Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL

PERENCANAN SUB TERMINAL AGRIBISNIS


KABUPATEN PULAU TALIABU
PROVINSI MALUKU UTARA

KURNIAWAN

(034 2018 0033)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
HALAMAN PENGESAHAN

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, dan tak lupa pula sholawat serta salam tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal ini.

Dalam penyusunan proposal ini dengan berjudul “Perencanaan Sub


Terminal Agribisnis Kabupaten Pulau Taliabu Provinsi Maluku Utara)” di
buat untuk melengkapi tugas yang wajib di laksanakan demi penunjang nilai
pendidikan dalam Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muslim
Indonesia 2022.

Dalam penyelesaian penulisan ini banyak rintangan dan hambatan yang


penulis temukan. Dengan segala keterbatasan yang ada, penulisan ini dapat
diselesaikan dan diharapkan dapat memenuhi persyaratan penulisan proposal pada
Jurusan Arsitektur Unversitas Muslim Indonesia, serta lebih jauh lagi penulis
berharap penulisan ini dapat memberi arti bagi perkembangan profesi arsitek pada
umumnya dan mahasiswa arsitektur pada khususnya.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak. Dan penulis berharap agar proposal ini dapat bermanfaat.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 13 Mei 2022

Kurniawan
034 2018 0033

i
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................ii

KATA PENGANTAR..............................................................................................iii

................................................................................................................................ iii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................5

C. Tujuan dan Sasaran...................................................................................6

D. Lingkup Pembahasan.................................................................................6

E. Sistematika Penulisan.................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................8

A. Tinjauan Perancangan Sub Terminal Agribisnis (STA)........................8

1. Tinjauan Perdangangan.......................................................................9

2. Tinjauan Pasar...................................................................................12

3. Tinjauan Agribisnis...........................................................................17

B. Tinjauan Bangunan Sehat.......................................................................18

C. Tinjauan Bangunan Sejenis.....................................................................20

1. Pusat Perdagangan Agro (PUSPA AGRO)......................................20

2. Sub Terminal Agribisnis Jetis Kabupaten Semarang.......................23

BAB III METODE PERANCANGAN..............................................................25

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................26

i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Mekanisme Pengembangan Sub Terminal Agribisnis.........................9
Gambar 2. 2 Mekanisme Pengembangan Sub Terminal Agribisnis.........................9
Gambar 2. 3 Puspa Agro..........................................................................................20
Gambar 2. 4 Fasilitas Umum....................................................................................21
Gambar 2. 5 Fasilitas Penunjang PUSPA AGRO...................................................22
Gambar 2. 6 Fasilitas Penunjang PUSPA AGRO...................................................22
Gambar 2. 7 Sub Terminal Agribisnis Mantung,...................................................23
Gambar 2. 8 Site Plan Sub Terminal Agribisnis Jetis.............................................24
Gambar 2. 9 Area Bongkar Muat.............................................................................24

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan di sektor pertanian mengalami


pertumbuhan dan kinerja ekspor yang menggembirakan di tengah pandemi pada
2020. Sektor pertanian menjadi salah satu sandaran untuk pertumbuhan
perekonomian. Liputan6.com - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), (Suhariyanto,
2021). Berdasarkan data BPS, tujuh sektor pada tahun lalu mengalami pertumbuhan
dengan salah satunya adalah pertanian.

Sektor pertanian selama pandemi tumbuh 1,75 persen, meskipun sedikit


melambat dibandingkan 2019. Dari sub-sektor pertanian mengalami kontraksi yaitu
peternakan minus 0,33 persen serta kehutanan dan penebang kayu minus 0,33
persen. Sisanya tumbuh positif yaitu tanaman pangan, tanaman hortikultura,
perkebunan, jasa pertanian dan perburuan, serta perikanan. Total ekspor Indonesia
pada 2020 mengalami kontraksi minus 2,61 persen dibandingkan 2019. Sementara
ekspor sektor pertanian justru tumbuh 14,03 persen, lebih besar dari pada industri
dengan pertumbuhan 2,94 persen dan pertambangan minus 20,7 persen. Ini
menggembirakan meskipun dangan catatan agak melambat dibandingkan 2019.
Kalau sektor pertanian mengalami kontraksi maka pertumbuhan ekonomi Indonesia
akan mengalami kontraksi sangat dalam, karena besarnya kontribusi sektor
pertanian terhadap ekonomi, (Suhariyanto Rabu 17/2/2021). Indonesia memiliki
beragam Daerah salah satu Daerah yang mengalami keunggulan pertumbuhan
ekonomi dalam sektor pertanian, yaitu Daerah Kabupaten Pulau Taliabu Provinsi
Maluku Utara.

Sebagaimana Saat ini, Daerah Kabupaten Pulau Taliabu Provinsi Maluku


Utara telah menunjukkan perkembangan ataupun keunggulan besar dalam sektor
pertanian. Dalam kurun tahun 2014 - 2018, laju pertumbuhan ekonomi teringgi
dicapai oleh Kabupaten Halmahera Selatan, yaitu sebesar 15.36 persen, diikuti oleh
Kabupaten Pulau Taliabu dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 12,06 persen
(sumber BPS Provinsi Maluku Utara Tahun 2019).

