Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH GOVERNASI DIGITAL

KOLABORASI DIGITAL GOVERNANCE PADA PROGRAM JAKPRENEUR


DI PROVINSI DKI JAKARTA

Dosen Pengampu :
Ilmi Usrotin Choiriyah, S.AP.,M.AP

OLEH : Kelompok 1

1) Amilatul Laili (192020100082) 7) Muhammad Azzam (192020100099)


2) Alma Ida (192020100088) 8) Amallia Khaula Y (192020100100)
3) Riza Ayu N. (192020100091) 9) Yuniar Ajeng N.P (192020100103)
4) Ridwan (192020100092) 10) Septyan Aditya H (192020100105)
5) Nailul Isnaini A.(192020100094) 11) Dwi Krusita Yanti(192020100108)
6) Vicky Prastyo (192020100098) 12) Nyimas Ifada S. (192020100109)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS BISNIS HUKUM DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah- Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah dengan topik
pembahasan “Kolaborasi Digital Governance Pada Program JakPreuner di
Provinsi Dki Jakarta” dengan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Governasi Digital. Selain itu,makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan kami sebagai tim penyusun dan bagi para pembaca tentang
Kolaborasi Digital Governance Pada Program JakPreuner di Provinsi Dki Jakarta
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ilmi Usrotin Choiriyah, S.AP.,
M.AP. selaku dosen pengampu mata kuliah Governasi Digital yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
dalam bidang yang sedang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang


membagi pengetahuan melalui jurnal-jurnal dan media online yang kami jadikan
referensi sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
butuhkan agar dapat kami jadikan bahan pertimbangan untuk melakukan
perbaikan.

Wassalammu’alaikum Wr,Wb

Sidoarjo, Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4
BAB II ................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 5
2.1. Landasan Teori ....................................................................................................... 5
2.1.1. Program ............................................................................................................ 5
2.1.2. Pelayanan ......................................................................................................... 6
2.1.3. Kebijakan Publik ............................................................................................. 6
2.1.4. E- Goverment ................................................................................................... 7
2.1.5. E-Governance................................................................................................... 8
2.1.6. Kolaborasi ........................................................................................................ 9
2.2. Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta ........................................................... 11
2.3. Penerapan E- Goverment Pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ................ 12
2.4. Program JakPreneur ............................................................................................ 13
2.5. Colaborative Governance Melalui Program Jakpreanuer ............................... 20
2.5.1. Desain institusional ........................................................................................ 20
2.5.2. Proses Kolaborasi .......................................................................................... 21
2.5.3. Bentuk Kolaborasi Pada Program Jakpreneur .......................................... 21
2.5.4. Hasil Kolaborasi Program Jakpreneur ....................................................... 24
BAB III ............................................................................................................................. 26
PENUTUP ........................................................................................................................ 26

ii
3.1. Kesimpulan............................................................................................................ 26
3.2. Saran ...................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 27

DAFTAR GAMBAR
Bab 2

Gambar 2. 1 : Syarat dan cara pendaftaran Jakpreneur ..................................................... 16


Gambar 2. 2 : Syarat dan cara pendaftaran Jakpreneur ..................................................... 16
Gambar 2. 3 : Syarat dan cara pendaftaran Jakpreneur ..................................................... 17
Gambar 2. 4 : Syarat dan cara pendaftaran Jakpreneur ..................................................... 17
Gambar 2. 5 : Jakpreneur pada Aplikasi JAKI .................................................................. 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pandemi covid-19 mengakibatkan jumlah pengangguran di Provinsi DKI
Jakarta meningkat serta mengakibatkan banyak dari pelaku usaha mengalami
kerugian sampai pada tingkat ‘gulung tikar’ atau tidak dapat menjalankan
usahanya kembali. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah
pengangguran di DKI Jakarta mencapai 572.780 orang pada tahun 2020.
Faktor terbesar meningkatnya penggangguran disebabkan banyak perusahaan
di DKI Jakarta yang melakukan pemutusan hubungan kerja kepada para
pekerjanya,karena tidak dapat bertahan dengan situasi dan aturan pandemi
covid-19 yang diterapkan oleh pemerintah.
Sebagai Ibu kota Negara, DKI Jakarta merupakan barometer
perekonomian nasional disamping itu Perekonomian Jakarta sangat
terpengaruh dengan perekonomian daerah penyangganya seperti Jawa Barat
dan Banten. Karena hampir sebagian penduduk daerah penyangga bekerja di
Jakarta. Dampak pandemi bukan hanya menciptakan pengangguran baru
namun berdampak pula pada pembangunan Infrastruktur publik seperti
pembangunan jalan layang dalam kota
Dampak pandemi bukan hanya dirasakan oleh para pelaku usaha
manufaktur namun pelaku usaha kecil dan menengah ikut merasakan dampak
pandemi yang berlangusng dari bulan februasi 2020. Berdasarkan hasil survei
Katadata Insight Center (KIC) yang dilakukan terhadap 206 pelaku UMKM di
Jabodetabek, mayoritas UMKM sebesar 82,9% merasakan dampak negatif
dari pandemi ini dan hanya 5,9% yang mengalami pertumbuhan positif.
Kondisi Pandemi ini bahkan menyebabkan 63,9% dari UMKM yang
terdampak mengalami penurunan omzet lebih dari 30%. Hanya 3,8% UMKM
yang mengalami peningkatan omzet dirasakan oleh para pelaku usaha kecil
dan menengah,
Pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) merupakan pilar terpenting
dalam perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan

1
2

UKM, jumlah UMKM saat ini mencapai 64,2 juta dengan kontribusi terhadap
PDB sebesar 61,07% atau senilai 8.573,89 triliun rupiah. Kontribusi UMKM
terhadap perekonomian Indonesia meliputi kemampuan menyerap 97% dari total
tenaga kerja yang ada serta dapat menghimpun sampai 60,4% dari total investasi.
Namun, tingginya jumlah UMKM di Indonesia juga tidak terlepas dari tantangan
yang ada.
Provinsi DKI Jakarta memiliki sektor UMKM yang potensial karena tidak
dipungkiri pelaku UMKM berperasn penting bagi pergerakan ekonomi DKI
Jakarta.Berdasarkan Sensus Ekonomi 2016, jumlah usaha di DKI Jakarta telah
mencapai lebih dari satu juta usaha dengan persentase terbesar yakni 98,78%
berasal dari sektor UMKM. Selain itu, UMKM di DKI Jakarta mampu menyerap
lebih dari 2,5 juta tenaga kerja atau mewakili sekitar 35,07% dari jumlah
keseluruhan tenaga kerja (BPS Provinsi DKI Jakarta, 2018).
Terdapat persoalan lain dalam pengelolaan UMKM di DKI Jakarta.
berdasarkan Sensus ekonomi 2016 tercatat 96% UMKM DKI Jakarta belum
berbadan Hukum. 15% pelaku UMKM baru menggunakan internet,serta hanya
5% pelaku UMKM Menggunakan komputer dengan tujuan untuk meningkatkan
usaha nilai produk, promosi dan Penyusunan laporan produk dan keuangan (BPS
DKI Jakarta, 2018). Masalah lain adalah masalah perijinan dan permodalan
Dari itu Pemprov DKI Jakarta menginisiasikan suatu program sebagai wujud
implementasi smart Governance dalam bentuk program berbasis digital yang
merupakan hasil kolaborsi E-Governance antar stakeholder terkait. program
JakPreanuer dirasa dapat mewadai dan menjembatani antara sumber daya dan
potensi UMKM di DKI Jakarta agar mampu berdaya saing dan menciptakan
perekonomian di DKI Jakarta. Program ini telah melewati transformasi mulai dari
OK OCE, Pengembangan Kewirausahaan Terpadu (PKT), dan hingga kini
bernama program JakPreneur
Jakpreneur adalah program berbasis elektronik/digital yang yang dibuat oleh
Pemprov DKI Jakarta dengan landasan hukum PERGUB NO 2 Tahun 2020
Tentang penyelenggaraan pengembangan kewirausahaan terpadu. Target dan
sasaran dari program JakPreneur sendiri adalah Untuk meningkatkan kualitas dan
3

kuantitas wirausaha yang berdaya saing sehingga dapat menopang pertumbuhan


dan pemerataan perekonomian di DKI Jakarta sebagai dampak jangka
panjangnya. Selain itu tujuan dibuatnya program Jakpreanure sebagai bukti
keseriusan Pemprov DKI Jakarta dalam memberikan pelayanan terbaik kepada
masayarakatnya.
Guna mencapai keberhasilan dari program JakPreneur, tentunya
membutuhkan penguatan kolaborasi dengan stakeholder atau pemangku
kepentingan lainnya, seperti pihak swasta dan masyarakat (Aditya, 2020). Hal
selaras dikemukakan oleh Donahue & Zeckhauser bahwa kolaborasi adalah solusi
dalam administrasi publik modern untuk peningkatan produktivitas serta
penggunaan sumber daya yang lebih efisien (Jing & Desh, 2014).
Collaborative governance secara lebih mendalam diartikan oleh Ansell &
Gash (2008) sebagai upaya manajemen pemerintahan yang memfasilitasi
penyelesaian masalah publik bersama dengan melibatkan pihak di luar pemerintah
dalam pelaksanaannya. Tata kelola pemerintahan kolaboratif juga merupakan
pengaturan dari satu atau lebih lembaga publik. Lembaga- lembaga ini melibatkan
pemangku kepentingan non-publik dalam proses pengambilan keputusan kolektif.
Prosesnya formal, berorientasi pada konsensus bersama dalam pengambilan
keputusan, dan deliberatif serta bermaksud untuk merancang atau
mengejawantahkan kebijakan publik atau mengelola program-program publik
atau aset publik (Ansell & Gash, 2008).
Pada pemerintahan berbasis elektonik/digital menuntut masyarakat untuk
melek teknologi, karena segala bentuk pelayanan dan fasilitas publik khususnya
pelayanan dan fasilitas publik di DKI Jakarta hampir menyeluruh memanfaatkan
kemajuan teknologi guna mewujudkan pelayanan yang efektif efisien dan
transaparan hal ini selaras dengan konsep Smart City yang telah diterapkan oleh
Pemprov DKI Jakarta. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi agar program dapat
berjalan dengan baik dan sesuai sasaran termasuk pada program JakPreanuer
dimana harapan yang ingin dicapai oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui
program ini adalah dapat memulihkan kembali perekonomian DKI jakarta melalui
para pelaku usaha UMKM
4

1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum Provinsi DKI Jakarta ?
2. Bagaimana penerapan E– Goverment pada Pemprov DKI Jakarta ?
3. Apa pengertian dari Program JakPreneur?
4. Bagaimana bentuk kolaborasi E-Governance pada program
JakPreneur?

1.3.Tujuan Penelitian
Merujuk pada permasalahan diatas didapat beberapa tujuan yang akan di
wujudkan dalam penelitian ini
1. Untuk mendeskripsikan gambaran umum Provinsi DKI Jakarta
2. Untuk mendeskripsikan penerapan E-Goverment Provinsi DKI
Jakarta
3. Untuk mendeskripsikan program JakPreneur program berbasis
elektronik/digital
4. Untuk mendeskripsikan kolaborasi E- Governance pada program
JakPreneur
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Landasan Teori
Dalam suatu penelitian,teori memegang peranan yang cukup penting
karena dapat di manfaatkan untuk menjawab atau memecahkan masalah yang ada
dalam sebuah penelitian,untuk mengkaji permasalahan dalam penelitian ini,teori
yang di gunakan adalah teori-teori yang berkaitan dengan judul,berikut penjabaran
teori-teori yang di gunakan untuk menganalisis
2.1.1. Program
Konsep dasar program menurut Binanto (2009:1) kata program dan
pemrograman dapat diartikan sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan instruksi-instruksi tersendiri yang biasanya
disebut source code yang dibuat oleh programmer.
2. Mendeskripsikan suatu keseluruhan bagian dari software yang
executable.
3. Program merupakan himpunan atau kumpulan instruksi tertulis
yang dibuat oleh programmer atau suatu bagian executable dari
suatu software.
4. Pemrograman berarti membuat program komputer.
5. Pemrograman merupakan suatu kumpulan urutan perintah ke
komputer untuk mengerjakan sesuatu. Perintah-perintah ini
membutuhkan suatu bahasa tersendiri yang dapat dimengerti oleh
komputer
Menurut sukrisno program adalah kata, ekspresi, atau pernyataan yang
disusun dan dirangkai menjadi satu kesatuan prosedur, yang berupa urutan
langkah, untuk menyelesaikan masalah yang diimplementasikan dengan
menggunakan bahasa pemrograman sehingga dapat dieksesuksi oleh
komputer.
Menurut setiawan (2015:17) Program yaitu rancangan mengenai
asas serta usaha (dalam ketatanegaraan, perekonomian, dsb) yang akan

