telur merupakan hal yang sangat penting untuk kelangsungan usaha. Salah satu
alat mesin tetas masih mahal dan sulit digunakan. Masalah utama dalam penetasan
telur secara alami, dalam arti dierami oleh induk unggas betina, terletak pada
keterbatasan jumlah telur yang dieraminya. Sebagai contoh, indukan ayam hanya
mampu mengerami sebanyak 20-40 butir dari 100 butir telur yang dihasilkan setiap
dari total jumlah telur yang diproduksi. Oleh karena itu, bila mengandalkan
pengeraman secara alami maka persentase keberhasilan telur yang menetas alias
“daya tetas” (hatchability) hanya sekitar 50-60%, di mana kegagalan ini dapat
tidak berkembang sempurna, yang berbuntut pada kerugian bagi peternak. Menurut
Made dan Gusti (2017) mesin tetas dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan
berikut:
Mesin tetas tipe ini bekerja dengan sistem yang masih sederhana, di
mana sebagian besar terdiri dari ruangan/wadah tempat telur dan sumber panas
tanpa komponen lainnya yang sangat cocok untuk skala produksi anak ayam/itik
(DOC/DOD) dalam jumlah kecil. Biasanya berkapasitas sekitar 200-500 butir telur
per unit. Sumber panas biasanya berasal bahan sederhana dengan biaya terjangkau,
seperti lampu minyak atau petromak yang berbahan bakar minyak tanah atau
tungku api yang berbahan bakar sekam padi, di mana sistem pengontrolan kualitas
telur masih dilakukan secara manual dengan membuka tutup ruang penetasan untuk
mana komponen dan perlengkapannya lebih unggul daripada mesin tetas tradisional
termasuk kapasitasnya lebih besar (sekitar 200-700 butir telur). Pada mesin tetas ini
Mesin tetas ini memiliki sistem kerja dan kelengkapan komponen yang
lebih efisien dibandingkan dengan kedua mesin tetas lainnya. Pada mesin tetas
otomatis terdapat pengatur suhu dan kelembaban yang bekerja digital dan serba
otomatis, serta pada samping bagian dalam mesin sudah ada pembeda antara setter
(ruang pengeraman) dan hatcher (ruang penetasan). Kapasitas mesin tetas otomatis
dengan kapasitasnya yang lebih besar. Penetasan dengan mesin tetas juga dapat
meningkatkan daya tetas telur karena temperaturnya dapat diatur lebih stabil tetapi
memerlukan biaya dan perlakuan lebih tinggi dan intensif (Jayasamudera dan
dibandingkan dengan penetasan secara alami (dierami oleh induk), antara lain
ruang mesin tetas lebih luas dan lebar sehingga dapat menempatkan telur dalam
dengan secara alami. Selain daripada itu, keunggulan lainnya menurut Santa (2002)
ialah:
seragam.
3) Tingkat keberhasilan telur yang menetas lebih besar, yaitu 80% (secara
berlangsung.
Pada proses penetasan telur ini mesin tetas memiliki peran yang sangat vital.
Oleh karena itu, mesin tetas yang akan digunakan tidak boleh dalam keadaan yang
rusak karena hal tersebut akan menggangu penteasan telur. Agar penetasan dalam
mesin tetas dapat berjalan dengan lancar maka dibutuhkan mesin yang siap
1) Suhu penetasan
Suhu di dalam mesin tetas sangat menentukan keberhasilan
penetasan telur. Suhu ideal di dalam mesin tetas pada hari ke-1—18 adalah 39 oC,
hari ke-19 adalah 39,7 oC, dan hari ke-20—21 adalah 40 oC. Bila suhu terlalu tinggi
atau rendah, dikhawatirkan akan terjadi kematian embrio. Untuk itu, suhu mesin
2) Kelembapan udara
hingga menghasilkan anak ayam normal, air di dalam telur harus bisa menguap
dengan penguapan yang tetap. Dengan demikian, kantong udara di dalam telur akan
membesar. Untuk mencapai penguapan yang tetap, mesin harus dilengkapi dengan
bak air yang berfungsi untuk menampung air sebagai sumber kelembapan dalam
mesin tetas. Kelembapan ideal adalah kelembapan yang sangat diperlukan dalam
penetasan telur. Pada hari ke-1—18, kelembapan udara ideal adalah 55—60%,
sedangkan pada hari ke-19—21, kelembapan udara ideal adalah 70%. Cara
(Pertanianku, 2015).
3) Sirkulasi udara
penelitian, setiap penurunan 1% oksigen dapat menurunkan daya tetas hingga 5%.
Sirkulasi udara di dalam mesin tetas dapat diatur dengan adanya ventilasi. Ventilasi
berfungsi agar mempermudah aliran udara atau oksigen di dalam ruang mesin tetas.
Ventilasi yang kurang baik akan mengakibatkan tingkat kematian embrio menjadi
sanitasinya kurang baik, telur fertil yang menetas nantinya akan memiliki pusar
yang basah dan tidak bisa menutup dengan baik. Pengontrolan suhu dan
adalah Primadine dengan dosis 1 ml untuk 4 l air, atau Pristam dengan dosis 1 l