Oleh :
Kelas B
Kelompok 4
Puji dan Syukur penyusun panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
praktikum ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Manajemen Ternak Unggas.
Penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Hj. Tuti Widjastuti,
MS sebagai dosen pengampu mata kuliah Manajemen Ternak Unggas kelas B dan
Iwan Hadiana, S.Pt. sebagai teknisi laboratorium ternak unggas yang telah memberikan
Penyusun menyadari adanya kekurangan dalam laporan yang kami susun, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang baik sehingga kami dapat menjadi
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
HALAMAN DEPAN
I PENDAHULUAN
II TINJAUAN PUSTAKA
iii
2.2 Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler .................................. 6
2.2.1 Pemasukan DOC (Chick in) ............................................. 6
2.2.2 Tatalaksana Pemeliharaan Fase Starter-Fase Finisher ..... 7
2.2.3 Vaksinasi (ND dan IBD) .................................................. 8
2.2.4 Recording ......................................................................... 11
2.3 Pemanenan ................................................................................. 13
2.4 Deboning ................................................................................... 17
iv
3.3 Prosedur Kerja ........................................................................... 24
3.3.1 Persiapan Kandang .......................................................... 24
3.3.2 Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler ........................ 25
3.3.2.1 Pemasukan DOC (Chick in) ...................................... 25
3.3.2.2 Tatalaksana Pemeliharaan Fase Starter-Fase Finisher 25
3.3.2.3 Vaksinasi (ND dan IBD) ........................................... 26
3.3.2.4 Recording ................................................................... 28
3.3.3 Pemanenan....................................................................... 28
3.3.4 Deboning ......................................................................... 28
v
4.2.3 Pemanenan....................................................................... 38
4.2.4 Deboning ......................................................................... 39
V KESIMPULAN DAN SARAN
vi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
(1) Persiapan Kandang .................................................................. 28
(2) Pemasukan DOC ...................................................................... 28
(3) Vaksinasi Ayam........................................................................ 28
(4) Performa Ayam Broiler ........................................................... 29
(5) Pemanenan................................................................................ 29
(6) Deboning.................................................................................. 29
vii
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
(1) Dokumentasi Praktikum .................................................................. 46
(2) Perhitungan...................................................................................... 47
(3) Pembagian Tugas............................................................................. 48
ii
viii
1
PENDAHULUAN
manusia dengan harga yang ekonomis. Saat ini bidang perunggasan di Indonesia
sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Salah satu jenis unggas yang
paling banyak dikembangkan di Indonesia adalah Ayam. Ayam memiliki dua jenis
yaitu ayam ras maupun bukan ras baik pedaging maupun petelur. Ayam ras yang paling
singkat, dari 3 sampai 4 minggu sudah dapat dipanen. Populasi broiler perlu
ditingkatkan karena broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang
protein hewani dimasyarakat dapat terpenuhi. Meskipun tingkat konsumsi daging ayam
masyarakat Indonesia sudah sangat tinggi, namun belum diiringi dengan kenaikan
populasi dan produksi ayam bloiler itu sendiri. Di karenakan manajemen pemeliharaan
yang belum baik dan efektif. Salah satu kendala dalam pemeliharaan ayam pedaging
adalah fluktuasi harga pakan yang tidak menentu. Indonesia memiliki kondisi
lingkungan yang cukup baik untuk perkembangan ayam broiler, terutama temperatur
2
luar yang lebih rendah 2 dibandingkan dengan temperatur tubuh ayam. Peluang untuk
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeliharaan ayam broiler dari persiapan
kandang, chick in, pemeliharaan fase starter sampai dengan fase finisher, melakukan
Broiler.
Broiler.
Broiler.
3
pemeliharaan ayam broiler dari persiapan kandang, chick in, tatalaksana pemeliharaan
fase starter-fase finisher, vaksinasi, recording, cara pemanenan ayam broiler serta
Padjadjaran
4
Padjadjaran
Padjadjaran
1.5.2.4 Recording
Padjadjaran
1.5.3 Pemanenan
Padjadjaran
1.5.4 Deboning
Universitas Padjadjaran
6
II
TINJAUAN PUSTAKA
Persiapan yang baik merupakan modal pertama yang harus dimiliki sebelum
mendatangkan bibit ayam broiler yang akan dipelihara yang terdiri dari dua tahap yang
pertama yaitu pencucian dan sanitasi kandang yang meliputi mencuci kandang dengan
melakukan pengapuran dan membiarkan kandang selama 2-3 hari hingga bagian dalam
Tersedianya sarana yang lengkap akan memudahkan dalam pengelolaan secara baik
dan sempurna. Persiapan yang harus dilakukan tahap kedua dalam preparing period
(chick feed tray), dan tempat minum. Lampu pemanas digantung 15 cm dari lantai
boks, termometer untuk mengontrol panas bisa digantung atau diikat pada kandang
(Murtidjo, 1987).
Penimbangan pada saat DOC dating perlu dilakukan setelah itu dihitung jumlah
DOC yang akan dimasukan kedalam kandang. Setelah DOC sampai di kandang,
berikan air gula selama 2-3 jam pada tempat minumnya untuk mengganti energi dari
Pakan diberikan sedikit demi sedikit dan ditempatkan pada chick feeder
(Rahayu, dkk., 2011). DOC diletakan di dekat pemanas dan dihitung kembali untuk
mengetahui jumlah sebenarnya. Saat DOC dihitung sambal diseleksi pula apakah
Tanda dari DOC dengan kualitas baik yaitu cukup sering bersuara, kaki terlihat
berisi dengan bulu dan mata tampak cerah, lincah dan sangat aktif mencari minum dan
pakan, tidak ada gangguan pernafasan atau tanda infeksi penyakit, berat ideal 38-45
Fase starter berlangsung selama 1-21 hari dimana pada umur 1-10 hari pertama
merupakan fase yang paling kritis karena pada fase terbut performance pada ayam
selanjutnya sangat ditentukan pada pemeliharaan fase ini. Pemanas merupakan salah
Tempat pakan dan minum yang mencukupi jumlah nya harus diperhatikan
untuk pertumbuhan bobot badan dari DOC (Fadilah, 2013). Pada fase starter pakan
yang diberikan haruslah mengandung protein dan energi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan fase finisher. Kebutuhan pakan pada fase ini adalah 21-23% dan
energi 3,10 kkal/kg (Tamalluddin, 2012). Pada fase ini DOC masih dalam tahap
tinggi (Suprijatna, dkk., 2008). Pemberian pakan dilakukan 5-8 kali sehari dengan
tujuan agar pakan yang diberikan selalu segar, tidak kotor dan ayam terangsang untuk
Commented [i-[4]: Ini spasinya , jangan ke next page
selalu makan (Fadilah, 2013).
