Anda di halaman 1dari 26

Penerapan ISO dan SNI Untuk Mendukung Standarisasi Sistem

Pertanian Pintar

Oleh:  
RHAPTA ARVADZIKRI FAHARAISY

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan hid
ayah-Nya telah menuntun penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan magang
kerja yang berjudul “Pengelompokkan Serta Penggunaan ISO dan SNI Terhadap
Sektor Pertanian Dengan Sistem Smart Farming”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebes


arnya, kepada Prof. Dr. Ir. Didik Haryanto, Ms. selaku dosen pembimbing atas se
gala kesabaran, nasihat, arahan dan bimbingannya yang diberikan dalam penyusun
an proposan magang kerja ini. Tidak lupa juga penulis berterimakasih kepada
Raden Iman Muhardiono BR, S.P. MPSDA selaku pembimbing lapang atas
bimbingan serta nasihatnya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ketua
Jurusan Dr. Noer Rahmi Ardiarini, Sp., M.Si. selaku Ketua Jurusan Budidaya Pert
anian atas perhatian dan sarana yang diberikan. Kepada seluruh keluarga yang tul
us memberikan dukungan, terutama kepada Ayah saya, ibu, dan serta adik. Dan ti
dak lupa ucapan terimakasih saya ucapkan kepada semua pihak khususnya kepada
sahabat dan teman-teman Agroekoteknologi 2019.

Penulis berharap semoga nantinya hasil dari magang kerja ini dapat berman
faat bagi banyak pihak, dan memberikan pengalaman dan kemajuan ilmu pengeta
huan.

Malang, Juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi..................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Tujuan Magang Kerja...............................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3
2.1 Penerapan Smart Farming Pada Negara Maju.........................................................3
2.2 Hambatan Penerapan Smart Farming......................................................................3
2.3 Strategi Pemerintah Dalam Penerapan Smart Farming............................................4
2.4 Pengertian ISO dan SNI.............................................................................................5
BAB 3 METODOLOGI................................................................................................7
3.1 Waktu dan Tempat...................................................................................................7
3.2 Profil BALITKLIMAT...................................................................................................7
3.2.1 Visi Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi..............................................................7
3.2.2 Misi Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi..............................................................8
3.2.3 Tujuan Pokok dan Fungsi (TUPOKSI)............................................................................8
3.2.4 Struktur Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi........................................................9

3.3 Timeline Kegiatan.....................................................................................................9


BAB 4 PEMBAHASAN..............................................................................................11
4.1 Pelaksanaaan Kegiatan Magang.............................................................................11
4.2 Standarisasi Pada alat pertanian............................................................................11
4.3 ISO dan SNI Pada Alat Pertanian Pintar..................................................................13
4.3.1 Sprayer Drone.................................................................................................................13
4.3.2 Traktor Remote Kontrol.................................................................................................15
4.3.3 Pertanian Berbasis IOT...................................................................................................19

BAB 5 KESIMPULAN................................................................................................21
Daftar Pustaka........................................................................................................22

iii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu pertanian merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana mengelola ta


naman, ternak, ikan dan lingkungannya agar memberikan hasil yang semaksi
mal mungkin. Ilmu pertanian bukan hanya tentang mempelajari pengelolahan
tanaman saja dalam dunia pertanian juga mempelajari bagaimana mengelola t
anaman dengan baik. pertanian dengan pengelolaan yang mampu mendapatka
n hasil panen yang sesuai yang diharapkan dan juga pengelolaan yang mempe
rhatikan dampak yang dapat ditimbulkan terhadap lingkungan pada sekitar ar
ea pertanian tersebut. Persoalan yang terdapat pada bidang pertanian salah sat
unya yaitu sulitnya regenerasi tenaga kerja di bidang pertanian hingga mengar
ah ke fenomena aging farmer dimana sebagian besar petani terdiri dari kelom
pok usia tua. Meningkatnya jumlah petani tua dan kurangnya minat anak mud
a usia produktif untuk terjun di bidang pertanian diduga disebabkan oleh bebe
rapa faktor.

Faktor tersebut yaitu adanya anggapan bahwa pendapatan di luar sektor pe


rtanian lebih besar dibanding sektor pertanian, adanya persepsi negatif tentan
g pertanian yang seringkali digambarkan pekerjaan kotor dan berat karena ser
ing berinteraksi dengan lumpur dan harus mencangkul, pekerjaan sektor perta
nian tidak menuntut syarat pendidikan tinggi, sedangkan sektor luar pertanian
menuntut pendidikan yang lebih tinggi dan memiliki jenjang karir yang lebih
jelas. Semakin tinggi tingkat pendidikan pemuda memiliki kecenderungan unt
uk berkarir di luar bidang pertanian, mengandung risiko tinggi seperti gagal p
anen akibat bencana alam, fluktuasi harga dan ketidakpastian lainnya (Arviant
i et al. 2019). Ada beberapa strategi untuk menarik minat generasi muda ke bi
dang pertanian yaitu dengan menarik minat pemuda untuk terlibat dengan kel
embagaan pertanian, pengenalan pertanian melalui Pendidikan Usia Dini (PA
UD), peningkatan kualitas pelaku pertanian, mengembangkan smart farming,
penguatan cooperative farming, pemberian asuransi pertanian dan adanya jam
inan pemasaran (Nugroho et al. 2018).

