Diajukan oleh
Reno Budi Setiawan
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
Proposal Penelitian Tesis
Diajukan oleh
Reno Budi Setiawan
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iv
I. PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................7
1.3. Tujuan Penelitian..............................................................................8
1.4. Manfaat Penelitian............................................................................8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI.......................................9
2.1. Tinjauan Pustaka..............................................................................9
2.1.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas..............................9
2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan...............................9
2.2. Landasan Teori...............................................................................10
2.2.1. Karakteristik Tanaman Kedelai.......................................................10
2.2.2. Pendapatan Usahatani...................................................................10
2.2.3. Teori Produksi.................................................................................12
2.2.4. Fungsi Produksi Cobb-Douglas......................................................14
2.2.5. Fungsi Keuntungan Cobb-Douglas................................................15
2.2.6. Regresi Linier Berganda.................................................................17
2.3. Kerangka Pemikiran.......................................................................18
2.4. Hipotesis.........................................................................................19
III. METODE PENELITIAN.............................................................................20
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian..........................................................20
3.2. Metode Penentuan Sampel............................................................20
3.3. Jenis dan Sumber Data..................................................................20
3.4. Konsep Operasional.......................................................................21
3.5. Metode Analisis Data......................................................................22
3.5.1. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas Kedelai..22
3.5.2. Analisis Faktor yang mempengaruhi Pendapatan Petani Kedelai..23
3.5.3. Uji Asumsi Klasik............................................................................24
3.5.4. Uji Statistik......................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................iv
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kurva Produk fisik total, Marjinal dan rata-rata secara bersamaan
.........................................................................................................................13
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas
dan Pendapatan Kedelai.................................................................................19
iv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kedelai adalah Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah
dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Kedelai mulai dikenal di Indonesia
sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di
Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau
lainnya (Irwan, 2006).
Penyebutan makanan berbahan kedelai pertama kali di Jawa dilakukan oleh
Prinsen Geerligs pada tahun 1895 yang mendiskusikan tentang tempe, tahu, tauco,
dan kecap kedelai. Pada tahun 1935 kedelai telah ditanam diseluruh wilayah Jawa
(Adie dan Krisnawati, 2016).
Kacang kedelai merupakan salah satu polong-polongan yang kaya kandungan
nutrisi baik bagi tubuh. Di Indonesia sendiri sudah banyak olahan kacang kedelai
seperti tempe, tahu dan susu kedelai. Manfaat kedelai bagi tubuh antara lain
sebagai sumber protein yang dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan protein nabati
sangat baik bagi pencernaan dan sangat disarankan kepada para vegetarian untuk
menggantikan asupan protein hewani yang tidak dikonsumsi mereka. Manfaat
kedelai dengan kandungan protein yang tinggi membantu dalam membangun sel-
sel dalam tubuh, terutama pada anak-anak pada masa pertumbuhan (Andhikaputra,
2017).
Selain memiliki kandungan protein, kedelai juga memiliki kandungan lain seperti
Lemak tak jenuh, Kandungan lemak tak jenuh kedelai termasuk asam linolenat atau
asam lemak omega-3. Asam lemak omega-3 merupakan nutrisi penting yang
membantu untuk mengurangi risiko penyakit jantung dan kanker. Selain itu kedelai
juga memiliki manfaat antara lain pencegahan osteoporosis karena mengandung
Isoplavon. Menyehatkan saluran pencernaan karena mengandung serat. Dan masih
banyak lagi manfaat yang didapatkan dengan mengkonsumsi bahan makanan yang
berasal dari kedelai.
Berdasarkan penjelelasan singkat mengenai tanaman kedelai di atas dapat
dilihat bahwa tanaman kedelai merupakan salah satu komoditas yang memiliki
banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Namun meskipun memiliki banyak manfaat dan merupakan bahan utama dari
olahan makanan yang paling digemari oleh masyarakat Indonesia, minat petani
untuk bertanam kedelai tetap rendah. Dalam kasus ini dapat kita lihat bagaimana
para petani di Gunungkidul banyak yang beralih menanam kacang tanah ketimbang
1
menanam kedelai. Menurut Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan
Pangan Kabupaten Gunungkidul, Raharjo Yuwono dalam kutipan wawancara
kumparan.com (2018) menyatakan bahwa Area tanaman kacang tanah di wilayah
ini memang cukup luas karena banyak petani di Gunungkidul yang lebih memilih
untuk menanam kacang tanah ketimbang dengan kedelai. Alasannya, karena untuk
menanam kacang tanah tidak membutuhkan energi dan biaya yang cukup besar
ketimbang kedelai. Perawatan dan harga jual tanaman kacang tanah lebih mudah
dibanding dengan kedelai.
