Anda di halaman 1dari 20

USULAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

MANAJEMEN USAHA AYAM PETELUR DI UD ZAKI, DESA


BANGKET TENGAK, KEC. JONGGAT, KAB. LOMBOK
TENGAH, NTB

NAMA : IMRON HADI

NIM : B1D018116

PROGRAM SARJANA (S1)


PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2021

I
USULAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

MANAJEMEN USAHA AYAM PETELUR DI UD ZAKI, DESA BANGKET


TENGAK, KEC. JONGGAT, KAB. LOMBOK TENGAH, NTB

IMRON HADI
B1D018116

Usulan Praktik Kerja Lapang


Diajukan Sebagai Syarat Kelengkapan Studi Pada Program Sarjana (S1)
Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Mataram, yang telah
disetujui pada, 21 Maret 2021

MENYETUJUI :
Program Studi Peternakan
Ketua, Pembimbing

Dr. Ir. I Wayan Wariata, M.Si Dr. Ir. I Gusti Lanang Media, M.si.
NIP. 196112311987031016 195909171986031002

II
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
Tuhan yang maha esa, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
usulan proposal Praktik Kerja Lapang ini tepat pada waktu yang direncanakan.
Penulis berharap kegiatan PKL ini nantinya dapat menambah penguasaan ilmu dan
teknologi peternakan bagi mahasiswa bersangkutan.
Melalui kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak, terutama dosen pembimbing baik secara materil maupun secara
moril dan sekaligus penulis meminta doa agar kegiatan PKL yang akan dilaksanakan
dapat berjalan dengan lancar.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
usulan proposal ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang
membangun dari pembaca sebagai perbaikan di masa mendatang. Penulis berharap
semoga usulan proposal ini dapat memberi manfaat bagi penulis sendiri dan bagi
pembaca.

Mataram, 21 Maret 2021

Penulis

III
DAFTASR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................I

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................II

KATA PENGANTAR..................................................................................III

DAFTAR ISI................................................................................................IV

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................1


1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktik Kerja Lapang..................................2
BAB II RENCANA KEGIATAN..................................................................4

2.1 Gambaran Umum Lokasi PKL........................................................4


2.2 Kegiatan yang Akan Dilaksanakan................................................4
2.2.1 Mengamati tata laksana subsistem hulu………………...4
2.2.2 Mempelajari cara penangan telur.....................................6
2.2.3 Mempelajari sistem pemasaran telur...............................9
BAB III JADWAL KEGIATAN..................................................................13

3.1 Persiapan PKL............................................................................13


3.2 Pelaksanaan PKL........................................................................13
3.3 Setelah PKL................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................15

LAMPIRAN

IV
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan sub-sektor peternakan pada dasarnya merupakan suatu
implementasi dan salah satu bagian dari pembangunan pertanian yang memiliki peran
sangat penting dalam upaya menjaga ketahanan pangan dan upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pengendalian pangan menjadi sangat penting
seiring dengan laju pertumbuhan penduduk Indonesia dan perubahan struktur
ekonomi, dimana sektor pertanian khususnya sub-sektor peternakan dalam
permasalahan ini berperan dalam penyediaan bahan baku pangan yang ASUH (Aman,
Sehat, Utuh dan Halal) yang mampu menciptakan peningkatan nilai tambah baik dari
segi manusianya maupun segi ekonominya. Ini berarti sub-sektor peternakan dalam
artian yang luas selain memiliki peran yang strategis akan tetapi juga memiliki peran
yang sangat besar, terutama dalam usaha mengatasi kekurangan pangan dan gizi yang
masih melanda masyarakat Indonesia sampai saat ini.

Perkembangan peternakan unggas di Indonesia saat ini mulai berkembang


dengan baik. Kemajuan perusahaan unggas di Indonesia ini terbukti dengan
berdirinya perusahaan peternakan unggas modern, baik itu dalam bidang breeding,
pemeliharaan ternak unggas maupun produksi pakan unggas. Semakin maju dunia
perunggasan menjadikan industry peternakan unggas di Indonesia semakin gencar
melakukan peningkatan hasil produksinya, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Usaha peningkatan produk peternakan unggas dimulai dari peningkatan kualitas
pemeliharaan ayam starter sehingga dapat menghasilkan kualitas telur yang baik.

