Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI BENIH


“TEKNIK PENGUJIAN KADAR AIR BENIH”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata kuliah Fisiologi dan Teknologi
Benih

Disusun oleh:
Nama : Eka Widianingsih
Nim : 4442210036
Kelas :4F
Kelompok : 3 (Tiga)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur akan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya.
Sehingga penulis dapat diberikan kelancaran dan kemudahan dalam menyusun
Laporan Praktikum Fisiologi dan Teknologi Benih yang berjudul “Teknik
Pengukuran Kadar Air Benih” bisa terselesaikan dengan baik. Adapun laporan ini
disusun sebagai salah satu syarat bagian dari tugas mata kuliah Fisiologi dan
Teknologi Benih.
Dalam menyusun laporan ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
laporan ini. Adapun pihak-pihak tersebut antara lain: Ibu Prof. Dr. Kartina A.M.,
M. P., Bapak Dr. Rusmana, Ir., M.P., Ibu Kirana Nugraha Lizansari, S.P., M.Si.,
dan Ibu Imas Rohmawati, S.P., M. Si., selaku tim dosen pengampu mata kuliah
Fisiologi dan Teknologi Benih; serta Saudari Puspita Sri Rahayu, selaku asisten
laboratorium Fisiologi dan Teknologi Benih.
Demikian laporan yang penulis buat ini. Penulis menyadari bahwa laporan
praktikum ini belumlah dikatakan sempurna. Untuk itu, dengan sangat terbuka
penulis menerima kritik dan saran dari pembaca sekalian. Semoga laporan
praktikum ini bermanfaat untuk kita semua.

Serang, Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2 Tujuan.......................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Benih......................................................................................... 2
2.2 Definisi Kadar Air Benih............................................................................ 2
2.3 Metode Uji Kadar Air Benih....................................................................... 3
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat...................................................................................... 4
3.2 Alat dan Bahan............................................................................................ 4
3.3 Cara Kerja................................................................................................... 4
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil............................................................................................................ 7
4.2 Pembahasan................................................................................................. 8
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan................................................................................................... 11
5.2 Saran......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 12
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Pengukuran Kadar Air Benih............................................................ 7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam proses produksi tanaman, benih berperan sangat penting untuk
memastikan kualitas dan produktivitas hasil tanaman. Benih perlu dilakukan
penanganan dengan serius untuk memperoleh standar mutu benih yang diinginkan.
Benih yang bermutu mampu meningkatkan daya produktivitas. Selama prosesnya
dibutuhkan waktu yang cukup lama, dimulai saat memilih sumber benih sampai
penyimpanan benih. Benih perlu melalui proses perkecambahan sebelum tumbuh
menjadi sebuah tanaman (Tefa, 2017). Benih yang disimpan memiliki umur
simpanan tertentu. Hal ini dikarenakan sifat benih yang mampu melakukan proses
respirasi. Pada masa penyimpanan, benih akan menghadapi kemunduran sehingga
kualitas menurun. Lamanya penyimpanan juga berpengaruh terhadap penurunan
mutu benih (Dewi, 2015). Proses ini tidak mampu dihentikan, kecuali dilakukannya
upaya penekanan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi benih. Pengaruh
tersebut dapat berupa faktor internal maupun eksternal. Salah satunya penyebab laju
kemunduran benih ialah udara lembab yang relatif tinggi hingga mempengaruhi
visibilitas benih menurun selama masa penyimpanan. Umumnya, setiap kadar air
benih naik 1% benih akan turun setengahnya. Selain itu, kandungan air pada benih
juga sangat berpengaruh terhadap visibilitas benih. Dengan begitu, perlu dilakukan
pengujian kadar air benih, dimana untuk mengetahui tingkat daya penyimpanan.
Adapun prinsip dalam pengukurannya dilakukan dengan mengukur keseluruhan
jenis air yang ada pada dalam benih (Arif dan Nur, 2018).
Berdasarkan penjelasan di atas, diketahui bahwa uji kadar air perlu dilakukan
untuk mengetahui standar ketersediaan kadar air pada benih. Sebagaimana
praktikum ini dilakukan untuk mengetahui pengukuran kadar air dalam benih.

