PROPOSAL SKRIPSI
OLEH
AGUNG RIZKI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang
pembimbing I dan Ibu Ir. Emy Kernalis, M. P sekalu dosen pembimbing II.
Kepada kedua orang tua tercinta serta keluarga yang selalu mencurahkan kasih
sayang dan do’a nya yang tak terputus-putus serta memberikan semangat. Serta
Semoga bimbingan, motivasi, do’a dan bantuan baik yang bersifat moril
maupun materil selama penyusunan proposal skripsi ini dapat menjadi amal baik
dan ibadah, serta mendapat balasan dari Allah SWT. Dalam penulisan proposal
semoga proposal skripsi ini dapat diterima dengan baik dan dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Jambi, 2022
Penulis
2
3
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian........................................ 8
1.3.1 Tujuan Penelitian...................................................................... 8
1.3.2 Kegunaan Penelitian.................................................................. 8
II . KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan teori...................................................................................... 9
2.1.1 Mekanisme Kemitraan............................................................... 9
2.1.2 Sistem Kemitraan Usaha Perkebunaan .................................... 10
2.1.3 Usahatani Kelapa Sawit............................................................. 13
2.1.4 Faktor Tenaga Kerja dalam Usahatani Kelapa Sawit................ 16
2.1.5 Konsepsi Pendapatan................................................................. 21
2.1.6 Penerimaan Usahatani Kelapa Sawit......................................... 22
2.1.7 Biaya Usatani Kelapa Sawit...................................................... 23
2.1.8 Analisis Pendapatan................................................................... 24
2.2 Penelitian Terdahulu............................................................................ 26
2.3 Kerangka Pemikiran............................................................................ 28
2.4 Hipotesis ............................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 39
3
4
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Luas Produksi Tanaman Perkebunan Provinsi Jambi Menurut
Kabupaten Tahun 2021....................................................................... 2
1.2 Luas Produksi Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit Menurut
Kecamatan Tahun 2018 Kabupaten Batang Hari............................... 3
1.3 Jumlah Petani Plasma Dan Luas Areal Di Desa Bungku................... 5
1.4 Jumlah Petani Swadaya dan Produksi Rata-rata di Desa
Bungku Tahun 2021........................................................................... 6
4
5
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Luas Produksi Tanaman Perkebunan Provinsi Jambi Menurut
Kabupaten Tahun 2021....................................................................... 30
5
I. PENDAHULUAN
Salah satu subsektor yang cukup besar potensinya adalah subsektor perkebunan
menghasilkan bahan baku industri dan memberikan devisa negara yang cukup
pertama pada sektor tersebut. Saat ini salah satu Subsektor perkebunan yang
sawit berupa tandan buah segar (TBS) yang kemudian diolah menjadi minyak
sawit atau crude palm oil (CPO) dan inti sawit atau palm kernel oil (PKO).
Pengembangan perkebunan kelapa sawit yang pesat merupakan suatu proses yang
Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2019 sebesar
14,46 juta hektar dengan produksi mencapai 47.12 juta ton. Ini menunjukkan
peningkatan atau mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yakni luas areal
1
2
perkebunan kelapa sawit pada tahun 2018 sebesar 14,33 juta hektar dengan
produksi mencapai 42,88 juta ton. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia dalam
perkembangan luas areal dan produksi CPO kelapa sawit pada tahun 2016 sampai
dengan 2020.