8
pemberian pakan selalu full feed sehingga tempat pakan ayam atau chick feeder tidak
boleh kosong. Pada pemeliharaan fase ini dianjurkan untuk memberikan pakan yang
mengandung energi rendah karena pada periode starter, DOC lebih mudah menyimpan
energi dalam bentuk protein. Dengan cara tersebut dapat diperoleh tingkat efisiensi
pakan yang baik. Air minum diberikan pada 6-8 jam pertama sejak DOC sampai di
kandang. Air minum dicampur dengan vitamin, antibiotic atau larutan gula, namun
pemberian air gula bisa mencapai dua hari supaya DOC dapat memperoleh energi
Commented [i-[5]: Rapihinn ni ya
dengan cepat terutama saat DOC setelah melakukan perjalanan (Rasyaf, 2012).
Perlu diperhatikan penyakit yang sering menyerang ayam broiler pada periode
starter walaupun DOC masih memiliki kekebalan dari induknya namun dapat pula
DOC terserang penyakit seperti aspergillosis dan ascites. Pemberian vaksin sangat
Fase finisher berlangsung pada ayam umur lebih dari 21 hari. Pakan yang
diberikan pada periode ini lebih sedikit kandungan proteinnya yaitu 19-20% namun
kandungan energi dalam pakan lebih tinggi yaitu 3,26 kkal/kg (Tamalluddin, 2012).
Kebutuhan air minum pada periode ini tergantung pada temperatur kandang dan
Vaksin adalah suatu produk biologis yang berisi mikroorganisme agen penyakit
Vaksin secara umum adalah bahan yang berasal dari mikroorganisme atau
(Malole, 1988). Bahan berisi organisme penyebab penyakit tersebut jika dimasukkan
ke dalam tubuh hewan tidak menimbulkan bahaya penyakit tetapi masih dapat dikenal
oleh sistem imun (Kayne dan Jepson, 2004) serta dapat merangsang pembentukan zat-
Vaksin terdiri atas vaksin lived dan vaksin killed. Agen penyakit dalam vaksin
live atau vaksin hidup berada dalam keadaan hidup namun telah dilemahkan. Agen
penyakit pada vaksin killed berada dalam keadaan mati dan biasanya ditambahkan
dengan adjuvant (Akoso, 1998). Adjuvan merupakan bahan kimia yang memperlambat
keamanan, serta vaksin harus dapat menimbulkan kekebalan terhadap penyakit pada
hewan (Malole, 1988),. Suatu vaksin dapat dikatakan memenuhi ketiga persyaratan di
atas jika dua minggu setelah vaksinasi telah terbentuk antibodi dengan titer protektif.
Proteksi vaksin dapat diuji dengan penantangan atau infeksi virus ganas. 17 Vaksin
yang baik harus memberikan proteksi lebih dari 95% terhadap hewan coba atau tidak
mortalitasnya rendah yaitu strain B1 (Hitcher), strain La Sota, dan strain F (FAO,
2004).
lain pada tipe lentogenik. Vaksin dengan strain ini paling efektif dilakukan secara
individu. Strain B1 rnemiliki tingkat virulensi lebih tinggi dibandingkan dengan strain
Pemberian vaksinasi dilakukan pada DOC (Day Old Chick) kemudian diikuti dengan
strain La Sota pada umur 10-14 hari (Fadilah dan Polana, 2004).
Pada anak ayam, aplikasi vaksinasi biasanya dengan cara tetes mata atau tetes
hidung, dan pemberiannya melalui injeksi bila vaksin yang digunakan inaktif.
Vaksinasi melalui air minum tidak efektif dilakukan karena anak ayam umur 1-4 hari
minumnya sedikit dan tidak teratur. Pada ayam dewasa, aplikasi vaksinasi biasanya
vaksinasi lebih awal dan kontinyu tergantung dengan titer antibodi yang ada dalam
tubuh. Kekebalan seragam pada semua anggota kelompok ayam, dapat diperoleh
dengan melakukan vaksinasi lebih dari satu kali karena masing-masing ayam memiliki
tingkat antibodi asal induk yang berbeda-beda sehingga apabila dilakukan vaksinasi
tunggal menyebabkan hanya sebagian dari kelompok ayam tersebut yang kebal
2.2.4 Recording
pertambahan bobot badan (Bell dan Weaver, 2002). Pertambahan bobot badan
merupakan kenaikan bobot badan yang dicapai oleh seekor ternak selama periode
tertentu.
melalui penimbangan berulang dalam waktu tertentu misalnya tiap hari, tiap minggu,
tiap bulan, atau tiap tahun. Adapun jumlah pakan yang digunakan mempengaruhi
perhitungan konversi ransum atau Feed Converstion Ratio (FCR) (Edjeng dan
dikonsumsi dengan pertumbuhan berat badan. Angka konversi ransum yang kecil
berarti jumlah ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram daging
semakin sedikit. Semakin tinggi konversi ransum berarti semakin boros ransum yang
Nilai konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain dasar
genetik, tipe pakan yang digunakan, feed additive yang digunakan dalam pakan,
kadar amoniak, cara dan waktu pemberian pakan, air, suhu, cahaya, kebisingan, bentuk
fisik, dan faktor dari anti nutrisi (Bell dan Weaver, 2002). Faktor utama yang
mempengaruhi konversi pakan adalah genetik, ventilasi, sanitasi, kualitas pakan, jenis
pakan, penggunaan zat aditif, kualitas air, penyakit, pengobatan, dan manajemen
12
pemeliharaan (faktor penerangan, pemberian pakan dan faktor sosial) (Lacy dan Veast,
2000).
didefinisikan sebagai rasio antara konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan yang
Pada ayam broiler jantan lebih efisien dalam mengubah pakan menjadi daging
karenanya mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan betina (Bell dan
Weaver, 2002). Semakin dewasa ayam maka nilai konversi pakan akan semakin besar.