Lebih lanjut Raharjo Yuwono menyatakan bahwa, petani lebih memilih menanam
komoditas lain sebab hasil panenan kedelai nilai ekonominya masih kalah dengan
kacang tanah, padi dan jagung. Kalau kedelai, hasil 1,1 ton perhektare dan
harganya Rp 7.000 perkg, petani hanya mendapat Rp 7,7 juta. Kedelai itu harga
jualnya tidak seimbang dengan perawatan yang dinilai sulit (kumparan.com, 2018).
Berdasarkan kutipan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa minat petani
terhadap tanaman kedelai dapat dikatan rendah karena pendapatan yang didapat
dianggap tidak sebanding dengan perawatan yang dinilai sulit oleh para petani.
Dengan rendahnya minat petani terhadap tanaman kedelai tentunya
mempengaruhi produksi kedelai dalam negeri. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut
jalan yang dapat ditempuh adalah melalui impor. Dengan rendahnya minat petani
menanam kedelai yang tentu saja berpengaruh terhadap angka impor kedelai. Hal
ini dapat dilihat dari angka impor kedelai pada 2017 sebesar 589 ribu ton,
meningkat sekitar 11% dibandingkan pada 2016 yang mencapai sekitar 527 ribu ton
dengan nilai 237 juta dolar AS (Rahmadayanti, 2018).
Untuk menekan angka impor maka perlunya meningkatkan produktivitas suatu
komoditas. Dalam hal pemerintah membuat sebuah program yang bernama
Program Upaya Khusus (UPSUS). Program Upaya Khusus (UPSUS) swasembada
pangan telah dilaksanakan sejak tahun 2015-2017. Program ini merupakan upaya
pemerintah untuk meningkatkan produksi padi, jagung, kedelai, daging sapi, tebu,
cabai dan bawang merah sehingga Indonesia dapatmencapai swasembada pangan.
Program UPSUS dilaksanakan serentak di beberapa provinsidi Indonesia, yaitu
Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Jambi,Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (Kementertian
PertanianRepublik Indonesia, 2015). Melalui program UPSUS tiga komoditas utama
padi jagung kedelai (pajale), pemerintah Presiden sangat bertekad untuk
mensukseskan kedaulatan pangan dalam 3 tahun ini, yaitu pada tahun 2017. Pada
2
kegiatan UPSUS pajale, segala strategi dan upaya dilakukan untuk peningkatan
luas tanam dan produktivitas di daerah-daerah sentra produksi pangan (Kurniawan,
2015). Tentunya dengan adanya program UPSUS pajale diharapkan mampu
berjalan dengan baik sehingga mampu mencapai tujuan utama yaitu meningkatkan
kemandirian pangan nasional serta secara langsung mampu meningkatkan
kesejahteraan petani Indonesia.
Salah satu daerah penghasil kedelai di Indonesia adalah Daerah Istimewa
Yogyakarta. Proporsi luas tanaman kedelai di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat
kita lihat pada Tabel 1.1. berikut :
Kabupaten/Kota
Jenis Tanaman Tahun Kulon Gunung- DIY
Bantul Sleman Yogya
Progo kidul
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
2016 21,41 7,55 70,60 0,45 0,00 100,00
Kedelai/
2015 11,98 11,95 75,13 0,94 0,00 100,00
Soybean
2014 13,50 9,56 75,33 1,61 0,00 100,00
Sumber : Indikator Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta 2012-2016
Berdasarkan Tabel 1.1. di atas dapat kita lihat bahwa terdapat dua
kabupaten/kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki proporsi
luas tanaman kedelai yaitu Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Gunungkidul.