Provinsi Jambi cukup terbuka karena ketersediaan sumberdaya alam atau lahan
yang memadai, tenaga kerja dan iklim yang mendukung. Selain itu Kelapa Sawit
di provinsi jambi memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Hal ini dapat
dilihat dari perkembangan Luas dan Pruduksi kelapa sawit diprovinsi jambi
meningkat secara siknifikan setiap tahun. Hal ini terlihat dari total luas areal
perkebunan kelapa sawit yang ada di Provinsi Jambi adalah 1.033.354 Ha yang
memiliki areal perkebunan kelapa sawit terluas di Provinsi Jambi dengan luas
227.125 Ha dan hasil produksi 268.873 ton. Kabupaten yang memiliki luas areal
perkebunan kelapa sawit terkecil adalah Kabupaten Kerinci dengan luas areal 94
kabupaten dengan areal perkebunan kelapa sawit terluas ke tiga di Provinsi Jambi
setelah Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Hasil
jumlah luas perkebunan kelapa sawit terluas kedua dari delapan kecamatan yang
ada dikabupaten Batanghari. Data pada tahun 2018 menunjukan luas areal
jumlah produksi mencapai 69.020 ton. Hal ini menunjukan bahwa produksi kelapa
XXIV dengan luas areal 21.517,14 Ha, dengan produksi hanya mencapai 50.526
ton.
penduduk terbanyak. Pada tahun 2020 penduduk Desa Bungku mencapai 12.405
jiwa. Keadaan ekonomi pertanian di desa bungku di dominasi oleh kelapa sawit
dan karet. Luas dan produksi karet pada tahun 2020 menunjukkan 2.797 Ha
Berdasarkan hasil observasi, saat ini di Desa Bungku memiliki dua pola
usahatani yaitu pola inti plasma dan pola swadaya, menurut Widyantara (2018:
92) pola inti plasma merupakan hubungan kerjasama yang dilakukan oleh
perusahaan kecil atau petani dengan perusahaan menengah atau perusahaan besar.
Perusahaan menengah atau besar berperan sebagai inti dan perusahan kecil atau
petani sebagai plasma, Petani plasma yang ada di Desa Bungku dalam melakukan
usahatani kelapa sawitnya akan dibantu dan dibimbing oleh perusahaan inti yaitu
PT. Berkat Sawit Utama. Perusahaan inti akan mengelola seluruh kegiatan hingga
pihak lain. Petani swadaya yang ada di desa Bungku menjalankan pertaniannya
secara mandiri. Hal ini terbukti dari pengusahaan sarana produksi dan lahan
dengan sendiri. Awalnya petani yang ada di Desa Bungku mengusahankan karet
merasa kesulitan, dimana petani karet harus pergi menyadap 5 hari dalam
5
seminggu. Selain itu factor harga karet yang rendah dan kemungkinan harga karet
sangat sulit untuk naik lagi. Hal ini tentunya berbeda dengan harga sawit yang
semakim mahal dan juga menjanjikan, tentunya menjadi factor utama penyebab
kepala keluarga dengan total luas kebun plasma 1.988 Ha..Desa Bungku terdapat
sawit ingkar janji, sewaktu menyusun perjanjian atau MOU petani tidak
dilibatkan, sertifikat tanah untuk petani tidak bisa terbit padahal kemitraan sudah
Namun ada juga petani yang memperoleh pengalaman yang baik dalam kemitraan
adalah tabel jumlah petani swadaya dan produksi rata-rata tahun 2021 di Desa
Bungku.
6
desa bungku adalah kelapa sawit. Hal ini dikarenakan 80% luas dari daerah
bungku yang mulanya merupakan eks hutan adalah perkebunan kelapa sawit, yang
memiliki jumlah petani swadaya pada tahun 2021 sebanyak 3280 KK dan
binaan dari perusahaan inti. Dampingan dan binaan ini meliputi pemeliharaan dan
inti memberikan pengetahuan petani baik secara teori dan teknik dalam
pengembangan kelapa sawit menjadi lebih baik. Selain itu harga yang diterima
petani plasma relatif lebih tinggi sehingga penerimaan yang diterima akan lebih
besar.