1
Dengan demikian kedua Kabupaten mencapai laju pertumbuhan ekonomi di
atas laju pertumbuhan ekonomi Maluku Utara. Nilai PDRB Kabupaten Pulau Taliabu
Provinsi Maluku Utara Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) selama periode 2015-2018 selalu
mengalami kecenderungan peningkatan. Nilai PDRB ADHB Kabupaten Pulau Taliabu Provinsi
Maluku Utara pada tahun 2018 telah mencapai 8.137.112 (juta rupiah). Secara nominal nilai
PDRB ADHB Kabupaten Pulau Taliabu bagian lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan ini mengalami kenaikan sebesar 662.453 (juta rupiah) di bandingkan dengan tahun
2017 yang baru mencapai 7.474.659 juta rupiah (sumber Badan Pusat Statistik Kepulauan Sula
2019). Kabupaten Pulau Taliabu Provinsi Maluku utara mencatat laju pertumbuhan
ekonomi di sektor pertanian yang cukup memuasakan, yaitu rata-rata 60,65% per
tahun dengan perkembangan hasil pertanian. (sumber Badan Pusat Statistik Kepulauan
Sula 2019).

Masalah selanjutnya yaitu mengenai pola pikir yang berdampak pada


generasi muda. Sektor pertanian yang sejatinya memiliki prospek yang menjajikan
jika dikelolah dengan baik belum mampu menarik perhatian muda untuk terjun
didalamnya. Masalah yang sering dihadapi adalah dalam segi pemasaran hasil
pertanian yaitu dengan minimnya jaringan pasar sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada petani. Selain itu persaingan pasar yang memicu kendala pemasaran
yang serius untuk petani lokal. Melunjak hasil tani tersebut tidak didukung dengan
ketersediaan sarana pertanian yang cukup memadai sehingga petani memasarkan
hasil tani tidak secara optimal atau terbatas.

Kabupaten Pulau Taliabu Provinsi Maluku Utara memiliki permasalahan


yang sama terutama dibidang pertanian umummnya terkait masalah permodalan
dan pasar. Sekalipun petani baik secara sendiri - sendiri maupun kelompok telah
mampuh melakukan upaya produksi dengan baik dan efisien namun pada
kenyataannya hasil usaha yang dinikmati oleh para petani pada umumnya belum
cukup optimal. Salah satu sebabnya yang utama adalah karena belum terbangunnya
Sub Terminal Agribisnis sehingga subsistem pemasaran belom terorganisir secara
baik dan menguntukan sesama.

2
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.273/kpts/OT.160/4/2007,
kelompok tani adalah kumpulan petani atau peternak atau pekebun yang dibentuk
atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi, lingkungan (sosial, ekonomi,
sumber daya) dalam keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggota. Kelompok tani diarahkan untuk pemberdayaan petani agar dapat mandiri,
dan mampu menerapkan inovasi serta dapat berfungsi sebagai kelas belajar
mengajar, hingga membuat petani mendapatkan keuntungan yang besar dan
membuat petani menjadi lebih sejahtera.

Kabupaten dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tertinggi pada


Agustus 2018 adalah Pulau Taliabu, yaitu mencapai 73,75 persen atau meningkat
2,93 persen poin dari TPAK periode yang sama tahun sebelumnya. Dari 5.156.15
orang yang bekerja di Provinsi Maluku Utara pada Agustus 2018, lebih dari 45
persen bekerja di lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Bahkan
pada tahun 2018 terjadi peningkatan sebesar 5,01 persen dari periode yang sama
pada tahun sebelumnya. Namun di bandingkan pada tahun 2014, presentase
penduduk yang bekerja pada lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
telah turun sebesar 6,78 persen. (BPS, Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Maluku
Utara, Agustus 2019).

Pertanian di masa pandemi mendapat respon positif salah satunya di Harian


Kompas (22/02/2021) yang menulis artikel bertajuk “Terima Kasih Petani”. Judul
tersebut tentu tidak berlebihan karena di masa pandemi pemerintah dan masyarakat
patut berterima kasih atas kerja keras petani, peternak, pembudidaya, nelayan dan
para pelaku usaha di sektor pertanian. Di saat Sebagian sektor lainnya terpuruk,
justru pertanian hadir menjadi penyelamat perekonomian nasional.

Sub Terminal Agribisnis merupakan infrastruktur pemasaran sebagai tempat


transaksi jual beli hasil-hasil pertanian baik transaksi yang terletak di sentra
produksi. Dengan demikian, penekanannya adalah bahwa STA merupakan sarana
pemasaran yang dilakukan oleh produsen (Tanjung, 2001).

3
Sasaran utama pembangunan Sub Terminal Agribisnis (STA) pada dasarnya
adalah untuk menigkatkan nilai tambah bagi petani dan pelaku pasar, disamping
untuk mendidik petani untuk memperbaiki kualitas produknya sekaligus mengobah
pola pikir ke arah agribisnis serta menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah
disamping untuk mengembangkan akses pasar (Badan Agribisnis Departemen
Pertanian, 2000, Sukamadinata, 2001).

