Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TEKNOLOGI TEPAT GUNA

TEKNOLOGI MESIN PENETAS TELUR ITIK OTOMATIS M E N G G U N A K A N


MIKROKONTROLER ARUINO UNO

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK V
Irham Miftahul Hamka 09220200086

Aprilia Dwiyanti Wirayana 09220210059

Muh Achzan Ashari 09220200091

Muh Sultan 09220200094

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS MUSLIM INDOSESIA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memeberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaika tugas makalah ini yang berjudul “Teknologi Penetas Telur Itik Otomatis
Menggunakan Mikrokontroler Arduino Uno” ini tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Teknologi Tepat
Guna. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan bagi
penulis.
Kami menucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampuh Teknologi Tepat Guna, yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengatuhuan dan wawasan sesuai bidang studi
yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi Sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan mkalah ini.

Makassar, 3 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................1
1.2 Tujuan .............................................................................................................3
1.3 Manfaat ...........................................................................................................3
BAB II DASAR TEORI ..................................................................................................4
2.1 Telur Itik .........................................................................................................4
2.2 Penetasan telur secara umum. .........................................................................5
2.3 Proses Penetasan Telur Itik .............................................................................6
2.4 Jenis Alat Tetas Buatan ..................................................................................7
2.5 Mikrokontroler Arduino Uno... ....................................................................10
BAB III METODOLOGI PROSES .............................................................................11
3.1 Proses Persiapan ...........................................................................................11
3.2 Perancangan Alat ..........................................................................................12
3.3 Proses Penetasan Telur .................................................................................14
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................17
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................17
4.2 Saran .............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Di Indonesia sektor peternakan memegang peran penting bagi pertumbuhan


perekonomian, karena sektor perternakan merupakan motor penggerak pembangunan
khususnya di wilayah pedesaan. Selain itu pertumbuhan penduduk yang sangat cepat
di Indonesia ini berdampak pada tingkat konsumsi pangan masyarakat meningkat,
khususnya akan kebutuhan daging unggas maupun telurnya yang kaya akan sumber
protein utama. Hal tersebut harus diimbangi dengan persediaan yang cukup untuk
memenuhi ketersediaan pangan, sehingga ketahanan pangan yang mengandung protein
tinggi tetap terpenuhi.
Masalah utama yang dihadapi oleh peternak adalah keterbatasan produksi bibit ayam
sehingga tidak mampu melayani seluruh pembeli yang memesan. Salah satu faktor
penyebabnya adalah daya tetas telur yang belum maksimal. Permintaan akan unggas
tersebut setiap bulannya meningkat cukup tajam, seiring dengan menjamurnya warung-
warung makan dan restaurant yang menyediakan menu berbahan dasar unggas tersebut.
Untuk memenuhi permintaan tersebut kita tidak hanya cukup mengandalkan cara
tradisional karena tidak bisa memproduksi dengan cepat, tetapi diperlukan dengan
teknologi yang dapat mempercepat dan mempermudah dalam penetasan telur, yaitu
dengan mesin penetas telur.
Penetasan telur menggunakan mesin tetas memiliki banyak keuntungan dan
kemudahan dibandingkan dengan cara tradisional. Salah satunya telur dapat ditetaskan
dalam jumlah banyak, tetapi disamping itu dibutuhkan ketekunan dan ketelitian tersendiri
dalam pembuatan mesin penetas, mulai dari seleksi telur, cara penyimpanan telur
(posisi/letak telur), temperatur serta kelembaban yang harus dijaga.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mencoba untuk membuatsuatu mesin
penetas telur mengggunakan pengontrol otomatis agar mempermudahkan proses
penetasan serta mendapatkan hasil penetasan yang maksimal dan sesuai dengan yang
diharapkan. Alat penetas telur yang di lengkapi dengan peralatan pendukung untuk
mengatur kondisi suhu dan kelembaban yang serupa dengan suhu pada induk ayam.
Dari kebanyakan penetas telur pada umumnya rata-rata dikerjakan manual, salah
satunya untuk membolak balikkan telur dalam jangka waktu yang ditetapkan, dan