Budidaya ayam petelur merupakan salah satu alternatif usaha di bidang


peternakan dalam upaya penyediaan pangan asal hewani. Menurut Cahyono dan
Bambang (1994), pengembangan usaha ternak ayam petelur di Indonesia memiliki
prospek bisnis yang menguntungkan, karena permintaan selalu bertambah dengan
harga jual telur yang relatif stabil. Ayam petelur merupakan ayam yang sangat efisien

1
untuk menghasilkan telur dan mulai bertelur pada umur ± 5 bulan dengan jumlah
telur sekitar 250-300 butir per ekor per tahun. Bobot telur ayam ras rata-rata 57,9
gram dan rata-rata produksi telur hen day ≥ 70% (Susilorini dkk., 2008).

Produksi yang baik dengan fertilitas dan daya tetas yang baik dihasilkan dari
pemeliharaan yang baik pula, terutama diawal pemeliharaan yaitu pada fase starter.
Tatalaksana fase starter akan mempengaruhi fase-fase berikutnya yaitu fase growing
dan fase laying. Apabila fase starter baik maka fase growing dan laying juga akan
baik serta akan berproduksi dengan baik pula.
Peternakan di UD Zaki, Desa Bangket Tengak, Kecamatan jonggat,
Kabupaten Lombok Tengah ini bergerak di bidang peternakan ras ayam petelur.
Pemilihan lokasi di peternakan ini sebagai tempat pelaksanaan praktik kerja lapang
(PKL) dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa dalam
pengelolaan manajemen usaha peternakan, khususnya pengelolaan ayam ras petelur.

Berdasarkan uraian di atas, timbulah minat mahasiswa untuk melaksanakan


praktik kerja lapang (PKL) di UD Zaki, Desa Bangket Tengak, Kecamatan jonggat,
Kabupaten Lombok Tengah. Melalui kegiatan PKL ini, mahasiswa berharap dapat
memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang aplikatif sebagai bekal
menghadapi dunia kerja dimasa mendatang.

1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktik kerja lapangan


1.2.1 Tujuan
Adapun tujuan dari Praktik Kerja Lapang ini :
a. Mengamati teknik tata laksana usaha ayam petelur dalam subsistem hulu
b. Mempelajari cara penangan telur ayam layer pasca panen
c. Mempelajari sistem pemasaran telur ayam layer subsistem hilir

1.2.2 Kegunaan
Adapun kegunaan dari Praktik Kerja Lapang ini adalah sebagai berikut :

2
a. Mengetahui secara langsung tata laksana usaha ayam petelur dalam
subsistem hulu yang didapat selama mengikuti PKL
b. Mengetahui alur penanganan telur ayam layer pasca panen
c. Mengetahui bagaimana sistem pemasaran telur ayam subsistem hilir.

3
BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1 Gambaran Umum Lokasi PKL


Praktik kerja Lapang (PKL) akan dilaksanakan di UD ZAKI di Desa
Bangket Tengak, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah. Jarak FARM
dengan pemukiman ini terbilang cukup jauh sekitar ± 50 meter dari kandang
sehinga tidak menggangu masyarakat dan juga dapat menjaga ketenangan dan
kenyamanan ternak dari kebisingan aktivitas masyarakat sekitar. Jarak kandang
dari jalanan umum ±100 meter. Kandangnya terdiri dari dua kandang yaitu
kandang I dengan ukuran (8,5 ×30 meter) dan kandang II (3 × 27 meter).
Kerangka kandang terbuat dari baja ringan, dinding terbuat dari spandek dan
batako, lantai kandang terbuat dari papan kayu, bentuk kandang yaitu cage atau
tipe vv.