Sebab ayam yang semakin besar akan makan lebih banyak untuk menjaga ukuran berat
badan, sehingga penggunaan protein sebesar 80% untuk menjaga berat badannya yang
besar dan 20% untuk pertumbuhan, sehingga efisiensi pakan menjadi kurang baik
(Lesson, 2000). Bentuk pakan untuk menghasilkan konversi pakan yang baik untuk
unggas adalah pakan berbentuk crumble dan pellet dibandingkan dengan mash (Munt
dkk., 1995). Pakan berbentuk crumble dan pellet cenderung mengurangi jumlah pakan
yang hilang di dalam litter dibandingkan dengan pakan bentuk mash. Pakan bentuk
pellet memiliki konversi pakan yang lebih baik dibandingkan dengan pakan bentuk
mash.
pemeliharaan adalah dengan menghitung indeks performa. Indeks Performa (IP) adalah
suatu formula yang paling umum dipakai untuk mengetahui performa ayam broiler.
Semakin besar nilai IP yang diperoleh, semakin bagus prestasi ayam dan semakin
Nilai indeks performa dihitung berdasarkan rataan bobot badan siap potong,
konversi pakan, umur panen, dan jumlah persentase ayam yang hidup selama
pemeliharaan.
2.3 Pemanenan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada periode panen menurut Fadhilah
a) Sebelum panen
1) Membuat jadwal kandang yang akan dipanen sesuai dengan ukuran berat ayam
kebutuhan.
2) Mempersiapkan peralatan panen seperti timbangan, alat tulis, surat jalan, nota
3) Pembersihan pakan untuk ayam yang akan dipanen harus dikurangi agar sisa
pakan tidak terlalu banyak. Ketika ayam akan dipanen ayam lebih baik
tembolok penuh dengan pakan sehingga berat ayam menjadi tidak nyata.
4) Keadaan seperti ini tidak disukai pihak rumah potong ayam (RPA). Namun air
b) Ketika dipanen
ayam. Bila ayam dalam keadaan sakit, akan menyebabkan kematian dan penyusutan
Sehubugan dengan itu, bila ayam akan diangkut ke tempat yang jauh, ayam
harus berada dalam keadaan yang sehat. Penangkapan ayam tidak boleh dilakukan
secara kasar karena akan menyebabkan kerusakan yang bisa dilihat maupun yang tidak
bisa dilihat. Kerusakan yang terjadi misalnya tulang sayap patah, badan memar, dan
Untuk memperoleh kualitas karkas yang baik, sebaiknya ayam ditangkap pada
kedua belah kakinya dan setelah tertangkap niasanya dalam jumlah tertentu kaki ayam
diikat secara hati-hati dan ditimbang. Setelah ditimbang, ikatan dibuka dan dimasukan
ke dalam keramba (crates) sebagai alat pengemas ayam hidup, yang bisa dibuat dari
c) Pasca panen
tersisa dan mencatatnya. Menghitung total ayan dam total berat ayam yang dijual.
prestasi yang biasa dipakai oleh para peternak ayam broiler menurut Fadhilah dkk
1) Persentase Kematian
Persentase kematian adalah jumlah ayam yang mati dan diapkir dibagi dengan
jumlah total awal ayam dipelihara. Jumlah ayam yang mati dan diapkir diperoleh dari
hasil pengurangan jumlah total ayam yang dipelihara dengan jumlah total ayam yang
dijual.
15
Rata-rata berat ayam yang dijual adalah total berat ayam yang dijual dibagi
Umur panen adalah umur ayam ketika dijual dalam satuan hari. Jika umur ayam
beragam ketika dijual (lebih dari satu umur) harus dicari rataan umur panen.
Performance numerical adalah suatu formula yang paling umum dipakai untuk
mengetahui prestasi ayam broiler komersial. Semakin besar nilai PN yang diperoleh
(lebih dari 200), semakin bagus prestasi ayam dan semakin efisien penggunaan pakan
dan biaya.
akan berkurang akibat suhu lingkungan yang cenderung tinggi. Biasanya, air dingin
7) Kematian Ternak
Kematian selama transportasi umumnya terjadi karena crates diisi terlalu padat,
kondisi ayam yang kurang sehat, kepanasan, dan penanganan yang kurang baik selama
dalam perjalanan.
16
crates harus mendapat ventilasi yang cukup. Apabila ventilasi tidak cukup, akan
Persentase kerusakan bagian tubuh yang paling besar terjadi karena transportasi
yang kurang hati-hati. Kerusakan bagian tubuh secara keseluruhan biasanya sekitar 9-
2.4 Deboning
Daging yang berasal dari hewan dapat menjadi tidak halal jika disembelih tanpa
mengikuti aturan syariat Islam. Hal-hal yang menjadi titik kritis proses penyembelihan
hewan adalah sebagai berikut: penyembelih (harus seorang muslim yang taat dan
penyembelihan (hewan harus benar-benar mati sebelum proses selanjutnya dan darah
harus keluar secara tuntas) (LPPOM MUI, 2008). Penyembelihan harus memutuskan
trachea, kerongkongan dan pembuluh darah arteri utama dan daerah leher (CAC,
1997).