5
6

dijalankan. Sedangkan program komputer yaitu urutan perintah yang


diberikan pada komputer untuk membuat fungsi atau tugas tertentu
Fungsi Program Fungsi utama dari program adalah untuk
mengendalikan komputer agar dapat melakukan tugas yang spesifik, yang di
inginkan oleh pengguna. Mengatur hubungan antara hardware agar dapat
bekerja dengan bersamaan. Sehingga hardware mampu bekerja sesuai
dengan fungsinya tanpa adanya hambatan. Untuk mengidentifikasi program,
contohnya seperti file explorer yang perannya menjadi tempat guna
mengakses beragam jenis program yang lainnya yang tersimpan di dalam
sebuah komputer.
2.1.2. Pelayanan
Pelayanan (customer service) secara umum adalah setiap kegiatan yang
diperuntukkan atau ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan,
melalui pelayanan ini keinginan dan kebutuhan pelanggan dapat terpenuhi.
Menurut R.A Supriyono pelayanan adalah kegiatan yang diselenggarakan
organisasi menyangkut kebutuhan pihak konsumen dan akan menimbulkan kesan
tersendiri, dengan adanya pelayanan yang baik maka konsumen akan merasa
puas,dengan demikian pelayanan merupakan hal yang sangat penting dalam upaya
menarik konsumen untuk menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan.
Menurut pendapat Brata dalam bukunya Dasar-Dasar Pelayanan Prima,
mengatakan bahwa suatu pelayanan akan terbentuk karena adanya proses
pemberian layanan tertentu dari pihak penyedia layanan kepada pihak yang
dilayanai.
2.1.3. Kebijakan Publik
Kebijakan adalah sebuah instrumen pemerintah, bukan saja dalam arti
government yang hanya menyangkut aparatur negara, melainkan pula gevernance
yang menyentuh pengelolaan sumberdaya publik. Kebijakan pada intinya
merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara
langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam, finansial
dan manusia demi kepentingan publik, yakni rakyat banyak, penduduk,
masyarakat atau warga negara. Kebijakan merupakan hasil dari adanya sinergi,
7

kompromi atau bahkan kompetisi antara berbagai gagasan, teori, ideology dan
kepentingan-kepentingan yang mewakili sistem politik suatu negara
Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt, 1973 dalam Leo Agustino (2006:6)
dalam perspektif mereka mendefinisikan kebijakan publik sebagai keputusan tetap
yang dicirikan dengan konsistensi dan pengulangan (repitisi) tingkahlaku dari
mereka yang membuat dan dari mereka mematuhi keputusan
Carl Friedrich, 1969 dalam Leo Agustino (2006:7) yang mengatakan bahwa
kebijakan adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang,
kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan terutama dimana terdapat
hambatan-hambatan dan kemungkinan-kemungkinan dimana kebijakan tersebut
diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang
diamaksud.
2.1.4. E- Goverment
Secara sederhana Heeks (1999) mendefinisikan E-Government sebagai
berikut: “Kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dengan menggunakan
Teknologi Informasi (TI) untuk memberikan layanan kepada masyarakat”. Dari
definisi tersebut, dapat kita lihat bahwa tujuan utama E-Government adalah
untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan. Menurut Heeks, hampir
semua lembaga pemerintahan di dunia ini mengalami ketidakefisienan,
terutama di negara yang sedang berkembang.
Adapun Bank Dunia (The World Bank Groups) memberikan pengertian
“E-Government refers to the use by government agencies of information
technologies (such as Wide Area Network, the Internet and mobile computing)
that have the ability to transform relations with citizen, businesses and other
arms of government” Disebutkan pula, sebagaimana halnya e-Commerce yang
memungkinkan bisnis bertransaksi dengan pelaku bisnis lainnya dengan lebih
efisien (Business to Business - B2B) dan membawa pelanggan lebih dekat pada
bisnis (Business to Consumer - B2C),
E-Government bertujuan untuk membuat interaksi antara pemerintah dan
masyarakat (Government to Citizen - G2C), pemerintah dan kalangan bisnis
(Government to Business - G2B), serta antar instansi pemerintah (Government
8

to Government - G2G) lebih bersahabat, nyaman, transparan, dan murah. Di


samping pengertian di atas, terdapat pula pengertian yang didasarkan pada
tingkatan atau tahapan dalam pengembangan aplikasi EGovernment. Agarwal
[1] membagi pengertian EGovernment ke dalam lima tingkatan, yang semakin
tinggi tingkatannya, semakin kompleks permasalahan yang akan dihadapi.
menurut Center for Democracy and Technology dan InfoDev,proses
implementasi E-Government terbagi menjadi 3 (tiga) tahapan, yang tidak
bergantung satu sama lain, atau harus dilakukan secara berurutan, tetapi
masing-masing menjelaskan mengenai tujuan dari E-Government. Tahapan
tersebut antara lain :

1. Tahap pertama adalah Publish, yaitu tahapan yang menggunakan


teknologi informasi untuk meluaskan akses untuk informasi pemerintah.
Misalnya dengan cara pembuatan situs informasi di setiap lembaga,
penyiapan sumber daya manusia, sosialisasi situs informasi baik untuk
internal maupun untuk publik, serta penyiapan sarana akses yang mudah
2. Tahap kedua, adalah Interact, yaitumeluaskan partisipasi masyarakat
dalam pemerintahan. Misalnya dengan carapembuatan situs yang
interaktif dengan publik, serta adanya antar muka yang terhubung
dengan lembaga lain.
3. Tahap ketiga adalah Transact, yaitu menyediakan layanan pemerintah
secara online. Misalnya dengan cara pembuatan situs transaksi
pelayanan publik, serta interoperabilitas aplikasi maupun data dengan
lembaga lain.
2.1.5. E-Governance
Governance memiliki arti seluruh mekanisme, proses, dan lembaga-
lembaga di mana warga dan kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan
mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban, serta menjembatani
perbedaan-perbedaan di antara mereka. Governance tidak sama dengan konsep
government. Sebab konsep government merujuk pada suatu organisasi
pengelolaan berdasarkan kewenangan tertinggi, yaitu negara dan pemerintah.
9