1
mengecek kadar suhu yang harus diterima telur dalam setiap harinya. Tentunya semua
yang dilakukan ini sangat menyita waktu dalam pengerjaannya. Dalam kasus ini maka
alat yang demikian sudah jauh tertinggal ketika berada di zaman sekarang, karena sudah
banyak trobosan baru yang bisa membuat alat lebih simpel dan praktis. Maka dari itu ilmu
yang telah dipelajari dalam dunia elektronika sangat bisa membantu dalam membuat alat
ini, salah satunya dengan menggunakan mikrokontroler sehingga memudahkan peternak
untuk merealisasikan keinginannya dalam berternak ayam atau unggas lainnya, dengan
biaya yang tidak terlalu besar dan memiliki kemampuan penetasan yang sama bahkan
melebihi alat penetas telur yang lainnya.
Kontrol otomatis telah memegang peranan yang sangat penting dalam
perkembangan ilmu dan teknologi. Di samping sangat diperlukan pada pesawat ruang
angkasa, peluru kendali, sistem pengendali pesawat, dan sebagainya. Kontrol otomatis
telah menjadi bagaian yang sangat penting dan terpadu dari proses-proses dalam pabrik
dan industri modern. Misalnya kontrol otomatis perlu sekali dalam kontrol numeric dari
mesin alat-alat bantu industri manufaktur. Ia juga perlu sekali dalam operasi industri
seperti pengontrolan tekanan, suhu,kelembaban, viskositas, dan arus dalam industri
proses.
Kontrol Otomatis digunakan untuk pengaturan beberapa obyek untuk tujuan
tertentu. Pada kontrol manual, yang bertindak sebagai kontrol adalah manusia. Sedangkan
pada kontrol otomatis, peran manusia sebagai operator digantikan oleh peralatan
mekanik maupun elektronik. Kontrol otomatis membandingkan harga yang sebenarnya
dari keluaran “plant” dengan harga yang diinginkan, menentukan deviasi, dan
menghasilkan sinyal kontrol yang akan memperkecil deviasi sampai nol atau sampai
suatu harga yang kecil. Cara control otomatis menghasilkan sinyal kontrol disebut aksi
pengontrolan (control action). Kontroler otomatis biasa dipergunakan dibidang industri,
di mana prinsip kerja yang digunakan sama yaitu meliputi proses mengamati, mengolah
informasi dan memberikan reaksi terhadap alat.
Berbeda dengan ayam, itik hanya dapat menghasilkan 2-3 butir telur per tiga hari.
Secara alami, induk betina akan mengerami telurnya selama waktu tertentu hingga
menetas menjadi anakan. Waktu yang dibutuhkan untuk mengerami telurnya berbeda-
beda untuk setiap jenis unggas. Lama penetasan telur ditempat pengeraman sangat
tergantung dari besar kecilnya telur. Semakin besar ukuran telur biasanya semakin lama

2
waktu yang dibutuhkan untuk mengerami telur hingga saat menetas menjadi anakan
sebaliknya, semakin kecil ukuran telur maka akan semakin cepat pula waktu pengeraman
yang dibutuhkan.
Setiap telur dari berbagai jenis unggas mempunyai lama waktu penetasan yang
berbeda-beda. Telur ayam mempunyai lama penetasan normal selama 21 hari, untuk telur
itik/bebek mempunyai lama penetasan selama 27 – 30 hari, sedangkan untuk entok
mempunyai lama penetasan selama35 – 40 hari. Jika hanya mengandalkan pengeraman
alami persentase keberhasilan telur yang menetas hanya sekitar 50% - 60%. Kegagalan
ini dapat disebabkan karena kondisi lingkungan yang tidak stabil dan dapat
mengakibatkan embrio didalam telur tidak berkembang dengan sempurna. Dalam usaha
peternakan, penetasan telur merupakan hal yang sangat penting untuk kelangsungan
usaha (Wakhid, 2017).

1.2 Tujuan
Memberikan informasi perancangan dan inovasi teknologi penetas telur itik
otomatis menggunakan mikrokontroler Arduino Uno di daerah yang memiliki banyak
peternakan itik.

1.3 Manfaat
Alat tersebut dapat digunakan untuk menetaskan telur itik secara otomatis
menggunakan mikrokontroler Arduino Uno dengan menggunakan peralatan sederhana
dan hasil yang lebih efisien untuk menetaskan telur itik.

3
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Telur Itik
Telur tersusun oleh tiga bagian utama yaitu kulit telur, bagian cairan bening
(albumen), dan bagian cairan yang bewarna kuning (yolk). Kualitas telur dapat
ditentukan dengan mengacu pada beberapa standar yang menentukan baik kualitas
internal maupun eksternal. Kualitas eksternal difokuskan pada kebersihan kulit, tekstur,
bentuk, warna kulit dan keutuhan telur. Kualitas internal mengacu pada putih telur
(albumen) : Kebersihan dan viskositas, ukuran sel udara, bentuk kuning telur dan
kekuatan kuning telur (Prasetya, 2015).

