KETENAGAKERJAAN
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia)
Disusun Oleh:
Syasa Siti Syadiah 205020045
Agnia Nurul Izzah 205020046
Rachma Ayuning Permatasari 205020070
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan anugrah dari-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW.
Adapun tujuan dari penyusunan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak
Veri Aryanto Sopiansah, M.Pd. Pada mata kuliah Perekonomian Indonesia. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Ketenagakerjaan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Veri Aryanto Sopiansah, M.Pd
selaku dosen mata kuliah Perekonomian Indonesia yang telah membimbing kami agar dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan Makalah
selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga
karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................................... iii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 2
D. Manfaat ....................................................................................................................................... 3
BAB II ....................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 4
A. Permasalahan Ketenagakerjaan Di Indonesia............................................................................. 4
B. Kebijakan Ketenagakerjaan......................................................................................................... 6
C. Angkatan Kerja Indonesia ......................................................................................................... 10
D. Kondisi ketenagakerjaan Di Provinsi ......................................................................................... 12
E. Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja .............................................................................................. 14
F. Peralihan Sektor Pekerjaan ....................................................................................................... 14
G. Penurunan Upah Pekerja Di Tengah Pandemi .......................................................................... 17
H. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dan Penyerapan Tenaga Kerja .......................................... 18
I. Produktivitas tenaga kerja di Indonesia.................................................................................... 19
J. Dominasi Pekerja Informal Di Pasar Tenaga Kerja .................................................................... 20
BAB III .................................................................................................................................................... 22
PENUTUP ............................................................................................................................................... 22
A. Kesimpulan................................................................................................................................ 22
B. Saran ......................................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 23
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan maka penulis merumuskan masalah dalam
makalah ini sebagai berikut:
1. Apa permasalahan dalam ketenagakerjaan?
2. Apa Saja Kebijakan ketenagakerjaan?
3. Berapakah Angkatan Kerja Indonesia?
4. Bagaimana Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi?
5. Berapakah Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja?
6. Bagaimana Peralihan Sektor Pekerjaan?
7. Bagaimana Penurunan Upah Pekerja Di Tengah Pandemi
8. Bagaimana Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dan Penyerapan Tenaga Kerja?
9. Bagaimana Produktivitas tenaga kerja di Indonesia?
10. Bagaimana Dominasi Pekerja Informal Di Pasar Tenaga Kerja?
C. Tujuan
Tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa permasalahan dalam ketenagakerjaan?
2. Untuk mengehatui apa saja kebijakan ketenagakerjaan?
3. Untuk mengetahui berapakah angkatan kerja Indonesia?
4. Untuk mengetahui bagaimana kondisi ketenagakerjaan di provinsi?
5. Untuk mengeatahui berapakah tingkat Pendidikan tenaga kerja?
6. Untuk mengatahui bagaimana peralihan sektor pekerjaan?
7. Untuk mengetahui bagaimana penurunan upah pekerja di tengah pandemi
8. Untuk mengetahui bagaimana hubungan pertumbuhan ekonomi dan penyerapan
tenaga kerja?
9. Untuk mengatahui bagaimana produktivitas tenaga kerja di Indonesia?
10. Untuk mengatahui bagaimana dominasi pekerja informal di pasar tenaga Kerja?
2
D. Manfaat
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2. Rendahnya kualitas angkatan kerja, hal ini berdampak kepada daya saing dan
kompetensi dalam memperoleh kesempatan kerja baik di dalam maupun di luar
negeri. Kualitas tenaga kerja Indonesia yang rendah juga di latarbelakangi oleh
faktor kondisi internal tenaga kerja, seperti motivasi kerja, pengalaman kerja,
keahlian/keterampilan, tingkat kehadiran, inisiatif dan kreativitas, kesehatan
serta perilaku/sikap. Sedangkan untuk faktor eksternal, meliputi: kedisiplinan
kerja, tingkat kerjasama, perasaan aman dan nyaman dalam bekerja, teknologi
yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan dan bidang pekerjaan
sesuai dengan bidang yang diminati. Motivasi bekerja yang kurang atau yang
menunjukkan sifat kemalasan tenaga kerja akan membuat pekerjaannya tidak
membuahkan hasil yang baik dan maksimal. Keterampilan tenaga kerja pun
sangat mempengaruhi kualitas kerjanya. Sehingga kualitas tenaga kerja
Indonesia dan hasil produksinya kurang maksimal.