2.2 Macam Kegiatan yang Akan Dilaksanakan


Adapun macam kegiatan yang akan dilaksanakan :
2.2.1 Mengamati teknik tata laksana usaha ayam petelur dalam
subsistem hulu
Subsistem agribisnis/agrobisnis hulu mencakup semua kegiatan perencanaan,
pengelolaan, pengadaan dan penyaluran sarana produksi atau input produksi untuk
memungkinkan terlaksananya penerapan suatu teknologi usaha tani, serta
pemanfaatan sumber daya pertanian secara optimal. Aspek-aspek yang ditangai
dalam subsistem agribisnis hulu ini meliputi penyediaan bibit, pupuk, obat-obatan
seperti pestisida, vaksin ternak, dan lain-lain, alat dan mesin pertanian, informasi
seputar pertanian dan sebagainya Hanafie (2010).

Dalam sektor perternakan, menurut Abidin (2003), subsistem agribisnis hulu


merupakan kegiatan usaha yang menghasilkan sarana produksi ternak beserta
jaringan ditribusinya, termasuk di dalamnya adalah industri pembibitan, pakan

4
ternak, obat-obtan, feed supplement, vaksin, dan peralatan ternak. Jadi,
berdasarkan beberapa definisi tentang subsistem agribisnis hulu yang ada, dapat
disimpulkan bahwa subsistem hulu merupakan subsistem yang berperan sebagai
penyedia sarana produksi atau modal awal untuk melakukan kegiatan pertanian
atau usaha tani, seperti benih atau bibit, pupuk, obat-obatan, alat dan mesin
pertanian, dan sebagainnya.

Adapun dalam praktik kerja lapangan subsistem hulu ini akan berfokus pada
pengamatan breeding, feeding, dan vaksinasi.

1. Breeding
Pemilihan bibit merupakan langkah awal agar menghasilkan produksi yang
baik. Pemilihan bibit berdasarkan kriteria jenis ayam, bentuk fisik, umur, bobot
badan, produksi dan kesehatan. Pemilihan strain bibit dilakukan berdasarkan
kemampuan berproduksi dari jenis ayam (Chinthia dkk., 2014). Ayam petelur
dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu tipe ringan dan tipe medium. Ayam tipe
ringan memiliki ciri-ciri badan ramping, bulunya berwarna putih bersih,
berjengger merah dan produksi daging sedikit. Ayam tipe medium memiliki
ciri-ciri bobot tubuh sedang, lebih berat daripada tipe ringan tetapi lebih kecil
daripada ayam broiler, bulunya berwarna coklat dan telur yang dihasilkan
berwarna coklat. Ayam tipe medium disebut juga tipe dwiguna karena
produksi telur dan daging cukup banyak (Rasyaf, 2009).
2. Feeding
Tujuan pemeliharaan adalah untuk menghasilkan produksi yang baik. Salah
satu faktor yang mempengaruhi adalah pakan. Pakan yang sesuai dan
berkualitas maka akan menghasilkan produksi yang baik. Nutrien dalam pakan
harus tepat sehingga memenuhi kebutuhan ayam. Ayam petelur membutuhkan
pakan untuk bertahan hidup, pertumbuhan, produksi bulu dan produksi telur
(Mulyantini, 2010). Pakan ayam petelur tersusun dari beberapa bahan pakan
seperti jagung, dedak, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung ikan. Beberapa
bahan kimia ditambahkan atau dicampurkan ke ransum untuk mencukupi

5
kebutuhan mineral dan vitamin (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010).
Kecukupan pakan pada ayam dapat diketahui dengan menghitung nilai feed
conversation ratio (FCR) adalah nilai konversi pakan yang berarti
perbandingan jumlah pakan yang dihabiskan dengan total jumlah telur
(Primaditya dkk., 2015). Pada fase akhir grower sampai fase awal layer terjadi
perkembangan organ reproduksi yang menjadi titik rawan untuk periode
puncak produksi.
3. Vaksinasi
Pengendalian penyakit pada unggas sangat penting karena unggas termasuk
ternak yang rentan terhadap penyakit. Perlu perencanaan untuk mencegah
timbulnya dan mengatasi penyakit. Jika penyakit mudah berkembang dapat
menyebabkan kerugian. Pencegahan bertujuan untuk mencegah timbulnya
penyakit, mencegah berkembangnya penyakit dan mengatasi penyakit.
Pencegahan penyakit dapat dilaksanakan dengan sanitasi secara teratur pada
kandang dan perlengkapan kandang (Marconah, 2002). Pecegahan penyakit
dapat dilakukan dengan cara sanitasi teratur, mencegah burung/hewan liar
masuk ke dalam kandang, pemberian ransum dengan mutu yang baik,
pembersihan air minum yang bersih dan vaksinasi. Vaksinasi merupakan
kegiatan memasukkan bakteri atau virus yang telah dilemahkan (vaksin) ke
tubuh ternak yang bertujuan untuk antibodi ayam meningkat sehingga kebal
terhadap penyakit (Fauzi, 2014). Vaksinansi dilakukan terjadwal sesuai dengan
umur ayam atau untuk mengantisipasi penyakit yang sedang mewabah. Vaksin
dapat dilakukan dengan cara suntik ke dalam tubuh ternak, dicampur dengan
air minum, tetes mata atau hidung, suntik ke tubuh ayam dan semprot
(Mulyantini, 2010).

2.2.2 Mempelajari cara penangan telur ayam layer pasca panen


1. Penanganan Telur
Penanganan telur dimulai dari perawatan sejak telur diletakan oleh
induk unggas. Di Indonesia penanganan telur belum sebaik di negara-negara

6
yang telah maju. Penanganan mekanis di Indonesia belum banyak dikerjakan
meski pun pada beberapa peternak dan pengusaha sudah menyadari betapa
pentingnya penanganan yang baik.
Pengumpulan telur dari kandang disarankan sesering mungkin untuk
menghin dari jumlah telur yang pecah, kotor dan dapat segera diberi perlakuan
pendinginan. Pendinginan yang tepat diperlukan untuk mencegah kerusakan
yang tidak diinginkan pada suhu 50o F selama 12 - 24 jam. Penyimpanan
disarankan pada kelembaban yang terkontrol yaitu 70 - 80% untuk
menghindari pertumbuhan jamur dan penguapan dari telur.
Pengepakan sebaiknya dilakukan dengan cara dilakukan seleksi
terlebih dahulu terhadap telur, dalam satu kemasan sebaiknya ukuran telur
seragam. Telur sebaiknya jangan disimpan dalam jangka waktu yang lama.
Untuk mengurangi kerusakan dalam penyimpanan , memperpendek waktu
produksi dan konsumsi, telur harus cepat dijual ke konsumen.
2. Perawatan
Perawatan telur harus dikerjakan segera setelah telur diletakan oleh
induknya. Telur dikumpulkan secara teratur duakali sehari dan didinginkan
secepatnya setelah dikumpulkan. Apabila ada penanganan secara mekanis dari
sarang ke ruang pendingin atau ruang pengumpul dalam hal ini akan sangat
menolong. Pendinginan pada suhu 50 – 60o F dan kelembaban udara tidak
kurang dari 75 persen. Aliran udara dingin harus diusahakan mengenai setiap
telur sehingga pendinginan dapat berjalan cepat. Hal ini dapat dikerjakan
dengan menempatkan telur-telur dalam keranjang kawat atau wadah yang
berlubang-lubang sehingga udara dingin dapat mengalir diantara telur-telur.
Dengan demikian telur sudah dapat dibawa ke suhu penyimpanan dalam waktu
beberapa jam setelah pendinginan. Penyimpanan pada suhu 10o F dan
kelembaban sekitar 70 – 75 persen. Kecepatan udara dingin diatur anatara 125
– 175 ft per menit. Untuk telur-telur yang dapat ditunjukan untuk ditetaskan,
pendinginan dan penyimpanan dikerjakan pada suhu 40 – 65o F atau rata-rata
55o F untuk menjaga perkembangan embrionya.

7
3. Pencucian dan Pembersihan
Sortasi telur termasuk kebersihan kulit luarnya sehingga telur perlu
dibersihkan kulitnya dari kotoran atau noda-noda darah dan sebagainya. Untuk
membersihkan kulit telur ini dapat dikerjakan dengan menggosok kulit luar
telur dengan ampril yang halus atau mencuci telur kemudian mengeringkannya
di udara terbuka. Untuk pencucian digunakan air bersuhu 160o – 170oF selama
1/3 menit pencucian. Pekerjaan tersebut tidak akan menaikkan suhu telur lebih
dari 2oF dan menambah kecepatan pengeringan. Apabila dikehendaki
pencucian dengan waktu yang lama, maka air pencuci harus diberi germisida.
Kadang-kadang telur diperlakukan pasteurisasi dengan cara
mencelupkan telur yang telah dicuci pada air yang bersuhu 144oF selama 2
menit.
Perlakuan dalam air panas dari air dingin menyebabkan
pengembangan yang cepat dapat menyebabkan keretakan. Demikian juga
perlakuan dari air panas ke air dingin, selain itu dalam perlakuan dari panas
dan didinginkan memungkinkan perkembangbiakan mikroba yang ada dan
kemungkinan dapat masuk kedalam telur. Untuk menghindari terjadinya
kerusakan tersebut digunakan semprotan air yang berisi sanitaiser, diikuti
dengan pembilasan dengan air hangat dan dikeringkan dengan aliran udara
panas.
4. Pengeringan dan Pemberian lapisan minyak.
Setelah dibersihkan dan dicuci, maka telur secepatnya dikeringkan
diudara terbuka pada suhu kamar. Sesudah kering, telur-telur diberi lapisan
minyak untuk menutup pori-pori kulit sehingga udara, uap air, dan bakteri-
bakteri tidak dapat masuk ke dalam telur. Untuk mencegah pemindahan cairan
dari putih telur ke kuning telur dapat dikerjakan scaling, yaitu telur
dimasukkan ke dalam ruang tertutup yang berisi karbondioksida sebanyak 10
persen. Tujuan pelapisan kulit telur adalah untuk menutupi pori-pori kulit
sehingga penguapan air dan karbon dioksida terhambat. Dengan demikian telur
menjadi lebih tahan lama disimpan. Sebelum dilakukan pelapisan, kulit telur

8
harus dibersihkan terlebih dahulu. Caranya kulit telur dicuci dengan air dingin
yang bersih, dicuci dengan air hangat suhu suam-suam kuku (60oC), atau
digosok dengan ampelas nomor 0.

5. Penimbangan (standarisasi ukuran)


Berat telur, telah diklasifikasikan di Amerika Serikat menurut Robert
E.M. dan John S.A. (1985) disitasi dalam Titik Sudaryani (1996). Klasifikasi
telur berdasarkan beratnya yaitu : Jumbo (68,5 gr), sangat besar (61,4 gr),
Besar (54,3 gr), Medium (47,2 gr),kecil (40,2 gr) dan pee wee (< 40 gr).

6. Peneropongan (CANDLING untuk Grading Mutu Bagian Dalam)


Umum dilakukan dengan cara mendekatkan telur dengan sumber
cahaya (lampu) untuk melihat bagian dalam telur. Pada saat candling dapat
menentukan kualitas isi telur.

7. Pembungkusan
Telur yang telah mengalami grading mutu lalu diletakkan dengan
teratur dalam suatu wadah khusus untuk telur dan dimasukkan dalam
bungusbungkus yang belum ditutup karena masih harus mengalami
pemeriksaan dulu oleh pengawas. Pemeriksaan ini meliputi jumlah isi telur
dalam satu wadah, kebenaran mutu, dan sebagainya. Setelah mengalami
pemeriksaan, bungkus ditutup dan diberi label yang menunjukkan mutu, isi dan
tanggal.