Gambar 1. Struktur Telur

Telur itik termasuk kedalam telur yang berukuran besar. Beratnya kurang lebih 60
g/butir. Warna kulit telur itik hijau kebiruan, cangkangnya lebih tebal dibandingkan jenis
telur yang lain sehingga cangkang telur itik tidak mudah retak. Kulit telur merupakan
bahan alami yang dapat melindungi telur dari kerusakan fisik atau biologis yang
dilengkapi dengan pori-pori kerabang yang berguna sebagai sebagai pertukaran gas dari
dalam dan dari luar telur. Pori-pori telur itik lebih besar jika dibandingkan dengan telur
ayam (Radiati, dkk., 2017).
Telur itik merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa
sangat lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi terutama protein, lemak dan
karbohidrat. Pemanfaatan telur itik masih terbatas pada pengolahan pangan
disebabkan oleh aroma yang kurang disukai dan sifatnya yang mudah rusak,sehingga
diperlukan proses pengawetan yang tepat.

4
Tabel 1. Komposisi Kimia Telur Itik
Komposisi Telur Itik
Kalori (kal) 189
Protein (g) 13,1
Lemak (g) 14,3
Hidrat arang(g) 0,8
Kalsium (mg) 56
Fosfor (mg) 175
Besi (mg) 2,8
Vit. A S.I 1230
Vit. B-1 (mg) 0,18
Vit.C (mg) 0
Air (g) 70,8
b.d.d (%) 90
Sumber : Hariyanto (2016)

2.2 Penetasan Telur Secara Umum


Penetasan telur merupakan upaya bangsa unggas dalam mempertahankan
populasinya, yaitu dengan bertelur. Telur tersebut kemudian ditetaskan, baik secara alami
maupun buatan hingga melahirkan individu baru (Paimin, 2011).
Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai telur
pecah dan menghasilkan anak. Penetasan dapat dilakukan secara alami oleh induk atau
secara buatan (artifisial) menggunakan mesin tetas. Telur yang digunakan adalah telur
tetas, yang merupakan telur fertil atau telur yang telah dibuahi oleh sperma, dihasilkan
dari peternakan unggas pembibit, bukan dari peternakan unggas petelur komersil
(Suprijatna, dkk. 2005).
2.2.1 Penetasan Telur dengan Induk
Menetaskan telur dengan induk umumya disebut pengeraman atau penetasan secara
alami. Penetasan dengan induk merupakan cara yang paling sederhana dalam menetaskan
telur. Proses penetasan secara alami ini dapat berjalan bila tersedia tempat penetasan telur
yang kelak akan menghasilkan individu baru. Tempat penetasan secara alami ini biasanya

5
disebut sarang atau sangkar. Secara alami, sarang akan diletakan induknya ditempat yang
tenang, agak gelap, dan bebas dari gangguan. Jumlah telur yang bisa ditetsaskan oleh
induk terbatas biasanya induk ayam hanya dapat mengerami 10 – 15 butir telur (Paimin,
2011).
2.2.2 Penetasan Telur dengan Alat Tetas Buatan
Proses menetaskan telur dengan alat tetas buatan atau mesin tetas dilakukan bila
ingin memperoleh anak-anak unggas dalam jumlah yang banyak. Hal ini menjadi
keunggulan cara penetasan buatan dibandingkan dengan penetasan secara alami (Paimin,
2011).
Pada prinsipnya penetasan telur dengan alat tetas buatan adalah tiruan dari sifat-
sifat alamiah unggas saat mengeram. selain itu, manusia juga melakukan penyempurnaan
tempat penetasan yang bertujuan untuk memperbesar kapasitas dan daya tetas alat.
Prinsip kerja dan proses penetasannya benar-benar ditiru dari keadaan aslinya di alam
serta disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang produksi unggas
(Paimin, 2011).

2.3 Penetasan Telur Itik


Penetasan telur itik lebih efektif dilakukan dengan menggunakan mesin tetas. Umumnya,
mesin tetas telur itik sama seperti mesin tetas telur ayam, tetapi tingkat kelembapan yang
dibutuhkan lebih tinggi dan waktu penetasan lebih lama. Telur itik dapat disimpan selama
3 hari di dalam suhu kamar (25–27°C) pada musim hujan, sedangkan pada saat musim
kemarau dapat bertahan selama 6 hari. Apabila telur disimpan lebih dari waktu tersebut,
telur akan fertil lalu mati.
Umumnya, telur itik membutuhkan waktu selama 28 hari untuk menetas. Namun,
tak jarang, ditemui kasus telur yang menetas terlalu cepat atau bahkan terlalu lama,
melebihi waktu normal tetas telur. Waktu penetasan yang tidak tepat merupakan salah
satu kasus kegagalan penetasan yang kerap dialami peternak. Biasanya, kasus kegagalan
penetasan juga karena adanya gumpalan darah di dalam telur yang dapat diketahui saat
proses peneropongan, tingkat kematian embrio tinggi, DOD menderita kekeringan, dan
pusar DOD basah serta tidak menutup dengan baik.
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan kejadian tersebut. Berikut ini faktor
penyebab kegagalan telur itik menetas dan cara pencegahannya.