Sub terminal Agribisnis (STA) merupakan perwujudan atas fenomena yang


selama ini berkembang dalam tatanan pemasaran komoditas pertanian dan
sekaligus sebagai bagian dari rangkaian agribisnis, dimana selama ini pemasaran di
pedesaan lahir untuk memenuhi kebutuhan sosial masyarakatnya. Sifatnya tidak
linier, namun cenderung merupakan kebutuhan individu anggotanya, berupa:
kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan hubungan sosial, pengakuan, dan
pengembangan pengakuan. Manfaat utama lembaga adalah mewadahi kebutuhan
salah satu sisi kehidupan sosial masyarakat, dan sebagai komoditas pertanian pada
umumnya mempunyai mata rantai yang panjang, mulai dari petani produsen,
pedagang pengumpul, pedagang besar hingga mengakibatkan kecilnya keuntungan
yang diperoleh oleh petani serta konsumen membayar lebih mahal dari harga yang
selayaknya ditawarkan sehingga biaya pemasaran (marketing cost) dari produsen
ke konsumen menjadi cukup tinggi (Setiajie, 2004).

Wilayah Kabupaten Pulau Taliabu menempati sebuah pulau yang dikelilingi


beberapa pulau kecil di wilayah Provinsi Maluku Utara dengan luas wilayah
1.507.78 km², sisanya seluas ±738,1 km² adalah daratan. Secara geografis,
kabupaten ini lebih mudah diakses melalui Luwuk atau Banggai Kepulauan
(Sulawesi Tengah) dibanding dari ibukota Provinsi Maluku Utara (Ternate). Pulau
Taliabu pada awalnya merupakan kawasan yang didominasi oleh kawasan hutan
primer, namun seiring dengan perkembangan usaha ekonomi daerah melalui
pemanfaatan hutan, maka sebagian besar hutan yang mendominasi kawasan Pulau
Taliabu adalah hutan sekunder. Hutan pimer hanya terdapat secara terbatas di
bagian selatan Kecamatan Taliabu Utara, bagian utara Taliabu Selatan dan bagian
barat Kecamatan Tabona. Sebagian besar kawasan pesisir merupakan kawasan

4
pertanian lahan kering (perkebunan) dan beberapa areal merupakan lahan terbuka
non-produktif. Lahan pertanian kering atau perkebunan didominasi oleh tanaman
cengkeh, kelapa, dan kakao.

Dari hasil Dinas Pertanian diketahui bahwa Kabupaten Pulau Taliabu 2018,
memiliki jumlah luas panen Jagung sebesar 163 Ha, Kacang Tanah 10 Ha, Kacang
Hijau 3 Ha, Ubi Kayu 1.532 Ha, Ubi Jalar 37 Ha. (Dinas Pertanian melalui laporan
statistic pertanian tanaman pangan palawijaya, 2019). Tercatat juga bahwa luas
tanaman perkebunan di Kabupaten Pulau Taliabu 2018, yaitu perkebunan Kelapa
dengan luas 12.041 Ha dengan hasil produksi Kelapa sebesar 8.471.150 ton,
sedangkan Kakao memiliki luas 3769 Ha dengan hasil produksi Kakao 1.115.130
ton. (Dinas Pertanian Kabupaten Pulau Taliabu). Luas panen produksi dan rata-rata
produksi sayuran di Kabupaten Pulau Taliabu tahun 2018, memiliki luas panen 154
Ha, dan produksi Sayuran sebesar 2.866.02 ton. (Dinas Pertanian Melalui Survei
Pertanian Hortikultura 2019).

Melihat potensi yang ada di Kabupaten Pulau Taliabu, yang dapat mendorong
berkembangnya pasar lintas kota atau daerah dan sebagai pemasok produk-produk
pertanian lainnya bagi masyarakat atau wilayah sekitarnya. Maka dapat dibentuklah
sebuah Lembaga pemasaran yang lebih besar sehingga bisa menjadi salah satu
sumber pendapatan asli daerah. Lembaga pemasaran yaitu Sub Terminal
Agribisnis.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang
diangkat dalam kajian Arsitektur sehingga menjadi rumusan masalah sebagai
berikut :

1. Bagaimana konsep perancangan pada fasad Sub Terminal Agribisnis


yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan dapat menunjang
aktivitasnya. ?
2. Bagaimana rancangan pengelompokkan/zonasi tatanan massa pada Sub
Terminal Agribisnis. ?

5
C. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan Pembahasan
a. Untuk mengetahui konsep Perencangan pada fasad Sub Terminal
Agribisnis Kabupaten Pulau Taliabu Provinsi Maluku Utara yang
sesuai dengan kondisi lingkungan dan dapat menunjang
aktivitasnya.
b. Untuk mengetahui rancangan pengelompokkan/zonasi tatanan
massa pada Sub Terminal Agribisnis Kabupaten Pulau Taliabu
Provinsi Maluku Utara.
2. Sasaran Pembahasan
Merencanakan hasil rancangan menjadi sebuah perencanaan yang tepat
sesuai fungsi dan beberapa aspek pendukung yang sudah menjadi
pertimbangan dalam perencanaan “Sub Terminal Agribisnis Kabupaten Pulau
Taliabu Provinsi Maluku Utara” agar menjawab semua masalah yang terdapat
pada rumusan masalah.

