada 2 tipe respons imun adaptif, yaitu AMI dan CMI. Sel paling penting dalam respons
imun adaptif adalah limfosit (25-30% dari populasi sel darah putih).

 Ada 2 macam limfosit, yaitu limfosit B dan limfosit T dengan perbandingan 1:5.

1. AMI (antibody mediated immune response)

Limfosit b berkembangan menjadi sel imunokompeten dewasa dalam sumsum merah


tulang. Tiap limfosit mengekspresikan reseptor antigen tunggal spesifik (misalnya, anti
bodi) pada permukaan sel. Limfosit B bertanggung jawab terhadap respon imun yang
dimediasi antibodi.

2. CMI ( cell mediated immune responsse)

CMI melawan patogen pengerang dengan dimediasi dengan linfosit T. Limfosit T ini
bertanggung jawab terhadap imunitas dimediasi sel (CMI) dalam melawan antigen
asing. Mengembangkan respons imun dimediasi sel T terhadap antigen spesifik untuk
melawan antigen tumor merupakan tujuan vaksinasi kanker.

 Antibodi (immunoglobin)

Antibodi (Immunoglobin) adalah glikoprotein dengan struktur tertentu yang disekresi


oleh limfosit B yang telah teraktivasi menjadi sel plasma, sebagai respon dari antigen
tertentu dan dapat reaktif terhadap antigen tersebut.
Immunoglobin terdiri dari beberapa jenis, antara lain:
a) Antibodi A (IgA) adalah antibodi yang memainkan peran penting dalam imunitas
mukosis dan banyak ditemukan pada bagian sekresi tubuh (liur, mukus, air mata,
kolostrum dan susu).
b) Antibodi D (IgD) adalah antibodi dengan fragmen yang dapat mengikat 2 epitop. IgD
banyak ditemukan pada permukaan pencerap sel B bersama dengan IgM. Atibodi ini
berperan dalam mengendalikan produksi autoantibodi sel B dan sebagai respon
immunogen.
c) Antibodi (IgE) adalah jenis antibody yang dapat ditemukan pada mamalia. IgE adalah
antibodi paling sedikit dan memiliki peran besar pada alergi terutama hipersensitivitas
tipe 1 dan IgE juga tersirat dalam sistem kekebalan yang merangsang cacing parasit.
d) Antibodi (IgG) adalah antibodi monomeris yang terbentuk dari 2 rantai berat dan ringan
yang saling mengikat.
e) Antibodi (IgM) adalah antibody dasar yang berada pada plasma B, merupakan atibodi
paling besar dan teredar segera setelah tubuh terpapar antigen sebagai respon imunitas
awal. Antibodi ini bertanggung jawab dalam respon imun primer.
C. Patofisologi

1. Usia

Frekuensi dan intensitas infeksi akan meningkat pada orang yang berusia lanjut dan
peningkatan ini disebabkan oleh penurunan untuk bereaksisecara memadai terhadap
mikroorganisme yang menginfeksinya. Produksidan fungsi limfosit T dan B dapat
terganggu kemungkinan penyabab lain adalah akibat penurunan antibodi untuk
membedakan diri sendiri dan bukandiri sendiri.Penurunan fungsi sistem organ
yang berkaitan dengan pertambahan usia juga turut menimbulkan gangguan imunitas.
Penurunan sekresi sertamotilitas lambung memungkinkan flora normal intestinal untuk
berploriferasidan menimbulkan infeksi sehingga terjadi gastroenteritis dan diare.

2. Gender

Kemampuan hormone-hormon seks untuk memodulasi imunitas telahdiketahui


dengan baik. Ada bukti yang menunjukkan bahwa estrogenmemodulasi aktifitas
limfosit T (khususnya sel-sel supresor) sementaraandrogen berfungsi untuk
mempertahankan produksi interleukin dan aktifitassel supresor. Efek hormon seks tidak
begitu menonjol, estrogen akanmemgaktifkan populasi sel B yang berkaitan dengan
autoimun yangmengekspresikan marker CD5 (marker antigenic pada sel B).
Estrogencenderung menggalakkan imunitas sementara androgen bersifatimunosupresif.
Umumnya penyakit autoimun lebih sering ditemui padawanita dari pada pria.

