Anda di halaman 1dari 6

3.

1 Macam, Keuntungan, dan Syarat Mesin Tetas

Dalam usaha peternakan, khususnya peternakan unggas, proses penetasan

telur merupakan hal yang sangat penting untuk kelangsungan usaha. Salah satu

faktor lambatnya produksi telur karena peternak masih menggunakan metode

konvensional dalam menetaskan telur. Sebagian besar peternak beranggapan bahwa

alat mesin tetas masih mahal dan sulit digunakan. Masalah utama dalam penetasan

telur secara alami, dalam arti dierami oleh induk unggas betina, terletak pada

keterbatasan jumlah telur yang dieraminya. Sebagai contoh, indukan ayam hanya

mampu mengerami sebanyak 20-40 butir dari 100 butir telur yang dihasilkan setiap

periode bertelurnya (Ridwan, 2018).

Begitu pula indukan itik/bebek umumnya hanya mampu mengerami 40%

dari total jumlah telur yang diproduksi. Oleh karena itu, bila mengandalkan

pengeraman secara alami maka persentase keberhasilan telur yang menetas alias

“daya tetas” (hatchability) hanya sekitar 50-60%, di mana kegagalan ini dapat

disebabkan ketidakstabilan kondisi lingkungan, sehingga embrio ayam dalam telur

tidak berkembang sempurna, yang berbuntut pada kerugian bagi peternak. Menurut

Made dan Gusti (2017) mesin tetas dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan

sistem kerja, kapasitas tampung telur dan kelengkapan komponennya, sebagai

berikut:

1) Mesin tetas tradisional/manual (gabah)

Mesin tetas tipe ini bekerja dengan sistem yang masih sederhana, di

mana sebagian besar terdiri dari ruangan/wadah tempat telur dan sumber panas

tanpa komponen lainnya yang sangat cocok untuk skala produksi anak ayam/itik

(DOC/DOD) dalam jumlah kecil. Biasanya berkapasitas sekitar 200-500 butir telur

per unit. Sumber panas biasanya berasal bahan sederhana dengan biaya terjangkau,
seperti lampu minyak atau petromak yang berbahan bakar minyak tanah atau

tungku api yang berbahan bakar sekam padi, di mana sistem pengontrolan kualitas

telur masih dilakukan secara manual dengan membuka tutup ruang penetasan untuk

pemeriksaan setiap hari di samping proses pemutaran telur (turning of egg)

dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan.

2) Mesin tetas semi otomatis

Mesin ini merupakan pengembangan dari mesin tetas tradisional, di

mana komponen dan perlengkapannya lebih unggul daripada mesin tetas tradisional

termasuk kapasitasnya lebih besar (sekitar 200-700 butir telur). Pada mesin tetas ini

sudah dilengkapi wadah telur yang dipasangi tuas pemutar manual.

3) Mesin tetas otomatis/ modern

Mesin tetas ini memiliki sistem kerja dan kelengkapan komponen yang

lebih efisien dibandingkan dengan kedua mesin tetas lainnya. Pada mesin tetas

otomatis terdapat pengatur suhu dan kelembaban yang bekerja digital dan serba

otomatis, serta pada samping bagian dalam mesin sudah ada pembeda antara setter

(ruang pengeraman) dan hatcher (ruang penetasan). Kapasitas mesin tetas otomatis

1.000-5.000 butir telur per unit.


Penetasan buatan lebih praktis dan efisien dibandingkan penetasan alami,

dengan kapasitasnya yang lebih besar. Penetasan dengan mesin tetas juga dapat

meningkatkan daya tetas telur karena temperaturnya dapat diatur lebih stabil tetapi

memerlukan biaya dan perlakuan lebih tinggi dan intensif (Jayasamudera dan

Cahyono, 2005). Penggunaan mesin tetas memiliki beberapa keunggulan

dibandingkan dengan penetasan secara alami (dierami oleh induk), antara lain

ruang mesin tetas lebih luas dan lebar sehingga dapat menempatkan telur dalam

jumlah banyak, yang berarti mampu meningkatkan keuntungan usaha dibanding

dengan secara alami. Selain daripada itu, keunggulan lainnya menurut Santa (2002)

ialah:

1) Penetasan dapat dilakukan sewaktu-waktu tanpa bergantung pada induk.

2) Telur dapat ditetaskan secara serentak dan menghasilkan anak yang

seragam.