1
Smart farming adalah sebuah metode pertanian cerdas berbasis teknologi y
ang menggunakan Artificial Intelligence (AI) untuk memudahkan petani mela
kukan pekerjaan (MSMB 2018). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kec
erdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan robot akan mampu melaksanak
an berbagai tugas di bidang pertanian lebih cepat dengan presisi jauh lebih bai
k dibandingkan dengan manusia (Popa, 2011). Digitalisasi dalam bidang perta
nian telah memasuki era revolusi 4.0. Smart farming 4.0 berpotensi besar unt
uk meningkatkan pendapatan para petani dan berkontribusi terhadap keberlanj
utan pertanian. Smart farming dapat meningkatkan ketepatan dalam pemberia
n input tanaman dan lahan pertanian (Knierim et al. 2019). Smart farming ata
u pertanian pintar ialah sistem pertanian yang menggunakan teknologi inform
asi dalam proses pertanian yang telah dirancang dan ditetapkan. Proses penera
pan smart farming memang tidak mudah karenamemerlukan data yang lebih k
ompleks dan akurat. Selain itu juga, penerapan ISO dan SNI yang masih belu
m optimal menyebabkan pengembangan sistem pertanian pintar belum berjala
n dengan baik.

1.2 Tujuan Magang Kerja

1. Mempelajari pemanfaatan ISO dan SNI pada sistem pertanian pintar


2. Mengetahui dan mampu mengidentifikasi pedoman standarisasi untuk pen
gembangan sistem pertanian pintar
3. Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan, wawasan, pengalaman bida
ng kerja di dunia pertanian

2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penerapan Smart Farming Pada Negara Maju

Di Shanghai, China, lahan sawah tidak lagi digarap secara langsung oleh p
ara petani melainkan digarap dengan kecerdasan buatan yang dapat secara oto
matis untuk bekerja menanam padi di lahan sawah. Shanghai telah mempelop
ori pertanian tanpa awak (nirawak) pertama untuk meningkatkan efisiensi pert
anian dan mengurangi biaya tenaga kerja. Sejauh ini, mesin pertanian otomati
s telah digunakan dalam seluruh proses produksi pertanian di sawah seluas le
bih dari 133.333 meter persegi di Waigang, Shanghai. Para ahli sedang merak
it lebih banyak mesin pertanian, seperti mesin penanam padi, mesin penyemp
rot pestisida, dan mesin pemanen, menjadi mesin tak berawak. Dalam lima ta
hun ke depan, Shanghai berencana untuk membangun 13 zona percontohan p
ertanian untuk mendorong pengembangan pertanian berkualitas tinggi (Smart
cityIndo 2020). China juga menggunakan kecerdasan peramalan (intelligent f
orecasting) untuk mencari tempat pemasaran baru dalam sistem rantai pasok
global (Arkeman 2018).
Inti dari penerapan smart farming sebenarnya adalah bagaimana agar kecer
dasan buatan dapat membantu menyelesaikan permasalahan pertanian sekalig
us mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan. Negara India menerapkan
smart farming dengan menggunakan remote-sensing, GPS dan Geographical I
nformation System (GIS). Tujuannya untuk mengetahui kondisi tanah, memer
iksa kesehatan tanaman, mengendalikan serangan hama dan penyakit, serta m
emprediksi hasil produksi pertanian. Keuntungan dari pemanfaatan smart far
ming sebagai pertanian presisi adalah untuk meminimalisir penggunaan air, h
erbisida, pestisida dan pupuk (Solomon 2020).
2.2 Hambatan Penerapan Smart Farming

Smart farming 4.0 yang identik dengan pertanian presisi memungkinkan p


etani untuk mengenali variasi di lapangan sehingga dapat memainkan peran d
alam intensifikasi, efisiensi pertanian, dan kelestarian lingkungan. Smart farm
ing akan menggeser paradigma pertanian tradisional yang memperlakukan se
mua tanaman sama menjadi lebih presisi, menyesuaikan dengan kebutuhan ta

3
naman (Aubert et al. 2012). Hal ini penting karena perlakuan berbeda tujuann
ya adalah agar terjadi efisiensi baik dalam hal penggunaan pupuk maupun pes
tisida sehingga potensi kehilangan hasil dan berkurangnya pendapatan petani
bisa dihindari. Selanjutnya ini bisa menghindarkan pencemaran lingkungan y
ang akan membahayakan keberlanjutan pertanian (Ondoua dan Walsh 2017).
Hambatan utama dalam penerapan smart farming adalah rendahnya tingkat
adopsi petani, tingginya biaya investasi peralatan smart farming, ketidakpasti
an kredibilitas perusahaan teknologi yang mengembangkan produk peralatan
smart farming, sulitnya mengubah persepsi petani tentang kegunaan suatu me
sin pertanian, dan kemudahan yang akan didapat dengan digunakannya perala
tan smart farming, keterbatasan akses internet di beberapa daerah di Indonesia
dan kebutuhan untuk meng-input banyak data dan informasi ke dalam softwar
e (perangkat lunak). Hal-hal tersebut memerlukan analisis dan interpretasi kh
usus. Karakteristik teknologi yang rumit dalam memfasilitasi pengumpulan d
an analisis data, serta rendahnya kualifikasi tenaga kerja perdesaan dipandang
sebagai penghalang untuk difusi teknologi smart farming. Untuk itu pelatihan
dan peningkatan kapasitas asosiasi petani akan menjadi cara penting untuk m
embantu mengatasi hambatan dalam penggunaan teknologi (Pivoto et al. 201
9).
2.3 Strategi Pemerintah Dalam Penerapan Smart Farming