3. Nutrisi

Nutrisi yang adekuat sangat esensial untuk mencapai fungsi imun yangoptimal.
Gangguan imun dikarenakan oleh defisiensi protein kalori dapatterjadi akibat
kekurangan vitamin yang diperlukan untuk mensintesis DNA dan protein. Vitamin juga
membantu dalam pengaturan poliferasi sel danmaturasi sel-sel imun. Kelebihan atau
kekurangan unsur-unsur renik (tembaga, besi, mangan, selenium atau zink) dalam
makanan umumnya akan mensupresi fungsi imun Asam-asam lemak merupakan unsur
pembangun(building blocks) yang membentuk komponen structural membrane sel. Jika
kelebihan maupun kekurangan asam lemak ternyata akan mensupresi fungsi
imun. Deplesi simpanan protein tubuh akan mengakibatkan atrofi jaringan limfoid,
depresi respon anti bodi, penurunan jumlah sel T yang beredar dangangguan fungsi
fagositosik sebagai akibatnya, kerentanan terhadap infeksisangat meningkat. Selama
periode infeksi dan sakit yang serius,
terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi yang potensialuntuk menimbulkan deplesi protein
, asam lemak, vitamin, serta unsur-unsur renik dan bahkanmenyebabkan resiko
terganggunya respon imun serta terjadinya sepsis yang lebih besar.

4. Faktor -Faktor Psikoneuro Imunologik

Limfosit dan makrofag memiliki reseptor yang dapat bereaksi terhadap


neurotransmitter serta hormon-hormon endokrin.Limfosit dapat memproduksidan
mengsekresikan ACTH serta senyawa-senyawa yang mirip
endokrin. Neuron dalam otak, khususnya khusunya dalam hipotalamus, dapat
mengenali prostaglandin, interferon dan interleukin di samping histamine
danserotoninyang dilepaskan selama proses inflamasi. Sebagaimana
sistem biologi lainnya yang berfungsi untuk kepentingan homoestasis, sistem imundi
integrasikan dengan berbagai proses psikofisiologic lainnya dan diaturserta
dimodulasikan oleh otak. Di lain pihak, proses imun ternyata dapat mempengaruhi
fungsi neural dan endokrin termasuk perilaku. Jadi, interaksi sistem saraf dan system
imuntampaknya bersifat dua arah.

5. Kelainan Organ yang Lain

Keadaan seperti luka bakar atau cedera lain, infeksi dan kanker dapat turut mengubah
fungsi system imun. Luka bakar yang luas atau faktor-faktorlainnya menyebabkan
gangguan integritas kulit dan akan mengganggu
garis pertama pertahanan tubuh hilangnya serum dalam jumlah yang besar pada luka
bakar akan menimbulkan deplesi protein tubuh yang esensial, termasuk
immunoglobulin. Stresor fisiologi dan psilkologik yang disertai dengan stress karena
pembedahan atau cidera kan menstimulasi pelepasan kortisol serum juga turut
menyebabkan supresi respon imun yang normal. Keadaan sakit yang kronis dapat turut
mengganggu sistem imun melalui sejumlah cara. Kegagalan ginjal berkaitan dengan
defisiensi limfosit yang beredar. Fungsi imun untuk pertahanan tubuh dapat berubah
karenaasidosis dan toksin uremik. Peningkatan insidensi infeksi pada diabetes
juga berkaitan dengan isufisiensi vaskuler, neuropati dan pengend alian kadar glukosa
darah yang buruk. Infeksi saluran nafas yang rekuren berkaitan dengan penyakit paru
obstruksi menahun sebagai akibat dari berubahnya fungsi inspirasi dan ekspirasi dan
tidak efektifnya pembersihan saluran nafas.

6. Penyakit Kanker

Imunosekresi turut menyebabkan terjadinya penyakit kanker.