Debone merupakan karkas ayam pedaging tanpa tulang atau tanpa kulit dan
tulang (SNI, 1995). Deboning atau penetelan daging pasca pemisahan karkas dan non
karkas, bila tidak dilakukan dengan hati-hati dan teliti akan menghasilkan banyak
potongan-potongan daging yang kecil dan tidak beraturan. Deboning dari karkas ternak
kecil seperti golongan ternak unggas memerlukan ketelitian dan pengalaman tentang
teknik deboning. Hal ini mengingat karakteristik karkas berbagai daging unggas
(produk sampingan) untuk hati, jantung, ampela, kulit, leher, dan kaki/ceker yaitu
berwarna merah darah, tidak hancur sedangkan untuk tulang paha lemak usus dan bulu
Daging yang dikonsumsi harus daging yang baik dan sehat. Tanda tanda daging
yang sehat adalah bersih dan terang serta lapisan luarnya kering, daging yang sudah
ditiriskan tidak berdarah, aroma baunya tidak amis dan tidak bau asam, daging masih
III
3.1 Alat
(4) Chick Guard, sebagai alat agar DOC terkonsentrasi kepada makanan dan dekat
dengan pemanas.
(1) Hygrometer ruang, sebagai alat ukur tingkat kelembaban suatu tempat.
(3) Pemanas (lampu pijar), sebagai pencahayaan dan penyesuaian suhu DOC.
(8) Timbangan, sebagai alat mengukur bobot tubuh saat dilakukan recording.
20
(10) Wing tag, sebagai alat untuk menandakan ayam broiler mempermudah saat
recording.
(1) Kandang ayam broiler, sebagai tempat dari pemeliharan ayam broiler hingga
pemanenan.
(5) Timbangan, sebagai alat untuk mengetahui bobot badan ayam broiler.
(6) Chick Guard, sebagai sekat untuk memudahkan DOC mencari pakan dan air
minum.
(1) Kandang ayam broiler, sebagai tempat dari pemeliharan ayam broiler hingga
pemanenan.
(5) Timbangan, sebagai alat untuk mengetahui bobot badan ayam broiler.
(6) Chick Guard, sebagai sekat untuk memudahkan DOC mencari pakan dan air
minum.
21
(1) Spuit atau alat suntik dari plastik, sebagai alat untuk memasukkan vaksin ke
ayam broiler.
3.1.2.4 Recording
3.1.3 Pemanenan
3.1.4 Deboning
3.2 Bahan
(3) Gula merah, sebagai pengganti energy DOC yang hilang saat di perjalanan.
(4) Obat-obatan dan vitamin, sebagai bahan agar ayam tidak sakit.
(5) Obat-obatan dan vitamin, sebagai obat dan vitamin pada ayam broiler.
(9) Vaksin ND dan Gumboro, sebagai bahan untuk vaksinasi pada ayam broiler.
(1) Anak ayam broiler (DOC), sebagai bibit dari ayam broiler.
(2) Air Gula, sebagai air minum DOC untuk menambah energi.
(1) Anak ayam broiler (DOC), sebagai bibit dari ayam broiler.
(2) Air Gula, sebagai air minum DOC untuk menambah energi.
(6) Vaksin, sebagai langkah awal untuk mencegah penyakit menyerang ayam
broiler.
(1) Anak Ayam (DOC), sebagai objek praktikum yang akan di vaksinasi.
(2) Ayam Dewasa (Dara), sebagai objek praktikum yang akan di vaksinasi.
3.2.2.4 Recording
(1) Kertas recording, untuk mencatat segala aktivitas selama pemeliharaan ayam
broiler.
3.2.3 Pemanenan
3.2.4 Deboning
(1) Membersihkan kandang dari bekas kotoran atau litter dengan menggunakan
sekop.
(2) Setelah bersih, kandang dicuci dengan air sabun sampai bersih, lalu keringkan
(4) Peralatan kandang seperti tempat ransum dan tempat minum dicuci dengan
(5) Mengukur dan menghitung luas lantai sesuai dengan jumlah broiler yang akan
dipelihara.
(6) Memasang sekam sebagai litter pada lantai kandang, dan kemudian dipasang
(7) Sehari sebelum ayam datang semua peralatan kandang dan perlengkapannya
seperti tempat ransum, tempat minum, kertas Koran, sekam dan brooder
(8) Setelah penyemprotan selesai dan kering, nyalakan pemanas dan atur suhu
(1) Mengeluarkan DOC dari boks dan memasukkan ke dalam kandang sambil
fisiknya.
(2) Membiarkan DOC selama 30 menit di dalam kandang, jangan di beri makan
atau minum, agar anak ayam dapat mengurangi stress dalam perjalanan dan
(3) Setelah 30 menit anak ayam (DOC) diberi air minum yang telah dicampur gula
merah. Kegunaan air gula untuk menggantikan energi yang hilang selama
perjalanan.
(4) Setelah 3 jam barulah DOC diberi ransum yang ditabur pada feed tray atau
(1) Pemeliharaan pada minggu pertama, ransum yang diberikan adlibitum dan
sehari diberikan 3 kali sehari pagi, siang dan sore, sedangkan air minum perlu
(2) Ransum yang diberikan ditabur pada feed tray atau bekas tutup boks selama
minggu pertama, serta alas koran yang menutupi sekam diganti setiap hari
(3) Pada minggu pertama dilakukan vaksin ND dan vaksin gumboro yang diberikan
(4) Catat konsumsi ransum, bobot badan, konversi dan kematian (mortalitas) setiap
minggunya.
(5) Pada minggu kedua, setiap harinya sama yang dilakukan pada minggu
pertama yaitu pemberian ransum sehari tiga kali, air minum secukupnya dan
(6) Pemeliharaan minggu ketiga, pada minggu ketiga kegiatan setiap harinya
(7) Pemeliharaan minggu keempat, kegiatan setiap harinya sama dengan minggu
ketiga, namun pada awal minggu keempat dilakukan vaksinasi ND melalui air
minum.