Strategi khusus yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk smart farmin
g yaitu strategi pertama adalah membentuk pola pikir petani tentang pentingny
a penggunaan kecerdasan buatan dan digitalisasi teknologi. Pemikiran petani y
ang keberatan karena merasa smart farming adalah sesuatu yang sulit dilakukan
membutuhkan anggaran yang besar dan waktu yang lama harus segera diubah.
Penyampaian kesuksesan petani yang telah terlebih dahulu menerapkan smart f
arming menjadi sangat penting untuk mempercepat implementasi smart farmin
g. Para petani harus memahami bahwa pada masa depan semuanya terus berub
ah dan semakin tidak pasti. Untuk itu, pemerintah harus mempersiapkan diri m
enghadapi berbagai kondisi dengan teknologi artificial intelligence yang cerdas
dan adaptif. Strategi kedua adalah peningkatan kemampuan SDM para petani d
engan capacity building agar mampu mengadopsi dan mengggunakan artificial

4
intelligence dan teknologi digital maju lainnya, seperti blockchain dan Internet
of things (IoT) dengan baik. Faktanya, masyarakat enggan menggunakan digita
lisasi karena akan menyingkirkan peranan tenaga kerja manusia. Namun hal ini
bisa di atasi dengan peningkatan kapasitas petani sehingga seharusnya petani bi
sa bekerja secara beriringan dengan AI dan robot cerdas tanpa perlu merasa ter
singkir (Arkeman 2021). Strategi ketiga adalah untuk mengimplementasikan s
mart farming di negara sebesar Indonesia memang tidak bisa dilakukan sekalig
us, namun harus bertahap dengan target yang jelas dan menetapkan daerah yan
g akan menjadi prioritas.
2.4 Pengertian ISO dan SNI

ISO atau Internasional Organization for Standardization merupakan organi


sasi internasional dimana anggotanya terdiri dari hampir seluruh negara di du
nia termasuk Indonesia. yang memiliki fungsi perumusan dan penerbitan stan
dar internasional. ISO juga dapat diartikan sebagai standar internasional yang
layak untuk diterapkan di perusahaan/organisasi, dalam sistem manajemen ku
alitas, sistem keamanan, dampak lingkungan, keselamatan kerja dan lainnya.
Sedangkan Standar Nasional Indonesia (SNI) merupakan Standar nasional ya
ng ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan berlaku di wilay
ah Indonesia.
Standar nasional Indonesia ini dirancang untuk melindungi konsumen dari
barang, produk, atau layanan yang tidak bermutu. Dan standar ini juga untuk
menerapkan standar yang sesuai bagi para produsen. Kegiatan standardisasi
meliputi standar penilaian kesesuaian (conformity assessment), yang dilakuka
n secara terpadu, agar produk bisa berkembang secara berkelanjutan sehingga
dapat memantapkan dan meningkatkan mutu kelas nasional. ISO ataupun SNI
dibutuhkan untuk kepentingan bersama, baik itu untuk bisnis dan konsumen.
Jauh dari itu juga bahwa standar yang diterapkan sesuai dengan ketentuan dan
syarat dapat meminimalisir risiko kecelakaan, gangguan kesehatan, dampak li
ngkungan, gangguan keamanan, kelayakan produk/tempat produksi dan kesel
amatan baik itu pekerja maupun konsumen. Produk atau perusahaan dengan l
abel ISO dan SNI memiliki sistem kerja dan standar operasional prosedur yan
g lebih baik, karena semua dilakukan dengan memperhatikan standar atau kel

5
ayakan. Dan keuntungan bagi perusahaan atau merk dagang berlabel ISO dan
SNI akan lebih dipercaya oleh pasar dibandingkan yang tidak memiliki sertifi
kat ini. Memiliki label ISO atau SNI artinya produk terjamin mutunya, mulai
dari pembuatan sampai kualitas dan kelayakan produk.

6
BAB 3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan magang dilakukan pada bulan Juli hingga September 2022 yang
bertempat di Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat). Jalan T
entara Pelajar No.1A, Ciwaringin, Bogor Tengah, RT.07/RW.15, Menteng, K
ec. Bogor Bar., Kota Bogor, Jawa Barat 16111.
3.2 Profil BALITKLIMAT

Sejak tahun 1974, Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian saat itu Bern
ama Lembaga Penelitian Tanah Bersama-sama lembaga penelitian-penelitian
lainnya bernaung di bawah Badan Litbang Pertanian sesuai dengan Kepres N
o. 44 dan No. 45 tahun 1974. Sejalan dengan penambahan mandatnya yang ju
ga melakukan penelitian agroklimat, Lembaga Penelitian Tanah berubah nam
a menjadi Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Pada tahun 2001, Pusat Pe
nelitian Tanah dan Agroklimat menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanah dan Agroklimat. Kemudian berdasarkan Permentan No. 345/Kpts/OT.
140/7/2005 tanggal 6 Desember 2005, berubah nama menjadi Balai Besar Pen
elitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP). BBSDL
P dipimpin oleh seorang Kepala Balai Besar (Eselon II) dan dibantu oleh satu
kepala bagian yaitu, Kepala Bagian Tata Usaha dan dua Kepala Bidang yaitu
Kepala Bidang Program dan Evaluasi dan Kepala Bidang Kerjasama dan Pen
dayagunaan Hasil Penelitian. Untuk menunjang pengembangan teknologi dan
informasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya agroklimat dan hidrologi,
pemerintah melalui Departemen Pertanian membentuk Balai Penelitian Agro
klimat dan Hidrologi (BALITKLIMAT). Balai Penelitian Agroklimat dan Hi
drologi Bogor yang saat ini dikepalai oleh Dr. Ir. Rahmawati, M.M.
3.2.1 Visi Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi mempunyai visi yaitu menjadi
balai penelitian yang menghasilkan teknologi tepat guna dan informasi sumbe
rdaya iklim dan air yang akurat, real time, dan professional untuk mendukung
pembangunan pertanian.