D. Lingkup Pembahasan
1. Lingkup Subtansial
Lingkup pembahasan meliputi suatu hal yang berkaitan dengan
Perencanaan Sub Terminal Agribisnis Kabupaten Pulau Taliabu Provinsi
Maluku Utara. Titik berat perencanaan ini adalah yang berkaitan dengan
disiplin ilmu arsitektur. Sedangkan hal-hal yang diluar ilmu arsitektur yang
mempengaruhi penulisan, latar belakang dan factor-faktor perencanaan akan
dibatasi serta dipertimbangkan, tanpa dibahas secara mendalam demi focus
pada tujuan pembahasan.
2. Lingkup Spasial
Daerah Perencanaan Sub Terminal Agribisnis ini terdapat pada jalan
Bobong, Kec. Fangahu, Kabupaten Pulau Taliabu Provinsi Maluku Utara.

E. Sistematika Penulisan
1. Sistematika Penulisan

6
Sistematika penulisan dari proposal ini terdiri dari 3 (tiga) bab, yang
terdiri dari sebagai berikut :

PENDAHULUAN BAB I

Bab pendahuluan ini terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Maksud
dan Tujuan dan Sasaran Pembahasan, Lingkup Pembahasan dan Metode dan
Sistematik Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memuat tentang kajian literature serta hasil studi terdahulu yang
relevan dengan pembahasan ini. Selain itu pada bab ini juga akan dibahas
mengenai pedoman yang dipakai dalam penyusunan tugas akhir ini.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini memuat tentang metode yang dipakai dalam penelitian ini termasuk
pemilihan lokasi penelitian, pengumpulan data yang relevan dengan
penelitian ini dsn langkah penelitian analisis data

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Perancangan Sub Terminal Agribisnis (STA)
Sub Terminal Agribisnis (STA) menurut Direktorat Jenderal Pengelolaan dan
Pemasaran Hasil Pertanian (2015) merupakan suatu tempat atau sarana pemasaran
yang dibangun secara spesifik untuk melayani dan melaksanakan kegiatan
distribusi dan pemasaran hasil pertanian petani atau pelaku usaha pertanian dari
sumber produksi ke lokasi tujuan pemasaran. Tujuan dibentuknya Sub Terminal
Agribisnis (STA) menurut Direktorat Jendral Hortikultura tentang Petunjuk Teknis
Pengelolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura (2019) adalah untuk menyediakan
fasilitas, pembinaan, pengawalan, dan pendampingan, serta bimbingan
pengembangan pemasaran komoditas hortikultura, meningkatkan dan menguatkan
akses pemasaran komoditas hortikultura tingkat farm gate, pasar domestik, dan
Internasional, memperkuat kelembagaan pemasaran pada tingkat farm gate, serta
mengembangkan dan mengoptimalkan pelayanan informasi pemasaran komoditas
hortikultura.

Sub Terminal Agribisnis Merupakan Suatu lembaga pemasaran hasil


pertanian yang berada pada sentra produksi pertanian yang dilengkapi dengan
sarana atau prasarana penanganan pasca panen, sistem informasi dan distribusi
komoditas pertanian. (Departemen Pertanian, 2004).

Perancangan merupakan Penggabungan berbagai unsur ruang untuk


menampung suatu proses kegiatan sehingga menghasilkan suatu keseluruhan yang
lebih kaya dan bermakna. Atau aktifitas kreatif menuju sesuatu yang baru dan
berguna yang tidak ada sebelumnya. (Soewondo b. Soetedjo).

Sedangkan sasaran Perancangan Sub Terminal Agribisnis adalah


merencanakan fasilitas yang mewadahi segala aktivitas perdagangan pada tingkat
petani baik pemasaran maupun distribusi serta sarana dan prasarana penunjang
lainnya.

8
Gambar 2. 1 Mekanisme Pengembangan Sub Terminal Agribisnis
Sumber : Departemen Pertanian, 2004

Gambar 2. 2 Mekanisme Pengembangan Sub Terminal Agribisnis


Sumber : Departemen Pertanian, 2004

1. Tinjauan Perdangangan
Perdagangan Merupakan proses tukar menukar barang dan jasa dari
suatu wilayah dengan wilayah lainnya, kegiatan sosial ini muncul karena
adanya perbedaan kebutuhan dan sumber daya yang dimiliki. (Bambang
Utoyo).

Menurut Marwati Djoenoed, perdagangan adalah kegiatan ekonomi


yang mengaitkan antara para para produsen dan konsumen; sebagai kegiatan

9
distribusi perdagangan menjamin peredaran, penyebaran, dan penyediaan
barang melalui mekanisme pasar.

Menurut Boediono (1992), Perdagangan atau pertukaran dilakukan oleh


penduduk suatu Negara dengan penduduk Negara lain, bukan antar Negara
dengan Negara lain. Penduduk yang dimaksud bisa warga biasa (indvidu),
bisa sebuah perusahaan ekspor-impor, bisa perusahaan industri dan
perusahaan negara. Perdagangan luar negeri hanyalah istilah kependekan dari
kegiatan pertukaran antar penduduk suatu Negara dengan penduduk di
Negara lain.