Dimana kabupaten Gunungkidul memiliki proporsi luas tanaman yang paling besar
yaitu mencapai 75% dari total luas tanaman kedelai yang ada di Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Untuk memperjelas penjelasan di atas berikut akan disajikan data berupa luas
panen, produksi dan produktivitas kedelai berdasarkan kabupaten/kota yang ada di
Daerah Istimewa Yogyakarta yang akan ditunjukkan dalam Tabel 1.2. berikut :
3
Tabel 1.2.Luas Panen, produksi dan produktivitas, kedelai Menurut
Kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012-2016
Kabupaten/Kota Tahun Luas Panen Produktivitas
Produksi (Ton)
(Ha) (Ton/Ha)
2013 34 54 1,588
2012 349 479 1,372
Yogya 2016 0 0 0,00
2015 0 0 0,00
4
2014 0 0 0,00
2013 0 0 0,00
2012 0 0 0,00
Sumber : BPS Propinsi DIY dan Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
Berdasarkan data pada Tabel 1.2. di atas dapat dilihat bahwa luas panen
terbesar terdapat di kabupaten Gunungkidul dengan luas panen terbesar mencapai
22.762 hektar pada tahun 2012. Namun dari tahun ke tahun luas panen kedelai di
Gunungkidul terus mengalami penurunan hingga mencapai 9.170 hektar pada tahun
2016 atau mengalami penurunan sebesar 59,71% dari luas panen pada tahun 2012.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, berkurangnya luas panen ini dipengaruhi
oleh menurunnya minat para petani untuk menanam kedelai yang dianggap memiliki
proses pemeliharaan yang sulit dan juga memiliki harga jual yang dianggap tidak
sebanding dengan biaya dan pemeliharaan yang dianggap sulit. Akibatnya banyak
petani kedelai yang beralih menanam kacang tanah karena dianggap lebih mudah
secara pemeliharaan dan lebih menguntungkan.
Berdasarkan produksi kedelai per Kabupaten/Kota, jumlah panen terbesar masih
berada di kabupaten Gunungkidul dengan jumlah panen terbesar terjadi pada tahun
2012 dengan panen kedelai sebesar 26.476 ton. Namun sama seperti kasus luas
panen yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya, seiring semakin berkurangnya
luas panen kedelai maka semakin berkurang pula jumlah panen yang dihasilkan.
Berdasarka Tabel 1.2. jumlah panen kedelai pada tahun 2016 adalah sebesar
11.079 ton atau mengalami penurunan produksi sebesar 58.15 dibandingkan
dengan jumlah panen pada tahun 2012.
Sedangkan untuk tingkat produktivitas tanaman kedelai, kabupaten Kulon Progo
memiliki nilai produktivitas lebih unggul jika dibandingkan dengan kabupaten
Gunungkidul. Hal ini dapat dilihat berdasarkan tingkat produktivitas yang ditunjukkan
Tabel 1.2. di atas. Berdasarkan nilai rata-rata produksi Kabupaten Kulon Progo
memiliki rata-rata produktivitas sebesar 1,496 sedangkan kabupaten Gunungkidul
memiliki rata-rata produktivitas sebesar 1,220. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kabupaten Kulon Progo memiliki tingkat produktivitas kedelai yang lebih
tinggi dibandingkan kabupaten Gunungkidul.
Berdasarkan penjelasan di atas terdapat satu fenomena dimana walaupun
memiliki luas panen dan jumlah produksi kedelai yang lebih besar jika dibandingkan
5
dengan kabupaten Kulon Progo, namun kabupaten Gunungkidul memiliki tingkat
produktivitas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kabupaten Kulon Progo.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari faktor-faktor produksi
terhadap produktivitas kedelai dan juga melihat pengaruh harga faktor-faktor
produksi setelah adanya program upaya khusus dari pemerintah terhadap tingkat
produktivitas pendapatan petani kedelai di Kabupaten Gunungkidul. Diharapkan
hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu pertimbangan untuk meningkatkan
produktivitas kedelai dan juga mampu meningkatkan pendapatan petani kedelai di
Kabupaten Gunungkidul.
6
Kabupaten Gunungkidul memiliki luas panen yang terbesar diantara
kabupaten lain yang ada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun memiliki
produktivitas yang rendah dan juga semakin menurunnya minat petani untuk
menanam kedelai juga menjadi hal yang harus diperhatikan. Oleh karena itu peneliti
ingin melihat faktor-faktor apa saja yang dapat menpengaruhi tingkat produktivitas
kedelai di kecamatan Semin kabupaten Gunungkidul dan juga bagaimana pengaruh
dari harga faktor produksi tersebut terhadapa pendapatan petani kedelai di
kecamatan Semin kabupaten Gunungkidul.
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah :
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas usahatani kedelai di
Kabupaten Gunung Kidul dengan adanya program Usaha Khusus dari
pemerintah.
2. Bagimana pengaruh harga faktor produksi terhadap pendapatan usahatani
kedelai di Kabupaten Gunung Kidul dengan adanya program Usaha Khusus
dari pemerintah.
1. Bagi penulis, Sebagai salah satu syarat akademis untuk memperoleh gelar
Magister Science pada program Pascasarjana (MMA-UGM) juga sebagai
wadah untuk menambah pengetahuan penulis mengenai agribisnis kedelai.
2. Bagi pemerintah, dijadikan salah satu bahan pertimbangan dalam
menentukan kebijakan.
3. Bagi akademik, menjadi sumber informasi ilmiah, sebagai refernsi untuk
penelitian berikutnya.
7
4. Bagi petani, bahan pertimbangan untuk melakukan budidaya kedelai.
Sebagai salah satu pertimbangan untuk dapat meningkatkan produksi, mutu
dan daya saing kedelai.
8
memiliki pengaruh positif terhadap produksi kedelai di Kecamatan Karangmojo
Kabupaten Gunungkidul adalah jumlah benih dan jumlah pupuk phonska
Purnamasari (2017), dalam penelitiannya yang berjudul Tingkat Adopsi Good
Agriculture Practices (GAP) dan Pengaruhnya Terhadap Produktivitas dan
Pendapatan Usahatani Kedelai di Kabupaten Kulon Progo Menunjukkan bahwa
Peningkatan Produktivitas kedelai dipengaruhi oleh faktor benih, pupuk kandang,
pupuk Gandasil, dan tingkat adopsi GAP, sedangkan peningkatan pupuk NPK
berpengaruh negatif terahadap produktivitas kedelai. Penelitian ini Menggunakan
fungsi Produksi Cobb-Douglas dan analisis regresi linear berganda dengan metode
Ordinary Least Square (OLS).
9
juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang,
Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia
sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di
Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau
lainnya (Irwan, 2006).
Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine
soja dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani
yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Klasifikasi
tanaman kedelai adalah sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Familia : Papilionaceae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.) Merill
Karakteristik kedelai yang dibudidayakan (Glycine max (L.) Merrill) di Indonesia
merupakan tanaman semusim, tanaman tegak dengan tinggi 40-90 cm, bercabang,
memiliki daun tunggal dan daun bertiga, bulu pada daun dan polong tidak terlalu
padat dan umur tanaman antara 72-90 hari. Kedelai introduksi umumnya tidak
memiliki atau memiliki sangat sedikit percabangan dan sebagian bertrikoma padat
baik pada daun maupun polong (Adie & Krisnawati, 2016).
10
Biaya terbagi dalam 2 bagian (Hermanto, 1989) yaitu :
11
karena mereka menginginkan informasi bagaimana sumber daya yang terbatas
dapat dikelola dengan baik agar produksi maksimum dapat diperoleh (Soekartawi,
1990).
Sebuah fungsi produksi menggunakan input variabel n yang berbeda dapat
ditulis sebagai berikut :
Y = f(X1,X2,X3 ..., Xn)
Dimana n adalah input untuk proses produksi harus diperlakukan sebagai
variabel dan di bawah kontrol dari petani. Setiap x mewakili salah satu masukan
khusus yang digunakan dalam proses produksi, sedangkan y merupakan output
baik dari tanaman tertentu atau perusahaan ternak (Debertin,1985).
Pada umumnya fungsi produksi pertanian mempunyai sifat khusus yaitu
mengikuti hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang (The Law Of Deminishing
return). Yang menyatakan bahwa jika dalam proses produksi jumlah salah satu
input variable ditambah sedangkan jumlah input yang lain tetap maka kenaikan
jumlah output dari setiap unit yang ditambahkan mula-mula naik, tetapi setelah
mencapai tingkat penggunaan input tertentu akan menurun (Soekartawi, 1990).
