Anda di halaman 1dari 22

VISUALISASI PROFIL MASYARAKAT TANI INDONESIA YANG

MENERAPKAN DIGITAL FARMING

OLEH :

KELOMPOK 2 (Dua)

1. JUMIATIN 5. HARUDIN 9. JULIANTI P.

(216 503 022) (216 503 030) (216 503 034)

2. SULTIN 6. SELVIANA 10. UMI INDRIANI

(216 503 024) (216 503 031) (216 503 035)

3. NISKA SANSRISNA 7. NURUL AZKIN 11. ASMA UL HUSNAH

(216 503 027) (216 503 032) (216 503 036)

4. VINA HENDRIANI 8. RINDAYANA 12. ARJUNA

(216 503 028) (216 503 033) (216 503 037)

PROGRAM STUDI MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIIKAN

UNIVERSITAS LAKIDENDE

KONAWE

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah tentang Visualisasi Masyarakat Tani Indonesia Yang
Menerapkan Digital Frming ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis
juga mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis


yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Wawotobi, 8 juni 2019

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1


1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................2
1.3 Tujuan .......................................................................................................3
1.4 manfaat .....................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................4
2.1 Pengertian Digital Farming ......................................................................4
2.2 Manfaat Teknologi Dalam Bidang Pertanian ...........................................5
2.3 Penerapan Digital Farming ......................................................................6
2.4 Petani Indonesia Yang Menerapkan Digital Farming............................11
2.5 Kendala Yang Dihadapi Petani Dalam Menerapkan Digital Farming...16
BAB IIIPENUTUP ...............................................................................................21
3.1 Kesimpulan ............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian mempunyai peranan vital


dan menjadi leading sector dalam mendukung pembangunan nasional, khususnya
dalam memenuhi tuntutan kebutuhan pangan dan energi. Pertanian diharapkan
mampu melayani kebutuhan pangan untuk penduduk yang besar dan terus
meningkat. Selain peran strategis sektor pertanian dalam pemenuhan kebutuhan
konsumsi dan energi dalam negeri, sektor pertanian juga merupakan sumber
penyedia lapangan kerja dan bahan baku industri, nilai tambah dan daya saing,
meningkatkan penerimaan devisa negara, serta optimalisasi pengelolaan sumber
daya alam secara berkelanjutan.
Pertanian merupakan salah satu sektor yang dominan dalam pendapatan
masyarakat dan memiliki peranan penting di Indonesia karena mayoritas
penduduk Indonesia bekerja sebagai petani (Dimas, 2011). Pembangunan
pertanian yang subsisten sangat diharapkan dalam suatu daerah dalam hal ini
peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam pembangunan pertanian terutama
untuk memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh petani itu sendiri
(Taufik, 2011).
Sektor pertanian merupakan tumpuan ekonomi dan penggerak utama
ekonomi nasional dan daerah. Dalam pelaksanaan pembangunan pertanian, kunci
keberhasilan terletak pada petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian.
Petani adalah subjek dan juga sekaligus sebagai objek dari pembangunan
pertanian.
Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya
berprofesi sebagai petani dan bergelut di bidang pertanian. Saat ini industri
Pertanian (Agriculture) sangat drastis perkembangannya, salah satunya adalah
kebutuhan Akan sistem otomatis yang digunakan untuk monitoring dan
controlling pada kondisi tanah serta pertumbuhan tanamannya. Sampai saat ini

1
masih banyak pemilik lahan pertanian yang mengelola sawahnya dengan Cara
konvensional, dengan Cara monitoring dan controlling kondisi tanah serta
pertumbuhan tanaman secara langsung.
Melihat besarnya pengaruh pertanian terhadap perekonomian nasional dan
kesejahteraan masyarakat maka strategi untuk meningkatkan produktifitas dan
kualitas hasil pertanian menjadi sangat penting. Peningkatan produktifitas ini akan
memicu pada peningkatan kesejahteraan masyarakat tani. Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat menjadi salah satu strategi untuk
mewujudkan hal tersebut. Penerapan sistem informasi (SI) pada bidang pertanian
sudah dilakukan oleh banyak negara agraris seperti Kenya, Croatia, China, dan di
bawah lembaga National Agricultural Research System. Penerapan teknologi
informasi di negara – negara tersebut memberikan kontribusi terhadap
peningkatan produktifitas hasil pertanian yang berdampak pada peningkatan
pendapatan petani. "Digital Farming merupakan teknologi yang dapat
memudahkan pengambilan keputusan secara praktis dan bermanfaat, teknologi ini
membuat manajemen risiko di pertanian menjadi lebih mudah dan membantu
meningkatkan potensi keuntungan secara berkelanjutan," jelas dia dalam
keterangannya, Jumat (9/3).
Melalui kajian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
masyarakat tani yang menerapkan Digital Farming dalam usahanya
mempermudah kinerja serta meningkatkan hasil yang ingin dicapai.
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan digital farming?