Berbeda dengan itu, petani swadaya tidak mendapat dampingan dari pihak
seadanya tentunya akan menghasilkan produksi yang rendah. Dilain itu, harga
yang diterima juga lebih rendah, karena rantai pemasaran yan dilalui lebih
panjang. Hal ini akan menyebabkan penerimaan yang di hasilkan juga rendah.
petani. Secara penerimaan petani plasma lebih besar diandingkan dengan petani
swadaya, tetapi secara pendapatan petani plasma bisa dikatakan lebih kecil karna
harus dipotong pengembalian investasi kepada perusahaan inti dan fee koperasi,
dengan pembagian hasil perusahaan inti dan plasma sebagai berikut: 6% investasi,
2% fee koperasi, 0,7% untuk simpanan wajib, fee rumpun 2% dan pph sebesar
potongan investasi, fee koperasi, simpanan wajib dan fee rumpun (Seumber :
antara petani pola plasma dan pola swadaya. Petani pola plasma lebih banyak
menggunakan tenaga kerja luar keluarga (Family Labour) dengan system upah
borong, dan upah harian (Upah waktu). Tenaga kerja luar keluarga (Family
Labour) yaitu tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga baik manusia, ternak
maupun tenaga mesin. Berbeda dengan petani swadaya yang lebih banyak
mengandalkan tenaga kerja sendiri atau tenaga kerja dalam keluarga (Hired
labour).
dengan petani swadaya, maka fakta ini sangat menarik untuk penulis melakukan
Batang Hari.
8
1. Berapa besar pendapatan usahatani kelapa sawit antara petani plasma dan
Hari.
2. Apakah pendapatan usahatani petani plasma lebih tinggi dari pada petani
Batang Hari
Hari
1. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi pada program studi agribisnis
2. Sebagai sumber informasi dan masukan bagi segala pihak yang terkait
membuat sumber daya yang dimiliki menjadi lebih efisien dan menguntungkan
semua pihak yang bermitra. Menurut Sulistyani (2004) kemitraan dapat berjalan
produksinya.
9
10
budidaya pertanian.
berikut:
1. Bagi pengusaha kecil atau petani kemitraan sebagai strategi atau kiat untuk
3. Bagi pengusaha kecil, koperasi dan petani kemitraan sebagai jalan untuk
sama dalam mencapai tujuan bersama yang berdasarkan kesepakatan prinsip dan
kesepakatan visi, misi, tujuan serta nilai yang sama, harus berbijak pada landasan
yang sama dan ketersedian untuk berkorban. Kemitraan pada dasarnya adalah
undang No. 12 Tahun 1992 telah menetapkan : 1) Pasal 47 ayat 3 “Badan usaha
11
diarahkan untuk kerja sama secara terpadu dengan masyarakat petani dalam
terciptanya kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan antara pengusaha
kerja sama antara usaha kecil dan usaha menengah atau dengan usaha besar
disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar
menguntungkan.
Pola kemitraan antara pengusaha besar dan pengusaha kecil atau koperasi
1. Inti plasma atau Perusahaan Inti Rakyat Hubungan kemitraan yang didalamya
usaha menengah atau usaha besar bertindak sebagai inti dan usaha kecil
hasil produksi.
komponen yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar sebagai
usaha besar memasarkan hasil produksi usaha kecil atau usaha kecil memasuk
kebutuhan yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar mitranya.
12
hasil dan pemasaran hasil bagi usahatani yang dibimbingnya (plasma) sambil
(remote).
baiknya dan menghasilkan output yang lebih besar dari biaya produksi yang telah
dikeluarkan.