Menurut Bromley dan Thomas (Teori Pengembangan Wilayah Kota),


ada empat faktor yang mempengaruhi pemilihan suatu lokasi pusat
perdagangan salah satunya aksesibilitas ke tempat permukiman (lainnya
reputasi, bentuk fisik dan aksesibilitas ke tempat non komersial) yaitu :

a. Transpotasi, meningkatnya kesejahteraan penduduk sangat


memungkinkan untuk memiliki kendaraan, sehingga dapat
melakukan pergerakan dalam jarak yang relatif jauh, dengan adanya
kemacetan di pusat-pusat kota maka timbul kecenderungan adanya
perubahan dalam berbelanja ke daerah pinggiran.
b. Perubahan Spasial dan Populasi, adanya kebijaksanaan pemerintah
yang lebih menekankan perkembangan ke arah pinggiran karena
pusat kota telah jenuh, menyebabkan banyak fasilitas perdagangan
dibangun di pinggiran dengan tujuan untuk lebih dekat dengan
konsumen.
c. Perubahan karakteristik pekerja.
d. Perubahan Gaya Hidup, dimana kegiatan berbelanja dijadikan
sarana berekreasi.

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan perdagangan


seperti yang dijelaskan oleh Sukirno (2002) adalah Memperoleh barang yang
tidak diproduksi di daerah yang bersangkutan. Pengalaman empirik

1
membuktikan bahwa tidak ada daerah yang mampu menghasilkan sendiri
semua barang yang dibutuhkan oleh penduduknya, sehingga konsumen lokal
harus berupaya memperoleh atau membeli barang kebutuhan tersebut dari
daerah lain. Dengan demikian, kegiatan perdagangan memberi manfaat
berupa peluang atau kesempatan bagi konsumen untuk memenuhi
kebutuhannya terhadap barang yang tidak diproduksi di daerah setempat.

Berdasarkan klasifikasi, Perdagangan memiliki standar kegiatan yang


secara umum dalam segi standar bangunan ditetapkan sebagai acuan teknis
yang diperlukan dalam mengatur dan mengendalikan tata bangunan, dalam
hal ini meliputi : inteinsitas pemanfaatan lahan, garis sempadan bangunan,
arsitektur dan lingkungan serta tata bangunan. Adapun tujuan standar
bangunan pusat perdagangan antara lain bangunan pusat perdagangan
dibangun berdasarkan ketentuan tata guna yang telah ditetapkan sehingga
selain memenuhi fasilitas dan kelengkapan bangunan yang seharusnya ada,
juga memberikan rasa nyaman dan aman bagi para pengguna, masyarakat dan
lingkungan serta tidak menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan.
(Standar Kebutuhan Ruang Fasilitas Perdagangan Menurut Ditjen PU Cipta
Karya).

a. Intensitas Pemanfaatan Lahan


Batasan yang termasuk intensitas pemanfaatan lahan adalah
koefesien dasar bangunan (KDB), koefisien lantai bangunan (KLB),
koefesien dasar hijau (KDH). Penerapan batasan intensitas
bangunan mengacu pada peraturan yang berlaku pada kawasan
komersil setempat. Koefesien dasar bangunan adalah suatu nilai dari
hasil perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan dan uas
perencanaan yang hasilnya dinyatakan dalam persen. Koefisien
lantai bangunan adalah nilai hasil pebandingan sementara seluruh
lantai bangunan dan luas daerah perencanaan. Sedangkan koefisien
dasar hijau adalah nilai hasil pengurangan anatara luas daerah

1
perencanaan dengan luas proyek dan tapak basement dibagi luas
daerah perencanaan.
b. Tata Bangunan
Pengendalian terhadap ketinggian maksimal bangunan dimaksudkan
untuk memberi skala yang manusiawi terhadap pejalan kaki dan
memberi kesempatan sinar matahari masuk kedalam kawasan
sehingga tidak lembab, batasan ketinggian bangunan tergantung
pada daya dukung dan daya tampung lahan, intensitas pemanfaatan
lahan, serta potensi sarana atau prasarana lingkungan yang
bersangkutan. Batasan ketinggian bangunan seringkali didasari atas
pertimbangan estetika, faktor keselamatan udara atau penerbangan
dan keselamatan bangunan akan bencana.
c. Kelengkapan Bangunan
Kelengkapan bangunan pusat perdagangan ini meliputi hal-hal
berikut :
1). Beragam jenis dagangan, jasa, dan hiburan yang ditawarkan.
2). Ruang parkir tersedia sesuai dengan standar kebutuhan ruang
parkir.
3). Signage (papan informasi) tersedia pada tempat yang
membutuhan orientasi yang jelas seperti di luar bangunandalam
tapak, entrance, dekat tangga, blok retail dsb.
4). Kebutuhan pengunjung akan fasilitas hiburan dan rekreasi
terpenuhi untuk bersantai dan bersosialisasi. Kebutuhan
pengunjung akan fasilitas penunjang tersedia dan tersedia
dengan baik dalam penataan ruang.

2. Tinjauan Pasar
Pasar adalah bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan
transaksi ekonomi yaitu membeli atau menjual barang dan jasa atau sumber
daya ekonomi atau factor produksi lainnya.