1.2.2 Apa saja manfaat dalam menerapkan teknologi dalam pertanian?

1.2.3 Apakah dampak yang ditimbulkan dari penerapan teknologi dalam


pertanian?

1.2.4 Bagaimanakah penampakan dari alat berteknologi canggih yang


diterapkan dalam pertanian di Indonesia?

1.2.5 Apa saja kendala-kendala yang dialami petani dalam menerapkan


teknologi?

2
1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui apa yang dimaksud dengan Digital Farming.

1.3.2 Mengetahui beberapa manfaat teknologi dalam pertanian.

1.3.3 Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari alat berteknologi canggih


yang diterapkan dalam pertanian di Indonesia.

1.3.4 Mengetahui bentuk alat-alat pertanian berteknologi modern.

1.3.5 Mengetahui apa saja kendala yang dihadapi petani dalam menerapkan
teknologi dalam pertaniannya.

1.4 Manfaat

Makalah ini dibuat selain untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
Bpk. Dosen dalam mata kuliah Dgital Farming, makalah ini membantu kita
mengetahui sudah seberapa jauh NKRI menerapkan sistem Digital Farming.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PengertianDigital Farming

Digital farming belum akrab di telinga publik yang tidak bergelut di


bidang pertanian. Dikarenakan praktik digital farming masih terbilang baru di
Tanah Air.Belakangan ini beberapa sektor pertanian di indonesia memang terlihat
lesu. Akibatnya masyarakat berlomba-lomba mengembangkan sektor pertanian
Indonesia. Salah satunya melalui digital farming. Berbicara soal digital farming,
CEO TaniHub dan TaniFund, Ivan Arie Sustiawan, memaparkan secara singkat
tentang konsep digital farming.
"Digital farming adalah bagaimana kita mengelola sektor pertanian dengan
berbasis bantuan digital agroteknologi," ungkap Ivan saat ditemui merahputih.com
di acara "Future Of Digital Farming Indonesia", Selasa (12/9).
Menurutnya, digital farming bukan konsep konvensional sehingga hasil
yang diciptakan akan lebih optimal. Perbandingannya, jika konvensional hanya
menghasilkan satu, dengan digital farming hasilnya dapat berlipat-lipat. Konsep
ini telah diterapkan sejumlah startup skala kecil hingga menengah. Namun saat ini
masih di sekitar pulau Jawa. Ke depan akan diterapkan pula di luar pulau Jawa.
Penerapan digital farming tak hanya menguntungkan dari sisi finansial,
tetapi juga sosial. "Selain finansial kita juga akan mendapatkan keuntungan sosial,
yaitu kita bisa menciptakan tenaga kerja di agriculture, baik di perdesaan maupun
di luar area. Jadi itu menciptakan sosial impact," terang Ivan.
Diungkapkan Jens Hartmann, Head of Region APAC 1 Crop Science
Division, Bayer, pertanian digital adalah salah satu alat pertanian modern yang
dapat mengubah pertanian menjadi bisnis yang menarik. "Digital Farming
merupakan teknologi yang dapat memudahkan pengambilan keputusan secara
praktis dan bermanfaat, teknologi ini membuat manajemen risiko di pertanian
menjadi lebih mudah dan membantu meningkatkan potensi keuntungan secara
berkelanjutan," jelas dia dalam keterangannya.

4
Jens mengatakan, Digital Farming dapat membantu meramal cuaca,
menetapkan waktu dan volume yang tepat dalam mengaplikasikan produk
perlindungan tanaman dan pemupukan, dan rekomendasi dapat dibuat khusus bagi
masing-masing petani di lahan yang berbeda. Ditambahkannya, pertanian digital
ini juga memungkinkan peningkatan hasil panen dengan meminimalkan dampak
pertanian pada lingkungan hidup.