Sementara governance lebih inklusif karena melibatkan aktor-aktor di luar


pemerintah.
Sarinah dan kawan-kawan dalam buku Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan mendefinisikan good governance sebagai suatu kesepakatan
menyangkut pengaturan negara yang diciptakan bersama oleh pemerintah,
masyarakat, dan swasta untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik secara
umum.Menurut Sumarto Hetifa Sj dalam Inovasi, Partisipasi dan Good
Governance, dalam konsep ini pemerintah tidak selalu menjadi aktor yang
menentukan.
United Nation Development Programme (UNDP) menyebutkan ciri-ciri
good governance, yaitu:1) Mengikutsertakan semua, transparansi,bertanggung
jawab, efektif dan adil. 2) Menjamin adanya supremasi hukum 3).Menjamin
bahwa prioritas-prioritas politik, sosial dan ekonomi didasarkan pada konsesus
masyarakat. 4).Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan
lemah dalam proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya
pembangunan.
2.1.6. Kolaborasi
Kolaborasi bisa didefinisikan sebagai sebuah proses mencapai sebuah
tujuan yang tidak akan mungkin bisa dilakukan secara individual. Termasuk
didalamnya adalah :
1. Bersama - sama membangun dan mengembangkan serta menyatukan
pendapat untuk mencapai tujuan bersama.
2. Membagi tanggung jawab bersama – sama untuk mencapai tujuan.
3. Bekerjasama untuk mencapai tujuan, menggunakan semua sumber
termasuk keahlian dan pengalaman dari masing–masing kolaborator.
Kolaborasi menitik beratkan kepada sharing risk dan pertanggung
jawaban kedepan untuk menghindari penyalahgunaan dari yang
berwenang. Hal ini akan meningkatkan kemungkinan bahwa tujuan
atau goal dapat dicapai. Dan bagaimanapun juga halangan terbesar
yang dapat mengganggu proses bekerjasama atau kolaborasi terdapat
didalam 3 hal yaitu time,trust and turf.
10

Secara etimologi, collaborative berasal dari kata co dan labor yang


mengandung makna sebagai penyatuan tenaga atau peningkatan kemampuan yang
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau yang telah
disepakati bersama.
Menurut (O’Leary, 2010),Kalimat kolaborasi sering kali digunakan untuk
menjelaskan proses penyelesaian pekerjaan yang bersifat lintas batas, lintas
sektor, lintas hubungan ataupun lintas organisasi bahkan lintas negara sekalipun.
Roschelle dan Teasley (1995) mengatakan bahwa collaboration as
coordinated, synchronous activity that is the result of a continued attempt to
construct and maintain a shared conception of a problem. Kedua definisi tersebut
memberi pemahaman kepada kita bahwa istilah “kolaborasi” memiliki pengertian
yang luas tentang adanya kerja sama secara intensif dari dari dua orang/lembaga
atau lebih untuk saling memahami dan menyadari perlunya kerja sama sebagai
upaya atau strategi bersama dalam menghadapi sesuatu yang penting, khususnya
kerja sama secara intensif dalam menghadapi dan memecahkan permasalahan
bersama.
2.1.5.1. Kolaborasi Governance
Collaborative governance dalam artian sempit merupakan kelompok aktor
dan fungsi. Ansell C dan Gash A (2007:559), menyatakan Collaborative
governance (Davies Althea L Rehema M. White ,2012). mencakup kemitraan
institusi pemerintah untuk pelayanan publik. Sebuah pendekatan pengambilan
keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian aktivitas bersama di mana mitra
saling menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi tanggung jawab dan sumber
daya dari Ansell & Gash(2008), yakni collaborative governance dapat menjadi
strategi dalam tata kelola pemerintahan yang dilakukan untuk membuat semua
pemangku kepentingan berkumpul dalam satu medium yang sama untuk membuat
konsensus bersama dalam menyelesaikan permasalahan publik.
Ansell dan Gash membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu
: (1) forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga, (2) peserta dalam
forum termasuk aktor nonstate, (3) peserta terlibat langsung dalam pengambilan
keputusan dan bukan hanya '‘dikonsultasikan’ oleh agensi publik, (4) forum
11

secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif, (5) forum ini bertujuan untuk
membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika konsensus tidak tercapai
dalam praktik), dan (6) fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen
(Ansell C dan Gash A, 2007:544).
2.2. Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Provinsi DKI Jakarta mempunyai luas daratan 661,52 km2 dan lautan seluas
6.977,5 km2 serta tercatat ±110 pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu. Secara
administrasi, Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah Kotamadya dan 1
Kabupaten Administrasi yaitu Jakarta Pusat dengan luas daratan 47,90 km2;
Jakarta Utara dengan luas daratan 154,01 km2, Jakarta Barat dengan luas daratan
126,15 km2; Jakarta Selatan dengan luas daratan 145,73 km2; Jakarta Timur
dengan luas daratan 187,73 km2 dan Kabupaten Adm. Kepulauan Seribu. Jumlah
penduduk Provinsi DKI Jakarta 9,041 juta jiwa dengan kepadatan penduduk
13.667,01 jiwa per km2.
Jakarta merupakan provinsi penyangga bagi perekonomian daerah-daerah
disekitarnya yaitu bekasi, bogor, depok, tangerang dan banten. Dengan nilai
anggaran APBD tahun 2021 mencapai Rp.79,89 Trilyun, pendapatan asli daerah
mencapai Rp. 45.182 Trilyun. kontribusi perekonomian terbesar berasal dari
Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor; diikuti oleh Industri Pengolahan dan Konstruksi.
Masyarakat jakarta adalah masyarakat yang heterogen dimana berbagai
macam bahasa, suku dan budaya yang berbeda-beda dapat dijumpai di Jakarta.
untuk sekedar mengadu Nasib Jakarta masih menjadi primadona bagi para
pendatang yang berasal dari daerah-daerah di indonesia. menurut data statistik
jakarta.go.id tercatat sebanyak 7.421 penduduk yang datang dan bermukim di
DKI Jakarta pada Maret 2020
Jakarta sebagai Ibu Kota Negara yang di dalamnya terdapat Beragam
masyarakat menjadikan jakarta sebagai Provinsi yang mengedepankan
keterbukaan informasi publik serta menjadikan Jakarta sebagai salah satu provinsi
yang yang telah menerapkan konsep Smart Governance dalam mewujudkan
Smart City. segala bentuk pelayanan publik, kebijakan publik dan Fasilitas publik
12