1
Pengertian pasar menurut KBBI adalah tempat orang berjual beli.
Definisi lainnya menurut KBBI, pasar adalah kekuatan penawaran dan
permintaan, tempat penjual yang ingin menukar barang atau jasa dengan uang
dan pembeli yang ingin menukar uang dengan barang atau jasa.

Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur,


hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan
tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa dijual
dengan menggunakan alat pembayaran yang sah. Kegiatan ini merupakan
bagian dari perekonomian.

a. Ciri-ciri Pasar
1). Adanya calon pembeli dan penjual
2). Adanya jasa maupun barang yang akan diperjual belikan.
3). Adanya proses penawaran dan permintaan oleh kedua pihak.
4). Adanya interkasi antara pembeli dan penjual baik langsung
ataupun tidak langsung.
b. Klasifikasi Pasar
1). Pasar Tradisional
Pasar tradisional Pasar Tradisional ialah salah satu jenis pasar
yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah pusat, pemerintah
daerah, BUMN, BUMD dan pihak swasta yang tempat usahanya
berupa kios, toko, tenda yang dimiliki dan dikelola oleh
pedagang kecil, menengah, koperasi atau swadaya masyarakat
yang proses jual belinya dilakukan lewat proses tawar menawar.
(Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007).

 Ciri-ciri Pasar Tradisional


 Kekayaan alam dan tenaga fisik merupakan barang dan
jasa yang diperdagangkan.
 Pemerintah tidak ikut campur secara langsung dalam
pasar dan hanya bertugas untuk menjaga ketertiban
umum.

1
 Produksi dilakukan oleh rumah tangga dan disesuaikan
dengan kebutuhan serta kemampuannya.
 Adanya tawar menawar terhadap harga barang.
 Rasa tolong menolong dan kekeluargaan sangat tampak
dan kehidupan masyarakatnya.
 Teknik produksi dipelajari secara turun-temurun dari
generasi ke generasi.
 Terikat dengan budaya dan tradisi dalam masyarakat.
 Tidak ada monopoli oleh satu produsen tertentu.
 Produsen baru dapat masuk dengan mudah ke pasar.
 Pelayanan dan harga merupakan hal yang paling
mempengaruhi penjualan, promosi dan inovasi tidak
terlalu berpengaruh.
 Kelebihan Pasar Tradisional
 Tidak ada kesenjangan ekonomi antar pelaku ekonomi
dalam pasar.
 Tidak ada monopoli dalam pasar.
 Kegiatan ekonomi dalam pasar didasarkan atas kejujuran.
 Kekeluargaan yang kuat dalam masyarakat.
 Pemerintah tidak bisa masuk dan ikut campur secara
langsung dalam pasar.
 Produsen baru bisa masuk ke pasar dengan mudah.
 Kekurangan Pasar Tradisional
 Pertumbuhan ekonomi cenderung lambat
 Karena inovasi dan promosi tidak terlalu berpengaruh,
kualitas barang sulit untuk meningkat dan motivasi
masyarakat untuk maju kurang.
 Barang dan jasa yang ditawarkan terbatas karena sangat
bergantung pada hasil kekayaan alam.
 Tidak ada standar baku dalam pengukuran nilai suatu
barang.

1
 Perubahan dianggap tabu karena sangat terikat dengan
budaya.
2). Pasar Modern
Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional,
namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi
secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang
tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan
pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau
dilayani oleh pramuniaga. (Menurut Hutabarat 2009).

 Ciri-ciri Pasar Modern


Adapun ciri-ciri pasar modern diantaranya yaitu :
 Tidak terjadi transaksi langsung (tatap muka) antara
penjual dengan pembeli.
 Harga untuk barang tidak bisa ditawar.
 Tempatnya bersih dan nyaman.
 Pelayanan yang baik dan memuaskan.
 Tata ruang yang rapi dan terstruktur sehingga konsumen
dengan mudah menemukan barang yang dicari.
 Memiliki karyawan yang bertugas membantu konsumen
dalam kegiatannya di pasar.
 Pemerintah tidak ikut campur secara langsung dalam
kegiatan ekonomi.
 Kelebihan Pasar Modern
Barang yang diperdagangkan di pasar modern harus
memenuhi standar tentu sehingga kualitasnya terjamin. Jika
ada barang yang tidak laku atau kualitasnya menurun
misalnya seperti sayuran, maka penjual akan berusaha
membuat usaha yang menarik minat pengunjung atas barang
tersebut, contohnya dengan memberikan potongan harga
(diskon) besar-besaran.

1
 Kekurangan Pasar Modern
Karena memiliki banyak keunggulan yang tidak dimiliki oleh
pasar tradisional, konsumen mulai pindah dan lebih
menyukai belanja di pasar modern. Tentu saja hal ini akan
berdampak pada pasar tradisional yang semakin hari
peminatnya semakin berkurang. Konsumen mulai banyak
yang pindah ke pasar modern, menyebabkan penghasilan
pedagang atau penjual di pasar tradisional akan menurun.
Sebagian besar pedagang pasar tradisional merupakan kaum
menengah ke bawah, sedangkan pemilik mall, supermarket,
dan lainnya adalah kaum menengah ke atas. Hal tersebut
akan membuat yang kaya semakin kaya dan yang miskin
semakin miskin.