7
3.2.2 Misi Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
a. Membangun sistem informasi sumberdaya iklim dan air dengan me
manfaatkan teknologi mutakhir untuk pengambil kebijakan, perenca
na dan pelaksana.
b. Melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi agroklimat d
an hidrologi untuk pendayagunaan sumberdaya iklim dan air dan me
ngantisipasi terjadinya kerugian karena bencana anomali dan peruba
han iklim untuk mendukung ketahanan pangan.
c. Menghasilkan publikasi ilmiah baik peringkat nasional maupun intern
asional.

d. Mendiseminasikan hasil penelitian agroklimat dan hidrologi dengan


membangun kerjasama yang sinergis dengan institusi di dalam dan d
i luar negeri.
3.2.3 Tujuan Pokok dan Fungsi (TUPOKSI)
a. Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertani
an tepat guna spesifik lokasi.
b. Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian t
epat guna spesifik lokasi.
c. Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian
serta perakitan materi penyuluhan.
d. Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan d
an pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan tek
nologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
e. Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan penge
mbangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai.

8
3.2.4 Struktur Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Kepala Balai

Ka Sub Bag Tata Usaha

Sub Koor Jasa Penelitian Sub Koor Pelayanan Teknis

Kelompok Jabatan Fungsional


Peneliti

3.3 Timeline Kegiatan

No Kegiatan Kegiatan Magang dalam Bulan dan Minggu ke-


Juni Juli Agustus Septembe
r
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pendaftaran Maga
ng Kerja

2 Penyusunan Prop
osal Magang

3 Pelaksanaan Maga
ng

4 Arahan Magang ol
eh Pembimbing M
agang

9
10 Evaluasi Hasil Mag
ang

3.1

10
BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaaan Kegiatan Magang

Pelaksanaan kegiatan magang diawali dengan pengenalan yang dilakukan


pada awal kegiatan magang oleh mahasiswa serta pembimbing lapang, pegen
alan lingkungan kerja yaitu pengenalan ruang magang, penjelasan sistem kerj
a yang akan dilakukan serta pengenalan sumber-sumber untuk mendapatkan i
nformasi tentang ISO maupun SNI. Pada kegiatan magang yang di lakukan di
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi yaitu melakukan analisis dan peng
amatan data dengan mencari data dari literatur yang telah tersedia dari berbag
ai sumber maupaun sumber-sumber seperti SNI serta ISO didapatkan melalui
sumber seperti BSN maupun melalui sumber yaitu web resmi ISO. Menganali
sis ISO dan SNI terkait dengan sistem pertanian smart farming.

Data yang telah di analisis dan dikumpulkan disusun dan disajikan dalam
bentuk Microsoft office excel. Setelah mendapatkan bebrapa ISO dan SNI yan
g berkaitan dengan pertanian pintar kemudian yang dapat dilakukan yaitu kegi
atan diskusi yang dilakukan antara mahasiswa magang dengan pembimbing la
pang yaitu membahas terkait tentang analisis ISO dan SNI yang terkait dengan
sistem pertanian smart farming, membahas permasalahn yang dihadapi oleh m
ahasiswa magang, membahas terkait penyusuan laporan magang. Kegiatan ter
akhir yaitu evaluasi magang dilakukan pada akhir kegiatan magang sebagai ke
giatan penutup dari program magang kerja yang dilakukan oleh mahasiswa. K
egiatan evaluasi dilakukan bertujuan untuk mengetahui hasil yang didapatkan
oleh mahasiswa selama kegiatan magang. Evaluasi magang dapat dilakukan d
engan membahas hasil kegiatan magang mahasiswa dengan pembimbing lapa
ng.

4.2 Standarisasi Pada alat pertanian

Standarisasi bertujun untuk menentukam standar mutu suatu produk yang


dibuat sehingga produk tersebut akhirnya layak untuk diedarkan. Standar prod
uk bisa tercermin saat sebuah produk memperoleh Standar Nasional Indonesia
(SNI). Artinya produk tersebut sudah layak dikonsumsi (bila itu berupa makan
an atau minuman) atau digunakan bila produk tersebut kerajinan atau produk n

11
on-makanan dan minuman. Selain standar nasional juga ada standar yang dibe
rlakukan di tingkat regional atau internasional. Setelah memperoleh sertifikat
SNI alat tersebut juga diharapkan memperoleh standar internasional. Sertifikat
standar intrenasional makin diperlukan bila sebuah produk akan diekspor ke n
egara-negara yang ketat menetapkan standar bagi produk yang masuk ke mega
ranya.

Di tahun 1926 dibentuk International Federation of the National Standardi


zing Associations (ISA). Organisasi ini fokus pada rekayasa mekanis (mechan
ical engineering). Selama Perang Dunia II, tepatnya di tahun 1942, ISA dibuba
rkan. Seusai perang dunia, Komite Koordinasi Standar PBB (United Nations S
tandards Coordinating Committee/UNSCC) yang baru dibentuk, mendekati IS
A dan mengajukan usulan untuk membentuk badan standar internasional yang
baru. Pada bulan Oktober 1946, di London, Inggris, delegasi ISA dan UNSCC
dari 25 negara bertemu dan setuju untuk membentuk International Organizatio
n for Standardization (ISO). ISO mulai beroperasi pada tanggal 23 Februari 19
47 dengan kantor pusat di Jenewa, Swiss. ISO merupakan organisasi internasi
onal yang mengembangkan, mengkoordinir dan menetapkan standar voluntary
(selain standar kelistrikan) untuk mendukung perdagangan global, meningkatk
an mutu, melindungi kesehatan dan keselamatan/keamanan konsumen dan ma
syarakat luas, melestarikan lingkungan serta mendiseminasikan informasi dan
memberikan bantuan teknis di bidang standardisasi.