(1) Menyiapakan vaksin nd untuk 100 ekor (100 dosis), membuka segel jangan
(2) Mengambil sebagian cairan methylene blue malalui spuit, lalu menyuntikan
(3) Setelah tercampur, menggoyangkan dengan arah angka delapan botol vaksin.
(5) Campuran tersebut sudah siap untuk melaukan vaksinasi melalui tets mata atau
tetes hidung.
(6) Cara meneteskannya pada mata atau hidung anak ayam yaitu memegang bagian
tubuh anak ayam oleh tiga jari yaitu kelingking, jari manis, jari tengah dengan
kiri serta jari telunjuk dan jempol tangan kiri memegang kepala anak ayam.
27
(7) Setelah pisis tersebut teteskan satu tetes pada salah satu matanya, jangan
(8) Indikator bahwa vaksin sudah masuk yaitu adanya gerakan menelan.
(9) Prosedur pembutan vaksin ND untuk ayam dan sama dengan vaksin ND ayam,
hanya yang jadi pelarut selain methylene blue biasanya pelarut aquadest.
diperhitungkan.
(11) Setelah perutan vaksin ND selesai dibuat, maka vaksin siap disuntikan malalui
(12) Cara vaksinasi ND untuk ayam biasa dapat dilakukan oleh seseorang atau dua
orang.
(13) Vaksinasi ND dilakukan seorang yaitu tanga kiri memegang kedua kaki ayam
sambil bagian tubuh dan kepala ayam dikepit oleh lengan kanan kiri, sedangkan
(14) Vaksinasi yang dilakukan oleh 2 orang yaitu seseorang memegang ayamdan
seseorang lagi menyintikan, orang yang memegang ayam yaitu tangan kiri
memegang kedua kaki ayam dan tangan kanan dan tubuh ayam.
(15) Setelah siap pada posisi menyuntikan, vaksinaso disuktikan pada otot di sebelah
tulang dada mentok (sternum) atau bagian paha, penyuntikan dilakukan secaar
intramuscular yaitu jarum suntuk masuk kedalam otot dada atau paha ayam.
3.2.2.4 Recording
28
(1) Dibuat format tabel pencatatan (recording) FCR pada pemeliharan ayam
broiler.
(2) Pencatatan FCR dilakukan setiap minggu selama proses pemeliharaan pada
3.3.3 Pemanenan
(2) Diambil 1 ayam yang paling besar dari semua ayam yang dipelihara.
3.2.4 Deboning
(1) Ayam yang telah diambil di kandang disembelih dengan menurut agama islam.
IV
4.1 Hasil
4.1.2.4 Recording
Tabel 4. Performa Ayam Broiler
Umur Bobot Konsumsi Ransum Konversi
PBB
(minggu) Badan Minggu Kumulasi Minggu Kumulasi
1 117,4 70,6 641 641 1,8 1,8
2 237,2 119,2 920 1561 1,54 1,64
3 444,4 207,2 1743 3304 1,68 1,48
4 758,2 313,8 1550 4854 0,98 1,28
4.1.3 Pemanenan
Tabel 5. Pemanenan
No. Bahan
1 Ayam dipanen 1 ekor dengan bobot
badan paling besar
4.1.4 Deboning
Tabel 6. Deboning
Bagian Jumlah
Dada 2 Potong
Fillet 2 Potong
Drum Stick 2 Potong
Baby Drum Stick 2 Potong
Paha 2 Potong
Kaki (Ceker) 2 Potong
Kepala 1 Potong
4.2 Pembahasan
Persiapan kandang ayam broiler diperlukan selama satu sampai dua minggu
sebelum anak ayam (DOC) masuk ke dalam kandang. Persiapan kandang yang kami
lakukan antara lain pembersihan kandang dengan detergen, pembilasan dengan water
gun, pengapuran kandang, dan pencucian tempat pakan, serta tempat minum.
ayam pedaging mulai awal kehidupannya sampai dipanen, sehingga jika kandang tidak
Pembersihan kandang dan peralatan adalah salah satu cara untuk meminimalisir
broiler termasuk sangat sensitif terhadap penyakit maka karena itu, lingkungan
kandang dan peralatan kandang ayam broiler harus diperhatikan sehingga bersih dan
higienis. Salah satu cara yang kami lakukan yaitu dengan cara mencuci peralatan
seperti tempat ransum dan tempat minum dengan desinfektan dan pengapuran didalam
Sebelum DOC datang atau memasuki kandang, kami telah membuat chick
guard dengan menggunakan kardus yang berfungsi agar anak ayam terkonsentrasi pada
tempat makan dan minum dan juga lampu sudah dipasang dan dinyalakan yang
berfungsi untuk mempertahankan suhu tubuh DOC. Selain lampu dan chick guard,
sekam juga sudah kami tabur dan ditutupi dengan menggunakan kertas koran, yang
berfungsi untuk menjaga DOC tidak makan sekam atau litter karena DOC
Persiapan terakhir yang cukup penting sebelum chick in yaitu mengisi tempat
ransum dengan pakan yang telah disediakan dan mengisi air di tempat minum yang
diberikan campuran gula secukupnya yang bertujuan agar energi tubuh anak ayam yang
hilang dapat digantikan karena ada kemungkinan DOC mengalami stress dan dehidrasi
di perjalanan sehingga pada saat sampai di kandang DOC mungkin dalam keadaan
lemas.