2.2 Manfaat Teknologi Dalam Bidang Pertanian


Pertanian modern dan operasi pertanian bekerja jauh berbeda dari yang
beberapa dekade lalu, terutama karena kemajuan teknologi, termasuk sensor,
perangkat, mesin, dan teknologi informasi. Pertanian saat ini secara rutin
menggunakan teknologi canggih seperti robot, sensor suhu dan kelembaban,
gambar udara, dan teknologi GPS. Perangkat canggih dan pertanian presisi serta
sistem robot ini memungkinkan bisnis menjadi lebih menguntungkan, efisien,
lebih aman, dan lebih ramah lingkungan.
penggunaan teknologi juga membawa manfaat yang banyak dalam
pertanian.
Manfaat yang dapat diperoleh melalui kegiatan aplikasi teknologi
informasi dan komunikasi (Mulyandari 2005), khususnya dalam mendukung
pembangunan pertanian berkelanjutan di antaranya adalah:
1) Mendorong terbentuknya jaringan informasi pertanian di tingkat lokal dan
nasional.
2) Membuka akses petani terhadap informasi pertanian untuk:
 Meningkatkan peluang potensi peningkatan pendapatan dan cara
pencapaiannya.
 Meningkatkan kemampuan petani dalam meningkatkan posisi tawarnya.
 Meningkatkan kemampuan petani dalam melakukan diversifikasi
usahatani dan merelasikan komoditas yang diusahakannya dengan input
yang tersedia, jumlah produksi yang diperlukan dan kemampuan pasar
menyerap output.

5
3) Mendorong terlaksananya kegiatan pengembangan, pengelolaan dan
pemanfaatan informasi pertanian secara langsung maupun tidak langsung
untuk mendukung pengembangan pertanian lahan marjinal.
4) Memfasilitasi dokumentasi informasi pertanian di tingkat lokal (indigeneous
knowledge) yang dapat diakses secara lebih luas untuk mendukung
pengembangan pertanian lahan marjinal.
Petani perlu memanfaatkan dengan optimal teknologi-teknologi alternatif
tersebut sehingga mereka tidak ketinggalan informasi dan dapat mengembangkan
pertaniannya. Informasi yang didapatkan dapat menjadi acuan pengembangan
dalam budidaya maupun pengolahan pasca panen. Tentu saja hal yang kita
harapkan adalah peningkatan produktivitas dan nilai tambah yang merupakan ciri
pertanian modern dapat tercapai. Keterlibatan dari penyedia informasi tentu
sangat penting. Universitas-universitas, lembaga penelitian di bidang pertanian,
LSM, dan pemerintah harus secara proaktif menyediakan layanan-layanan
informasi melalui internet yang saat ini cukup murah dan terjangkau dai sisi
penyedia informasi. Permasalahannya adalah kita harus bersama-sama saling
melengkapi untuk memberikan yang terbaik bagi para petani kita, agar
kesejahteraan mereka meningkat.

2.3 Penerapan Digital Farming


Dewasa ini, arus globalisasi semakin gencar. Penemuan teknologi masa
kini semakin marak. Berbagai macam peralatan elektronik tersebar di seluruh
penjuru dunia. Hal-hal yang pada zaman dahulu dikatakan sebuah mimpi,
sekarang menjadi sebuah realita. Penerapan teknologi-teknologi modern di semua
sektor kehidupan, memberikan kemudahan dan kebermanfaatan bagi manusia
dalam menjalankan aktifitasnya. Karena memang tujuan utama adanya penemuan-
penemuan teknologi yaitu untuk membantu manusia dan memberikan kemudahan
dalam melakukan aktifitasnya, sehingga setiap aktivitas bisa lebih efektif dan
efisien.
Begitu pula pada sektor pertanian. Dimana sekarang sudah banyak
teknologi-teknologi pertanian yang sudah diterapkan oleh beberapa negara maju,

6
dari mulai alat-alat pertanian, varietas-varietas unggul bibit pertanian, hingga
budidaya pertanian dengan cara modern. Terbukti, dengan adanya teknologi
pertanian dapat meningkatakan produktifitas pangan suatu negara. Contoh
nyatanya adalah negara Amerika. Teknologi pertanian Amerika semakin maju
sejak abad ke-19, banyak mesin dan teknologi pertanian yang ditemukan.
Kemajuan teknologi yang semakin pesat, tidak membuat orang Amerika
meninggalkan pertanian, namun justru pertanian di sana semakin berkembang.
Mesin dan teknologi yang ditemukan, digunakan untuk meningkatkan hasil dan
mutu pertanian.
Amerika Serikat merupakan salah satu negara pengekspor hasil tani
terbesar di dunia. Peralatan pertanian di Amerika sudah sangat modern. Di
Amerika, traktor dapat berfungsi sebagai penarik alat-alat lainnya, seperti mesin
pencangkul, pemupuk, penanam benih, pemotong, dan pemanen. Bahkan,
beberapa traktor dapat menjadi alat penggerak untuk mesin lainnya. Dengan
adanya alat atau mesin-mesin modern ini, kegiatan pertanian menjadi lebih efektif
dan efisien. Para petani di sana juga menggunakan pesawat terbang kecil untuk
menyemprotkan antihama atau menyirami ladang-ladang mereka.
Komoditas makanan yang dulunya belum bisa diproduksi di Amerika,
sekarang sudah dapat diproduksi. Salah satunya adalah kedelai, yang baru mulai
diproduksi di Amerika Serikat pada tahun 1950-an. Amerika Serikat kini menjadi
salah satu pengekspor kedelai terbanyak. Dan, salah satu importir kedelai
Amerika adalah negara kita sendiri, Indonesia. Dengan adanya teknologi
pertanian, tanpa membutuhkan sumber daya manusia yang banyak dan lahan yang
luas pun dapat memproduksi pangan dengan skala besar.
Berkaca dari apa yang telah terjadi di Amerika, Indonesia mulai
mencontoh atas apa yang telah terjadi di Amerika. Aadanya kemajuan teknologi
diterapkan di pertanian Indonesia, para petani akan lebih sejahtera dan
pengelolaannya lebih mudah. Apalagi dengan melihat potensi pertanian dan
kesuburan tanah di Indonesia. Akselerasi penerapan teknologi pertanian
merupakan upaya yang paling aplikatif dan paling logis apabila bangsa ini masih
mau untuk keluar dari zona keterpurukan di sektor pertaniannya.