Penerapan metode Smart Farming 4.0 bukan sekedar tentang penerapan te


knologi. Namun, kunci utama Smart Farming 4.0 adalah tentang data yang ter
ukur. Contohnya Agri Drone Sprayer digunakan untuk menyemprot pestisida s
erta pupuk cair dengan lebih presisi. Pemberian pupuk dan pestisida secara ber
lebih pun bisa dihindari. Tak hanya itu, didukung dengan penggunaan Drone S
urveillance, pemetaan lahan juga bisa dilakukan. Dari hasil pemetaan, petani b
isa mengetahui kondisi tanaman di lahan mereka. Keberadaan Soil and Weath
er Sensor (Sensor tanah dan cuaca) yang terpasang di lahan pertanian, juga aka
n membantu petani dalam memantau kondisi tanaman. Data yang dapat dipero
leh dari sensor ini diantaranya seperti kelembapan udara dan tanah, suhu, pH t
anah, kadar air, hingga estimasi masa panen. Alat pada pertanian 4.0 atau pert

12
anian pintar seperti drone dan lainnya perlu memerlukan standarisasi baik dari
nasional yaitu SNI maupun yang telah diakui internasional yaitu ISO demi unt
uk menentukan layak atau tidaknya produk tersebut dikembangkan maupun di
produksi.

4.3 ISO dan SNI Pada Alat Pertanian Pintar

Pada kegiatan yang telah dilakukan selama magang kerja didapatkan hasil
yaitu dari beberapa alat pertanian pintar diantaranya sprayer drone, traktor rem
ote kontrol, dan pertanian berbasis IOT didapatkan standarisasi dari nasional
maupun internasional yaitu SNI dan ISO dari beberapa sumber yang telah dida
patkan. Dari beberapa alat pertanian pintar tidak semua telah ter standarisasi d
ari baik dari SNI maupun ISO. Berikut hasil nomer SNI maupun ISO dari spra
yer drone, traktor remote kontrol, dan pertanian berbasis IOT

4.3.1 Sprayer Drone


Sprayer tanaman adalah suatu alat / peralatan pertanian yang memiliki
fungsi untuk memecah cairan, suspensi atau larutan menjadi droplets (butir
an cairan) atau spray. Alat pertanian ini biasa digunakan pada proses peny
emprotan pestisida atau bisa juga digunakan untuk aplikasi pupuk. Penerap
an teknologi tepat guna di bidang pertanian khususnya tentang penyemprot
an pestisida kini berkembang maju dengan menggunakan teknologi Drone.
Apabila dibandingkan penyemprotan dengan cara manual memiliki kapasit
as kerja 10 liter / jam, sedangkan menggunakan drone, memiliki kapasitas
kerja 160 liter / jam. Namun secara nasional teknologi sprayer drone belu
m terstandarisasi secara baik sehingga diperlukan standar nasional dan inte
rnasional pendukung agar dapat terwujud standar yang tepat dan sesuai ke
butuhan. Adapun sumber dan jenis standar yang dapat mendukung standari
sasi instrumen sprayer drone sebagai berikut :
▪ Nomor ISO :
ISO 14131:2005 : Agricultural sprayers — Boom steadiness — Te
st methods
ISO 8026:2009 : Agricultural irrigation equipment — Sprayers —
General requirements and test methods

13
ISO 8026:1995 : Agricultural irrigation equipment — Sprayers —
General requirements and test methods
ISO 10626:1991 : Equipment for crop protection — Sprayers — C
onnecting dimensions for nozzles with bayonet fixing
ISO 4102:1984 : Equipment for crop protection — Sprayers — Co
nnection threading
ISO 13440:1996 : Equipment for crop protection — Agricultural s
prayers — Determination of the volume of total residual
▪ Nomor SNI :
SNI 8485:2018 :
Alat pemeliharaan tanaman - Sprayer gendong elektrik - Syarat mu
tu dan metode uji
SNI 4513:2012 : Alat pemeliharaan tanaman - Sprayer gendong se
mi-otomatis - Syarat mutu dan metode uji
SNI 7640:2011 :
Alat pemeliharaan tanaman - Sprayer gendong bermotor Syarat mu
tu dan metode uji
SNI 7426:2008 : Alat pemeliharaan tanaman - Sprayer tipe pompa
torak bermotor - Unjuk kerja dan metode uji
SNI 7425:2008 : Sprayer kompresi tipe gendong - Unjuk kerja dan
cara uji
SNI 4513:2008 :
Alat pemeliharaan tanaman - Sprayer gendong semi-otomatis - Unj
uk kerja dan metode uji
SNI 02-4513.2-1998 :
Unjuk kerja penyemprot manual tekanan sedang (semi automatic h
and sprayer) tipe gendong
SNI 02-4513.1-1998 : Prosedur dari cara uji penyemprot manual te
kanan sedang (semi automatic hand sprayer) tipe gendong
SNI 05-3137-1992 : Hand sprayer serbaguna

14
4.3.2 Traktor Remote Kontrol
Traktor pertanian didefinisikan sebagai suatu kendaraan yang mempun
yai daya penggerak sendiri, minimum mempunyai sebuah poros roda yang
dirancang untuk menarik serta menggerakan alat/mesin pertanian. Atas das
ar bentuk dan ukuran traktor, maka traktor pertanian dapat dibedakan menj
adi tiga jenis, yaitu traktor besar, traktor mini dan traktor tangan.
1. Traktor besar
Traktor besar dicirikan sebagai traktor yang mempunyai dua buah
poros roda (beroda empat atau lebih), panjangnya berkisar 2650 - 3
910 mm, lebar berkisar 1740 - 2010 mm dan dayanya berkisar 20 -
120 HP. Jenis traktor ini harganya sangat mahal sehingga petani m
asih belum mampu untuk memiliki secara perorangan. Disamping i
tu penggunaannya pun kurang efisien mengingat bentuk petakan sa
wah yang relatif kecil. Traktor ini banyak dijumpai pada perusahaa
n-perusahaan perkebunan yanng mempunyai areal yang luas dan m
odal yang cukup besar.
2. Traktor mini
Traktor ini merupakan traktor yang mempunyai dua buah poros rod
a (beroda empat), sesuai dengan namanya maka ukuran traktor ini r
elatif lebih kecil, yaitu mempunyai panjang berkisar 1790 - 2070 m
m, lebar berkisar 995 - 1020 mm, berat 385 - 535 kg, dan daya ber
kisar 12,5 - 20 HP.
Pada elemennya traktor jenis ini digerakkan oleh motor diesel dua
silinder atau lebih, mempunyai 6 kecepatan (versneling) maju, dan
2 kecepatan mundur, yang dibedakan menjadi 4 macam kecepatan
rendah (termasuk kecepatan mundur) dan 4 macam kecepatan tingg
i (termasuk kecepatan mundur). Kecepatan kerja berkisar antara 0,
94 - 4,79 km/jam dan kecepatan transport antara 7,54 - 13,31 km/ja
m.
Traktor jenis ini sudah dilengkapi dengan PTO (power take off), th
ree point hitch (tiga titik penggandengan/sistem mounted). Pada u
mumnya konstruksi traktor mini tidak banyak berbeda dengan trakt

15
or besar, perbedaannya hanya terdapat pada dayanya saja. Traktor j
enis ini banyak dimiliki oleh petani.
3. Traktor tangan
Traktor tangan merupakan traktor pertanian yang hanya mempunya
i sebuuah poros roda (beroda dua). Traktor ini berukuran panjang b
erkisar 1740 - 2290 mm, lebar berkisar 710 - 880 mm dan dayanya
berkisar 6 - 10 HP. Sebagai daya penggerak utamanya menggunaka
n motor diesel silinder tunggal.
Traktor digunakan untuk berbagai keperluan, penggunaan yang paling
banyak ialah untuk pengolahan tanah. Selain itu traktor juga digunakan unt
uk penanaman, untuk pemeliharan tanaman, untuk memutar pompa irigasi,
untuk pemanen (dengan memasang pisau reaper), untuk memutar perontok
padi, serta untuk pengangkutan, mulai dari bibit, pupuk, peralatan, sampai
hasil pertanian. Traktor Remote Kontrol bertujuan agar mempermudah pek
erjaan yang dilakukan oleh petani agar lebih efisien. Penerapan sistem kon
trol otomatis dan pengendalian jarak jauh pada traktor di masa yang akan d
atang akan sangat diperlukan. Oleh karena itu,
penyempurnaan tahap demi tahap perlu dilakukan untuk terciptanya trakto
r yang canggih, perawatan yang mudah, harga yang terjangkau, serta muda
h dalam penggunaan serta perlu didukung oleh standar instrumen yang sud
ah ada sebagai elemen pendukung standarisasi dari teknologi traktor.
Adapun sumber dan jenis standar yang dapat mendukung standarisasi instr
umen traktor remote kontrol sebagai berikut :
▪ Nomor ISO :
ISO 16154:2005 : Tractors and machinery for agriculture and fores
try — Installation of lighting, light signalling and marking devices
for travel on public roadways
ISO 7072:1993 : Tractors and machinery for agriculture and forestr
y — Linch pins and spring pins — Dimensions and requirements
ISO 8935:1990 : Tractors for agriculture and forestry — Mounting
s and apertures for external equipment controls

16
ISO 5711:1995 : Tractors and machinery for agriculture and forestr
y — Wheel-to-hub fixing dimensions
ISO 12934:2021 : Tractors and machinery for agriculture and fores
try — Basic types — Vocabulary
ISO 10975:2009 : Tractors and machinery for agriculture — Auto-
guidance systems for operator-controlled tractors and self-propelle
d machines — Safety requirements
ISO 17612:2004 : Tractors and machinery for agriculture and fores
try — Auxiliary-power-transmission connector for the operator stat
ion
ISO 15077:2020 :
Tractors and self-propelled machinery for agriculture — Operator c
ontrols — Actuating forces, displacement, location and method of
operation
ISO 5131:2015 : Tractors for agriculture and forestry — Measurem
ent of noise at the operator's position — Survey method
ISO 5700:2013 : Tractors for agriculture and forestry — Roll-over
protective structures — Static test method and acceptance conditio
ns
▪ Nomor SNI :
SNI 8754:2019 : Alat penanam biji-bijian dan pemupuk ditarik trak
tor roda empat – Syarat mutu dan metode uji
SNI 8437:2017 : Traktor pertanian roda krapyak ban karet dengan
bajak rotari – Syarat mutu dan metode uji
SNI 7416:2019 : Traktor pertanian roda empat gandar ganda – Syar
at mutu dan metode uji
SNI 8324:2016 : Traktor roda dua “ Transmisi utama“ Syarat mutu
dan metode uji
SNI 0738:2014 : Traktor pertanian roda dua - Syarat mutu dan met
ode uji
SNI 7589:2011 : Traktor pertanian roda empat Cara uji daya pada
batang penarik (drawbar)