3). Pasar Berdasarkan Tingkatannya (Wirnadi, 1962 : 182)


 Pasar Dunia yaitu pasar yang keseluruhan permintaan dan
penawaran yang berhubungan satu sama lainnya meliputi
seluruh dunia.
 Pasar Regional atau Pasar Induk, yaitu pasar yang
mempunyai fungsi pelayanan regional dan lokal serta sistem
transaksinya secara borongan.
 Pasar Lokal atau Pasar Lingkungan, yaitu memiliki fungsi
pelayanan lingkungan sekitar pasar dan transaksinya eceran.

Memperluas pasar bagi produk yang dihasilkan oleh suatu daerah. Ada
beberapa daerah yang dapat menghasilkan suatu barang tertentu dalam
jumlah yang banyak, lebih banyak dari jumlah yang dibutuhkan oleh
penduduknya. Apabila kelebihan produksi tersebut dijual atau dipasarkan
kedaerah lain kemungkinan harganya bisa menjadi lebih tinggi dibanding
harga lokal, sehingga produsen bisa memperoleh keuntungan yang lebih
besar. Disamping perluasan pasar ini juga dapat meningkatkan volume
produksi dan memperoleh atau memperluas kesempatan kerja. Memperoleh

1
keuntungan dari spesialisasi, walupun suatu daerah dapat menghasilkan jenis
barang yang sama dengan yang dihasilkan oleh daerah lain, tetapi mungkin
daerah yang bersangkutan lebih memilih untuk membeli barang tersebut dari
daerah lain. Hal ini dilakukan untuk lebih mendorong produksi barang lain
yang dapat memberikan keuntungan atau manfaat lainnya yang lebih besar.

3. Tinjauan Agribisnis
Sistem agribisnis merupakan suatu konsep yang dapat diartikan sebagai
semua aktivitas utuh dan komprehensif mulai dari hulu sampai hilir serta
saling terkait satu sama lain. Sistem agribisnis terdiri dari empat subsistem
utama, yaitu :

a. Subsistem Hulu Adalah pengadaan sarana dan penyaluran sarana


produksi pertanian antara lain terdiri dari benih, bibit, makanan
ternak/tumbuhan, pupuk, obat-obatan hama dan penyakit, serta
peralatan pertanian yang dihasilkan oleh industri sebagai modal
kegiatan pertanian.
b. Subsistem Budidaya (On Farm) adalah kegiatan penggunaan barang-
barang modal dan sumberdaya alam untuk menghasilkan komoditas
pertanian primer, seperti perkebunan, pertanian, peternakan,
perikanan, dan usaha tanaman hias/obat-obatan. Pelaku dari
subsistem ini adalah produsen teridiri dari peternak, petani,
pengusaha tanaman hias dan lain-lain.
c. Subsistem Hilir (Pengolahan dan Pemasaran) adalah kegiatan
ekonomi yang mengolah hasil produk usaha tani menjadi produk
olahan kemudian didistribusikan. Sebagian produk usahatani
langsung didistribusikan ke konsumen dan sebagian lagi diolah
terlebih dahulu kemudian didistribusikan ke konsumen. Pelaku
dalam subsistem ini adalah industri skala kecil maupun besar seperti
industri olahan makanan/minuman, industri serat alam, industri
biofarmaka, dan pedagang. Subsistem Pendukung (Supporting
System) adalah kegiatan mendukung, melayani, dan menyediakan

1
jasa bagi untuk subsistem hulu, budidaya, dan hilir. Pelaku dari
subsistem ini adalah lembaga-lembaga antara lain:
1). Koperasi
2). Perbankan
3). Penyuluhan
4). Riset dan Pendidikan
5). Asuransi

Hubungan antara subsistem hulu – subsistem hilir adalah vertikal yang


artinya saling terkait satu sama lain, jika salah satu subsistem gagal maka
akan berdampak pada subsistem lainnya. Sedangkan hubungan subsistem
pendukung degan subsistem lainnya adalah horizontal yang artinya dari hulu
sampai hilir ada lembaga pendukung untuk kelancaran berlangsungnya
kegiatan agribisnis.

B. Tinjauan Bangunan Sehat


Prinsip bangunan sehat ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai rancangan dan konstruksi bangunan yang dapat membuat pengguna
bangunan menjadi lebih sehat dan sejahtera. Pengertian dari bangunan sehat atau
healthy buildings, diperkenalkan oleh Levin pada tahun 1995, tentang pengaruh
bangunan pada pengguna dan lingkungannya. “A healthy building is one adversely
affects neither the health of its occupants nor the larger environment.” (Levin, H,
1995).

Konsep bangunan sehat ialah konsep yang dikembangkan sebagai lanjutan


dari konsep bangunan hijau. Konsep ini tidak hanya mempertimpangkan dampak
bangunan ke lingkungan, tetapi juga dampak bangunan bagi kesehatan
penghuninya. Hal ini kemudian menjadi pertimbangan baru bagi arsitek dan
desainer dalam proses desain bangunan. Selain kesehatan fisik manusia, pada
bangunan sehat dipertimbangkan pula kesehatan mental manusia. Hal ini menjadi
penting karena ruang yang kita huni dan tempati pada dasarnya memiliki pengaruh
yang kuat terhadap kondisi psikis kita. Sebuah ruang seringkali membuat kita
merasa nyaman, sejuk, damai, atau bahkan kita justru merasa suntuk, stres, atau

1
marah. Sebagai contoh, bahwa saat seseorang dalam keadaan stress, maka kerja
hormonnya akan meningkat dan kemudian menekan sistem imun, sehingga akan
mudah terserang penyakit. (SAPPK. ITB).