Indonesia. Tanaman kelapa sawit yang membutuhkan ±4 liter air untuk tumbuh
dengan baik memiliki banyak kegunaan sebagai sumber energi alternatif seperti
biofuel, sebagai bahan makanan seperti mentega dan minyak goring, serta bahan
baku sabun dan detergen. Sehingga permintaan kelapa sawit diperkirakan akan
Sistem agribisnis kelapa sawit terdiri atas empat subsistem agribisnis yang
perkebunan kelapa sawit seperti benih, pupuk, pestisida, alat-alat dan mesin
sawit. Suatu keberhasilan usahatani kelapa sawit ditentukan oleh faktor yang
penyisipan kelapa sawit dan pemeliharaan tanaman. Produksi hasil pertanian (On-
farm) atau factor produski agribisnis hasil pertanian sering disebut korbanan
produk, maka diperlukan hubungan antara factor produksi agribisnis (input) dan
Subsistem yang ketiga adalah, subsistem agribisnis hilir kelapa sawit (down
setengah jadi (semi finish) maupun produk jadi (finish product) seperti oleokimia
15
dan produk turunan serta produk-produk berbahan baku kelapa sawit. Pola
pemasaran kelapa sawit dilihat dari pengusahaannya dapat dibagi menjadi tiga
Perkebunan Besar Swasta (PBS). Perkebunan kelapa sawit yang dikelolah oleh
rakyat yang memiliki luas lahan terbatas yaitu 1-10 ha, tentunya menghasilkan
Oleh karena itu, para petani harus menjual TBS melalui pedagang tingkat
desa yang dekat dengan lokasi kebun atau melalui KUD, kemudian berlanjut ke
pemasaran produk kelapa sawit pada perkebunan besar negara (PBN) dilakukan
perkebunan besar swasta (PBS), pemasaran produk kelapa sawit dilakukan oleh
masing-masing perusahaan.
agribisnis kelapa sawit mulai dari hulu sampai ke hilir, diperlukan beragam
Pada Agribisnis hulu, jasa keahlian yang disediakan Pusat Penelitian Kelapa
pupuk, agrootomotif, jasa pengujian mutu pupuk dan pestisida danlain-lain. Pada
PPKS. Sebagai lembaga R&D, PPKS juga menjadi sumber inovasiteknologi yang
dikeluarkan dalam suatu kegiatan demi menghasilkan produk. Tenaga kerja dapat
berasal dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga yang terdiri dari laki-laki,
Menurut Rahmi, Supardi dan Hastuti (2005: 33) penggunaan tenaga kerja dapat
diartikan sebagai tenaga kerja yang digunakan untuk mengelola usahatani secara
efektif. Usahatani memiliki dua skala yaitu berskala kecil dengan lahan sempit
yang menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan berskala besar dengan lahan
yang sangat luas yang menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga.
hal ini dikarenakan selain mahalnya teknologi mekanis, ada hal-hal tertentu yang
sangat berkaitan dengan tenaga manusia yang tidak dapat digantikan oleh
teknologi mekanik.
17
meggunakan tenaga kerja dalam keluarga untuk menekan biaya, disinilah peran
dengan tenaga kerja pada usaha di bidang lain. Ada empat karakteristik yang
membedakan tenaga kerja pada bidang usahatani yaitu: 1) kebutuhan akan tenaga
kerja tidak kontinu, 2) penyerapan tenaga kerja sangat terbatas, 3) tidak mudah
beragam dan sulit dipisahkan satu sama lain. Karakteristik tenaga kerja di atas
Menurut Mosher petani memiliki peran sebagai manajer, juru tanam dan
manusia biasa yang hidup dalam masyarakat. Petani harus mampu mengatur,
ekonomis karena petani memiliki peran sebagai juru tani. Selain itu, untuk
Menurut Abdi, Hasyim dan Ayu (2022:4) ada 2 sumber tenaga kerja dalam
usahatani yairu: 1) Family Labour (Tenaga kerja dalam keluarga) yaitu seluruh
tenaga kerja yang terdapat didalam keluarga, baik manusia, ternak, maupun tenaga
mesin. 2) Tenaga kerja luar keluarga (hired labour) yaitu tenaga kerja yang berasal
dari luar keluarga baik manusia, ternak maupun tenaga mesin. Pada ummnya
tenaga kerja terdiri dari petani beserta keluarganya dan tenaga kerja luar keluarga
yang memiliki peran sebagai tenaga kerja, tenaga kerja luar keluarga yang diupah
juga dibutuhkan. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan usahatani
kerja luar keluarga tergantung pada dana yang tersedia untuk membiayai tenaga
borongan, upah yang diberikan sesuai dengan perjanjian antara pemberi kerja
dengan pekerja tanpa memperhatikan lamamya waktu kerja. 2) Upah waktu, upah
yang diberikan berdasarkan lamanya waktu kerja. 3) Upah premi, upah yang
membutuhkan curahan fisik kerja yang cukup berat yang dimulai dari fajar hingga
19
siang hari. Kegiatan usahatani terdiri dari banyak kegiatan yang membutuhkan
ketrampilan yang berbeda. Kecakapan dan ketrampilan yang dimiliki oleh setiap
tenaga kerja juga sangat dipengaruhi oleh pembelajaran dan terutama pengalaman
dalam kurun waktu yang lama. Umur seseorang menentukan kinerja orang
tenaga kerja yang kuat. Tenaga kerja yang kuat sangat dipengaruhi oleh umur
jumlah anggota tenaga kerja dalam keluarga yang tersedia dibandingkan dengan
Dalam Abdi, Hasyim dan Ayu (2022:4) Satuan tenaga kerja dalam
1. Hari kerja pria (HKP) tenaga yang dikeluarkan satu pria dewasa per hari dalam
kegiatan usahatani.