2.2.3 Mempelajari sistem pemasaran telur ayam layer subsistem hilir

1. Manajemen Pemasaran
Pemasaran adalah kegiatan terencana bertujuan untuk memberikan informasi
mengenai produk berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan. Pemasaran dimulai
dengan pemenuhan kebutuhan kemudian berubah menjadi keinginan
(Rachmawati, 2011). Variabel penting dalam pemasaran yaitu produk, harga,

9
promosi dan distribusi yang disebut bauran pemasaran atau Marketing Mix
(Barusman dan Yoshoa, 2014). Proses pemasaran dilakukan dalam seluruh
kegiatan untuk memenuhi kebutuhan dan dapat dilakukan pemasar. Pemasar
merupakan individu atau kelompok yang berperan untuk terwujudnya kesepakatan
berkaitan dengan produk dan sebagai perantara produk dari produsen sampai
konsumen. Kegiatan pemasaran meliputi perencanaan, organisasi, koordinasi kerja
dan pengawasan. Kegiatan pemasaran dilakukan sebelum produk dihasilkan, saat
produk dihasilkan sampai pembelian produk serta kegiatan setelah transaksi jual
beli terjadi. Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan,
penetapan harga, promosi serta penyaluran produk yang dhasilkan untuk
memenuhi kebutuhan individu atau kelompok (Kotler, 2002).

2. Perencanaan
Perencanaan adalah langkah awal dalam kegiatan dan dapat mempermudah
mencapai tujuan. Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang
memuat usaha dan tindakan yang diambil sehingga tercapai tujuan kegiatan
(Lengkey dkk., 2014). Jenis kegiatan, waktu pelaksanaan, langkah kegiatan, alat
yang digunakan, kemungkinan masalah dan pemecahan masalah yang akan datang
dapat diantisipasi adanya perencanaan. Sehingga perencanaan penting dan perlu
dipikirkan matang. Perencanaan dilakukan secara tepat sehingga kegiatan berjalan
lancar. Perencanaan terdiri dari pengadaan produk, promosi, pentapan harga,
saluran penjualan, nilai yang ditawarkan dan layanan (Kotler dan Keller, 2008).
Perencanaan memungkinkan pengoptimalan kemampuan karyawan untuk
mencapai tujuan pemasaran (Rachmawati, 2011).

3. Harga
Harga merupakan ukuran nilai produk yang dikeluarkan untuk mendapatkan
produk tersebut. Antara produsen dan konsumen biasanya terjadi pertukaran
pendapat untuk harga. Konsumen menginginkan harga yang ditetapkan turun
sedangkan produsen menginginkan harga tinggi sesuai dengan kualitas dan
keuntungan dalam pemasaran produk (Kotler dan Keller, 2008). Beberapa faktor
yang mempengaruhi dalam penetapan harga adalah permintaan dan penawaran,

10
loyalitas konsumen, harga persaingan pasar dan biaya produksi yang dikeluarkan.
Penetapan harga penting karena berfungsi sebagai bertahan dari pesaing lain,
loyalitas konsumen, laba yang diperoleh dan kualitas (Rachmawati, 2011). Jika
harga yang ditetapkan terlalu rendah akan merugikan produsen dan harga yang
ditetapkan terlalu tinggi konsumen tidak berminat.

4. Saluran distribusi
Saluran distribusi merupakan kumpulan perantara yang saling terhubung dalam
proses pembuatan produk dan menyalurkan hingga ke konsumen. Perantara
tersebut terdiri dari pedagang besar, pedagang kecil dan agen. Mereka menjadi
penghubung tersalurnya produk dari produsen ke konsumen. Adanya perantara
makan membantu produsen untuk memasarkan produk. Saluran distribusi terdiri
dari beberapa pola. Semakin banyak perantara dari produsen ke konsumen maka
saluran distribusi akan semakin banyak pola. Produk yang dipasarkan akan
semakin luas wilayah pemasaran. Saluran distribusi terdiri dari 4 pola yaitu
(Kotler dan Keller, 2008 ) :
Pola I : Produsen  Konsumen
Pola II : Produsen  Pengecer  Konsumen
Pola III : Produsen  Pedagang besar  Pengecer  Konsumen
Pola IV : Produsen  Pedagang besar  Penyalur  Pengecer  Konsumen

Saluran distribusi mempengaruhi harga yang ditetapkan dan lama waktu istribusi
sehingga mempengaruhi laba yang diperoleh. Penggunaan saluran distribusi
mempengaruhi jangkauan penjualan dan biaya (Rachmawati, 2011). Semakin
banyak tingkat/perantara dalam distribusi maka semakin luas jangkauan pemasaran
produk. Penggunaan saluran distribusi dapat menggambarkan efektif dan efisien
pada kegiatan pemasaran. Akan tetapi, penggunaan saluran distribusi yang tidak
tepat dapat menyebabkan kualitas produk turun karena tidak memperhatikan daya
tahan produk (Tamuntuan, 2013).