3. Besarnya angka pengangguran, pada Februari 2012, angkatan kerja Indonesia
berjumlah 120,41 juta orang. Dari jumlah itu, pengangguran terbuka mencapai
7,61 juta orang atau 6,32 persen. Pengangguran umumnya disebabkan karena
jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada
yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan
timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
4. Globalisasi arus barang dan jasa, permasalahan ini sangat terkait dengan bidang
ketenagakerjaan. Sebagai contoh dalam sistem perdagangan bebas baik dalam
kerangka WTO, APEC, dan AFTA mempengaruhi perpindahan manusia untuk
bekerja dari suatu negara ke negara lain yang telah menjadi salah satu modalitas
perdagangan jasa yang harus ditaati oleh setiap anggota.
5. Terbatasnya fasilitas infrastruktur, mengakibatkan produksi barang semakin
rendah. Jika fasiltas infrastruktur atau alat yang hendak dipergunakan terbatas,
tenaga kerja terpaksa memilih membuatnya dengan olahan tangan sendiri. Hal
tersebut belum tentu beroleh hasil yang bermutu tinggi, sehingga daya saing
barang produksi tersebut kalah banding dengan barang produksi negara lain.
Hal itulah yang menyebabkan kualitas tenaga kerja Indonesia semakin rendah.
5
B. Kebijakan Ketenagakerjaan
6
kerja yang diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu pada
standar kompetensi kerja dan dapat dilakukan secara berjenjang. Pelatihan kerja
diselenggarakan oleh lembaga pelatihan kerja pemerintah dan/atau lembaga
pelatihan kerja swasta dan diselenggarakan di tempat pelatihan atau tempat
kerja serta dapat bekerja sama dengan swasta. Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah melakukan pembinaan pelatihan kerja dan pemagangan
yang ditujukan ke arah peningkatan relevansi, kualitas, dan efisiensi
penyelenggaraan pelatihan kerja dan produktivitas yang dilakukan melalui
pengembangan budaya produktif, etos kerja, teknologi, dan efisiensi kegiatan
ekonomi, menuju terwujudnya produktivitas nasional.
3. Hubungan Industrial
Hubungan Industrial dilaksanakan melalui sarana:
• Serikat pekerja/serikat buruh
• Organisasi pengusaha
• Lembaga kerja sama bipartit
• Lembaga kerja sama tripartit
• Peraturan perusahaan
• Perjanjian kerja bersama
• Peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan dan
• Lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
7
4. Penempatan Tenaga Kerja
Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk
memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan
yang layak di dalam atau di luar negeri. Penempatan tenaga kerja dilaksanakan
berdasarkan asas terbuka, bebas, obyektif, serta adil, dan setara tanpa
diskriminasi. Penempatan tenaga kerja ini diarahkan untuk menempatkan
tenaga kerja pada jabatan yang tepat sesuai dengan keahlian, keterampilan,
bakat, minat, dan kemampuan dengan memperhatikan harkat, martabat, hak
asasi, dan perlindungan hukum yang dilaksanakan dengan memperhatikan
pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja sesuai dengan
kebutuhan program nasional dan daerah.
Pemberi kerja yang memerlukan tenaga kerja dapat merekrut sendiri
tenaga kerja yang dibutuhkan atau melalui pelaksana penempatan tenaga kerja.
Pelaksana penempatan tenaga kerja ini wajib memberikan perlindungan sejak
rekrutmen sampai penempatan tenaga kerja yang mencakup kesejahteraan,
keselamatan, dan kesehatan baik mental maupun fisik tenaga kerja.