17
SNI 02-0960-1989 : Traktor pertanian bergandar ganda, Kelengkap
an baku dan rantai kelabang
SNI 02-1213-2003 : Kelengkapan baku dan cara uji bajak singkal t
raktor pertanian
SNI 02-1372-1989 : Penghubung hidrolik traktor pertanian
SNI 02-1213-2003 : Kelengkapan baku dan cara uji bajak singkal t
raktor pertanian
SNI 02-1372-1989 : Penghubung hidrolik traktor pertanian
SNI 02-1374-1989 : Bagian tarik mekanis tipe cincin gerobak perta
nian, Spesifikasi
SNI 02-1897-1990 : Traktor pertanian roda ban karet bergandar ga
nda dan rantai kelabang, Penamaan dan isian spesifikasi
SNI 02-3155-1992 : Cara uji traktor pertanian bergandar ganda - B
agian 3: Lingkaran putar dan spasi putaran
SNI 02-3369-1994 : Dimensi penggandeng dan pasak pengganden
g traktor tangan
SNI 02-6546-2001 : Roda sangkar traktor roda dua - Komponen da
n bahan
SNI 1212:2008 : Bajak piringan traktor pertanian roda empat kele
ngkapan baku dan cara uji
SNI 3153:2008 : Jarak renggang roda traktor pertanian empat roda
SNI 7409:2008 : Traktor roda dua - Penggandeng dan pasak pengg
andeng - komponen
SNI 7543:2009 : in pembentuk pelet pakan ternak proses basah (pe
llettizer) - Unjuk kerja dan cara uji
SNI 7588:2011 : Traktor pertanian roda empat Cara uji daya pada
PTO
SNI 7589:2011 : Traktor pertanian roda empat Cara uji daya pada
batang penarik (drawbar)
SNI 7607:2013 : Mesin tanam bibit padi tipe dorong - Syarat mutu
dan metode uji

18
SNI 7607:2020 : Mesin tanam bibit padi tipe dorong – Syarat mutu
dan metode uji
SNI 8437:2017 : Traktor pertanian roda krapyak ban karet dengan
bajak rotari – Syarat mutu dan metode uji
SNI ISO 730:2011 : Traktor pertanian roda ban - Tiga titik ganden
g belakang - Kategori 1N, 1, 2N, 2, 3N, 3, 4N dan 4
SNI 7588:2011 : Traktor pertanian roda empat Cara uji daya pada
PTO
SNI 7409:2008 : Traktor roda dua - Penggandeng dan pasak pengg
andeng - komponen
SNI 1212:2008 : Bajak piringan traktor pertanian roda empat kelen
gkapan baku dan cara uji
SNI 3153:2008 : Jarak renggang roda traktor pertanian empat roda
SNI 02-0960-1989 : Traktor pertanian bergandar ganda, Kelengkap
an baku dan rantai kelabang
SNI 05-0738.1-1998 : Prosedur dan cara uji traktor roda dua
SNI 05-0539-1989 : Traktor tangan sederhana dengan motor pengg
erak 6-9 daya kuda - Persyaratan umum
4.3.3 Pertanian Berbasis IOT
Revolusi Industri 4.0 yang sedang berkembang saat ini sudah tidak lagi
membicarakan otomatisasi alat, tetapi lebih pada sistem siber fisik atau Int
ernet of Things (IoT). Internet of Things (IoT) adalah paradigma inovatif y
ang membuat bumi dalam pengaturan telekomunikasi nirkabel modern den
gan cepat. Internet of Things bukan diterapakan pada rantai pemasok perta
nian tetapi juga teknologi sensor untuk penggunaan air, sensor untuk mend
eteksi serangan hama, dan juga sensor yang mempertahankan suhu kondisi
lingkungan dengan waktu yang realtime dan akurat. Dengan penerapan ter
sebut hasil pertanian dapat meningkat dengan pesat. Untuk mendukung opt
imalnya penerapan IoT khususnya di bidang pertanian, diperlukan standar
nasional dan internasional yang dapat mendukung berkembangnya standar
isasi yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi. Berikut
adalah standar yang dapat mendukung untuk instrumentasi IoT :

19
▪ Nomor ISO :
ISO 23991:2022 : Irigation applications of ductile iron pipelines —
Product design and installation
ISO 9635:1990 : Irrigation equipment — Hydraulically operated
irrigation valves
ISO 8026:1985 : Irrigation equipment — Irrigation sprayers —
General requirements and test methods
ISO 7714:1985 : Irrigation equipment — Volumetric valves —
General requirements and test methods
▪ Nomor SNI :
SNI ISO 15886-1:2012 : Peralatan irigasi – Pencurah (sprinkler)
Bagian 1 : Definisi istilah dan klasifikasi (ISO 15886-1:2012, IDT)
SNI 0141:2009/Amd2:2015 : Pompa air sentrifugal untuk irigasi -
Unjuk kerja dan cara uji Amandemen 2
SNI 0141:2009 : Pompa air sentrifugal untuk irigasi - Unjuk kerja
dan cara uji
SNI 0141.1:2008 : Prosedur dan cara uji Pompa air sentrifugal untu
k irigasi
SNI 05-0141.2-1998 : Unjuk kerja pompa air sentrifugal untuk irig
asi
SNI 05-0141.1-1998 : Prosedur dan cara uji pompa air sentrifugal
untuk irigasi
SNI EN 12296:1998 : Bioteknologi-Peralatan-Pedoman prosedur
pengujian tingkat kebersihan (EN 12296:1998, IDT, Eng)
SNI EN 12297:1998 : Bioteknologi – Peralatan - Pedoman
prosedur pengujian tingkat sterilitas (EN 12297:1998, IDT, Eng)
SNI EN 12298:1998 : Bioteknologi-Peralatan-Pedoman prosedur
pengujian tingkat kebocoran (EN 12298:1998, IDT, Eng)
SNI EN 13091:1999 : Bioteknologi – Kriteria kinerja elemen filter
dan modul filtrasi (EN 13091:1999, IDT, Eng)