11
5. Margin pemasaran
Margin pemasaran adalah selisih harga yang diterima oleh konsumen dan
produsen. Margin pemasaran dapat dipengaruhi oleh biaya pemasaran dan
keuntungan yang diterima oleh pemasar tersebut (Hastian, 2010). Semakin
panjang/banyak pemasar dalam saluran distribusi maka margin pemasaran akan
semakin besar. Sedangkan semakin sedikit panjang/banyak pemasar dalam saluran
distribusi makan semakin sedikit margin pemasaran. Margin pemasaran setiap
saluran berbeda tergantung dari aktivitas untuk transportasi, penjemputan,
pengepakan dan tenaga kerja.

12
BAB III
JADWAL KEGIATAN

3.1 Persiapan PKL


3.1.1 Survei Lokasi PKL
Mencari lokasi PKL yang sesuai dengan minat mahasiswa dengan cara
mendatangi langsung tempat yang dipilih untuk lokasi pelaksanaan praktek
kerja lapang.
3.1.2 Usulan Judul
Kegiatan pengajuan judul kepada Ketua Program Studi Peternakan
dengan mengisi Form 1.
3.1.3 Usulan Dosen Pembimbing PKL
Kegiatan permohonan dosen pembimbing selama PKL berlangsung
kepada Ketua Laboratorium dan disetujui oleh Ketua Program Studi
Peternakan.
3.1.4 Usulan Proposal PKL
Kegiatan mengsusulkan proposal yang akan dilakukan selama kegiatan
PKL kepada Dosen Pembimbing dan Ketua Program Studi Peternakan.

3.2 Pelaksanaan PKL


PKL dilaksanakan di UD. Zaki, Desa Bangket Tengak, Kecamatan jonggat,
Kabupaten Lombok Tengah setelah semua persyaratan administrasi dilengkapi.
PKL dilakukan dalam jangka waktu selama 384 jam kerja efektif atau selama 40
hari dengan lama kerja 6-7 jam setiap hari.
3.3 Setelah PKL
3.3.1 Penyusunan Laporan
Kegiatan penyusunan laporan hasil PKL yang telah dilaksanakan.
3.3.2 Ujian PKL
Kegiatan pengujian oleh dosen yang bersangkutan terhadap mahasiswa
yang telah melaksanakn PKL.

13
Jadwal kegiatan yang disusun secara matrik sebagai berikut:
Kegiatan Bulan

Februari Maret April Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Survei Lokasi
PKL

Usulan Judul

Usulan Dosen
Pembimbing PKL

Usulan Proposal
PKL

Pelaksanaan PKL

Penyusunan
Laporan

Ujian PKL

DAFTAR PUSTAKA

14
Abidin, Zainal. 2003. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Petelur. Agromedia
Pustaka. Tangerang

Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: Penerbit ANDI

Cahyono.Bambang.1994. Beternak Ayam Ras Petelur dalam Kandang Baterai. Solo:


CV. Aneka Solo.
Susilorini, E., Sawitri, M. E., dan Muharlien. 2008. Budidaya 22 TernakPotensial.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Ustomo, E. 2016.99% Gagal Beternak Ayam Petelur.Jakarta: Penebar Swadaya.

LampiranData Pribadi Mahasiswa PKL


Nama : Imron Hadi

15
NIM : B1D018116

Tempat, Tanggal Lahir : Leneng, 10 Mei 1999

Agama : Islam

Jurusan : S1 Peternakan

Fakultas : Peternakan

Universitas : Universitas Mataram

Total SKS :

IPK :

Alamat Asal : Leneng Dalem, Kecamatan Praya,Kabupaten


Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat

Alamat Sekarang : Leneng Dalem, Kecamatan Praya,Kabupaten


Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat

No. Hp : 082340751026

Alamat Email : imronhadib1d018116@gmail.com

16

Anda mungkin juga menyukai