Penempatan tenaga kerja oleh pelaksana sebagaimana dimaksud dilakukan
dengan memberikan pelayanan penempatan tenaga kerja yang bersifat terpadu
dalam satu sistem penempatan tenaga kerja yang meliputi unsur-unsur:
• Pencari kerja
• Lowongan pekerjaan
• Informasi pasar kerja
• Mekanisme antar kerja dan
• Kelembagaan penempatan tenaga kerja
5. Pengupahan dan Kesejahteraan Tenaga Kerja
Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Untuk mewujudkan penghasilan
yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sebagaimana
dimaksud, pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi
pekerja/buruhyang meliputi:
• Upah minimum
• Upah kerja lembur
• Upah tidak masuk kerja karena berhalangan;
8
• Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar
pekerjaannya;
• Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar
pekerjaannya;
• Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;
• Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;
• Denda dan potongan upah;
• Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;
• Struktur dan skala pengupahan yang proporsional;
• Upah untuk pembayaran pesangon; dan
• Upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
9
keanggotaan, serta tugas dan tata kerja Dewan Pengupahan sebagaimana
dimaksud, diatur dengan Keputusan Presiden.
Data Angkatan Kerja Agustus 2017 dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat
ada sekitar 7 juta lebih orang yang menganggur, dari total keseluruhan 128 juta
angkatan kerja. Secara lebih spesifik, per golongan umur, angkatan kerja terbesar di
Indonesia adalah mereka yang berusia 35-39 tahun. Angkatan kerja dari golongan usia
ini mencapai 17,6 juta orang. Posisi kedua terbesar diduduki oleh mereka yang berusia
30-34 tahun, dengan jumlah 15,5 juta orang.
Dengan demikian, situasi angkatan kerja di Indonesia merujuk pada golongan
umur, adalah kelompok usia produktif, yang sekaligus berada pada jenjang kelompok
pekerja utama. Artinya, angkatan kerja ini sangatlah potensial menjadi mesin
penggerak produksi barang dan jasa. Tentu dalam konteks ukuran produktivitas
ataupun mampu berkompetisi dengan angkatan kerja dari negara lain.
Dari data yang sama, terlihat angka pengangguran yang tinggi dari golongan
umur 15-19 tahun dan 20-24 tahun. Hal itu dimungkinkan karena angkatan kerja
tersebut, umumnya sedang menempuh pendidikan. Kedua golongan umur angkatan
kerja itu, belum berada pada lapangan pekerjaan secara langsung.
10
Jumlah potensial yang besar atas kedua golongan angkatan muda itu juga
memberikan sentimen yang positif. Dengan pengandaian siklus angkatan kerja dan
iklim lapangan kerja yang kondusif, angkatan kerja yang “muda” ini sebenarnya adalah
tenaga cadangan produktivitas. Pada masanya, angkatan kerja yang “muda” ini akan
melanjutkan estafet produksi barang dan jasa dari angkatan kerja sebelumnya.
Namun, seperti yang sudah disebutkan pada awal tulisan; tidak selalu dari
angkatan kerja yang ada akan dapat terserap sempurna ke lapangan pekerjaan. Pada
tahun 2016 misalnya, terdapat 1,4 juta lebih pencari kerja yang terdaftar. Sementara,
hanya ada 742 ribu orang tenaga kerja yang tercatat berhasil ditempatkan. Situasi yang
tidak jauh berbeda terjadi pada tahun 2013.
Pada tahun itu ada kurang lebih 1 juta pencari kerja yang terdaftar dan hanya
ada sekitar 409 ribu tenaga kerja yang berhasil ditempatkan. Hal ini tentu menyiratkan
adanya kelompok pencari kerja “yang terbuang” sehingga mereka perlu mencari
alternatif lain –dalam akses terhadap lapangan kerja.
Catatannya, data statistik BPS ini tidak mencakup situasi di luar dari informasi
yang ada. Maksudnya, pada kenyataan di lapangan tentu lebih banyak jumlah pencari
kerja dan penempatan tenaga kerja secara riil. Hal itu terjadi karena tidak semua pasar
tenaga kerja di Indonesia dapat tercatat dengan baik. Situasi ini belum juga melihat
pilihan si pencari kerja untuk membuat usaha/wiraswasta sendiri.