BAB 5 KESIMPULAN

20
Penerapan ISO dan SNI dalam cakupan pertanian pintar secara fungsi sangat
penting untuk mendukung perkembangan teknologi pertanian yang tidak hanya sk
ala nasional namun internasional. Smart farming memiliki potensi nyata untuk me
nghasilkan produksi pertanian yang lebih produktif dan berkelanjutan, berdasarka
n pada pendekatan nyata. Smart farming merupakan teknologi yang sangat
membantu petani dalam penerapan pertanian dan juga mampu memberikan hasil
yang lebih maksimal dibandingkan dengan pertanian biasa. Namun dalam
menjalankan smart farming tentunya terdapat beberapa kendala yang dapat
mengganggu keberlanjutan smart farming tersebut.
Hambatan tersebut seperti rendahnya tingkat adopsi petani, tingginya biaya in
vestasi peralatan smart farming, ketidakpastian kredibilitas perusahaan teknologi y
ang mengembangkan produk peralatan smart farming, sulitnya mengubah persepsi
petani tentang kegunaan suatu mesin pertanian, dan kemudahan yang akan didapat
dengan digunakannya peralatan smart farming, keterbatasan akses internet di bebe
rapa daerah di Indonesia dan kebutuhan untuk meng-input banyak data dan inform
asi ke dalam software (perangkat lunak). Dari hasil ISO dan SNI yang didapatkan
tidak semua alat-alat pada pertanian pintar telah terstandarisasi baik nasioanl
maupun internasional. Standarisasi pada alat pertanian di dalam pengaplikasian
pertanian pintar sangatlah penting. Standarisasi merupakan pedoman agar
menentukan suatu produk tersebut telah layak digunakan atau tidak. Bahkan
standarisasi juga berfungsi sebagai syarat mengekspor alat pada sistem pertanian
pintar ke luar negri.

21
DAFTAR PUSTAKA

Arvianti EY, Masyhuri, Waluyati DHD. 2019. Gambaran Krisis Petani Muda di
Indonesia. J Sos Ekon dan Kebijak Pertan. 8(2):168–180.
Arkeman Y. 2018. AI dan perang dagang. Republika. Opini:13 (5).
Aubert BA, Schroeder A, Grimaudo J. 2012. IT as enabler of sustainable farming :
An empirical analysis of farmers’ adoption decision of precision agricultu
re technology. Decision Support Systems. 54:510–520.
Arkeman Y. 2021. Kecerdasan buatan untuk industri pangan 2021. Food review
Indonesia: XVI:1.
Fathahillah Fathahillah, Muhammad Yahya, Bakhrani A. Rauf, Abdul Muis
Mappalotteng, Ervi Novitasari. Aplikasi Teknologi Pesawat Tanpa Awak
Berbasis Drone Hexacopter dalam Mengefisiensikan Proses Penyemprotan
Tanaman Padi di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan. SEMINAR NASIO
NAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “Peluang dan tantanga
n pengabdian kepada masyarakat yang inovatif di era kebiasaan baru” ISBN
978-623-7496-57-1. https://ojs.unm.ac.id/semnaslpm/article/view/16746.
Knierim A, Kernecker M, Erdle K, Kraus T, Borges F, Wurbs A. 2019. Smart
farming technology innovations – Insights and reflections from the Germa
n Smart-AKIS hub. NJAS - Wageningen J Life Sci. 10(03): 90–91.
Nugroho AD, Waluyati LR, Jamhari J. 2018. Upaya memikat generasi muda
bekerja pada sektor pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta. JPPUMA. J
Ilmu Pemerintah dan Sos Polit Univ Medan Area. 6(1):76.
Ondoua RN, Walsh O. 2017. Precision agriculture advances and limitations:
Lessons to the stakeholders. Crop Soils. 50(4):40–47.
Popa, C. (2011). Adoption of Artificial Intelligence in Agriculture. Bulletin of
University of Agricultural Sciences and Veterinary Medicine Cluj-Napoca
- Agriculture, 68(1), 284–293.
Pivoto D, Barham B, Waquil PD, Foguesatto CR, Corte VFD, Zhang D, Talamini
E. 2019. Factors influencing the adoption of smart farming by Brazilian
grain farmers. Int Food Agribus Manag Rev. 22(4):571–588.

22
Setya Permana Sutisna , I Dewa Made Subrata , Radite Praeko Agus Setiawan.
SISTEM PENGENDALI KEMUDI TRAKTOR OTOMATISEMPA
T RODA PADA PENGUJIAN LINTASAN LURUS. AGRITECH, Vol. 35,
No. 1, Februari 2015. https://media.neliti.com/media/publications/99719-none-58
ce2ce9.pdf
Sergius Jimmy Rusli. IMPLEMENTASI KONSEP SMART FARMING BERB
ASIS IOT DAN MANFAATNYA. Jurnal Ilmu Teknik dan Komputer Vol.
5 No. 1 Januari 2021 ISSN 2548-740X E-ISSN 2621 1491. https://publika
si.mercubuana.ac.id/index.php/jitkom/article/download/77 3/df
SmartcityIndo. 2020. Sawah di Shanghai tak pakai petani, digarap otomatis denga
n teknologi kecerdasan buatan.
Solomon R. 2020. Precision agriculture in India: new technologies are here, but
wide-scale adoption is far off.
(1) (PDF) ID: 46 The Importance of Drone Sprayer in Agricultural Sector Especi
ally for Indonesian Farmers. Available from: https://www.researchg
ate.net/publication/359465523_ID_46_The_Import nce_of_Drone_Sprayer_in_A
gricultural_Sector_Especially_for_Indonesi n_Farmers [accessed Sep 20 2022].

23

Anda mungkin juga menyukai