Namun, penyakit kanker sendiri bersifat imunosupresif. Tumor yang besar dapat
melepaskan antigen ke dalam darah, antigen ini akan mengikat antibodi yang beredar
dan mencegah antibodi tersebut agar tidak menyerang sel-sel tumor. Sel- sel tumor
dapat memiliki faktor penghambat yang khususyang menyalut sel-sel tumor dan
mencegah pengahancurannya oleh limpositT killer. Dalam stadium awal pertumbuhan
tumor, tubuh tidak mampumengenali antigen tumor sebagai unsur yang asing dan
selanjutnya tidak mampu memulai distruksi sel-sel yang maligna tersebut. kanker darah
seperti leukemia dan limpoma berkaitan dengan berubahnya produksi serta fungsi
seldarah putih dan limposit.

7. Obat-obatan

Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan perubahan yang dikehendakimaupun yang


tidak dikehendaki pada fungsi sistem imun. Ada 4 klasifikasi obat utama yang memiliki
potensi untuk menyebabkanimunosupresi: antibiotic, kortikostreoid, obat-obat anti-
inflamasi nonsteroid (NSAIDNonsteroidal anti inflamatori drugs) dan preparat
sitotoksik.Penggunaan preparat ini bagi keperluan terapeutik memerlukan upaya untuk
mencari kesinambungan yang sangat tipis antara manfaat terapi dansupresi sistem
pertahanan tubuh resipien yang berbahaya.

8. Radiasi

Terapi radiasi dapat digunakan dalam pengobatan penyakit kanker


atau pencegahan rejeksi allograft. Radiasi akan menghancurkan limfosit danmenurunka
n populasi sel yang diperlukan untuk menggantikannya. Ukuran atau luas daerah yang
akan disinari menentukan taraf imunosupresi. Radiasi seluruh tubuh dan dapat
mengakibatkan imunosupresi total pada orang yang menerimannya.

9. Genetik

Interaksi antara sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik. Secara
genetik respons imun manusia dapat dibagi atas responder baik, cukup, dan rendah
terhadap antigen tertentu.Ia dapat memberikan respons rendah terhadap antigen
tertentu, tetapi terhadap antigen lain tinggi sehingga mungkin ditemukan
keberhasilanvaksinasi yang tidak 100%. Faktor genetik dalam respons imun
dapat berperan melalui gen yang berada pada kompleks MHC dengan non MHC.

10. Kehamilan

Salah satunya yaitu Infeksi beberapa infeksi yang terjadi secarakebetulan selama
kehamilan dapat menyebabkan cacat sejak lahir.
Campak jerman (rubella) bisa menyebabkan cacat sejak lahir, terutama sekali pada jant
ung dan bagian dalam mata. Infeksi cytomegalovirus bisa melewati plasenta dan
merusak hati dan otak janin.Listeriosis, infeksi bakteri, juga bisa membahayakan janin.
Infeksi bakteri pada vagina (seperti bakteri vaginosis) selama kehamilan bisa
menyebabkan persalinan sebelum waktunya atau membran yang berisi janin gugur
sebelum waktunya. Pengobatan pada infeksi dengan antibiotik bisamengurangi
kemungkinan masalah-masalah ini.
D. Tanda dan Gejala

Beberapa jenis penyakit autoimun memiliki gejala awal yang sama, seperti:

 Sering merasa lemas


 Otot pegal atau nyeri sendi
 Ruam kulit
 Demam yang hilang timbul
 Bengkak di sendi atau wajah
 Rambut rontok
 Sulit konsentrasi
 Kesemutan di tangan atau kaki