6
2.3.1 Telur menetas terlalu dini
Kegagalan akibat telur itik menetas terlalu dini karena suhu kelembapan di hari
pertama hingga hari ke-19 terlalu tinggi. Selain itu, penetasan yang terlalu dini juga bisa
disebabkan oleh ukuran telur terlalu kecil. Untuk mencegah telur menetas terlalu cepat,
Anda perlu melakukan seleksi telur sebelum telur-telur ditetaskan. Selanjutnya, kurangi
jumlah air yang berada di dalam bak mesin tetas. Terakhir, atur suhu dan ventilasi mesin
penetasan.
2.3.2 Telur terlambat menetas
Penetasan yang terlambat dapat disebabkan oleh suhu dan tingkat kelembapan
pengeraman terlalu rendah. Selain itu, telur yang terlambat menetas juga karena ukuran
yang terlalu besar dan sudah tua. Kejadian ini bisa diatasi dengan melakukan seleksi telur
sebelum ditetaskan, lakukan pengaturan thermostat dan ventilasi, serta isi bak air hingga
2/3 bagian.
2.4 Jenis Alat Tetas Buatan
Alat tetas buatan yang dikenal hingga saat ini ada dua jenis, yaitu alat tetas
konvensional dan mesin tetas (Paimin, 2011).
2.4.1 Alat Tetas Konvensional
Alat tetas konvensional adalah alat tetas yang menggunakan matahari sebagai
sumber panas dengan media penyimpanan panas berupa sekam. Metode cara penetasaan
ini sudah lama dikenal oleh masyarakat. Pada umumnya penggunaan alat ini
dikhususkan untuk penetasan telur itik (Paimin, 2011).
2.4.2 Mesin Tetas
Mesin penetas telur adalah sebuah alat yang membantu proses penetasan telur.
Dengan adanya mesin penetas telur maka telur dapat ditetaskan tanpa melalui proses
pengeraman oleh bantuan induk. Penetasan telur pada prinsipnya adalah menyediakan
lingkungan yang sesuai supaya telur unggas bisa menetas. Dalam penetasan telur ada
beberapa hal yang harus diperhatikan pada ruang penetasan yaitu : suhu, kelembapan,
ventilasi, frekuensi pemutaran telur dan kebersihan telur. (Tullet, 1990, diacu dalam
Indrawati, dkk. 2015).
Embrio dalam telur unggas akan cepat berkembang selama suhu telur berada pada
kondisi yang sesuai dan akan berhenti berkembang jika suhunya kurang dari yang
dibutuhkan. Suhu yang dibutuhkan untuk penetasan telur setiap unggas berbeda-beda.

7
Contoh suhu untuk perkembangan embrio dalam telur ayam antara 38.33°-40.55°C, itik
37.78°-39.45°C, puyuh 39.5°C dan walet 32.22°-35°C (Paimin, 2011).
Kestabilan suhu sangat penting dalam penetasan telur. Toleransi fluktuasi suhu
dalam mesin tetas yang masih menjamin proses penetasan telur sekitar 0.2 – 0.3°C. Untuk
itu sangat dibutuhkan keadaan suhu yang stabil dalam penetasan telur (Krista & Harianto,
2013).
Pemanas atau heater pada mesin penetas telur pada umumya menggunakan
beberapa lampu pijar atau elemen pemanas. Sistem pemanas dengan lampu pijar banyak
dipilih karena mudah dirangkai, relatif hemat energi dan dapat menghasilkan panas yang
diperlukan untuk menetaskan telur. Sementara untuk sistem kontrol suhunya pada
umumnya menggunakan kontrol ON-OFF. pada sistem kontrol ON-OFF cenderung
menimbulkan fluktuasi suhu sehingga kontrol suhu menjadi kurang optimal.