di DKI Jakarta telah diterintegarasikan pada kemajuan teknologi digital dimana


segala bentuk kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dengan mudah dan cepat
melalui pemanfaatan aplikasi/web berbasis elektronik/digital.
Perbaikan pelayanan dan fasilitas publik gencar dilakukan oleh pemerintah
DKI Jakarta. Dimulai dengan perbaikan moda transportasi publik, Busway adalah
pelopor perbaikan tarnsportasi darat yang di hasilkan oleh Pemprov DKI Jakerta.
Di susul dengan MRT dan LRT moda transportasi publik yang baru dua tahun
beroprasi untuk memenuhi kebutuhan transportasi layak bagi masyarakat Jakarta.
Fasilitas publik lain menjadi salah satu agenda perbaikan pelayanan Pemprov DKI
Jakarta seperti perbaikan halte-halte busway mengikuti Perbaikan taman-taman
kota dengan segala fasilitas penunjuang didalamnya.
2.3. Penerapan E- Goverment Pada Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta
Pada era transformasi digital, penggunaan aplikasi berbasis digital menjadi
penting untuk dilaksanakan dalam tata kelola pemerintahan demi memberikan
pelayanan publik yang efektif dan efisien kepada masyarakat.
DKI Jakarta sendiri, memiliki aplikasi e-goverment yang menjadi andalan bagi
Pemerintah Provinsi untuk menampung aspirasi masyarakat. Diantaranya e-
Procurement, e-Budgeting, e-Musrenbang, Qlue, Jakarta Smart City, dan e-
Kinerja. Salah satu yang paling terkenal, Qlue, sudah tidak asing lagi bagi warga
Ibu Kota yang aktif mengaksesnya untuk melaporkan keluhan mengenai lalu
lintas, infrastruktur serta permasalahan lain di Jakarta. Aplikasi Qlue terhubung
langsung dengan Jakarta Smart City (JSC) yang berperan menyampaikan aduan
itu kepada Pemprov.
Qlue bisa menjadi contoh bagi provinsi, kota atau bahkan kabupaten lain di
Indonesia. Dengan begitu, masyarakat bisa menyampaikan aspirasinya kepada
pemerintah, dan pemerintah pun dapat mengetahui hal-hal yang menjadi
keresahan warganya. Sebagai informasi, aplikasi lain yang diterapkan di Jakarta,
yakni e-Procurement adalah sistem pengadaan barang atau jasa, e-Budgeting
merupakan sistem anggaran yang juga digunakan sebagai transparansi anggaran.
Kemudian, e-Musrenbang yang berperan menjadi sistem perencanaan dan
13

pembangunan nasional. Ada juga e-Kinerja, penilaian kinerja dapat dimasukkan


dan dilihat secara riil.
Untuk menggerakan perekonomian di DKI Jakarta yang sebagian besar
dilakukan oleh para pelaku UMKM , Pemprov DKI Jakarta memanfaatkan
kemajuan teknologi berbasis online dengan membuat Program JakPreneur dimana
program tersebut memberikan kemudahan bagi para pelaku UMKM untuk
menjadi usahawan handal dan memilki daya saing. DKI Jakarta juga tercatat
sebagai provinsi dengan nilai e-Government tertinggi pada 2015 dan mampu
mempertahankan posisinya dua tahun berturut-turut. Dengan nilai 3,39, Jakarta
berhasil mengungguli provinsi lainnya. Jawa Barat yang pada tahun 2013
menempati posisi puncak, harus puas berada di peringkat ke posisi 2 dengan nilai
3,07. Selanjutnya posisi ketiga di isi oleh Jawa Timur dengan nilai 3,07.
Dengan hasil ini, Jakarta dinilai sudah baik dalam menjalankan
pemerintahan dan menentukan kebijakan berbasis teknologi informasi. Hal ini
memudahkan para warga masyarakat, khususnya Jakarta untuk mengakses segala
informasi mengenai pemerintahan ataupun mendapatkan pelayanan dengan lebih
cepat. Pelaksanaan e-Government ini diharapkan setiap instansi pemerintahan
dapat lebih transparan dan juga dapat mendukung pengelolaan pemerintahan yang
lebih efisien dengan meningkatkan komunikasi antara pemerintah, masyarakat
maupun sektor usaha dan industri. Penilaian e-Government ini dibagi dalam lima
dimensi yakni perencanaan, kebijakan, kelembagaan, infrastruktur dan aplikasi.
Hasil penilaian tersebut dituangkan dalam nilai dengan skala 0 sampai
2.4. Program JakPreneur
Program JakPreneur merupakan program pendampingan wirausaha yang
diprakarsai oleh Pemprov DKI Jakarta guna mengembangkan Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM) pada berbagai bidang, seperti fashion, kuliner, kriya,jasa
reparasi, dan bidang lainnya. Program ini juga merupakan perwujudan dari janji
politik Anies Baswedan-Sandiaga Uno untuk melahirkan 200.000 wirausaha baru.
UMKM sendiri menurut Menurut Tambunan, (2012:22) Usaha Mikro, Kecil
Dan Menengah (UMKM) adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau Badan Usaha disemua sektor ekonomi.
14

Pada prinsipnya, pembedaan antara Usaha Mikro (UMi), Usaha Kecil (UK), dan
Usaha Menengah (UM) umumnya didasarkan pada nilai asset awal (tidak
termasuk tanah dan bangunan), omset rata-rata pertahun atau jumlah pekerja tetap.
Di Indonesia,definisi UMKM diatur berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
JakPreneur diluncurkan pertama kali ke publik oleh Guberner DKI Jakarta
Anies Baswedan pada tanggal 22 Februari 2020. Jak merupakan brand
identity/gambaran identitas dari Kota Jakarta,sementara Preneur diambil dari kata
entrepreneurship yang merupakan fokus dan subyek dari brand ini. Pada
implementasinya JakPreneur merupakan wadah kreasi, fasilitasi. pengembangan
UMKM yang dilakukan melalui ekosistem kewirausahaan,seperti start-
up, institusi pendidikan, maupun institusi pembiayaan.
Melalui program ini, para pegiat UMKM akan mendapatkan akses untuk
meningkatkan keterampilan dan kemandirian dalam mengembangkan potensi
usaha, dengan cara-cara kolaboratif antara Pemprov, dunia pendidikan, dunia
usaha, masyarakat, lembaga, atau pihak-pihak lainnya. Seperti yang diatur dalam
Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 2 Tahun 2020.
Sasaran program Jakpreneur ditujukan kepada wirausaha pemula, wirausaha naik
kelas dan pencari kerja pada sasaran pencari kerja dapat berstatus keluarga miskin
dan penyandang disabiitas
Program Jakpreneur bagi para pencari kerja,wirausaha pemula dan atau wirausaha
naik kelas yang sudah terdaftar meliputi
• Pelatihan
• Pendampingan wirausaha
• Perizinan
• Pemasaran
• Pelaporan keuangan
• Fasilitasi permodalan
Persyaratan pendaftaran
a. Pencari kerja terdiri atas
• Memiliki kartu tanda penduduk provinsi DKI Jakarta
15

• Dan persyaratan lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-


undangan tenaga kerja
b. Wirausaha pemula teridir atas
• Memiliki kartu tanda penduduk DKI Jakarta
• Surat pernyataan rencana membuka usaha yang dapat berupa
pernyataan secara daring melalui aplikasi Jakpreneuer
c. Wirausaha naik kelas terdiri atas
• Memiliki kartu tanda penduduk DKI Jakarta
• Bukti kepemilikan usaha
• Surat pernyataan rencana mengembangkan usaha yang dapat berupa
pernyataan secara daring melalui aplikasi Jakpreneur
d. Wirausaha pemula berdsarkan BDT atau penyandang disabilitas dilakukan
megikuti mekanisme dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur
UEP dan KUBE
Bagi pencari kerja wirausaha pemula dan wirausaha naik kelas yang tidak
memiliki Kartu Tanda Penduduk Provinsi DKI Jakarta dapat mendaftar sebagai
peserta PKT dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Berdomisili dan beraktivitas di jakarta paling lama 2 tahun dibuktikan
dengan surat keterangan dari lurah
b. Mendapat fasilitas kegiatan yang berkolaborasi dengan lembaga atau pihak
lainnya
Program Jakpreneur dapat diikuti oleh baik warga DKI Jakarta yang
memiliki KTP DKI ataupun non-DKI Jakarta. Kamu bisa mendaftar Jakpreneur
sebagai Wirausaha Pemula ataupun Wirausaha Naik Kelas.
Adapun syarat yang kamu butuhkan untuk mendaftarkan diri adalah sebagai
berikut, untuk langkah-langkah lengkapnya silahkan klik link berikut
https://smartcity.jakarta.go.id/blog/730/begini-syarat-dan-cara-daftar-jakpreneur
16

Gambar 2. 1
Syarat dan cara pendaftaran Jakpreneur

Sumber : smart city jakarta.go.id,2021

Gambar 2. 2
Syarat dan cara pendaftaran Jakpreneur

Sumber : smart city jakarta go.id,2021


17

Gambar 2. 3
Syarat dan cara pendaftaran Jakpreneur

sumber : smart city jakarta go.id,2021

Gambar 2. 4
Syarat dan cara pendaftaran Jakpreneur

Sumber : smart city jakarta go.id, 2021


18

Gambar 2. 5
Jakpreneur pada Aplikasi JAKI

Sumber : smart city jakart.go.id, 2021

1. Silahkan buka laman jakpreneur.Jakarta.go.id pada browser


2. Untuk bergabung, silahkan Klik tombol Daftar
3. Pada form registrasi pilih lokasi KTP Anda terdaftar, jika yang Anda pilih
Warga DKI Jakarta, maka akan muncul seperti gambar diatas. Silahkan isi
data Anda dan klik tombol Daftar
4. Jika pilihan Anda Warga Non DKI akan muncul tambahan data dan berkas
yang harus diupload, selain itu ada pilihan skpd peminatan, silahkan pilih
sesuai dengan kategori usaha yang Anda jalankan.
5. Jika pendaftaran Anda sudah divalidasi, Anda akan menerima email
balasan yang berisi user akses untuk login ke dalam system
19

6. Silahkan buka kembali laman jakpreneur.Jakarta.go.id klik tombol Masuk


dan Silahkan masukkan user id dan password yang sudah dikirimkan
melalui email
7. Setelah login, pada form pendaftaran peserta silahkan pilih harapan
bergabung Anda
8. Jika Anda memilih harapan bergabung Wirausaha Pemula, silahkan
lengkapi isian form untuk pilihan Wirausaha Pemula,Jika Anda memilih
harapan bergabung Wirausaha Naik Kelas, silahkan lengkapi isian form
untuk pilihan Wirausaha Naik Kelas.
9. Jika Anda mengklik tombol pelatihan, akan muncul pelatihan-pelatihan
yang diselenggarakan oleh SKPD, lokasi dan jadwal pelatihan. Anda juga
bisa mencari dengan mengetikan pencarian pada kolom search. Pilih
pelatihan yang Anda inginkan kemudian tekan tombol OK
10. Jika sudah memilih pelatihan, silahkan checklist pernyataan kemudian klik
tombol simpan
11. Setelahnya di laman akan muncul pelatihan yang Anda pilih, tahapan
selanjutnya yang akan dilakukan yaitu pemberkasan. Pada laman ini Anda
akan diinfokan jadwal pemberkasan dan lokasi pemberkasan. Pada laman
ini Anda juga masih ada kesempatan jika ingin merubah harapan
bergabung atau jenis pelatihan yang akan Anda ikuti dengan mengklik
tombol Ganti Harapan Bergabung
12. Jika sudah dilakukan set jadwal pelatihan dan pendamping oleh user
kasatpel, maka tahapan selanjutnya adalah pelatihan. Anda sudah memiliki
Pendamping yang akan mendampingi dalam berlangsungnya proses
Kewirausahaan. Pada tahapan ini Anda dalam tahapan pelatihan
13. Jika Hasil verifikasi pada tahapan yang Anda ikuti sudah ada hasil, maka
Anda bisa memilih tahapan selanjutnya sesuai kebutuhan.
14. Pada setiap tahapan yang Anda inginkan selesai, Anda bisa memilih pada
left menu Tahapan yang Anda butuhkan
20

2.5. Colaborative Governance Melalui Program Jakpreanuer


Pemprov DKI Jakarta menggandeng stakeholder terkait seperti sektor privat,
masyarakat, maupun lembaga atau komunitas sipil untuk bersama-sama
melakukan pemberdayaan UMKM melalui program JakPreneur. Selain
itu,riwayat kerjasama yang baik antara Pemprov DKI Jakarta dengan stakeholder
terkait dapat memengaruhi proses kolaboratif. Namun,tidak menutup
kemungkinan banyak stakeholder baru yang berkolaborasi untuk peningkatan
program JakPreneur.
2.5.1. Desain institusional
Pemprov DKI Jakarta menunjuk Dinas PPKUKM selaku leading sector
sedangkan untuk Aplikasi PKT dibangun, dikembangkan, dan diintegrasikan oleh
Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi DKI Jakarta. yang
memiliki. Selain itu sebagai aturan dasar dalam melakukan Colaborative
Governance Pemprov DKI Jakarta membuat Nota kesepahaman (MOU) atau
perjanjian kerja sama kepada para stakeholeder terkait sebagai dokumen legal
yang menjelaskan persetujuan dilakukannya kolaborasi,adapun organisasi
perangkat daerah (OPD) yang ikut berkolaborasi dengan program Jakpleneur
adalah
1. Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah serta
2. Perdagangan Provinsi DKI Jakarta
3. Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta
4. Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian
5. Provinsi DKI Jakarta
6. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DKI Jakarta
7. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta;
8. Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk
Provinsi DKI Jakarta
9. Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta
Seluruh OPD tersebut dibantu oleh pendamping kewirausahaan yang
tersebar di 44 kecamatan di wilayah DKI Jakarta Pendamping kewirausahaan
21