2. Hari kerja wanita (HKW) adalah tenaga yang dikeluarkan oleh satu wanita
dewasa per hari dalam kegiatan usahatani yang nilainya setara dengan 0,8
HKP.
3. Hari kerja anak (HKA) adalah tenaga yang dikeluarkan oleh seorang anak per
4. Hari kerja ternak (HKT) adalah tenaga kerja yang dikeluarkan oleh satu ekor
hewan ternak (kerbau, lembu/sapi) per hari yang nilainya setara dengan 5 HKP.
20
5. Hari kerja mesin (HKM) adalah tenaga kerja yang dikeluarkan oleh satu unit
mesin yang setara denagn 25 HKP per hari penggunaannya dalam kegiatan
usahatani.
1. Tingkat teknologi
ekonomis, akan membutuhkan tenaga yang lebih banyak dari pada usahatani yang
masih subsisten.
Pengolahan tanah pada daerah dataran rendah dengan jenis tanah ringan
akan memerlukan tenaga yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan pengolahan
yakni faktor alam (curah hujan, iklim, kesuburan, jenis tanah), faktor jenis lahan
menggunakan tenaga kerja dan atau modal per satuan luas. Usahatani yang
dan intensif. Sedangkan suatu usahatani dikatakan ekstensif jika usaha tersebut
tidak banyak menggunakan tenaga kerja dan atau modal per satuan luas (memiliki
dipanen).
Pendapatan adalah seluruh penerimaan berupa uang, baik dari pihak lain
maupun hasil sendiri yang dinilai atas sejumlah uang atas dasar harga yang
berlaku saat ini. menurut Siagian (2002) pendapatan (Revenue) merupakan imblan
22
keuntungan (K) adalah selisih antara penerimaan total (PrT) dan biaya-biaya (B).
itu masih dapat ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila
Menurut Nicholson (2002), pendapatan usaha ada dua yaitu pendapatan total dan
(total revenue) dengan biaya total (total cost). Pendapatan tunai dihitung dari
diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang
sumber dari faktor ketidakpastian, sehingga bila harga dan produksi berubah maka
jual dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga, artinya harga akan
turun ketika produksi berlebihan. Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan
maupun semakin tinggi harga per unit produksi yang bersangkutan, maka
penerimaan total yang diterima produsen akan semakin besar. Sebaliknya jika
23
produk yang dihasilkan sedikit dan harganya rendah maka penerimaan total yang
(2010), faktor yang sangat penting dalam penerimaan adalah volume penjualan
atau produksi atau produksi dan harga jual. Penerimaan usahatani kelapa sawit
adalah hasil penjualan panen kelapa sawit yang dikurangi grading (sampah kelapa
sawit, air dan susut) sesuai dengan ketentuan setiap agen, gradong dapat dipotong
antara 5 hingga 10% dari hasil panen kelapa sawit. Dengan demikian total
TR = P x Q
Keterangan :
Menurut Nicholson (2002), biaya secara garis besarnya terdiri dari dua,
yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya dilihat dari segi waktu terbagi menjadi
dua yaitu biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang. Jangka pendek
keputusannya, pada tanaman kelapa sawit rakyat, tanaman baru mulai di panen
pada umur 4 tahun. Biaya yang diperlukan untuk membuka 1 ha lahan berisi 136
24
bibit kelapa sawit sejak awal pembukaan hingga perawatan TBM selama tiga
tahun.
1. Biaya investasi awal, seperti: pembukaan lahan, biaya bibit, serta biaya
3. Biaya panen atau biaya yang dikeluarkan untuk melancarkan segala aktivitas
untuk mengeluarkan produksi (TBS) atau hasil panen dari lapangan (areal)
keagen pengepul atau kepabrik seperti biaya tenaga kerja panen, biaya
TC = TFC + TVC
Keterangan :
penerimaan total (PrT) dan biaya-biaya (B). Analisis pendapatan berfungsin untuk
pendapatan dan apakah komponen itu masoh dapat ditingkatkan atau tidak.
keterangan yang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu
tertentu.
akan diperoleh apabila semua biaya yang telah dilakukan (Soekartawi, 1995).
1. Total Biaya
Menurut Soekartawi biaya total merupakan toal biaya sarana produksi yang
digunakan dalam usahatani, selama proses produksi berlangsung. Hal ini dapat
TC = TFC + TVC
Keterangan :
2. Total Penerimaa
perkalian antara jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual atau harga
TR = P x Q
Keterangan
3. Pendapatan
yang didapat dari total penerimaan terhadap total biaya, secara sistematis dapat
I = TR – TC
keterangan
Penelitian yang dilakukan oleh Khotimah dan Puri Pratami Ardina Ningrum
pada tahun 2021 yang berjudul "Analisis Perbandingan Pendapatan Petani Plasma
Kelapa Sawit Sebelum Dan Setelah Adanya Wabah Covid-19 Di Desa Pajar Indah
adalah untuk mengetahui pendapatan petani plasma kelapa sawit sebelum dan
petani plasma kelapa sawit sebelum dan setelah adanya wabah covid-19 di Desa
Pajar Indah Kecamatan Gunung Megang Kabupaten Muara Enim. Dari hasil uji t-
test menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar 0,00 ≤ t-tabel 1,699, artinya adanya
pada penelitian yang dilakukan oleh Mirna Khotimah dan Puri Pratami Ardina
Penelitian yang dilakukan oleh Rizal pada tahun 2019 yang berjudul
Sawit di Kecamatan Padang Tualang. Pada penelitian ini hasil R/C rata-rata
sebesar 2.04 yang menunjukkan bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan oleh
pendapatan usahatani kelapa sawit. Perbedaan keduanya yaitu dalam penelitian ini
usahatani swadaya sedangkan penelitian yang dilakukan oleh said rizal hanya
Penelitian yang dilakukan oleh Sukarman, Aida dan Lesmana pada tahun
2021 yang berjudul "Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit Pola Kemitraan Di Desa
28
usahatani kelapa sawit pola kemitraan di Desa Lamin Telihan. Hasil penelitian
Rp9.412.441,67 ha/tahun dan Nilai R/C ratio adalah 3,11 artinya usahatani kelapa
pendapatan usaha tani kelapa sawit dan menggunakan purposive sampling sebagai
swadaya sedangkan penelitian yang dilakulan oleh Ajura Sukarman, syarifah aida
dan dina lesmana ini adalah menganalisis biaya produksi, penerimaan, dan
batang hari tentunya ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh petani kelapa
sawit yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Input dan output yang
mencakup dalam biaya usahatani kelapa sawit plasma adalah biaya produksi yang
meliputi biaya tetap yakni investasi, fee koperasi, fee rumpun,simpanan wajib dan
pph, sedangkan biaya variabel meliputi biaya pupuk, pestisida, tenaga kerja baik
dari dalam keluarga maupun diluar keluarga. Biaya ushatani kelapa sawit swadaya
29
meliputi pajak tanah, dan biaya variabel meliputi pupuk, pestisida dan tenaga
usahatani pola swadaya karena, pada usahatani plasma produksi dan harga yang
diterima petani lebih besar dibandingkan usahatani swadaya. Hal ini dikarenakan
swadaya. Karena pada usahatani plasma biaya tetap yang dikenakan lebih banyak
adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya. Besarnya total biaya dan
luas lahan yang di gunakan sama, antara petani plasma dengan petani swadaya
terdapat perbedaan pendapatan karena total biaya produksi dan penerimaan yang
dari usahatani plasma dan swadaya dapat dilakukan komparasi untuk mengetahui
kelapa sawit petani plasma dengan petani swadaya. Secara sistematis kerangka
Penerimaan Penerimaan
2.4 Hipotesis
1. Total biaya produksi pada usahatani pola plasma lebih besar dibandingkan
swadaya.
III. METODE PENELITIAN
dengan produksi sawit terbanyak di kabupaten Batang hari. Selain itu, di Desa
Bungku juga merupakan desa yang terdapat petani plasma dan petani swadaya.
Objek yang akan diamati dalam penelitian ini adalah petani kelapa sawit dengan
pola plasma dan pola swadaya di Desa Bungku. Ruang lingkup ini terfokus untuk
mengetahui berapa besar pendapatan usahatani pola plasma dan pola swadaya,
serta untuk mengetahui apakah pendapatan petani plasma lebih tinggi dari pada
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal … 2022 sampai dengan tanggal .. 2022.
Adapun data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
7. Penerimaan (Rp)
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan cara observasi dan
data yang diperoleh dari berbagai literatur maupun instansi-instansi terkait yang
terstruktur secara langsung kepada petani plasma dan petani swadaya selaku
produksi kelapa sawit (kg/ha), Biaya tetap (Rp/ha), Biaya variabel (Rp/ha),
Total biaya (TC) (Rp), Harga tandan buah segar (TBS) (Rp/Kg), Penerimaan
(Rp), Jumlah tenaga kerja serta Data lain yang dianggap penting terhadap
penelitian.
3. Studi pustaka, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan cara mengkaji
dan menelaah studi kepustakaan untuk mendapat teori dan konsep yang bersal
usahataninya dengan pola plasma dan pola swadaya Penarikan sampel dalam
33
di Desa Bungku karena merupakan Desa yang memiliki petani plasma dan petani
swadaya. Jumlah populasi petani plasma yaitu 994 KK, sedangkan untuk jumlah
petani swadaya sebanyak 3280 KK. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan metode acak sederhana (simple random sampling method) yaitu
amggota yang ada dalam suatu populasi untuk dijadikan sampel (Siregar, 2017).
Semua individu sebagai petani plasma dan petani swadaya memiliki kesempatan
Yamane seperti yang tertuang didalam (Riduwan 2004 : 65) sebagai berikut :
N
n = N . d 2+1
Dimana :
n = Jumlah sampel
N= Jumalah populasi
N
n=
N . d 2+1
994
n=
994.0 .22+1
994
n= = 24,38 ( 24 sampel )
994.0 .04+1
34
N
n = N . d 2+1
3280
n = 3280.0,22+1.
3280
n = 3280.0,04+1 = 24,81 (25 sampel)
Metode analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
pertama yaitu untuk menghitung berapa besar pendapatan usahatani pola plasma
pendapatan usahatani petani Plasma lebih tinggi dari pada petani Swadaya di Desa
biaya seperti biaya tenaga kerja, investasi. Analisis pendapatan digunakan untuk
diperoleh.