Konsep bangunan sehat yang telah berkembang di Indonesia ialah konsep


rumah sehat. Konsep tersebut dijelaskan sebagai bangunan tempat berlindung dan
beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan
kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga
dapat bekerja secara produktif (Sherli, 2012).

Dalam UU tentang perumahan dan pemukiman No.4/l992 bab III pasal 5 ayat
l menyatakan “Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan atau
menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dan lingkungan yang sehat, aman,
serasi, dan teratur”. Hal ini menjelaskan bahwa sudah sewajarnya masyarakat
menempati rumah yang sehat dan layak huni. Rumah tidak cukup hanya sebagai
tempat tinggal dan berlindung dari panas cuaca dan hujan. Suatu rancangan desain
yang kurang baik akan mempengaruhi kondisi fisik dan mental penghuninya. Hasil
survei Enviromental Protection Agency (EPA), menyatakan bahwa manusia
menghabiskan waktunya 90% di dalam lingkungan konstruksi, baik itu di dalam
bangunan kantor ataupun tempat tinggal.

1
C. Tinjauan Bangunan Sejenis
1. Pusat Perdagangan Agro (PUSPA AGRO)

Gambar 2. 3 Puspa Agro


Sumber : Goggle Maps

Puspa Agro adalah sebuah nama untuk Pusat (Pasar) Perdagangan


Agrobisnis terbesar ke 2 se Asia Tenggara, setelah Thailand, berlokasi di
Desa Jemundo, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Berdiri diatas lahan 50 hektar, Puspa Agro diresmikan Menteri


Koordinator Bidang Perekonomian Ir M Hatta Rajasa pada 17 Juli 2010
dengan segudang harapan dan keinginan. Dengan adanya pasar agro ini, Jatim
dapat menjadi percontohan bagi provinsi lainnya di Indonesia. Mampu
menjadi pensuplai produk agro, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, dll
dalam lingkup pasar regional, bahkan internasional. Berikut fasilitas yang
dimiliki PUSPA AGRO antara lain :

a. Terdapat fasilitas utama untuk bertransaksi yaitu stan, display


meliputi: Blok Beras dan Palawija, Blok Sayur, Blok Buah, Blok
Daging dan Ikan, Blok Aneka Produk.
b. Fasilitas Pendukung meliputi: Cafe, Pergudangan, Coldstorage,
Gedung Tani, Peti Kemas, Kantor Management, Budidaya
(Tanaman Ladang dan Hidroponik), Masjid, Bank, Koperasi,

2
Timbangan, Tempat Sampah, Tempat Pengolahan Sampah Organik,
Toilet dan Kamar Mandi.
c. Fasilitas Sarana dan Prasarana meliputi: Pintu Gerbang, Loket,
Jalan, Halte, Parkir, Parkir Bongkar Muat.

Berikut Gambar Fasilitas PUSPA AGRO :

a. Fasilitas Umum PUSPA AGRO

Gambar 2. 4 Fasilitas Umum


Sumber : Goggle

2
b. Fasilitas Pendukung PUSPA AGRO

Gambar 2. 5 Fasilitas Penunjang PUSPA AGRO


Sumber : Goggle

c. Fasilitas Sarana dan Prasarana PUSPA AGRO

Gambar 2. 6 Fasilitas Penunjang PUSPA AGRO


Sumber : Goggle

2
2. Sub Terminal Agribisnis Jetis Kabupaten Semarang

Gambar 2. 7 Sub Terminal Agribisnis Mantung,


Kabupaten Malang
Sumber : Goggle

Sejarah berdirinya STA Jetis berawal dari pasar tradisional Bandungan.


Pembangunan tahap I pada tahun anggaran 1999 – 2000, mulai
dioperasikannya tanggal 16 Juli 2001. Pembangunantahap II pada tahun
anggaran 2001 – 2002, ditempati pada tanggal 3 September 2003. Dengan
luas tanah 10,850 m2, dengan luas bangunan 2060 .m2 STA Jetis merupakan
Solusi alternatif dari makin berkembangnya pasar sayur tradisional
Bandungan. (Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan Kabupaten Semarang,
2014). Fasilitas pada Sub Terminal Agribisnis Jetis sebagai berikut. Area
parkir 260 m2 , R. Grading 1 Unit, Los sayur 4 Los, Mushola 1 Unit, Kios
85, Kios Kantor 1 Unit, PKL 95 PKL, Aula 2 Unit, Cool Stage 1 Unit, Loket
Retr. 2 Unit, MCK 3 Unit, Damkar 1 Unit, Listrik 21.000 Watt, Timbangan
19 Unit.

2
Gambar 2. 8 Site Plan Sub Terminal Agribisnis Jetis
Sumber : Goggle Maps

Gambar 2. 9 Area Bongkar Muat


Sumber : Goggle

2
BAB III
METODE PERANCANGAN

2
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai