Anda di halaman 1dari 24

PERBANDINGAN RESIKO GAGAL PANEN PADA USAHATANI PADI

ALTERNATIF DI KABUPATEN ACEH UTARA MENGGUNAKAN SIMULASI


MONTE CARLO

Oleh :

Mutia Wardani
1905102010098

Dosen Pembimbing :

1. Prof. Dr. Ir. Agussabti, M. S.i


2. Rahmaddiansyah, S. Si., M. Sc

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
TAHUN 2022
DAFTAR ISI

Judu Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. i
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah....................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................................4
1.4 Kegunaan Penelitian...................................................................................................4
BAB 11. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 5
2.1 Landasan Teori.......................................................................................................... 5
2.1.1 Usahatani Padi.................................................................................................... 5
2.1.2 Pertanian SRI (System of Rice Intensification) ................................................. 5
2.1.3 Pertanian Tradisional ..........................................................................................7
2.1.4 Pertanian Modern ...............................................................................................8
2.1.5 Resiko Usahatani Padi ........................................................................................8
2.1.6 Simulasi Monte Carlo..........................................................................................9
2.2 Penelitian Terdahulu.................................................................................................. 9
2.3 Kerangka Pemikiran ................................................................................................13
2.4 Hipotesis Penelitian .................................................................................................14
BAB 111. METODE PENELITIAN .....................................................................................16
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................................16
3.2 Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................16
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...............................................................................16
3.4 Jenis dan Pengumpulan Data ...................................................................................17
3.5 Konsep dan Batasan Variabel ..................................................................................17
3.6 Metode Analisis Data ..............................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………..... 20

i
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Saat ini pertanian merupakan salah satu bentuk penggunaan lahan global yang
dominan (Borrelli & Panagos, 2020). Namun karena pertumbuhan penduduk masih
dibutuhkan peningkatan hasil pertanian. Disisi lain, diperkirakan potensi hasil untuk beras
akan menurun seiring dengan menyusutnya luas lahan yang cocok untuk pertanian (Yang
et al., 2022). Kekhawatiran ini hanya dapat diatasi dengan menerapkan praktik pertanian
yang lebih baik, termasuk skema irigasi padi dan varietas padi hibrida. Produktivitas padi
yang rendah dapat diatasi melalui penggunaan input agronomis yang bijaksana seperti
transplantasi bibit tunggal muda dengan jarak tanam yang lebih lebar, pembasahan dan
pengeringan lahan secara bergantian, dan penggunaan pupuk (Kadigi et al., 2020).
Padi (oryza sativa) merupakan tanaman pangan yang dikonsumsi secara umum oleh
masyarakat Indonesia sehingga harus diperhatikan (Rahmi & Fadli, 2017). Mengingat
kebutuhan padi sebagai bahan makanan pokok di negara kita masih saja mengalami
kenaikan. Produksi yang dihasilkan dari hasil tanaman dalam negeri masih belum
memenuhi kebutuhan sehingga pemerintah harus melakukan impor setiap tahun. Berikut
data impor beras dalam Ton/Tahun :

Tabel 1. Data impor beras dalam 5 tahun terakhir


Exporters 2017 2018 2019 2020 2021
India 32,210 337,999 7,973 10,594 215,386
Thailand 108,945 795,600 53,278 88,593 69,360
Vietnam 16,600 767,181 33,133 88,716 65,693
Pakistan 87,500 310,990 182,565 110,517 52,479
Myanmar 57,475 41,820 166,701 57,841 3,790
World 305,729 2,253,824 444,509 356,286 407,741
Sumber : Trade Map
Karena itulah harus ada peningkatan dengan segala upaya agar produksi padi negara kita
semakin melimpah dan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat (Usman & Yanti, 2020).
Selain itu, kesejahteraan masyarakat Indonesia pada dasarnya terletak pada hasil
pertanian yang diperoleh. Hasil pertanian yang melimpah dimungkinkan jika lahan
pertanian yang dimiliki mencukupi. Namun, di Indonesia kepemilikan lahan pertanian
relatif kecil atau petani gurem, dimana petani hanya menguasai lahan kurang dari 0,5

1
2

hektar. Pada tahun 2013, di Indonesia tercatat jumlah petani gurem sebesar 14,25 juta atau
55,33 persen dari jumlah rumah tangga usaha pertanian (Kementerian PPN/BAPPENAS,
2014). Petani tidak mempunyai lahan yang cukup luas untuk bisa memperoleh hasil sesuai
kebutuhan. Namun, hal tersebut seharusnya bisa diminimalisir, jika petani mampu
memaksimalkan produksinya melalui pemilihan usahatani alternatif yang tepat (Nirzalin
& Maliati, 2017).
Aceh Utara adalah sentra produksi padi terbanyak di Provinsi Aceh, yang
berkonstribusi besar untuk pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat (Fuadi et al., 2021).
Karena itu, dibutuhkan penanganan khusus untuk padi sawah agar dapat meningkatkan
produksi (Rahmi & Fadli, 2017). Terdapat beberapa kecamatan dengan produksi padi
terbanyak yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2. Data Produksi Padi Ton/Tahun


Kecamatan 2014 2015 2016 2017 2018
Sawang 23.180,93 34.302,94 36.167,51 35.828,09 35.571,10
Baktiya 20.445,77 45.532,27 28.689,74 49.771,71 50.120,89
Lhoksukon 20.467,98 22.770,39 34.412,43 34.789,33 22.232,94
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Utara.

Kegiatan usahatani padi cenderung lebih banyak dihadapkan dengan risiko dan
ketidakpastian. Kondisi alam dan kebijakan pemerintah sangat signifikan mempengaruhi
kegiatan usaha tersebut. Pada umumnya ketidakpastian dalam usahatani padi meliputi
penurunan produksi pertanian. Sedangkan untuk risiko yang umumnya terjadi dalam
usahatani padi adalah kesalahan dalam menerapkan teknik budidaya, pemilikan lahan,
keuangan dan pembiayaan, kerugian karena kecelakaan, kerugian karena perikatan, serta
kerugian karena hubungan tata kerja
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ketidakpastian dalam usahatani
padi dapat diminimalisir dengan cara pengambilan keputusan melalui manajemen risiko.
Menurut (Kabir et al., 2019), Strategi manajemen resiko terbagi tiga yaitu; produksi,
pemasaran dan manajemen. Strategi produksi dengan memilih produk yang memiliki
resiko rendah, tanaman berumur pendek serta pengurangan resiko melalui adopsi
teknologi. Pengambilan keputusan tersebut berdasarkan dengan tingkat permasalahan,
seperti penerapan teknologi budidaya untuk produksi. Menurut (Kadigi et al., 2020),
terdapat lima sistem pertanian padi berdasarkan praktik manajemen yaitu :
3

1. Praktek dasar - menggunakan metode tradisional yang terdiri dari penerapan varietas
benih lokal yang disimpan (kabir 07, galur UA-1, Sanbei, Sigupai, UB2 batuta),
petani menggunakan metode penanaman siaran. Penyiangan dilakukan manual dan
tidak ada jarak khusus yang diterapkan. Banjir terus-menerus dominan tanpa irigasi
atau kontrol air.
2. Alt 1 - menerapkan praktik dasar akan tetapi petani menggunakan varietas unggul
(inpari 28 dan IR64) daripada lokal dan menggunakan sistem tanam jajar legowo.
3. Alt 2 - pertanian yang dilengkapi dengan varietas unggul, tidak ada jarak tanam dan
pemupukan dengan 50 kg karung per Ha, jenis pupuk utama yaitu Urea dan NPK,
dan terkadang menggunakan pupuk organik.
4. Alt 3 - kelompok tani yang berdedikasi ini menerapkan beberapa tetapi tidak semua
praktik SRI, yaitu pengadopsi parsial.
5. Alt 4 - menggunakan semua praktik SRI yang ditentukan.
Oleh karena itu, studi ini bermaksud untuk membandingkan praktik pengelolaan
pertanian padi dari beberapa alternatif sistem pertanian padi untuk mengetahui tingkat
resiko gagal panen dari masing-masing alternatif tersebut dan menghitung alternatif dari
resiko yang paling kecil hingga yang paling besar.
Analisis membantu menentukan sistem pertanian dengan distribusi keuntungan
tertinggi yaitu alternatif yang paling kecil resiko kegagalannya. Selanjutnya, penemuan
dari studi ini dapat diterapkan oleh petani sehingga petani dapat memanfaatkan lahan
pertanian untuk memperoleh hasil produksi yang optimal. Studi ini menginformasikan
komunitas petani padi dan kebijakan yang berfokus pada ketahanan pangan dan
pengentasan kemiskinan serta teknik agronomi yang sesuai untuk pertanian berkelanjutan.

1.2. Perumusan Masalah


1. Praktek pengelolaan pertanian padi dengan usahatani alternatif seperti apa yang
digunakan di Aceh Utara ?
2. Praktik pengelolaan pertanian padi dengan usahatani alternatif manakah yang
memiliki resiko gagal panen yang paling kecil ?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui praktek budidaya dengan alternatif seperti apa yang diterapkan
di kabupaten Aceh Utara.
4

2. Mengetahui praktik pengelolaan pertanian dengan alternatif sistem pertanian padi


yang memiliki resiko gagal panen yang paling kecil.

1.4. kegunaan Penelitian


1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur dan
referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terkait
dengan kebijakan-kebijakan dan perancangan program ketahanan pangan.
3. Bagi petani, dengan penelitian ini petani bisa mengetahui dan menerapkan
alternatif sistem pertanian padi yang paling kecil resiko kegagalannya.
BAB 11. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Usahatani Padi
Usahatani adalah aktivitas yang dilakukan guna mencapai tujuan berupa pendapatan
yang diterima dari aktivitas pertanian. Pendapatan tersebut biasanya akan dipakai untuk
membiayai pengeluaran yang berhubungan dengan usahatani, sehingga kegiatan
pertanian yang berkesinambungan dapat dikatakan sebagai usahatani (khoerunisa et al.,
2021). Ciri usahatani salah satunya adalah ketergantungan petani terhadap kondisi alam
dan lingkungan. Keuntungan maksimal dapat diperoleh dengan mengkombinasikan
faktor-faktor produksi secara efisien. faktor produksi tersebut adalah lahan, tenaga, dan
modal (Yasin, 2016).
Usahatani padi adalah kegiatan bercocok tanam dengan komoditi tanaman pangan
yang biasanya identik dengan pertanian rakyat. Tanaman padi dibudidayakan untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga petani terlebih dahulu, lalu petani menjual sebagian
hasilnya untuk menerima pendapatan sebagai modal pada penanaman berikutnya. Oleh
sebab itu, sangat pentingnya tanaman padi pada negara ini tidak dapat dielakkan
(Mboyerwa et al., 2021). Menurut (Siddick, 2019) Padi merupakan tanaman utama di negara
bagian timur laut. Ketahanan pangan serta gizi rumah tangga pada negara bagian timur
sangat bergantung pada padi, karena wilayah timur merupakan daerah penghasil padi
terbesar dan dengan varietas beragam.

1. Varietas Padi Tradisional


Varietas yang sudah dibudayakan secara turun-temurun oleh masyarakat petani
serta menjadi milik masyarakat dan dikuasai oleh negara. Benih untuk varietas ini
biasa disimpan dari hasil panen sebelumnya untuk dapat ditanam pada musim
tanam berikutnya.
2. Varietas Padi Modern
Varietas padi modern berkontribusi signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan
petani dibandingkan varietas padi tradisional (lokal). Tekonologi padi modern yang
dikembangkan oleh BRRI telah disebarluaskan dan banyak diadopsi oleh para
petani baik di lahan kering dan basah (Sharma, 2020).
2.1.2. Pertanian SRI (System of Rice Intensification)

5
6

The System of Rice Intensification (SRI) merupakan teknik pengelolaan padi


agroekologi holistik yang mencari alternatif untuk pertanian berorientasi input tinggi dan
salah satu alat manajemen ilmiah mengalokasikan air irigasi berdasarkan kondisi iklim
untuk mencapai produksi tanaman maksimum per unit air pada suatu satuan luas dalam
satuan waktu (Thakur et al., 2016). Prinsip utama SRI adalah penanaman awal dan sehat,
meminimalkan persaingan antar tanaman, meningkatkan kesuburan tanah dan
menghindari banjir dan cekaman air. Ini dapat dicapai melalui praktik yang dapat
disesuaikan, pembasahan dan pengeringan alternatif (untuk menghindari banjir dan
cekaman air) menginduksi kondisi tanah aerobik untuk meningkatkan pertumbuhan akar,
aktivitas mikroba tanah, dan dengan dengan demikian penyerapan nutrisi. Transpalantasi
bibit muda (untuk pembentukan tanaman awal dan sehat) meningkatkan kapasitas anakan
menjadi lebih dari 80, bukan 8-13 anakan. Jarak tanam yang lebar dan tidak tergenang
memberikan kondisi yang ideal untuk pertumbuhan gulma. Penanaman dalam pola
persegi dengan jarak yang luas memungkinkan penggunaan gulma mekanis. Penyiangan
mekanis meningkatkan aerasi tanah, dikarenakan inputnya rendah jadi teknik inilah yang
terjangkau yang sering mengungguli praktik petani konvensional (Graf, 2021).
SRI memperkenalkan cara baru mengelola agronomi dan sumber daya alam yang
sudah ada dalam kapasitas petani seperti tanah, air, nutrisi dan tanaman untuk
meningkatkan produktivitas dibandingkan dengan peningkatan input seperti pupuk
agrokimia atau penggunaan varietas tanaman yang ditingkatkan seperti yang
dipromosikan di bawah revolusi hijau. SRI merupakan kombinasi dari enam praktik
manajemen, praktek-praktek tersebut meliputi transplantasi (i) bibit muda (ii)
transplantasi tunggal (iii) jarak tanam lebar dengan pola persegi (iv) irigasi intermiten (v)
penyiangan awal dan teratur (vi) penggunaan pupuk organik (Kavishe et al., 2021).
Adopsi SRI dapat dikatakan sebagai proses pengambilan keputusan inovasi dimana
petani melalui tahapan-tahapan inovasi, prosesnya melibatkan empat tahap yaitu tahap
kesadaran di mana seorang individu menjadi sabar akan sistem, memperoleh pengetahuan
tentang tahap inovasi, membentuk sikap positif atau negatif terhadap inovasi dan
akhirnya membuat keputusan untuk mengadopsi teknologi atau tidak (Pandey & Kumar,
2019).

2.1.3. Pertanian Tradisional


7

Reklamasi lahan basah pada wilayah telah dilakukan pada skala kecil oleh
penduduk setempat, dan sebagian besar lahan reklamasi telah digunakan untuk pertanian
tradisional, terutama untuk sawah ukuran skala kecil dengan keanekaragaman hayati yang
tinggi pada budaya manual. Pada umumnya persawahan tradisional adalah RFC
(reference concentration), terjadi dalam skala kecil, dan dikelola pleh petani perorangan
dengan menggunakan penanaman manual. Kepadatan tanaman padi tradisional rendah,
dengan kepadatan rata-rata 1,5x10 tanaman/ha. Jalan dan saluran drainase di sawah
tradisional tidak beton. Sawah tradisional ditanam pada awal mei dan ditransplantasikan
pada awal juni, dan jumbai terbentuk pada akhir Agustus dan panen dimulai pada akhir
Oktober. Sawah tergenang setelah panen, dengan ketinggian air 5 dan 25 cm (Lestari et
al., 2019).
Sistem pertanian tradisional merupakan hasil dari pengalaman berabad-abad dalam
bertani di bawah kondisi lingkungan dan iklim setempat. Upaya untuk memodernisasi
sistem semacam itu terkadang dapat mengakibatkan berkurangnya kelestarian lingkungan
dan degradasi tanah atau air dengan konsekuensi ditingkalkannya pertanian atau kembali
ke metode tradisional. Persiapan lahan sangat minim dan biasanya dilakukan dengan
menggunakan kerbau atau sapi. Petani padi konvensional menunjukkan bahwa mereka
menerapkan sekitar 200 kg/ha pupuk kimia di ladang mereka. Mereka juga membuat rata-
rata 3,36 aplikasi insektisida, 2,27 aplikasi herbisida dan 0,50 aplikasi fungisida
sepanjang tahun (Horgan & Kudavidanage, 2020).
Praktek persiapan lahan tradisional umumnya melibatkan penggunaan bajak yang
ditarik hewan atau alat manual seperti cangkul dan gunting. Tergantung pada jenis
tanamannya, gundukan biasanya dibuat dengan menggunakan cangkul atau tanah yang
digemburkan dengan dibajak oleh sapi (traditional agriculture). Produksi pertanian
tradisional bergantung pada jenis tanaman, varietas spesies, jenis lahan, ekologi dan
kondisi iklim (Zeweld et al., 2019).
Budidaya varietas padi tradisional tergantung pada harga yang diterima, penggunaan
IG akan membantu realisasi harga premium dan menarik lebih banyak petani untuk
menanam padi secara tradisional. Namun, sejumlah petani yang disurvei mengidentifikasi
biaya tenaga kerja yang tinggi melebihi keuntungan dari harga premium untuk beras yang
dijual berdasarkan indikasi geografis. Menurunnya budidaya varietas padi tradisional
disebabkan oleh kendala-kendala yang ada dan mengacu pada ekspektasi harga yang
berkurang, ketersediaan tenaga kerja yang berkurang, dampak dari strategi pemerintah,
8

kondisi agroklimat, fasilitas irigasi, hasil yang diharapkan, biaya budidaya dan penurunan
kesuburan tanah (Khairullah & Saleh, 2020).

2.1.4. Pertanian Modern


Dengan munculnya mekanisasi berbasis traktor, hal ini menunjukkan bahwa adanya
perubahan dalam beberapa elemen utama dari sistem pertanian tradisional dalam konteks
penelitian. Dengan modernisasi pertanian, praktik pertanian lokal utama yang telah
digantikan dengan metode modern termasuk pembuatan gundukan dengan alat manual
untuk menabur, aplikasi pupuk kandang dan penyiangan pasca tanam dengan cangkul.
Petani kecil juga sudah beralih ke penggunaan traktor dalam persiapan lahan (traditional
agriculture intransitione examining) (Tarigan, 2018).

2.1.5. Resiko Usahatani Padi


Kegiatan usahatani padi cenderung lebih banyak dihadapkan dengan risiko dan
ketidakpastian. Kondisi alam dan kebijakan pemerintah sangat signifikan mempengaruhi
kegiatan usaha tersebut. Risiko dalam bidang pertanian dipengaruhi oleh cuaca, hama
penyakit, suhu, kekeringan, dan banjir. Selain faktor alam, risiko dapat ditimbulkan oleh
kegiatan pemasaran. Risiko harga disebabkan karena harga pasar tidak dapat dikuasai
petani (Suharyanto et al., 2015).
Pada teorinya, risiko dan ketidakpastian merupakan dua pengertian yang berbeda.
Ketidakpastian adalah suatu situasi keadaan atau kejadian di masa mendatang yang tidak
dapat diduga secara pasti, sedangkan risiko diartikan sebagai peluang akan terjadinya
suatu kejadian buruk akibat suatu tindakan. Pada umumnya ketidakpastian dalam
usahatani padi meliputi penurunan produksi pertanian yang disebabkan oleh faktor alam
seperti banjir, topan, gempa bumi, serta serangan hama dan penyakit tanaman. Sedangkan
untuk risiko yang umumnya terjadi dalam usahatani padi adalah kesalahan dalam
menerapkan teknik budidaya, pemilikan lahan, keuangan dan pembiayaan, kerugian
karena kecelakaan, kerugian karena perikatan, serta kerugian karena hubungan tata kerja
(Hasanah et al., 2018).
Risiko dan ketidakpastian yang sering dihadapi oleh petani padi adalah kekeringan,
banjir, dan serangan hama dan penyakit (OPT). Banjir berkaitan dengan kelebihan air
pada areal pertanian yang menunjukkan kematian pada tanaman padi. Kekeringan
berhubungan dengan kemarau dan cuaca panas yang mengakibatkan kerusakan hingga
kematian tanaman padi sejak masa tanam hingga masa panen, sedangkan serangan OPT
9

berkaitan dengan kerusakan dan kematian tanaman yang menyebabkan petani mengalami
kerugian. Kegagalan usahatani padi dapat disebabkan karena curah hujan yang berlebihan
pada lahan pertanian, akan tetapi bisa juga terjadi karena kelebihan air di daerah lain
dalam bentuk luapan sungai atau danau yang mengalir ke lahan pertanian tersebut
(Sudrajat, 2018).

2.1.6. Simulasi Monte Carlo


(Kahuni & Widyadana, 2017), menyatakan bahwa simulasi adalah suatu proses untuk
memodelkan suatu sistem melalui bantuan PC/komputer yang tujuannya adalah sebagai
perbaikan dan evaluasi untuk kedepannya dari sistem yang telah ada sebelumnya. Dengan
kata lain simulasi adalah tiruan dari sistem nyata untuk dilakukan eksperimen dengan
tujuan agar terbangunnya sistem yang baru dengan kinerja yang lebih baik dari
sebelumnya. Model simulasi bisa digunakan untuk memberikan beberapa alternatif untuk
membantu pengambilan keputusan. Permasalahan yang tidak dapat diselesaikan dengan
model matematis biasa dapat diselesaikan dengan menggunakan model simulasi yang
biasanya menggunakan data kuantitatif. Simulasi memiliki kelebihan yaitu dapat
beradaptasi terhadap perubahan karena sifatnya fleksibel serta mampu untuk memberikan
analisa dari keadaan pada dunia nyata yang dinamis (Eko et al., 2019).
Simulasi Monte Carlo merupakan sebuah simulasi yang meliputi bilangan acak,
probabilitas, dan statistik. Simulasi Monte Carlo berguna untuk menganalisa sistem yang
mengandung ketidakpastian. Frekuensi kejadian pada data lampau menghasilkan suatu
probabilitas yang menjadi dasar dari pembangunan dari simulasi Monte Carlo
(Hutahaean, 2018).

2.2. Penelitian Terdahulu


Beberapa penelitian tesrdahulu yang dijadikan sebagai bahan rujukan untuk
mendukung penelitian ini yaitu : Penelitian (Permatasari, 2021) pada PT. Madubaru.
Penelitian dilakukan dengan metode Risk Mapping Diagram serta simulasi Monte Carlo
dengan tujuan untuk menganalisis potensi risiko proses produksi gula pasir. Lokasi PT.
Madubaru dipilih secara sengaja karena adalah pabrik gula di Indonesia yang produknya
telah banyak didistribusikan, Teknik sampel studi kasus. Hasil analisis risiko didapatkan
bahwa potensi risiko tertinggi pada fluktuasi biaya maka dari itu dilakukan estimasi biaya
pemesanan. Jika dibandingkan dengan penelitian oleh (Kristyanto et al., 2015) pada PG.
10

Kebon Agung Malang dari penelitian yang dilakukan terdapat beberapa kesamaan potensi
risiko dimana kerusakan mesin termasuk ke dalam potensi risiko proses produksi di PT.
Madubaru. Tetapi potensi risiko dengan nilai tertinggi berbeda yaitu sebanyak 25 potensi
risiko.
Kadigi et al (2020) melakukan penelitian dengan judul “An economic comparison
between alternative rice farming systems in tanzania using a Monte Carlo simulation
approach” tujuannya untuk menilai kelayakan ekonomi dari sistem pertanian padi
alternatif yang beroperasi di Tanzania untuk preferensi membuat keputusan manajemen
yang lebih baik dengan menggunakan simulasi Monte Carlo. Analisis memasukkan faktor
probabilitas untuk variabel acak yang tidak dapat dikendalikan oleh petani dengan pasti.
Lima alternatif sistem pertanian padi diidentifikasi dan digunakan untuk membuat
stratifikasi desain pengambilan sampel di dalam wilayah studi. Penelitian dilakukan di
enam desa di wilayah Morogoro, Tanzania. Lokasi sengaja dipilih berdasarkan keberadaan
praktik pertanian padi tradisional atau yang ditingkatkan dengan teknik snowball sampling.
Hasil menununjukkan bahwa padi yang menggunakan praktik tradisional dan yang
menggunakan beberapa atau semua praktik sistem intensifikasi padi (SRI) yang
direkomendasikan.
Penelitian (Mainuddin et al., 2021) tentang Yield, profitability, and prospects of
irrigated Boro rice cultivation in the North-West region of Bangladesh bertujuan
mengevaluasi produktivitas, profitabilitas, dan prospek produksi beras Boro menggunakan
data lapangan komprehensif yang dikumpulkan langsung dari 420 lahan petani selama dua
musim di tujuh lokasi yang tersebar secara geografis di NW wilayah. Penelitian juga
menganalisis risiko dan pengembalian perdagangan kultivar beras Boro populer dengan
simulasi Monte-Carlo. Sampel menggunakan 14 STW dan 3 DTW (teknologi irigasi).
Penelitian menunjukkan variasi hasil padi antar lokasi, tipe pompa irigasi, dan varietas
padi, dengan padi Hibrida dan BRRI dhan29 menghasilkan hasil tertinggi. Hasil analisis
probabilitas dan risiko menunjukkan bahwa Minikit dan BRRI dhan29 adalah varietas
yang paling stabil untuk hasil dan profitabilitas. Padi hibrida yang memiliki hasil maksimal
di antara varietas padi yang dibudidayakan juga memiliki risiko pendapatan bersih negatif.
Berdasarkan analisis studi ini merekomendasikan agar mempertahankan budidaya padi
beririgasi baik di wilayah Barat Laut maupun secara nasional untuk meningkatkan hasil
dan profitabilitas.
11

(Kim et al., 2021) meneliti Managing climate risks in a nutrient-deficient paddy rice
field using seasonal climate forecasts and AquaCrop. Tujuannya untuk mengetahui cara
mengelola risiko iklim di sawah yang kekurangan nutrisi menggunakan prakiraan iklim
musiman dan aquacrop. Pengujian monte carlo dilakukan dengan memasukkan deret cuaca
stokastik ke dalam Aquacorp. Variasi hasil simulasi yang dihasilkan dapat mengukur risiko
iklim terkait. Lokasi penelitian di sawah tadah hujan di Provinsi Savannakhet, Republik
Demokratik Rakyat Laos (PDR). Lahan tadah hujan bisa mengakibatkan terjadinya
peristiwa El-nino yang mungkin memberi peluang petani di sekitar lokasi mengalami gagal
panen. Hasil menunjukkan bahwa risiko iklim pertama adalah kondisi kering sesekali, dan
waktu tanam tradisional tampaknya meminimalkan efek terburuk dari kondisi kering
potensial. Waktu tanam harus 5–10 hari lebih awal dari tradisi bercocok tanam. Pengujian
dengan prakiraan iklim hipotetis menunjukkan bahwa durasi kondisi kering potensial perlu
diramalkan secara andal untuk mengelola risiko iklim dengan menyesuaikan waktu tanam.
Simulasi hasil peristiwa El-Niño 2015 juga mengimplikasikan bahwa menyesuaikan waktu
tanam dapat secara efektif mengurangi dampak potensial dari iklim kering dengan sedikit
mengurangi ekspektasi hasil.
Penelitian (Chun et al., 2021), Smallholder farmers’ preference for climate change
adaptation for lowland rain-fed rice production in Lao PDR. Tujuannya untuk menilai
dampak perubahan iklim terhadap produktivitas padi pada sistem produksi padi sawah
musim hujan di Laos dan untuk memberikan strategi adaptasi yang memadai guna
mengatasi perubahan iklim melalui model CERES-Rice untuk dua kultivar padi.(TDK8
dan TDK11), preferensi adaptasi petani melalui pendekatan survei adaptasi perubahan
iklim. Hasil simulasi menunjukkan bahwa kedua adaptasi (tingkat aplikasi irigasi dan
pupuk nitrogen) bermanfaat untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim terhadap
hasil padi di bawah skenario RCP 4.5 dan 8.5. Pergeseran tanggal tanam tidak konsisten
mungkin bukan adaptasi yang cukup bagi wilayah ini untuk mengatasi perubahan iklim.
Hasil dari survei menunjukkan bahwa petani lebih suka memasang sistem irigasi dan
menerapkan tingkat aplikasi pupuk nitrogen dua kali lipat. Penelitian ini dapat bermanfaat
untuk meningkatkan ketahanan pangan Laos PDR dengan memberikan pengelolaan
pertanian yang efektif yang mencerminkan preferensi petani.
Penelitian (Pratiwi & Rilantiana, 2016), analisis resiko finansial pada perusahaan
dengan metode simulasi Monte Carlo. Permasalahan yang dihadapi pada penelitian yang
bertujuan untuk estimasi profit ini adalah terdapat ketidakpastian pada jumlah
12

permintaan/volume produksi perusahaan tiap bulannya dan harga pokok produksi. Oleh
karena itu, diperlukan adanya analisis risiko dengan menggunakan pendekatan Simulasi
Monte Carlo. Teknik sampel yang digunakan adalah studi kasus. Hasil penelitian
menggunakan pendekatan Simulasi Monte Carlo dengan software Microsoft Excel pada
PT. Phase Data Control didapatkan hasil bahwa simulasi memperoleh target profit sebesar
Rp 606.451.747,75,- dengan persentase sebesar 67%.
Penelitian (Rahmawati et al., 2019), mengukur kerugian petani jagung Expected
Shortfall (ES) menggunakan simulasi Monte Carlo. Bertujuan mengkaji bagaimana petani
dapat mengendalikan risiko produksi maupun penerimaan. Usaha di sektor pertanian
dihadapkan pada risiko ketidakpastian (uncertainty) yang cukup tinggi dan petani selama
ini menanggung sendiri risiko tersebut mengelola risiko adalah suatu keharusan agar
terhindar dari kerugian. Dengan manajemen risiko, sebuah usaha yang dijalankan
diharapkan lebih survive dimana potensi risiko yang akan terjadi sudah diperhitungkan.
Sampel yang digunakan adalah data sekunder, yaitu 37 data harga jagung panen bulanan
Hasil penelitian menunjukkan nilai ES sebesar 0,085472 pada tingkat kepercayaan 95%
dan holding period satu bulan. Angka ini berarti petani akan menghadapi 8,5472%
investasi karena kerugian maksimum melebihi VaR.
(Dzikrillah et al., 2017), menganalisis keberlanjutan usahatani padi, Tujuan penelitian
ini untuk menilai dan menganalisis status keberlanjutan usahatani padi sawah di
Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung berdasarkan 5 dimensi keberlanjutan yaitu:
dimensi ekologi, ekonomi, sosial-budaya, teknologi-infrastruktur, dan hukum-
kelembagaan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan mengidentifikasi faktor kunci
penentu keberlanjutan untuk pengembangan usahatani padi sawah. Sampel 129 petani dan
20 stakeholders yang diperoleh dengan teknik snowball. Status keberlanjutan usahatani
padi sawah dinyatakan dalam bentuk indeks keberlanjutan berdasarkan pendekatan Rap-
Farm dengan menerapkan teknik MDS (Multidimensional Scaling) serta monte carlo. Hasil
menunjukkan bahwa usahatani padi sawah di Kecamatan Soreang Bandung memiliki nilai
indeks keberlanjutan sebesar 49,07, sehingga status keberlanjutan berkategorikan kurang
berkelanjutan.

2.3. Kerangka Pemikiran


Di Indonesia kesejahteraan masyarakat pada dasarnya terletak pada hasil yang
diperoleh dari hasil bertani. Hasil pertanian yang melimpah dimungkinkan hanya apabila
13

lahan pertanian yang dimiliki mencukupi. Namun, hal itu berbanding terbalik dengan
kondisi di Indonesia yang dimana pada umumnya masyarakat hanya memiliki 0,5 Ha lahan
pertanian. karena demikian, tentu saja produksi dalam negeri tidak dapat memenuhi
kebutuhan yang diperkirakan akan semakin meningkat.
Selain itu, secara teknis usaha di sektor pertanian akan selalu dihadapkan pada risiko
ketidakpastian yang cukup tinggi. Risiko ketidakpastian tersebut meliputi tingkat
kegagalan panen yang disebabkan serangan hama dan penyakit tanaman, perubahan iklim,
banjir, kekeringan, serta ketidakpastian harga pasar yang akhirnya merugikan petani
(Mustika et al., 2019). Untuk itu simulasi terhadap resiko perlu dilakukan untuk dapat
mengetahui seberapa besar resiko yang akan dihadapi pada usahatani. Dengan demikian
untuk musim tanam berikutnya petani bisa menerapkan sistem pertanian padi yang paling
rendah resiko kegagalannya berdasarkan hasil simulasi. sehingga, petani bisa memperoleh
hasil pertanian yang lebih optimal.

Usahatani Padi

Dasar (X1)

Alternatif 4 (X5)
14

Alternatif 1 (X2) Alternatif 2 (X3) Alternatif 3 (X4)

Resiko Gagal Panen

Monte Carlo

Resiko Kegagalan Terkecil

Ketahanan Pangan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

2.4. Hipotesis Penelitian


Berdasarkan tujuan dan uraian di latar belakang serta tinjauan pustaka, maka
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Diduga sistem pertanian padi dengan praktek dasar memiliki resiko kegagalan yang
paling kecil.
2. Diduga sistem pertanian padi dengan Alt 1 memiliki resiko kegagalan yang paling
kecil.
3. Diduga sistem pertanian padi dengan Alt 2 memiliki resiko kegagalan yang paling
kecil.
15

4. Diduga sistem pertanian padi dengan Alt 3 memiliki resiko kegagalan yang paling
kecil.
5. Diduga sistem pertanian padi dengan Alt 4 memiliki resiko kegagalan yang paling
kecil.
BAB 111. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


       Penelitian ini akan dilaksanakan pada 3 kecamatan di kabupaten Aceh Utara yaitu
Sawang, Baktiya, Lhoksukon pada bulan Desember-Januari tahun 2022. Lokasi penelitian ini
dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa kecamatan tersebut merupakan
sentra produksi padi tertinggi di Aceh Utara.

3.2. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian


       Pemilihan objek pada penelitian ini adalah resiko gagal panen pada jenis pertanian padi
dasar, petani padi Alt 1, Alt 2, Alt 3 dan petani padi Alt 4. Ruang lingkup penelitian ini
berfokus untuk melihat resiko gagal panen yang paling rendah pada beberapa jenis pertanian
padi tersebut.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian                     


      Populasi pada penelitian ini yaitu petani padi dengan sistem pertanian padi dasar, petani
padi Alt 1, Alt 2, Alt 3 dan petani padi Alt 4. Teknik yang digunakan adalah cluster random
sampling dengan tujuan mengetahui perbedaan tingkat resiko gagal panen pada masing-
masing klaster petani padi. Tahap pertama adalah indentifikasi dan pemetaan klaster-klaster
petani berdasarkan jenis pertanian padi yang dikelola. Tahap selanjutnya adalah memilah-
milah atau mengelompokkan klaster tersebut menurut karakteristik yang sama, sehingga
berikutnya akan diperoleh jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Lima sistem pertanian berdasarkan praktik manajemen dijelaskan sebagai berikut:


1. Praktek dasar - pertanian menggunakan metode tradisional yang terdiri dari penerapan
varietas benih lokal yang disimpan (kabir 07, galur UA-1, Sanbei, sigupai, UB2 batuta),
tidak ada pupuk dan tingkat benih yang lebih tinggi antara 75–100 kg/ha digunakan
karena petani lebih memilih metode penanaman siaran. Penyiangan dilakukan secara
manual dan biasanya dilakukan dua kali sebelum panen, dan tidak ada jarak khusus yang
diterapkan. Banjir terus menerus dominan tanpa irigasi atau kontrol air.

16
17

2. Alt 1 - menerapkan praktek-praktek tradisional (Dasar), tetapi petani menggunakan


varietas unggul (Inpari 28 dan IR64) daripada varietas lokal. Petani di kelompok ini
menggunakan sistem tanam jajar legowo (mengatur jarak tanam).
3. Alt 2 - pertanian yang dilengkapi dengan varietas unggul, transplantasi bibit (tidak ada
jarak khusus yang diterapkan), dan pemupukan dengan kecepatan 50 kg karung per ha.
Jenis pupuk utama yang digunakan adalah Urea dan NPK, dan terkadang petani
menggunakan pupuk organik.
4. Alt 3 - kelompok tani yang berdedikasi ini menerapkan beberapa tetapi tidak semua
praktik SRI, yaitu pengadopsi parsial.
5. Alt 4 - menggunakan semua praktik SRI yang ditentukan.

3.4. Jenis dan Pengumpulan Data


      Data akan diperoleh melalui wawancara yang melibatkan sampel petani padi dasar, petani
padi Alt 1, petani padi Alt 2, petani padi Alt 3, petani padi Alt 4 terkait resiko gagal panen.
Wawancara dan diskusi terbatas juga akan dilakukan dengan melibatkan pembuat kebijakan
seperti dinas pertanian dan penyuluh setempat. Data juga akan diperoleh melalui studi
literatur, dan dokumentasi yang terdapat dari instansi resmi semisal BPS, BPP, dinas pertanian
dan lainnya.
Pengambilan data akan dibagi dalam dua tahap. Pertama, akan berfokus pada resiko gagal
panen petani padi, sedangkan pada tahap kedua, akan berfokus pada wawancara dan diskusi
terbatas dengan pengambil kebijakan padi. Selanjutnya data akan dianalisis dan dikaji untuk
mendapatkan hasil sementara terkait resiko gagal panen dari masing-masing jenis pertanian
padi yang diterapkan.

3.5. Konsep dan Batasan Variabel


1. Resiko, Gunarta 2015, mengemukakan bahwa resiko adalah kemungkinan kejadian
yang bersifat merugikan.
2. Petani padi Sawah adalah orang yang menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian
sebagai mata pencaharian utamanya (Witrianto, 2011)
3. Gagal panen Menurut KBBI, kata “gagal” artinya “tidak berhasil” kata “panen” artinya
“pemungutan (pemetikan) hasil sawah atau ladang”. Jadi, gagal panen adalah
18

suatu kondisi dimana petani tidak berhasil atau tidak dapat memetik hasil dari sawah
atau ladangnya.
4. Simulasi Monte Carlo merupakan sebuah teknik simulasi yang menggunakan angka atau
elemen acak ketika terdapat kesempatan pada suatu tindakan (Heizer et al., 2015).
5. Praktek dasar - pertanian menggunakan metode tradisional yang terdiri dari penerapan
varietas benih lokal yang disimpan (kabir 07, galur UA-1, Sanbei, sigupai, UB2 batuta),
tidak ada pupuk dan tingkat benih yang lebih tinggi antara 75–100 kg/ha digunakan
karena petani lebih memilih metode penanaman siaran. Penyiangan dilakukan secara
manual dan biasanya dilakukan dua kali sebelum panen, dan tidak ada jarak khusus yang
diterapkan. Banjir terus menerus dominan tanpa irigasi atau kontrol air.
6. Alt 1 - menerapkan praktek-praktek tradisional (Dasar), tetapi petani menggunakan
varietas unggul (Inpari 28 dan IR64) daripada varietas lokal. Petani di kelompok ini
menggunakan sistem tanam jajar legowo (mengatur jarak tanam).
7. Alt 2 - pertanian yang dilengkapi dengan varietas unggul, transplantasi bibit (tidak ada
jarak khusus yang diterapkan), dan pemupukan dengan kecepatan 50 kg karung per ha.
Jenis pupuk utama yang digunakan adalah Urea dan NPK, dan terkadang petani
menggunakan pupuk organik.
8. Alt 3 - kelompok tani yang berdedikasi ini menerapkan beberapa tetapi tidak semua
praktik SRI, yaitu pengadopsi parsial.
9. Alt 4 - menggunakan semua praktik SRI yang ditentukan.

3.6. Metode Analisis Data


     Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif
Kuantitatif. Yusuf 2017, menyatakan bahwa Deskriptif kuantitatif adalah usaha sadar dan
sistematis untuk memberikan jawaban terhadap suatu masalah dan mendapatakan informasi
lebih mendalam dan luas terhadap suatu fenomena dengan menggunakan tahap-tahap
pendekatan penelitian kuantitatif.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Monte Carlo dengan
tujuan untuk menganalisis potensi risiko gagal panen pada pertanian padi sawah. Dalam
analisis ini mempunyai beberapa tahapan yaitu; 1) Mendefinisikan parameter, simulasi, dan
menvalidasi variabel stokastik. 2) Untuk dapat mensimulasikan distribusi MVE dalam
19

Persamaan (1) dan (2) sebaiknya memperoleh minimal 500 literasi dengan prosedur
pengambilan sampel Latin Hypercube (LHC). 3) Untuk menvalidasi distribusi simulasi yang
dapat memastikan bahwa variabel acak disimulasikan dengan benar dan menunjukkan sifat
yang sesuai dari distribusi induk. Fungsi distribusi probabilitas (PDF) dari hasil dan harga
yang diamati dan disimulasikan diambil untuk perbandingan.
DAFTAR PUSTAKA

Borrelli, P. & Panagos, P., 2020. An indicator to reflect the mitigating effect of Common
Agricultural Policy on soil erosion. Land Use Policy, 92(104467).
Chun, J.A. et al., 2021. Smallholder farmers’ preference for climate change adaptation for
lowland rain-fed rice production in Lao PDR.. Journal of Agricultural Meteorology,
77(4), pp.235-44.
Dzikrillah, G.F., Anwar, S. & Sutjahjo, S.H., 2017. Analisis keberlanjutan usahatani padi
sawah di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya
Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental
Management, 7(2), pp.107-13.
Eko, A.P., Sona, M.N., Saputra, A.F. & Rolliawati, D., 2019. Pemodelan Dan Simulasi
Antrian Pendaftaran Driver Baru Go-Jek Di Sidoarjo. Majalah Ilmiah UNIKOM,
17(1), pp.13-18.
Fuadi, W., Wandi, R. & Pohan, M.W., 2021. Aplikasi Geografis Prediksi Hasil Padi
Menggunakan Metode Double Moving Average di Kabupaten Aceh Utara.. TECHSI-
Jurnal Teknik Informatika, 13(1), pp.50-60.
Graf, S.L., 2021. Is the system of rice intensification (SRI) pro poor? Labour, class and
technological change in West Africa. Agricultural Systems, 193( 103229), pp.2-12.
Hasanah, J., Rondhi, M. & Hapsari, T.D., 2018. Analisis Risiko Produksi usahatani Padi
Organik di Desa Rowosari Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember. Jurnal
Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness), 6(1), pp.37-48.
Horgan, F.G. & Kudavidanage, E.P., 2020. Farming on the edge: Farmer training to mitigate
human-wildlife conflict at an agricultural frontier in south Sri Lanka.. Crop
protection, 127(104981).
Hutahaean, H.D., 2018. Analisa simulasi monte carlo untuk memprediksi tingkat kehadiran
mahasiswa dalam perkuliahan (studi kasus: STMIK pelita nusantara). , 3(1). Journal
Of Informatic Pelita Nusantara, 3(1), pp.41-45.
Kabir, M.J., Cramb, R., Alauddin, M. & Gaydon, D.S., 2019. Farmers’ perceptions and
management of risk in rice-based farming systems of south-west coastal Bangladesh..
Land Use Policy, 8(6), pp.177-88.
Kadigi, I.L. et al., 2020. An economic comparison between alternative rice farming systems in
Tanzania using a Monte Carlo simulation approach. Sustainability, 12(16), pp.2-22.
Kahuni, D.K. & Widyadana, I.G.A., 2017. Pengurangan Loading Time di PT. X
Menggunakan Simulasi.. Jurnal Titra, 5(1), pp.47-50.
Kavishe, R.E., Kahimba, F.C. & Komakech, H.C., 2021. Farmer's appropriation of system of
rice intensification practices in water-scarce irrigation schemes in Northern Tanzania.
Paddy and Water Environment, 19(3), pp.367-67.
Khairullah, I. & Saleh, M., 2020. Teknologi budidaya tradisional padi varietas lokal di lahan
rawa pasang surut (Studi Kasus Di Kalimantan Selatan). Jurnal Pertanian Agros,
22(2), pp. 168-179.
khoerunisa, E.S., noor, T.S. & noor, T.S., 2021. efisiensi ekonomi penggunaan input usahatani
padi sawah pada lahan irigasi pedesaan (Suatu Kasus Desa Gunungsari Kecamatan
Sadananya Kabupaten Ciamis). Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH,
8(1), pp.31-39.

20
21

Kim, D., Chun, J.A. & Inthavong, T., 2021. Managing climate risks in a nutrient-deficient
paddy rice field using seasonal climate forecasts and AquaCrop. Agricultural Water
Management, 4(107073), p.256.
Kristyanto, R., Sugiono, S. & Yuniarti, R., 2015. Analisis risiko operasional pada proses
produksi gula dengan menggunakan metode multi-attribute failure mode analysis
(MAFMA)(studi kasus: pg. kebon agung malang). urnal rekayasa dan manajemen
sistem industri, 3(3), p.133312.
Lestari, P.M., Irawati, R.P. & Mujimin, M., 2019. ransformasi alat pertanian tradisional ke alat
pertanian modern berdasarkan kearifan lokal masyarakat Jawa Tengah.. Widyaparwa,
47(1), pp.1-10.
Mainuddin, M. et al., 2021. Yield, profitability, and prospects of irrigated Boro rice cultivation
in the North-West region of Bangladesh. PloS one, 16(4), p.e0250897.
Mboyerwa, P.A., Kibret, K., Mtakwa, P.W. & Aschalew, A., 2021. Evaluation of growth,
yield, and water productivity of paddy rice with water-saving irrigation and
optimization of nitrogen fertilization. Agronomy, 11(8), pp.2-4.
Mustika, M., Fariyanti, A. & Tinaprilla, N., 2019. Analisis sikap dan kepuasan petani terhadap
atribut asuransi usahatani padi di Kabupaten Karawang Jawa Barat. In Forum
Agribisnis: Agribusiness Forum, 9(2), pp.200-14.
Nirzalin, N. & Maliati, N., 2017. Agricultural Productivity and Farmers Welfare Involution
(Case Study in Meunasah Pinto Aceh Utara). Sodality, 5(2), p.180942.
Pandey, s. & Kumar, P., 2019. Determinants of farm-level adoption of system of rice and
wheat intensification in Gaya, Bihar. Institute for Social and Economic Change.
Permatasari, E.A., 2021. Analisis Risiko Proses Produksi Gula Pasir Menggunakan Metode
Risk Mapping Diagram Dan Simulasi Monte Carlo (Studi Kasus Pt. Madubaru).
SKRIPSI Universitas islam Indonesia, pp.21-35.
Pratiwi, A.A. & Rilantiana, R., 2016. Analisis Risiko Finansial Dengan Metode Simulasi
Monte Carlo (Studi Kasus: Pt. Phase Delta Control). AKRUAL: Jurnal Akuntansi,
8(1), pp. 62-71.
Rahmawati, R., Rusgiyono, A., Hoyyi, A. & Di Asih, I.M., 2019. Expected shortfall dengan
simulasi monte-carlo untuk mengukur risiko kerugian petani jagung. Media
Statistika, 12(1), pp.117-28.
Rahmi, H. & Fadli, F., 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh
Utara. Agrifo: Jurnal Agribisnis Universitas Malikussaleh, 2(2), pp.18-26.
Sharma, A.K., 2020. Microbiological Advancements for Higher Altitude Agro-Ecosystems &
Sustainability. Uttarakhand, India: Department of MicrobiologyGovind Ballabh Pant
UniversityPantnagar,.
Siddick, S.A., 2019. Appropriate Technologies for Improving Yield and Income of Small
Holders Growing Rice Paddy in Rainfed Low Lands of Agro-Biodiversity Hotspots
in India. Agricultural Sciences, 10(11), pp.1497-505.
Sudrajat, S., 2018. Analisis Ketidakpastian Dalam Memanfaatkan Lahan Pertanian Di Desa
Sukasari Kaler Kecamatan Argapura Majalengka. Majalah Geografi Indonesia, 32(1),
pp.84-97.
Suharyanto, S., Rinaldy, J. & Arya, N.N., 2015. Analisis risiko produksi usahatani padi sawah
di Provinsi Bali. AGRARIS: Journal of Agribusiness and Rural Development
Research, 1(2), pp.70-77.
22

Tarigan, H., 2018. Mekanisasi Pertanian dan Pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan
(UPJA). Forum Penelitian Agro Ekonomi, 36(2), pp.117-128.
Thakur, A.K., Uphoff, N.T. & Stoop, W.A., 2016. Scientific Underpinnings of the System of
Rice Intensification (SRI): What Is Known So Far? Advances in Agronomy, 135,
pp.147-79.
Usman, U. & Yanti, M., 2020. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani
Padi Wanita di Kecamatan Samudera Kabupaten Aceh Utara. Jurnal Ekonomi
Pertanian Unimal, 3(1), pp.19-32.
Yang, H., Chen, L., Yang, B. & Shi, Z., 2022. Yang, H., Chen, L., Yang, B., & Shi, Z. (2022).
Exploring provincial sustainable intensification of cultivated land use in China: An
empirical study based on emergy analysis.. Physics and Chemistry of the Earth,
128(103287), p.Parts A/B/C.
Yasin, L.O.N., 2016. Analisis Efisiensi Usahatani Padi Sawah: Studi Pada Petani Padi Sawah
di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal Mega
Aktiva, 5(1), pp.44-51.
Zeweld, W., Van Huylenbroeck, G., Tesfay, G. & Speelman, S., 2019. Impacts of socio-
psychological factors on smallholder farmers’ risk attitudes: empirical evidence and
implications. Agrekon, 58(2), pp.253-79.

Anda mungkin juga menyukai