Selama penetasan berlangsung, diperlukan kelembapan udara yang sesuai dengan


perkembangan dan pertumbuhan embrio. Seperti suhu, kelembapan yang umum untuk
penetasan telur setiap jenis ungags juga berbeda-beda. Contoh Kelembapan untuk telur
ayam pada saat awal penetasan sekitar 52%-55% dan menjelang menetas sekitar 60%-
70% (Paimin, 2011).
Mesin penetas yang ada pada umunya hanya memperhatikan kontrol suhu saja
padahal kelembapan sangat mempengaruhi daya tetas yang dihasilkan. Kelembapan yang
dihasilkan pada mesin tetas hanya menggunakan bak air yang diletakan di dalam mesin
tetas. Dengan hanya menggunakan bak air kelembapan di dalam mesin tetas tidak dapat
diatur.
Faktor lain yang mempengaruhi proses penetasan telur adalah pemutaran telur.
Pemutaran telur selama proses penetasan sangat penting untuk dilakukan. Pemutaran telur
yang baik dapat menghindarkan dari terjadinya penempelan embrio pada kerabang yang
diakibatkan oleh temperatur yang tidak merata. Pemutaran sebaiknya dilaksanakan paling
sedikit 2 kali atau lebih baik diputar 6, 8, sampai 10 kali sehari. (North, 1978, diacu dalam
Bachari, 2006). Dalam pelaksanaanya proses pemutaran telur dalam mesin tetas manual
masih menggunakan tangan yang membalik telur satu persatu, untuk kapsitas mesin yang
besar tentu cara ini tidak efektif karena membutuhkan penjadwalan yang rutin, tenaga
yang besar dan proses pemutaran telur yang membuka mesin tetas akan menyebabkan
penurunan suhu pada mesin tetas.

8
Kontrol suhu, kelembapan dan pemutaran telur merupakan hal yang sangat penting
dalam membuat mesin penetas telur, tetapi ada hal yang harus diperhatikan juga seperti
suhu dan kelemabapan dalam mesin tetas yang harus terus dimonitoring secara terus
menerus sehingga tidak terjadi hal yang dapat menyebabkan embrio telur tidak dapat
berkembang. sumber energi listrik atau daya listrik dari mesin penetas juga harus
diperhatikan, seringkali proses penetasan telur gagal karena matinya sumber listrik utama
(PLN) sehingga menyebabkan sistem pemanas tidak dapat bekerja. Jika telur terlalu lama
tidak dalam suhu tetasnya bisa menyebabkan embrio telur gagal berkembang atau mati.
Mesin tetas atau inkubator merupakan alat yang sangat berperan dalam usaha
peternakan dan pembibitan unggas, baik unggas produksi maupun unggas hobi, dimana
dengan berbagai keunggulannya dibanding penetasan secara alami menjadikan mesin
tetas kian banyak dipakai. Teknologi mesin tetas pun terus mengalami perkembangan
pesat, walau asalnya dibuat secara sederhana, baik bahan maupun sistem kerjanya,
dimana mesin tetas semula hanya berupa mesin manual, kemudian berkembang menjadi
semi otomatis hingga full otomatis yang mampu membantu mempercepat
perkembangbiakan unggas lebih efektif dan efisien. Adapun manfaatnya sebagai berikut:
• Meningkatkan prosentase tetas, yaitu meningkatkan jumlah telur yang menetas hingga
dapat mencapai 80-90% (sedang pada penetasan alami dengan induk unggas hanya
50 -60%). Hal ini bisa tercapai karena gangguan dari induk dan hewan lain dapat
dihindari, disamping pemakaiannya mampu mengatur suhu dan kelembapan sesuai
kebutuhan telur tetas.
• Meningkatkan produksi telur, dimana induk unggas tidak perlu kehilangan waktu
selama 21 hari untuk mengerami telurnya dan bisa langsung melanjutkan produksi
telur setelah kondisi fisiknya pulih. Dengan penggunaan mesin tetas, telur dapat
langsung ditetaskan tanpa harus dierami induk.
• Tidak terkendala kemampuan dan karakter induk, dimana pada penetasan alami,
seringkali dijumpai induk unggas tidak mampu mengerami seluruh telur yang
dihasilkannya, terutama pada ayam yang berproduksi tinggi. Juga anak ayam yang
baru menetas secara alami sering mati akibat terinjak induknya. Pemakaian mesin
tetas juga diperlukan pada unggas yang dikawinkan secara inseminasi buatan pada
usaha pembibitan/breeder ayam broiler dan layer.
Menurut Paimin (2011). Berdasarkan cara pengoprasianya dalam proses

9
pembalikan telur, mesin tetas dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Mesin Tetas Manual
Mesin tetas manual dalam proses pembalikan telurnya masih dilakukan dengan
tangan atau secara manual. Ruangan inkubator dibuka, lalu satu persatu telur dibalikan
dengan tangan. Untuk jumlah telur yang banyak, hal tersebut sangat tidak efektif dan
memerlukan tenaga yang besar.
2. Mesin Tetas Semiotomatis
Mesin tetas semiotomatis dilengkapi dengan semacam tuas pemutar diluar mesin
penetas. Proses pembalikan telur tidak perlu membuka ruangan inkubator atau cukup
dengan memutar tuas. Rak telur biasanya didesain sedemikian rupa agar saat diputar,
telur tidak terjatuh. Cara ini relatif lebih baik dibandingkan dengan cara manual.
3. Mesin Tetas Otomatis
Mesin tetas otomatis dilengkapi dengan timer dan didesain agar telur dapat diputar
secara otomatis berdasarkan timer yang sudah diatur sebelumnya. Mesin tetas model ini
akan mengurangi tenaga manusia secara signifikan dalam proses pembalikan telur.

2.5 Mikrokontroler Arduino Uno


Arduino uno adalah papan mikrokontroler berbasis Atmega328P. Arduino Uno
memiliki 14 digital pin input/output (dimana 6 pin dapat digunakan sebagai output
PWM), 6 input analog, kristal osilator 16 MHz, koneksi USB, jack adaptor, header ICSP,
dan tombol reset. Dengan segala fitur yang dimiliki Arduino Uno memuat semua yang
diperlukan sebuah mikrokontroler, untuk mengaktifkanya hanya dengan
menghubungkannya ke komputer dengan kabel USB atau power adaptor AC-DC atau
baterai (Arduino, n.d.). Bentuk fisik Arduino Uno dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 2. Bentuk Fisik Arduino Uno

10
BAB III
METODOLOGI PROSES
3.1 Proses Persiapan
3.1.1 Persiapan Telur,
Pilih telur yang berukuran standar untuk telur itik 60-74 gram. Kemudian pilih telur
yang cangkangnya bertekstur halus dan licin, tidak retak dan tidak berlubang, hindari telur
yang cangkangnya terlalu tebal (warnanya gelap), yang cangkangnya tipis (warna terang).
Telur berumur tidak lebih dari tujuh hari sejak dikeluarkan dari tubuh itik. Telur sebelum
ditetaskan disimpan di tempat sejuk (suhu 16-17° C) karena bila disimpan pada suhu 31-
32° C embrio akan berkembang dan setelah dimasukkan ke mesin tetas embrio akan mati.
Telur cukup dibersihkan dengan lap kering karena bila dicuci dikhawatirkan zat
antibakteri pada cangkang rusak/hilang dan untuk telur yang kotor atau tidak bagus segara
lakukan afkir.
3.1.2 Persiapan Mesin Tetas,
Letakkan mesin tetas di lantai datar, tidak sering dilewati orang, terhindar dari
sorotan cahaya matahari langsung, terhindar dari tetesan air hujan, jauh dari sumber suara
yang menghasilkan getaran dan pastikan semua displai menyala. Masukkan air ke dalam
nampan, lalu masukkan ke bagian terbawah rak telur. Biarkan mesin tetas menyala selama
3 jam, lalu buka pintu mesin tetas selama 15 menit dan telur tetas siap dimasukkan.
3.1.3 Persiapan Alat dan bahan
Tabel 2. Tabel Alat dan bahan
No Alat dan Bahan Jumlah Keterangan
1. Arduino Uno 2 Digunakan sebagai pemroses input

dan output
2. Sensor DHT22 1 Digunakan sebagai pendeteksi suhu

dan kelembapan
3. Lampu pijar 5 watt dan 4 Digunakan sebagai pemanas

fiting
4. Humidifier 24V DC 1 Digunakan sebagai pelembap
5. LCD 16x2 1 Digunakan sebagai penampil sistem
6. Kipas DC 1 Digunakan sebagai sirkulasi udara

11
7. RTC DS1307 1 Digunakan sebagai pewaktu
8. Piezo Buzzer 1 Digunakan sebagai Pembunyi
9. Power Supply 24V DC 1 Digunakan sebagai sumber

tegangan DC
10. Adaptor 12V DC 1 Digunakan sebagai supply Arduino
11. Motor AC 4-6 rpm 1 Digunakan sebagai pemutar telur
12. Inverter 300 watt pure 1 Digunakan sebagai pengubah

sine wave tegangan AKI menjadi arus AC


13. Baterai 12V 10Ah 1 Digunakan sebagai sumber catu

daya cadangan
14. Relay AC Omron 1 Digunakan sebagai transfer swicth
15. Saklar Button 2 Digunakan sebagai saklar power

dan turning
16. Push Button 1 Digunakan sebagai manual turning
17. Rangkaian Regulator 1 Digunakan sebagai penurun
Tegangan
18. Zero crossing detector 1 Digunakan sebagai pendeteksi
pesilangan titik nol arus AC
19. Driver Relay 3 Channel 1 Digunakan sebagai pensaklaran
perangkat output
20. Driver TRIAC 1 Digunakan sebagai kontrol heater
21. Fuse 1 Digunakan sebagai pengaman
22 Charger Baterai 1 Digunakan sebagai pengisi AKI
23. Thermohygrometer 1 Digunakan sebagai pengukur suhu
HTC-02 dan kelembapan
24. Bak plastik 1 Digunakan sebagai wadah air

3.2 Perancangan Alat


3.2.1 Spesifikasi Mesin
Spesifikasi mesin penetas telur otomatis berbasis mikrokontroler yang dirancang adalah :
1. Jenis telur yang bisa ditetaskan adalah telur itik.

12
2. Suhu yang diatur sebesar 39ºC sesuai dengan suhu yang dibutuhkan untuk
penetasan telur itik yang berkisar antara 38-39 ºC.
3. Kelembapan dalam mesin tetas sebesar 75%-85%.
4. Sistem pemutaran telur 180º secara otomatis setiap 2 jam sekali.
5. Proses peneropongan telur dilakukan secara manual.
6. Kapasitas telur dalam mesin tetas sebanyak 60 butir telur itik.
7. Sumber listrik cadangan menggunakan baterai berkapasitas 10Ah dan
perangkat inverter pure sine wave 300W.

Penetas telur yang dirancang mempunyai kapasitas 60 butir telur. Sementara bahan
atau material mesin penetas telur terbuat dari medium density board. Dimensi atau
ukuran box penetas telur yang diarancang adalah sebesar 72cm× 49cm × 55cm. untuk
rak telur dirancang agar peletakan telur secara horizontal sehingga telur dapat diputar
180º

Gambar 4. Tampak Depan Gambar 5. Tampak Samping

Gambar 6. Tampak Belakang

13
3.3 Proses penetaskan Telur Itik/Bebek dengan Mesin Penetas
Hari ke-1
Masukkan telur bebek atau telur itik kedalam mesin penetas dengan posisi miring
atau tegak (bagian tumpul diatas). Telur bisa langsung dimasukkan kedalam mesin
penetas melalui proses prewarming (pemanasan) terlebih dahulu yaitu dibilas dengan
menggunakan air yang agak hangat. Cara pembilasan dapat di lakukan untuk telur yang
kotor saja. Anda bisa menggunakan kain yang di beri air hangat agar sedikit basah dan
digunakan untuk mengelap telur yang kotor tersebut. Ventilasi ditutup rapat. Kontrol suhu
Thermostat (38 derajat C).
Hari ke-2
Ventilasi dibiarkan tertutup sampai hari ke-3. Kontrol suhu Thermostat 38⁰C.
Hari ke-3
Pembalikan telur harian bisa dimulai dari hari ini atau masuk hari ke-4. Disarankan
pembalikan telur minimal 3x sehari-semalam (Jika memungkinkan dipakai dengan
rentang waktu setiap 8 jam. Misalnya pagi pukul 05.00, siang pukul 13.00 dan malam
pukul 21.00.
Bersamaan dengan itu bisa dilakukan peneropongan telur. Telur yang berembrio
ditandai dengan adanya bintik hitam seperti mata yang ikut bergoyang ketika digerakkan
dan disekitarnya ada serabut-serabut kecil. Kalau telur tidak ada tanda-tanda seperti itu
sebaiknya dikeluarkan saja dan masih layak dikonsumsi. Peneropongan dilakukan
ditempat yang gelap agar bayangan telur nampak jelas.
Kontrol suhu Thermostat (38⁰C) dan lakukan penambahan air pada bak jika jumlah
air dalam bak tersebut berkurang.
Hari ke-4
Pembalikan telur harian sesuai jadwal hari ke-3. Lubang ventilasi dibuka 1/4
bagian Kontrol suhu Thermostat (38 derajat C).
Hari ke-5
Pembalikan telur harian, ventilasi dibuka 1/2 bagian, Kontrol suhu Thermostat
(38⁰C).
Hari ke-6
Pembalikan telur harian, ventilasi dibuka 3/4 bagian. Kontrol suhu Thermostat
(38⁰C) dan lakukan penambahan air pada bak jika jumlah air dalam bak tersebut

14
berkurang.
Hari ke-7

Pembalikan telur harian. Lakukan peneropongan telur untuk mengetahui


perkembangan embrio (hidup atau mati). Embrio mati ditandai dengan bercak darah atau
lapisan darah pad salah satu sisi kerabang telur. Sedang embrio yang berkembang ada
serabut yang menyerupai sarang laba-laba semakin jelas terlihat. Ventilasi dibuka
seluruhnya.