tersebut bertugas untuk menjembatani informasi dari dinas pengampu JakPreneur


kepada para UMKM binaan JakPreneur.
2.5.2. Proses Kolaborasi
Pemprov DKI Jakarta dalam hal ini melakukan proses diskusi dan
koordinasi dengan para stakeholder sebelum mencapai Perjanjian Kerja Sama
(PKS). Dalam perundingan untuk mencapai PKS, maka rasa saling percaya akan
tumbuh dan berkembang seiring berjalannya proses kolaboratif. Kepercayaan
sendiri dikonseptualisasikan sebagai suatu proses yang akan menimbulkan rasa
saling pengertian antar partisipan yang bekerjasama, yang pada akhirnya akan
bermuara pada legitimasi bersama dan komitmen bersama.
Pada setiap perundingan baik dari pemerintah maupun stakeholder saling
mengungkapkan nilai, kepentingan, hingga tujuan yang ingin dicapai dari
kolaborasi ini.Meskipun dalam proses kolaborasi sering terdapat perbedaan
pandangan, namun setiap aktor kolaborasi harus saling terbuka untuk dapat
mengeksplorasi tujuan bersama dan membangun “shared meaning” guna
mencapai kualitas deliberasi yang baik.
2.5.3. Bentuk Kolaborasi Pada Program Jakpreneur
Keseluruhan proses kolaborasi yang berangkat dari permasalahan
keterbatasan pengelolaan UMKM hingga dinamika kolaborasi untuk Mencapai
kesepakatan bersama dalam melakukan kolaborasi dengan Para stakeholder
mampu menghasilkan beberapa Bentuk kolaborasi. Bentuk kolaborasi tersebut
terangkum dalam formula 7 langkah PAS (P1-P7) dari program JakPreneur
(Jakpreneur Jakarta, 2021)
1. Pendaftaran
Calon peserta wirausaha pemula maupun wirausaha naik kelas
yang ingin bergabung pada program JakPreneur dapat mendaftarkan dirinya
melalui website resmi JakPreneur.jakarta.go.id. Selain itu, saat ini proses
pendaftaran semakin dipermudah dan dapat dilakukan di mana saja dengan
memenuhi persyaratan yang di minta
2. Pelatihan
22

Peserta JakPreneur mendapatkan program pelatihan hard skill


seperti pelatihan kuliner, fashion, kerajinan dan pembuatan sabun maupun
pelatihan soft skill yang akan dilaksanakan di tingkat wilayah dengan materi
Pelatihan manajemen bisnis, cara menumbuhkan usaha pada era digital, dan
sebagainya. Dalam hal ini, Pemprov DKI Jakarta berkolaborasi dengan
Perguruan Tinggi, Shopee, Gojek, Bukalapak, Tokopedia, LLDIKTI, dan
lainnya untuk pengadaan pelatihan serta pembinaan kepada pelaku UMKM
binaan JakPreneur. Mengingat kondisi pandemi saat ini, Dinas PPKUKM
memanfaatkan fasilitas video teleconference untuk melaksanakan pelatihan
daring kepada pelaku UMKM.
Selain bekerja sama dengan Perguruan Tinggi dalam memberikan
pelatihan kepada UMKM binaan JakPreneur, kolaborasi juga ditujukan
sebagai wadah bagi para mahasiswa agar bisa mempersiapkan diri menjadi
wirausaha muda yang berdaya saing di masa mendatang. Melihat peluang
kolaborasi dari organisasi mahasiswa yang bergerak di bidang entrepreneur
di berbagai universitas, maka diadakannya kegiatan one day training dengan
menghadirkan narasumber yang expert di bidang UMKM, sehingga
diharapkan kegiatan ini mampu melahirkan bibit unggul wirausaha mudah
yang berdaya saing di DKI
3. Pendampingan
Peserta program JakPreneur mendapat pendampingan sesuai
dengan kebutuhan mereka yang akan dibantu oleh para pendamping
kewirausahaan yang berada di 44 kecamatan. Pemprov DKI Jakarta sendiri
telah memberikan berbagai pelatihan untuk peningkatan skill kepada para
pendamping kewirausahaan sehingga dapat memberikan layanan yang
terbaik kepada pelaku UMKM binaan JakPreneur.
4. Perizinan
Pemprov DKI Jakarta berkolaborasi dengan Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) DKI Jakarta untuk
mengurus perizinan, mulai Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK), P-IRT, Merek,
Hak Kekayaan Intelektual, dan Sertifikasi Halal sehingga meningkatkan
23

nilai jual produk dan memudahkanAkses permodalan bag i para pelaku


usaha.
5. Pemasaran
Peserta program JakPreneur difasilitasi platform pemasaran baik
secara offline maupun online. Dalam kegiatan offline, Pemprov DKI Jakarta
telah menyediakan ruang usaha seperti Thamrin 10 maupun bazar. Namun,
keberadaan ruang usaha tersebut belum menyeluruh di setiap wilayah DKI
Jakarta.
Kemudian, untuk pemasaran online dapat dilakukan melalui e-
commerce. Dalam hal ini, Pemprov DKI Jakarta telah melakukan kerjasama
dengan beberapa pihak swasta seperti Grab, Gojek, Shopee dan sebagainya.
Meskipun kondisi pandemi Covid-19, para pelaku UMKM tetap dapat
memasarkan produknya melalui e-commerce. Selain itu, Pemprov DKI
Jakarta melalui Badan Pelayanan Pengadaan Barang Jasa (BPPBJ)
bekerjasama dengan masyarakat DKI dalam meluncurkan aplikasi e-order
yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan UMKM dan BUMD di DKI
Jakarta.
6. Pelaporan Keuangan
Peserta program JakPreneur difasilitasi untuk menyusun laporan
keuangan berbasis aplikasi. Pelatihan pembuatan laporan keuangan in
dimaksudkan agar peserta JakPreneur dapat memiliki Pencatatan keuangan
yang baik, sehingga dapat menentukan langkah ke depan dalam
pengembangan usahanya. Selain itu, pelaporan keuangan yang baik juga
dapat memudahkan para peserta JakPreneur dalam mendapatkan akses
permodalan. Salah satu bentuk kolaborasi Pemrprov DKI Jakarta terkait
pelaporan keuangan adalah melakukan kolaborasi dengan Bank Indonesia
untuk mengedukasikan kepada pelaku UMKM binaan JakPreneur mengenai
laporan keuangan serta peluang pemasaran di luar negeri.
7. Permodalan
Pemprov DKI Jakarta telah melangsungkan kerja sama dengan
beberapa Lembaga Jasa Keuangan dalam membuka akses permodalan.
24