3) Tingkat keberhasilan telur yang menetas lebih besar, yaitu 80% (secara

alami hanya 50-60%).

4) Induk ayam dapat terus memproduksi telur selam proses penetasan

berlangsung.

5) Hemat energi, murah biaya, praktis dan mudah.

Pada proses penetasan telur ini mesin tetas memiliki peran yang sangat vital.

Oleh karena itu, mesin tetas yang akan digunakan tidak boleh dalam keadaan yang

rusak karena hal tersebut akan menggangu penteasan telur. Agar penetasan dalam

mesin tetas dapat berjalan dengan lancar maka dibutuhkan mesin yang siap

digunakan. Syarat-syarat pada mesin tetas meliputi:

1) Suhu penetasan
Suhu di dalam mesin tetas sangat menentukan keberhasilan

penetasan telur. Suhu ideal di dalam mesin tetas pada hari ke-1—18 adalah 39 oC,

hari ke-19 adalah 39,7 oC, dan hari ke-20—21 adalah 40 oC. Bila suhu terlalu tinggi

atau rendah, dikhawatirkan akan terjadi kematian embrio. Untuk itu, suhu mesin

tetas harus mencapai ideal. Pengontrolan dapat dilakukan dengan meletakkan

termometer di dalam mesin tetas (Syahrul & Sarwono, 2013).

2) Kelembapan udara

Supaya embrio bisa berkembang dengan baik dan dapat menetas

hingga menghasilkan anak ayam normal, air di dalam telur harus bisa menguap

dengan penguapan yang tetap. Dengan demikian, kantong udara di dalam telur akan

membesar. Untuk mencapai penguapan yang tetap, mesin harus dilengkapi dengan

bak air yang berfungsi untuk menampung air sebagai sumber kelembapan dalam

mesin tetas. Kelembapan ideal adalah kelembapan yang sangat diperlukan dalam

penetasan telur. Pada hari ke-1—18, kelembapan udara ideal adalah 55—60%,

sedangkan pada hari ke-19—21, kelembapan udara ideal adalah 70%. Cara

mengukur kelembapan di dalam ruang penetasan dapat menggunakan higrometer

(Pertanianku, 2015).

3) Sirkulasi udara

Dalam mesin tetas, dibutuhkan sekitar 21% oksigen. Menurut hasil

penelitian, setiap penurunan 1% oksigen dapat menurunkan daya tetas hingga 5%.

Sirkulasi udara di dalam mesin tetas dapat diatur dengan adanya ventilasi. Ventilasi

berfungsi agar mempermudah aliran udara atau oksigen di dalam ruang mesin tetas.

Ventilasi yang kurang baik akan mengakibatkan tingkat kematian embrio menjadi

tinggi pada minggu kedua (Syahrul & Sarwono, 2013).

4) Penanganan mesin tetas


Sebelum digunakan, mesin tetas tidak boelh kotor dan harus

dibersihkan dengan menggunakan desinfektan. Jika mesin tetas kotor dan

sanitasinya kurang baik, telur fertil yang menetas nantinya akan memiliki pusar

yang basah dan tidak bisa menutup dengan baik. Pengontrolan suhu dan

kelembapan harus dilakukan secara teratur. Desinfektan yang biasa digunakan

adalah Primadine dengan dosis 1 ml untuk 4 l air, atau Pristam dengan dosis 1 l

untuk 200 l air (5 ml/l air) (Syahrul & Sarwono, 2013).


Daftar Pustaka
Ridwan, S. 2018. Mengenal Berbagai Macam Mesin Tetas Telur. Majalah Infovet.
http://www.majalahinfovet.com/2018/03/mengenal-berbagai-macam-
mesin-tetas.html. Diakses pada 31 Oktober 2019.
Made W., Gusti Ayu. 2017. Bahan Ajar Manajemen Penetasan. Fakultas
Peternakan. Universitas Udayana. Bali.
Jaya samudera, D.J, dan B.Cahyono. 2005. Pembibitan Itik. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Santa. 2002. Membuat Mesin Tetas. Balai Pustaka. Jakarta
Kholis, Syahrul., Sarwono, B. 2013. Ayam Elba Kampung Petelur Super. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Pertanianku. 2015. Kriteria Mesin tetas Yang Baik.
https://www.pertanianku.com/kriteria-mesin-tetas-yang-baik/. Diakses Pada 31
Oktober 2019.

Anda mungkin juga menyukai