32
DOC atau Day Old Chiken saat dimasukan kedalam kandang perlu melalui
proses perhitungan terlebih dahulu. Perhitungan tersebut dilakukan supaya kita tahu
jumlah DOC yang baru didatangkan ke peternakan. Setelah DOC sampai di kandang,
perlu dilakukan seleksi untuk memilih DOC dengan kualitas yang baik untuk
dimasukan kedalam kandang dan dilakukan pemeliharaan. Kualitas DOC yang baik
terlihat dari kelincahannya, selalu mengeluarkan suara, warna bulu dan mata yang
sehingga dalam pemanenannya nanti dapat seragam. DOC yang telah terseleksi perlu
dihitung kembali saat akan dimasukan ke dalam kandang supaya dapat diketahui
jumlah sebenarnya. DOC yang telah di seleksi dan dihitung ditimbang untuk
mengetahui bobot badan awal, dimana setiap minggu nya dilakukan recording dengan
memperhatikan pemberian pakan, air minum dan pemanas pada ayam broiler. Pakan
diberikan secara adlibitum sebanyak 3 kali sehari supaya chick feeder tidak kosong
selain itu supaya broiler dapat bertambah dan berkembang secara cepat dalam bobot
badannya.
Ayam yang baru dimasukan kedalam kandang diberikan pakan jenis mash
hingga umur panen nya. Pemberian pakan jenis mash dibutuhkan oleh pertumbuhan
33
DOC karena mudah di cerna. Kebutuhan protein pada periode starter dibutuhkan lebih
tinggi dibandingkan dengan periode finisher karena pada periode starter ayam lebih
membutuhkan banyak energi dalam bentuk protein untuk pertumbuhannya. Air minum
yang diberikan kepada ayam pada periode starter maupun finisher diberikan dengan
memperhatikan temperatur kandang dan aktivitas dari ayam tersebut supaya ayam
tidak mengalami dehidrasi. Pemanas di berikan pada malam hari, sedangkan pada pagi
hari hingga siang hari ayam di biarkan mendapatkan kehangatan dari sinar matahari
ayam berumur lebih dari 21 hari. Rata-rata bobot ayam hingga periode finisher sudah
mencapai 1 kg.
Menurut Akoso (1998), vaksinasi adalah suatu tindakan dimana hewan dengan
sengaja diberi agen penyakit (antigen) yang telah dilemahkan dengan tujuan untuk
merangsang pembentukan daya tahan atau tanggap kebal tubuh terhadap suatu penyakit
tertentu dan aman sehingga tidak menimbulkan penyakit. Menurut Kayne dan Jepson
(2004) bahan yang berisi organisme penyebab penyakit tersebut jika dimasukkan ke
dalam tubuh hewan tidak menimbulkan bahaya penyakit tetapi masih dapat dikenal
oleh sistem imun serta dapat merangsang pembentukan zat-zat kekebalan terhadap
agen penyakit tersebut. Menurut Akoso (1998) vaksin terdiri atas vaksin lived dan
vaksin killed.
34
Agen penyakit dalam vaksin live atau vaksin hidup berada dalam keadaan hidup
namun telah dilemahkan. Menurut Akoso (1998) Agen penyakit pada vaksin killed
Pada praktikum kali ini, dilakukan vaksin ND dan vaksin gumboro yang
diberikan berbeda harinya, tidak dilakukan secara bersamaan. Vaksin ND dan gumboro
dicampur dengan methlyne blue dengan takaran yang sudah ditentukan. Vaksinasi
dilakukan dengan melalui tetes mata. Menurut Office International Epizootic (2002),
pelaksanaan vaksinasi melalui tetes mata, hidung, dan mulut biasanya untuk ayam yang
berumur di bawah 1 minggu dengan maksud untuk mencegah netralisasi vaksin oleh
antibodi maternal (bawaan dari induk). Hasil yang didapat adalah ayam tidak terkena
4.2.2.4 Recording
Pencatatan pada ayam dilakukan pada hari pertama sebelum ayam memasuki
kandang, minggu pertama, minggu kedua, dan minggu ke-4 atau terakhir untuk
konsumsi ransum ayam, pertambahan bobot badan ayam, dan konversi ransum ayam.
Lacy dan Vest (2000), menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi konversi
pakan adalah genetik, ventilasi, sanitasi, kulitas pakan, jenis pakan, penggunaan zat
aditif, kualitas air, penyakit dan pengobatan serta manajemen pemeliharaan, selain itu
Bell dan Weaver (2002), menyatakan bahwa dalam pengelolaan ayam broiler,
performa produksi yang harus diamati meliputi bobot badan hidup, pertambahan bobot
minggu pertama, bobot badan ayam setelah 1 minggu, dan pertambahan bobot
badannya. Bell dan Weaver (2002), menyatakan bahwa salah satu kriteria untuk
Pertambahan bobot badan merupakan kenaikan bobot badan yang dicapai oleh seekor
tertentu misalnya tiap hari, tiap minggu, tiap bulan, atau tiap tahun.
(Feed Consumption Ratio). Kegunaan dari FCR adalah untuk mengetahui seberapa
perhitungan konversi ransum atau Feed Converstion Ratio (FCR). FCR merupakan
badan. Angka konversi ransum yang kecil berarti jumlah ransum yang digunakan untuk
menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit. Semakin tinggi konversi ransum
hasil bahwa berat rata – rata berat minggu 1 adalah 117,4 gr dan rata – rata PBB adalah
70,6 gr; minggu 2 berat rata – rata adalah 237,2 gr dan rata – rata PBB adalah 119,2 gr;
minggu 3 berat rata – rata adalah 444,4 gr dan rata – rata PBB adalah 207,2 gr; minggu
4 berat rata – rata adalah 758,2 gr dan rata – rata PBB adalah 313,8 gr.
Umur 4 minggu ini ayam sudah siap dipanen, walaupun seharusnya umur panen
menurut Rasyaf (1996) adalah 7-8 minggu akan tetapi dalam praktikum, ayam dipanen
pada umur 4 minggu. Menurut North (1984) pertambahan bobot badan dari ayam yang
dipelihara mengalami kelebihan dari pegangan produksi ayam broiler, dimana standar
untuk PBB tiap minggu adalah minggu ke-1 sebesar 0,1 kg, minggu ke-2 sebesar 0,17
kg, minggu ke-3 sebesar 0,24 kg, minggu ke-4 sebesar 0,29 kg dan minggu ke-5 sebesar
temperatur relatif sedang, karena pada saat panas bisa sangat panas dan pada
saat dingin bisa sangat dingin jadi temperatur berpengaruh pada konsumsi
pakan.