Gambar 2 Pencari kerja terdaftar, Lowongan Kerja terdaftar dan Penempatan/ Pemenuhan tenaga kerja
11
Terlepas dari catatan itu, data BPS antara tahun 2013-2016 tentang
perbandingan pencari kerja, lowongan kerja dan penempatan kerja terdaftar berguna
untuk memperlihatkan “konsistennya” meski data ini bukan satu-satunya gambaran riil.
Penempatan tenaga kerja selalu hanya bernilai setengah dari jumlah pencari kerja yang
terdaftar. Gap antara jumlah pencari kerja dan penempatan tenaga kerja inilah yang
disebut pengangguran. Atau, dengan kata lain, selalu ada angkatan kerja tidak dapat
terserap secara maksimal di pasar tenaga kerja.
12
berkesinambungan. Penghargaan Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan diserahkan
oleh Menteri Ketenagakerjaan RI secara virtual kepada Gubernur yang provinsinya
memperoleh Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan terbaik. Total ada 19 kategori
penghargaan dengan jumlah provinsi yang memperoleh penghargaan sebanyak 14
provinsi.
Berikut adalah daftar lengkap Provinsi yang mendapatkan penghargaan Indeks
Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2020:
1. Provinsi Penerima Penghargaan Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Terbaik
Berdasarkan Kategori Urusan Pemerintahan Daerah Bidang Ketenagakerjaan di
Tingkat Provinsi
• Tingkat intensitas dan beban kerja urusan pemerintahan daerah bidang
ketenagakerjaan kategori BESAR:
▪ Terbaik Pertama, diperoleh Provinsi Sulawesi Selatan dengan indeks
72,06;
▪ Terbaik Kedua, diperoleh Provinsi Jawa Timur dengan indeks 68,74;
▪ Terbaik Ketiga, diperoleh Provinsi Jawa Tengah dengan indeks
68,46;
• Tingkat intensitas dan beban kerja urusan pemerintahan daerah bidang
ketenagakerjaan kategori SEDANG:
▪ Terbaik Pertama, diperoleh Provinsi DKI Jakartadengan indeks
78,29;
▪ Terbaik Kedua, diperoleh Provinsi Kalimantan Timurdengan indeks
77,21;
▪ Terbaik Ketiga, diperoleh Provinsi D.I. Yogyakartadengan indeks
74,77;
• Tingkat intensitas dan beban kerja urusan pemerintahan daerah bidang
ketenagakerjaan kategori KECIL:
▪ Terbaik Pertama, diperoleh Provinsi Balidengan indeks 75,38;
▪ Terbaik Kedua, diperoleh Provinsi Kalimantan Utaradengan indeks
72,65;
▪ Terbaik Ketiga, diperoleh Provinsi Papua Barat dengan indeks
71,30.
13
E. Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja
Dari empat sektor lapangan pekerjaan, sektor pertanian, pertambangan, jasa dan
manufaktur, sektor pertanian tetap menjadi lapangan pekerjaan yang paling diminati
pekerja. Struktur ketenagakerjaan dapat dilihat dari lapangan pekerjaan berdasarkan
industri dan status.
Struktur perekonomian suatu negara antara lain tercermin dari struktur
ketenagakerjaan. Dari empat sektor lapangan pekerjaan, sektor pertanian masih
menjadi lapangan pekerjaan yang paling diminati pekerja. Saat krisis ekonomi lapangan
pekerjaan di sektor pertanian dan sektor manufaktur meningkat, sebaliknya sektor jasa
14
dan sektor pertambangan cenderung menurun. Antara tahun 1997-2001, proporsi sektor
pertanian meningkat dari 40,7% menjadi 43,7% dan sektor manufaktur meningkat dari
12,89% menjadi 13,31%. Sebaliknya sektor jasa & perdagangan menurun dari 40,18%
menjadi 38,70% dan sektor pertambangan, energi dan konstruksi menurun dari 6,20%
menjadi 4,23%.
15
adanya harapan untuk memperoleh pekerjaan dan memperoleh pendapatan
yang lebih tinggi daripada yang diperoleh di desa.
• Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Perpindahan Tenaga Kerja
Pendidikan juga merupakan salah satu investasi dalam modal manusia,
karena pada hakekatnya adalah pengorbanan pada masa kini untuk
memperoleh keuntungan pada masa yang akan datang. Sedangkan
pendidikan itu sendiri harus melibatkan suatu bagian waktu, yang
mengurangi kesempatan untuk menghasilkan yang lain. Pencapaian taraf
pendidikan oleh seseorang dengan besar kecilnya kecenderungan orang
tersebut untuk bermigrasi atau pindah pekerjaan dari sektor pertanian ke
sektor modern. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan menghadapi
selisih tinggkat upah (antara sektor modern di kota dan sektor tradisional di
desa) yang lebih tinggi di samping itu, ia juga memiliki kemungkinan atau
peluang yang lebih besar untuk berhasil mendapatkan sebuah pekerjaan di
sektor modern yang berpendapatan lebih tinggi (Todaro, 2000:410).
• Pengaruh Teknologi Baru Di Bidang Pertanian Terhadap Perpindahan
Tenaga Kerja
Untuk meningkatkan produksi pertanian dengan lahan yang sempit,
biasanya digunakan pengelolaan secara intensifikasi pertanian. Teknologi
intensifikasi yang masuk ke pertanian cenderung menghemat tenaga kerja
yang tentunya mengurangi kesempatan kerja pada sektor pertanian. Seperti
yang terdapat di daerah-daerah pedesaan di negara-negara berkembang pada
umumnya, luas lahan relatif sempit, modal cukup langka, sedangkan tenaga
kerja manusia berlimpah. Pengenalan teknik mekanisasi seperti ini justru
mengakibatkan lonjakan pengangguran di pedesaan, padahal penggunaan
teknologi belum tentu berhasil menurunkan unit-unit biaya produksi
pangan, (Todaro, 2000:467).
Menurut Memed dan Erwidodo dalam (1993:112) pengenalan teknologi
telah membawa berbagai kontribusi, antara lain :
▪ Penerimaan lahan pertanian (land share) telah menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun, sedangkan penerimaan tenaga kerja
(labour share) menurun.
▪ Metode budidaya pertanian yang semakin hemat tenaga kerja.
16
Sedangkan dampak teknologi terhadap fakta sosial ekonomi buruh tani ada
tiga hal, yaitu:
▪ Secara tektis pengalihan teknologi dapat memecahkan masalah
kemerosotan produksi pertanian. Karena paling tidak, teknologi
dapat menaikkan hasil produksi per hektar, meningkatkan intensitas
penanaman (croping intensity) dan menciptakan efisiensi.
▪ Pengalihan dan penggunaan teknologi ini dapat memberikan
dampak sosial ekonomis terhadap buruh tani di pedesaan. Buruh tani
yang tidak mempunyai tanah umumnya bekerja sebagai penerima
upah dari petani pemilik tanah. Dengan alih teknologi di desa, maka
pekerjaan mereka sebagian besar akan tergeser. Kemungkinan besar
mereka menjadi pengangguran sepanjang subtitusi kerja yang
mereka peroleh belum ada, baik di sektor pertanian maupun diluar
sektor pertanian.
▪ Yang mampu membeli atau menggunakan teknologi hanyalah petani
yang kaya. Sedangkan petani miskin dengan areal sawah yang
sempit dengan sendirinya tidak mampu, sehingga mereka dalam
meningkatkan poduktifitas pertaniannya tidak berhasil.
17
Gambar 3 Rata-rata Upah Pekerja per Bulan
18
ekonomi mencakup aktifitas ekonomi yang mengupayakan pengoptimalan penggunaan
faktor-faktor ekonomi yang tersedia sehingga menciptakan nilai ekonomis, salah satu
faktor ekonomi yang dimaksud adalah tenaga kerja.
Menurut Kuncoro (2012), Bahwa penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya
lapangan kerja yang sudah terisi yang tercermin dari banyaknya jumlah penduduk
bekerja. Penduduk yang bekerja terserap dan tersebar diberbagai sektor perekonomian.
Terserapnya penduduk bekerja disebabkan oleh adanya permintaan akan tenaga kerja.
Oleh karena itu, penyerapan tenaga kerja dapat dikatakan sebagai permintaan tenaga
kerja. Robert Sollow, mengintrodusir pentingnya faktor tenaga kerja dalam
pembangunan ekonomi sollow mengkritik formulasi Harod-Domar dalam kelompok
Keynesian yag hanya menggunakan akumulasi modal dalam pertumbuhan ekonomi.
Dengan asumsi pertumbuhan tenaga kerja ditentukan secara eksogen dalam
perumbuhan ekonomi, sollow menjabarkan bahwa ketika stok modal tumbuh dengan
tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dari pertumbuhan tenaga kerja, maka jumlah
tambahan modal yang diciptakan oleh setiap tenaga kerja akan meningkat. Jika Sollow
menjelaskan hubungan antar pertumbuhan ekonomi dengan faktor tenaga kerja melalui
pendapatan output perkapita, lain halnya dengan simon kuznet, menggunakan
pendekatan pendapatan perkapita. Kuznet menjabarkan adanya trade off antar
pertumbuhan ekonomi dengan distribusi yang merata dalam pendapatan perkapita.
Kuznet juga menekankan bahwa untuk mengukur formasi modal adalah tidak tepat dan
tidak efisien bila hanya kepada modal fisik dan modal tetap lainnya.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah yang paling mendasar
dalam ketenagakerjaan dan pembangunan ekonomi adalah supply- demandalam pasar
tenaga kerja.
19
produktivitas pekerja Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan negara tetangga,
seperti Vietnam. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri dari segi kompetensi dan
produktivitas pekerja secara global. Menurut data ILO, tingkat pertumbuhan output
tahunan pekerja Indonesia masih rendah bahkan di bawah rata-rata negara dengan
penghasilan menengah bawah. Produktivitas tenaga kerja di Indonesia hanya sebesar
US$ 13,1 per jam. Jumlah tersebut menempatkan Indonesia berada di urutan ke-107
dari 185 negara. Maladewa berada di urutan yang sama dengan Indonesia. Penyebab
rendahnya produktivitas adalah faktor pendidikan yang rendah. Sehingga kemampuan
dan kompetensi pekerja pun rendah. Selain itu ada faktor lain yang mempengaruhi
produktivitas tenaga kerja yaitu:
1) Kesehatan jasmani dan rohani.
2) Lingkungan kerja.
3) Faktor Manajerial.
4) Motivasi.
5) Peralatan yang digunakan.
6)
Melihat trennya, jumlah pekerja informal terus meningkat dalam lima tahun
terakhir. Pada 2016, jumlah tenaga kerja informal sebesar 68,2 juta orang. Jumlahnya
bertambah 1,2% menjadi sebanyak 69,02 juta orang pada 2017. Setahun setelahnya,
jumlah pekerja informal tumbuh 2,12% menjadi sebesar 70,48 juta orang. Jumlah
pekerja informal di dalam negeri lalu meningkat 2,09% menjadi sebesar 71,95 juta
orang pada 2019. Angkanya kemudian melonjak 7,96% menjadi 77,68 juta orang pada
2020. Kenaikan jumlah pekerja informal berlanjut pada 2021, meski lebih lambat
ketimbang tahun sebelumnya. Berdasarkan wilayahnya, jumlah pekerja informal paling
banyak di perdesaan, yakni 42,82 juta orang. Sementara, jumlah pekerja informal di
perkotaan hanya sebanyak 35,09 juta orang. Dari tingkat pendidikan, pekerja informal
paling banyak berasal dari lulusan SD ke bawah, yakni 39,64 juta orang. Sementara,
lulusan perguruan tinggi paling sedikit di sektor pekerjaan tersebut, yakni 3,18 juta
orang.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
23