1.2 Tujuan
Adapun praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk melatih cara pengukuran
kadar air benih dengan metode langsung dan tidak langsung.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Benih


Benih merupakan bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai perbanyakan
tanaman. Sebagaimana dalam UUD RI Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4 yakni "Benih tanaman yang
selanjutnya disebut benih adalah tanaman atau bagian yang digunakan untuk
memperbanyak atau mengembangbiakkan tanaman" (Syamsia, 2023).
Benih baru siap panen setelah melalui proses fisiologis. Selama proses fisiologis
terdapat beberapa fase, yakni fase pembuahan, fase penimbunan dan fase
pemasakan. Awal mula pertumbuhannya dimulai setelah proses penyerbukan
dengan ditandai adanya pembentukan jaringan dan kadar air yang tinggi.
Dilanjutkan dengan proses penimbunan zat makanan dengan ditunjukkan naiknya
berat kering benih dan menurunnya kadar air. Terakhir, pemasakan dimana kadar
air akan memperoleh keseimbangan (Asril, et al., 2023).

2.2 Definisi Kadar Air Benih


Kadar air benih adalah suatu kondisi dimana kadar air benih bergantung pada
kelembapan relatif udara disekitarnya. Semakin tinggi kelembapan relatif udara
disekitar, semakin tinggi juga kadar air benih. Sehingga kadar air benih mampu
memperoleh keseimbangan dengan kelembaban relatif udara sekitar. Peran kadar
air ini sangat berperan penting dalam bahan pangan dengan ditentukan melalui
kesegaran dan lama penyimpanan bahan pangan. Tingginya kadar akan berdampak
timbulnya bakteri, kapang, dan khamir dalam berkembangbiak (Savero, et al.,
2018).
Selain itu, kadar air yang tinggi dapat membuat benih berkecambah sebelumnya
waktu penanamannya. Hal ini terjadi karena benih beraktivitas melalui pernapasan
atau respirasi yang akhirnya cadangan makanan menjadi habis. Sifat benih yang
hidroskopis, membutuhkan tempat penyimpanan yang aman, dimana kelembapan
udara yang terjaga sehingga benih dapat disimpan dalam jangka panjang
(Kusumawardana dan Nanda, 2019).

2
2.3 Metode Uji Kadar Air Benih
Adapun metode dalam menguji kadar air benih sebagai berikut.
1. Secara Langsung
Metode secara langsung atau pengeringan merupakan metode yang
menggunakan alat oven untuk mengeringkan kadar air dalam benih. Hal ini
dilakukan pada suhu rendah (103°C) dan suhu tinggi (130°C) (Asril, et al., 2023).
Pada uji suhu tinggi dilakukan selama 1-4 jam dan bersifat tidak wajib, biasanya
hanya yang ingin menyertakannya saja. Sedangkan pada uji suhu rendah
dilaksanakan selama 17 jam dan bersifat wajib, karena sudah menjadi komoditas
yang tertera dalam ISTA. Dalam uji secara langsung ini benih perlu dipotong atau
dihaluskan sebelum pengovenan, tergantung jenuh benihnya. Hal ini bersifat wajib
dalam persyaratan ISTA (Kusumawardana dan Nanda, 2019). Adapun perhitungan
kadar air benih secara langsung sebagai berikut.
(𝑀2 − 𝑀1) − (𝑀3 − 𝑀1)
𝐾𝐴(%) = × 100%
(𝑀2 − 𝑀1)

2. Secara Tidak Langsung


Metode secara tidak langsung diterapkan dengan menggunakan alat pengukur
digital, yakni moisture meter. Hal ini dapat dilakukan dengan dinyatakan melalui
persentase kadar air yang tertera pada alat tersebut melalui satuan desimal (Asril, et
al., 2023). Adapun rumusnya sebagai berikut.
𝑀1 + 𝑀2
𝐾𝐴(%) = × 100%
2

3
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Adapun praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 15 Maret 2023, pukul
09.10-10.50 WIB di Lantai 3, Laboratorium Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yakni Oven, timbangan,
Stainlite moisture meter, wadah bening, cawan porselen, desikator, ayakan dan
grinder Sedangkan bahan yang digunakan yaitu benih padi, dan kacang tanah.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja praktikum ini sebagai berikut.
3.3.1 Secara Langsung
3.3.1.1 Suhu Rendah (103°C)
1. Dimasukkan cawan benih beserta tutupnya ke dalam oven 103°C selama
5-10 menit, kemudian didinginkan dan timbang bobotnya (M1).
2. Disiapkan benih yang akan diuji kadar airnya. Untuk cara yang
diameternya < 8 cm, contoh kerja 4-5 gr. Untuk cawan > 8 cm, contoh
kerja 10 gr. Masukkan contoh kerja tersebut ke dalam cawan yang telah
disiapkan dan timbang bobotnya bersama-sama (M2).
3. Dimasukkan cawan beserta benih ke dalam oven pada suhu 103°C
selama 17 jam. Tutup cawan harus dibuka selama benih di dalam oven.
4. Diangkat cawan dari oven setelah 17 jam (cawan ditutup). Masukkan ke
dalam desikator selama 30-45 menit.
5. Ditimbang benih beserta cawannya (M3). Hitung kadar air dengan
rumus:
(𝑀2 − 𝑀1) − (𝑀3 − 𝑀1)
𝐾𝐴% =
(𝑀2 − 𝑀1)

4
6. Dilakukan pengujian dengan 2 ulangan dan hitung rata-rata. Batas
toleransi antara 2 ulangan adalah 0,2%. Apabila lebih dari 0,2% maka
harus di ulang. Khusus benih tanaman keras, apabila sulit didapatkan
nilai tersebut maka kisaran dapat diperbesar 0,3-2,5%.

3.3.1.2 Suhu Tinggi (130°C)


1. Dimasukkan cawan benih beserta tutupnya ke dalam oven 130°C selama
5-10 menit, kemudian didinginkan dan timbang bobotnya (M1).
2. Disiapkan benih yang akan diuji kadar airnya. Untuk cara yang
diameternya < 8 cm, contoh kerja 4-5 gr. Untuk cawan > 8 cm, contoh
kerja 10 gr. Masukkan contoh kerja tersebut ke dalam cawan yang telah
disiapkan dan timbang bobotnya bersama-sama (M2).
3. Dimasukkan cawan beserta benih ke dalam oven pada suhu 130°C.
Untuk benih padi di oven selama 4 jam dan benih kacang tanah selama
1 jam. Tutup cawan harus dibuka selama benih di dalam oven.
4. Diangkat cawan dari oven (cawan ditutup). Masukkan ke dalam
desikator selama 30-45 menit.
5. Ditimbang benih beserta cawannya (M3). Hitung kadar air dengan
rumus:
(𝑀2 − 𝑀1) − (𝑀3 − 𝑀1)
𝐾𝐴% =
(𝑀2 − 𝑀1)
6. Dilakukan pengujian dengan 2 ulangan dan hitung rata-rata. Batas
toleransi antara 2 ulangan adalah 0,2%. Apabila lebih dari 0,2% maka
harus di ulang. Khusus benih tanaman keras, apabila sulit didapatkan
nilai tersebut maka kisaran dapat diperbesar 0,3-2,5%.

3.3.2 Secara Tidak Langsung


1. Disiapkan alat steinlite moisture meter dan benih padi (Oryza sativa) serta
benih kacang tanah (Arachis hypogeae).
2. Diatur terlebih dahulu alat steinlite moisture meter dengan kode benih yang
akan diukur.

5
3. Dimasukkan benih kacang tanah ke dalam steinlite moisture meter dengan
dua ulangan secara bergantian.
4. Dimasukkan juga benih padi dengan dua ulangan secara bergantian.
5. Dicatat hasil yang ditunjukkan pada alat.

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kadar Air Benih
Metode

Bukan
Oven
Kel Kom. U Oven

Oven suhu rendah Oven suhu tinggi Moisture

M1 M2 M3 %KA M1 M2 M3 %KA %KA

1 2,221 11,884 9,042 29% 2,153 11,752 10,527 12%


Padi
2 2,202 11,872 9,030 29% 2,156 11,665 10,507 12%
1
1 2,188 12,078 10,529 15% 2,151 11,392 9,737 17%
KT
2 2,203 12,042 10,375 16% 2,151 11,401 9,781 17%

1 2,178 11,782 9,046 20% 2,157 11,493 10,387 11%


Padi
2 2,162 11,878 9,035 20% 2,155 11,451 10,321 11% 8,6%
2
1 2,154 12,512 10,372 20% 2,161 12,098 11,142 9% 8,2%
KT 0,9%
2 2,163 12,435 10,271 20% 2,166 12,103 11,103 10%
0,8%
1 2,174 10,447 9,459 11% 2,152 11,235 10,240 10%
Padi
2 2,1609 10,301 9,377 11% 2,150 11,260 10,258 11%
3
1 2,170 10,636 9,321 15% 2,135 11,651 10,366 13%
KT
2 2,169 10,552 9,493 10% 2,130 11,708 10,282 14%

1 2,213 11,410 9,032 25% 2,1321 11,635 10,548 11%


Padi
2 2,232 11,464 9,104 25% 2,141 11,554 10,544 10%
4
1 2,175 12,436 10,526 18% 2,152 11,857 10,437 14%
KT
2 2,186 12,533 10,636 18% 2,160 11,820 10,389 14%

1 2,169 11,885 10,012 19% 2,154 12,015 11,061 10%


Padi
2 2,153 11,770 10,006 18% 2,153 12,101 11,105 10%
5
1 2,162 12,657 11,235 13% 2,161 11,231 10,320 10%
KT
2 2,134 12,633 11,148 14% 2,160 11,261 10,359 9%

1 2,179 11,165 9,234 21% 2,166 12,187 11,201 9%


Padi
6 2 2,212 11,165 9,234 21% 2,171 12,200 11,234 9%

KT 1 2,185 12,339 10,764 15% 2,182 11,513 9,750 18%

7
2 2,183 12,406 10,685 16% 2,175 11,487 9,763 18%

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini membahas tentang "Teknik Pengujian Kadar Air Benih"
dengan tujuan untuk melatih cara pengukuran kadar air benih dengan metode
langsung dan tidak langsung. Menurut Syamsia (2023) berdasarkan undang-undang
RI No. 12 tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman Bab I ketentuan umum
pasal 1 ayat 4 mengenai benih, benih tanaman yang selanjutnya disebut benih
adalah tanaman atau budidaya yang dipergunakan sebagai perbanyakan atau
pengembangbiakan tanaman. Pada benih terdapat kadar air untuk menentukan
komoditas waktu penyimpanan benih. Untuk menentukan kadar air benih tersebut
dapat dilakukan dengan beberapa metode. Sebagaimana hal ini disampaikan oleh
Kusumawardana dan Nanda (2019) bahwa terdapat beberapa metode yang
digunakan untuk menentukan kadar air benih, yakni metode secara langsung dan
tidak langsung. Hal ini diperkuat oleh Asril et al (2023) bahwa metode secara
langsung merupakan metode yang menggunakan alat oven untuk mengeringkan
kadar air benih dalam suhu rendah dan tinggi, sedangkan metode tidak langsung
ialah metode yang diterapkan dengan menggunakan alat pengukur digital, seperti
moisture meter.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada praktikum ini menggunakan
metode secara langsung dan tidak langsung, dimana secara langsung metode ini
dilakukan pada suhu rendah (103°C) maupun tinggi (130°C), sedangkan secara
tidak langsung menggunakan alat stainlite moisture meter. Menurut ISTA (2017)
mengatakan bahwa pada umumnya prosedur pengujian kadar air dalam benih hanya
dilakukan pada metode secara langsung dengan suhu rendah dan tidak bersifat
wajib untuk menguji di suhu tinggi. Meskipun begitu, pengujian ini dilakukan untuk
membandingkan kadar air benih pada suhu rendah dan suhu tinggi. Hal ini
dilakukan karena keduanya memiliki perbedaan masing-masing. Pada pengujian
suhu rendah diketahui bahwa membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal ini
diperkuat oleh ISTA (2017) bahwa umumnya tanaman yang tidak diatur dengan
jelas dapat menggunakan metode oven pada suhu rendah dengan membutuhkan
waktu pengovenan selama 17 jam, sedangkan pada suhu tinggi lebih efisien waktu.