 Penyakit autoimun

o Lupus
Lupus dapat memengaruhi hampir semua organ tubuh. Penyakit ini dapat menimbulkan
gejala seperti demam, nyeri sendi dan otot, ruam kulit, kulit menjadi sensitif, sariawan,
bengkak di tungkai, sakit kepala, kejang, nyeri dada, sesak napas, pucat, dan
perdarahan.
o Penyakit Graves
Penyakit Graves dapat menimbulkan gejala berupa berat badan menurun secara tiba-
tiba, mata menonjol (eksoftalmus), rambut rontok, jantung berdebar, gelisah, dan
insomnia.
o Psoriasis
Penyakit ini dapat dikenali dengan munculnya bercak merah yang tebal dan bersisik.
o Multiple sclerosis
Gejala yang dapat ditimbulkan oleh multiple sclerosis meliputi mati rasa di salah satu
bagian tubuh, gangguan penglihatan, otot kaku dan lemas, koordinasi tubuh berkurang,
dan kelelahan.
o Myasthenia gravis
Gejala yang dapat dialami akibat myasthenia gravis adalah kelopak mata terkulai,
pandangan kabur, lemah otot, kesulitan bernapas, dan kesulitan menelan.
o Tiroiditis Hashimoto
Penyakit ini dapat menimbulkan gejala berupa berat badan naik secara tiba-tiba, sensitif
terhadap udara dingin, mati rasa di tangan dan kaki, lemas, mengantuk, rambut rontok,
menstruasi yang tidak teratur, dan sulit berkonsentrasi.
o Kolitis ulseratif dan Crohn’s disease
Gejala yang dapat dialami jika menderita kedua penyakit ini adalah sakit perut, diare,
buang air besar berdarah, demam, dan penurunan berat badan.
o Rheumatoid arthritis
Rheumatoid arthritis dapat membuat penderitanya mengalami gejala berupa nyeri,
kemerahan, dan bengkak di sendi, terutama sendi jari-jari tangan.
o Sindrom Guillain Barré
Penyakit ini menimbulkan gejala berupa lemah otot, kesemutan, lemas, dan gangguan
keseimbangan, yang jika kondisinya makin parah bisa berkembang menjadi
kelumpuhan.
o Vaskulitis
Vaskulitis dapat dikenali dengan gejala demam, berat badan menurun secara tiba-tiba,
kelelahan, tidak nafsu makan, dan ruam kulit.

 Etiologi Gangguan sistem imun

Sistem kekebalan tubuh kurang aktif bisa menyebabkan :

Immune deficiency conditions adalah kelompok besar penyakit sistem kekebalantubuh


yang terdiri dari berbagai macam penyakit yang menekan sistem imun. penyebab
immune deficiency conditions didasari oleh penyakit kronis.
SCID (Severe Combined Immunodeficiency) adalah gangguan sistem
imun yangditurunkan. Penyebab SCID adalah serangkaian kelainan genetik,
terutama darikromosom X. Beberapa jenis infeksi yang berulang umum terjadi pada
orang yangmenderita SCID. Selain itu, penderita juga rentan terhadap meningitis,
pneumonia,campak, cacar air. Penyakit sistem imun SCID pada anak akan mulai
terlihatdalam 3 bulan pertama kelahiran.
HIV/AIDS a dalah masalah kegagalan sistem imun yang serius.
Merupakan penyebab terbanyak kematian. AIDS akan terjadi pada tahap akhir dari
perkembangan HIV. Kesehatan klien akan memburuk secraa perlahan. AIDS akan
membuat penderita rentan pilek dan flu dan yang serius seperti pneumonia dan kanker.

Sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif bisa menyebabkan :

Alergi (yang disebabkan oleh jenis makanan, obat-obatan, sengatan serangga atauzat
tertentu) bisa didefinisikan sebagai respon sistem kekebalan tubuh
yang berlebihan terhadap zat yang umumnya tidak berbahaya.
Anafilaksis adalah bentuk alergi yang serius dan ekstrim. Alergen dari makanan,obat-
obatan atau gigitan serangga, bisa memicu dan menyebabkan serangkaian gejala fisik
yang tidak menyenangkan. Ruam gatal, tenggorokan bengkak dan penurunan tekanan
darah merupakan gejala umum anafilaksis.
Asma adalah gangguan paru-paru kronis yang disebabkan peradangan
pada saliranudara. Alergen, iritasi atau bahkan stimulan seperti aktivitas fisik dapat
memicu peradangan. Gejala asma meliputi mengi, batuk, sesak napas, sesak dada.
E. Komplikasi

Immunodefisiensi merupakan kondisi yang membuat tubuh tak bisa melindungi diri
dari virus, parasit, ataupun bakteri. gangguan immunodefisiensi ini sendiri terbagi
menjadi dua, yaitu dibawa sejak lahir (primer) dan diperoleh (sekunder). Namun,
gangguan sekunder lebih terbilang umum, dibandingkan dengan primer.