Salah satunya, pada masa pandemi Covid-19 sekaligus dalam rangka


program percepatan Pemulihan EkonomiNasional (PEN), Bank DKI
memberikan akses permodalan dan program kredit tanpa agunan yakni
Program Kredit Monas Pemula dan 25 JakPreneur
Selain Bank DKI, terdapat stakeholder lainnya yang turut
berkolaborasi untuk membantu akses permodalan serta edukasi terkait
literasi keuangan, seperti OJK, Investree, Koinworks, dan sebagainya.
Mengingat literasi keuangan adalah hal penting yang harus dikuasai oleh
para UMKM agar usaha mereka dapat naik kelas atau berdaya siang.
Dengan tingkat literasi keuangan yang baik maka UMKM akan dapat
membuat laporan keuangan yang Bankable dan terbuka akses permodalan.
Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas PPKUKM juga melakukan
kerjasama dengan Program Kemitraan Indonesia Australia untuk
Perkonomian (Prospera) dalam melakukan riset mengenai dampak pandemi
Covid-19 terhadap kondisi usaha pelaku UMKM, khususnya UMKM
Perempuan dan mengidentifikasi kebutuhan mereka Tidak hanya itu,
Prospera turut membantu Pemprov DKI Jakarta dalam menggerakkan para
kolaborator yang telah bergabung untuk menyelesaikan tahapan P1- P7 pada
Program JakPreneur secara bersama- sama.
2.5.4. Hasil Kolaborasi Program Jakpreneur
Sampai dengan saat ini jumlah anggota JakPreneur terdaftar sebanyak
283.343 dan sudah melebih target RPJMD dan sebanyak 6000 an pendaftar yang
sudah mendapatkan Akses permodalan. Program JakPreneur juga meningkatkan
Omzet pelaku UMKM di DKI Jakarta sepeti di kutip oleh portal berita online info
publik.id. beberapa pelaku UMKM yang bergabung dalam program JakPraeneur,
mengaku bahwa Omzet usaha bertambah sementara peserta lain mengaku bahwa
dengan mengikuti program Jakpreneur telah banyak diberi kemudahan dalam
mengembangkan usahanya
Diketahui pula bahwa target angka TPT di tahun 2021 ini berdasarkan data
yang diperoleh dari situs sakip.jakarta.go.id adalah sebesar 10,69%. Sementara
angka TPT Provinsi DKI Jakarta pada Februari 2021 ada di posisi 8,51%. Hal ini
25

mnunjukan bahwa kebijakan Pemprov DKI dalam mengatasi tingkat


pengangguran sudah mulai membuahkan hasil positiv salah satu indikator
kebijakan keberhasilan mengatasi tingkat pengangguran adalah dengan adanya
kebijakan program JakPreneur
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi yang telah menerapkan konsep
Smart governance dalam mewujudkan konsep Smart city, dapat dilihat
dari berbagai bentuk pelayanan dan fasilitas publik ynag hampir
menyeluruh telah memanfaatkan pelayanan berbasis online/digital seperti
qlue,jaki, JakPreneur dll, DKI Jakarta memiliki anggaran APBD 2021
sebesar Rp.79,89 Trilyun
2. Collaborative governance dalam peningkatan daya saing UMKM melalui
program JakPreneur merupakan suatu langkah yang apik untuk
memperbaiki pengelolaan UMKM di DKI Jakarta. Melihat potensi
UMKM yang besar, maka harus dibersamai dengan pengelolaan serta
pemberdayaan UMKM yang baik. Dalam hal ini, Pemprov Jakarta telah
melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak, baik dari
kementerian/lembaga,sektor swasta, komunitas sipil, startup atau
marketplace, perguruan tinggi, maupun masyarakat.
3. Hasil positiv dari program JakPrenuer terlihat dari menurunya tingkat
pengangguran di DKI jakarta selama tahun 2021 berdasarkan data situs
sakip.jakarta.go.id DKI Jakarta pada Februari 2021 ada di posisi 8,51%
dari target 10,69%. Meningkatnya omzet para pelaku UMKM yang
terdaftar di Jakpreneur dan memberikan kemudahan bagi para pelaku
UMKM yang ingin mengembangkan usahanya
3.2. Saran
1. menyediakan ruang usaha yang letaknya strategis untuk perkembangan
perekonomian.di setiap wilayah DKI Jakarta serta sebagai wadah
pemasaran offline setelah kondisi pandemi Covid-19 membaik
2. Menyediakan ruang publik lebih masif lagi untuk mengekspos hasil usaha
dari para peserta program JakPreanuer
3. Melakukan pemetaan kinerja stakeholder yang berpotensi untuk
melakukan kolaborasi berkelanjutan.

26
27

DAFTAR PUSTAKA
Katya, A. S. (2021). COLLABORATIVE GOVERNANCE IN INCREASING
THE COMPETITIVENESS OF MICRO SMALL MEDIUM ENTERPRISES
(MSMEs) THROUGH THE JAKPRENEUR PROGRAM. Monas: Jurnal Inovasi
Aparatur, 3(2), 309-320.
Bahtiar, R. A. (2021). Dampak pandemi covid-19 terhadap sektor usaha mikro,
kecil, dan menengah serta solusinya. Info Singkat, 13(10), 19-24.
http://repository.uin-suska.ac.id/4186/3/9.%20BAB%20II.pdf diakses 18
Desember 2021,Pukul 22.51
Ansell, Chris and Alison Gash (2008), ‘Collaborative governance in theory and
practice’, Journal of Public Administration Research and Theory, 18 (4), 543–571.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/11/15/12031841/pemprov-dki-
program-jakpreneur-anies-memang-diukur-dari-jumlah-pendaftar diakses 19 des
2021, pukul 16.30
https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/DAPU6107-M1.pdf diakses
18 Desember 2021,pukul 21.00
https://smartcity.jakarta.go.id/blog/550/jakpreneur-platform-kolaborasi-untuk-
majukan-umkm-jakarta diakses 18 desember 2021, Pukul 19.00
https://smartcity.jakarta.go.id/blog/730/begini-syarat-dan-cara-daftar-jakpreneur
diakases pada 18 desember 2021, pukul 19.00
https://www.researchgate.net/publication/341042004_PENGEMBANGAN_E-
GOVERNMENT_DI_DKI_JAKARTA_STUDI_PORTAL_RESMI_PROVINSI_
DKI_JAKARTA di akses 18 desember 2021,Pukul 23.00
Center for Democracy and Technology (CDT) and InfoDev,“E-Government
Handbook: Part 1 -The Three Phases of E-Government”,
http://www.cdt.org/egov/ha diakses 18 Desember 2021, pukul 23.00
https://kumparan.com/berita-hari-ini/good-governance-pengertian-ciri-prinsip-
dan-penyelenggaraannya-1v2zeQBlR5k/3 di akses 19 Desember 2021, Pukul
19.34

Anda mungkin juga menyukai