8
Dalam ketentuan uji kadar air benih, biasanya benih perlu dihaluskan atau
dipotong sesuai jenis benih yang digunakan sebelum pengovenan. Sebagaiman hal
ini disampaikan oleh Apriyani (2014) mengatakan bahwa untuk membuat
permukaan benih menjadi luas saat suhu tinggi dapat dilakukan dengan cara
pengirisan, atap pemotongan, sehingga daerah permukaan luas akan penguapan dan
proses keluarnya molekul air menjadi mudah. Pada pengujian kadar air benih ini
dilakukan dengan menggunakan benih padi dan kacang tanah. Kedua benih tersebut
diberikan perlakuan yang berbeda. Pada benih padi, sebelum pengovenan perlu
dihaluskan terlebih dahulu, sedangkan kacang tanah dapat dilakukan dengan
dipotong-potong karena adanya kandungan minyak didalamnya. Hal ini diperkuat
oleh Agustin dan Yudha (2017) bahwa benih yang memiliki kandungan minyak
yang tinggi perlu dilakukan dipotong secara kecil, agar tidak menghambat
keluarnya air dalam benih. Pendapat lain dari Sa'diyah (2008) mengungkapkan
bahwa benih yang melalui proses penghalusan atau dipotong sebelum pengovenan
berdampak pada oksidasi yang berpengaruh terhadap bobot benih, bahkan
berpotensi terjadinya kegagalan dalam menentukan kadar air benih. Hal ini
diperjelas oleh Arif dan Nur (2018) bahwa perbedaan potensi yang dihasilkan perlu
diketahui agar terhindar dari kesalahan dalam membaca kadar air benih yang
berdampak pada rendahnya daya kecambah benih.
Berdasarkan dengan pengujian yang dilakukan sebanyak dua kali ulangan.
Benih yang sudah dihaluskan atau dipotong kecil diletakkan pada wadah. Sebelum
diletakkan dalam wadah, wadah aluminium yang sudah di oven selama 10 menit
perlu ditimbang terlebih dahulu sebagai bobot (M1), hingga (M2) diperoleh bobot
dari wadah dengan benih. Setelah itu, masukkan ke dalam oven sesuai suhu rendah
(103°C) selama 17 jam dan suhu tinggi (130°C) dengan waktu ditentukan
tergantung jenis benih. Untuk benih padi selama 1 jam dan kacang tanah selama 4
jam. Sebagaimana cara ini pernah dilakukan oleh Arif dan Nur (2018) bahwa dalam
metode oven benih yang berada dalam (M2) dimasukkan ke dalam oven sesuai suhu
dan waktu yang telah ditetapkan, dimana suhu rendah 103 ± 2°C selama 17 ± 1 jam
dan suhu tinggi 130 + 3°C selama 3 jam ± 9 menit. Kemudian, setelah melewati
masa pengovenan, didinginkan terlebih dahulu pada desikator dan timbang bobot
yang diperoleh sebagai (M3). Untuk perhitungan kadar air benih dapat

9
menggunakan dasar bobot yang sesuai dengan rumus standar yang diberikan ISTA
(2010).
Berdasarkan tabel di atas mengenai hasil pengukuran kadar air benih baik
metode secara langsung dan tidak langsung pada masing-masing benih padi dan
kacang tanah. Dalam metode secara langsung (oven) terdiri dari dua bagian, yakni
suhu rendah dan suhu tinggi. Pada tanaman padi suhu rendah didapat KA tertinggi
oleh K1U1 dan K1U2 dengan nilai 29%, dan KA terendah oleh K3U1 dan K3U2
sebesar 11%. Sedangkan untuk suhu tinggi pada padi didapat KA tinggi oleh K1U1
dan K1U2 sekitar 12% dan KA terendah didapat pada K6U1 dan K6U2 dengan 9%.
Kemudian dilanjut pada tanaman kacang tanah dengan suhu rendah didapat KA
tertinggi oleh K2U1 dan K2U2 sebesar 20% dan KA terendah diperoleh K3U2
sekitar 10%. Sedangkan untuk suhu tinggi pada tanaman kacang tanah didapat KA
tinggi oleh K6U1 dan K6U2 sekitar 18% dan KA terendah didapat pada K2U2 dan
K5U2 dengan 9%.
Menurut Tefa (2017) benih padi dengan penyimpanan pada kadar air 12-14%
mampu menurunkan Viabilitas secara cepat dan membuat tumbuhnya cendawan
yang merusak benih. Hal ini dapat dikatakan bahwa benih padi dengan kadar air >
12% sudah dapat menurunkan komoditas benih. Sama halnya dengan tanaman
kacang tanah. Sebagaimana disampaikan oleh Antriana (2016) bahwa kadar air
yang optimal untuk kacang tanah berkisar 6-8%, lebih dari itu akan menurunkan
Viabilitas dan memicu tumbuhnya cendawan aktif. Selain itu, pada metode tidak
langsung (bukan oven) didapat pada tanaman padi hasil tertinggi sebesar 8,6% dan
rendah 8,2%. Sedangkan pada tanaman kacang tanah hasil tertinggi sekitar 0,9%
dan rendah 0,8%. Selisih antar ulangan pada tanaman padi didapat 0,4% dan kacang
tanah diperoleh 0,1%. Menurut Arif dan Nur (2018) adanya selisih antar ulangan
akan masuk ke dalam hasil pengujian kadar air benih dan mewakili populasi benih
yang diuji.