Ketika seseorang mengidap gangguan immunodefisiensi, maka kondisi ini akan


mencegah tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit. Dengan kata lain, gangguan
immunodefisiensi rentan membuat seseorang mengalami infeksi virus dan bakteri.

Gangguan immunodefisiensi memang bisa menimbulkan berbagai gejala pada tubuh


mengidapnya. Misalnya:

 Infeksi sinus.

 Pilek.

 Diare.

 Mata merah.

 Infeksi jamur.

 Peradangan dan infeksi pada organ internal.

 Pertumbuhan dan perkembangan yang terhambat.

 Gangguan autoimun, seperti lupus atau diabetes tipe 1.

 Masalah pencernaan, seperti kram, kehilangan nafsu makan, hingga mual dan diare.
 Cara untuk mendiagnosis gangguan immunodefisiensi.

Pasien yang mengalami gangguan gangguan immunodefisiensi, akan dilakukan


pemeriksaan penunjang, contohnya pemeriksaan darah. Tes darah ini bertujuan untuk:

 Menentukan jumlah sel darah putih.

 Menentukan jumlah sel T.

 Menentukan kadar imunoglobulin.

Vaksin juga dapat menguji respons sistem imun dengan tes antibodi. Dokter akan
memberi vaksin dan melakukan tes darah. Tujuannya untuk melihat respons tubuh
terhadap vaksin beberapa hari atau minggu kemudian.

Bila tidak memiliki gangguan imunodefisiensi, sistem imun akan menghasilkan


antibodi untuk melawan organisme pada vaksin. Seseorang dapat memiliki gangguan
jika tes darah tidak menunjukkan adanya antibodi.

komplikasi yang mungkin terjadi pada pengidap gangguan immunodefisiensi, yang


tidak mendapatkan penanganan yang tepat.

 Frekuensi sakit yang meningkat (sering/mudah sakit), atau sukar sembuh dari sakit.

 Peningkatan risiko infeksi, baik virus maupun bakteri.

 Meningkatkan risiko kanker atau tumor tertentu.

 Gangguan autoimun.

 Kerusakan pada jantung, paru-paru, sistem saraf, ataupun saluran pernapasan.

 Kematian karena infeksi serius.


D. Manifestasi klinis
 Tanda :

 Sebagian besar bayi yang sehat mengalami infeksi saluran pernafasan sebanyak 6 kali
atau lebih dalam 1 tahun, terutama jika terlular oleh anak lain. Sebaliknya, bayi dengan
gangguan sistem imun, biasanya menderita infeksi bakteri berat yang menetap,
berulang atau menyebabkan komplikasi. Misalnya infeksi sinus, infeksi telinga
menahun dan bronkitis kronis yang biasanya terjadi setelah demam dan sakit
tenggorokan. Bronkitis bisa berkembang menjadi pneumonia.
 Kulit dan selaput lendir yang melapisi mulut, mata dan alat kelamin sangat
pekaterhadap infeksi.
 Thrush merupakan suatu infeksi jamur dimulut disertai luka dimulut
dan peradangan gusi, bisa merupakan pertanda awal dari adanya gangguan sistemkekeb
alan.
 Peradangan mata (konjungtivitis) , rambut rontok, eksim yang berat dan
pelebarankapiler dibawah kulit merupakan pertanda dari penyakit immunodefisiensi.
 Infeksi pada saluran pencernaan bisa menyebabkan diare pembentukan gas
yang berlenihan dan penuruna berat badan.

 Tanda defisiensi Imun kombinasi yang berat.