7
Optimalisasi pengelolaan lahan pertanian dengan basis teknologi modern,
menjadi kunci sukses dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Untuk dapat
mencapai hasil yang optimal, penggunaan berbagai peralatan modern harus segera
diterapkan. Modernisasi bukan berarti menghilangkan konsep tradisional
pengelolaan pertanian, tetapi dengan menerapkan teknologi pertanian dapat
memberikan hasil yang lebih baik dan lebih banyak. Selain itu, petani juga
mendapat nilai tambah yang besar. Produktivitas menjadi tinggi, efisien, beban
ongkos petani rendah, dan nilai tukar petani akan meningkat. Contohnya, untuk
menemukan bibit unggul padi, harus ada penelitian dan penyilangan benih padi,
jadi dapat dihasilkan bibit padi yang cepat panen dengan hasil yang lebih banyak
dan tahan hama.
Begitu juga dengan pengolahan lahan. Produksi pertanian tidak akan
efektif jika hanya mengandalkan tenaga pengolah lahan. Apalagi dengan semakin
terbatasnya tenaga pengolah lahan. Dengan modernisasi pertanian, waktu yang
dibutuhkan juga semakin singkat. Misalnya, pengolahan lahan/sawah dengan
menggunakan hand tractor, yang bukan saja mempercepat pengolahan tanah, tapi
juga lebih irit tenaga. Apalagi, populasi kerbau semakin berkurang karena
disembelih untuk dikonsumsi manusia.
Untuk menanam padi, digunakan transplanter, dengan waktu tanam yang
terhitung cepat. Satu hektare lahan dapat ditanami paling lama satu jam. Jauh
lebih cepat dibandingkan penggunaan tenaga manusia yang membutuhkan waktu
tiga sampai empat hari untuk menanami satu hektare lahan. Modernisasi peralatan
juga telah dilakukan untuk memanen padi. Seperti, penggunaan combine harvester
, yang dapat memotong padi jauh lebih cepat dibandingkan dengan cara dibabat
manual. Dengan mesin tersebut, satu hektare lahan bisa dipanen dalam waktu dua
jam. Sementara, dengan cara manual (dibabat) butuh waktu hingga tiga hari.
Penggunaan mesin itu juga dapat mencegah kerusakan padi menjadi lebih baik,
yaitu hanya 0,97 persen, dibanding menggunakan alat pemotongan manual,
seperti ani-ani atau sabit.

8
Perlu adanya kebijakan khusus serta berbagai terobosan baru dari
pemerintah dalam meningkatkan produktifitas pangan dalam negeri, dengan
penerapan teknologi-teknologi masa kini. Beberapa langkah dan terobosan yang
bisa dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produktifitas pangan dalam negeri
dengan penerapan berbagai teknologi pertanian adalah:

1. Pengadaan proyek pertanian berbasis modern yang menggunakan alat-alat


berteknologi modern di beberapa wilayah di Indonesia, terutama di daerah luar
jawa yang masih banyak lahan kosong yang kurang produktif, seperti
Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Papua. Sehingga dapat meningkatkan
produktifitas pangan dalam negeri tanpa mengandalkan jumlah SDM yang ada
di sektor pertanian

2. Memberikan peluang dan stimulan kepada para pengusa-pengusaha besar dan


pemilik modal untuk membuka proyek pertanian berskala besar yang
menggunakan sistem modern, sehingga akan semakin banyak pula lahan
pertanian yang dibuka dan dikelola dengan metode yang lebih modern

3. Mengembangkan teknologi sumber daya genetik dengan membuka badan


penelitian pertanian di setiap daerah, untuk mengetahui varietas unggul di
setiap daerah yang kemudian diteliti dan dikembangkan, sehingga dapat
menciptakan varietas unggul yang dapat menghasilkan produk pertanian
dengan jumlah yang banyak dan memiliki kualitas yang baik

4. Pengadaan alat-alat pertanian berbasis modern yang telah mendapatkan


subsidi dari pemerintah, sehingga petani dapat membeli alat-alat pertanian
modern dengan harga yang relatif terjangkau, dan akhirnya dapat
meningkatkan produktifitas hasil pertanian para petani local

5. Melakukan berbagai riset untuk pengembangan pertanian dalam negeri.


Seperti halnya Belanda.Dengan luas wilayah yang relatif kecil bila
dibandingkan Indonesia, pada tahun 2011 Belanda mampu menjadi negara
peringkat 2 untuk negara pengekspor produk pertanian terbesar di dunia
dengan nilai ekspor mencapai 72,8 miliar Euro. Produk andalannya adalah

9
benih dan bunga. Sektor pertanian merupakan pendorong utama ekonomi di
Belanda dengan menyumbang 20% pendapatan nasionalnya. Kunci dari
majunya pertanian di Belanda adalah Riset. Kebijakan-kebijakan dan
teknologi di adopsi dari riset-riset yang dilakukan para ahli.

6. Memfokuskan anggaran pertanian pemerintah dalam hal akselerasi penerapan


teknologi pertanian yang aplikatif dan terjangkau

7. Pengadaan berbagai penyuluhan kepada petani lokal di setiap daerah, tentang


penerapan teknologi pertanian dan keuntungannya, serta mengajak para petani
lokal untuk beralih dari cara-cara konvensional menuju cara-cara yang lebih
modern

8. Mendukung dan memfasilitasi berbagai penelitian dan penemuan alat-alat


teknologi baru yang ditemukan, khususnya para mahasiswa yang sering
mengadakan berbagai penelitian dan penemuan baru di bidang teknologi

9. Mengadakan sayembara dan pameran tahunan tentang teknologi pertanian


untuk umum, sehingga para peneliti dan para penemu merasa dihargai dan
diapresiasi serta merasa terpacu untuk menemukan teknologi-teknologi baru.
Dan jika diadakan setiap tahun, akan makin banyak penemuan-penemuan baru
dalam hal teknologi pertanian yang dapat diterapkan pada pertanian Indonesia.

Dengan langkah-langkah tersebut, maka dalam waktu singkat produktifitas


pertanian indonesia akan mengalami peningkatan yang signifikan. Pertanian pun
akan lebih efektif dan efisien, serta ketahana serta kemandirian pangan yang
selalu dicita-citakan bangsa Indonesia akan segera terwujud. Tetapi, jikalau
masyarakat dan pemerintah Indonesia masih bersikukuh menggunakan cara-cara
konvensional dan tidak mau melek teknologi, maka Indonesia akan tetap menjadi
negara yang selalu bergantung pada negara lain, dan tidak akan pernah bisa
menjadi negara maju. Karena, negara maju adalah negara yang selalu mengikuti
perkembangan zaman, dan siap menghadapi persaingan global.

10
2.4 Petani Indonesia Yang Menerapkan Digital Farming
Teknologi pertanian terbaru di Indonesia bisa dikatakan berkembang
cukup pesat. Tentu saja teknologi ini telah menarik perhatian berbagai kalangan,
bahkan tidak hanya orang-orang yang bergerak di bidang pertanian saja, orang-
orang awam juga penasaran dengan teknologi penemuan pertanian terbaru itu.

Fenomena baru ini terjadi berkat kontribusi besar dari lingkungan


universitas, pemerintah, bahkan perusahaan swasta. Tiga lingkaran itu
(universitas, pemerintahan dan perusahaan swasta) berlomba-lomba
mengembangkan tekonologi pertanian menjadi lebih baik.
Meskipun beragam alat teknologi pertanian terbaru sudah dengan mudah
ditemukan, anda juga masih bisa menemukan alat-alat tradisional seperti ani-ani,
cangkul, sabit, garu, dan beberapa alat lainnya. Alat-alat yang membantu para
petani tersebut sudah dari zaman dulu menjadi barang yang sangat bermanfaat
untuk kehidupan petani. Namun, jika dibandingkan dengan alat-alat yang canggih
sekarang ini, alat tradisional tersebut tentu akan kalah dalam segi kecepatan,
kualitas, dan lain-lain.
Manfaat Kemajuan Teknologi Pertanian untuk Para Petani

11
1. Memperoleh Benih Unggul
Teknologi pertanian terbaru tidak lepas dari perusahaan penghasil
benih, dengan melibatkan alat teknologi penghasil benih modern diharapkan
akan menghasilan produk benis yang modern. Misalnya seperti jagung hibrida
sebagai benih yang terproduk dengan bantuan perkembangan teknologi
pertanian. Karakter jagung hibrida ini nantinya memiliki kualitas yang baik,
kualitas tonggol yang unggul, dan biji jagung yang semakin banyak.
2. Menghasilkan Pupuk Kimia Terbaik
Perusahaan pupuk kimia dan obat pertanian kini menggunakan
teknologi modern untuk menghasilkan kualitas pupuk kimia dan obat
pertanian terbaik. Dengan menggunakan pupuk tersebut, tentu kualitas hasil
panen pun akan semakin meningkat. Omset petani akan bertambah, konsep
pemerintah tentang memanusiakan petani akan segera terwujud, derajat petani
akan naik, dan petani akan naik kelas sosial di masyarakat.
3. Adanya Alat Pertanian Modern
Alat pertanian memiliki pengaruh besar dalam produktivitas produk
yang dihasil dari bertani. Penggunaan alat yang canggih pun akan berpengaruh
pada kegiatan bercocok tanam, sehingga pekerjaan menjadi lebih cepat yang
tentunya hasil panin pun akan lebih banyak. Selain lebih cepat, tenaga yang
digunakan pun tidak akan sebesar penggunaan alat yang tradisional jika
dilakukan dengan teknologi pertanian terbaru.
4. Meningkatkan pendapatan petani
Dengan adanya teknologi yang berperan penuh dalam pertanian, tentu
akan berpengaruh juga pada pendapatan petani. Seperti halnya penggunaan
benih unggul yang akan menghasilkan padi yang berkualitas serta jumlah yang
dihasilkan dari setiap tungkai nya pu akan lebih banyak dari biasanya. Dengan
demikian hasil panen yang didapatkan dari penggunaan benih unggul akan
meningkatkan nilai jual dari biasanya.
5. Meningkatkan kemampuan petani
Melalui teknologi pertanian yang paling baru, tentu akan menghasilkan
alat yang canggih dan modern untuk kegiatan bercocok tanam. Secara

12
otomatis kemampuan petani akan mengalami perubahan, adanya alat modern
memberikan tuntutan baru bagi petani untuk bisa menggunakannya. Dengan
demikian petani harus bisa menyesuaikan perkembangan teknologi pertanian
yang ada pada saat ini.
Jenis Alat Untuk Mendukung Teknologi Pertanian Terbaru

1. Alat penanam padi jarwo transplanter


Alat ini direkomendasikan oleh LitBang (Penelitian dan
pengembangan) Kementrian Pertanian, konsep dari jarwo alias jajar legowo
dari jawa timur adalah untuk memberikan jarak yang pas antara padi yang satu
dengan padi lainnya. Menurut penelitian, alat jarwo ini mampu meningkatkan
produksi padi sebanyak 30%.
2. Mesin pemanen padi indo combine harvester
Kelebihan dari alat canggih ini diantaranya mampu beroperasi di lahan
yang basah, memiliki diameter yang lebih rendah, tusuk panen yang
dihasilkan tidak lebih dari 1%, dan kapasitas kerja yang terbilang cepat karena
dalam waktu 4 sampai 6 jam per hektar.
Smart Farming 4.0 merupakan metode pertanian cerdas berbasis teknologi.
Teknologi yang digunakan dalam Smart Farming 4.0 di antaranya Agri Drone
Sprayer (Drone penyemprot pestisida dan pupuk cair), Drone Surveillance (Drone
untuk pemetaan lahan) serta Soil and Weather Sensor (Sensor tanah dan cuaca).

13
Teknologi karya anak bangsa ini merupakan hasil produksi RiTx, unit
bisnis PT Mitra Sejahtera Membangun Bangsa (MSMB), sebuah perusahaan
teknologi agrikultur dari Yogyakarta. Direktur Jenderal Pembangunan Daerah
Tertinggal Samsul Widodo mengatakan, penerapan teknologi di sektor pertanian
mampu meningkatkan potensi daerah.

“Teknologi seperti ini sangat perlu untuk pertanian di Indonesia. Agriculture bisa

jadi agri-cool-ture dan menarik minat anak muda untuk bertani. Potensi daerah

pun bisa meningkat,” ujarnya.

Penerapan metode Smart Farming 4.0 bukan sekadar tentang penerapan


teknologi. Namun, kunci utama Smart Farming 4.0 adalah tentang data yang
terukur. Apa saja yang dibutuhkan tanaman untuk mencapai hasil produksi yang
optimal? Apa yang harus dilakukan petani? Semua pertanyaan ini bisa dijawab
dengan penerapan metode Smart Farming 4.0.

Agri Drone Sprayer misalnya, digunakan untuk menyemprot pestisida


serta pupuk cair dengan lebih presisi. Pemberian pupuk dan pestisida secara
berlebih pun bisa dihindari. Tak hanya itu, didukung dengan penggunaan Drone
Surveillance, pemetaan lahan juga bisa dilakukan. Dari hasil pemetaan, petani bisa
mengetahui kondisi tanaman di lahan mereka.

14
Keberadaan sensor tanah dan cuaca yang terpasang di lahan pertanian,
juga akan membantu petani dalam memantau kondisi tanaman. Data yang dapat
diperoleh dari sensor ini diantaranya seperti kelembapan udara dan tanah, suhu,
pH tanah, kadar air, hingga estimasi masa panen.

Terintegrasi dengan aplikasi berbasis android RiTx, peringatan dini akan


diterima petani jika terjadi anomali terhadap kondisi lahan mereka. Tak hanya itu,
petani juga akan mendapatkan rekomendasi, demi mencegah terjadinya kerusakan
terhadap lahan dan tanaman.

Menteri Koordinator bidang Kemaritiman (Menko Maritim) Luhut Binsar


Panjaitan berkesempatan mengunjungi booth Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) saat berkeliling area
Expo Maritim usai membuka Sail Moyo Tambora 2018, Minggu (9/9).

Dampak Positif Dari Teknologi Pertanian Terbaru


1. Mempercepat pekerjaan petani sehingga hal ini meringankan kerja petani di
sawah, contohnya saja saat mengolah lahan yang luas dulu petani
menggunakan kerbau sekarang sudah menggunakan traktor.
2. Dampak yang kedua adalah meningkatkan hasil produksi dalam pertanian.
Dampak positif ini ontohnya dengan memakai sistem pengawinan tanaman
jagung maka hasilnya yaitu jagung hibrida menjadi lebih banyak dan
bentuknya secara fisik pun lebih bagus.
Di indonesia telah di terapkan pertanian modern / smart farming yaitu
implementasi UAV agriculture yang mempunyai fungsi membawa cairan
insecticide, pestisida, hingga fertilizer/ pupuk cair untuk di semprotkan di atas
lahan pertanian secara automatic yang kedua di indonesia juga sudah di
implementasikan teknologi drone untuk survey udara dalam pertanian digunakan
untuk inspeksi kesehatan tanaman dengan motode NDVI image processing selain
kedua aspek tersebut immplementasi automasi yang sudah di terapkan yaitu smart
farming untuk weather – nutrient sensing yang terintegrasi melalui wireless ke
smart phone atau laptop pada stasiun utama .

15
2.5 Kendala Yang Dihadapi Petani Dalam Menerapkan Digital Farming

Aplikasi teknologi di sektor pertanian mempunyai kendala yang cukup


beragam mulai dari rendahnya tingkat pendidikan sebahagian besar petani dan
pelaku agribisnis sampai kepada teknologi lokalita yang kurang tersedia. Kedaan
ini lebih diperburuk lagi oleh keterbatasan modal sehingga petani tidak
sepenuhnya dapat membeli dan memanfaatkan teknologi yang sudah ada. Usaha
kearah perbaikan sebenarnya sudah mulai dilaksanakan melalui berbagai
pembinaan yang masih bersifat parsial, sehingga belum dapat berhasil dengan
baik. Komitmen yang tidak jelas serta koordinasi antar pihak terkait yang kurang
berjalan sesuai dengan perencanaan dan kadang-kadang adanya saling
ketidakpercayaan antar pihak merupakan salah satu sebab tidak berhasilnya
peningkatan kecakapan petani dan pelaku agribisnis dalam memanfaatkan
teknologi.

Dan juga Sekitar 61 persen petani di Indonesia berusia di atas 45 tahun.


Kondisi ini tidak hanya menimbulkan pertanyaan mengenai masa depan pertanian
namun juga aplikasi teknologi di sektor tersebut.

Ekonom dari IPB, Bayu Khrisnamurthi, mengatakan regenerasi petani ini


merupakan masalah yang sangat serius di Indonesia. Jumlah generasi muda yang
berkecimpung di dunia pertanian sangat minim. Petani usia lanjut cenderung sulit
mengaplikasikan inovasi teknologi baru. Mereka cenderung mengulang proses
budidaya yang sama. Padahal saat ini banyak tantangan di sektor pertanian yang
harus dihadapi seperti keterbatasan lahan, keterbatasan air dan sebagainya.

Menurut Bayu, teknologi untuk mengatasi tantangan tersebut sebenarnya


sudah ada dan sudah diimplementasikan di negara lain dan juga Indonesia. Namun
dalam implementasinya membutuhkan petani muda yang cenderung lebih
bersemangat dan melek teknologi.
Upaya untuk meraih generasi muda untuk berkecimpung di bidang
pertanian tersebut tidak hanya tanggung jawab pemerintah. Diperlukan peran
semua pihak untuk mengatasi hal tersebut termasuk perusahaan swasta.

16
Pemerintah sudah lakukan upaya dengan membuka SMK pertanian. Bahkan di
Kementrian Pertanian saat ini ada program start up agribisnis yang merupakan
kerja sama dengan IPB serta kampus lain.
Sementara itu Head of Region Asia Pacific 1 Crop Science Division
Bayer, Jens Hartmann, mengatakan ada dua cara yang bisa dilakukan agar anak
muda bisa tertarik menjadi petani. Cara tersebut adalah digital pertanian dan
pendidikan.
Hartmann mengatakan, pertanian digital merupakan teknologi yang dapat
memudahkan keputusan secara praktis dan bermanfaat. Teknologi ini membuat
manajemen resiko di pertanian menjadi lebih mudah dan membantu meningkatkan
potensi keuntungan secara berkelanjutan.
Digital farming dapat membantu meramal cuaca, menetapkan waktu dan
volume yang tepat dalam mengaplikasikan produk perlindungan tanaman dan
pemupukan. Rekomendasi dapat dibuat khusus bagi masing-masing petani di
lahan yang berbeda.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Petani perlu memanfaatkan dengan optimal teknologi-teknologi
alternatifsehingga mereka tidak ketinggalan informasi dan dapat mengembangkan
pertaniannya. Informasi yang didapatkan dapat menjadi acuan pengembangan
dalam budidaya maupun pengolahan pasca panen. Tentu saja hal yang kita
harapkan adalah peningkatan produktivitas dan nilai tambah yang merupakan ciri
pertanian modern dapat tercapai. Keterlibatan dari penyedia informasi tentu
sangat penting. Universitas-universitas, lembaga penelitian di bidang pertanian,
LSM, dan pemerintah harus secara proaktif menyediakan layanan-layanan
informasi melalui internet yang saat ini cukup murah dan terjangkau dai sisi
penyedia informasi. Permasalahannya adalah kita harus bersama-sama saling
melengkapi untuk memberikan yang terbaik bagi para petani kita, agar
kesejahteraan mereka meningkat.

18
DAFTAR PUSTAKA

T.W. Hutabarat, diedit oleh Kario Lumbanradja, “Mirisnya Menjadi Negara


Pengimpor”, [online] tersedia di http://blogberbagi.blogspot.com-
/2012/07/indonesia-negara-agraris-omdo.html, 2012
Direktorat Pangan dan Pertanian, “Studi Pendahuluan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Pangan dan Pertanian
2015 – 2016”, Direktorat Pangan dan Pertanian Kementerian
Perancanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, 2013.

D. Rees, M. Momanyi, J. Wekundah, F. Ndungu, J. Odondi and dkk, Agricultural


Knowledge and Information Systems in Kenya – Implication for
Technology Dissemination and Development, Agricultural Research
and Extension Network, London, 2000.

N. Renko, S. Nikolasevic and J. Pavicic, “The Market Information System and


State Support for the Market of Agricultural Products in Croatia,”
British Food Journal, vol. 104, no. 7, pp. 543 – 571, 2002.

G. Wen, F. Zetian, L. Daoliang, Y. Longyong, Z. Jian and Z. Xiaoshuan,


“AgriInfo : an Agricultural Information System Based on a Call Center
in China,” New Zealand Journal of Agricultural Research, vol. 50, pp.
797-806, 2007.

Nahry, A.H.E, R.R. Ali, A.A. El Baroudy. 2011. An approach for precision
farming under pivot irrigation system using remote sensing and GIS
techniques. Agricultural Water Management, 98(4), 517-531.

Ogata, K., 1997. Teknik Kontrol Automatik Jilid I dan II, Edisi 2. Penerbit
Erlangga, Jakarta.

Sonka, S. T. 1997. Precision agriculture in the 21st Century. Geospatial and


Information Technologies in Crop Management. USA: National
Research Council.

19

Anda mungkin juga menyukai