10
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini dimana berdasarkan Undang-undang RI
No. 12 tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman Bab I ketentuan umum pasal
1 ayat 4 mengenai benih, benih tanaman yang selanjutnya disebut benih adalah
tanaman atau budidaya yang dipergunakan sebagai perbanyakan atau
pengembangbiakan tanaman. Untuk menentukan kadar air dalam benih perlu
dilakukan dengan cara beberapa metode yang terdiri dari metode secara langsung
dan secara tidak langsung. Pengujian dilakukan menggunakan benih padi dan
kacang tanah yang masing-masing dilakukan ulangan sebanyak 2 kali. Pada metode
secara langsung dilakukan pengovenan pada suhu rendah (103°C) dan suhu tinggi
(130°C). Sedangkan metode secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
menggunakan bantuan alat berupa stainlite moisture meter. Benih yang melebihi
kada air optimal, maka akan menurunkan Viabilitas benih dan timbulnya cendawan
yang dapat merusak benih.

5.2 Saran
Adapun saran pada praktikum ini diharapkan praktikan memahami terlebih
dahulu materi yang diberikan asisten laboratorium dan untuk menguji kadar air
benih ini perlu diperhatikan prosedur yang telah ditetapkan, agar data yang
diperoleh valid.

11
DAFTAR PUSTAKA

Asril, M., et al. 2023. Teknologi dan Produksi Benih. Jakarta: Yayasan Kita
Menulis.
Arif, M., dan Nur. M. Akbar Ilahi. 2018. Aplikasi Metode Oven Suhu Tinggi Tetap
dan Benih Utuh Dalam Pengujian Kadar Air Benih Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis L. Jacq.). J. Pen. Kelapa Sawit, vol. 26(3): 153-159.
Agustin, H., dan Yudha. P. 2017. Pengembangan Metode Penetapan Kadar Air
Benih Sagapohon (Adenanthera pavoninaL) dengan Metode Oven Suhu
Rendah dan Tinggi. Agrin, Vol. 21(1): 17-25.
Antriana, N. 2016. Kadar Air, Kualitas Fisik Biji dan Serangan Cendawan
Pascapanen pada Kacang Tanah yang Diperoleh Dari Pasar Tradisional
Ciampea Bogor. Biologi Sel, vol. 5(2): 133-143.
Apriyani, S. N. 2014. Pengembangan metode uji kadar air benih pala
(Myristicaspp). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Dewi, K. T. 2015. Pengaruh Kombinasi Kadar Air Benih dan Lama Penyimpanan
terhadap Viabilitas dan Sifat Fisik Benih Padi Sawah Kultivar Ciherang.
Jurnal Agrorektan, Vol. 2(1): 53-61.
ISTA InternasionaI Seed Testing Association. 2017. International Rules for Seed
Testing 2017.The International Seed Testing Association. Switzerland
(CH): ISTA.
ISTA (International Seed Testing Association). 2010. Determination of moisture
content. Dalam: ISTA. International rules for seed testing edition 2010. hh.
9.1 – 9.20. Zurich. Swiss.
Kusumawardana, A., dan Nanda. H. 2019. Uji Cepat Mutu Benih. Malang: CV.
Multimedia Edukasi.
Mira, S., E. Estrelles, dan M. E. Gonzalez Benito. 2014. Effect of water content and
temperature on seed longevity of seven brassicaceae species after 5 years
of storage. Plant Biol (Stuttg), vol. 17(1): 153-62.
Syamsia. 2023. Teknologi Produksi Benih Refugia. Jakarta: PT. News Media
Indonesia Anggota IKAPI.

12
Savero, E., Farida. A. S., dan Hudiono. 2018. Uji Kualitas Kadar Air Benih Jagung
dengan Metode Kapasitif Berbasis Web. Jurnal JARTEL, Vol. 7(2): 48-53.
Sa’diyah, P.F. 2008. Teknik pengukuran kadar air benih jarak pagar (Jatropha
curcas Linn.) dengan menggunakan metode langsung dan tidak langsung.
Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Tefa, A. 2017. Uji Viabilitas dan Vigor Benih Padi (Oryza sativa, L.) selama
Penyimpanan pada Tingkat Kadar Air yang Berbeda. Portal Jurnal Unimor,
vol. 2(3): 48–50.

13
LAMPIRAN

Lampiran 1. Padi Lampiran 2. Kacang Lampiran 3. Alu untuk


sebagai Bahan Praktikum Tanah sebagai Bahan Menghaluskan Bahan
Praktikum

Lampiran 4. Cawan Lampiran 5. Timbangan Lampiran 6. Oven sebagai


Aluminium sebagai sebagai Alat Praktikum sebagai Alat Praktikum
Alat Praktikum

Anda mungkin juga menyukai