Menurut Soekartawi (2003), fungsi produksi menggambarkan hubungan antara
faktor produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan
tersebut dapat dimengerti dengan mudah. Hubungan ini dapat digambarkan dengan
setiap penambahan satu satuan input tertentu akan mempengaruhi produksi
komoditas, baik pengaruh yang bernilai positif ataupun negatif. Soekartawi (2003)
mendefinisikan roduk marjinal (PM) sebagai tambahan satu satuan input (X) dapat
menyebabkan pertambahan atau pengurangan satu satuan output (Y).
12
Gambar 2.1. Kurva Produk fisik total, Marjinal dan rata-rata secara bersamaan
a. Pada daerah produksi 1, nilai Ep > 1 karena nilai MPP lebih besar dari nilai
APP. Apabila input ditambah sebesar 1% akan menyebabkan penambahan
output yang selalu lebih besar dari 1% sehingga output rata-rata naik terus. Jika
berproduksi memang menguntungkan untuk dijalankam maka pengusaha
masih terus akan dapet meningkatkan keuntungannya dengan pemakaian input
yang lebih banyak selama produk rata-rata masih terus naik. Jadi, dimanapun
dalam daerah ini belum akan tercapai keuntungan maksimum, karena itu
daerah ini dinamakan daerah tak rasional.
b. Dearah produksi II di mulai pada tingkat yang menunjukan EP = 1 dan berakhir
pada saat EP = 0(0≤ EP ≤ 1). Dalam daerah ini penambahan input sebesar 1%
akan menyebabkan penambahan outputpaling tingi 1% dan paling rendah 0%
tergantung dari harga-harga input dan output maka pada daerah inilah akan
dicapai keuntungan maksimum. Oleh karena itu, daerah ini dinamakan derah
rasional
c. Daerah III nilsi EP lebih kecil dari nol (EP <0). Dalam daerah ini, penambahan
input akan menyebabkan pengurangan output. Pemakaian input akan
mengurangi pendapatan sehingga daerah ini dinamakan juga daerah tak
rasional
Dimana :
13
Y = Variabel yang dijelaskan
u = Kesalahan
14
TR (Total Revenue) =
total penerimaan dari hasil penjualan output
TC (Total Cost)
=
total biaya (biaya tetap dan biaya variabel)
Dalam model fungsi produksi, beberapa asumsi yang digunakan yaitu petani
berusaha memaksimalkan keuntungan usahataninya, petani sebagai penerima
harga dengan melakukan pembelian input dan penjualan output pada pasar
persaingan sempurna. Menurut Lau dan Yotopoulus (1972) dalam Purnamasari
(2017), fungsi keuntungan dirumuskan melalui penurunan dari fungsi produksi
sebagai berikut :
Y =f ( X 1 , X 2 ,… … , X m ; Z 1 , Z 2 ,… Z n)
m
π= p . f ( X 1, X 2 ,… … , X m ; Z 1 , Z2 , … Zn ) −∑ W i . X i
i=1
Dimana :
15
∂ . f ( X 1 , X 2 , …… , X m ; Z1 , Z 2 ,… Z n)
p. =W i
∂ .W i
∂ . f ( X 1 , X 2 , …… , X m ; Z1 , Z 2 ,… Z n) ¿
p. =W i
∂ .W i
Wi
Dimana Wi* = = harga input ke-i yang dinormalkan dengan harga output.
p
Jadi, jika penurunan faktor produksi dinormalkan dengan harga output, diperoleh
persamaan sebagai berikut :
m
π
π ¿ = =f ( X 1 , X 2, …… , X m ; Z 1 , Z 2 ,… Z n )−∑ W ¿i . X ¿i
p i=1
Dimana π* merupakan fungsi keuntungan UOP atau Unit Output Price Profit
Function.
ln ( np )=ln A+ Σ m
j=1 βjLn ( ojp )+ Σ m
j=1 αj LnZj
m m
ln π ¿ =ln A¿ + ∑ βjlncj ¿ + ∑ αj lncj ¿
j =1 j=1
Dimana :
Βj, aj = koefisien variabel faktor produksi yang telah dinormalkan dengan harga
output
cj, Zj = Variabel faktor produksi yang telah dinormalkan dengan harga output.
16
Analisis regresi merupakan salah satu teknik analisis data dalam statistika
yang seringkali digunakan untuk mengkaji hubungan antara beberapa variabel dan
meramal suatu variabel (Kutner et al., 2004).
Untuk mengukur hubungan atau pengaruh dua atau lebih variabel bebas
terhadap variabel tidak bebas, maka model regresi yang digunakan adalah model
regresi linier berganda (multiple linear regression model). Regresi linear berganda
merupakan suatu metode analisis untuk melihat pengaruh dua atau lebih variable
bebas (Xi) terhadap sautu variabel tergantung (Y) (Kerlinger & Pedhazur., 1987).
Regresi linier berganda berguna untuk mendapatkan pengaruh dua variabel
kriterium atau untuk mencari hubungan fungsional dua prediktor atau lebih dengan
variabel kriteriumnya atau untuk meramalkan dua variabel prediktor atau lebih
terhadap variabel kriteriumnya. Untuk keperluan analisis, variabel bebas akan
dinyatakan dengan X sedangkan variabel tidak bebas dinyatakan dengan Y. Model
regresi linier berganda adalah
Y = β0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 +…+ β n X n+ ε i
keterangan :
β0 = intersep
Xij = variabel bebas prediktor ke-j dari responden ke-i, disebut juga atribut
17
Dari hasil penelitian ini kita akan dapat melihat apakah faktor-faktor yang
dimaksud di atas dapat mempengaruhi produktivitas usahatani kedelai di Kabupaten
Gunungkidul. Dengan melihat hal tersebut kita dapat menyimpulkan faktor-faktor
produksi apa saja yang dapat ditingkatkan penggunaan nya atau faktor-faktor
produksi apa saja yang harus dibatasi penggunaanya untuk dapat meningkatkan
produktivitas usahatani kedelai di Kabupaten Gunungkidul.
Kedua, dalam Penelitian ini kita akan melihat bagaimana harga faktor-faktor
produksi yang ada di usahatani di Kabupaten Gunungkidul akan mempengaruhi
Produktivitas kedelai. Harga faktor-faktor produksi yang akan dijadikan variabel
penelitian kali ini antara lain Harga Benih, Harga NPK, Harga Pupuk Kandang,
Harga Pestisida, Biaya Tenaga kerja, Sewa Lahan dan Harga output kedelai.
Dengan besarnya pendapatan usahatani kedelai yang akan berperan sebagai
variabel dependen dalam penelitian ini.
Dari hasil penelitian ini kita akan dapat melihat apakah harga faktor-faktor
produksi yang dimaksud di atas dapat mempengaruhi pendapatan usahatani kedelai
di Kabupaten Gunungkidul. Dengan melihat hal tersebut kita dapat menyimpulkan
biaya faktor-faktor produksi apa saja yang dapat ditingkatkan atau biaya aktor-faktor
produksi apa saja yang harus dibatasi penggunaanya untuk dapat meningkatkan
pendapatan usahatani kedelai di Kabupaten Gunungkidul.
Berdasarkan penjelasan di atas, berikut adalah gambar kerangka penelitian
tersebut :
Usahatani Kedelai
Luas Lahan
Benih Faktor yang Mempengaruhi
NPK pendapatan kedelai
Pupuk Kandang
Harga Benih
Pestisida
Harga NPK
Tenaga Kerja
Harga Pupuk Kandang
Harga Pestisida
Biaya Tenaga Kerja
Sewa Lahan
Harga Output
18
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas dan
Pendapatan Kedelai
2.3. Hipotesis
1. Faktor faktor seperti luas Lahan, Benih, NPK, Pupuk Kandang, Pestisida,
Tenaga kerja berpengaruh positif terhadap tingkat produktivitas usahatani
Kedelai di Kabupaten Gunung Kidul.
2. Faktor faktor seperti luas Lahan, Harga Benih, Harga NPK, Harga Pupuk
Kandang, Harga Pestisida, Biaya Tenaga kerja, dan Sewa Lahan berpengaruh
positif terhadap pendapatan usahatani Kedelai di Kabupaten Gunung Kidul.
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2019. Pemilihan
lokasi penelitian dengan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel
berdasarkan kesengajaan, pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri atau
sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut-paut yang erat dengan ciri atau
sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Soekartawi, 2006). Penelitian ini
dilakukan di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
19
responden sejumlah 50 orang petani kedelai pada penelitian ini dianggap telah
mewakili atau telah memenuhi syarat minimal yang telah di tentukan.
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari literatur, dokumen maupun
referensi serta instansi-instansi yang berkaitan baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan topik permasalahan pada penelitian ,
sebagai sumber, pedoman atau petunjuk untuk membantu menyelesaikan
penelitian. Beberapa data diperoleh dari instansi seperti Badan Pusat
Statistik, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul dan Balai
Penyuluhan Pertanian.
2. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari hasil
wawancara langsung dengan petani kedelai sebagai responden
menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan
sebelumnya dan observasi langsung di lapangan mengenai pengunaan
faktor produksi terhadap produktivitas dan pendapatan usahatani kedelai di
Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul.
1. Produksi adalah output yang diperoleh petani atas input yang dikeluarkan
dalam proses produksi tanaman kedelai yang diukur dengan satuan kilogram
(Kg).
2. Produktivitas adalahoutput yang diperoleh petani atas input yang dikeluarkan
dalam proses produksi kedelai per satuan luas lahan yang diukur dengan
satuan Kilogram (Kg/Ha).
3. Benih adalah jumlah benih yang digunakan dalam proses produksi kedelai
persatu kali musim tanam pada luas lahan tertentu. Dihitung dalam satuan
Kilogram (Kg/Ha).
4. Pupuk NPK adalah jumlah pupuk NPK yang digunakan dalam proses produksi
kedelai persatu kali musim tanam pada luas lahan tertentu. Dihitung dalam
satuan Kilogram (Kg/Ha).
20
5. Pupuk Kandang adalah jumlah pupuk kandang yang digunakan dalam proses
produksi kedelai persatu kali musim tanam pada luas lahan tertentu. Dihitung
dalam satuan Kilogram (Kg/Ha).
6. Pestisida adalah jumlah pestisida yang digunakan dalam proses produksi
kedelai persatu kali musim tanam pada luas lahan tertentu. Dihitung dalam
satuan Liter (Liter/Ha).
7. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja (HOK/Ha) yang digunakan dalam
proses produksi kedelai persatu kali musim tanam pada luas lahan tertentu.
8. Pendapatan adalah keuntungan yang diperoleh petani kedelai yang dihitung
dengan mengurangi penerimaan dengan total biaya (biaya implisit dan
eksplisit). Kemudian keuntungan tersebut dinormalkan dengan harga output
(Rp/Ha).
9. Harga Output adalah harga kedelai yang diteriam oleh Petani (Rp/Kg).
10. Harga benih adalah harga bibit kedelai pada tingkat petani yang telah
dinormalkan dengan harga output (Rp/Kg).
11. Harga Pupuk NPK adalah harga pupuk kandang pada tingkat petani yang telah
dinormalkan dengan harga output (Rp/Kg).
12. Harga Pestisida adalah harga pembelian pestisida pada tingkat petani yang
telah dinormalkan dengan harga output (Rp/Liter).
13. Upah Tenaga Kerja yaitu upah petani mulai dari proses pengolahan sampai
pascapanenkedelai yang telah dinormalkan dengan harga output (Rp/HOK).
21
sebagaimana adanya tanpa bermaksud untuk membuat kesimpulan yang berlaku
dalam umum atau generalisasi (Risky, 2016).
ln Y Q =ln a+ b1 ln x1 +b 2 ln x 2 +b3 ln x 3+ b4 ln x 4 + b5 ln x5 +b 6 ln x6 + μ
Dimana :
a = Nilai Konstanta
x2 = Benih (kg/Ha)
x3 = NPK (kg/Ha)
x5 = Pestisida (liter/Ha)
μ = Faktor Kesalahan
22
tertentu yang disebut Normalized profit function. Fungsi keuntungan Cobb-Douglas
telah dinormalkan dengan harga output, ditransformasikan dalam bentuk ln (natural
Logarithm) Menjadi sebagai berikut :
¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿
ln π =ln a +b1 ln x 1+ b2 ln x2 +b 3 ln x 3 +b 4 ln x 4 +b5 ln x 5+ b6 ln x 6 + μ
Dimana :
a = Nilai Konstanta
x2 = Harga pupuk NPK yang telah dinormalkan dengan harga output (Rp/Ha)
x3 = Harga pupuk Kandang yang telah dinormalkan dengan harga output (Rp/Ha)
x5 = Upah Tenaga Kerja yang telah dinormalkan dengan harga output (Rp/Ha)
μ = Faktor Kesalahan
Untuk mendapatkan model yang yang baik atau memenuhi syarat regresi
linier berganda maka sebelumnya dilakukan terlebih dahulu pengujian terhadap
model dengan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang sering digunakan untuk
data cross section antara lain uji normalitas, multikolinieritas dan
heteroskedastisitas (Priyatno, 2013). Pengujian model tersebut dilakukan dengan
uji statistik menggunakan aplikasi SPSS 20.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan data. Salah satu cara
untuk menguji normalitas adalah uji Jarque-Bera (JB). Jarque-Bera Test
dinamakan sesuai dengan nama penemunya yaitu Carlos Jarque dan Anil K. Bera.
Uji ini didasarkan pada koefisien keruncingan (kurtosis) dan koefisien kemiringan
(skewness). Rumus Jarque-Bera adalah sebagai berikut :
23
( )
2
n 2 ( K−3 )
JB= S+
6 4
b. Multikolinieritas
c. Heteroskedastisitas
Jika nilai probabbilitas pada Obs*R-Squared > nilai critical Value (α), maka Ho
diterima, artinya tidak terjadi heteroskedastisitas.
Jika nilai probabbilitas pada Obs*R-Squared < nilai critical Value (α), maka Ho
diterima, artinya tidak terjadi heteroskedastisitas.
Menurut Gujarati (2003), untuk menguji hipotesis yang menggunakan metode OLS
maka uji F dan Uji t juga diperhatikan :
a. Uji F
24
Uji F atau uji koefisien secara serentak adalah suatu uji yang dilakukan untuk
mengetahui pengaruh variabel independen secara serentak atau bersamaan
terhadap variabel dependen secara signifikan atau tidak.
b. Uji t
25
26
DAFTAR PUSTAKA
Adie, M. Muchlish dan Krisnawati, Ayda. 2016. Biologi Tanaman Kedelai. Balai
Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang.
<balitkabi.litbang.pertanian.go.id> (Diakses 17 mei 2018).
Anonim. 2018. Luas Tanaman Kacang Tanah di Gunungkidul Gerus Area Tanam
Kedelai. < https://kumparan.com/tugujogja/luas-tanaman-kacang-tanah-di-
gunungkidul-gerus-area-tanam-kedelai > (Diakses 22 mei 2018).
Irwan, Aep Wawan. 2006. Budidaya Tanaman KedelaI (Glycine max (L.) Merill).
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
Kerlinger, Fred N. & Pedhazur, Elazar Z. 1987. Korelasi dan Analisis Regresi
Ganda. Nur Cahya. Yogyakarta.
v
Priyatno, D. 2013. Analisis Korelasi, Regresi dan Multivariate dengan SPSS.
Cetakan I, Yogyakarta: Gava Media.
Purnamasari, Fitry. 2017. Tingkat Adopsi Good Agriculture Practices (GAP) dan
Pengaruhnya Terhadap Produktivitas dan Pendapatan Usahatani Kedelai
di Kabupaten Kulon Progo. Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.
<http://aceh.tribunnews.com/2018/05/19/miris-ketergantungan-impor-di-negara-
agraris>. (Diakses 25 mei 2018).
Risky. 2016. Teknik Analisis Data Kualitatif, Kuantitatif, Menurut Para Ahli
[Lengkap]. < https://pastiguna.com/teknik-analisis-data/>. (diakses 25 mei 2018).
Santoso, Tri Joko. 2002. Analisis Beberapa Faktor Produksi yang Mempengaruhi
Pruduktivitas Usahatani Kedelai di Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul
Daerah Istimewa Yogyakarta. Purwokerto. Universitas Jendral Soedirman.
Soekartawi, dkk. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani
Kecil. UI Press. Jakarta.
Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisa Cobb-
Douglas. Rajawali Press. Jakarta.
vi