35
TR = Q – P
Dimana :
TC = TFC + TVC
Dimana :
Pd = TR – TC
Dimana:
Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan analisis statistic uji beda dua
nilai tengah (independent sample t-test) dengan uji satu arah yang digunakan
untuk penelitian yang membandingkan dua variabel. Dimana jumlah sampel tidak
sama maka digunakan t-test dengan polled varians. Metode analisis ini digunakan
36
pengujian teknik statistic t-test. Secara sistematis dapat dituliskan dalam rumus
berikut ini :
X̅͞ ₁−X̅͞ ₂
t=
Keterangan :
√ ( n ₁−1 ) S 21 + ( n ₂−1 ) S 22 1 1
n1 +n2 −2
( + )
n₁ n₂
Dimana:
Ho = μ1 ≥ μ2
H1 = μ1 ≤ μ2
Keterangan :
sawit swadaya.
1. Biaya produksi adalah penjumlahan dari dua jenis biaya dalam proses
produksi yaitu biaya tetap dan biaya variabel (biaya tidak tetap) dan
2. Biaya total adalah semua biaya yang digunakan dalam usahatani kelapa
sawit yang dijalankan yang terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel
3. Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa
terpengaruh oleh tingkat aktivitas dan biaya bunga modal investasi yang
4. Biaya Variabel adalah adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh
volume produksi. Terdiri dari biaya bahan baku, bahan penolong, dan
5. Penerimaan adalah hasil kali antara jumlah produksi dengan harga jual
6. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dan biaya total dalam
penjualan dengan total biaya yang diukur dalam satuan rupiah (Rp/bulan).
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS). 2019. Statistik Kelapa Sawit Indonesia. Indonesia :
Badan Pusat Statistik. Diakses pada 21 Desember 2021. Dalam:
https://www.bps.go.id/publication/2020/11/30/36cba77a73179202def4ba1
4/statistik-kelapa-sawit-indonesia-2019.html
Badan Pusat Statistik (BPS). 2020. Statistik Kelapa Sawit Indonesia. Indonesia :
Badan Pusat Statistik. Diakses pada 2 februari 2022.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. 2021. Provinsi Jambi Dalam Angka. Jambi:
CV. Dharmaputra. Diakses Pada 22 Desember 2021. Dalam
https://jambi.bps.go.id/publication/2021/02/26/eb5974fa96bbeeb4f4dac89
c/provinsi-jambi-dalam-angka-2021.html
Fauzi, Y., Y. Erma. Widyastuti, I. Satyawibawa Dan R. Hartono. 2005. “Kelapa
Sawit”. Jakarta: Penebar Swadaya
Junaidi. 2016. “Analisis Pendapatan Usaha Tani Kelapa Sawit Di Desa Panton
Pange Kecamatan Tripa Makmur Kabupaten Nagan Raya”. Aceh: Skripsi:
Fakultas Pertanian. Universitas Teuku Umar
Kotimah Mirna, dan Ningrum puri pratami ardina. 2021. “Analisis Perbandingan
Pendapatan Petani Plasma Kelapa Sawit Sebelum Dan Setelah Adanya
Wabah Covid-19 Di Desa Pajar Indah Kecamatan Gunung Agung
Kecamatan Muara Enim”. Jurnal: Fakultas Pertanian: Universitas
Muhammadiyah Palembang. P-ISSN: 2301-41180, E-ISSN: 2549-8509
Murdian, 2020. “Analisis Pola Kemitraan PT. Perkebunan Lembah Bakti (Astra
Agro Lestari TBK) dengan Petani kelapa sawit Rakyat di Desa blok 30,
Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Selatan” Skripsi : Fakultas
Pertanian. Universitas Muhamadiyah Sumatra Utara
39
40
Riana, Fitri Dina. 2012. “Tenaga Kerja Dalam Usahatani”. Jurnal: Manajemen
dan analisis agribisnis: Universitas Brawijaya
Saeri Moh. 2018. “Usahatani Dan Analisisnya”. Jawa Timur: UNIDHA Press