Hari ke-8 sampai ke-13

Pembalikan telur harian. Kontrol suhu Thermostat (38 derajat C) dan penambahan
air pada bak jika jumlah air dalam bak tersebut berkurang.

Hari ke-14

Pembalikan telur harian. Lakukan peneropongan telur untuk mengetahui embrio


yang tetap hidup atau sudah mati. Telur yang fertil membentuk gambaran yang mulai
gelap dengan rongga udara yang jelas.

Hari ke-15 sampai ke-20

Pembalikan telur harian. Kontrol suhu Thermostat dinaikkan sedikit (38,5-39


derajat C) dan lakukan penambahan air pada bak jika jumlah air dalam bak tersebut
berkurang.

Hari ke-21

Pembalikan telur harian. Lakukan peneropongan telur untuk mengetahui embrio


yang tetap hidup atau mati. Embrio mati ditandai dengan bocornya lapisan rongga udara
sehingga telur terlihat hitam semua.

Kontrol suhu Thermostat (38,5-39⁰C) dan lakukan penambahan air kedalam bak.

Hari ke-22 sampai ke-25

Pembalikan telur harian. Kontrol suhu Thermostat (38,5-39⁰C) dan tambahkan air
kedalam bak.

Hari ke-26 sampai ke-27

15
Pembalikan telur dihentikan. Kontrol kelembaban, lakukan penyemprotan jika
diperlukan (dengan semburan yang paling halus). Biasanya ada telur yang mulai menetas
di malam hari.

Hari ke-28

Telur-telur sudah banyak yang menetas. Keluarkan cangkang telur dari rak agar
space atau ruangan lebih longgar.

Keluarkan anak itik yang baru menetas setelah bulunya setengah kering atau
kering seluruhnya.

16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil proses perancangan, pembuatan dan pengujian mesin penetas
telur otomatis berbasis mikrokontroler dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Mesin penetas telur yang dirancang mempunyai daya tetas atau


tingkat keberhasilan yang tinggi sebesar 93.3%.
2. Jenis telur yang bisa ditetaskan mesin penetas telur yang dirancang
adalah telur itik.
3. Sistem pemutaran telur 180º secara otomatis setiap 2 jam sekali
4. Kelembapan dalam mesin tetas sebesar 55%-85%.
5. Suhu yang diatur sebesar 39ºC sesuai dengan suhu yang dibutuhkan
untuk penetasan telur itik yang berkisar antara 38-39 ºC.
6. Proses peneropongan telur dilakukan secara manual.
7. Sumber listrik cadangan yang dirancang bekerja cukup baik dengan
lama waktu operasi 1 jam 7 menit ketika sumber listrik utama tidak
tersedia.

4.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa kekurangan yang terdapat
pada penelitian ini, sehingga peneliti mengajukan beberapa saran demi
pengembangan penelitian ini. Saran tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Untuk kemudahan pengoprasian diperlukan pengaturan manual untuk


nilaisuhu dan kelembapan.
2. Untuk mendapatkan waktu backup sumber listrik cadangan yang lebih
lamamaka diperlukan baterai dengan kapasitas yang lebih besar.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arduino. (n.d.). Arduino Product : Arduino Uno Rev3 [Online]. Tersedia :


https://store.arduino.cc/usa/arduino-uno-rev3 [diakses pada tanggal 5 Maret 2023 ].

Adiptya, Muhammad Yan Eka, Dkk. 2013. Sistem Pengamatan Suhu Dan Kelembaban
Pada Rumah Berbasis Mikrokontroller ATmega8. Jurnal. Universitas Negeri Semarang.

Bachari, I., Sembiring, s., & Tarigan, D. S. (2006). Pengaruh Frekuensi PemutaranTelur
Terhadap Daya Tetas dan Bobot Badan DOC Kampung. JurnalAgribisnis Perternakan, Vol.
2, No. 3., 101-105.

Hendriono, D (2014). Apa itu arduino. http://www.hendriono.com/blog/post/apa-itu-


arduino#isi1 [diakses pada tanggal 5 Maret 2023]
Indrawati, E., Saili, T., & Rahadi, S. (2015). Fertilitas,Daya Hidup Embrio, Daya Tetas
dan Bobot Tetas Telur Ayam Ras Hasil Inseminasi Buatan Dengan Ayam Tolaki. JITRO
VOL.1 No.3, 10-18

Paimin, Farry B. 2011. Mesin Tetas : Ragam Jenis, Cara Membuat, TeknikMengelola.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Paimin, F. B. 2011. Membuat dan Mengelola Mesin Tetas. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suprijatna, E., Atmomarsono, U., & Kartasudjana, R. (2005). Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Jakarta: Penebar Swadaya.

iv

Anda mungkin juga menyukai