4) Luas kandang. Kandang yang tidak terlalu luas akan mempengaruhi ayam
untuk tidak bergerak terlalu banyak, sehingga pakan yang dikonsumsi diubah
Berat badan relatif stabil pertambahannya perlu adanya pengukuran agar tidak
terjadi kelebihan berat badan sehingga daya tampungnya pun tinggi. Menurut
Sudaryani dkk (1994) untuk mendapatkan produksi yang baik perlu diadakan kontrol
dengan cara penimbangan yang teratur tiap minggunya. Untuk mendapatkan berat
2. Jumlah pakan yang diberikan diatur menurut berat badan yang dicapai.
Apabila berat badan belum mencapai standar, maka jumlah pakan dapat
ditambah dengan persentase kekurangan berat badan dari standar. Akan tetapi bila
berat badan ayam telah melebihi standar, maka jumlah pakan yang diberikan tetap sama
dengan jumlah yang diberikan minggu sebelumnya. Hal ini berlaku hingga berat badan
pembelahan dan perbanyakan (kuantitatif) dan perbesaran (kualitatif) dari sel tubuh
kemampuan ayam menampilkan potensi genetis melalui proses biologis dan fisiologis.
Pada praktikum ini ada beberapa kekurangan yaitu manajemen kandang yang kurang
baik, sehingga menyebabkan kandang menjadi lembab, penimbangan berat badan yang
sering, sehingga menyebabkan stres pada ayam yang dapat menurunkan berat badan
bahkan sampai kematian. Pertambahan bobot badan harian ayam broiler dipengaruhi
hasilnya yaitu FCR kumulatif minggu pertama sebesar 1,8; minggu ke-2 sebesar 1,5;
minggu ke-3 sebesar 1,68; dan minggu ke-4 sebesar 0,98. Ayam pedaging strain Cobb
merupakan salah satu strain broiler yang ada di Indonesia yang memiliki titik tekan
pada perbaikan feed consumption rate (FCR), pengembangan genetik diarahkan pada
pembentukan daging dada, mudah beradaptasi dengan lingkungan tropis (heat stress)
serta produksinya yang efisien (bobot badan 1,8 – 2 kg; FCR 1,65). Saat ini bibit Cobb
4.2.3 Pemanenan
Pada minggu keempat atau minggu terakhir sudah saatnya dilakukan panen bagi
ayam, dan dilakukan pencatatan yang terakhir untuk mengetahui bobot akhir dari ayam
yang dipelihara. Bobot akhir yang dicapai oleh ayam selama pemeliharaan memiliki
rataan sebesar 758,2 gram. Berdasakan data perkembangan yang ada saat ini dapat
dilihat bahwa ayam pedaging sudah tumbuh lebih cepat dari nenek moyangnya. Jika
berukuran besar, maka pada tahun 1999 hanya perlu diperlukan waktu 8 minggu untuk
jam. Setelah itu dilakukan penimbangan bobot badan ayam dan dihitung FCR nya.
Kemudian ayam dipotong di saluran arteri karotis, vena jugularis, tenggorokan, dan
esophagus. Lalu dilakukan bleeding atau pengeluaran darah dan scalding atau
pencelupan ayam kedalam air panas bersuhu 80oC selama 30-60 detik yang diikuti
dengan dilakukannya plucking atau pencabutan bulu ayam. Setelah itu ayam
39
dibersihkan kemudian dilakukan evicerating atau pengeluaran jeroan ayam. Hal ini
Dalam kurun waktu 6-7 minggu akan tumbuh 40-50 kali dari bobot awalnya,
akhir-akhir ini pemeliharaan dalam waktu 35 hari dapat mencapat bobot panen 1980
gram/ekor. Lalu setelah pemanenan menurut Fadillah, (2005) kegiatan yang dilakukan
Selanjutnya, menimbang pakan sisa dan mencatatnya serta menghitung total ayam dan
total berat ayam yang dijual. Terakhir melakukan evaluasi perhitungan prestasi
produksi ayam.
Indeks performans (IP) yang didapatkan dalam hasil praktikum yaitu 211, 55.
Hal ini berarti berdasarkan tabel 1 nilai indeks performans termasuk kategori kurang,
karena menurut Medion (2010), standar IP yang baik ialah di atas 300. Menurut
Kamara (2009), nilai indeks performa dipengaruhi oleh bobot badan siap potong,
konversi pakan, umur panen, dan jumlah persentase ayam yang hidup selama
pemeliharaan.
4.2.4 Deboning
pemotongan ayam dengan bobot hidup 872 gram yang kemudian dilanjutkan dengan
menurut Soeparno (1994) terdapat dua teknik pemotongan ayam, yaitu secara langsung
dan tidak langsung. Pemotongan secara langsung (tradisional) dilakukan setelah ayam
dinyatakan sehat. Ayam disembelih pada bagian leher dengan memotong arteri karotis
dimaksudkan untuk memudahkan penyembelihan dan agar ayam tidak tersiksa dan
terhindar dari risiko perlakuan kasar sehingga kualitas kulit dan karkas yang dihasilkan
lebih baik. Pemingsanan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu menggunakan
alat pemingsan atau knocker, dengan senjata pemingsan atau stunning gun, dengan
(1994) yaitu pada saat penyembelihan darah harus keluar sebanyak mungkin. Jika
darah keluar sempurna maka bobot darah sekitar 4% dari bobot tubuh.