 Terdapat pada minggu atau bulan pertama kehidupan:

1. Sering terjadi infeksi virus atau jamur dibandingkan bakteri.


2. Diare kronik umum terjadi sering disebut gastroenteritis.
3. Infeksi respiratorius dan oral thrush umum terjadi.
4. Terjadi Failure to thrive tanpa adanya infeksi.
5. Limfopenia ditemui pada hampir semua bayi.
 Gejala klinis penyakit Imunodefisiensi.

1. Gejala yang biasanya dijumpai.

Infeksi saluran napas atas berulang infeksi bakteri yang berat.Penyembuhan inkomplit
antar episode infeksi. Atau respons pengobatan inkomplit.

2. Gejala yang sering dijumpai.

 Gagal tumbuh atau retardasi tumbuh.


 Jarang ditemukan kelenjar atau tonsil yang membesar.
 Infeksi oleh mikroorganisme yang tidak lazim.
 Lesi kulit (Rash, ketombe, pioderma, abses nekrotik/noma, alopesia,
eksim,teleangiektasi, warts yang hebat).
 Oral thrush yang tidak menyembuh dengan pengobatan.
 Jati tabuh.
 Diare dan Mal abrsopsi.
 Mastoiditis dan otitis persisten.
 Pneumonia atau bronkitis berulang.
 Penyakit autoimun.
 Kelainan helatologis.

3. Gejala yang jarang dijumpai.

 Berat Badan Turun.


 Demam.
 Peridontitis.
 Limfadenopati.
 Hepatosplenomegali.
 Penyakit virus yang berat.
 Artritis atau artralgia.
 Ensefalitis kronik
 Meningitis berulang.
 Pioderma gangrenosa.
 Kolangitis sklerosa.
 Hepatitis kronik (virus atau autoimun).
 Bronkiektasis.
 Infeksi saluran kemih.
 Lepas/ puput tali pusat terlambat.
 Stomatitis kronik.
 Granuloma.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem kekebalan tubuh ( imunitas ) adalah sistem mekanisme pada organisme


yangmelindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi
danmembunuh patogen. Sistem imun terbagi dua berdasarkan perolehannya
atauasalnya,yaitu.

 Sistem imun innate atau Non Spesifik (Sistem imun alami).


 Sistem imun adaptif atau Spesifik (Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi)

 Berdasarkan mekanisme kerjanya, sistem imun terbagi, yaitu:

 Sistem imun humoral (sistem imun jaringan atau diluar sel, yang berperan adalahSel B
"antibodi".
 Sistem imun cellular (sistem imun yang bekerja pada sel yang terinfeksi antigen,yang
berperan adalah sel T (Th, Tc, Ts).

 Beberapa faktor yang mempengaruhi sistem imun tubuh antara lain:


 Faktor Usia
 Faktor Gender
 Faktor Nutrisi
 Faktor Genetik
 Faktor elainan organ lain
 Faktor Obat-obatan
 Faktor Penyakit kanker
 Faktor Radiasi
 Faktor Psikoneuro Imunologik
 Faktor Kehamilan
B. Saran

Karena dihari ini kita hidup dilingkungan yang selalu dikelilingi berbagai ancaman dari
bermacam-macam bibit penyakit maka memiliki dan memelihara sistem imun yang
sehat dan optimal menjadi salah satu hal yang sangat penting bagi tubuh,
DAFTAR PUSTAKA

Al Husna, O. H., Solichati & Suprawati, D., 2013. Sistem Imun dan Hematologi Sesuai

Tingkat Usia Manusia dan Pembentukan dalam Kandungan sampai Lansia. Blok 8,

2012 ed. Malang: Tim Blok 8.

Carisna, A., 2014/2915. Asuhan keperawatan. Gangguan Immunodefisiensi.

Nurani, T., n.d. Sistem Pertahanan Tubuh. In: Fisiologi. s.l.:s.n.

Ratulangi, U. S., 2020/2021. Biologi (PIK 1071). Anatomi Fisiologi Sistem Imun, p. 19.

Suprayanto, 2010. Patofisiologi Immunologi 1.

Wahyuni, Y., 2018/2019. Sistem Imunitas. In: Fisiologi II. s.l.:s.n.

Anda mungkin juga menyukai