Proses pengeluaran darah pada ayam biasanya selama 50-120 detik, tergantung
pada besar kecilnya ayam yang dipotong. Setelah disembelih, ayam dicelupkan ke
dalam air hangat untuk mempermudah pencabutan bulu. Lama pencelupan dan suhu
air pencelup tergantung pada kondisi ayam: perendaman dalam air hangat 50-54℃
selama 30-45 detik untuk ayam muda dan kalkun; perendaman dalam air hangat 55-
60℃ selama 45-90 detik untuk ayam tua atau pada suhu air 65-80℃ selama 5-30 detik,
kemudian dimasukkan dalam air dingin agar kulit tidak rusak; perendaman dalam air
atau cut put), dan debone yaitu karkas ayam pedaging tanpa tulang atau tanpa kulit.
Cara pemotongan yang digunakan pada praktikum ini yaitu debone yaitu merupakan
karkas ayam pedaging tanpa kulit dan tulang. Menurut Lawrie (2003), karkas ayam
secara umum dibagi menjadi empat bagian yaitu dada, paha, sayap, dan punggung.
Paha ayam terdiri atas bagian atas (thigh) dan bagian bawah (drumstick). Boneless
skinless leg adalah salah satu baian dari karkas ayam yang berupa potongan paha (paha
KESIMPULAN DAN SARAN Commented [i-[6]: bahas juga IP nya berapa FCR berapa itu
kan hasil pemeliharaan kalian
Commented [A7R6]:
5.1 Kesimpulan
1) Persiapan yang baik merupakan modal pertama yang harus dimiliki sebelum
mendatangkan bibit ayam broiler yang akan dipelihara yang terdiri dari dua
dimulai dari pemasukkan DOC, pemeliharaan ayam pada fase starter hingga
3) Pada saat pemasukkan DOC (Chick in) yang harus dilakukan pertama kali yaitu
penimbangan setelah itu dihitung jumlah DOC yang akan dimasukan kedalam
kandang. Setelah DOC sampai di kandang, berikan air gula selama 2-3 jam
pada tempat minumnya untuk mengganti energi dari DOC yang terbuang
4) Fase starter berlangsung selama 1-21 hari dimana pada umur 1-10 hari pertama
merupakan fase yang paling kritis maka dari itu perlu diperhatikan kenyamanan
dari DOC. Fase finisher berlangsung pada ayam umur lebih dari 21 hari. Pakan
5) Vaksin adalah suatu produk biologis yang berisi mikroorganisme agen penyakit
terdapat dua jenis yaitu vaksin New Castle Disease (ND) dan Infectious Bursal
6) Recording pada ayam dilakukan pada hari pertama sebelum ayam memasuki
kandang, minggu pertama, minggu kedua, dan minggu ke-4 atau terakhir untuk
konversi ransum ayam. FCR minggu ke 4 dihasilkan yaitu 0,98 dengan Indeks
yang terakhir untuk mengetahui bobot akhir dari ayam yang dipelihara. Bobot
akhir yang dicapai oleh ayam selama pemeliharaan memiliki rataan sebesar
758,7 gram.
8) Deboning merupakan pemisahan daging pada ayam tanpa adanya tulang dan
juga kulit. Karkas ayam secara umum dibagi menjadi empat bagian yaitu dada,
5.2 Saran
Praktikum kali ini dilakukan selama 4 minggu. Pada praktikum kali ini masih
terdapat beberapa kelompok yang yang memiliki bobot ayam pada saat panen dibawah
1200 gram dengan IP yang juga cukup kecil, hal tersebut menunjukkan bahwa masih
banyaknya praktikan yang kurang menjalankan praktikum dengan baik dan benar.
Agar praktikum ini berjalan dengan baik, maka praktikan sebaiknya dapat lebih serius
44
pada saat melaksanakan praktikum derta pada saat pemberian materi oleh dosen
DAFTAR PUSTAKA
Anita dan W. Widagdo. 2011. Budidaya Ayam Broiler 28 Hari Panen. Pinang Merah
Publisher, Yogyakarta.
Bell, D. D., & W. D. Weaver, Jr. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg Production.
5th edition. Springer Science and Business Media Inc. New York.
Codex Alimentarius Commission. GL 24-1997. General guidelines for use of the term
“Halal”.
Fadilah, R. 2005. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis. Cetakan ke-
2. Agromedia Media Pustaka. Jakarta.
---------------- dan Polana A. 2004. Aneka Penyakit pada Ayam dan Cara
Mengatasinya. Depok. PT. Agromedia Pustaka.
Kayne SB dan Jepson MH. 2004. Veterinary Pharmacy. London (UK): Pharmaceutical
Pr.
46
Khurniyah, Hildah dkk. 2016. Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen terhadap Kualitas
Produk Rumah Potong Ayam PT. Ciomas Adisatwa Maros Sulawesi Selatan.
Jurnal Ilmu Ternak Vol. 5.
Metia, M. 2016. Teknologi Pasca Panen Ayam Potong (BROILER). Seminar Nasional
Pengembangan Pendidikan Tinggi ISBN: 978-602-60613-0-0. Universitas
Andalas. Padang.
Mulyantini, N.G.A. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.
Office International Epizootic. 2000. OIE Manual of Standards for Diagnostic Test
and Vaccines. 4th Ed. Office International des Epizooties. Paris.
Rahayu, I., T. Sudaryani dan H. Santosa. 2011. Panduan Lengkap Ayam. Penebar
Swadaya. Jakarta.
---------------- 2012. Panduan Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Hal : 106 –
109. Jakarta.
Tamalluddin, F. 2012. Ayam Broiler 22 Panen Lebih Untung. 6-10, 15-17, 21-22, 25-
26, 30-33, 69, 81. Panebar Swadaya. Depok.
LAMPIRAN
Dokumentasi Praktikum
3) Hasil Deboning
49
Perhitungan
IP =
Rata-rata berat panen x (100-persentase kematian) x 100
Rata-rata umur panen x konversi ransum
x 100
= 0,7582 x (100-0)
28 x 1,28
75,82
= x 100
35,84
= 2,1155 x 100
= 211,55
50
Pembagian Tugas
(200110170272)